Ke Daftar Isi Prosldlna par_an llan Prosontasillm/ah FWlUslonalToknls NonPonoDU18Do_ar 2006 ISSH :1410 - 5381 DETEKSI DINI HIPOTIROID KONGENITAL DI NUSA TENGGARA BARAT Kristina Dwi Purwanti, Susyati, Sri Insani W.W dan Irma S Hapsari PTKMR-BATAN . ABSTRAK DETEKSI DINI HIPOTIROID KONGENIT AL DI NUSA TENGGARA BARA T. Hipotiroid kongenital adalah kelainan bawaan dimana kadar Tiroksin (T4) menurun dalam sirkulasi. Hal ini disebabkan asupan iodium yang kurang pada ibu hamil sehingga dapat menyebabkan bayi yang dilahirkan mengalami hipotiroid. Prevalensi hipotiorid kongenital mencapai 1: 2500 sampai dengan 4000, dan harus dapat segera -terdeteksi secara dini terutama pada saat bayi lahir. Bcrdasarkan survey peta gizi Indonesia tahun 2000 Nusa Tenggara Barat merupakan daerah endemis gondok derajat sedang sampai berat. Dalam membantu melakukan deteksi dini hipotiroid kongenital di NTB dilakukan pemeriksaan kadar Neonatal T4 dan Neonatal TSH dengan teknik RIAl IRMA pada 100 sampel (53 perempuan dan 47 laki-Iaki) bercak darah kering tali pusat bayi baru lahir pad a kertas saring. Diperoleh satu sam pel bayi perempuan dengan indikasi hipotiroid kongenital dengan kadar Neonatal T4 sebesar 3,4 ugldl (kadar normal 6,2 - 14 ugldl) dan kadar TSH adalah 23 uIU/ml (kadar normal 2 - 20 uIU/ml). Hasil deteksi dini ini sesuai dengan survey GAKY, bahwa Nusa Tenggara Barat adalah daerah endemis gondok derajat sedang sampai berat. Kata Kunci : Hipotiroid Kongenital, Neonatal, Radio Immuno Assay, Immuno Radio Metric Assay ABSTRACT EARLY DETECTION FOR CONGENITAL HIPOTHYROIDISM IN WEST NUSA TENGGARA. Congenital Hypothyroidsm is hereditary diseases whereas Tyroxyn (T4) level decrease in circulation. Low consumption of Iodium will cause foetus. Congenital hypothyroid prevaJency reach attain 2500 to 4000 and must be detected as earlier as possible. Based on Indonesia Nutrient Map Survey (2000), West Nusa Tenggara categorized as medium high incidence of hypothyroidsm endemic area. Provide to hypotiroidsm early detections in NTB, Neonatal T4 and Neonatal TSH content examination performed using RIAl IRMA technique. 100 samples of dry spot blood of daily placenta (53 female and 47 male) examined on filter paper. The examination found that one of female sample indicated as Congenital Hypothyroidsm with Neonatal T4 content is 3.4 ugldl (normally = 6.2 - 14 ugldl) and Neonatal TSH content is 23 uIU/ml (normally = 2 - 20 uIU/ml). The result of the examination according to GAKY Survey categorized West Nusa Tenggara as medium to high incidence of Hypothyroidsm endemic area. Keywords: Hyphothyroid Congenital, Neonatal, Radio Immuno Assay, Immuno Radio Metric Assay 50 ProsIdInU Portonwan dan Prosontaslllmiah ISSN :1410 - 5381 Funoslonal TBknls Non PonoDtL 18 Dosombor 2006 PENDAHULUAN Hipotiroid menurunnya kongenital merupakan kelainan bawaan yang kadar hormon tiroid pada sirkulasi. Kelenjar tiroid leher, kelenjar ini mengeluarkan hormon ditandai terletak di bagian depan Tiroksin (1'4) dan Triiodotironi merupakan unsur utama yang diperlukan dalam pembentukan hormon faktor