BAB III KERANGKA KONSEPTUAL 1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau ikatan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu/teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan di bab tinjauan pustaka atau boleh dikatakan oleh penulis merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti (Setiadi, 2007). Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola tidur dan gangguan tidur pada pasien gagal jantung kongestif di RSUP H.Adam Malik Medan. pola tidur klien dapat dilihat dari Waktu yang diperlukan untuk tertidur, total waktu jam tidur, Frekuensi terbangun di malam hari, Kesulitan untuk tertidur, Kepuasan terhadap tidur, Perasaan terbangun di malam hari dan Mengantuk di siang hari. (Karota Bukit, 2005) Gangguan tidur pada penelitian ini dilihat dari berbagai faktor yang mempengaruhi yaitu fisik seperti sesak nafas, nyeri, nokturia, sakit kepala, dan mudah lelah; lingkungan seperti suara bising, suhu ruangan yang panas/dingin, lampu ruangan terlalu terang dan gigitan nyamuk; psikologis seperti cemas dan depresi; tindakan keperawatan dan juga obat-obatan. Pada penelitian ini hanya meneliti fisik dan lingkungan untuk merpermudah proses penelitian dan kedua faktor ini sudah memenuhi untuk diteliti dan mendukung variabel penelitian dalam penenlitian ini. 28 Universitas Sumatera Utara 29 Gangguan tidur klien gagal jantung kongestif : Pola Tidur Klien Gagal Jantung Kongestif : − Waktu yang diperlukan untuk tertidur − Total waktu jam tidur − Frekuensi terbangun di malam hari − Kesulitan untuk tertidur − Kepuasan terhadap tidur − Perasaan terbangun di malam hari. − Mengantuk di siang hari FISIK − Dyspnea − Nyeri − Nokturia − Sakit kepala − Kelelahan LINGKUNGAN − Suara bising − Penerangan − Suhu ruangan − Gigitan nyamuk PSIKOLOGIS − emas − epresi TINDAKAN KEPERAWATAN − Keterangan : : :variabel yang diteliti :variabel yang tidak diteliti Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Pola Tidur dan Gangguan Tidur Klien Gagal Jantung Kongestif di RSUP H.Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara 30 2. Defenisi Operasional Definisi Operasional bertujuan untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan. Pengembangan instrumen (alat ukur) serta membatasi ruang lingkup variabel-variabel yang akan diteliti. No Variabel 1 Defenisi Operasinal Alat Ukur Hasil Ukur pola tidur klien gagal Bentuk yang di jantung kongestif di persepsikan atau Kuesioner yang terdiri Persentase dari pola dilaporkan oleh klien dari 7 ruang rawat inap RSUP H.Adam Malik Medan gagal jantung pertanyaan kongestif selama yang perawatan sehingga masing- menentukan masing kepuasan tidur klien, pilihan yang mencakup : jawaban : Waktu yang 1,2,3, dan diperlukan untuk 4. tidur pasien gagal jantung kongestif. tertidur, Total waktu jam tidur, Frekuensi terbangun di malam hari, Kesulitan untuk tertidur, Kepuasan terhadap tidur, Perasaan terbangun di malam hari dan perasaan mengantuk pada siang hari. Universitas Sumatera Utara 31 2 Ganguan tidur klien Hal-hal yang gagal jantung kongestif di RSUP H.Adam Malik Medan Kuesioner menyebabkan yang terdiri ketidaknyamanan dari 9 sehingga klien tidak pertanyaan dapat merpertahankan yakni 5 tidur/dapat umtuk Persentase dari gangguan tidur pasien gagal membangunkan klien faktor fisik dari tidurnya yang dan 4 untuk disebabkan dari faktor jantung kongestif faktor fisik dan faktor lingkungan lingkungan. dengan pilihan jawaban ya atau tidak. Tabel 3.1 Defenisi Operasional Pola tidur dan gangguan tidur pasien gagal jantung kongesstif di RSUP H.Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara BAB IV METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi tentang suatu keadaan secara subjektif terhadap pola tidur dan gangguan tidur pasien gagal jantung kongestif. 2. Populasi, sampel dan tekhnik sampling 2.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang dilteliti (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan informasi dari bagian Rekam Rekam Medis RSUP H.Adam Malik Medan, pasien gagal jantung kongestif di unit rawat inap pusat jantung terpadu RSUP H.Adam Malik Medan berjumlah 383 orang. 