MODUL PERKULIAHAN Sejarah dan Aliran Psikologi Teori Konvergensi Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi Tatap Muka 07 Kode MK Disusun Oleh 61091 Rizka Putri Utami, M.Psi Abstract Kompetensi Modul ini berisi tentang teori konvergensi Mahasiswa menjelaskan psikologi. mampu memahami dan teori konvergensi dalam Pengertian Teori Konvergensi (berasal dari kata Convergence (Inggris) yang berarti pertemuan di satu titik) menyatakan bahwa pembentukan atau perkembangan kepribadian seseorang ditentukan oleh faktor pembawaan dan juga faktor lingkungan di sekitarnya, hal ini dikemukakan oleh salah satu tokohnya yaitu William Louis Stern. Teori konvergensi didalam ilmu psikologi merupakan sebuah teori yang tergolong masih baru karena teori ini merupakan gabungan dari teori nativisme dan teori empirisme dimana kedua teori tersebut sangat erat kaitannya dengan paham filsafat. Teori konvergensi muncul di dalam ilmu psikologi untuk menjembatani kedua paham yaitu : teori nativisme dan teori empirisme. Walaupun kebanyakan para ilmuwan di berbagai bidang saat ini lebih mempercayai pengetahuan manusia secara umum dibentuk melalui pengalaman. Sebelumnya akan dibahas secara singkat pengertian paham nativisme dan empirisme terlebih dahulu dan memperlihatkan kelemahan kedua teori tersebut sehingga muncul teori konvergensi. Teori Empirisme Teori empirisme menyatakan bahwa watak/kepribadian dibentuk oleh pengalamanpengalaman yang diperoleh secara inderawi, John Locke yang merupakan salah satu filsuf Inggris yang sangat mempengaruhi aliran empirisme memperkenalkan suatu diktum sebagai berikut: “Andaikan pikiran manusia sebagai kertas putih yang tak ada sama sekali materi di dalamnya, lalu, pikirkan bagaimana manusia caranya pikiran manusia bisa memiliki banyak corak? Darimana asalnya semua penalaran dan pengetahuan yang ada dalam diri manusia? Hal itu cuma memiliki satu jawaban yaitu pengalaman.” Locke membuat perumpamaan pikiran manusia sebagai sebuah kertas putih / batu tulis yang disebut sebagai tabula rasa (sebenarnya konsep tabula rasa ini pertama kali diungkapkan oleh Aristoteles) yang diisi oleh pengalaman-pengalaman inderawi manusia yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Hal ini berarti bahwa tanpa pengalaman maka 2015 2 Sejarah dan Aliran Psikologi Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id manusia hampir tidak mungkin untuk memproduksi pengetahuan dan ilmu pengetahuan, melakukan proses belajar, introspeksi diri, dan lain-lain. Di sisi lain, teori empirisme tetap mempunyai kelemahan. Banyak dari psikolog mempertentangkan hal tersebut, kebanyakan para psikolog yang berseberangan alirannya dengan teori empiris. Contohnya adalah Steven Pinker berargumen bahwa meskipun kita mengijinkan pengalaman inderawi mempengaruhi pikiran dan sikap kita, adalah kesalahan dalam berfikir bahwa cara kerja otak manusia seperti komputer yang bisa mendownload materi kedalam otak dan menaruhnya dalam “file-file” tertentu. Pinker mengajukan pernyataan yang sangat sederhana, saat anda membaca sebuah buku pada halaman pertama, kemudian tutuplah buku tersebut dan tulis ulang semua kata-kata yang tertera di dalam halaman pertama buku tersebut secara akurat, ia yakin seseorang tidak akan mampu melakukan hal tersebut dan hanya mampu membuat intisari dari bacaan tersebut, karena pada dasarnya otak manusia diciptakan hanya dengan dua sistem proses berfikir yaitu semantic (pengartian & pemahaman) dan syntax (logika dan struktur). Teori Nativisme Teori Nativisme menganggap bahwa manusia sudah memiliki watak/kepribadian yang bersifat bawaan (sejak lahir) yang sering disebut sebagai innate / original idea (sebuah ide yang diperoleh tanpa melalui proses persepsi