yang menyebabkan berkuranganya asupan iodium yang berkurang hipotiroid. dengan Iodium (1'3). tiroid. Salah satu kadar iodium pada ibu hamil adalah sehingga menyebabkan karena bayi yang dilahirkan mengalami Fungsi kelenjar tiroid distimulasi oleh hormon Thyroid Stimulating (1'SH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise yang terdapat di bagian bawah otak besar[l] .. Hormon metabolisme, tiroid yang perkembangan merupakan berperan intelektual sangat diperlukan hormon yang pad a pertumbuhan dan kematangan sangat diperlukan dan perkembangan, seksual. Walaupun kebutuhan dalam proses term as uk juga hormon tiroid dari semua tingkat usia, namun demikian hormon ini sangat penting sekalil sangat kritis pada masa bayi dan anak- anak[l]. Hipotiroid kongenital ditemukan 1 dalam 2500 sampai dengan 4000, dan harus dapat segera terdeteksi secara dini terutama pada saat bayi lahir atau dalam beberapa hari setelah bayi dilahirkan (0 - 28 hari) segera setelah bayi terdiagnosis kemudian dilakukan terapi. Dari hasil penelitian kongenital diketahui bahwa bayil anak dengan yang diobati sebelum berusia tiga bulan mempunyai tingkat intelegensil IQ > 90 (normal) kelainan hipotiroid kemungkinan mencapai yaitu berkisar antara 75- 85%. Sedangkan yang diobati setelah berusia lebih dari tiga bulan, 75% nya tetap menderita keterbelakangan mental atau dapat menjadi normal namun dengan beberapa perriuisalahan antara lain kesulitan belajar, kelainan tingkah laku, atau kelainan neurologist non spesifik [1]. data dari peta gizi Indonesia tahun 2000 terdapat tujuh propinsi Berdasarkan yang merupakan daerah endemik gondok yang berderajat sedang sampai berat, yaitu : daerah Sumatra Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku [2]. Berdasarkan hal terse but diatas, Propinsi Nusa Tenggara BAT AN bekerja sarna dengan Dinas Kesehatan Barat dan Lembaga Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat, melakukan pelatihan teknik pengambilan sam pel bercak darah tali pusat kepada sepuluh bidan dan empat dokter puskesmas yang berasal dari dua kabupaten, Lombok Barat dan Lombok Timur yang merupakan daerah gondok endemis derajat sedang sampai berat. Sampel bercak darah kering tali pusat bayi baru lahir yang 51 ProsIdInU Purtemuan dan Presentasillmiah telah diberi indentitas Nuklir Kedokteran Fungslonal T Bknls Non PBnBDtL 18 DasBlllbur dan dimasukkan 2006 ISSN :1410 - dalam plastik, dikirim ke laboratorium Pusat Teknologi Keselamatan Dan Metrologi Radiasi 5381 Teknik BAT AN untuk dilakukan pemeriksaan Neonatal T4 dan Neonatal TSH dengan teknik RIAl IRMA. Pengukuran penetapan kadar hormon tiroid dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran kadar T4 Total dan TSH, Free T4 dan TSH atau TSH saja, dan sampel yang digunakan dapat berupa serum darah tali pusat, bercak darah kering tali pusat/ tumit diatas kertas saring, atau serum darah vena. Untuk penentuan pengukuran kadar hormon tiroid di Lombok Barat dan Lombok Timur, dilakukan pemeriksaan Neonatal T4 dan Neonatal TSH pad a bercak darah kering tali pusat menggunakan teknik Radio lmmuno Assa (RIA) / lmmuno Radio Metric Assay (IRMA), dengan dasar reaksi imunologik bertanda radioaktifJodium antara antigen -125 dan antibodi spesiifik dengan deteksi sinar gamma yang telah terbukti sebagai teknik yang spesifik, sensitive dan sederhana[3]. Hasil pengukuran ten tang insidensi hipotiroid kongenital di Lombok Lombok Timur dapat digunakan sebagai masukan penanggulangan dijumpai adanya hipotiroid kongenital disarankan kepada Barat dan GAKY. Jika nantinya pada bayi 'baru lahir secara dini, maka dapat segera orang tuanya untuk melakukan konsultasi dan pengobatan ahlinya sehingga bayi tersebut terhindar dari bahaya kretin dan keterbelakangan dengan mental! IQ rendah. TEORI Pemeriksaan pemeriksaan deteksi dini kelainan hipotirod congenital yaitu teknik RIA untuk menentukan menggunakan kadar Neonatal,T4 dua teknik dan teknik IRMA untuk menentukan kadar Neonatal TSH. Teknik Radio Immuno Assay merupakan reaksi imunologik antara antigen (Anal it/ Ligan! A) dengan antibodi spesifik (zat pengikat/ binder/ B) membentuk kompleks (AB). Ditambahkan analit A * yang identik dengan A tapi dilabel dengan zat radioaktif. Dengan kata lain, A * bertindak sebagai marker! petanda untuk A. Apabila jumlah B di dalam sistem ini dibuat terbatas (kurang dari separuh jumlah A dan A *) maka hanya sebagian dari A yang dapat berikatan deI)gan B karena harus berkompetisi dengan A *. Dengan membuat jumlah B dan A * tetap dan jumlah A yang diubah- ubah, dapat dibuat kurva A *B versus A (kurva standar/ Dose- response curve). Kadar anal it yang ingin diketahui, dibaca dari kurva terse but. A+A*+B • AB+A*B+Asisa+A*sisa Bound 52 Free Prosldlna Pertanwan Ekins dan Prosootasl Umlah FWluslonaJToknIs Hen PonoDtL 18 Dosombor 2006 menamakan tersaturasi/ metode ini sebagai ISSN :1410 - 5381 "Saturation Analysis" karena reagennya (B) menjadi jenuh sedang Yallow memakai istilah "Competitive Protein Binding Assay" [3]. Ag*Ag Antigen + Ab Ag*sisa (baik yang bertanda diinkubasikan radioaktif + Ag sisa + AgAb + Ag* Ab = Ag* maupun yang tidak bertanda = Ag) dengan antibodi spesifik = Ab dalam jumlah yang terbatas maka akan terjadi kompetisi dari keduanya untuk berikatan dengan antibodi tersebut membentuk kompleks Ag*- Ab dan Ag- Ab. Karena jumlah Ab terbatas maka kemungkinan masih ada Ag* atau Ag yang tetap berada dalam keadaan bebas. Setelah fraksi Ag* yang berikatan dengan Ab dipisahkan dari fraksi Ag* yang masih bebas, maka jumlah Ag*- Ab yang terbentuk dapat diketahui dengan mendeteksi cacahan radiasi menggunakan alat yang disebut Gamma Counter. Bila cacahan tinggi, berarti jumlah Ag*- Ab tinggi/ banyak, berarti bahwajumlah Ag yang terdapat dalam sam pel sedikit/ rendah, demikian sebaliknya. Jadi jumlah Ag*- Ab yang terbentuk berbanding terbalik dengan jumlah Ag yang terdapat dalam sam pel. Hubungan antara jumlah Ag- Ab yang terbentuk dengan jumlah Ag yang terdapat dalam sampel digambarkan dalam bentuk kUfva berikut [3] Radioactivity in bound fraction Antigen conc (sample or standards) Gambar 1. Kurva standar RIA (Logit- Prinsip dasar teknik Immuno Radiometric Assay Log) [3]. adalah