GELOMBANG BUNYI DAN CAHAYA 0 DAFTAR ISI Daftar isi………………………………………………………………………………1 BAB I A. Karakteristik gelombang bunyi……………………………………………….3 B. Cepat rambat bunyi…………………………………………………………...6 C. Efek dopler…………………………………………………….…………….. 7 D. Sumber-sumber bunyi……………………………………………….………..9 E. Intensitas bunyi…………………………………………………………..….15 F. Taraf intensitas bunyi………………………………………………………..15 G. Evaluasi……………………………………………………………………...17 BAB II A. Refraksi (pembiasan)……………………………………………...………...21 B. Disperse (penguraian)…………………………………………….................24 C. Interferensi (perpaduan)……………………………………………….…….26 D. Difraksi (pelenturan)………………………………………………………...30 E. Polarisasi…………………………………………………………………….33 F. Pemanfaatan gelombang cahaya dalam kehidupan sehari-hari……………..36 G. Evaluasi ……………………………………………………………………..38 1 BAB I GELOMBANG BUNYI 2 Bunyi merupakan getaran di dalam medium elastis pada frekuensi dan intensitas yang dapat didengar oleh telinga manusia. Bunyi termasuk gelombang mekanik, karena dalam perambatannya bunyi memerlukan medium perantara, yaitu udara. Ada tiga syarat agar terjadi bunyi. Syarat yang dimaksud yaitu ada sumber bunyi, medium, dan pendengar. Bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar, getaran itu merambat melalui medium menuju pendengar. Sama seperti gelombang lainnya, sumber gelombang bunyi merupakan benda yang bergetar. Energi dipindahkan dari sumber dalam bentuk gelombang bunyi. Selanjutnya, bunyi dideteksi oleh telinga. Oleh otak, bunyi diterjemahkan, dan kita bisa memberikan respon. Misalnya, ketika kita mendengarkan suara lagu dari radio, kita meresponnya dengan ikut bernyanyi, atau sekadar menggoyangkan kaki. A. KARAKTERISTIK GELOMBANG BUNYI Gelombang bunyi termasuk gelombang longitudinal, karena arah rambat bunyi sejajar dengan arah getarnya. Karena gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal, maka gelombang bunyi juga memiliki sifat-sifat sebagai gelombang yaitu : difraksi, resonansi, interferensi, refleksi, dan refraksi. a. Pemantulan gelombang bunyi Pemantulan gelombang bunyi dapat dialami jika gelombang bunyi tersebut mengenai penghalang yang kuat dan kokoh (misalnya dinding atau tebing). 3 Menghitung jarak antara dua tempat atau mengukur kedalam laut dapat dengan menggunakan metode ultrasonik dari pemanfaatan kejadian pemantulan gelombang bunyi. b. Pembiasan gelombang bunyi Peristiwa pembelokan gelombang ketika gelombang melalui dua medium yang berbeda indeks biasanya disebut pembiasan (refleksi). Hal ini juga dialami oleh gelombang bunyi. Pembiasan terjadi menjauh garis normal jika gelombang merambat dari medium lebih rapat ken medium kurang rapat. c. Interferensi gelombang bunyi Interferensi gelombang bunyi akan terjadi bila ada dua buah sumber bunyi yang mengeluarkan suara dan bertemu atau terjadi superposisi di suatu tempat (titik). a) Interferensi yang saling memperkuat (konstruktif) b) Interferensi saling memperlemah (destruktif) d. Difraksi gelombang bunyi Peristiwa pelenturan gelombang ketika melewati celah disebut difraksi. Gelombang bunyi mudah mengalami difraksi karena memiliki panjang gelombang dalam beberapa sentimetersamapai beberapa meter, sedangkan cahaya berkisar 500 nm. Karena memiliki panjang gelombang lebih panjang, maka gelombang bunyi lebih mudah didifraksi. Gelombang bunyi ini memerlukan medium untuk merambat. Medium yang dilalui bunyi bergetar dalam bentuk rapatan dan renggangan. Medium bunyi dapat berupa zat padat, zat cair, dan udara. Tiap materi memiliki cepat rambat bunyi yang berbeda. Bunyi merambat dengan kecepatan 331 m/s pada suhu C dan tekanan 1 atm. Kecepatan bunyi pada materi sangat bergantung pada modulus elastisnya dan tingkat kerapatan materi itu. Bunyi merambat sedikit lebih cepat di udara panas dibandingkan di udara dingin. Pada dasarnya, perambatan gelombangan merupakan pemindahan energi. Dalam medium, energi merambat dengan cara bertumbukan. Dalam zat padat susunan partikel-partikelnya lebih rapat daripada zat cair dan gas. Sehingga, tumbukan 4 antarpartikel dalam zat padat jauh lebih mudah dan cepat daripada dalam zat cair dan gas. Karena itu cepat rambat bunyi melalui zat padat jauh lebih besar. Pada umumnya, bunyi memiliki tiga sifat, yaitu tinggi rendah bunyi, kuat lemah bunyi, dan warna bunyi. Tinggi rendah bunyi adalah kondisi gelombang bunyi yang diterima oleh telinga manusia berdasarkan frekuensi (jumlah getaran per detik). Tinggi suara ( pitch) menunjukkan sifat bunyi yang mencirikan ketinggian atau kerendahannya terhadap seorang pengamat. Sifat ini berhubungan dengan frekuensi, namun tidak sama. Kekerasan bunyi juga memengaruhi nada. Hingga 1.000 Hz, meningkatnya kekerasan mengakibatkan turunnya nada. Gelombang bunyi dibatasi oleh jangkauan frekuensi yang dapat merangsang telinga dan otak manusia kepada sensasi pendengaran. Jangkauan ini adalah 20 Hz sampai 20.000 Hz, di mana telinga manusia normal mampu mendengar suatu bunyi. Jangkauan frekuensi ini disebut audiosonik. Sebuah gelombang bunyi yang memiliki frekuensi di bawah 20 Hz dinamakan sebuah gelombang infrasonik. Sementara itu, bunyi yang memiliki frekuensi di atas 20.000 Hz disebut ultrasonik. Banyak hewan yang dapat mendengar bunyi yang frekuensinya di atas 20.000 Hz. Misalnya, kelelawar dapat mendeteksi bunyi yang frekuensinya sampai 100.000 Hz, dan anjing dapat mendengar bunyi setinggi 50.000 Hz. Kelelawar menggunakan ultrasonik sebagai alat penyuara gema untuk terbang dan berburu. Kelelawar mengeluarkan decitan yang sangat tinggi dan menggunakan telinganya yang besar untuk menangkap mangsanya. Gema itu memberitahu kelelawar mengenai lokasi mangsanya Ada tiga syarat agar terjadi bunyi. Syarat yang dimaksud yaitu ada sumber bunyi, medium, dan pendengar. Bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar, getaran itu merambat melalui medium menuju pendengar. Sama seperti gelombang