bab ii dasar teori

advertisement
BAB II
DASAR TEORI
Pada Bab ini akan dijelaskan teori-teori yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah dalam Tugas Akhir. Dasar teori ini diperoleh dari hasil studi literatur yang
merupakan salah satu metodologi dari Tugas Akhir. Hal-hal yang akan dijelaskan
meliputi dasar-dasar saham dan analisis teknikal.
2.1 Saham
Saham adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan atau perseroan terbatas [DAR01]. Saham merepresentasikan klaim
terhadap pendapatan dan aset perusahaan. Semakin banyak jumlah saham yang
dimiliki semakin besar pula bagian kepemilikan seseorang atau badan.
Saham merupakan salah satu metode investasi yang banyak digunakan dan bahkan
telah melampaui kepopuleran metode konvensional. Akan tetapi berbeda dengan
metode investasi konvensional, investasi dengan saham tidak selalu mensyaratkan
pengembalian uang yang diinvestasikan dan bunga. Artinya jika perusahaan gagal
mendapatkan keuntungan maka pemegang saham tidak akan mendapatkan bagian.
Oleh karena itu investasi dengan saham harus dilakukan dengan bantuan analisis yang
tepat sehingga dapat memaksimalkan keuntungan dan menghindari kerugian.
2.1.1 Perdagangan Saham
Saham diperdagangkan di bursa saham dimana penjual dan pembeli saling
dipertemukan untuk menentukan harga melalui mekanisme lelang. Bursa tersebut
dapat berupa bangunan fisik atau jaringan komputer yang memfasilitasi perdagangan
secara elektronik. Ada dua jenis bursa saham:
1. Primary Market, yaitu bursa saham yang digunakan oleh perusahaan yang baru
mencatatkan sahamnya di bursa atau dikenal dengan istilah IPO (Initial Public
Offering).
2. Secondary Market, yaitu bursa saham tempat diperjualbelikannya saham-saham
yang telah dicatatkan sebelumnya.
II-1
II-2
Harga saham selalu mengalami fluktuasi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor ekonomi
baik mikro maupun makro, politik, sosial, dan lain-lain. Secara fundamental faktor
yang mempengaruhi perubahan harga saham tersebut adalah permintaan dan
penawaran yang terjadi di bursa saham. Bila jumlah pembeli lebih banyak daripada
penjual maka harga saham akan mengalami kenaikan. Sebaliknya jika penjual lebih
banyak daripada pembeli maka harga saham akan mengalami penurunan. Dinamika
perdagangan saham sangat dipengaruhi oleh sentimen pasar. Jika para pelaku pasar
memiliki optimisme terhadap kemajuan pasar maka minat investor untuk membeli
saham akan semakin tinggi dan sebaliknya jika para investor memandang pasar
dengan pesimis maka investor akan segera melepas investasinya.
Beberapa istilah mengenai harga yang sering digunakan dalam perdagangan saham
yaitu:
a. Open, yaitu harga awal saham pada saat pembukaan bursa dalam suatu periode
perdagangan. Harga awal ini tidak selalu sama pada setiap pembukaan bursa.
b. High, yaitu harga saham tertinggi pada suatu periode perdagangan.
c. Low, yaitu harga saham terendah pada suatu periode perdagangan.
d. Close, yaitu harga akhir saham pada saat penutupan bursa dalam suatu periode.
2.1.2 Jenis-Jenis Saham
Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham [DAR01]:
1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, saham dapat dibedakan
menjadi:
a. Common Stock, yaitu saham biasa. Jika masyarakat membicarakan saham
umumnya yang mereka maksud adalah saham jenis ini. Saham jenis ini
merupakan jenis saham yang paling banyak diperdagangkan. Kepemilikan
saham jenis ini merepresentasikan klaim atas pendapatan dan aset perusahaan
serta hak suara dalam rapat tahunan pemegang saham. Dalam jangka panjang,
investasi dengan common stock menjanjikan keuntungan yang lebih besar
daripada metode investasi lain. Akan tetapi saham jenis ini juga memiliki
resiko paling besar. Apabila perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka
pembagian dividen dan aset perusahaan akan dibayarkan terlebih dahulu
kepada debitor dan pemegang saham jenis preferred stock. Jika hasil
II-3
pembagian tersebut tidak bersisa maka pemegang saham jenis common stock
tidak akan mendapatkan bagian.
b. Preferred Stock, yaitu saham yang memiliki jaminan dividen dalam jumlah
yang tetap selamanya. Hal ini berbeda dengan saham jenis common stock yang
jumlah dividen-nya tidak terjamin sehingga ada kemungkinan tidak mendapat
dividen sama sekali. Keuntungan lain dari saham jenis preferred stock adalah
jika perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, pembagian dividen dan aset
perusahaan akan dibayarkan terlebih dahulu kepada pemilik saham jenis ini
sebelum kepada pemilik saham jenis common stock.
2. Ditinjau dari kinerja perdagangan , saham dapat dibedakan menjadi:
a. Blue-Chip Stock, yaitu saham jenis common stock dari perusahaan yang
memiliki reputasi tinggi, sebagai leader dalam industri sejenis, memiliki
pendapatan yang stabil, dan konsisten dalam membayar dividen.
b. Income Stock, yaitu saham dari suatu perusahaan yang memiliki kemampuan
membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada
tahun sebelumnya.
c. Growth Stock, yaitu saham dari perusahaan yang memiliki pertumbuhan
pendapatan yang tinggi. Saham jenis ini diterbitkan oleh perusahaan yang
memiliki reputasi tinggi sebagai leader dalam industri sejenis.
d. Speculative Stock, yaitu saham dari perusahaan yang tidak konsisten dalam
memperoleh pendapatan dari tahun ke tahun.
e. Counter Cyclical Stock, yaitu saham yang nilainya tidak terpengaruh oleh
perubahan situasi ekonomi dan bisnis secara umum.