ataupun pengaruh dari lingkungan sekitarnya). Hal ini seringkali berkaitan dengan konsep intelegensia seseorang. Selain itu ada juga yang disebut sebagai adventitious idea, merupakan sebuah ide atau konsep yang muncul (melalui proses kognisi) disebabkan karena obyek yang ada di luar fikiran kita. Secara filsafati teori ini berasal dari paham rasionalisme Phytagoras seorang filsuf Yunani Kuno pada abad ke 6 SM yang kemudian dikembangkan oleh Gottfried Wilhelm Leibniz. ia meragukan argumen John Locke mengenai tabula rasa dan menyebutkan bahwa terdapat suatu “jiwa” (logos) “The question of the origin of our ideas and our maxims is not preliminary in Philosophy and we must have made great progress in order to solve it successfully, I think, however, that I can say that our ideas, even those of sensible things come from within our own soul...” Leibniz menyatakan bahwa ada hal-hal yang nyata oleh indra manusia sekalipun itu berasal dari jiwa. Argumen yang dibuat oleh Leibniz cenderung bersifat metafisika dan bersifat subyektif karena dalam paham filsafatnya, ia seringkali mengaitkannya dengan teologi. Namun demikian, Leibniz sangat percaya intelektualitas bersifat bawaan karena ia adalah seorang inventor (penemu) dibanding seorang filsuf murni seperti John Locke. 2015 3 Sejarah dan Aliran Psikologi Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Teori Nativis utamanya menyatakan bahwa faktor intelegensia seseorang ditentukan oleh faktor genetika. Penelitian dibidang ini kebanyakan dilakukan oleh ahli biologi. Menurut paham nativisme, cara berfikir dan berperilaku manusia sama sekali tidak berkaitan dengan faktor lingkungan di sekitarnya (secara psikologis masing-masing manusia mempunyai jati dirinya masing-masing yang bersifat unik). Hal ini ada benarnya, jika misalnya dikaitkan dengan sejarah terciptanya ilmu matematika, Phytagoras. Ia tidak melakukan observasi empiris saat ia menciptakan rumus Phytagoras. Hal tersebut merupakan logika terstruktur yang ada didalam fikiran yang disebut oleh banyak orang adalah ide orisinil. Dari contoh tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa tidak selamanya pengamatan inderawi manusia turut mempengaruhi pemikirannya. Di dalam perkembangan ilmu psikologi selanjutnya, Franz Joseph Gall seorang fisiolog dari Jerman menciptakan metode yang dinamakan phrenology untuk melacak jejak pembawaan kepribadian seseorang namun karena kurang kuat dasar-dasar ilmiahnya (pseudo-science) maka metode ini tidak bertahan lama. Contoh kejanggalan di dalam teori nativisme adalah bagaimana mungkin seseorang bisa melakukan sebuah kegiatan (misalnya belajar berenang) tanpa adanya proses kesadaran yang didapat melalui saraf-saraf inderawi? Maka dari itu teori konvergensi muncul di dalam ilmu psikologi untuk menjembatani kedua paham yaitu : teori nativisme dan teori empirisme. 2015 4 Sejarah dan Aliran Psikologi Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id William Louis Stern (1871-1938) Stern adalah salah satu pelopor dari psikologi modern. Peranan utamanya terletak dalam kemampuannya untuk menyatukan teori-teori yang saling bertentangan untuk menerangkan tingkahlaku. Ia melihat bahwa tiap teori mempunyai kekuatannya sendiri dan masing-masing mengandung kebenaran untuk menerangkan gejala-gejala tertentu. Suatu gejala mungkin dapat dijelaskan dengan suatu teori tertentu tetapi tidak dapat dijelaskan dengan teori tertentu lainnya, tetapi tidak dapat dijelaskan oleh teori – teori yang nampaknya saling bertentangan walaupun sesungguhnya saling melengkapi. Stern berkebangsaan Jerman. Ia lahir di Berlin pada tanggal 29 April 1871, tetapi meninggal di Amerika Serikat, yaitu di Durham, North California pada tanggal 27 Maret 1938. Hal