Modul Sejarah dan Aliran Psikologi [TM7].

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Sejarah dan
Aliran Psikologi
Teori Konvergensi
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
07
Kode MK
Disusun Oleh
61091
Rizka Putri Utami, M.Psi
Abstract
Kompetensi
Modul ini berisi tentang teori konvergensi
Mahasiswa
menjelaskan
psikologi.
mampu
memahami
dan
teori konvergensi dalam
Pengertian
Teori Konvergensi (berasal dari kata Convergence (Inggris) yang berarti pertemuan
di satu titik) menyatakan bahwa pembentukan atau perkembangan kepribadian seseorang
ditentukan oleh faktor pembawaan dan juga faktor lingkungan di sekitarnya, hal ini
dikemukakan oleh salah satu tokohnya yaitu William Louis Stern. Teori konvergensi didalam
ilmu psikologi merupakan sebuah teori yang tergolong masih baru karena teori ini
merupakan gabungan dari teori nativisme dan teori empirisme dimana kedua teori tersebut
sangat erat kaitannya dengan paham filsafat. Teori konvergensi muncul di dalam ilmu
psikologi untuk menjembatani kedua paham yaitu : teori nativisme dan teori empirisme.
Walaupun kebanyakan para ilmuwan di berbagai bidang saat ini lebih mempercayai
pengetahuan manusia secara umum dibentuk melalui pengalaman.
Sebelumnya akan dibahas secara singkat pengertian paham nativisme dan
empirisme terlebih dahulu dan memperlihatkan kelemahan kedua teori tersebut sehingga
muncul teori konvergensi.
Teori Empirisme
Teori empirisme menyatakan bahwa watak/kepribadian dibentuk oleh pengalamanpengalaman yang diperoleh secara inderawi, John Locke yang merupakan salah satu filsuf
Inggris yang sangat mempengaruhi aliran empirisme memperkenalkan suatu diktum sebagai
berikut:
“Andaikan pikiran manusia sebagai kertas putih yang tak ada sama sekali materi di
dalamnya, lalu, pikirkan bagaimana manusia caranya pikiran manusia bisa memiliki banyak
corak? Darimana asalnya semua penalaran dan pengetahuan yang ada dalam diri manusia?
Hal itu cuma memiliki satu jawaban yaitu pengalaman.”
Locke membuat perumpamaan pikiran manusia sebagai sebuah kertas putih / batu tulis
yang disebut sebagai tabula rasa (sebenarnya konsep tabula rasa ini pertama kali
diungkapkan oleh Aristoteles) yang diisi oleh pengalaman-pengalaman inderawi manusia
yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Hal ini berarti bahwa tanpa pengalaman maka
2015
2
Sejarah dan Aliran Psikologi
Rizka Putri Utami, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
manusia hampir tidak mungkin untuk memproduksi pengetahuan dan ilmu pengetahuan,
melakukan proses belajar, introspeksi diri, dan lain-lain.
Di sisi lain, teori empirisme tetap mempunyai kelemahan. Banyak dari psikolog
mempertentangkan hal tersebut, kebanyakan para psikolog yang berseberangan alirannya
dengan teori empiris. Contohnya adalah Steven Pinker berargumen bahwa meskipun kita
mengijinkan pengalaman inderawi mempengaruhi pikiran dan sikap kita, adalah kesalahan
dalam berfikir bahwa cara kerja otak manusia seperti komputer yang bisa mendownload
materi kedalam otak dan menaruhnya dalam “file-file” tertentu. Pinker mengajukan
pernyataan yang sangat sederhana, saat anda membaca sebuah buku pada halaman
pertama, kemudian tutuplah buku tersebut dan tulis ulang semua kata-kata yang tertera di
dalam halaman pertama buku tersebut secara akurat, ia yakin seseorang tidak akan mampu
melakukan hal tersebut dan hanya mampu membuat intisari dari bacaan tersebut, karena
pada dasarnya otak manusia diciptakan hanya dengan dua sistem proses berfikir yaitu
semantic (pengartian & pemahaman) dan syntax (logika dan struktur).