2.1.3 Keuntungan dan Resiko Saham
Secara umum ada dua keuntungan berinvestasi dengan saham [DAR01], yaitu:
a. Dividen, yaitu bagian yang diperoleh investor dari keuntungan yang dihasilkan
oleh perusahaan. Besarnya dividen tergantung jumlah saham yang dimiliki.
Pembagian dividen dilakukan setelah mendapat persetujuan dari seluruh
pemegang saham dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Patut diketahui
bahwa dalam investasi saham kebijakan pemberian dividen merupakan wewenang
perusahaan. Pada kenyataannya banyak perusahaan yang tidak menjanjikan
dividen terhadap sahamnya. Selain itu perusahaan yang pada awalnya menjanjikan
dividen dapat mengubah kebijakannya menjadi tidak memberikan dividen.
II-4
b. Capital Gain, yaitu keuntungan yang diperoleh investor dari selisih harga saham
pada saat pembelian dan penjualan. Selisih harga tersebut terjadi karena adanya
fluktuasi harga akibat aktivitas permintaan dan penawaran di bursa saham.
Investor akan mendapat keuntungan jika dia menjual sahamnya lebih mahal
daripada harga yang dibayar saat membeli saham tersebut. Keuntungan seperti ini
adalah yang paling banyak diandalkan oleh para investor khususnya investor
jangka pendek. Dalam tugas akhir ini jenis keuntungan yang akan dibahas adalah
Capital Gain.
Resiko-resiko yang mungkin dihadapi oleh pemilik saham [DAR01], yaitu:
a. Tidak mendapatkan dividen, baik karena kebijakan perusahaan maupun karena
kinerja perusahaan yang buruk sehingga tidak mendapatkan keuntungan.
b. Capital loss, yaitu kerugian yang dialami investor dalam melakukan perdagangan
saham. Hal ini terjadi karena investor menjual sahamnya dengan harga yang lebih
rendah daripada harga saham pada saat pembelian.
c. Perusahaan bangkrut atau likuidasi, secara otomatis perusahaan akan dikeluarkan
dari bursa. Klaim terhadap aset perusahaan hanya dapat dilakukan setelah
perusahaan membayar hutang kepada debitor.
d. Delisting, yaitu pencoretan saham perusahaan dari daftar bursa saham. Pencoretan
ini dapat dilakukan terhadap perusahaan yang kinerjanya buruk, misalnya karena
tidak pernah diperdagangkan dalam kurun waktu tertentu atau mengalami
kerugian beberapa tahun.
e. Suspend, yaitu penghentian perdagangan saham oleh otoritas Bursa Efek. Investor
tidak dapat menjual saham yang dimilikinya sampai suspend terhadap saham
tersebut dicabut.
Meskipun memiliki banyak resiko, investasi saham menjanjikan keuntungan yang
lebih besar daripada metode investasi lain seperti obligasi atau deposito. Dalam
sejarah tercatat bahwa dalam jangka waktu panjang rata-rata keuntungan yang
dihasilkan dari saham berkisar antara 10-12 % [INV06].
2.2 Analisis Teknikal
Seperti disebutkan di atas bahwa jenis keuntungan saham yang paling banyak dicari,
terutama oleh investor jangka pendek, adalah Capital Gain. Agar dapat
II-5
memaksimalkan keuntungan ini para investor harus melakukan pembelian dan
penjualan saham di saat yang tepat. Beberapa orang berpendapat bahwa perubahan
harga saham tidak dapat diprediksi sehingga waktu investasi tidak dapat ditentukan,
sedangkan yang lainnya berpendapat bahwa dengan menggambar grafik dan
menganalisis data-data harga di masa lalu kita dapat memperkirakan waktu pembelian
dan penjualan. Banyak cara yang telah dikembangkan untuk menganalisis pergerakan
harga saham. Salah satu cara yang populer adalah analisis teknikal.
Beberapa definisi analisis teknikal menurut para ahli [ACH99]:
a. Pendapat Alexander Elder
Analisis teknikal adalah studi psikologis massa, sebagian ilmiah, sebagian lainnya
lagi adalah seni.
b. Pendapat John J. Murphy
Analisis teknikal adalah studi tentang aktivitas pasar yang digambarkan melalui
grafik untuk memperkirakan trend harga di masa yang akan datang [MUR99].
c. Pendapat Stuart Frost
Analisis teknikal adalah studi tentang gerak harga yang juga mencakup volume
atau hal lain yang lebih luas.
Analisis teknikal tidak berusaha untuk memprediksi angka pasti harga suatu saham.
Output analisis teknikal adalah gambaran mengenai kecenderungan harga saham di
pasaran berdasarkan data-data harga saham di masa lalu. Berdasarkan gambaran
tersebut seorang analis dapat memberikan saran kepada investor mengenai waktu
yang tepat untuk melakukan pembelian, penjualan, atau menahan sahamnya.
