Arus Balik: Membaca Pertanda Jaman Oleh: Jeffrie Geovanie Assalamu Alaikum Wr. Wb. Sidang Pembaca yang saya muliakan, teknologi yang semakin meningkat. India menempatkan diri sebagai kekuatan ekonomi baru, sejajar dengan China, Jepang dan Korea Selatan. Rusia yang goyah pasca runtuhnya Uni Soviet, perlahan-lahan memperlihatkan pertumbuhan yang stabil. Negara-negara di Timur mulai menyalip Negara Barat. Sebuah pertanda jaman, arus balik mulai berhembus kembali. Tulisan ini sengaja saya beri judul “Arus Balik.” Sebuah judul novel yang ditulis oleh sastrawan Pramoedya Ananta Toer, novel yang menceritakan tentang awal kejatuhan kerajaan Nusantara. Sebuah kejatuhan yang menandai berkuasanya bangsa Eropa atas tanah dan air kita, sebuah arus balik ekonomi yang mengubur semua sejarah kejayaan nusantara. Sidang Pembaca yang saya hormati, Dunia memasuki tahun 1511 ketika Pelabuhan Malaka jatuh ke tangan Portugis. Seluruh jalur perdagangan Asia berubah, pelayaran Laut Jawa menjadi sepi, Selat Malaka disumbat untuk mematikan kejayaan ekonomi nusantara. Pedagang Arab, India dan Eropa tidak lagi melewati Malaka untuk menghindari Portugis. Sidang Pembaca yang saya hormati, Lalu bagaimana dengan kita? Bangsa kita? Krisis Amerika dan Eropa ternyata tidak merobohkan kita. Sebagaimana China dan India. Kita bisa bertahan karena ekonomi kita ternyata tidak bergantung pada ekspor, kita diselamatkan oleh 240 juta rakyat Indonesia yang membanting tulang di Republik ini saudara-saudara sekalian. Kita memiliki modal sebagai bangsa yang besar, jumlah pemuda kita 70 persen dari jumlah penduduk Indonesia, artinya 70 persen penduduk kita masih memiliki tenaga untuk membela bangsanya di segala sektor kehidupan. Belum lagi limpahan sumberdaya alam yang dikarunia Allah kepada kita. Optimisme itulah yang mendasari perkataan Soekarno ““Negeri kita kaya, kaya, kaya-raya, Saudara-saudara. Berjiwa besarlah, berimagination. Gali ! Bekerja! Gali! Bekerja! Apa yang terjadi saudara-saudara sekalian? Armada Kita adalah satu tanah air yang paling cantik di dunia.” yang maha besar itu, akhirnya takluk oleh meriammeriam Portugis yang jumlahnya jauh lebih kecil. Hadirin sekalian yang saya muliakan, Portugis tetap menguasai Malaka, jalur perdagangan tetap menjauh dari nusantara, krisis ekonomi mulai Demikianlah jaman sedang mencari anak emasnya. melanda, dan akhirnya krisis politik tiba. Kerajaan- Pram menyebutkan “Semasa jayanya Majapahit, Nukerajaan nusantara berguguran satu demi satu, tak santara merupakan kesatuan maritim dan kerajaan mampu menghadang badai krisis. Berabad-abad hing- laut terbesar di antara bangsa-bangsa beradab di ga hari ini, Nusantara masih dikuasai oleh bangsa- muka bumi. Arus bergerak dari selatan ke utara, sebangsa barat, arus balik berhembus, kejayaan Timur galanya: kapal-kapalnya, manusianya, amal perbuakini beralih ke Barat. tannya dan cita-citanya, semua bergerak dari Nusantara di selatan ke ‘Atas Angin’ di utara. Tapi zaman Para Pembaca yang saya banggakan, berubah... “ Sebuah perlawanan digagas oleh kerajaan-kerajaan nusantara, Adipati Unus dari Demak memimpin perebutan kembali Malaka dari tangan Portugis. Demak mendapatkan dukungan armada Aceh, Jambi, Riau, Jepara, Tuban dan Banten. Sebuah armada perang yang sangat besar, bahkan melampaui kekuatan Portugis di Malaka. Apa yang membuat armada perang nusantara yang maha dahsyat itu kalah oleh Portugis di Malaka? Tidak lain dan tidak bukan karena