Teori Nativisme
Teori Nativisme menganggap bahwa manusia sudah memiliki watak/kepribadian
yang bersifat bawaan (sejak lahir) yang sering disebut sebagai innate / original idea (sebuah
ide yang diperoleh tanpa melalui proses persepsi ataupun pengaruh dari lingkungan
sekitarnya). Hal ini seringkali berkaitan dengan konsep intelegensia seseorang. Selain itu
ada juga yang disebut sebagai adventitious idea, merupakan sebuah ide atau konsep yang
muncul (melalui proses kognisi) disebabkan karena obyek yang ada di luar fikiran kita.
Secara filsafati teori ini berasal dari paham rasionalisme Phytagoras seorang filsuf Yunani
Kuno pada abad ke 6 SM yang kemudian dikembangkan oleh Gottfried Wilhelm Leibniz. ia
meragukan argumen John Locke mengenai tabula rasa dan menyebutkan bahwa terdapat
suatu “jiwa” (logos)
“The question of the origin of our ideas and our maxims is not preliminary in Philosophy and
we must have made great progress in order to solve it successfully, I think, however, that I
can say that our ideas, even those of sensible things come from within our own soul...”
Leibniz menyatakan bahwa ada hal-hal yang nyata oleh indra manusia sekalipun itu berasal
dari jiwa. Argumen yang dibuat oleh Leibniz cenderung bersifat metafisika dan bersifat
subyektif karena dalam paham filsafatnya, ia seringkali mengaitkannya dengan teologi.
Namun demikian, Leibniz sangat percaya intelektualitas bersifat bawaan karena ia adalah
seorang inventor (penemu) dibanding seorang filsuf murni seperti John Locke.
2015
3
Sejarah dan Aliran Psikologi
Rizka Putri Utami, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Teori Nativis utamanya menyatakan bahwa faktor intelegensia seseorang ditentukan
oleh faktor genetika. Penelitian dibidang ini kebanyakan dilakukan oleh ahli biologi. Menurut
paham nativisme, cara berfikir dan berperilaku manusia sama sekali tidak berkaitan dengan
faktor lingkungan di sekitarnya (secara psikologis masing-masing manusia mempunyai jati
dirinya masing-masing yang bersifat unik). Hal ini ada benarnya, jika misalnya dikaitkan
dengan sejarah terciptanya ilmu matematika, Phytagoras. Ia tidak melakukan observasi
empiris saat ia menciptakan rumus Phytagoras. Hal tersebut merupakan logika terstruktur
yang ada didalam fikiran yang disebut oleh banyak orang adalah ide orisinil. Dari contoh
tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa tidak selamanya pengamatan inderawi manusia
turut mempengaruhi pemikirannya.
Di dalam perkembangan ilmu psikologi selanjutnya,
Franz Joseph Gall seorang fisiolog dari Jerman menciptakan metode yang dinamakan
phrenology untuk melacak jejak pembawaan kepribadian seseorang namun karena kurang
kuat dasar-dasar ilmiahnya (pseudo-science) maka metode ini tidak bertahan lama.
Contoh kejanggalan di dalam teori nativisme adalah bagaimana mungkin seseorang
bisa melakukan sebuah kegiatan (misalnya belajar berenang) tanpa adanya proses
kesadaran yang didapat melalui saraf-saraf inderawi? Maka dari itu teori konvergensi
muncul di dalam ilmu psikologi untuk menjembatani kedua paham yaitu : teori nativisme dan
teori empirisme.
2015
4
Sejarah dan Aliran Psikologi
Rizka Putri Utami, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
William Louis Stern (1871-1938)
Stern adalah salah satu pelopor dari psikologi modern. Peranan utamanya terletak
dalam kemampuannya untuk menyatukan teori-teori yang saling bertentangan untuk
menerangkan tingkahlaku. Ia melihat bahwa tiap teori mempunyai kekuatannya sendiri dan
masing-masing mengandung kebenaran untuk menerangkan gejala-gejala tertentu. Suatu
gejala mungkin dapat dijelaskan dengan suatu teori tertentu tetapi tidak dapat dijelaskan
dengan teori tertentu lainnya, tetapi tidak dapat dijelaskan oleh teori – teori yang nampaknya
saling bertentangan walaupun sesungguhnya saling melengkapi.