ini disebabkan karena pada 1933 ia tepaksa melarikan diri ke Amerika Serikat karena alasan rasial. Sebelum ia melarikan diri ke Amerika Serikat ia menjadi mahasiswa di Berlin dan kemudian menjadi dosen di Breslau sampai tahun 1916. Setelah itu ia bekerja di Hamburg dalam riset psikologi, dalam kesempatan ini ia ikut mendirikan Universitas Hamburg berikut laboraturium psikologinya dan kemudian menjadi direktur lembaga psikologi di Universitas Hamburg tersebut sampai tahun 1933. Di Amerika Serikat ia mengajar di Harvard dan Duke University. William Stern mendefinisikan psikologi sebagai berikut. Psikologi adalah ilmu tentang individu yang mengalami/ menghayati dan individu yang mampu mengalami/ menghayati. 2015 5 Sejarah dan Aliran Psikologi Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dengan definisi ini ia menjembatani teori-teori dari aliran nativisme dan empirisme. Individu yang mengalami atau menghayati adalah objek dari empirisme. Sedangkan individu yang berkemampuan untuk mengalami atau menghayati adalah pandangan dari nativisme. Kedua paham ini dianut sekaligus oleh Stern. Disamping itu, dengan definisinya diatas, Stern juga mencoba memecahkan persoalan hubungan antara badan dan jiwa. Hubungan itu dikatakan oleh Stern, terletak dalam penghayatan, karena jiwa mengalami atau menghayati sesuatu selalu melalui badan dan sebaliknya bila jiwa hendak mengekspresikan sesuatu juga harus melalui badan. Kemudian Stern juga mencoba menyatukan antara teori elementisme dan teori totalitas. Paham Stern yang selalu mencoba menyatukan paham-paham yang berlawanan disebut sebagai paham atau teori konvergensi. Stern adalah seorang yang sangat produktif. Karya-karyanya tidak terbatas dalam salah satu cabang terapan (applied psychology). Salah satu penemuannya yang sangat penting adalah tentang konsep I.Q., yaitu singkatan dari “Intelligence Quptient” atau taraf kecerdasan. Dasar teori dari konsep I.Q. adalah adanya perbedaan pada tiap-tiap orang dalam hal tingkat kecerdasannya. Dengan demikian maka Stern adalah penganut paham psikologi diferensial. Untuk mengukur tingkat kecerdasan pada tiap orang, Stern mengemukakan istilah I.Q. Ia adalah orang pertama yang mengemukakan istilah yang sampai sekarang masih banyak dipakai, baik dalam dunia psikologi pendidikan maupun dalam masyarakat umum. Stern merumuskan I.Q. sebagai perbandingan umur mental (mental age) seseorang terhadap umur kalendernya (calender age atau chronological age). Hasil perbandingan itu dikalikan 100 untuk menghilangkan angka-angka di belakang koma. Dengan demikian maka rumas I.Q. adalah : (MA/CA) x 100 Dimana MA = Mental Age (usia mental) CA = Calender/ Chronological Age (usia sesungguhnya). (Rumus I.Q. ini kemudian dianut oleh L.M Terman) Berikut ini adalah beberapa gambaran menghitung IQ seseorang dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Stern: - Seseorang yang taraf kecerdasannya rata-rata atau normal, mempunyai usia mental yang sama atau mendekati usia kalender. Jadi seseorang yang berusia mental 10 2015 6 Sejarah dan Aliran Psikologi Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tahun, sedangkan usia kalendernya juga 10, maka I.Q. nya adalah (10 / 10) x 100 = 100. - Kalau usia mental orang itu adalah 12 tahun sedangkan umur kalendernya masih 10 tahun, maka I.Q nya adalah 120. - Sebaliknya kalau usia mentalnya baru setaraf dengan anak 8 tahun sedangkan umur kalendernya sudah 10 tahun maka orang itu mempunyai I.Q 80, yang berarti bahwa taraf kecerdasannya tidak setinggi anak normal. Adapun usia mental seseorang dapat dilihat melalui aktivitas atau kegiatan anak itu sehari-hari ataupun dari prestasi sekolahnya, tetapi bisa juga dengan menggunakan alat test khusus. Tetapi