2.2 Sampel Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah karakteristik yang dimilki oleh populasi. Penelitian ini menggunakan rumus Slovin dalam Notoatmodjo (2012). Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d = Ketetapan relatif yang ditetapkan oleh peneliti (ditetapkan 10 %) 32 Universitas Sumatera Utara 33 Jadi sampel dalam penelitian ini adalah : Diketahui : N = 383 d = 0,10 = 79 (dibulatkan) 2.3 Tekhnik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan pengambilan sampel menggunakan pendekatan secara purposive sampling tehnik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dikehendaki peneliti (Setiadi, 2007). Adapun sample yang akan ditetapkan dalam penelitian ini yaitu pasien gagal jantung kongestif, dapat berkomunikasi dengan baik, dapat membaca dan menulis, dan bersedia jadi responden. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di ruang cardiac Rumah sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, karena tempat terjangkau, jumlah sampel memenuhi kebutuhan penelitian serta efektifitas waktu dan biaya. Proses pengumpulan data dilakukan pada tanggal 01 maret sampai 30 Mei 2017. Universitas Sumatera Utara 34 4. Pertimbangan etik Untuk pertimbangan etik terhadap klien yang akan dijadikan sampel dalam penelitian, sebelunya peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden (klien) tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan menandatangani lembaran persetujuan menjadi respon atau dapat diucapkan langsung secara lisan. Jika calon respoden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulakn resiko bagi individu yang menjadi responden, baik resiko fisik maupun psikologis, kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara menuliskan nama responden (inisial). Pada instrumen hanya menuliskan nomor kode yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan. Semua informasi yang diberikan kepada peneliti akan dimusnahkan instrumen peneliti setelah proses analisa data selesai. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan peneliti. 5. Instrumen penelitian Instrumen penelitian ini berupa angket dalam bentuk kuisioner yang terdiri dari : Data demografi yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik responden meliputi ; umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan status pernikahan. Kuisioner pola tidur bertujuan untuk mengidentifikasi pola tidur pasien gagal jantung kongestif. Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner yang telah Universitas Sumatera Utara 35 dimodifikasi dari Pittsburgh Sleep Quality Indeks (PSQI) yang diadopsi dari Karota Bukit (2005). Adapun instrumen pola tidur pada pasien gagal jantung kongestif yaitu waktu yang dibutuhkan untuk tertidur (kuesioner no 1), total waktu tidur (kuesioner no 2), frekuensi terbangun di malam hari (kuesioner no 3), kesulitan untuk tertidur (kuesioner 4), kepuasan terhadap tidur (kuesioner no 5), perasaan segar waktu bangun di pagi hari (kuesioner no 6), perasaan mengantuk di siang hari (kuesioner no 7). Kuesioner terdiri dari 7 pernyataan dengan masing-masing pilihan jawaban yang diberi tingkatan skor 1-4. Dimana skor 1 mengindikasikan tidak adanya gangguan pada pola tidur, sementara skor 4 mengidentifikasi adanya gangguan pola tidur pasien. Skor dari keenam komponen tidur dijumlahkan untuk menghasilkan nilai keseluruhan pola tidur dengan tingkatan nilai 7-28. Dengan skor 7 tidak adanya indikasi gangguan pola tidur dan skor 28 mengindikasikan kesulitan tidur yang berat di semua komponen tidur. Kuesioner gangguan tidur bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya gangguan tidur yang terjadi pada klien gagal jantung kongestif. Kuesioner yang digunakan yakni gangguan tidur berdasarkan faktor fisik dan faktor lingkungan. Kuesioner faktor-faktor gangguan tidur terdiri dari 10 item, yaitu 5 untuk faktor fisik dan 4 item untuk faktor lingkungan sedangkan untuk faktor psikososial dan faktor tindakan keperawatan tidak