2.2.1 Support dan Resistance
Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa harga saham pada dasarnya dipengaruhi
oleh permintaan dan penawaran. Support dan resistance menggambarkan seberapa
kuat tekanan penawaran dan permintaan tersebut dari para pelaku pasar. Dalam
sebuah periode perdagangan, jumlah penawaran mungkin akan selalu melebihi
permintaan sehingga harga akan terus mengalami penurunan. Ketika jumlah
permintaan sudah cukup kuat untuk menahan dorongan penawaran, maka penurunan
harga akan berhenti dan titik harga saham pada saat itu dinamakan titik support pada
periode itu. Support tidak selalu bisa menahan laju penurunan harga. Penurunan
II-6
melewati batas support menunjukkan bahwa para penjual rela menjual sahamnya
dengan harga yang lebih rendah dan para pembeli tidak termotivasi untuk membeli
saham walaupun dengan harga yang lebih murah. Apabila suatu batas support telah
dilewati maka batas support baru akan terbentuk lagi pada level yang lebih rendah.
Resistance adalah sebuah level harga di mana pada level tersebut akan timbul
penguatan minat jual yang lebih besar dibandingkat minat beli, yang otomatis akan
mengakibatkan timbulnya ekses supply. Kemunculan ekses supply ini tentu saja akan
menurunkan harga di pasar sehingga menghentikan tren kenaikan harga. Secara logika
diketahui bahwa selama harga mengalami kenaikan dan menuju level resistance,
penjual menjadi lebih cenderung untuk menjual dan pembeli menjadi lebih memilih
untuk mengurangi pembeli. Ketika harga mencapai level resistance, maka penawaran
akan melebihi permintaan dan mencegah kenaikan harga di atas level resistance.
Resistance tidak selalu bisa menahan laju peningkatan harga. Peningkatan melewati
batas resistance menunjukkan bahwa para pembeli rela membeli saham dengan harga
yang lebih tinggi dan para penjual tidak termotivasi untuk menjual sahamnya
walaupun dengan harga yang lebih mahal. Apabila suatu batas resistance telah
dilewati maka batas resistance baru akan terbentuk lagi pada level yang lebih tinggi.
Identifikasi support dan resistance merupakan salah satu unsur penting dalam
melakukan analisis teknikal. Pengetahuan tentang keberadaan dan posisi support dan
resistance akan meningkatkan kemampuan analisis dan perkiraan. Bila harga suatu
saham turun mendekati titik support kita harus lebih waspada terhadap tanda-tanda
peningkatan tekanan permintaan dan kemungkinan naiknya harga. Bila harga suatu
saham mendekati titik resistance kita harus lebih waspada terhadap tanda-tanda
peningkatan tekanan penawaran dan kemungkinan turunnya harga. Bila batas support
atau resistance dilewati, itu tandanya relasi antara permintaan dan penawaran telah
mengalami perubahan. Peningkatan harga sampai melewati batas resistance artinya
pembelian telah mengalahkan tekanan penawaran sehingga harga terus naik
sedangkan penurunan harga sampai melewati batas support artinya penjualan telah
mengalahkan tekanan permintaan sehingga harga terus turun. Contoh support dan
resistance dapat dilihat pada Gambar II-1 di bawah ini.
II-7
resistance
support
Gambar II-1 Support dan Resistance [STO07]
2.2.2 Trend Pasar
Trend pasar merefleksikan arah pergerakan harga saham secara umum. Trend
merupakan hal esensial dalam pendekatan teknikal. Teknik-teknik yang digunakan
dalam pendekatan teknikal semuanya bertujuan untuk melakukan perdagangan sesuai
dengan trend tersebut. Dalam perdagangan saham dikenal tiga jenis trend utama yaitu
uptrend (trend kenaikan),
downtrend (trend penurunan), dan sideways (kondisi
biasa), ilustrasinya dapat dilihat pada Gambar II-2 di bawah. Selain itu juga dikenal
trend sekunder yaitui correction dan bear market rally, serta trend sekuler atau super
cycles [WIK03].
Gambar II-2 Ilustrasi jenis-jenis trend [TR01]
II-8
2.2.2.1 Uptrend
Menurut definisi Dow [MUR99] yang dimaksud dengan uptrend adalah situasi
dimana harga penutupan tertinggi suatu saham pada suatu periode lebih tinggi dari
harga penutupan tertinggi pada periode sebelumnya dan harga penutupan terendahnya
juga lebih tinggi dari harga penutupan terendah pada periode sebelumnya. Uptrend
terjadi karena jumlah pembeli lebih banyak daripada penjual saham sebagai akibat
dari peningkatan kepercayaan investor terhadap pasar. Para investor akan berlombalomba untuk menjadi yang pertama dalam memasuki fase awal trend ini dengan
harapan akan mendapatkan capital gain seiring dengan peningkatan harga saham.
Kondisi uptrend sering juga disebut dengan istilah bullish atau bull market.
2.2.2.2 Downtrend
Menurut definisi Dow [MUR99] yang dimaksud dengan downtrend adalah situasi
dimana harga penutupan terendah suatu saham pada suatu periode lebih rendah dari
harga penutupan terendah pada periode sebelumnya dan harga penutupan tertingginya
juga lebih rendah dari harga penutupan tertinggi pada periode sebelumnya.
Downtrend terjadi karena jumlah pembeli lebih sedikit daripada penjual saham. Hal
ini diakibatkan oleh sentimen negatif terhadap pasar. Para investor akan segera
melakukan penjualan saham untuk menghindari kerugian akibat harga jual sahamnya
lebih rendah daripada harga yang mereka bayar saat pembelian. Kondisi downtrend
sering juga disebut bearish atau bear market.