teknik pengukuran I.Q. secara ini hanya dapat dilakukan sampai batas umur tertentu karena usia mental seseorang tidak berkembang atau bertambah untuk selamanya, melainkan akan terhenti sampai batas umur tertentu (antara 15 – 20 tahun). Untuk mengukur I.Q. orang yang berusia di atas 20 tahun maka perlu digunakan tes khusus yang bisa langsung mengukur I.Q. tanpa harus membagi atau menghitung perbandingan tersebut diatas. Sekalipun demikian, arti daripada I.Q. itu tetap sama, yaitu: - > 100 dikategorikan lebih pandai dari rata-rata - = 100 adalah rata-rata normal, - < 100 dikategorikan di bawah normal. Karya lain dari Stern adalah dalam bidang psikologi perkembangan dan psikologi kejujuran dan perusahaan. Bahkan dalam salah satu karyanya berjudul “Beitrage zur psychologie des Aussage” (Sumbangan terhadap psikologi kesaksian) (1903). Stern telah mengemukakan tentang psikologi pengadilan atau psikologi forensik, suatu cabang psikologi yang sampai sekarang belum berkembang dengan baik. 2015 7 Sejarah dan Aliran Psikologi Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Intelegensia dan Interaksi Sosial Faktor intelegensia dan interaksi sosial merupakan sebuah isu klasik di dalam dunia psikologi yang berkenaan dengan teori Konvergensi. Para pakar psikologi ataupun biopsikologi seringkali menyebutnya perdebatan Nature-Nurture. Jauh sebelum para pakar psikologi yang lebih modern muncul, Rene Descartes pernah mengajukan konsep mindbody problem atau Cartesian Dualism di dalam filsafat yang berarti bahwa keberadaan atau kesadaran manusia oleh faktor jiwa (intelegensia) dan material/lingkungan. Yang sebenarnya mempunyai arti kurang lebih sama dengan paham teori konvergensi didalam ilmu psikologi. Oleh karena itu penting bagi untuk mengkaji lebih dalam kedua hal tersebut. Intelegensia Didalam ilmu psikologi masalah intelegensia merupakan salah satu bahasan pokok yang biasanya dibahas di dalam psikologi kognitif. Psikologi kognitif memberikan definisi intelegensi secara fungsional dan terbatas yaitu : penyesuaian diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru. Walaupun pada masa kini kesahihan dari IQ test agak dipertanyakan validitasnya karena saat ini telah muncul konsep EQ (Emotional Quotient), kebanyakan para psikolog saat ini juga memperhatikan unsur ini karena sangat berpengaruh di dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Hal ini karena manusia pada kehidupannya tidak hanya ikut didalam kegiatan yang bersifat intelektual saja. Masalah justru sering muncul dari aspek sosial yang berkaitan dengan sifat-sifat emosional manusia. Misalnya masalah antara pasangan suami-istri, konflik di dalam sebuah organisasi ataupun perusahaan, seringkali hal-hal tersebut tidak dapat diprediksi oleh IQ test, jadi seseorang yang mempunyai score yang tinggi di dalam IQ testnya belum tentu menjadi seorang yang berhasil di dalam kehidupan sehari-harinya. Di dalam penelitian mengenai IQ sendiri, terdapat perbedaan-perbedaan mengenai aspek intelegensi. Aspek intelegensi terdiri dari dua faktor, yaitu: - G factor, semua aspek intelegensia seseorang mempunyai korelasi satu sama lain). - S factor, aspek kecerdasan seseorang berdiri sendiri dan tidak berkorelasi dengan aspek kecerdasan lainnya. Secara umum konsep intelegensia seseorang di dalam ilmu psikometri diukur menggunakan teknik statistik yang disebut analisis faktor, yang terdiri dari tujuh kemampuan yaitu : 1. Pemahaman lisan. 2. Kefasihan kata-kata. 3. Kemampuan angka-angka. 4. Penglihatan ruang. 2015 8 Sejarah dan Aliran Psikologi Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 5. Ingatan asosiatif. 6. Kecepatan persepsi. 