lainnya, sumber gelombang bunyi merupakan benda yang bergetar. Energi dipindahkan dari sumber dalam bentuk gelombang bunyi. Selanjutnya, bunyi dideteksi oleh telinga. Oleh otak, bunyi diterjemahkan, dan kita bisa memberikan respon. Misalnya, ketika kita mendengarkan suara lagu dari radio, kita meresponnya dengan ikut bernyanyi, atau sekadar menggoyangkan kaki. 5 B. CEPAT RAMBAT BUNYI Bunyi merupakan getaran yang mampu di transmisikan oleh air ataupun material lain sebagai medium (perantara). Bunyi merupakan gelombang longitudinal dan ditandai dengan frekuensi, intensitas, dan kualitas. Kecepatan bunyi bergantung pada transmisi oleh mediumnya. ο Cepat rambat bunyi pada zat padat Modulus elastisitas atau modulus Young adalah perbandingan antara tegangan (stress) dengan regangan (strain) dari suatu benda. Gelombang bunyi yang merambat dalam medium zat padat memiliki cepat rambat yang besarnya dipengaruhi oleh modulus Young dan massa jenis zat, yang dirumuskan: πΈ π£=√ π dengan E adalah modulus Young (N/π2 ) dan π menyatakan massa jenis zat padat (kg/π3 ) ο Cepat rambat bunyi pada zat cair Laju gelombang bunyi dalam suatu medium yang modulus curah B (bulk modulus) dan rapat massa dinyatakan oleh persamaan: π£=√ π½ π dengan π adalah massa jenis zat cair, dan π½ adalah modulus curah, yang menyatakan perbandingan tekanan pada sebuah benda terhadap fraksi penurunan volume (N/m2). ο Cepat rambat bunyi pada zat gas Kecepatan bunyi untuk gas, nilai E yang memengaruhi cepat rambat bunyi pada zat padat setara dengan modulus bulk adiabatis, yaitu: π£=√ πΎπ π dengan P adalah tekanan gas dan πΎ adalah nisbah kapasitas terminal molar. Ini setara dengan: 6 π£ = √πΎ π π π dengan: R = tetapan molar gas (J/mol K) M = massa satu mol gas T = suhu termodinamika (K) v = cepat rambat bunyi (m/s) Sementara itu, πΎ merupakan konstanta yang bergantung pada jenis gas, untuk udara mempunyai nilai 1,4. Contoh soal : Pada percobaan resonansi dipakai garpu tala yang frekuensinya 512 Hz. Resonansi yang pertama terjadi saat panjang kolom udaranya 16 cm dan resonansi yang kedua terjadi pada saat panjang kolom udaranya 48 cm. Tentukan berapa kecepatan rambat gelombang bunyi pada saat itu! Penyelesaian: Diketahui : f = 512 Hz L1 = 16 cm Ditanyakan Jawab L2 = 48 cm : v = …….. ? : v = f × οο οο = 2 (L2 – L1) v = 2 (48 – 16) = 2 (32) = 64 cm = 0,66 m = 512 × 0,66 = 338 ms1 Jadi, cepat rambat gelombang bunyinya adalah 338 ms1. C. EFEK DOPLER Perubahan frekuensi gerak gelombang yang disebabkan gerak relatif antara sumber dan pengamat disebut sebagai efek Doppler, yang diusulkan seorang fisikawan Austria, Christian Johann Doppler (1803 - 1853). Peristiwa ini dapat ditemukan pada gelombang bunyi. Jika sebuah sumber dan pengamat sama-sama bergerak saling 7 mendekat, maka frekuensi yang terdengar akan lebih tinggi dari frekuensi yang dihasilkan sumber. Sebaliknya, jika keduanya bergerak saling menjauh, maka frekuensi yang terdengar akan lebih rendah. Sebagai contoh, sebuah sepeda motor bergerak mendekati pengamat, maka suara putaran mesin akan terdengar lebih keras. Tetapi, jika sepeda motor menjauh, perlahan-lahan suara putaran mesin tidak terdengar. Frekuensi ( f ) dari bunyi yang dihasilkan sebagai akibat gerak relatif dari sumber dan pengamat dinyatakan oleh : ππ = ( π£ ± π£π )π π£ ± π£π π Dengan : ππ = frekuensi bunyi yang terdengar (Hz) v = cepat rambat (m/s) π£π = kecepatan pendengar (m/s) π£π = kecepatan sumber bunyi (m/s) ππ = frekuensi sumber bunyi (Hz) tanda (+) untuk pendengar mendekati sumber bunyi atau sumber bunyi menjauhi pendengar tanda (-) untuk pendengar menjauhi sumber bunyi atau sumber bunyi mendekati pendengar (a) (b) Gambar : (a) Suara sepeda motor yang bergerak mendekat terdengar lebih keras, (b) suara sepeda motor yang bergerak menjauh terdengar lebih pelan. 8 Contoh soal: Sebuah mobil patroli polisi bergerak dengan kelajuan 72 km/jam sambil membunyikan sirine yang mempunyai frekuensi 800 Hz. Tentukan berapa frekuensi bunyi sirine yang diterima oleh seseorang yang diam di pinggir jalan pada saat mobil tersebut bergerak mendekatinya! Apabila diketahui cepat rambat gelombang bunyi di udara 340 m/s. Penyelesaian: Diketahui : vs Ditanyakan : fp Jawab : = 72 km/jam = 20 m/s fs = 800 Hz vp = 0 v = 340 m/s π£ ± π£π ππ = ( π£ ± π£ ) ππ π = 340 × 340−20 800 = 850 Hz Jadi, frekuensi bunyi sirine yang diterima pendengar adalah 850 Hz. D. SUMBER-SUMBER BUNYI ο dawai Sebuah gitar merupakan suatu alat musik yang menggunakan dawai/senar sebagai sumber bunyinya. Gitar dapat menghasilkan nada-nada yang berbeda dengan jalan menekan bagian tertentu pada senar itu, saat dipetik. Getaran pada senar gitar yang dipetik itu akan menghasilkan gelombang stasioner pada ujung terikat. Satu senar pada gitar akan menghasilkan berbagai frekuensi resonansi dari pola gelombang paling sederhana sampai majemuk. Nada yang dihasilkan dengan pola paling sederhana disebut nada dasar, kemudian secara berturut-turut pola gelombang yang terbentuk menghasilkan nada atas ke-1, nada atas ke-2, nada atas ke-3 ... dan seterusnya. Pola-pola yang terjadi pada sebuah dawai yang kedua ujungnya terikat jika dipetik akan bergetar menghasilkan nada-nada sebagai berikut : 9 ο· Nada Dasar Jika sepanjang dawai terbentuk 1/2 gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada dasar. π atau π0 = 2π bila frekuensi nada dasar dilambangkan π0 besarnya: π0 = ο· π£ π£ = π0 2π Nada atas 1 Jika sepanjang dawai terbentuk 1 gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada atas 1. π = π1 atau Gambar : Pola gelombang nada-nada pada dawai π1 = π bila Gambar : Pola gelombang nada-nada frekuensi nada atas 1 dilambangkan π1 maka besarnya : yang dihasilkan petikan dawai π1 = ο· π£ π£ π£ = = 2( ) π1 π 2π Nada atas 2 Jika sepanjang dawai terbentuk 1,5 gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada atas 2. π= 3 π 2 2 2 atau π2 = 3 π bila frekuensi nada atas 2 dilambangkan π2 maka besarnya : π2 = ο· π£ π£ 3π£ = = π 2π 2π 3 2 Nada Atas 3 Jika sepanjang dawai terbentuk 2 gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada atas 3. 