Chapter III-VI - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau ikatan antara
konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka ini
didapatkan dari konsep ilmu/teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang
didapatkan di bab tinjauan pustaka atau boleh dikatakan oleh penulis merupakan
ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel
yang diteliti (Setiadi, 2007).
Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola tidur dan
gangguan tidur pada pasien gagal jantung kongestif di RSUP H.Adam Malik
Medan. pola tidur klien dapat dilihat dari Waktu yang diperlukan untuk tertidur,
total waktu jam tidur, Frekuensi terbangun di malam hari, Kesulitan untuk
tertidur, Kepuasan terhadap tidur, Perasaan terbangun di malam hari dan
Mengantuk di siang hari. (Karota Bukit, 2005)
Gangguan tidur pada penelitian ini dilihat dari berbagai faktor yang
mempengaruhi yaitu fisik seperti sesak nafas, nyeri, nokturia, sakit kepala, dan
mudah lelah; lingkungan seperti suara bising, suhu ruangan yang panas/dingin,
lampu ruangan terlalu terang dan gigitan nyamuk; psikologis seperti cemas dan
depresi; tindakan keperawatan dan juga obat-obatan. Pada penelitian ini hanya
meneliti fisik dan lingkungan untuk merpermudah proses penelitian dan kedua
faktor ini sudah memenuhi untuk diteliti dan mendukung variabel penelitian
dalam penenlitian ini.
28
Universitas Sumatera Utara
29
Gangguan tidur klien gagal jantung
kongestif :
Pola Tidur Klien Gagal
Jantung Kongestif :
− Waktu yang diperlukan
untuk tertidur
− Total waktu jam tidur
− Frekuensi terbangun di
malam hari
− Kesulitan untuk tertidur
− Kepuasan terhadap tidur
− Perasaan terbangun di
malam hari.
− Mengantuk di siang hari
FISIK
− Dyspnea
− Nyeri
− Nokturia
− Sakit kepala
− Kelelahan
LINGKUNGAN
− Suara bising
− Penerangan
− Suhu ruangan
− Gigitan nyamuk
PSIKOLOGIS
−
emas
−
epresi
TINDAKAN KEPERAWATAN
−
Keterangan :
: :variabel yang diteliti
:variabel yang tidak diteliti
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Pola Tidur dan Gangguan Tidur Klien
Gagal Jantung Kongestif di RSUP H.Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara
30
2.
Defenisi Operasional
Definisi Operasional bertujuan untuk mengarahkan kepada pengukuran atau
pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan.
Pengembangan
instrumen (alat ukur) serta membatasi ruang lingkup variabel-variabel yang akan
diteliti.
No Variabel
1
Defenisi Operasinal Alat Ukur Hasil Ukur
pola tidur klien gagal Bentuk yang di
jantung kongestif
di
persepsikan atau
Kuesioner
yang terdiri
Persentase
dari pola
dilaporkan oleh klien dari 7
ruang rawat inap RSUP
H.Adam Malik Medan
gagal jantung
pertanyaan
kongestif selama
yang
perawatan sehingga
masing-
menentukan
masing
kepuasan tidur klien, pilihan
yang mencakup :
jawaban :
Waktu yang
1,2,3, dan
diperlukan untuk
4.
tidur pasien
gagal
jantung
kongestif.
tertidur, Total waktu
jam tidur, Frekuensi
terbangun di malam
hari, Kesulitan untuk
tertidur, Kepuasan
terhadap tidur,
Perasaan terbangun di
malam hari dan
perasaan mengantuk
pada siang hari.
Universitas Sumatera Utara
31
2
Ganguan
tidur
klien Hal-hal yang
gagal jantung kongestif
di RSUP H.Adam Malik
Medan
Kuesioner
menyebabkan
yang terdiri
ketidaknyamanan
dari 9
sehingga klien tidak
pertanyaan
dapat merpertahankan yakni 5
tidur/dapat
umtuk
Persentase
dari
gangguan
tidur pasien
gagal
membangunkan klien faktor fisik
dari tidurnya yang
dan 4 untuk
disebabkan dari
faktor
jantung
kongestif
faktor fisik dan faktor lingkungan
lingkungan.
dengan
pilihan
jawaban ya
atau tidak.
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Pola tidur dan gangguan tidur pasien gagal
jantung kongesstif di RSUP H.Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk
mengidentifikasi tentang suatu keadaan secara subjektif terhadap pola tidur dan
gangguan tidur pasien gagal jantung kongestif.