7. Penalaran. Penelitian Intelegensia juga pernah dilakukan oleh tiga orang ilmuwan yaitu Gregory Cochran, Jason Hardy dan Henry Harpending pada tahun 2005. Penelitian ini dilakukan pada salah satu suku Yahudi yaitu suku Ashkenazi. Ashkenazi merupakan salah satu subgroup dari ras Yahudi yang berimigrasi ke Eropa Tengah terutama ke sekitar kawasan Jerman, Polandia dan negara-negara Eropa Timur seperti Rusia. Mereka dikenal karena banyak melahirkan para ilmuwan yang pada umumnya dikenal oleh dunia diantaranya Albert Einstein, Sigmund Freud (penemu psikoanalisa) dan Karl Marx (penemu aliran sosialiskomunis bersama Friedrich Engels) selain itu 27% yang memenangkan Nobel Prize di bidang Ilmu Pengetahuan juga berasal dari suku Yahudi tersebut. Dari hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa suku tersebut mempunyai kecerdasan yang sangat baik dibidang logika matematika dan penalaran secara verbal dibandingkan ras yang lain. Namun kurang baik di dalam kecerdasan spasial, tetapi beberapa ilmuwan meragukan hal tersebut karena mereka menganggap bahwa kesuksesan suku Ashkenazi Yahudi di bidang ilmu pengetahuan secara khususnya juga sangat dipengaruhi faktor kebudayaan Yahudi yang sangat giat mempromosikan kegiatan intelektual. Pendapat yang kedua memang juga memiliki kebenaran bahwa faktor kebudayaan juga sangat mempengaruhi hal tersebut, contohnya adalah ketika tradisi wanita Yahudi yang sedang hamil mereka melakukan intensitas yang cukup besar terhadap kegiatan di bidang matematika dan piano yang dianggap dapat meningkatkan kecerdasan embrio si anak yang masih dalam pembentukan di dalam rahim. Steven Pinker juga menyatakan bahwa penelitian tersebut juga harus dilakukan terhadap anak yang diasuh oleh orang tua angkatnya agar validitasnya lebih kuat, apakah betul ada sebuah ras unggul yang bersifat pembawaan atau semua hanyalah faktor kebudayaan saja. Martin Zacharias Dase seorang remaja berusia 14 tahun dari Jerman di abad ke-19, ia mampu menghitung perkalian 79.532.853 dan 93.758.479 dalam waktu 54 detik, hal ini juga menunjukkan bahwa faktor genetik tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Sedangkan di Amerika Serikat penelitian terhadap IQ pernah membuktikan bahwa IQ orang-orang kulit putih AS lebih tinggi daripada orang-orang kulit hitam AS, hal ini dalam kebudayaan Amerika Serikat dahulunya orang-orang kulit hitam adalah budak dan kelas sosial mereka jauh lebih rendah. Namun dalam beberapa generasi belakangan ini hal tersebut mulai terkikis pelan-pelan dalam budaya Amerika Serikat dan orang-orang kulit hitam keturunan mulai menduduki posisi-posisi penting di pemerintahan, contohnya adalah Presiden AS Barrack Obama dan Mantan Menlu AS Condolezza Rice. 2015 9 Sejarah dan Aliran Psikologi Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Interaksi Sosial Hubungan manusia dengan manusia lainnya atau hubungan manusia dengan kelompok, atau hubungan kelompok dengan kelompok lainnya inilah yang disebut interaksi sosial. Teori Konvergensi selain berkaitan erat dengan intelegensia juga sangat berkaitan dengan interaksi sosial. Hal ini juga menjadi salah satu pembahasan utama di dalam bidang psikologi sosial, dimana aspek-aspek ilmu psikologi bersubtraksi dengan ilmu sosiologi. Di dalam kesehariaannya perilaku manusia tidak bisa dilepaskan dengan kehidupan sosialnya, melakukan interaksi dengan teman di rumah, sekolah, kuliah atau pekerjaan. Francis Galton pernah membuktikan bahwa dua orang anak kembar identik, jika dididik dan dibesarkan dalam keluarga dengan lingkungan yang berbeda, akan mengembangkan sifatsifat dan taraf kecerdasan yang berbeda jadi semakin besar perbedaan lingkungan dari kedua anak kembar tersebut maka perbedaan sifat kedua anak kembar itu akan semakin besar. Jadi bisa disimpulkan disini