reaksi imunologik antara antigen (A) dengan antibodi spesifiknya (B) membentuk kompleks (AB), sejumlah berlebih antibodi. menggunakan Dalam IRMA dikenal teknik dua sisi atau sandwich yang sekarang banyak dipakai dan digunakan dua macam antibodi yaitu antibodi tidak bertanda 53 Prosldlnll Por_an daD ProsoDtasl B 1 yang diadsorpsikan polipropilen Dmlah FWlDsionai Toknls Nan PonoIItL 19 8osombor pada fasa padat misalnya 2006 ISSN :1410 - 5381 permukaan dalam dinding tabung ( disebut coated tube) dan antibodi bertanda B2*, keduanya dalam jumlah yang berlebih. Kedua antibodi terse but akan berikatan dengan antigen yang sam a tapi pada sisi yang berbeda[3]. 1 Bl +A + B2* ---------71 Bl-A-B2* +1 Bl sisa+-B2* ~ sisa ~ Bound Fraction ~ Free Fraction Fraksi Bound dipisahkan dengan fraksi Free dengan cara dekantasi selanjutnya dilakukan pengukuran radioaktivitas dengan konsentrasi fraksi Bound. Hubungan antara radioaktivitas A dalam larutan standar digambarkan fraksi Bound dalam kurva standar Kadar A dalam sam pel (yang ingin diketahui), dapat dibaca dari kurva tersebut [3]. Activity Antigen cone (sample or standards) Gambar II. Kurva standar IRMA (Lin-Lin) TAT A KERJA Pemeriksaan Neonatal T4 palla bercak darah tali pusat dengan RIA. Persiapan penelitian dilakukan dengan mengeluarkan kit dan sampel yang dimasukkan di dalam kulkas sampai kondisi kit dan sampel sama dengan temperatur pemberian tanda pada tabung-tabung sampel (pemeriksaan Total, NSB, Standar dilakukan secara duplo). Dimasukkan ruang. Dilakukan A - F , kontrol Cl, C2,C3 dan disk bercak darah kering tali pusat berukuran 118" pada tabung NSB, standar, kontrol dan sampel dengan menggunakan whole punchter. Ke dalam semua tabung kemudian ditambahkan 54 1 ml Larutan Neonatal 1- ProsIdInO Partonwan liaR ProsoRtasllimlah 125, kemudian dilakukan FWlgslonaJ ToknIs Non PonoIItL 18 Dasombor 2008 pengocokan ISSN :14ID • 5381 dengan vortex hingga disk terendam. Dilakukan inkubasi pada suhu ruang selama 18 jam, dan dekantasi hingga disk terbuang, kemudian dikeringkan dengan menggunakan membiarkan terbalik selama 3 - 5 menit, . Sam pel ukur dengan pencacah gama Manual LOGIC-20ll dilakukan penghitungan selama 60 detikl tabung, kemudian kadar dengan menggunakan kurva standar. Pemeriksaan Neonatal TSH pada bercak darah tali pusat dengan Teknik IRMA Dilakukan kulkas persiapan sampai dengan mengeluarkan kondisi kit dan sampel pemberian tanda pada tabung-tabung kit dan sampel yang dimasukkan sarna dengan temperatur di dalam ruang. Dilakukan Total, Standar A - F , kontrol C 1, C2, C3 dan sampel (pemeriksaan dilakukan secara duplo). Disk bercak darah kering tali pusat berukuran 3/ 16 inci dimasukkan pada tabung standar, kontrol dan sampel dengan menggunakan whole punchIer. Kedalam semua tabung ditambahkan 200 JJI larutan Neonatal 1-125 dan dikocok dengan vortex hingga disk terendam, kemudian digoyang di atas shaker dengan kecepatan 200 stokes selama 2 jam. Dilakukan inkubasi pada suhu ruang selama"18 jam, kemudian di dekantinasi hingga disk terbuang. Semua tabung ditambahkan larutan buffer pencuci