2.2.2.3 Sideways
Menurut definisi Dow [MUR99] yang dimaksud dengan sideways adalah situasi
dimana pergerakan harga saham terbatas di antara nilai support dan resistance-nya.
Hal ini terjadi karena jumlah pembeli dan penjual berimbang. Pada situasi ini
sentimen yang berkembang di pasar tidak terlalu mempengaruhi keputusan para
investor. Kondisi sideways disebut juga trading phase.
2.2.2.4 Trend Pasar Sekunder
Trend pasar sekunder adalah perubahan harga secara temporer dalam trend pasar
utama. Trend ini biasanya berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Trend sekunder dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
II-9
1. Correction
Correction adalah penurunan harga secara temporer dalam bull market. Biasanya
penurunan yang terjadi berkisar antara 10-20 %. Biasanya correction terjadi akibat
bencana alam atau peristiwa-peristiwa politik besar. Contoh terjadinya correction
adalah penurunan index saham Dow Jones akibat peristiwa 11 September 2001.
Kondisi correction sulit dibedakan dengan awal dimulainya bear market. Ketika
terjadi penurunan harga para analis akan berusaha mengidentifikasi apakah
penurunan tersebut pertanda dimulainya bear market baru atau hanya sebuah
correction.
2.
Bear market rally
Bear market rally adalah kenaikan harga secara temporer dalam bear market.
Kenaikan yang terjadi minimal 10% tapi tidak lebih dari 20%. Kondisi bear
market rally mirip dengan tahap awal dimulainya bull market. Oleh karena itu
ketika terjadi kenaikan harga sulit dibedakan antara bear market rally dengan awal
dimulainya bull market baru.
2.2.2.5 Trend Pasar Sekuler
Trend pasar sekuler adalah trend jangka panjang yang berlangsung antara 5 sampai
20 tahun dan terdiri atas rangkaian trend pasar primer. Pada secular bull market,
bear market yang terjadi lebih sedikit daripada bull market. Biasanya penurunan yang
diakibatkan oleh tiap bear market tidak menghilangkan peningkatan yang diakibatkan
oleh keseluruhan bull market. Sebaliknya pada secular bear market, bull market yang
terjadi lebih sedikit daripada bear market dan peningkatan yang diakibatkan oleh tiap
bull market tidak menghilangkan penurunan yang diakibatkan oleh keseluruhan bear
market. Contoh secular bear market terjadi pada periode Januari 1980 sampai Juni
1999 yang mengakibatkan penurunan harga emas dari $850/oz menjadi $253/oz.
Trend pasar sekuler sering juga disebut super cycles.
2.2.3 Prinsip Analisis Teknikal
Ada tiga premis yang mendasari analisis teknikal [MUR99]:
1. “Market action discounts everything”
Pernyataan ini adalah landasan dari analisis teknikal. Para analis teknikal percaya
bahwa semua aspek yang dapat mempengaruhi harga—fundamental, politik,
psikologis, dan lain-lain—telah direfleksikan dalam harga. Oleh karena itu studi
II-10
tentang pergerakan harga sudah cukup untuk dapat memperkirakan arah
pergerakan pasar. Dengan kata lain premis ini menyatakan bahwa pergerakan
harga merefleksikan permintaan dan penawaran. Jika harga mengalami kenaikan,
untuk alasan spesifik apapun, artinya jumlah permintaan melebihi penawaran.
Sebaliknya jika harga mengalami penurunan artinya jumlah penawaran melebihi
permintaan.
2. “Prices move in trends”
Konsep trend merupakan hal yang sangat esensial dalam pendekatan analisis
teknikal. Premis ini menyatakan bahwa aktivitas pasar berlangsung dalam trend.
Tujuan analisis teknikal adalah untuk mengidentifikasi awal perkembangan trend
dan melakukan perdagangan berdasarkan trend tersebut. Para analis teknikal
percaya bahwa trend cenderung terus berlanjut daripada berbalik. Oleh karena itu
perdagangan akan dilakukan sesuai dengan trend yang ada sampai muncul
pertanda bahwa trend akan berbalik.
Pada Gambar II-3 dapat dilihat contoh saham yang mengalami trend. Harga
saham yang secara konsisten mengalami penurunan menunjukkan saham tersebut
mengalami downtrend. Para analis teknikal akan menanggapi trend tersebut
dengan aksi penjualan. Aksi penjualan akan terus dilakukan sampai muncul
indikasi bahwa downtrend akan berakhir. Ketika indikasi tersebut mulai tampak
pada pertengahan bulan Agustus 2002, aksi penjualan akan dihentikan.
Gambar II-3 Pergerakan Harga Saham Time Warner, Inc.
periode November 2001 – Agustus 2002 [STO08]
II-11
3. “History repeats itselt”
Premis ini dilandasi oleh aspek psikologi para pelaku pasar. Pada dasarnya
psikologi manusia tidak pernah berubah. Setiap orang pasti ingin membeli saham
dari perusahaan yang memiliki prospek cerah. Jika ada perusahaan yang diprediksi
oleh para ahli akan mengalami kemajuan maka para investor akan berlombalomba untuk membeli saham perusahaan tersebut. Sebaliknya jika sebuah
perusahaan dilaporkan akan mengalami kebangkrutan maka para investor akan
segera menjual sahamnya. Pola-pola seperti ini akan selalu berulang dalam
aktivitas pasar. Oleh karena itu para analis teknikal meyakini bahwa pergerakan di
masa yang akan datang merupakan perulangan dari pergerakan di masa yang lalu.