diukur pada penelitian ini. Universitas Sumatera Utara 36 6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 6.1 Validitas Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen itu mampu mengukur sesuatu yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. (Setiadi 2013) Kuesioner pola tidur ini diadopsi dari Karota Bukit (2005) yang telah dimodifikasi dari Pittsburgh Sleep Quality Indeks (PSQI) oleh Smyth (2012). Kuisioner ini telah diuji validitasnya dan layak digunakan di Indonesia. Sedangkan gangguan tidur klien gagal jantung kongestif menggunakan kuisioner yang dimodifikasi dari penelitian sebelumnya oleh Karota Bukit dan disesuaikan berdasarkan tinjauan pustaka. Instrumen ini telah diuji validitas oleh 3 dosen yang berisi gangguan tidur pada pasien gagal jantung kongestif. Setelah diuji kepada 3 dosen maka didapatkan hasil perhitungan CVI (Content Validity Index) 1.0 dimana sebuah intrumen dikatakan valid jika CVI > 0,80. 6.2 Reliabilitas Menurut Setiadi (2013) reliabilitas adalah suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat mengukur secara konsisten yang akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel yang sama. Uji reliabilitas telah dilakukan pada 30 responden pasien gagal jantung kongestif di RSUP H.Adam Malik Medan. kuisioner pola tidur sudah direliabilitas Universitas Sumatera Utara 37 dengan konsistensi cronbach’s Alpha dengan hasil 0.804 dan hasil ini dinyatakan relib. Kuisioner gangguan tidur juga telah di uji dengan menggunakan uji KR21 dinyatakan relib apabila nilai 0,6-0,7 atau lebih. Hasil reliabilitas gangguan tidur fisik didapatkan nilai 0,97 dan gangguan tidur lingkungan dengan nilai 0,72. 7. Tekhnik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur kuisioner dalam bentuk multiple choise. Dimana responden diminta memilih jawaban yang telah disediakan sesuai dengan keadaan klien saat jadi responden. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin dari tempat lokasi penelitian yaitu Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam malik Medan. Sebelum membagikan kuisioner kepada responden, peneliti meminta kesediaan klien yang sesuai dengan kriteria peneliti untuk menjadi responden dengan menandatangani lembaran persetujuan menjadi responden serta menjelaskan tujuan dan manfaat dari kuisioner yang dibagikan kepada responden. Sehingga responden natinya dapat menjawab sesuai dengan jawaban yang ditulis dari diri responden sendiri. Kuisioner yang telah diisi oleh responden, kemudian dikumpulkan untuk diperiksa kelengkapan datanya dan kemudian dinalisa. 8. Analisa Data Proses analisa data dimulai dari tahap editing; memeriksa kelengkapan data yang telah di isi oleh responden dengan memeriksa isi jawaban responden. Kemudian data yang telah diperiksa dilajutkan ke tahap coding; dengan merubah data hasil jawaban responden menjadi data berbentuk angka/bilangan. Universitas Sumatera Utara 38 Selanjutnya di processing; data yang telah dikumpulkan dalam bentuk bilangan dimasukkan dalam program komputerisasi menggunakan analisa deskriptif yang disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi dan persentase. Universitas Sumatera Utara BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 1. HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pola tidur dan gangguan tidur pasien gagal jantung kongestif di RSUP H.Adam Malik Medan melalui proses pengumpulan data yang telah dilakukan pada tanggal 20 April – 20 Mei 2017. Pengumpulan data dilakukan pada 79 responden. Hasil penelitian dibagi atas tiga bagian, yaitu deskripsi karakteristik responden, pola tidur pasien gagal jantung kongestif dan gangguan tidur pasien gagal jantung kongestif yang berjumlah 79 orang. 