10 π = 2π3 atau π3 = 1 2 π bila frekuensi nada atas 3 dilambangkan π3 maka besarnya : π3 = π£ π£ π£ = = 4( ) π3 1 π 2π 2 dan seterusnya. Berdasarkan data tersebut dapat kita simpulkan bahwa perbandingan frekuensi nada-nada yang dihasilkan oleh sumber bunyi berupa dawai dengan frekuensi nada dasarnya merupakan perbandingan bilangan bulat. π£ π£ π£ π£ π0 : π1 : π2 : π3 : … = (2π) : 2 (2π) : 3 (2π) : 4 (2π):.... = 1: 2 : 3 :4 ο pipa organa Seruling dan terompet merupakan contoh sumber bunyi berupa kolom udara. Sumber bunyi yang menggunakan kolom udara sebagai sumber getarnya disebut juga pipa organa. Pipa organa dibedakan menjadi dua, yaitu pipa organa terbuka dan pipa organa tertutup. ο§ pipa organa terbuka Sebuah pipa organa jika ditiup juga akan menghasilkan frekuensi nada dengan pola-pola gelombang. o Nada dasar 1 Jika sepanjang pipa organa terbentuk 2 gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada dasar. 11 π= bila 1 π 2 0 frekuensi dilambangkan atau π0 = 2π nada dasar π0 maka besarnya : π0 = Nada dasar Nada atas 1 π£ π£ = π0 2π Nada atas 2 o Nada atas 1 Jika sepanjang pipa organa terbentuk 1 gelombang, Nada atas 3 maka nada yang dihasilkan disebut nada atas 1. π = π1 atau π1 = π1 maka Gambar : Pola gelombang nada-nada pada pipa organa terbuka π dilambangkan besarnya : π1 = π£ π£ π£ = = 2( ) π1 π 2π o Nada atas 2 3 Jika sepanjang pipa organa terbentuk 2 gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada atas 2. π= 3 π 2 2 2 atau π2 = 3 π bila frekuensi nada atas 2 dilambangkan π2 maka besarnya : π2 = π£ π£ 3π£ = = π 2π 2π 3 2 o Nada atas 3 Jika sepanjang dawai terbentuk 2 gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada atas 3. 12 π = 2π3 atau π3 = 1 2 π bila frekuensi nada atas 3 dilambangkan π3 maka besarnya: π3 = π£ π£ π£ = = 4( ) π3 1 π 2π 2 … dan seterusnya. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa perbandingan frekuensi nada-nada yang dihasilkan oleh pipa organa terbuka dengan frekuensi nada dasarnya merupakan perbandingan bilangan bulat. π£ π£ π£ π£ π0 : π1 : π2 : π3 : … = (2π) : 2 (2π) : 3 (2π) : 4 (2π):.... = 1: 2 : 3 :4 ο§ Pipa Organa Tertutup Sebuah pipa organa tertutup jika ditiup juga akan menghasilkan frekuensi nada dengan pola-pola gelombang o Nada dasar 1 Jika sepanjang pipa organa terbentuk 4 gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada dasar. π= 1 π 4 0 atau π0 = 4π bila frekuensi nada dasar dilambangkan π0 maka besarnya: π0 = π£ π£ = π0 4π o Nada atas 1 13 Jika sepanjang 3 organa terbentuk 4 pipa gelombang, Nada dasar maka nada yang dihasilkan Nada atas 1 disebut nada atas 1. π= bila 3 4 4 π1 atau π1 = π 3 frekuensi dilambangkan nada dasar π1 maka besarnya: π1 = Nada atas 2 Nada atas 3 π£ π£ π£ = = 3( ) π1 4 π 4π 3 Gambar : Pola gelombang nada-nada o Nada atas 2 pada pipa organa tertutup Jika sepanjang organa terbentuk 5 4 pipa gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada atas 2. π= 5 π 4 2 4 atau π2 = 5 π bila frekuensi nada dasar dilambangkan π2 maka besarnya: π2 = π£ π£ 5π£ = = π 4π 4π 5 2 o Nada atas 3 Jika sepanjang pipa organa terbentuk 7 5 gelombang, maka nada yang dihasilkan disebut nada atas 3. π= 7 π 4 3 4 atau π3 = 7 π bila frekuensi nada atas 3 dilambangkan π3 maka besarnya: π3 = π£ π£ 7π£ = = π3 4 π 4π 7 3 14 dan seterusnya. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa perbandingan frekuensi nada-nada yang dihasilkan oleh pipa organa tertutup dengan frekuensi nada dasarnya merupakan perbandingan bilangan ganjil. π£ π£ π£ π£ π0 : π1 : π2 : π3 : … = (4π) : 3 (4π) : 5 (4π) : 7 (4π):.... = 1: 3 : 5 :7 : .... E. INTENSITAS GELOMBANG BUNYI Intensitas bunyi menyatakan energi bunyi tiap detik (daya bunyi) yang menembus bidang setiap satuan luas permukaan secara tegak lurus, dirumuskan dalam persamaan: πΌ= π π΄ dengan I adalah intensitas bunyi (π€ππ‘π‘/π2 ), A adalah luas bidang permukaan (π2 ), dan P menyatakan daya bunyi (watt). F. TARAF INTENSITAS BUNYI Intensitas gelombang bunyi yang dapat didengar manusia rata-rata 100 π€ππ‘π‘/ π2 , yang disebut ambang pendengaran. Sementara itu, intensitas terbesar bunyi yang masih terdengar oleh manusia tanpa menimbulkan rasa sakit adalah 1 π€ππ‘π‘/π2 , yang disebut ambang perasaan. Hal itu menyebabkan selang intensitas bunyi yang dapat merangsang pendengaran itu besar, yaitu antara 10 π€ππ‘π‘/π2 sampai 1 π€ππ‘π‘/π2. Oleh karena itu, untuk mengetahui taraf intensitas (TI ) bunyi, yaitu perbandingan antara intensitas bunyi dengan harga ambang pendengaran, digunakan skala logaritma, yang dirumuskan dalam persamaan: ππΌ = 10 πππ πΌ πΌπ 15 dengan TI menyatakan taraf intensitas bunyi (dB), πΌπ adalah harga ambang intensitas bunyi (10 watt/π2 ), dan I adalah intensitas bunyi (watt/π2 ). Besaran TI tidak berdimensi dan mempunyai satuan bel, atau jauh lebih umum desibel (dB), yang 1 besarnya 10 bel ( 1 bel = 10 dB ). Taraf intensitas inilah yang memengaruhi kenyaringan bunyi. Sebuah motor melepas daya sekitar 3 W dalam arena balap. Jika daya ini terdistribusi secara seragam ke semua arah, berapakah intensitas bunyi pada jarak 20 m? Penyelesaian : Diketahui : P=3W r = 20 m di tanyakan I = .... ? jawab : π 3 πΌ= = = 5,97 × 10−4 π/π2 π΄ 4π(20)2 16 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Gelombang bunyi adalah ... . a. gelombang transversal b. gelombang longitudinal c. gelombang elektromagnetik d. gelombang yang dapat dipolarisasikan e. gelombang yang dapat merambat dalam vakum 2 . Nada bunyi akan terdengar lemah jika… . a. frekuensinya tinggi d. amplitudonya kecil b. frekuensinya rendah e. periodenya tak beraturan c. amplitudonya besar 3. Tinggi rendahnya nada bergantung pada … . a. kecepatan d. Amplitude b. pola getar e. panjang gelombang c. frekuensi 4. Kuat lemahnya nada/bunyi bergantung pada ... . a. Amplitudo d. Kecepatan b. panjang gelombang e. pola getar c. frekuensi 5. Dawai sepanjang 1 m diberi tegangan 100 N. Pada saat dawai digetarkan dengan frekuensi 500 Hz, di sepanjang dawai terbentuk 10 perut. Massa dawai tersebut adalah ... . a. 1 Gram d. 50 gram b. 5 Gram e. 100 gram c. 10 gram 6. Sebuah pipa organa tertutup memiliki panjang 0,8 m. Jika cepat rambat bunyi dms-1, maka dua frekuensi resonansi terendah yang dihasilkan oleh getaran udara di dalam pipa adalah ... a. 100 Hz dan 200 Hz b. 100 Hz dan 300 Hz c. 200 Hz dan 400 Hz d. 200 Hz dan 600 Hz e. 400 Hz dan 800 Hz 17 7 . Dua pipa organa terbuka A dan B ditiup bersama-sama. Pipa A menghasilkan nada dasar yang sama tinggi dengan nada atas kedua pipa B. Maka perbandingan panjang pipa organa A dengan pipa organa B adalah ... . a. 1 : 2 d. 2 : 3 b. 1 : 3 e. 3 : 1 c. 2 : 1 8. Seorang penerbang yang pesawat terbangnya mendekati menara bandara mendengar bunyi sirine menara dengan frekuensi 2.000 Hz. Jika sirine memancarkan bunyi dengan frekuensi 1.700 Hz, dan cepat rambat bunyi di udara 340 m/s, maka kecepatan pesawat udara adalah ... a. 236 km/jam b. 220 km/jam c. 216 km/jam d. 200 km/jam e. 196 km/jam 9. Sebuah sumber gelombang bunyi dengan daya 50 W memancarkan gelombang ke medium sekelilingnya yang homogen. Intensitas radiasi gelombang tersebut pada jarak 10 m dari sumber adalah ... a. 4 × 10−2 π/π2 b. 4 × 10−1 π/π2 c. 4 × 101 π/π2 d. 4 × 103 π/π2 e. 4 × 102 π/π2 10. Taraf intensitas bunyi sebuah mesin rata-rata 50 dB. Apabila tiga mesin dihidupkan bersama, maka taraf intensitasnya adalah ... . a. 150 dB b. 75 dB c. 70 dB d. 50 dB e. 20 dB Jawablah dengan singkat dan benar! 1. Sebuah senar gitar memiliki massa 2,0 gram dan panjang 60 cm. Jika cepat rambat gelombang sepanjang senar adalah 300 m/s, hitunglah gaya tegangan senar itu! 2 . Seutas kawat baja yang massanya 5 gram dan panjang 1 m diberi tegangan 968 N. Tentukan: a. cepat rambat gelombang transversal sepanjang kawat, b. panjang gelombang dan frekuensi nada dasarnya, 18 c. frekuensi nada atas pertama dan kedua! 3. Sebuah sumber bunyi mempunyai taraf intensitas 6 dB. Bila 10 buah sumber bunyi yang sama berbunyi secara serentak, berapa taraf intensitas yang dihasilkan? 4. Kereta bergerak dengan laju 72 km/jam menuju stasiun sambil membunyikan peluit. Bunyi peluit kereta api tersebut terdengar oleh kepala stasiun dengan frekuensi 720 Hz. Jika laju bunyi di udara 340 m/s, berapa frekuensi peluit kereta api tersebut? 5. Dua garputala dengan frekuensi masing-masing 325 Hz dan 328 Hz digetarkan pada saat bersamaan. Berapa banyak layangan yang terdengar selama 5 sekon? 19 BAB II 20 Sejak zaman purba, adanya pelangi telah menyenangkan dan membingungkan semua orang yang melihatnya. Orang kuno menganggap pelangi sebagai tanda nasib baik. Akan tetapi, berabad-abad kemudian, ilmuwan mulai menyingkap rahasia gejalagejala misterius tersebut dan menemukan bahwa hal ini merupakan efek dari bahanbahan yang sangat biasa. Bagaimana hasil penemuan para ahli mengenai hal itu? Agar kalian memahaminya, maka pelajarilah materi bab ini dengan saksama! Pada kelas XI kalian telah mempelajari tentang gelombang dan sifat-sifatnya. Berdasarkan zat perantara, gelombang dibedakan menjadi dua, gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik. Cahaya merupakan salah satu contoh dari gelombang elektromagnetik, yaitu gelombang yang merambat tanpa memerlukan medium (zat perantara). Gejala dan sifat-sifat gelombang yang telah kita pelajari pada bab I juga terjadi pada cahaya. Pada bab ini, kita akan membahas tentang sifat-sifat cahaya, yaitu pembiasan (refraksi), dispersi (penguraian), interferensi (perpaduan), difraksi (pelenturan), dan polarisasi. A. REFRAKSI (PEMBIASAN) Pembiasan atau refraksi cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Misalnya adalah pembiasan cahaya pada prisma. Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila seberkas sinar datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang pembias I, akan dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas sinar tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pada bidang pembias I, sinar dibiaskan mendekati garis normal, sebab sinar datang dari zat optik kurang rapat ke zat optik lebih rapat yaitu dari udara ke kaca. Sebaliknya pada bidang pembias II, sinar dibiaskan menjahui garis normal, sebab sinar datang dari zat optik rapat ke zat optik kurang rapat yaitu dari kaca ke udara. Sehingga seberkas sinar yang melewati sebuah prisma akan mengalami pembelokan arah dari arah semula. 21 Gambar disamping menunjukkan seberkas cahaya yang melewati sebuah prisma. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa berkas sinar tersebut dalam prisma mengalami dua kali pembiasan sehingga antara berkas sinar masuk ke prisma dan berkas sinar keluar dari prisma tidak lagi sejajar. Sudut yang dibentuk antara arah sinar dating dengan arah sinar yang meninggalkan prisma disebut sudut deviasi diberi lambang D. Besarnya sudut deviasi tergantung pada sudut datangnya sinar. Untuk segiempat AFBE, maka : β + οAFB = 180o. Pada segitiga AFB, r1 + i2 + οAFB = 180o, sehingga diperoleh β + οAFB = r1 + i2 + οAFB β = r1 + i2 dengan: β = sudut pembias prisma i2 = sudut datang pada permukaan 2 r1 = sudut bias pada permukaan 1 Pada segitiga ABC, terdapat hubungan ο ABC + ο BCA + οCAB = 180o, di mana οABC = r2 – i2 dan ο CAB = i1 – r1, sehingga ο BCA + (r2 – i2) + (i1 – r1) = 180o ο BCA = 180o + (r1 + i2) - (i1 + r2) Besarnya sudut deviasi dapat dicari sebagai berikut. D = 180o - ο BCA = 180o - {(180o + (r1 + i2) - (i1 + r2)} = (i1 + r2) - (i2 + r1) D = i 1 + r2 – β dengan : D = sudut deviasi i1 = sudut datang pada prisma r2 = sudut bias sinar meninggalkan