Stern berkebangsaan Jerman. Ia lahir di Berlin pada tanggal 29 April 1871, tetapi
meninggal di Amerika Serikat, yaitu di Durham, North California pada tanggal 27 Maret
1938. Hal ini disebabkan karena pada 1933 ia tepaksa melarikan diri ke Amerika Serikat
karena alasan rasial. Sebelum ia melarikan diri ke Amerika Serikat ia menjadi mahasiswa di
Berlin dan kemudian menjadi dosen di Breslau sampai tahun 1916. Setelah itu ia bekerja di
Hamburg dalam riset psikologi, dalam kesempatan ini ia ikut mendirikan Universitas
Hamburg berikut laboraturium psikologinya dan kemudian menjadi direktur lembaga
psikologi di Universitas Hamburg tersebut sampai tahun 1933. Di Amerika Serikat ia
mengajar di Harvard dan Duke University.
William Stern mendefinisikan psikologi sebagai berikut. Psikologi adalah ilmu tentang
individu yang mengalami/ menghayati dan individu yang mampu mengalami/ menghayati.
2015
5
Sejarah dan Aliran Psikologi
Rizka Putri Utami, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dengan definisi ini ia menjembatani teori-teori dari aliran nativisme dan empirisme. Individu
yang mengalami atau menghayati adalah objek dari empirisme. Sedangkan individu yang
berkemampuan untuk mengalami atau menghayati adalah pandangan dari nativisme. Kedua
paham ini dianut sekaligus oleh Stern. Disamping itu, dengan definisinya diatas, Stern juga
mencoba memecahkan persoalan hubungan antara badan dan jiwa. Hubungan itu dikatakan
oleh Stern, terletak dalam penghayatan, karena jiwa mengalami atau menghayati sesuatu
selalu melalui badan dan sebaliknya bila jiwa hendak mengekspresikan sesuatu juga harus
melalui badan. Kemudian Stern juga mencoba menyatukan antara teori elementisme dan
teori totalitas. Paham Stern yang selalu mencoba menyatukan paham-paham yang
berlawanan disebut sebagai paham atau teori konvergensi.
Stern adalah seorang yang sangat produktif. Karya-karyanya tidak terbatas dalam
salah satu cabang terapan (applied psychology). Salah satu penemuannya yang sangat
penting adalah tentang konsep I.Q., yaitu singkatan dari “Intelligence Quptient” atau taraf
kecerdasan. Dasar teori dari konsep I.Q. adalah adanya perbedaan pada tiap-tiap orang
dalam hal tingkat kecerdasannya. Dengan demikian maka Stern adalah penganut paham
psikologi diferensial. Untuk mengukur tingkat kecerdasan pada tiap orang, Stern
mengemukakan istilah I.Q. Ia adalah orang pertama yang mengemukakan istilah yang
sampai sekarang masih banyak dipakai, baik dalam dunia psikologi pendidikan maupun
dalam masyarakat umum. Stern merumuskan I.Q. sebagai perbandingan umur mental
(mental age) seseorang terhadap umur kalendernya (calender age atau chronological age).
Hasil perbandingan itu dikalikan 100 untuk menghilangkan angka-angka di belakang koma.
Dengan demikian maka rumas I.Q. adalah :
(MA/CA) x 100
Dimana
MA = Mental Age (usia mental)
CA = Calender/ Chronological Age (usia sesungguhnya).
(Rumus I.Q. ini kemudian dianut oleh L.M Terman)
Berikut ini adalah beberapa gambaran menghitung IQ seseorang dengan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Stern:
-
Seseorang yang taraf kecerdasannya rata-rata atau normal, mempunyai usia mental
yang sama atau mendekati usia kalender. Jadi seseorang yang berusia mental 10
2015
6
Sejarah dan Aliran Psikologi
Rizka Putri Utami, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tahun, sedangkan usia kalendernya juga 10, maka I.Q. nya adalah (10 / 10) x 100 =
100.
-
Kalau usia mental orang itu adalah 12 tahun sedangkan umur kalendernya masih 10
tahun, maka I.Q nya adalah 120.
-
Sebaliknya kalau usia mentalnya baru setaraf dengan anak 8 tahun sedangkan umur
kalendernya sudah 10 tahun maka orang itu mempunyai I.Q 80, yang berarti bahwa
taraf kecerdasannya tidak setinggi anak normal.