bahwa IQ dan perilaku seseorang juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungannya walaupun dalam batas-batas bawaan yang ada. Hal ini dilakukan oleh Francis Galton karena pada umumnya anak kembar mempunyai hubungan korelasi yang kuat terhadap IQnya yaitu mencapai > 0,80 (dalam korelasi statistik Pearson angka tersebut menunjukkan korelasi yang tinggi). Di dalam ilmu sosiologi ada yang disebut interaksionisme simbolik, dalam hal tersebut sebuah ide/pemikiran, simbol, kata-kata yang dikonstruksikan di dalam suatu kebudayaan dan akhirnya menjadi norma-norma sosial. Di dalam dunia pendidikan misalnya keberhasilan seorang anak tidak hanya ditentukan oleh bakat yang diperolehnya dari kedua orang tuanya tetapi juga ada faktor lain yang menentukan namun bukanlah hal yang mutlak juga sifatnya, misalnya adalah guru yang membimbing ataupun mengarahkannya. Hal ini hanya sekedar perbandingan saja. Contoh klasik dalam hal ini ialah, Raja Makedonia Alexander Agung yang mampu menguasai Asia dalam usia 32 tahun adalah murid dari filsuf Yunani Kuno Aristoteles, lalu investor terkenal dunia yaitu George Soros merupakan murid dari filsuf sains dari Austria yang bernama Karl Popper. Dari dua contoh ini bisa dilihat pengaruh di bidang intelegensia tidak hanya menurun dari orang tua saja tetapi juga menular dari orang lain apalagi intensitasnya cukup tinggi. Di dalam ilmu sosiologi, tingkah laku seseorang dan kelompok masyarakat sangat dipengaruhi oleh norma-norma sosial di sekitarnya. Contohnya, di dalam dunia barat pelajaran yang mengandung Darwinisme Sosial dianggap sudah biasa namun di kalangan budaya yang tidak menerima hal tersebut tidak akan memasukkannya kedalam kurikulum pelajaran yang ada di sekolah-sekolah, hal ini disebabkan oleh “persepsi” mereka langsung menjudge Charles Darwin adalah seorang yang mengajukan konsep bahwa manusia 2015 10 Sejarah dan Aliran Psikologi Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berevolusi dari monyet padahal selain itu ada pemikiran Darwin yang bisa diterima di masyarakat contohnya konsep survival of the fittest. Dari hal ini bisa dilihat “persepsi” seseorang yang biasanya dipelajari didalam psikologi kognitif juga sangat ditentukan oleh norma-norma sosial. Juga ada pertanyaan mengenai “Mengapa orang-orang barat hampir selalu menjadi pionir di dalam perubahan-perubahan teknologi?”. Negara barat yang pertama kali menciptakan teknologi mesin uap, mesin mobil, handphone sampai teknologi internet. Hal ini juga sangat dipengaruhi oleh kebudayaan negara-negara di Eropa secara umum mengalami proses perubahan sosial secara radikal di dalam masyarakatnya tepatnya pada abad 15-18 yang sering disebut sebagai abad Renaissance dan abad Pencerahan yang kemudian sangat mempengaruhi norma-norma sosial mereka terutama di bidang pendidikan. Hal ini yang menyebabkan masyarakat kebudayaan barat perilakunya cenderung rasional, empiris dan pragmatis. Di dalam kebudayaan barat perilaku-perilaku masyarakatnya secara umum kurang mempercayai hal-hal takhayul dan bersifat gaib, hal ini juga saat erat dengan faktor interaksi sosial di dalam suatu masyarakat. Jadi pada contoh diatas bisa diambil kesimpulan bahwa norma sosial atau lingkungan yang ada di sekitarnya juga turut mempengaruhi tingkah laku seseorang. 2015 11 Sejarah dan Aliran Psikologi Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Sarwono,S.W.(2008). Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi. Jakarta: PT. Bulan Bintang. http://leonartmaruli.blogspot.co.id/2013/11/teorikonvergensi-pengertian-dan.html tanggal 29 September 2015 pukul 07.25 2015 12 Sejarah dan Aliran Psikologi Rizka Putri Utami, M.Psi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id diakses