1.1 Deskripsi Karakteristik Responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 5665 tahun yaitu sebanyak (34,2%), responden berjenis kelamin laki-laki (59,5%) dan perempuan (40,5%), pendidikan terakhir SMP (32,9 %) dan responden bekerja sebagai buruh/tani (35,4 %). Tabel 1. Frekuensi dan persentase karakteristik responden berdasarkan data demografi (N=79) Karakteristik Responden F % Umur 12-16 tahun (remaja awal) 17-25 tahun (remaja akhir) 26-35 tahun (dewasa awal) 36-45 tahun (dewasa akhir) 46-55 tahun (lansia awal) 56-65 tahun (lansia akhir) > 65 tahun (manula) 2 6 10 7 14 27 13 2,5 7,6 12,7 8,9 17,7 34,2 16,5 39 Universitas Sumatera Utara 40 tabel 1. (Lanjutan) Karakteristik Responden F Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Pekerjaan Tidak bekerja Buruh/tani Wiraswasta PNS/POLRI % 59,5 40,5 47 32 0 24 26 21 8 27 28 17 7 0 30,4 32,9 26,6 10,1 34,2 35,4 21,5 8,9 1.2 Pola tidur pasien gagal jantung kongestif Data hasil penelitian ditampilkan dalambentuk distribusi dan persentase deskripsi responden berdasarkan pola tidur pada pasien gagal jantung kongestif di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan. Hasil penelitian mengenai pola tidur menunjukkan bahwa terdapat 89,9% responden yang menderita gagal jantung kongestif mereka membutuhkan >60 menit untuk dapat tertidur di malam hari, 51,9% responden menyatakan mereka memiliki total jam tidur <5 jam, 55,7% responden yang menyatakan bahwa frekuensi terbangun mereka ketika tidur di malam hari sebanyak >5 kali. Selain itu, ada 68,4% responden yang Universitas Sumatera Utara 41 menyatakan bahwa mereka merasa sulit untuk tertidur di malam hari, 62,0% responden menyatakan bahwa mereka kurang puas dengan tidurnya pada malam hari, 68,4% responden menyatakan mereka masih mengantuk ketika bangun di pagi hari, dan 51,9% responden juga menyatakan mereka sedikit mengantuk pada siang harinya. Tabel 2. Frekuensi dan persentase pola tidur pasien gagal jantung kongestif di RSUP HAM Medan. Parameter tidur F % Waktu untuk memulai tidur <15 menit 15-30 menit 30-60 menit >60 menit 1 2 5 71 1,3 2,5 6,3 89,9 Total jam tidur malam hari >7 jam 6-7 jam 5-6 jam <5 jam 0 4 34 41 0 5,1 43,0 51,9 Frekuensi terbangun malam Tidak ada 1-2 kali 3-4 kali >5 kali 0 3 32 44 0 3,8 40,5 55,7 Kesulitan tertidur malam hari Tidak pernah Kadang-kadang Sulit Sangat sulit 0 14 54 11 0 17,7 68,4 13,9 Universitas Sumatera Utara 42 Tabel 2 (Lanjutan) Parameter tidur F % Perasaan puas saat tidur malam hari Merasa puas Sedang Kurang puas Sangat tidak puas 0 22 49 8 0 27,8 62,0 10,1 Perasaan bangun pagi hari Segar Sedikit mengantuk Megantuk Sangat mengantuk 1 20 54 4 1,3 25,3 68,4 5,1 Perasaan mengantuk di siang hari Tidak ada Sedikit mengantuk Sedang Sangat mengantuk 5 29 41 4 6,3 36,7 51,9 5,1 1.3 Gangguan Tidur pasien gagal jantung kongestif di RSUP HAM Medan 1.3.1 Faktor Fisik Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan tidur yang dialami oleh mayoritas pasien adalah sesak nafas (93,7%), nyeri (69,6%), terbangun karena buang air kecil (65,8%), sakit kepala (62,0%) dan kelelahan (84,8%). Universitas Sumatera Utara 43 Tabel 3. Frekuensi dan persentase gangguan tidur fisik pasien gagal jantung kongestif di RSUP HAM Medan (n=85) Ya Tidak Faktor fisik Sesak nafas Nyeri Terbangun BAK Sakit kepala kelelahan F % F % 74 55 52 49 67 93,7 69,6 65,8 62,0 84,8 5 24 27 30 12 6,3 30,4 34,2 38,0 15,2 1.3.2 Faktor Lingkungan Beberapa faktor yang mengganggu tidur pasien gagal jantung kongestif diantaranya faktor lingkungan berupa suara bising, penerangan, suhu ruangan yang tidak sesuai dan juga gigitan nyamuk. Tabel 4 menunjukkan mayoritas klien mengalami gangguan tidur pada suara bising (75,9%), penerangan (11,4%), suhu ruangan tidak sesuai (43,0%) dan gigitan nyamuk (5,1%). Tabel 4. Frekuensi dan persentase gangguan tidur faktor lingkungan pasien gagal jantung kongestif di RSUP HAM Medan (n=85) Ya Tidak Faktor lingkungan F % F % Suara bising 60 75,9 19 24,1 Penerangan 9 11,4 70 88,6 Suhu ruangan 34 43,0 45 57,0 Gigitan nyamuk 4 5,1 75 94,9 Universitas Sumatera Utara 44 2. Pembahasan Pembahasan ini bertujuan untuk membahas hasil dari pola tidur dan ganguan tidur pasien gagal jatung kongestif di Rumah Sakit Umum H.Adam Malik Medan. pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan jumlah responden 79 orang. 