Adapun usia mental seseorang dapat dilihat melalui aktivitas atau kegiatan anak itu
sehari-hari ataupun dari prestasi sekolahnya, tetapi bisa juga dengan menggunakan alat test
khusus. Tetapi teknik pengukuran I.Q. secara ini hanya dapat dilakukan sampai batas umur
tertentu karena usia mental seseorang tidak berkembang atau bertambah untuk selamanya,
melainkan akan terhenti sampai batas umur tertentu (antara 15 – 20 tahun). Untuk
mengukur I.Q. orang yang berusia di atas 20 tahun maka perlu digunakan tes khusus yang
bisa langsung mengukur I.Q. tanpa harus membagi atau menghitung perbandingan tersebut
diatas. Sekalipun demikian, arti daripada I.Q. itu tetap sama, yaitu:
-
> 100 dikategorikan lebih pandai dari rata-rata
-
= 100 adalah rata-rata normal,
-
< 100 dikategorikan di bawah normal.
Karya lain dari Stern adalah dalam bidang psikologi perkembangan dan psikologi
kejujuran dan perusahaan. Bahkan dalam salah satu karyanya berjudul “Beitrage zur
psychologie des Aussage” (Sumbangan terhadap psikologi kesaksian) (1903). Stern telah
mengemukakan tentang psikologi pengadilan atau psikologi forensik, suatu cabang psikologi
yang sampai sekarang belum berkembang dengan baik.
2015
7
Sejarah dan Aliran Psikologi
Rizka Putri Utami, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Intelegensia dan Interaksi Sosial
Faktor intelegensia dan interaksi sosial merupakan sebuah isu klasik di dalam dunia
psikologi yang berkenaan dengan teori Konvergensi. Para pakar psikologi ataupun
biopsikologi seringkali menyebutnya perdebatan Nature-Nurture. Jauh sebelum para pakar
psikologi yang lebih modern muncul, Rene Descartes pernah mengajukan konsep mindbody problem atau Cartesian Dualism di dalam filsafat yang berarti bahwa keberadaan atau
kesadaran manusia oleh faktor jiwa (intelegensia) dan material/lingkungan. Yang
sebenarnya mempunyai arti kurang lebih sama dengan paham teori konvergensi didalam
ilmu psikologi. Oleh karena itu penting bagi untuk mengkaji lebih dalam kedua hal tersebut.
Intelegensia
Didalam ilmu psikologi masalah intelegensia merupakan salah satu bahasan pokok
yang biasanya dibahas di dalam psikologi kognitif. Psikologi kognitif memberikan definisi
intelegensi secara fungsional dan terbatas yaitu : penyesuaian diri secara mental terhadap
situasi atau kondisi baru. Walaupun pada masa kini kesahihan dari IQ test agak
dipertanyakan validitasnya karena saat ini telah muncul konsep EQ (Emotional Quotient),
kebanyakan para psikolog saat ini juga memperhatikan unsur ini karena sangat berpengaruh
di dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Hal ini karena manusia pada kehidupannya tidak
hanya ikut didalam kegiatan yang bersifat intelektual saja. Masalah justru sering muncul dari
aspek sosial yang berkaitan dengan sifat-sifat emosional manusia. Misalnya masalah antara
pasangan suami-istri, konflik di dalam sebuah organisasi ataupun perusahaan, seringkali
hal-hal tersebut tidak dapat diprediksi oleh IQ test, jadi seseorang yang mempunyai score
yang tinggi di dalam IQ testnya belum tentu menjadi seorang yang berhasil di dalam
kehidupan sehari-harinya.
Di dalam penelitian mengenai IQ sendiri, terdapat perbedaan-perbedaan mengenai
aspek intelegensi. Aspek intelegensi terdiri dari dua faktor, yaitu:
-
G factor, semua aspek intelegensia seseorang mempunyai korelasi satu sama lain).
-
S factor, aspek kecerdasan seseorang berdiri sendiri dan tidak berkorelasi dengan
aspek kecerdasan lainnya.
Secara umum konsep intelegensia seseorang di dalam ilmu psikometri diukur menggunakan
teknik statistik yang disebut analisis faktor, yang terdiri dari tujuh kemampuan yaitu :