2. Populasi, sampel dan tekhnik sampling
2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang dilteliti
(Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan informasi dari bagian Rekam Rekam Medis
RSUP H.Adam Malik Medan, pasien gagal jantung kongestif di unit rawat inap
pusat jantung terpadu RSUP H.Adam Malik Medan berjumlah 383 orang.
2.2 Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
karakteristik yang dimilki oleh populasi. Penelitian ini menggunakan rumus
Slovin dalam Notoatmodjo (2012).
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Ketetapan relatif yang ditetapkan oleh peneliti (ditetapkan 10 %)
32
Universitas Sumatera Utara
33
Jadi sampel dalam penelitian ini adalah :
Diketahui :
N = 383
d = 0,10
= 79 (dibulatkan)
2.3 Tekhnik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan
pengambilan sampel menggunakan pendekatan secara purposive sampling tehnik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dikehendaki peneliti
(Setiadi, 2007). Adapun sample yang akan ditetapkan dalam penelitian ini yaitu
pasien gagal jantung kongestif, dapat berkomunikasi dengan baik, dapat membaca
dan menulis, dan bersedia jadi responden.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di ruang cardiac Rumah sakit Umum Pusat H.
Adam Malik Medan, karena tempat terjangkau, jumlah sampel memenuhi
kebutuhan penelitian serta efektifitas waktu dan biaya. Proses pengumpulan data
dilakukan pada tanggal 01 maret sampai 30 Mei 2017.
Universitas Sumatera Utara
34
4. Pertimbangan etik
Untuk pertimbangan etik terhadap klien yang akan dijadikan sampel dalam
penelitian, sebelunya peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden
(klien) tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian.
Apabila calon
responden bersedia, maka responden dipersilahkan menandatangani lembaran
persetujuan menjadi respon atau dapat diucapkan langsung secara lisan. Jika
calon respoden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan
mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini
tidak menimbulakn resiko bagi individu yang menjadi responden, baik resiko fisik
maupun psikologis, kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan
cara menuliskan nama responden (inisial). Pada instrumen hanya menuliskan
nomor kode yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan. Semua informasi yang
diberikan kepada peneliti akan dimusnahkan instrumen peneliti setelah proses
analisa data selesai.
Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya
digunakan untuk kepentingan peneliti.
5. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian ini berupa angket dalam bentuk kuisioner yang terdiri
dari : Data demografi yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik
responden meliputi ; umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan status
pernikahan.
Kuisioner pola tidur bertujuan untuk mengidentifikasi pola tidur pasien gagal
jantung kongestif. Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner yang telah
Universitas Sumatera Utara
35
dimodifikasi dari Pittsburgh Sleep Quality Indeks (PSQI) yang diadopsi dari
Karota Bukit (2005).
Adapun instrumen pola tidur pada pasien gagal jantung kongestif yaitu waktu
yang dibutuhkan untuk tertidur (kuesioner no 1), total waktu tidur (kuesioner no
2), frekuensi terbangun di malam hari (kuesioner no 3), kesulitan untuk tertidur
(kuesioner 4), kepuasan terhadap tidur (kuesioner no 5), perasaan segar waktu
bangun di pagi hari (kuesioner no 6), perasaan mengantuk di siang hari (kuesioner
no 7). Kuesioner terdiri dari 7 pernyataan dengan masing-masing pilihan jawaban
yang diberi tingkatan skor 1-4. Dimana skor 1 mengindikasikan tidak adanya
gangguan pada pola tidur, sementara skor 4 mengidentifikasi adanya gangguan
pola tidur pasien. Skor dari keenam komponen tidur dijumlahkan untuk
menghasilkan nilai keseluruhan pola tidur dengan tingkatan nilai 7-28. Dengan
skor 7 tidak adanya indikasi gangguan pola tidur dan skor 28 mengindikasikan
kesulitan tidur yang berat di semua komponen tidur.
Kuesioner gangguan tidur bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya
gangguan tidur yang terjadi pada klien gagal jantung kongestif. Kuesioner yang
digunakan yakni gangguan tidur berdasarkan faktor fisik dan faktor lingkungan.
Kuesioner faktor-faktor gangguan tidur terdiri dari 10 item, yaitu 5 untuk faktor
fisik dan 4 item untuk faktor lingkungan sedangkan untuk faktor psikososial dan
faktor tindakan keperawatan tidak diukur pada penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
36
6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
6.1 Validitas
Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila instrumen itu mampu mengukur sesuatu yang seharusnya
diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. (Setiadi 2013) Kuesioner pola tidur
ini diadopsi dari Karota Bukit (2005) yang telah dimodifikasi dari Pittsburgh
Sleep Quality Indeks (PSQI) oleh Smyth (2012). Kuisioner ini telah diuji
validitasnya dan layak digunakan di Indonesia.