prisma β = sudut pembias prisma 22 Besarnya sudut deviasi sinar bergantung pada sudut datangnya cahaya ke prisma. Apabila sudut datangnya sinar diperkecil, maka sudut deviasinya pun akan semakin kecil. Sudut deviasi akan mencapai minimum (Dm) jika sudut dating cahaya ke prisma sama dengan sudut bias cahaya meninggalkan prisma atau pada saat itu berkas cahaya yang masuk ke prisma akan memotong prisma itu menjadi segitiga sama kaki, sehingga berlaku i1 = r2 = i (dengan i = sudut datang cahaya ke prisma) dan i2 = r1 = r (dengan r = sudut bias cahaya memasuki prisma). Karena β = i2 + r1 = 2r atau 1 r =2 β dengan demikian besarnya sudut deviasi minimum dapat dinyatakan: D = i1 + 1 r2 - β = 2i - β atau i = 2 (Dm + β). Menurut hukum Snellius tentang pembiasan berlaku sin π π2 = sin π π1 1 sin 2 (π·π + π½) π2 = 1 π1 sin 2 π½ 1 1 π1 sin (π·π + π½) = π2 sin π½ 2 2 dengan : n1 = indeks bias medium di sekitar prisma n2 = indeks bias prisma β = sudut pembias prisma Dm = sudut deviasi minimum prisma Untuk sudut pembias prisma kecil (β ≤ 15o), maka berlaku sin (Dm + β) dan sin 1 2 β= 1 2 1 2 (Dm+β)= 1 n1 sin 2 (Dm + β) = n2 sin 2 β 1 n1 2 (Dm + β) = n2 1 2 β n1 (Dm + β) = n2 β Dm = (π2 π½−π1 π½) π1 =[ π2 π1 2 β. Sehingga besarnya sudut deviasi minimumnya dapat dinyatakan : 1 1 − 1] π½ 23 Apabila medium di sekitar prisma berupa udara maka n1 = 1, dan indeks bias prisma dinyatakan dengan n, maka berlaku : Dm = (n – 1) β Contoh soal: Sebuah sinar jatuh pada sisi AB dari sebuah prisma segitiga ABC masuk ke dalam prisma dan kemudian menumbuk AC. Jika sudut pembias prisma 40o dan indeks 3 bias prisma2, tentukan sudut deviasi minimum prisma! Penyelesian: 3 Diketahui: β= 40o; n2 = 2 ; n1 = 1 (udara) Ditanya: δm = ... ? 1 π sin 2 (πΏπ + π½) = π2 π ππ 1 3⁄2 π½ 2 40π 1 π) = 1 π) = 2 π ππ 20 sin 2 (πΏπ + 40 sin 2 (πΏπ + 40 1 1 3 π ππ 2 π 3 sin 2 (πΏπ + 40π ) = 2 (0,34) 1 sin 2 (πΏπ + 40π ) = 0,51 1 2 1 2 (πΏπ + 40π ) = 30π πΏπ = 30π − 20π πΏπ = 20π B. DISPERSI (PENGURAIAN) Dispersi yaitu peristiwa terurainya cahaya putih menjadi cahaya yang berwarnawarni, seperti terjadinya pelangi. Pelangi merupakan peristiwa terurainya cahaya matahari oleh butiran-butiran air hujan. Peristiwa peruraian cahaya ini disebabkan oleh perbedaan indeks bias dari masing-masing cahaya, di mana indeks bias cahaya merah paling kecil, sedangkan cahaya ungu memiliki indeks bias paling besar. Cahaya putih yang dapat terurai menjadi cahaya yang berwarna-warni disebut cahaya polikromatik sedangkan cahaya tunggal yang tidak bisa diuraikan lagi disebut cahaya 24 monokromatik. Peristiwa dispersi juga terjadi apabila seberkas cahaya putih, misalnya cahaya matahari dilewatkan pada suatu prisma. Cahaya polikromatik jika dilewatkan pada prisma akan terurai menjadi warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Kumpulan cahaya warna tersebut disebut spektrum. Lebar spektrum yang dihasilkan oleh prisma tergantung pada selisih sudut deviasi antara cahaya ungu dan cahaya merah. Selisih sudut deviasi antara cahaya ungu dan merah disebut sudut dispersi yang dirumuskan : π = π·π’ − π·π Jika sudut pembias prisma kecil (<15o) dan n menyatakan indeks bias prisma serta medium di sekitar prisma adalah udara, maka besarnya sudut dispersi dapat dinyatakan : π = (ππ’ − ππ )π½ dengan : φ = sudut dispersi Dm = sudut deviasi cahaya merah Du = sudut deviasi cahaya ungu nm = indeks bias cahaya merah nu = indeks bias cahaya ungu β = sudut pembias prisma 25 C. INTERFERENSI (PERPADUAN) Apabila dua gelombang dipadukan menjadi satu akan menghasilkan sebuah gelombang baru. Demikian pula dengan cahaya dalam perambatannya tidak lain adalah sebuah gelombang. Perpaduan dua gelombang cahaya yang dapat menghasilkan sebuah gelombang. Proses perpaduan ini dinamakan interferensi gelombang cahaya. Agar interferensi cahaya dapat teramati dengan jelas, maka kedua gelombang cahaya itu harus bersifat koheren. Dua gelombang cahaya dikatakan koheren apabila kedua gelombang cahaya tersebut mempunyai amplitudo, frekuensi yang sama dan pada fasenya tetap. Ada dua hasil interferensi cahaya yang dapat teramati dengan jelas jika kedua gelombang tersebut berinterferensi. Apabila kedua gelombang cahaya berinteferensi saling memperkuat (bersifat konstruktif), maka akan menghasilkan garis terang yang teramati pada layar. Apabila kedua gelombang cahaya berinterferensi saling memperlemah (bersifat destruktif), maka akan menghasilkan garis gelap yang teramati pada layar. Marilah sekarang kita mempelajari peristiwa interferensi cahaya yang telah dilakukan percobaan/eksperimen oleh para ilmuwan terdahulu, seperti halnya Thomas Young dan Fresnell. 1. Interferensi Celah Ganda Percobaan yang dilakukan oleh Thomas Young dan Fresnell pada dasarnya adalah sama, yang membedakan adalah dalam hal mendapatkan dua gelombang cahaya yang koheren. Thomas Young mendapatkan dua gelombang cahaya yang koheren dengan menjatuhkan cahaya dari sumber cahaya pada dua buah celah sempit yang saling berdekatan, sehingga sinar cahaya yang keluar dari celah tersebut merupakan cahaya yang koheren. Sebaliknya Fresnel mendapatkan dua gelombang cahaya yang koheren dengan memantulkan cahaya dari suatu sumber ke arah dua buah cermin datar yang disusun hampir membentuk sudut 180o, sehingga akan diperoleh dua bayangan sumber cahaya. Sinar yang dipantulkan oleh cermin I dan II dapat dianggap sebagai dua gelombang cahaya yang koheren. Skema percobaan Young terlihat pada gambar. 