2.2.4 Teori Dow
Teori Dow adalah teori mengenai pergerakan harga saham yang menjadi basis dari
analisis teknikal. Teori ini diambil dari kumpulan editorial yang ditulis oleh Charles H.
Dow (1851-1902) pada Wall Street Journal. Charles Dow dan Edward Jones
merupakan pendiri Dow Jones & Company. Pada tanggal 3 Juli 1884 Dow
menerbitkan daftar rata-rata harga pasaran saham yang pertama dan dikenal dengan
istilah stock market average. Daftar tersebut memuat data harga penutupan saham dari
11 perusahaan yang terdiri dari perusahaan kereta api dan manufaktur. Daftar tersebut
terus dikembangkan dan digunakan sampai saat ini, dikenal dengan istilah index
saham Dow Jones.
Ada enam prinsip dasar dalam teori Dow [MUR99] yaitu:
1. Harga telah mencerminkan variabel-variabel yang mempengaruhinya.
Prinsip ini adalah premis pertama dalam analisis teknikal. Sebagaimana
disebutkan sebelumnya bahwa harga saham dipengaruhi oleh banyak faktor. Akan
tetapi kita tidak perlu mempelajari faktor-faktor tersebut karena efek yang
ditimbulkan oleh seluruh faktor akan tercermin dari aktivitas pasar.
2. Pasar memiliki tiga jenis trend
Dow membagi trend pasar menjadi tiga jenis dan menganalogikannya dengan
gerakan air laut. Analogi tersebut didasarkan pada pola grafik pergerakan harga
saham. Jenis-jenis trend tersebut yaitu:
II-12
a. Major Trend/Primary Trend (trend jangka panjang), berjangka waktu lebih
dari satu tahun. Pada grafik trend ini dapat diidentifikasi dari pola yang
berbentuk seperti air pasang (tides).
b. Intermediate/Secondary Trend (trend jangka menengah), berjangka waktu
mulai tiga minggu sampai enam bulan atau lebih. Trend ini disebut dengan
trend koreksi karena trend ini menunjukkan pertanda akan adanya perubahan.
Trend ini menghasilkan grafik yang bentuknya seperti gelombang (waves).
c. Minor Trend (trend jangka pendek), berjangka waktu mulai satu minggu
sampai empat minggu dan biasanya menghasilkan grafik dengan pola seperti
riak air (ripples). Trend ini merepresentasikan fluktuasi pada intermediate
trend.
3. Trend utama berlangsung dalam tiga fase
Fase pertama disebut accumulation phase. Pada fase ini harga bergerak dengan
lambat karena investor masih mencari posisi beli. Fase pertama biasanya dimasuki
oleh para investor yang paling berpengalaman karena dapat membaca tanda-tanda
awal waktu investasi. Ketika informasi mengenai investasi mulai menyebar,
semakin banyak investor yang ikut bergabung dalam posisi beli dan trend
memasuki fase kedua yang disebut public participation phase. Pada fase kedua
harga bergerak dengan cepat hingga mencapai puncaknya. Ketika harga sudah
mencapai puncak, beberapa investor mulai melakukan penjualan sahamnya. Hal
ini dilakukan karena harga tidak akan mengalami kenaikan lagi dan mulai
menunjukkan tanda-tanda penurunan. Fase tersebut merupakan fase terakhir
dalam trend utama yang disebut distribution phase.
4. Saham-saham pada stock market average harus saling mengkonfirmasi
Pada masa Dow, pabrik-pabrik di Amerika tersebar luas di beberapa wilayah.
Untuk membawa hasil produksi ke pasar, pabrik-pabrik tersebut harus
menggunakan jasa angkutan kereta api. Menurut pendapat Dow, jika pabrikpabrik tersebut mengalami peningkatan keuntungan artinya kapasitas produksi
mereka bertambah sehingga mereka membutuhkan jasa angkutan dalam jumlah
yang lebih besar. Dengan demikian, secara otomatis perusahaan jasa angkutan
kereta api akan mengalami peningkatan keuntungan juga. Hal ini terjadi pula
dalam perdagangan saham. Jika saham perusahaan manufaktur mengalami
peningkatan harga maka saham perusahaan kereta api juga akan mengalami
II-13
peningkatan. Jika ternyata pergerakan keduanya tidak searah, maka itu merupakan
pertanda akan terjadinya perubahan arah perdagangan. [WIK02]
5. Volume harus mengkonfirmasi trend
Menurut Dow, gambaran yang tepat mengenai kondisi pasar akan terlihat bila
pergerakan harga dibarengi dengan volume yang tinggi, atau dengan kata lain bila
terjadi uptrend atau trend maka volume perdagangan pasti mengalami
peningkatan dalam arah yang sesuai dengan trend. Jika harga saham secara
konsisten bergerak dalam satu arah, dan pergerakan tersebut dibarengi dengan
peningkatan jumlah pelaku perdagangan, maka kondisi ini merupakan pertanda
mulai terbentuknya trend.