Sedangkan gangguan tidur klien gagal jantung kongestif menggunakan
kuisioner yang dimodifikasi dari penelitian sebelumnya oleh Karota Bukit dan
disesuaikan berdasarkan tinjauan pustaka. Instrumen ini telah diuji validitas oleh 3
dosen yang berisi gangguan tidur pada pasien gagal jantung kongestif. Setelah
diuji kepada 3 dosen maka didapatkan hasil perhitungan CVI (Content Validity
Index) 1.0 dimana sebuah intrumen dikatakan valid jika CVI > 0,80.
6.2 Reliabilitas
Menurut Setiadi (2013) reliabilitas adalah suatu kesamaan hasil apabila
pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun dilaksanakan pada
waktu yang berbeda. Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
derajat alat ukur dapat mengukur secara konsisten yang akan diukur. Alat ukur
yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang relatif sama bila
digunakan beberapa kali pada kelompok sampel yang sama.
Uji reliabilitas telah dilakukan pada 30 responden pasien gagal jantung
kongestif di RSUP H.Adam Malik Medan. kuisioner pola tidur sudah direliabilitas
Universitas Sumatera Utara
37
dengan konsistensi cronbach’s Alpha dengan hasil 0.804 dan hasil ini dinyatakan
relib. Kuisioner gangguan tidur juga telah di uji dengan menggunakan uji KR21
dinyatakan relib apabila nilai 0,6-0,7 atau lebih. Hasil reliabilitas gangguan tidur
fisik didapatkan nilai 0,97 dan gangguan tidur lingkungan dengan nilai 0,72.
7. Tekhnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur kuisioner dalam
bentuk multiple choise. Dimana responden diminta memilih jawaban yang telah
disediakan sesuai dengan keadaan klien saat jadi responden. Pengumpulan data
dimulai setelah peneliti menerima surat izin dari tempat lokasi penelitian yaitu
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam malik Medan. Sebelum membagikan
kuisioner kepada responden, peneliti meminta kesediaan klien yang sesuai dengan
kriteria peneliti untuk menjadi responden dengan menandatangani lembaran
persetujuan menjadi responden serta menjelaskan tujuan dan manfaat dari
kuisioner yang dibagikan kepada responden. Sehingga responden natinya dapat
menjawab sesuai dengan jawaban yang ditulis dari diri responden sendiri.
Kuisioner yang telah diisi oleh responden, kemudian dikumpulkan untuk diperiksa
kelengkapan datanya dan kemudian dinalisa.
8. Analisa Data
Proses analisa data dimulai dari tahap editing; memeriksa kelengkapan data
yang telah di isi oleh responden dengan memeriksa isi jawaban responden.
Kemudian data yang telah diperiksa dilajutkan ke tahap coding; dengan merubah
data hasil jawaban responden menjadi data berbentuk angka/bilangan.
Universitas Sumatera Utara
38
Selanjutnya di processing; data yang telah dikumpulkan dalam bentuk bilangan
dimasukkan dalam program komputerisasi menggunakan analisa deskriptif yang
disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi dan persentase.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pola tidur dan gangguan tidur
pasien gagal jantung kongestif di RSUP H.Adam Malik Medan melalui proses
pengumpulan data yang telah dilakukan pada tanggal 20 April – 20 Mei 2017.
Pengumpulan data dilakukan pada 79 responden. Hasil penelitian dibagi atas tiga
bagian, yaitu deskripsi karakteristik responden, pola tidur pasien gagal jantung
kongestif dan gangguan tidur pasien gagal jantung kongestif yang berjumlah 79
orang.
1.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 5665 tahun yaitu sebanyak (34,2%), responden berjenis kelamin laki-laki (59,5%)
dan perempuan (40,5%), pendidikan terakhir SMP (32,9 %) dan responden
bekerja sebagai buruh/tani (35,4 %).