26 Jika berkas cahaya melalui S1 dan S2, maka celah tersebut (S1 dan S2) akan berfungsi sebagai sumber cahaya baru dan menyebarkan sinarnya ke segala arah. Apabila cahaya dari celah S1 dan S2 berinterferensi, maka akan terbentuk suatu pola interferensi. Pola interferensi tersebut dapat ditangkap pada layar berupa pola garis terang dan gelap. Interferensi dapat terjadi karena adanya beda lintasan berkas cahaya dari S1 dan S2. Jika jarak antara kedua celah (d ), jauh lebih kecil daripada jarak celah terhadap layar, l (d << l ), maka beda lintasan pada titik sembarang P adalah S2P – S1P = d sin θ . Apabila dua gelombang bertemu, dan saling menguatkan, maka akan terjadi interferensi maksimum dan terbentuk pola garis terang. Pada celah ganda, interferensi ini akan terjadi apabila kedua gelombang memiliki fase yang sama (sefase), yaitu apabila keduanya berfrekuensi sama dan titik-titik yang bersesuaian berada pada tempat yang sama selama osilasi pada saat yang sama. Jarak garis terang ke-n dari pusat terang dinyatakan dengan persamaan: n. λ = d.sin θ Karena l >> d, maka sudut θ sangat kecil, sehingga berlaku pendekatan sinθ = tanθ = π π . Jadi dapat dituliskan : n. λ = d π π atau n. λ = ππ π 27 dengan: p = jarak garis terang dari pusat terang d = jarak kedua sumber l = jarak layar ke sumber cahaya λ = panjang gelombang n = orde atau nomor terang (n = 0, 1, 2,....) Contoh soal: Dua buah celah sempit terpisah pada jarak 0,2 mm disinari tegak lurus. Sebuah layar diletakkan 1 meter di belakang celah. Garis terang orde ke-3 pada layar terletak 7,5 mm dari terang pusat. Tentukan berapa panjang gelombang cahaya yang digunakan! Penyelesian: Diketahui: d = 0,2 mm = 2 .10-4 m L=1m p = 7,5 mm = 7,5.10-3 m n=3 Ditanya: λ = ... ? ππ n. λ = π ππ 7,5.10−3 m × 2.10−4 π 15 λ= = = 3 . 10−7π = 5000ΗΊ ππ 3×1 Interferensi maksimum terjadi jika dua gelombang bertemu dan saling menguatkan. Namun, jika dua gelombang tidak bertemu, dan akan saling meniadakan maka terjadi interferensi minimum, sehingga terbentuk pola garis gelap. Interferensi ini terjadi pada dua gelombang yang tidak sefase. Jarak garis gelap ke-n dari pusat terang adalah: 1 (π − 2) λ = d.sin θ Bilangan n menyatakan orde atau nomor gelap, yang besarnya n = 1, 2, 3,.... Untuk n = 1 disebut minimum orde ke-1. 28 Mengingat sinθ = π π , maka persamaan menjadi: 1 (π − 2) λ = d.sin π π dengan p adalah jarak gelap ke-n dari pusat terang. Pada interferensi celah ganda, jarak dua garis terang yang berurutan sama dengan jarak dua garis gelap yang berurutan. Dengan mengunakan persamaan sebelumnya diperoleh: π₯ππ π = Δnλ Untuk dua garis terang mapun dua garis gelap berurutan dapat dikatakan nilai Δn = 1, sehingga jarak antara dua garis terang maupun jarak antara dua garis gelap berurutan dapat diperoleh dengan persamaan: π₯ππ π = λ 2. Interferensi pada Lapisan Tipis Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat fenomena yang ditimbulkan oleh interferensi cahaya. Sebagai contoh timbulnya garis-garis berwarna yang tampak pada lapisan tipis minyak tanah yang tumpah di permukaan air, warna-warni yang terlihat pada gelembung sabun yang mendapat sinar matahari, serta timbulnya warna-warni pada cakram padat (compact disc). Pola interferensi pada lapisan tipis dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu panjang lintasan optik dan perubahan fase sinar pantul. Dari gambar, sinar AB merupakan sinar monokromatik yang datang pada permukaan pelat tipis. Sebagian sinar AB dipantulkan oleh permukaan bidang batas udara dan pelat (sinar BE) dan sebagian lagi dibiaskan ke dalam medium pelat (sinar BC). Sinar BC dipantulkan oleh permukaan bidang batas pelat dan udara (sinar CD). Sinar CD dipantulkan oleh permukaan atas dan sebagian lagi dibiaskan keluar film (sinar DF). Sinar BE dan DF datang bersamaan di mata kita. Sinar datang dengan sudut datang i pada lapisan tipis dengan ketebalan d dan indeks bias n, sehingga sinar mengalami pemantulan dan pembiasan dengan sudut 29 bias r. Dengan mempertimbangkan kedua faktor di atas, dapat ditentukan syarat-syarat terjadinya interferensi berikut ini. 1. Syarat terjadinya interferensi maksimum (terang) 1 2n.d.cos r = (m – 2) λ ; m = 1, 2, 3, ........ 2. Syarat terjadinya interferensi minimum (gelap) 2n.d.cos r = mλ ; m = 0, 1, 2, ........ D. DIFRAKSI (PELENTURAN) Apabila permukaan gelombang melewati sebuah celah sempit, di mana lebar celah lebih kecil daripada panjang gelombangnya, maka gelombang tersebut akan mengalami lenturan. Selanjutnya terjadi gelombang setengah lingkaran yang melebar di daerah bagian belakang celah tersebut. Peristiwa ini disebut difraksi atau lenturan. 1. Difraksi pada Celah Tunggal Dalam topik ini akan dibahas difraksi Fraunhofer yang dihasilkan oleh celah tunggal. Salah satu jenis difraksi Fraunhofer, yaitu difraksi dengan sumber cahaya dan layar penerima berada pada jarak tak terhingga dari benda penyebab difraksi, sehingga muka gelombang tidak lagi diperlakukan sebagai bidang sferis, melainkan sebagai bidang datar. Dengan kata lain, difraksi ini melibatkan berkas cahaya sejajar. Gambar di atas menunjukkan gelombang cahaya dengan panjang gelombang λ didifraksikan oleh celah sempit dengan lebar d. Pola gelap dan terang terbentuk ketika gelombang cahaya mengalami interferensi. Beda lintasan ke titik P adalah ( π 2 ) sinθ, 30 dengan θ adalah sudut antara garis tegak lurus terhadap celah dan garis dari pusat celah 1 ke P. Apabila beda lintasan yang terjadi adalah 2 λ, maka kedua cahaya (Gambar 2.15) akan saling memperlemah dan menyebabkan terjadinya interferensi minimum sehingga pada layar terbentuk pola gelap. Jadi, pola gelap (difraksi minimum) terjadi jika: d.sin θ = n. λ ; n = 1, 2, 3 ..... Sementara itu, pola terang (difraksi maksimum) terjadi bila: 1 d.sin θ = (π − 2) λ; n = 1, 2, 3 ...... 