2.1 Karakteristik Responden Data hasil penelitian menunjukkan bahwa responden berusian 56-65 tahun (34,2%). usia mempengaruhi pola tidur seperti waktu yang dibutuhkan untuk dapat tertidur, semakin bertambah usia seseorang maka semakin waktu yang dibutuhkan untuk dapat tertidur sehingga total jam tidurnya pun berkurang (Hidayat, 2006). Penyakit jantung lebih banyak terjadi pada usia diatas 50 tahun, dikarenakan pengaruh gaya hidup yang tidak sehat seperti stress, merokok dan kurangya aktivitas fisik (Morton, 2011). Responden berjenis kelamin laki-laki (59,5%) dan perempuan (40,5%). Menurut Muttaqin (2009) menunjukkan bahwa laki-laki memiliki resiko 2-3 kali penyakit jantung dibandingkan wanita sebelum menopause. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti meminum minuman keras. Tingkat pendidikan terakhir responden yaitu SMP (32,9%), SD (30,4%), SMA (26,6%) dan perguruan tinggi (8,9%). Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan perilaku melalui pengajaran, sehingga pendidikan itu perlu mempertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubunganya dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu Universitas Sumatera Utara 45 faktor yang mempengaruhi persepi seseorang untuk lebih mudah menerima ideide dan tekhnologi yang baru (Notoatmodjo, 2010). Tingkat pendidikan seseorang dapat mendukung atau memengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dan taraf pendidikan yang rendah selalu berhubungan dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas, semakin tinggi tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula pemahaman seseorang terhadap informasi yang didapat dan pengetahuannya pun akan semakin tinggi. Pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang tidak peduli terhadap program kesehatan yang ada, sehingga mereka tidak mengenal bahaya yang mungkin terjadi. Pendidikan tinggi seseorang akan membangkitkan partisipasinya dalam memelihara dan menjaga kesehatannya, dan berpendidikan tinggi juga akan cenderung memperhatikan kesehatan diri dan keluarga. Responden bekerja sebagai buruh/tani (35,4%), wiraswasta (21,5%), tidak bekerja (34,2%), dan bekerja sebagai PNS/POLRI (8,9%). Pekerjaan yang berat diketahui dapat menjadi beban dan menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan, terutama pada sistem kardiovaskular. Aktivitas fisik pada penderita Congestive Hearth Failure harus disesuaikan dengan tingkat gejala. Aktivitas fisik yang cukup dapat meringankan gejala CHF, tetapi aktivitas yang berlebihan dapat memperburuk kondisi penderita CHF (Vani, 2011). Seorang buruh atau petani juga menempatkan mereka kepada risiko terkena penyakit jantung, hubungan antara pekerjaan dan kerentanan terkena penyakit kronis diduga dengan kegiatan fisik yang dilakukan pasien. Buruh atau petani jelasnya lebih melakukan aktivitas yang cukup berat sehingga memperburuk kondisi kesehatan mereka. Universitas Sumatera Utara 46 2.2 Pola Tidur Pasien Gagal Jantung Kongestif Pola tidur adalah ritme jadwal tidur dan bangun seseorang dalam jangka waktu tertentu pada malam hari dan meliputi waktu untuk memulai tidur, frekuensi terbangun malam, kepuasan tidur, kedalaman tidur dan konsetrasi beraktivitas (Potter & Perry, 2010) serta total jam tidur dan rasa segar bangun pagi ( Smyth, 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lamanya waktu yang dibutuhkan untuk memulai tertidur di malam hari adalah lebih dari >60 menit (89,9%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hannum (2014) bahwa waktu yang diperlukan untuk dapat memulai tertidur pasien yang mengalami gangguan pada jantung membutuhkan waktu untuk memulai tertidur lebih dari 60 menit (42,9%). Hasil ini berbeda dengan kondisi yang normal yaitu untuk mendapatkan istirahat yang baik individu memerlukan waktu sekitar lma belas hingga dua puluh menit agar dapat tertidur (Maas, 2002). Hal ini sesuai dengan pendapat Corwin (2009) bahwa penderita pasien CHF akan menimbulkan masalah keperawatan dan gangguan pada tidurnya. Selanjutnya bila dianalisa dari pertanyaan responden, sebanyak 51,9% responden mempunyai total jam tidur <5 jam. Dan hanya 8% responden yang memiliki total jam tidur 6-7 jam. Pola tidur normal lansia akhir (56-65 tahun) yaitu ±6 jam/hari (Wartonah, 2010). Dilihat dari segi umur sebagian besar responden 34,2% berumur 56-65 tahun, responden seharusnya memiliki total jam tidur 6 jam/hari. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wilkinson (2005) pada Universitas Sumatera Utara 47 pasien gagal jantung dijumpai ganguuan pada pola tidur, yang disebabkan oleh nocturia, cemas dan kesulitan mengatur posisi tidur karena Nocturnal Dipsnea. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa responden memliki frekuensi terbangun >5 kali saat tidur malam (55,7%). Normalnya frekuensi terbanguntidur di malam hari pada orang dewasa yaitu 1-2 kali (Potter& Perry, 2005). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pemberian obat pada pasien gagal jantung kongestif salah satunya diuretik akan menyebabkan nocturia sehingga tidur menjadi terganggu karena sering berkemih dan klien akan sering terbangun (Potter& Perry, 2005). Selain itu, International Classification of Sleep Disorders mengemukakan bahwa penggunaan obat stimulan yang kronik (amfetamin, kafein, nikotin), antidepresan dapat menimbulkan putus-putusnya fase tidur REM sehingga menyebabkan klien sering terbangun. Pada penenlitian ini pasien gagal jantung kongestif mengalami kesulitan untuk tertidur di malam hari (68,4%). Hal ini sejalan dengan penelitian Heo dkk (2007) bahwa diperkirakan sekitar 90% pasien gagal jantung mengalami gejala fisik seperti sesak nafas dan kelelahan. Hal ini yang menjadi pemicu pasien kesulitan untuk tertidur di malam hari, bahwa sejumlah faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur, adalah faktor fisikologis, seperti: penyakit fisik karena kesulitan bernafas dapat menyebabkan masalah tidur (Potter & Perry, 2005). Sebanyak 49 responden (57,6%) merasa kurang puas dengan tidurnya di malam hari, perubahan pola tidur merupakan jumlah waktu untuk tidur berkurang, peningkatan waktu untuk memulai tertidur, sering terbangun di malam hari, Universitas Sumatera Utara 48 perasaan tidak segar dipagi hari dan tidak merasa puas dengan tidurnya. (Potter & Perry, 2005) Responden masih mengantuk di pagi hari (64,7%), hal ini mengindikasikan bahwa tidak segar sewaktu bangun dipagi hari dapat disebabkan berbagai faktor masalah kesehatan yang meningkatkan frekuensi. Pasien juga mengalami sedikit mengantuk pada siang harinya (54,1%). Mengantuk di siang hari dapat mengindikasikan dari frekuensi terbangun di malam hari. Banyak faktor yang mepengaruhi kualitas dan kuantitas tidur responden yaitu faktor fsikologis dan lingkungan, stress emosional juga menyebabkan seseorang sulit untuk tertidur , sering terbangun selama siklus terbangun atau terlalu banyak tidur, dan lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur (Potter & Perry, 2005). Hal ini sesuai dengan kesimpulan penelitian yang dilakukan Fachrunnisa (2015) yang meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pada pasien CHF yaitu ada hubungan antara kecemasan dengan kualitas tidur responden, ada hubungan antara pernpasan (PND) dengan kualitas tidur responden. Berdasarkan analisa peneliti pada pasien gagal jantug kongestif yang mengalami gangguan pada tidurnya mereka mengalami stres yang berlebihan, munkin dikarenakan kondisi yang mereka alami saat ini, masa depan dirinya, keluarga dan biaya yang mereka keluarkan selama perawatan sehingga memperburuk keadaan mereka dan membuat mereka tidak mendapatkan tidur yang cukup dan tidak nyeyak dengan tidurnya. Universitas Sumatera Utara 49 2.3 Gangguan Tidur pasien gagal jantung kongestif 2.3.1 Faktor Fisik Pada penelitian ini 93,7% pasien mengalami sesak nafas karena adanya perpindahan cairan dari jaringan kedalam kompartemen intravaskular sebagai akibat dari tidur terlentang. Hai ini sesuai dengan penelitian Fachrunnisa (2015) yang menunjukkan bahwa 56,3% klien gagal jantung kongestif mengalami Paroxysmal Nocturnal Dyspnea. Kejadian PND ini dialami responden setelah beberapa jam tertidur. PND dapat terjadi 