Tabel 1. Frekuensi dan persentase karakteristik responden berdasarkan data
demografi (N=79)
Karakteristik Responden
F
%
Umur
12-16 tahun (remaja awal)
17-25 tahun (remaja akhir)
26-35 tahun (dewasa awal)
36-45 tahun (dewasa akhir)
46-55 tahun (lansia awal)
56-65 tahun (lansia akhir)
> 65 tahun (manula)
2
6
10
7
14
27
13
2,5
7,6
12,7
8,9
17,7
34,2
16,5
39
Universitas Sumatera Utara
40
tabel 1. (Lanjutan)
Karakteristik Responden
F
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Pekerjaan
Tidak bekerja
Buruh/tani
Wiraswasta
PNS/POLRI
%
59,5
40,5
47
32
0
24
26
21
8
27
28
17
7
0
30,4
32,9
26,6
10,1
34,2
35,4
21,5
8,9
1.2 Pola tidur pasien gagal jantung kongestif
Data hasil penelitian ditampilkan dalambentuk distribusi dan persentase
deskripsi responden berdasarkan pola tidur pada pasien gagal jantung kongestif di
Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan. Hasil penelitian mengenai pola
tidur menunjukkan bahwa terdapat 89,9% responden yang menderita gagal
jantung kongestif mereka membutuhkan >60 menit untuk dapat tertidur di malam
hari, 51,9% responden menyatakan mereka memiliki total jam tidur <5 jam,
55,7% responden yang menyatakan bahwa frekuensi terbangun mereka ketika
tidur di malam hari sebanyak >5 kali. Selain itu, ada 68,4% responden yang
Universitas Sumatera Utara
41
menyatakan bahwa mereka merasa sulit untuk tertidur di malam hari, 62,0%
responden menyatakan bahwa mereka kurang puas dengan tidurnya pada malam
hari, 68,4% responden menyatakan mereka masih mengantuk ketika bangun di
pagi hari, dan 51,9% responden juga menyatakan mereka sedikit mengantuk pada
siang harinya.
Tabel 2. Frekuensi dan persentase pola tidur pasien gagal jantung kongestif di
RSUP HAM Medan.
Parameter tidur
F
%
Waktu untuk memulai tidur
<15 menit
15-30 menit
30-60 menit
>60 menit
1
2
5
71
1,3
2,5
6,3
89,9
Total jam tidur malam hari
>7 jam
6-7 jam
5-6 jam
<5 jam
0
4
34
41
0
5,1
43,0
51,9
Frekuensi terbangun malam
Tidak ada
1-2 kali
3-4 kali
>5 kali
0
3
32
44
0
3,8
40,5
55,7
Kesulitan tertidur malam hari
Tidak pernah
Kadang-kadang
Sulit
Sangat sulit
0
14
54
11
0
17,7
68,4
13,9
Universitas Sumatera Utara
42
Tabel 2 (Lanjutan)
Parameter tidur
F
%
Perasaan puas saat tidur malam hari
Merasa puas
Sedang
Kurang puas
Sangat tidak puas
0
22
49
8
0
27,8
62,0
10,1
Perasaan bangun pagi hari
Segar
Sedikit mengantuk
Megantuk
Sangat mengantuk
1
20
54
4
1,3
25,3
68,4
5,1
Perasaan mengantuk di siang hari
Tidak ada
Sedikit mengantuk
Sedang
Sangat mengantuk
5
29
41
4
6,3
36,7
51,9
5,1
1.3
Gangguan Tidur pasien gagal jantung kongestif di RSUP HAM
Medan
1.3.1 Faktor Fisik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan tidur yang dialami oleh
mayoritas pasien adalah sesak nafas (93,7%), nyeri (69,6%), terbangun karena
buang air kecil (65,8%), sakit kepala (62,0%) dan kelelahan (84,8%).
Universitas Sumatera Utara
43
Tabel 3. Frekuensi dan persentase gangguan tidur fisik pasien gagal jantung
kongestif di RSUP HAM Medan (n=85)
Ya
Tidak
Faktor fisik
Sesak nafas
Nyeri
Terbangun BAK
Sakit kepala
kelelahan
F
%
F
%
74
55
52
49
67
93,7
69,6
65,8
62,0
84,8
5
24
27
30
12
6,3
30,4
34,2
38,0
15,2
1.3.2 Faktor Lingkungan
Beberapa faktor yang mengganggu tidur pasien gagal jantung kongestif
diantaranya faktor lingkungan berupa suara bising, penerangan, suhu ruangan
yang tidak sesuai dan juga gigitan nyamuk. Tabel 4 menunjukkan mayoritas klien
mengalami gangguan tidur pada suara bising (75,9%), penerangan (11,4%), suhu
ruangan tidak sesuai (43,0%) dan gigitan nyamuk (5,1%).
Tabel 4. Frekuensi dan persentase gangguan tidur faktor lingkungan pasien gagal
jantung kongestif di RSUP HAM Medan (n=85)
Ya
Tidak
Faktor lingkungan
F
%
F
%
Suara bising
60
75,9
19
24,1
Penerangan
9
11,4
70
88,6
Suhu ruangan
34
43,0
45
57,0
Gigitan nyamuk
4
5,1
75
94,9
Universitas Sumatera Utara
44
2. Pembahasan
Pembahasan ini bertujuan untuk membahas hasil dari pola tidur dan ganguan
tidur pasien gagal jatung kongestif di Rumah Sakit Umum H.Adam Malik Medan.