perpecahan di kalangan Raja-raja nusantara, Aceh ingin memiliki Malaka untuk dirinya sendiri, begitu juga Tuban dan Banten ingin menghancurkan Demak dengan mengirimkan armada perang ke Malaka pada detik-detik ketika perang sudah tidak bisa lagi dimenangkan. Arus berbalik, bukan lagi dari selatan ke utara tetapi sebaliknya dari utara ke selatan. Utara kuasai selatan, menguasai urat nadi kehidupan Nusantara... Perpecahan dan kekalahan seakan menjadi bagian dari Jawa yang beruntun tiada hentinya. Hadirin sekalian yang saya banggakan, Inilah yang saya sebut pertanda jaman, sebuah pertanda “arus balik” sejarah dunia. Jika dulu kerajaan di Nusantara sempat menorehkan tinta kejayaannya yang lalu berbalik menjadi bangsa jajahan Eropa. Maka jaman sedang menunjukkan pertanda, jaman sedang menggeliat, nasib hendak berputar bagi orang yang Saudara-saudara sekalian, hal yang sama terjadi di mampu membaca pertanda jaman. tahun 1996, ketika resesi ekonomi melanda dunia, terbukti bahwa bangsa kita ikut tergulung dalam Roda sejarah sedang melambungkan bangsa-bangsa badai krisis yang berujung pada krisis politik 1998. Timur ke puncak kejayaan. Namun kejayaan hanyalah Namun akibat dari perpecahan elit politik reformasi, milik bangsa-bangsa yang siap menerima mandat dan kita menjadi bangsa yang paling lambat pulih dari ba- tanggungjawab sejarah. Mandat hanya diberikan sedai krisis. Kasus Malaka terulang kembali, arus balik jarah bagi bangsa-bangsa yang mau bekerja keras, tetap mengukuhkan Barat sebagai pemenang sejarah. belajar mengakui dan tidak mengulang kesalahan, bangsa yang pemimpinnya tidak bertikai satu sama Keadaan inilah yang digambarkan dalam novel Arus lain, bangsa yang pemimpinnya pantas menerima Balik Pramoedya “Sekarang orang tak mampu lagi cinta rakyatnya. membuat kapal besar. Kapal besar dibuat hanya oleh kerajaan besar, kapal kecil oleh kerajaan kecil, me- Yang penting untuk direnungi saudara-saudara sekanyebabkan arus tidak bergerak lagi dari selatan ke lian, bahwa setiap arus balik sejarah membutuhkan utara.” pemimpinnya. Kita sedang menunggu Wiranggaleng, pemuda desa sederhana dari Demak, yang bertarung Hadirin sekalian yang saya muliakan, sampai ke pusat kekuasaan Portugis di Malaka, pemuda yang memberi segala-galanya untuk satu tujuan Satu tahun belakangan kita disuguhkan oleh ber- “membendung arus utara.” Kita butuh Wiranggalengita tentang krisis ekonomi yang melanda Amerika wiranggaleng bermunculan, mereka yang rela memdan Eropa. Dimulai dari jatuhnya bank raksasa Leh- pertaruhkan segala yang dimilikinya untuk membman Brothers yang diikuti tersungkurnya beberapa ela bangsa dan negaranya, termasuk kehormatannya perusahaan raksasa lainnya, menandai awal krisis sekalipun. Amerika. Krisis mulai melanda Eropa dan memicu krisis politik di Yunani, Portugal, Italia dan Spanyol. Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memUni Eropa tersengal-sengal untuk menolong Negara- berikan terang pengetahuanNya pada kita, untuk negara anggotanya bangkit dari krisis yang tak kun- membaca setiap pertanda jaman. Memberikan kekuajung selesai. tan dan bimbinganNya untuk memimpin bangsa ini menyambut arus balik sejarah dunia ini. Sementara di Timur, China terus melambungkan pertumbuhan ekonominya seiring dengan kemampuan Wassalamu Alaikum Wr. Wb. Saya ingin menunjukkan betapa berbahayanya “perpecahan” di kalangan pemimpin bangsa dalam menghadapi kekuatan lain yang hendak menghancurkan kita.