1. Pemahaman lisan.
2. Kefasihan kata-kata.
3. Kemampuan angka-angka.
4. Penglihatan ruang.
2015
8
Sejarah dan Aliran Psikologi
Rizka Putri Utami, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
5. Ingatan asosiatif.
6. Kecepatan persepsi.
7. Penalaran.
Penelitian Intelegensia juga pernah dilakukan oleh tiga orang ilmuwan yaitu Gregory
Cochran, Jason Hardy dan Henry Harpending pada tahun 2005. Penelitian ini dilakukan
pada salah satu suku Yahudi yaitu suku Ashkenazi. Ashkenazi merupakan salah satu
subgroup dari ras Yahudi yang berimigrasi ke Eropa Tengah terutama ke sekitar kawasan
Jerman, Polandia dan negara-negara Eropa Timur seperti Rusia. Mereka dikenal karena
banyak melahirkan para ilmuwan yang pada umumnya dikenal oleh dunia diantaranya Albert
Einstein, Sigmund Freud (penemu psikoanalisa) dan Karl Marx (penemu aliran sosialiskomunis bersama Friedrich Engels) selain itu 27% yang memenangkan Nobel Prize di
bidang Ilmu Pengetahuan juga berasal dari suku Yahudi tersebut.
Dari hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa suku tersebut mempunyai
kecerdasan yang sangat baik dibidang logika matematika dan penalaran secara verbal
dibandingkan ras yang lain. Namun kurang baik di dalam kecerdasan spasial, tetapi
beberapa ilmuwan meragukan hal tersebut karena mereka menganggap bahwa kesuksesan
suku Ashkenazi Yahudi di bidang ilmu pengetahuan secara khususnya juga sangat
dipengaruhi faktor kebudayaan Yahudi yang sangat giat mempromosikan kegiatan
intelektual. Pendapat yang kedua memang juga memiliki kebenaran bahwa faktor
kebudayaan juga sangat mempengaruhi hal tersebut, contohnya adalah ketika tradisi wanita
Yahudi yang sedang hamil mereka melakukan intensitas yang cukup besar terhadap
kegiatan di bidang matematika dan piano yang dianggap dapat meningkatkan kecerdasan
embrio si anak yang masih dalam pembentukan di dalam rahim. Steven Pinker juga
menyatakan bahwa penelitian tersebut juga harus dilakukan terhadap anak yang diasuh
oleh orang tua angkatnya agar validitasnya lebih kuat, apakah betul ada sebuah ras unggul
yang bersifat pembawaan atau semua hanyalah faktor kebudayaan saja. Martin Zacharias
Dase seorang remaja berusia 14 tahun dari Jerman di abad ke-19, ia mampu menghitung
perkalian 79.532.853 dan 93.758.479 dalam waktu 54 detik, hal ini juga menunjukkan bahwa
faktor genetik tidak bisa dikesampingkan begitu saja.
Sedangkan di Amerika Serikat penelitian terhadap IQ pernah membuktikan bahwa IQ
orang-orang kulit putih AS lebih tinggi daripada orang-orang kulit hitam AS, hal ini dalam
kebudayaan Amerika Serikat dahulunya orang-orang kulit hitam adalah budak dan kelas
sosial mereka jauh lebih rendah. Namun dalam beberapa generasi belakangan ini hal
tersebut mulai terkikis pelan-pelan dalam budaya Amerika Serikat dan orang-orang kulit
hitam keturunan mulai menduduki posisi-posisi penting di pemerintahan, contohnya adalah
Presiden AS Barrack Obama dan Mantan Menlu AS Condolezza Rice.
2015
9
Sejarah dan Aliran Psikologi
Rizka Putri Utami, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Interaksi Sosial
Hubungan manusia dengan manusia lainnya atau hubungan manusia dengan
kelompok, atau hubungan kelompok dengan kelompok lainnya inilah yang disebut interaksi
sosial. Teori Konvergensi selain berkaitan erat dengan intelegensia juga sangat berkaitan
dengan interaksi sosial. Hal ini juga menjadi salah satu pembahasan utama di dalam bidang
psikologi sosial, dimana aspek-aspek ilmu psikologi bersubtraksi dengan ilmu sosiologi.
Di dalam kesehariaannya perilaku manusia tidak bisa dilepaskan dengan kehidupan
sosialnya, melakukan interaksi dengan teman di rumah, sekolah, kuliah atau pekerjaan.