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan jumlah responden 79
orang.
2.1 Karakteristik Responden
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa responden berusian 56-65 tahun
(34,2%). usia mempengaruhi pola tidur seperti waktu yang dibutuhkan untuk
dapat tertidur, semakin bertambah usia seseorang maka semakin waktu yang
dibutuhkan untuk dapat tertidur sehingga total jam tidurnya pun berkurang
(Hidayat, 2006). Penyakit jantung lebih banyak terjadi pada usia diatas 50 tahun,
dikarenakan pengaruh gaya hidup yang tidak sehat seperti stress, merokok dan
kurangya aktivitas fisik (Morton, 2011).
Responden berjenis kelamin laki-laki (59,5%) dan perempuan (40,5%).
Menurut Muttaqin (2009) menunjukkan bahwa laki-laki memiliki resiko 2-3 kali
penyakit jantung dibandingkan wanita sebelum menopause. Hal ini kemungkinan
dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti meminum minuman keras.
Tingkat pendidikan terakhir responden yaitu SMP (32,9%), SD (30,4%),
SMA (26,6%) dan perguruan tinggi (8,9%). Pendidikan adalah proses
pertumbuhan seluruh kemampuan dan perilaku melalui pengajaran, sehingga
pendidikan itu perlu mempertimbangkan umur (proses perkembangan) dan
hubunganya dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu
Universitas Sumatera Utara
45
faktor yang mempengaruhi persepi seseorang untuk lebih mudah menerima ideide dan tekhnologi yang baru (Notoatmodjo, 2010). Tingkat pendidikan seseorang
dapat mendukung atau memengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dan taraf
pendidikan yang rendah selalu berhubungan dengan informasi dan pengetahuan
yang terbatas, semakin tinggi tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula
pemahaman seseorang terhadap informasi yang didapat dan pengetahuannya pun
akan semakin tinggi. Pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang tidak
peduli terhadap program kesehatan yang ada, sehingga mereka tidak mengenal
bahaya yang mungkin terjadi. Pendidikan tinggi seseorang akan membangkitkan
partisipasinya dalam memelihara dan menjaga kesehatannya, dan berpendidikan
tinggi juga akan cenderung memperhatikan kesehatan diri dan keluarga.
Responden bekerja sebagai buruh/tani (35,4%), wiraswasta (21,5%), tidak
bekerja (34,2%), dan bekerja sebagai PNS/POLRI (8,9%). Pekerjaan yang berat
diketahui dapat menjadi beban dan menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan,
terutama pada sistem kardiovaskular. Aktivitas fisik pada penderita Congestive
Hearth Failure harus disesuaikan dengan tingkat gejala. Aktivitas fisik yang
cukup dapat meringankan gejala CHF, tetapi aktivitas yang berlebihan dapat
memperburuk kondisi penderita CHF (Vani, 2011). Seorang buruh atau petani
juga menempatkan mereka kepada risiko terkena penyakit jantung, hubungan
antara pekerjaan dan kerentanan terkena penyakit kronis diduga dengan kegiatan
fisik yang dilakukan pasien. Buruh atau petani jelasnya lebih melakukan aktivitas
yang cukup berat sehingga memperburuk kondisi kesehatan mereka.
Universitas Sumatera Utara
46
2.2 Pola Tidur Pasien Gagal Jantung Kongestif
Pola tidur adalah ritme jadwal tidur dan bangun seseorang dalam jangka
waktu tertentu pada malam hari dan meliputi waktu
untuk memulai tidur,
frekuensi terbangun malam, kepuasan tidur, kedalaman tidur dan konsetrasi
beraktivitas (Potter & Perry, 2010) serta total jam tidur dan rasa segar bangun pagi
( Smyth, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
memulai tertidur di malam hari adalah lebih dari >60 menit (89,9%). Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hannum (2014) bahwa waktu yang
diperlukan untuk dapat memulai tertidur pasien yang mengalami gangguan pada
jantung membutuhkan waktu untuk memulai tertidur lebih dari 60 menit (42,9%).
Hasil ini berbeda dengan kondisi yang normal yaitu untuk mendapatkan istirahat
yang baik individu memerlukan waktu sekitar lma belas hingga dua puluh menit
agar dapat tertidur (Maas, 2002). Hal ini sesuai dengan pendapat Corwin (2009)
bahwa penderita pasien CHF akan menimbulkan masalah keperawatan dan
gangguan pada tidurnya.