6. Trend akan terus berlanjut sampai ada tanda yang benar-benar signifikan
bahwa trend tersebut akan berbalik
Prinsip ini adalah premis kedua dalam analisis teknikal. Sebagaimana disebutkan
sebelumnya bahwa harga cenderung bergerak sesuai dengan trend yang sedang
berlangsung sampai ada pengaruh luar yang sangat kuat untuk mengubah arahnya.
Penentuan tanda-tanda berbaliknya trend merupakan sesuatu yang sangat sulit
dilakukan. Para investor dapat mengalami kekeliruan dalam membaca berbaliknya
harga sebagai berbaliknya trend. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa
harga saham selalu mengalami fluktuasi bahkan di saat terjadi trend. Mungkin
saja pada suatu uptrend harga saham mengalami penurunan selama beberapa hari
namun kemudian harganya meningkat melebihi harga tertinggi sebelumnya.
2.2.5 Indikator Teknikal
Indikator teknikal adalah rangkaian titik-titik data hasil penerapan suatu
formula/rumus terhadap data-data harga saham [STO07]. Data-data harga dapat
berupa kombinasi dari open, close, high, atau low pada periode waktu tertentu.
Sebagai contoh rata-rata dari 3 close (41+43+43 ) / 3 = 42.33 adalah sebuah titik data.
Akan tetapi sebuah titik data kurang memberikan informasi sehingga tidak dapat
dijadikan indikator. Rangkaian titik-titik data pada periode waktu tertentu diperlukan
untuk dapat dijadikan referensi yang valid dalam analisis. Dengan adanya periode
waktu, perbandingan dapat dilakukan antara situasi saat ini dengan situasi di masa
lalu. Untuk tujuan analisis, biasanya indikator teknikal digambarkan dalam grafik
berdekatan dengan grafik harga saham. Setelah digambarkan dalam grafik, indikator
dapat dibandingkan dengan grafik harga yang bersesuaian.
II-14
Indikator teknikal memberikan perspektif yang unik terhadap kekuatan dan arah dari
pergerakan harga saham. Secara garis besar ada tiga fungsi indikator teknikal
[STO07]:
1. To alert, indikator teknikal dapat memberikan peringatan untuk mengamati
pergerakan harga dengan lebih cermat untuk mengidentifikasi perubahan harga
saham baik saat melemah maupun menguat.
2. To confirm, indikator teknikal dapat digunakan untuk mengkonfirmasi sinyal yang
dihasilkan oleh metode analisis teknikal yang lain.
3. To predict, indikator teknikal dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan
harga saham di masa yang akan datang.
Indikator teknikal melakukan penyaringan terhadap pergerakan harga dengan
menggunakan formula. Dengan kata lain indikator teknikal bukanlah refleksi
langsung dari pergerakan harga. Analisis terhadap indikator teknikal harus dibarengi
dengan studi pergerakan harga. Hal ini diperlukan untuk menghindari kesalahan
dalam pembacaan sinyal. Contohnya jika indikator teknikal memberikan sinyal beli,
sedangkan pola grafik harga menunjukkan downtrend, maka mungkin saja sinyal
tersebut adalah sinyal yang salah.
2.2.5.1
Indikator Leading
Indikator leading didesain untuk menunjukkan pergerakan harga. Indikator tipe ini
lebih efektif digunakan pada kondisi trend pasar normal atau dikenal dengan istilah
sideways/trading phase. Kebanyakan direpresentasikan dalam bentuk momentum
harga pada periode tertentu mulai dari waktu lampau sampai hari ini. Contohnya
indikator yang menggunakan periode 20 hari akan menggunakan data-data 20 hari ke
belakang dan mengabaikan data-data sebelumnya. Beberapa indikator leading yang
populer adalah Commodity Channel Index (CCI), Relative Strength Index (RSI),
Stochastic Oscillator, dan Williams %R.
Sebagian besar indikator leading dibuat dalam bentuk momentum oscillator. Secara
garis besar, momentum mengukur tingkat perubahan harga suatu saham. Bila harga
suatu saham meningkat maka momentum harga akan meningkat dan sebaliknya bila
harga suatu saham menurun maka momentum harga akan menurun. Semakin cepat
II-15
perubahan harga suatu saham semakin besar pula perubahan pada momentum. Saat
perubahan harga melambat maka momentum akan berbalik dari posisi sebelumnya.
2.2.5.2
Indikator Lagging
Indikator lagging didesain untuk mengikuti aksi pasar atau lebih dikenal dengan
indikator yang mengikuti trend. Indikator tipe ini lebih efektif digunakan pada kondisi
trend pasar yang kuat baik uptrend maupun downtrend. Para investor menggunakan
indikator ini untuk mendeteksi munculnya trend dan melakukan perdagangan selama
trend tersebut masih berlangsung. Indikator lagging tidak efektif jika digunakan pada
kondisi sideways karena akan memberikan banyak sinyal palsu. Beberapa indikator
lagging yang populer adalah Moving Average (exponential, simple, weighted,
variable) dan Moving Average Convergence Divergence (MACD).
2.2.5.3
Oscillator
Oscillator adalah indikator teknikal yang nilainya berfluktuasi naik dan turun
melewati suatu garis tengah (pusat) atau diantara batas-batas tertentu seiring dengan
perubahan nilainya dalam jangka waktu tertentu. Oscillator adalah tipe indikator
leading dan paling efektif digunakan pada kondisi pasar normal yang dikenal dengan
istilah sideway atau trading phase. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa
pergerakan harga saham dipengaruhi oleh sentimen pasar. Harga saham berfluktuasi
di antara periode optimis dan pesimis. Oscillator dapat memberikan petunjuk kapan
sentimen-sentimen tersebut mencapai titik ekstrim.