Francis Galton pernah membuktikan bahwa dua orang anak kembar identik, jika dididik dan
dibesarkan dalam keluarga dengan lingkungan yang berbeda, akan mengembangkan sifatsifat dan taraf kecerdasan yang berbeda jadi semakin besar perbedaan lingkungan dari
kedua anak kembar tersebut maka perbedaan sifat kedua anak kembar itu akan semakin
besar. Jadi bisa disimpulkan disini bahwa IQ dan perilaku seseorang juga sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungannya walaupun dalam batas-batas bawaan yang ada. Hal
ini dilakukan oleh Francis Galton karena pada umumnya anak kembar mempunyai
hubungan korelasi yang kuat terhadap IQnya yaitu mencapai > 0,80 (dalam korelasi statistik
Pearson angka tersebut menunjukkan korelasi yang tinggi).
Di dalam ilmu sosiologi ada yang disebut interaksionisme simbolik, dalam hal
tersebut sebuah ide/pemikiran, simbol, kata-kata yang dikonstruksikan di dalam suatu
kebudayaan dan akhirnya menjadi norma-norma sosial. Di dalam dunia pendidikan misalnya
keberhasilan seorang anak tidak hanya ditentukan oleh bakat yang diperolehnya dari kedua
orang tuanya tetapi juga ada faktor lain yang menentukan namun bukanlah hal yang mutlak
juga sifatnya, misalnya adalah guru yang membimbing ataupun mengarahkannya. Hal ini
hanya sekedar perbandingan saja.
Contoh klasik dalam hal ini ialah, Raja Makedonia Alexander Agung yang mampu
menguasai Asia dalam usia 32 tahun adalah murid dari filsuf Yunani Kuno Aristoteles, lalu
investor terkenal dunia yaitu George Soros merupakan murid dari filsuf sains dari Austria
yang bernama Karl Popper. Dari dua contoh ini bisa dilihat pengaruh di bidang intelegensia
tidak hanya menurun dari orang tua saja tetapi juga menular dari orang lain apalagi
intensitasnya cukup tinggi.
Di dalam ilmu sosiologi, tingkah laku seseorang dan kelompok masyarakat sangat
dipengaruhi oleh norma-norma sosial di sekitarnya. Contohnya, di dalam dunia barat
pelajaran yang mengandung Darwinisme Sosial dianggap sudah biasa namun di kalangan
budaya yang tidak menerima hal tersebut tidak akan memasukkannya kedalam kurikulum
pelajaran yang ada di sekolah-sekolah, hal ini disebabkan oleh “persepsi” mereka langsung
menjudge Charles Darwin adalah seorang yang mengajukan konsep bahwa manusia
2015
10
Sejarah dan Aliran Psikologi
Rizka Putri Utami, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berevolusi dari monyet padahal selain itu ada pemikiran Darwin yang bisa diterima di
masyarakat contohnya konsep survival of the fittest. Dari hal ini bisa dilihat “persepsi”
seseorang yang biasanya dipelajari didalam psikologi kognitif juga sangat ditentukan oleh
norma-norma sosial.
Juga ada pertanyaan mengenai “Mengapa orang-orang barat hampir selalu menjadi
pionir di dalam perubahan-perubahan teknologi?”. Negara barat yang pertama kali
menciptakan teknologi mesin uap, mesin mobil, handphone sampai teknologi internet. Hal ini
juga sangat dipengaruhi oleh kebudayaan negara-negara di Eropa secara umum mengalami
proses perubahan sosial secara radikal di dalam masyarakatnya tepatnya pada abad 15-18
yang sering disebut sebagai abad Renaissance dan abad Pencerahan yang kemudian
sangat mempengaruhi norma-norma sosial mereka terutama di bidang pendidikan. Hal ini
yang menyebabkan masyarakat kebudayaan barat perilakunya cenderung rasional, empiris
dan pragmatis. Di dalam kebudayaan barat perilaku-perilaku masyarakatnya secara umum
kurang mempercayai hal-hal takhayul dan bersifat gaib, hal ini juga saat erat dengan faktor
interaksi sosial di dalam suatu masyarakat. Jadi pada contoh diatas bisa diambil kesimpulan
bahwa norma sosial atau lingkungan yang ada di sekitarnya juga turut mempengaruhi
tingkah laku seseorang.
2015
11
Sejarah dan Aliran Psikologi
Rizka Putri Utami, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Sarwono,S.W.(2008). Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi. Jakarta:
PT. Bulan Bintang.
http://leonartmaruli.blogspot.co.id/2013/11/teorikonvergensi-pengertian-dan.html
tanggal 29 September 2015 pukul 07.25
2015
12
Sejarah dan Aliran Psikologi
Rizka Putri Utami, M.Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
diakses
Download