Selanjutnya bila dianalisa dari pertanyaan responden, sebanyak 51,9%
responden mempunyai total jam tidur <5 jam. Dan hanya 8% responden yang
memiliki total jam tidur 6-7 jam. Pola tidur normal lansia akhir (56-65 tahun)
yaitu ±6 jam/hari (Wartonah, 2010). Dilihat dari segi umur sebagian besar
responden 34,2% berumur 56-65 tahun, responden seharusnya memiliki total jam
tidur 6 jam/hari. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wilkinson (2005) pada
Universitas Sumatera Utara
47
pasien gagal jantung dijumpai ganguuan pada pola tidur, yang disebabkan oleh
nocturia, cemas dan kesulitan mengatur posisi tidur karena Nocturnal Dipsnea.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa responden memliki frekuensi
terbangun >5 kali saat tidur malam (55,7%). Normalnya frekuensi terbanguntidur
di malam hari pada orang dewasa yaitu 1-2 kali (Potter& Perry, 2005). Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh pemberian obat pada pasien gagal jantung
kongestif salah satunya diuretik akan menyebabkan nocturia sehingga tidur
menjadi terganggu karena sering berkemih dan klien akan sering terbangun
(Potter& Perry, 2005). Selain itu, International Classification of Sleep Disorders
mengemukakan bahwa penggunaan obat stimulan yang kronik (amfetamin,
kafein, nikotin), antidepresan dapat menimbulkan putus-putusnya fase tidur REM
sehingga menyebabkan klien sering terbangun.
Pada penenlitian ini pasien gagal jantung kongestif mengalami kesulitan
untuk tertidur di malam hari (68,4%). Hal ini sejalan dengan penelitian Heo dkk
(2007) bahwa diperkirakan sekitar 90% pasien gagal jantung mengalami gejala
fisik seperti sesak nafas dan kelelahan. Hal ini yang menjadi pemicu pasien
kesulitan untuk tertidur di malam hari, bahwa sejumlah faktor yang
mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur, adalah faktor fisikologis, seperti:
penyakit fisik karena kesulitan bernafas dapat menyebabkan masalah tidur (Potter
& Perry, 2005).
Sebanyak 49 responden (57,6%) merasa kurang puas dengan tidurnya di
malam hari, perubahan pola tidur merupakan jumlah waktu untuk tidur berkurang,
peningkatan waktu untuk memulai tertidur, sering terbangun di malam hari,
Universitas Sumatera Utara
48
perasaan tidak segar dipagi hari dan tidak merasa puas dengan tidurnya. (Potter &
Perry, 2005)
Responden masih mengantuk di pagi hari (64,7%), hal ini mengindikasikan
bahwa tidak segar sewaktu bangun dipagi hari dapat disebabkan berbagai faktor
masalah kesehatan yang meningkatkan frekuensi. Pasien juga mengalami sedikit
mengantuk pada siang harinya (54,1%). Mengantuk di siang hari dapat
mengindikasikan dari frekuensi terbangun di malam hari.
Banyak faktor yang mepengaruhi kualitas dan kuantitas tidur responden
yaitu faktor fsikologis dan lingkungan, stress emosional juga menyebabkan
seseorang sulit untuk tertidur , sering terbangun selama siklus terbangun atau
terlalu banyak tidur, dan lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh
penting pada kemampuan untuk tertidur (Potter & Perry, 2005). Hal ini sesuai
dengan kesimpulan penelitian yang dilakukan Fachrunnisa (2015) yang meneliti
faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pada pasien CHF yaitu ada
hubungan antara kecemasan dengan kualitas tidur responden, ada hubungan antara
pernpasan (PND) dengan kualitas tidur responden.
Berdasarkan analisa peneliti pada pasien gagal jantug kongestif yang
mengalami gangguan pada tidurnya mereka mengalami stres yang berlebihan,
munkin dikarenakan kondisi yang mereka alami saat ini, masa depan dirinya,
keluarga dan biaya yang mereka keluarkan selama perawatan sehingga
memperburuk keadaan mereka dan membuat mereka tidak mendapatkan tidur
yang cukup dan tidak nyeyak dengan tidurnya.