sebanyak 2 ml pada semua tabung, dibiarkan selama 2 menit, kemudian di dekantir (pencucian dilakukan dua kali), tabung-tabung dibiarkan terbalik diatas kertas serap selama 3 - 5 menit. Sampel diukur dengan menggunakan selama 60 detikl tabung. Penghitungan kadar pencacah gama Manual LOGIC-20ll sampel dilakukan dengan menggunakan kurva standar. HASIL DAN PEMBAHASAN Diperoleh RIA/IRMA pengukuran terhadap kadar Neonatal T4 dan Neonatal TSH dengan teknik 100 sampel darah kering tali pusat pada bayi baru lahir dari Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Timur. Sampel terdiri dari 53 sam pel bayi laki-Iaki dan 47 sampel bayi perempuan seperti yang disajikan pada Tabel 1. Dari literatur diketahui bahwa nilai normal kadar Neonatal T4 adalah 6,2 - 14 ug/dl [4] dan nilai normal kadar TSH adalah 2 - 20 uIU/ml [5]. Dari kadar Neonatal T4 dan Neonatal TSH di hasil pengukuran Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur < 6,2 ug/dl pada 5 bayi perempuan diperoleh data pengukuran kadar Neo T4 laki-laki, Kadar Neo T4> 14 pada 1 bayi laki-laki, kadar TSH > 20 uIUlml pada 1 bayi 55 dan 3 bayi Prosldlno portomuan daR ProseRtasl Umlah FWloslonaJTeknls Non PlIlIIIIItl1B Dosembor 2008 perempuan, hal tersebut kemungkinan pada saring kertas tidak (pemipetan)/pemisahan disebabkan homogen/ penetesan penambahan yang kurang sempurna, sehingga ISSH :1410·5381 sampel darah tali pusat tracer yang perlu dilakukan tidak tepat pemeriksaan lanjutan Neonatal T4 terhadap 7 sampel tersebut diatas. Diperoleh satu sam pel bayi perempuan (No.76) dengan kadar Neo T4, dan kadar Neo TSH, 23 uIU/ml, tersebut hipotiroid menghubungi kongenital. puskesmas sehingga dapat dipastikan bahwa pasien bayi perempuan Segera setelah diketahui dilakukan tindak lanjut dengan dimana bayi tersebut dilahirkan, untuk dilakukan pengambilan sampel darah/ serum guna pemeriksaan pengobatan kadar tiroid lebih lanjut dan segera dilakukan oleh ahlinya, namun diperoleh tanggapan hipotiroid kongenital 3,4 ugldl bahwa pasien yang terdiagnosis tersebut sehari setelah dilahirkan telah meninggal tidak dapat dilakukan tindak lanjut pemeriksaan. 56 dunia, sehingga 41,97 Prosllilng No. Portsnwan dan Prosontasillmlah FunosJonal TBknIs Non PonoDU 19 Dosambor 2006 ISSN :14UJ - 5381 Tabel I. Hasil Pengukuran Kadar Neonatal T4 dan Neonatal TSH JK Sam No. PPP L LJK LP100. P 99. 54. 53. 56. 60. 64. 95. 82. 75. 81. 88. 89. 71. 73.79. 85. 91. 83. 90. 84. 87. 10.05.6 10.518 10.010.0 7.5 6.0 7.0 6.8 8.0 9.8 5.87.0 3.4 6.5 7.2 5.26.2 8.5 6.4 7.07.0 7.09.5 6.24.8 6.27.8 7.58.0 7.05.6 6.86.2 7.0 7.56.6 7.06.0 9.013.5 7.5 6.04.8 8.56.8 8.59.5 6.27.0 6.25.2 6.8 70 144.6 127.0 12 125.4 13.5 8.0 12 5.6 7.8 7.0 5.8 8.2 4.4 4.8 6.2 4.2 8.8 23 64.8 30 7.0 7.4 5.0 12 10 11 13 55. 59. 62. 65. 69. 93. 97. 92. 67. 52. 58. 86. 72. 74. 10.5 9.0 8.2 9.5 Kadar Kadar Neonatal 61. 68. 63. 70. 76. 80.10.0 10 14 IS 6.8 9.6 14(uIUlml) 51. 57. 94. 96. 66. 98. 78. 77. 