I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Famili Flaviviridae terdiri atas tiga genera, yaitu genus flavivirus, pestivirus dan hepacivirus. Genus flavivirus terdiri atas lebih dari 70 jenis virus, yang pada umumnya ditularkan melalui perantaraan nyamuk atau arthropoda. Genus flavivirus diantaranya adalah virus demam berdarah (DENV), Japanese encephalitis virus (JEV), tick-borne encephalitis virus (TBEV), yellow fever virus (YFV), West Nile virus (WNV), Murray Valley encephalitis virus (MVEV), dan St.Louis encephalitis virus (SLEV). Flavivirus merupakan patogen yang sangat penting, bertanggungjawab terhadap banyak penyakit pada manusia dan hewan, dan menyebabkan banyak kematian. WHO mencatat di seluruh dunia lebih dari 50 juta orang terinfeksi demam berdarah (DENV), 200.000 orang terinfeksi Yellow Fever Virus dan sekitar 50.000 orang terinfeksi Japanese Encephalitis virus (JEV). Infeksi flavivirus dapat menyebabkan demam berdarah (pada YFV dan DENV) dan ensefalitis serta kerusakan saraf otak (pada JEV, TBEV, WNV, SLEV, dan MVEV). Pada umumnya flavivirus yang paling mematikan yaitu JEV, YFV, TBEV dan DENV memiliki tingkat mortilitas antara 5-30% (Puig-Basagoiti 2006). Terapi yang spesifik untuk menangani infeksi flavivirus belum didapatkan. Saat ini vaksin yang tersedia untuk manusia hanya dari tiga jenis flavivirus yaitu YFV, JEV dan TBEV (Ray & Shi 2006), sehingga menjadi prioritas bagi peneliti kesehatan masyarakat untuk mengembangkan dan mendapatkan vaksin dan senyawa antivirus untuk mencegah dan mengobati penyakit infeksi flavivirus. Penyakit Japanese encephalitis (JE) merupakan salah satu penyakit infeksi yang serius, karena menyebabkan infeksi akut sistem saraf pusat. Sekitar 30% dari yang sembuh juga menyisakan kelumpuhan, kerusakan otak dan penyakit serius lainnya. Walaupun vaksin telah dikembangkan sejak tahun 1960, sampai saat ini belum ada obat yang efektif untuk penanganan penyakit ini. JE ditularkan melalui perantaraan nyamuk Culex tritaeniorinchus dan daerah penyebarannya adalah di Asia terutama di Asia Tenggara. Di Indonesia yang termasuk endemik JEV yaitu di daerah Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku , Papua dan Lombok (Spicer 2006). Beberapa upaya telah dilakukan dalam rangka penemuan obat bagi penyakit yang disebabkan oleh flavivirus, diantaranya adalah penemuan inhibitor terhadap enzim yang esensial untuk replikasi virus tersebut, seperti enzim protease, helikase, dan polimerase (Borowski et al. 2002b). Kini telah menjadi suatu kebutuhan yang mendesak untuk menemukan inhibitor yang selektif dan sangat spesifik bagi replikasi flavivirus (Paeshuyse et al. 2006). Banyak pendekatan telah dilakukan untuk mendapatkan senyawa kemoterapik antivirus, diantaranya adalah dengan mendesain struktur kristal 3D dari protein-protein viral atau struktur sekunder/ tersier dari genom RNA viral, menapis sejumlah besar senyawaan yang berpotensi sebagai agen antivirus, menguji inhibitor yang telah dikenal dari virus lain, memodifikasi secara kimiawi inhibitor virus yang telah diketahui untuk mengoptimalkan fungsinya, dan imunoglobulin intravenus (Ray & Shi 2006). Selain itu pencarian inhibitor enzim RNA helikase merupakan salah satu teknik untuk mengembangkan pengobatan terhadap virus tersebut sehingga menjadi salah satu target penemuan obat