Universitas Sumatera Utara
49
2.3 Gangguan Tidur pasien gagal jantung kongestif
2.3.1 Faktor Fisik
Pada penelitian ini 93,7% pasien mengalami sesak nafas karena adanya
perpindahan cairan dari jaringan kedalam kompartemen intravaskular sebagai
akibat dari tidur terlentang. Hai ini sesuai dengan penelitian Fachrunnisa (2015)
yang menunjukkan bahwa 56,3% klien gagal jantung kongestif mengalami
Paroxysmal Nocturnal Dyspnea. Kejadian PND ini dialami responden setelah
beberapa jam tertidur. PND dapat terjadi 1-2 kali dalam satu malam sehingga
pasien yang baru mulai terlelap dapat terbangun lagi yang mengakibatkan
ganguuan kualitas tidur NREM. Selain itu sesak nafas pada pasien gagal jantung
kongestif dapat membangunkan pasien dari tidurnya sehingga sulit dalam
memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur. Kurangnya tidur selama periode yang
lama dapat menyebabkan penyakit lain atau memperburuk penyakit yang ada
(Potter & Perry, 2009). Berdasarkan analisa peneliti pada pasien gagal jantung
kongestif yang mengalami sesak nafas mengakibatkan orang tersebut kurang
dapat berinteraksi dengan orang lain dengan efektif. Mereka menunjukkan tandatanda curiga dan gampang marah serta membuat mereka tidak mendapatkan tidur
yang cukup dan kurang puas dengan tidurnya.
Pasien gagal jantung kongestif yang mengalami nyeri sebanyak 69,6% dan
ini dapat mengganggu tidur pasien. Rasa nyeri yang timbul pada CHF adalah
akibat dari iskemia (Angina Pektoris), nyeri penyakit jantung menyebar ke lengan
dan pergelangan tangan rahang dan gigi (McGlynn, 2005). Karakteristik nyeri
yang dialaporkan responden berbeda-beda seperti nyeri seperti dihempit sesuatu,
Universitas Sumatera Utara
50
rasa ditusuk-tusuk dan nyeri yang muncul ketika merasakan sesak. Menurut
Reddeker (2012) salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas tidur adalah nyeri.
Penyakit fisik yang diderita seseorang dapat menyebabkan gangguan tidur,
kekurangan tidur dapat menyebabkan kurangnya konsentrasi dan mudah marah.
Penanganan rasa nyeri harus dilakukan secepat mungkin untuk mencegah aktivasi
saraf simpatis, karena akan menyebabkan takikardi, vasokontriksi, dan
peningkatan tekanan darah yang pada tahap selanjutnya dapat memperberat beban
jantung. Penanganan nyeri yang dilakukan pada responden untuk menciptakan
suasana yang nyaman untuk beristirahat sehingga kebutuhan tidur pasien pun
tercukupi.
Sementara itu pasien merasa terganggu tidurnya
dikarenakan sering
terbangun karena ingin buang air kecil (65,8%). Nocturia atau berkemih pada
malam hari, mengganggu tidur dan siklus tidur. Kondisi ini sudah sering terjadi
pada klien penyakit jantung, setelah seseorang berulang kali terbangun untuk
berkemih, menyebabkan kembali untuk tertidur lagi menjadi sulit (Potter & Perry
2005).
Hasil penelitian menunjukkan pasien gagal jantung kongestif mengalami
sakit kepala (62,0%). Hal ini mengakibatkan pasien merasa tidak nyaman dan
akan mengganggu tidurnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa rasa tidak
nyaman merupakan salah satu faktor terjadinya gangguan tidur dimana seseorang
akan gelisah da sulit untuk mendapatkan tidur yng nyeyak (Potter & Perry 2010).
Berdasarkan hasil yang didapat maka peneliti berasumsi bahwa pusing yang
berkepanjangan dialami pasien gagal jantung kongestif sangat berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
51
terhadap kebutuhan istirahat dan tidur pasien, sehingga pasien tidak nyaman
dengan tidurnya dan pasien mengalami gangguan tidur.
Pada penelitian ini masalah yang sering dialami pasien gagal jantung
kongestif adalah pasien mengalami kelelahan (84,8%) dikarenakan keadaannya
sekarang. Kelelahan dapat menyebabkan gangguan tidur, dimana biasanya
sesorang yang kelelahan akan merasa seolah-olah mereka bangun ketika tidur dan
biasanya tidak mendapatkan tidur yang dalam. (Potter & Perry 2005).
2.3.2 Faktor Lingkungan
Gangguan tidur juga disebabkan oleh faktor lingkungan, diantaranya adalah
suara bising, penerangan, suhu ruangan yang tidak sesuai dan ganguan dari
gigitan nyamuk. Dari hasil penelitian 75,9% responden mengalami gangguan tidur
bila berada pada lingkungan yang menimbulkan suara bising. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Hanning (2009) bahwa, kebisingan dapat menyebabkan
tertundanya tidur dan juga dapat membangunkan seseorang dari tidur. Suara yang
rendah lebih sering membangunkan seseorang dari tidur tahap 1, sementara suara
yang keras membangunkan orang pada tahap tidur 3 dan 4. Level suara dalam
percakapan yang normal sekitar 50 dB (Potter & Perry 2005). Menurut
Freedman, Kotzer, & Schwab dalam bukit (2005) merekomendasikan level suara
di rumah sakit termasuk ruangan penyakit dalam pada malam hari seharusnya <40
dB.