1-2 kali dalam satu malam sehingga pasien yang baru mulai terlelap dapat terbangun lagi yang mengakibatkan ganguuan kualitas tidur NREM. Selain itu sesak nafas pada pasien gagal jantung kongestif dapat membangunkan pasien dari tidurnya sehingga sulit dalam memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur. Kurangnya tidur selama periode yang lama dapat menyebabkan penyakit lain atau memperburuk penyakit yang ada (Potter & Perry, 2009). Berdasarkan analisa peneliti pada pasien gagal jantung kongestif yang mengalami sesak nafas mengakibatkan orang tersebut kurang dapat berinteraksi dengan orang lain dengan efektif. Mereka menunjukkan tandatanda curiga dan gampang marah serta membuat mereka tidak mendapatkan tidur yang cukup dan kurang puas dengan tidurnya. Pasien gagal jantung kongestif yang mengalami nyeri sebanyak 69,6% dan ini dapat mengganggu tidur pasien. Rasa nyeri yang timbul pada CHF adalah akibat dari iskemia (Angina Pektoris), nyeri penyakit jantung menyebar ke lengan dan pergelangan tangan rahang dan gigi (McGlynn, 2005). Karakteristik nyeri yang dialaporkan responden berbeda-beda seperti nyeri seperti dihempit sesuatu, Universitas Sumatera Utara 50 rasa ditusuk-tusuk dan nyeri yang muncul ketika merasakan sesak. Menurut Reddeker (2012) salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas tidur adalah nyeri. Penyakit fisik yang diderita seseorang dapat menyebabkan gangguan tidur, kekurangan tidur dapat menyebabkan kurangnya konsentrasi dan mudah marah. Penanganan rasa nyeri harus dilakukan secepat mungkin untuk mencegah aktivasi saraf simpatis, karena akan menyebabkan takikardi, vasokontriksi, dan peningkatan tekanan darah yang pada tahap selanjutnya dapat memperberat beban jantung. Penanganan nyeri yang dilakukan pada responden untuk menciptakan suasana yang nyaman untuk beristirahat sehingga kebutuhan tidur pasien pun tercukupi. Sementara itu pasien merasa terganggu tidurnya dikarenakan sering terbangun karena ingin buang air kecil (65,8%). Nocturia atau berkemih pada malam hari, mengganggu tidur dan siklus tidur. Kondisi ini sudah sering terjadi pada klien penyakit jantung, setelah seseorang berulang kali terbangun untuk berkemih, menyebabkan kembali untuk tertidur lagi menjadi sulit (Potter & Perry 2005). Hasil penelitian menunjukkan pasien gagal jantung kongestif mengalami sakit kepala (62,0%). Hal ini mengakibatkan pasien merasa tidak nyaman dan akan mengganggu tidurnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa rasa tidak nyaman merupakan salah satu faktor terjadinya gangguan tidur dimana seseorang akan gelisah da sulit untuk mendapatkan tidur yng nyeyak (Potter & Perry 2010). Berdasarkan hasil yang didapat maka peneliti berasumsi bahwa pusing yang berkepanjangan dialami pasien gagal jantung kongestif sangat berpengaruh Universitas Sumatera Utara 51 terhadap kebutuhan istirahat dan tidur pasien, sehingga pasien tidak nyaman dengan tidurnya dan pasien mengalami gangguan tidur. Pada penelitian ini masalah yang sering dialami pasien gagal jantung kongestif adalah pasien mengalami kelelahan (84,8%) dikarenakan keadaannya sekarang. Kelelahan dapat menyebabkan gangguan tidur, dimana biasanya sesorang yang kelelahan akan merasa seolah-olah mereka bangun ketika tidur dan biasanya tidak mendapatkan tidur yang dalam. (Potter & Perry 2005). 2.3.2 Faktor Lingkungan Gangguan tidur juga disebabkan oleh faktor lingkungan, diantaranya adalah suara bising, penerangan, suhu ruangan yang tidak sesuai dan ganguan dari gigitan nyamuk. Dari hasil penelitian 75,9% responden mengalami gangguan tidur bila berada pada lingkungan yang menimbulkan suara bising. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hanning (2009) bahwa, kebisingan dapat menyebabkan tertundanya tidur dan juga dapat membangunkan seseorang dari tidur. Suara yang rendah lebih sering membangunkan seseorang dari tidur tahap 1, sementara suara yang keras membangunkan orang pada tahap tidur 3 dan 4. Level suara dalam percakapan yang normal sekitar 50 dB (Potter & Perry 2005). Menurut Freedman, Kotzer, & Schwab dalam bukit (2005) merekomendasikan level suara di rumah sakit termasuk ruangan penyakit dalam pada malam hari seharusnya <40 dB. Sorot lampu ruangan yang terlalu terang pernah dirasakan oleh 9 orang responden (11,4%) dan mayoritas diantaranya (88,6%) tidak mengalami gangguan tidur. Hal ini tidak sesuai dengan Lee (1997), menyatakan bahwa seseorang Universitas Sumatera Utara 52 mengalami gangguan tidur apabila tidur diruangan yang terlalu panas ataupun terlalu dingin dan dapat menghambat sekresi melatonin dalam tubuh. Hal ini mungkin dikarenakan responden sudah merasa sesuai dengan sistem penerangan pada ruangan di rumah sakit dan merasa tidak terganggu dengan tidur mereka. Suhu ruangan juga mempengaruhi tidur pasien dimana hasil penelitian menunjukkan (43,0%) terganggu dengan suhu ruangan yang terlalu panas atau terlalu dingin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lee (2007) bahwa, seseorang akan mengalami gangguan tidur apabila tidur diruangan yang terlalu panas ataupun terlalu dingin. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan dengan pendapat Potter & Perry (2005) yang menytakan bahwa ruangan yang terlalu panas dan terlalu dingin seringkali membuat seseorang gelisah, keadaan ini akan mengganggu tidur seseorang. Hal ini juga dilaporkan Suci (2015) bahwa suhu ruangan mempengaruhi kenyamanan tidur seseorang 58%. Klien gagal jantung kongestif yang merasa terganggu kerena gigitan nyamuk hanya 5,1% dan mereka menyatakan hal tersebut disebabkan kondisi lingkungan dan seringnya pintu kamar mandi mereka terbuka. Inilah yang menyebabkan mereka merasa terganggu dengan nyamuk. Berdasarkan hasil yang didapat, peneliti menganalisa bahwa nyamuk timbul karena kurang kesadaran dalam menjaga dan memelihara lingkungan. Universitas Sumatera Utara BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan mengenai pola tidur dan gangguan tidur pasien gagal jantung kongestif di RSUP H. Adam Malik Medan. 1. Kesimpulan Hasil Penelitian Dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 56-65 tahun (34,1 %), responden berjenis kelamin laki-laki (55,3%), berpendidikan terakhir SMP (30,6 %) dan mayoritas responden bekerja sebagai buruh/tani (32,9 %). Hasil penelitian yang didapatkan pola tidur pasien gagal jantung kongestif mayoritas berada pada pola tidur dengan karakteristik rendah pada aspek penilaian tujuh indikator komponen parameter tidur, hal ini menunjukkan bahwa pola tidur klien dengan gagal jantung kongestif benar dalam kondisi tidak normal. Dapat dilihat dari mayoritas responden dapat memulai tertidur lebih dari 60 menit (84,7%), total jam tidur <5 jam (48,2%), frekuensi terbangun di malam hari sebanyak >5 kali (51,8%). merasa sulit untuk tertidur di malam hari (63,5%), kurang puas dengan tidurnya pada malam hari (57,6%), merasa mengantuk ketika bangun di pagi hari (64,7%), dan sedikit mengantuk pada siang harinya (54,1%). Gangguan tidur utama dari faktor fisik adalah sesak nafas (94,1%), nyeri (64,7%), terbangun karena buang air kecil (62,4%), sakit kepala (62,4%) dan 53 Universitas Sumatera Utara 54 kelelahan (84,7%). Sedangkan dari faktor lingkungan suara bising (77,6%), penerangan (10,6%), suhu ruangan (40,0%) gigitan nyamuk yang mengganggu tidur pasien hanya sebagian kecil (4,7%). 2. Saran 2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan informasi kesehatan khususnya tentang pola tidur dan gangguan tidur yang bisa dialami pasien gagal jantung kongestif. 2.2 Bagi Pelayanan Keperawtan Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pelayanan keperawatan untuk memberikan pelayanan yang lebih komprehensif berupa promosi kesehatan dalam meningkatkan kesadaran tentang pola tidur dan gangguan tidur pasien gagal jantung kongestif dan bagaimana cara mendapatkan kualitas tidur yang baik. 2.3 Bagi Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini menunjukkan pola tidur dan gangguan tidur pasien gagal jantung kongestif, hal ini dapat dipergunakan sebagai dasar dan referensi penelitian selanjutnya. Universitas Sumatera Utara