Pergerakan grafik oscillator mengikuti/menyerupai pergerakan harga saham. Jika
harga saham sedang naik kemungkinan besar oscillator juga akan bergerak naik,
sebaliknya oscillator akan bergerak turun jika harga sedang mengalami penurunan.
Pergerakan tersebut lebih banyak di antara batas-batas yang telah ditentukan
sedangkan pergerakan yang terus berlanjut mengikuti trend sangat jarang terjadi.
Ada banyak tipe oscillator dan beberapa indikator teknikal dapat dikategorikan ke
dalam lebih dari satu kategori oscillator. Secara garis besar oscillator dapat dibedakan
menjadi dua tipe [STO07]:
1. Centered Oscillator, yaitu oscillator yang berfluktuasi naik dan turun melewati
suatu garis tengah (pusat). Oscillator jenis ini efektif digunakan untuk
II-16
mengidentifikasi kuat dan lemah atau arah dari momentum dibalik pergerakan
harga suatu saham. Momentum akan bernilai positif bila oscillator bergerak di
atas nilai tengah dan akan bernilai negative bila oscillator bergerak di bawah nilai
tengah. Contoh indikator teknikal bertipe centered oscillator adalah Rate of
Change (ROC) dan MACD. MACD memiliki keunikan karena memiliki elemen
lagging dan juga elemen leading sehingga dapat dimasukkan ke dalam kategori
ini.
2. Banded Oscillator, yaitu oscillator yang berfluktuasi naik dan turun di antara
posisi-posisi tertentu yang menandakan kondisi ekstrim harga suatu saham dan
tidak memiliki garis tengah (pusat). Posisi-posisi tersebut adalah:
a. Overbought. Pasar disebut dalam kondisi overbought ketika nilai oscillator
berada di sekitar posisi ekstrim atas. Kondisi ini diakibatkan oleh permintaan
melebihi penawaran sehingga harga suatu saham meningkat sampai titik
tertinggi. Kondisi ini merupakan pertanda bahwa saham tersebut dihargai
terlalu tinggi dan akan mengalami penurunan.
b. Oversold. Pasar disebut dalam kondisi oversold ketika nilai oscillator berada
di sekitar posisi ekstrim bawah. Kondisi ini diakibatkan oleh penawaran
melebihi permintaan sehingga harga suatu saham menurun sampai titik
terendah. Kondisi ini merupakan pertanda bahwa saham tersebut dihargai
terlalu rendah dan akan mengalami peningkatan.
Sebagian besar banded oscillator berfluktuasi di antara batas-batas/skala yang
telah ditentukan (biasanya 0-100). Beberapa banded oscillator yang populer
digunakan adalah RSI dan Stochastic Oscillator.
Centered oscillator paling baik digunakan untuk menganalisis pergerakan momentum
harga sedangkan banded oscillator paling baik digunakan untuk mengidentifikasi
kondisi overbought dan oversold.
Oscillator dapat memberikan sinyal jual dan beli dalam beberapa cara. Sinyal-sinyal
yang diberikan oscillator dapat dikelompokkan menjadi [STO07]:
1. Divergence positif dan negatif. Divergence adalah konsep inti dari sinyal pada
oscillator dan juga pada indikator lainnya. Divergence memberikan peringatan
bahwa kenaikan atau penurunan yang sedang berlangsung akan mengalami
II-17
perubahan juga memberikan sinyal jual dan beli. Divergence positif terjadi bila
nilai indikator pada suatu periode mengalami peningkatan sementara pada periode
yang sama harga saham yang bersesuaian mengalami penurunan. Contoh
divergence positif dapat dilihat pada Gambar II-5. Pada periode Oktober 1999
harga saham perusahaan Merrill Lynch & Co., Inc. (MER) di bursa efek New
York (NYSE) mengalami penurunan sementara nilai MACD mengalami
peningkatan. Kondisi ini memberikan peringatan bahwa ada kemungkinan harga
saham tersebut akan mengalami peningkatan. Divergence negatif terjadi bila pada
suatu periode nilai indikator mengalami penurunan sementara pada periode yang
sama harga saham yang bersesuaian mengalami peningkatan. Contoh divergence
negatif dapat dilihat pada Gambar II-6. Pada periode Desember 1999 sampai
Maret 2000 saham perusahaan International Business Machine mengalami
peningkatan sementara nilai ROC mengalami penurunan. Kondisi ini memberikan
peringatan bahwa harga saham tersebut mungkin akan mengalami penurunan.
Gambar II-4 Divergence Positif [STO07]
II-18
Gambar II-5 Divergence Negatif [STO07]
2. Overbought dan oversold. Sinyal ini dihasilkan oleh oscillator jenis banded
oscillator. Langkah pertama untuk menggunakan indikator jenis ini adalah
menentukan posisi-posisi ekstrim atas dan bawah. Pada RSI posisi ekstrim bawah
biasanya pada level 30 dan posisi ekstrim atas pada level 70. Pada Stochastic
Oscillator posisi ekstrim bawah biasanya pada level 20 dan posisi ekstrim atas
pada level 80 [STO07]. Nilai di bawah 30 pada RSI atau di bawah 20 pada
Stochastic Oscillator menunjukkan kondisi oversold. Nilai di atas 70 pada RSI
atau di atas 80 pada Stochastic Oscillator menunjukkan kondisi overbought. Cara
termudah untuk mengidentifikasi sinyal pembelian adalah ketika pada kondisi
oversold, nilai oscillator kemudian bergerak naik dan memotong garis ekstrim
oversold. Cara termudah untuk mengidentifikasi sinyal penjualan adalah ketika
pada kondisi overbought nilai oscillator kemudian bergerak turun dan memotong
garis ekstrim overbought. Untuk mendapatkan sinyal yang lebih baik maka proses
identifikasi sebaiknya dibarengi dengan identifikasi sinyal-sinyal lain seperti
divergence. Contoh kondisi ekstrim yang dibarengi oleh divergence dapat dilihat
pada Gambar II-7. Pada nomer (2) oscillator menunjukkan kondisi oversold dan
divergence positif yang berarti memberikan sinyal beli.