Sorot lampu ruangan yang terlalu terang pernah dirasakan oleh 9 orang
responden (11,4%) dan mayoritas diantaranya (88,6%) tidak mengalami gangguan
tidur. Hal ini tidak sesuai dengan Lee (1997), menyatakan bahwa seseorang
Universitas Sumatera Utara
52
mengalami gangguan tidur apabila tidur diruangan yang terlalu panas ataupun
terlalu dingin dan dapat menghambat sekresi melatonin dalam tubuh. Hal ini
mungkin dikarenakan responden sudah merasa sesuai dengan sistem penerangan
pada ruangan di rumah sakit dan merasa tidak terganggu dengan tidur mereka.
Suhu ruangan juga mempengaruhi tidur pasien dimana hasil penelitian
menunjukkan (43,0%) terganggu dengan suhu ruangan yang terlalu panas atau
terlalu dingin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lee (2007) bahwa, seseorang
akan mengalami gangguan tidur apabila tidur diruangan yang terlalu panas
ataupun terlalu dingin. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan dengan pendapat
Potter & Perry (2005) yang menytakan bahwa ruangan yang terlalu panas dan
terlalu dingin seringkali membuat seseorang gelisah, keadaan ini akan
mengganggu tidur seseorang. Hal ini juga dilaporkan Suci (2015) bahwa suhu
ruangan mempengaruhi kenyamanan tidur seseorang 58%.
Klien gagal jantung kongestif yang merasa terganggu kerena gigitan nyamuk
hanya 5,1% dan mereka menyatakan hal tersebut disebabkan kondisi lingkungan
dan seringnya pintu kamar mandi mereka terbuka. Inilah yang menyebabkan
mereka merasa terganggu dengan nyamuk. Berdasarkan hasil yang didapat,
peneliti menganalisa bahwa nyamuk timbul karena kurang kesadaran dalam
menjaga dan memelihara lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
mengenai pola tidur dan gangguan tidur pasien gagal jantung kongestif di RSUP
H. Adam Malik Medan.
1.
Kesimpulan Hasil Penelitian
Dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa mayoritas
responden berusia 56-65 tahun (34,1 %), responden berjenis kelamin laki-laki
(55,3%), berpendidikan terakhir SMP (30,6 %) dan mayoritas responden bekerja
sebagai buruh/tani (32,9 %).
Hasil penelitian yang didapatkan pola tidur pasien gagal jantung kongestif
mayoritas berada pada pola tidur dengan karakteristik rendah pada aspek penilaian
tujuh indikator komponen parameter tidur, hal ini menunjukkan bahwa pola tidur
klien dengan gagal jantung kongestif benar dalam kondisi tidak normal. Dapat
dilihat dari mayoritas responden dapat memulai tertidur lebih dari 60 menit
(84,7%), total jam tidur <5 jam (48,2%), frekuensi terbangun di malam hari
sebanyak >5 kali (51,8%). merasa sulit untuk tertidur di malam hari (63,5%),
kurang puas dengan tidurnya pada malam hari (57,6%), merasa mengantuk
ketika bangun di pagi hari (64,7%), dan sedikit mengantuk pada siang harinya
(54,1%).
Gangguan tidur utama dari faktor fisik adalah sesak nafas (94,1%), nyeri
(64,7%), terbangun karena buang air kecil (62,4%), sakit kepala (62,4%) dan
53
Universitas Sumatera Utara
54
kelelahan
(84,7%). Sedangkan dari faktor lingkungan suara bising (77,6%),
penerangan (10,6%), suhu ruangan (40,0%) gigitan nyamuk yang mengganggu
tidur pasien hanya sebagian kecil (4,7%).
2.
Saran
2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan informasi kesehatan
khususnya tentang pola tidur dan gangguan tidur yang bisa dialami
pasien gagal jantung kongestif.
2.2 Bagi Pelayanan Keperawtan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pelayanan
keperawatan untuk memberikan pelayanan yang lebih komprehensif
berupa promosi kesehatan dalam meningkatkan kesadaran tentang pola
tidur dan gangguan tidur pasien gagal jantung kongestif dan bagaimana
cara mendapatkan kualitas tidur yang baik.
2.3 Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini menunjukkan pola tidur dan gangguan tidur pasien
gagal jantung kongestif, hal ini dapat dipergunakan sebagai dasar dan
referensi penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
Download