17.0 11.0 10.5 10.07.0 7.55.2 9.5 4.85.6 9.0 5.0 6.65.6 6.44.6 7.54.6 6.88.4 7.56.8 7.54.8 7.04.8 7.57.8 6.66.8 5.66.4 8.56.2 6.06.8 7.06.1 6.09.0 5.84.0 13 18 11 14 Kadar Neonatal Neo= TSH TSH (uIUlml) Kadar X 8,4 maksimum ; Kadar minimum = 23 ; SD= =3 3,6 ; TSH Kadar Neonatal T4(ugldl) T4(uWdl) 57 ProslillnO Portomuan daD ProsoDtasllimiah FunoslDnaJ Toknls Non PonoDtL 18 DB_or ISSN:1410·5381 2006 KESIMPULAN Dari 100 sam pel bercak darah kering tali pusat yang terkumpul diperoleh satu sam pel bayi perempuan dengan hipotiroid kongenital dengan kadar Neonatal T4 3,4 ugldl (Kadar normal 6,2 - 14 ugldl) dan kadar Neonatal TSH, 23 ulU/ml (Kadar normal 2 - 20 uIU/ml). Karena dari 100 sam pel bercak darah kering tali pusat bayi baru lahir ditemukan satu hipotiroid kongenital (prevalensi hipotiroid kongenital 1 dalam 2500 3ampai d~ngan 4000), daerah Lombok Barat dan Lombok Timur dapat dikatakan sebagai daerah endemis tingkat sedang sampai berat (Hal ini sesuai dengan survey GAKY, 1998). DAFTAR PUST AKA 1. SUSY ATI, Aplikasi Kongenital, Teknik RIAl IRMA Pad a Program Uj i Saring Hipotiroidisme Sosialisasi Program Pemanfaatan Hasil Litbang Iptek Nuklir Bidang Kesehatan Tahun 2005, Malang - Jatim, 12-14 Juli 2005. 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia, UNUD, Survey Pemetaaan GAKY, 1998 3. PILLAI M.R.A., and BHANDARKA Third, Resived & S.D., Radioimmunoassay Principles and Practise, Enlarge Edition, Isotop Division Bhabha Atomic Research Centr, India, 1998 4. Coat A - Count Neonatal T4 Procedure, Diagnostic Products Corporation, 2005-03- 18 5. Coat - A- Count Neonatal TSH IRMA Procedure, Diagnostic Products Corporation, 2005-03-18 Tanya - Jawab : 1. Penanya : Sri Wahyulli (pTKMR - BATAN) Pertanyaan a. Apakah ibu hamil yang menderitalmempunyai kelainan tiroid akan menurun pada bayi yang dilahirkannya? b. Setelah bayi diketahui menderita Hipotiroid Kongenital, siapa yang menangani pengobatannya? c. Berapa biaya yang diperlukan untuk mengobati HK ini ? 58 langkah selanjutnya, Prosldlnu Pertonwan dan Prosontasillmlah Jawaban FIUIDslonal Toknls Non PlllUllltL 18 Dosombor 2006 ISSN :1410 - 5381 : Kristin DP (PTKMR - BATAN) a. Ibu hamil dengan asupan Iodium kurang atau ibu hamil dengan gizi kurang beresiko bayi yang dilahirkan menderita HK. b. HasH penelitian ini dilaporkan dan ditindak lanjuti oleh SudinKes setempat c. Bila terdeteksi dini HK ( < 3 bulan), dan segera ditindak lanjuti dengan terapi maka biaya yang dibutuhkan karena kemungkinan tidak sebesar bila terapi diberikan di usia bayi > 3 bulan, timbul masalah seperti kesulitan belajar, kelainan neurologist, kelainan tingkah, dsb, dimana biaya pengobatan jauh lebih tinggi bila ditemukan dan ditindak lanjuti tidak dari dini 2. Penanya : Cccep Taufik R. (pRR- BATAN) Pertanyaan Dari percobaan/ penelitian yang anda lakukan, bayi dengan jenis kelamin apa yang lebih beresiko untuk menderita hipotiroid kongenital.Jika misalnya bayi perempuan lebih beresiko, mengapa hal tersebut dapat terjadi? Mohon dijelaskan Jawaban : Kristin DP (pTKMR - BATAN) Jenis kelamin tidak berpengaruh dalam resiko HK, Ibu hamil yang asupan Iodium kurang gizi yang kurang dapat atau berisiko melahirkan bayi dengan kelainan Hipoitiroid Kongenital. 59 Ke Daftar Isi