2. Difraksi pada Kisi Kisi adalah celah sangat sempit yang dibuat dengan menggores sebuah lempengan kaca dengan intan. Sebuah kisi dapat dibuat 300 sampai 700 celah setiap 1 mm. Pada kisi, setiap goresan merupakan celah. Sebuah kisi memiliki konstanta yang menyatakan banyaknya goresan tiap satu satuan panjang, yang dilambangkan dengan d, yang juga sering dikatakan menjadi lebar celah. Dalam sebuah kisi, lebar celah dengan jarak antara dua celah sama apabila banyaknya goresan tiap satuan panjang 1 dinyatakan dengan N, maka d = π . Pada sebuah kisi yang disinari cahaya yang sejajar dan tegak lurus kisi, dan di belakang kisi ditempatkan sebuah layar, maka pada layar tersebut akan terdapat garis terang dan gelap, jika cahaya yang dipakai adalah monokromatik. Kemudian akan terbentuk deretan spektrum warna, jika cahaya yang digunakan sinar putih 31 (polikromatik). Garis gelap dan terang atau pembentukan spektrum akan lebih jelas dan tajam jika celabar celahnya semakin sempit atau konstanta kisinya semakin banyak/besar. Garis gelap dan terang dan spektrum tersebut merupakan hasil interferensi dari cahaya yang berasal dari kisi tersebut yang jatuh pada layar titik/tempat tertentu. Bila cahaya dilewatkan pada kisi dan diarahkan ke layar, maka pada layar akan terjadi hal-hal berikut ini. 1. Garis terang (maksimum), bila: d.sin θ = n. λ ; n = 0, 1, 2, .... 2. Garis gelap (minimum), bila: 1 d.sin θ = (π − 2) λ; n = 1, 2, 3 ...... Kemampuan lensa untuk membebaskan bayangan dari dua titik benda yang sangat dekat disebut resolusi lensa. Jika dua titik benda sangat dekat, maka pola difraksi bayangan yang terbentuk akan tumpang tindih. Kriteria Rayleigh menyatakan bahwa “dua bayangan dapat diuraikan jika pusat piringan difraksi salah satunya persis di atas minimum pertama pola difraksi yang lainnya”. Ukuran kemampuan alat optik untuk membentuk bayangan terpisahkan dari benda-benda rapat atau untuk memisahkan panjang gelombang radiasi yang rapat disebut daya urai. 32 Contoh soal: Suatu berkas cahaya yang panjang gelombangnya 5.10-7 m dijatuhkan tegak lurus pada sebuah kisi difraksi. Jika spektrum orde kedua jatuh pada sudut 30o terhadap garis normal pada kisi, tentukan besarnya konstanta kisi (banyaknya goresan tiap meter) tersebut! Penyelesian: d = 5 .10-7 m Diketahui: θ= 30o n=2 Ditanya: N = ... ? n. λ = π sin π d= ππ sin π 1 = 2 × 5.10−7 π sin 30 −6 =101⁄2 = 2.10-6 m 1 N = π = 2.10−6 N = 5.105 celah/meter E. POLARISASI Polarisasi adalah proses pembatasan gelombang vektor yang membentuk suatu gelombang transversal sehingga menjadi satu arah. Tidak seperti interferensi dan difraksi yang dapat terjadi pada gelombang transversal dan longitudinal, efek polarisasi hanya dialami oleh gelombang transversal. Cahaya dapat mengalami polarisasi menunjukkan bahwa cahaya termasuk gelombang transversal. Pada cahaya tidak terpolarisasi, medan listrik bergetar ke segala arah, tegak lurus arah rambat gelombang. Setelah mengalam pemantulan atau diteruskan melalui bahan tertentu, medan listrik terbatasi pada satu arah. Polarisasi dapat terjadi karena pemantulan pada cermin datar, absorpsi selektif dari bahan polaroid, dan bias kembar oleh kristal. 33 1. Polarisasi karena Pembiasan dan Pemantulan Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan para ilmuwan Fisika menunjukkan bahwa polarisasi karena pemantulan dan pembiasan dapat terjadi apabila cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan saling tegak lurus atau membentuk sudut 90o. Di mana cahaya yang dipantulkan merupakan cahaya yang terpolarisasi sempurna, sedangkan sinar bias merupakan sinar terpolarisasi sebagian. Sudut datang sinar yang dapat menimbulkan cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan merupakan sinar yang terpolarisasi. Sudut dating seperti ini dinamakan sudut polarisasi (ip) atau sudut Brewster. Pada saat sinar pantul dan sinar bias saling tegak lurus (membentuk sudut 90o) akan berlaku ketentuan bahwa: i’ + r = 90o atau r = 90o – i. Dari hukum Snellius tentang pembiasan berlaku bahwa : sin π π2 = =π sin π π1 sin ππ sin(90 − ππ ) = π2 =π π1 sin ππ π2 = =π cos ππ π1 tan ππ = π2 =π π1 2. Polarisasi karena Bias Kembar (Bias Ganda) Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi melewati suatu apabila bahan cahaya yang mempunyai indeks bias ganda atau lebih dari satu, misalnya pada 34 kristal kalsit. Perhatikan gambar, seberkas cahaya yang jatuh tegak lurus pada permukaan kristal kalsit, maka cahaya yang keluar akan terurai menjadi dua berkas cahaya, yaitu satu berkas cahaya yang tetap lurus dan berkas cahaya yang dibelokkan. Cahaya yang lurus disebut cahaya biasa, yang memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini tidak terpolarisasi. Sedangkan cahaya yang dibelokkan disebut cahaya istimewa karena tidak memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini adalah cahaya yang terpolarisasi. 3. Polarisasi karena Absorbsi Selektif Polaroid adalah suatu bahan yang dapat menyerap arah bidang getar gelombang cahaya dan hanya melewatkan salah satu bidang getar. Seberkas sinar yang telah melewati polaroid hanya akan memiliki satu bidang getar saja sehingga sinar yang telah melewati polaroid adalah sinar yang terpolarisasi. Peristiwa polarisasi ini disebut polarisasi karena absorbsi selektif. Polaroid banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain untuk pelindung pada kacamata dari sinar matahari (kacamata sun glasses) dan polaroid untuk kamera. 4. Polarisasi karena Hamburan Polarisasi cahaya karena peristiwa hamburan dapat terjadi pada peristiwa terhamburnya cahaya matahari oleh partikelpartikel debu di atmosfer yang menyelubungi Bumi. Cahaya matahari yang terhambur oleh partikel debu dapat terpolarisasi. Itulah sebabnya pada hari yang cerah langit kelihatan berwarna biru. Hal itu disebabkan oleh warna cahaya biru dihamburkan paling efektif dibandingkan dengan cahaya-cahaya warna yang lainnya. 