antivirus. Hatsu et al. (2002), menyatakan bahwa aktinomisetes dapat menghasilkan inhibitor RNA helikase JEV. Sementara itu informasi mengenai penggunaan aktinomisetes indigen Indonesia untuk menemukan inhibitor enzim RNA helikase JEV sampai saat ini belum tersedia, sehingga mendorong peneliti untuk menemukan dan memurnikan protein inhibitor terhadap enzim RNA helikase JEV tersebut. Berdasarkan potensi aktinomisetes yang sangat besar, kegiatan isolasi, koleksi termasuk identifikasi dan karakterisasi aktinomisetes dari berbagai lokasi di Indonesia merupakan kegiatan yang sangat menarik. Selanjutnya pemanfaatan koleksi aktinomisetes ini melalui teknik penapisan secara cepat dan tepat, dengan kondisi fermentasi yang optimum, merupakan sumber alternatif untuk mendapatkan senyawa bioaktif baru. Salah satu diantaranya adalah pencarian obat terhadap penyakit menular seperti infeksi yang disebabkan oleh flavivirus. Pada studi sebelumnya, gen helikase dari JEV telah berhasil dikloning ke dalam plasmid pET-21b (nama bangunnya masing-masing pET-21b/HCV NS3 hel dan pET-21b/JEV NS3 hel). Enzim ini bisa diekspresikan pada E. coli BL21(DE3)pLysS dengan induksi Isopropyl ß-D thiogalactopyranoside (IPTG) (Utama et al. 2000; Hatsu et al. 2002), sehingga enzim murni helikase dapat diperoleh melalui purifikasi dari biakan E. coli BL21(DE3)pLysS dengan menggunakan kromatografi afinitas, untuk selanjutnya digunakan sebagai substrat bagi pencarian senyawa inhibitor terhadap enzim tersebut. Saat ini telah dilakukan penapisan sekitar 1.800 isolat aktinomisetes koleksi Pusat penelitian Bioteknologi LIPI (Grace 2006), dan telah diperoleh sekitar 11 isolat aktinomisetes yang memiliki kemampuan menghambat aktivitas enzim RNA helikase JEV di dalam supernatannya. Kesebelas isolat aktinomisetes tersebut memiliki aktivitas inhibitor sekitar 45-50% terhadap enzim RNA helikase JEV. Dari isolat yang memiliki aktivitas inhibitor yang tinggi, selanjutnya akan digunakan untuk mencari protein target yang memiliki aktivitas inhibitor ATPase dari RNA helikase JEV. Enzim RNA helikase, selain memiliki aktivitas helikase (ATP-dependent helicase), juga memiliki aktivitas ikatan RNA (RNA binding) dan ATPase (RNAstimulated ATPase). Karena aktivitas RNA helikase tergantung pada aktivitas ATPase dan uji ATPase dapat dilakukan dengan mudah, skrining inhibitor helikase dapat dilakukan melalui uji ATPase. Protein inhibitor terhadap enzim RNA helikase JEV yang diperoleh akan dipurifikasi dengan menggunakan beberapa langkah pemurnian, seperti pengendapan dengan amonium sulfat, kromatografi gel filtrasi, TLC dan HPLC. Karakterisasi yang dilakukan terhadap inhibitor tersebut, berupa pengukuran bobot molekul, pengujian kestabilan protein tersebut terhadap suhu dan pH. Penelitian ini diharapkan akan menemukan protein yang bersifat inhibitor terhadap enzim RNA helikase JEV. Penelitian ini juga diharapkan akan membantu penemuan obat baru, sehingga mengurangi ketergantungan kita terhadap obat-obatan dari luar negeri. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mendapatkan protein murni yang bersifat inhibitor terhadap enzim RNA helikase JEV, dan 2) karakterisasi protein yang bersifat inhibitor tersebut, yang meliputi stabilitas protein, bobot molekul protein inhibitor, dan aktivitas penghambatan terhadap enzim RNA helikase.