35 5. Pemutaran Bidang Polarisasi Perhatikan gambar, seberkas cahaya tak terpolarisasi melewati sebuah polarisator sehingga cahaya yang diteruskan terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi melewati zat optik aktif, misalnya larutan gula pasir, maka arah polarisasinya dapat berputar. Besarnya sudut perubahan arah polarisasi cahaya θ tergantung pada konsentrasi larutan c, panjang larutan l dan sudut putar larutan β. Hubungan ini dapat ditulis secara matematik sebagai: π = π. π½. π F. PEMANFAATAN GELOMBANG CAHAYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Ada banyak sekali pemanfaatan gelombang cahaya dalam teknologi yang seringkali kita jumpai sehari-hari. Misalya saja teknologi LCD dan LED yang dalam kehidupan sering digunakan pada televisi dan komputer atau laptop. Perbedaan mengenai LCD dan LED terkadang membuat orang awam kebingungan. Teknologi keduanya memang terkadang membingungkan karena keduanya memang hampir mirip. Teknologi TV LCD dan LED terus bersaing dalam pasaran. 1. LCD LCD berasal dari teknologi Liquid Crystal Display. TV LCD merupakan televisi yang menggunakan layar datar yang memanfaatkan teknologi Liquid Crystal Display. Pada jenis ini terdapat dua lapisan kaca yang sudah terpolarisasi serta saling menempel. Kristal-kristal cair yang terletak di salah satu lapisan mempunyai fungsi yaitu memblokir belakang layar. Dengan adanya bantuan lampu neon tersebut maka 36 gambar yang dibuat oleh Kristal menjadi terlihat. Selain itu kualitas dari monitor menghasilkan gambar yang tinggi. TV LCD dapat di buat dengan desain sangat tipis, yang bermanfaat dalam penghematan ruangan, selain itu pengguna dapat dengan leluasa menempatkan TV LCD di mana saja termasuk di tempelkan di tembok. 2. LED LED berasal dari kata Light Emitting Dioada. TV LED sebenarnya memang sangat mirip dengan LCD bahkan dilihat dari kinerjanya yang tak jauh berbeda. LED juga sama halnya dengan LCD yang menggunakan teknologi Liquid Crystal Display dalam hal layar dengan desai tipis. Salah satu perbedaan yang mencolok antara LCD dan LED adalah sumber cahaya, yang terletak di belakang layar. Jika TV LCD menggunakan lampu neon, maka TV LED menggunakan Light Emitting Dioda. Terdapat dua jenis pencahayaan pada LED. Yang pertama adalah pencahayaan Edge dan yang kedua adalah pencahayaan Full-Array. Untuk pencahayaan Edge rangkaian dioda diatur sepanjang tepi bagian luar layar. Ketika ada arus listrik mengalir, maka cahaya didistribusikan di layar. Sedangkan pencahayaan Full-Array, terdapat beberapa baris dioda di belakang semua permukaan layar. Dioda sumber cahaya memberikan lebih banyak control atas kecerahan serta peredupan, karena dioda dapat dihidupkan serta dimatikan secara independen. 37 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Pada percobaan Young (celah ganda), jika jarak antara dua celahnya dijadikan dua kali semula, maka jarak antara dua garis gelap yang berurutan menjadi …. A. 4 kali semula B. 2 kali semula C. ½ kali semula D. ¼ kali semula E. tetap tidak berubah 2. Cahaya dengan panjang gelombang 5x10-7m datang pada celah kembar Young yang jaraknya 2 x 10-4mm. Pola yang terjadi ditangkap pada layar yang berada 1 meter dari celah kembar. Jarak antara dua buah garis terang…cm A. 0,10 B. 1,00 C. 0,25 D. 2,50 E. 0,50 3. Bila cahaya matahari mengenai suatu lapisan tipis minyak yang ada di atas permukaan air, maka warna-warna yang terlihat timbul karena .... A. difraksi B. polarisasi C. refraksi D. reflaksi E. interferensi 4. Suatu berkas sinar sejajar mengenai tegak lurus suatu celah yang lebarnya 0,4 mm. Di belakang celah diberi lensa positif dengan jarak titik api 40 cm. Garis terang pusat (orde nol) dengan garis gelap pertama pada layar di bidang titik api lensa berjarak 0,56 mm. Panjang gelombang sinar adalah .... A. 6,4 x 10 m B. 1,6 x 10 m 38 C. 5,6 x 10 m D. 11,2 x 10 m E. 4,0 x 10 m 5. Cahaya merupakan gelombang transversal. Hal ini dibuktikan berdasarkan percobaan yang menunjukkan adanya .… A. difraksi B. refraksi C. polarisasi D. refleksi E. interferensi B. Kerjakan soal dibawah ini! 1. Seberkas sinar dijatuhkan pada salah satu sisi bidang pembias prisma sama sisi dengan sudut datang 60o. Tentukan besarnya sudut deviasi yang terjadi pada prisma tersebut! 2. Sebuah prisma memiliki sudut pembias 10o dan indeks biasnya 1,6. Tentukan besarnya sudut deviasi minimum yang terjadi pada prisma tersebut! 3. Sebuah prisma dengan sudut pembias 60o. Apabila sudut deviasi minimum yang terjadi pada prisma tersebut adalah 30o. Tentukan besarnya indeks bias prisma tersebut! 4. Seberkas cahaya yang panjang gelombangnya 6 x 10-7 m dijatuhkan pada dua buah celah sempit yang terpisah pada jarak 0,3 mm dan sebuah layar diletakkan 2 meter di belakang celah. Tentukan jarak garis terang orde ke-2 dan jarak garis gelap orde 1 dari terang pusat! 5. Seberkas cahaya monokromatik dijatuhkan tegak lurus sebuah celah tunggal yang lebarya 0.4 mm. Sebuah layar diletakkan di belakang celah sejauh 40 cm. Apabila garis gelap pertama berjarak 0,56 mm dari terang pusat, hitunglah panjang gelombang cahaya yang dipakai! 6. Sebuah kisi yang memiliki 3.000 garis tiap cm digunakan untuk menentukan panjang gelombang cahaya. Sudut antara garis terang pusat dan garis pada orde pertama adalah 8o (sin 8o = 0,140). Tentukan panjang gelombang cahaya tersebut! 39 7. Dua buah celah sempit terpisah pada jarak 0,2 mm disinari tegak lurus. Sebuah layar diletakkan 1 meter dari celah. Jika garis terang orde ke-3 terletak pada layar yang berjarak 7,5 mm dari terang pusat, tentukan panjang gelombang cahaya yang digunakan! 8. Cahaya dengan panjang gelombang 640 mm mengenai sebuah kisi difraksi yang terdiri atas 2.000 garis/cm. Tentukan: a.) orde maksimum yang mungkin terjadi, b.) jumlah garis gelap yang masih teramati pada layar! 9. Seberkas cahaya jatuh tegak lurus mengenai dua celah yang berjarak 0,4 mm. Garis terang ketiga pada layar berjarak 0,5 mm dari terang pusat. Jika jarak layar dengan celah adalah 40 cm, maka berapa panjang gelombang cahaya? 10. Seberkas cahaya monokromatik dengan panjang gelombang 5.000 ΗΊ dilewatkan pada kisi difraksi sehingga garis terang kedua terjadi dengan sudut deviasi 30o terhadap garis normal. Tentukan besarnya konstanta kisi tersebut(garis per millimeter)! 40