II-19
Gambar II-6 Overbought dan Oversold [STO07]
Karena oscillator jenis ini berfluktuasi di antara posisi-posisi ekstrim tersebut,
penggunannya akan sulit pada kondisi pasar yang mengalami uptrend/downtrend.
Pada kondisi pasar yang mengalami trend kuat, indikator jenis ini mungkin akan
memberikan banyak sinyal palsu. Nilai yang dihasilkan mungkin akan terusmenerus berada pada posisi ekstrim dalam beberapa periode. Pada kondisi
uptrend, nilai yang dihasilkan akan mencapai posisi overbought secara terusmenerus dalam beberapa periode dan divergence negatif mungkin muncul. Namun
sinyal penjualan ini harus dipertimbangkan dengan memperhatikan kondisi global
pasar yang sedang mengalami uptrend. Pada kondisi downtrend, nilai yang
dihasilkan akan mencapai posisi oversold secara terus-menerus dalam beberapa
periode dan divergence positif mungkin muncul. Namun sinyal pembelian ini
harus dipertimbangkan dengan memperhatikan kondisi global pasar yang sedang
mengalami downtrend. Contoh kasusnya dapat dilihat pada Gambar II-7. Pada
nomer (2) oscillator memberikan sinyal beli namun dalam jangka waktu yang
panjang pasar sedang mengalami downtrend. Pada kondisi ini keputusan
berinvestasi bergantung pada karakteristik investor. Bagi investor yang lebih
senang cari aman tentu akan memilih untuk menahan investasinya dan
II-20
mengabaikan sinyal pembelian. Sedangkan para investor yang agresif akan segera
melakukan pembelian begitu melihat sinyal seperti ini.
3. Perpotongan garis tengah. Sinyal ini kebanyakan digunakan oleh centered
oscillator. Sinyal beli diberikan ketika nilai oscillator bergerak naik memotong
garis tengah. Sinyal jual diberikan ketika nilai oscillator bergerak turun
memotong garis tengah. Pergerakan oscillator di atas garis tengah menunjukkan
perubahan momentum dari negatif ke positif dan pasar dapat dikatakan dalam
kondisi bullish. Pergerakan oscillator di bawah garis tengah menunjukkan
perubahan momentum dari positif ke negatif dan pasar dapat dikatakan dalam
kondisi bearish. Pembacaan sinyal seperti ini mendapat kritikan karena dianggap
terlalu lama sehingga dapat mengurangi kesempatan mendapat profit. Akan tetapi
sebagian orang berpendapat cara ini dapat mengurangi resiko kesalahan
pembacaan sinyal jual dan beli.
Penggunaan oscillator harus dibarengi dengan dasar-dasar analisis trend untuk
menghindari kesalahan pembacaan sinyal. Hal ini menjadi salah satu kekurangan
dalam metode analisis menggunakan oscillator. Walaupun demikian, pada umumnya
pasar lebih sering berada pada kondisi normal (sideways) daripada kondisi uptrend
atau downtrend [ALC05]. Oleh karena itu metode oscillator dapat memberikan
banyak keuntungan dan masih banyak digunakan sampai saat ini.
2.3 Rate of Change
Rate of Change adalah salah satu indikator teknikal bertipe centered oscillator.
Indikator ini sangat simple tetapi efektif, dimana dia mengukur kecepatan pergerakan
harga saham dari suatu periode ke periode berikutnya. Idenya adalah dimana bila
kecepatan pergerakan harga saham tersebut meningkat, maka kemungkinan besar
trend yang sedang berlangsung akan tetap berlangsung pada periode berikutnya, dan
sebaliknya bila kecepatan pergerakan harga saham tersebut menurun, kemungkinan
besar trend akan berganti. Meningkat atau menurunnya kecepatan pergerakan saham
ini diistilahkan dengan momentum. Momentum ini bisa memberikan gambaran
kepada investor mengenai kemungkinan trend yang akan terjadi kedepan sehingga
bisa membantu memutuskan untuk menjual atau membeli sebelum suatu perubahan
terjadi.
Tidak
ada
seorangpun
yang
teridentifikasi
sebagai
orang
yang
II-21
mengembangkan metode ini pertama kali, tetapi karena keefektivannya, metode ini
menjadi perangkat dasar yang populer di kalangan trader dan market analyst.
Mekanisme perhitungan pada indikator ini adalah dengan cara membandingkan harga
penutupan saat ini dengan harga penutupan pada periode tertentu sebelumnya.
Rumusnya bisa diturunkan sebagai berikut:
ROC = (closeterkini – closen periode yang lalu) x 100
closen periode yang lalu
n
= periode yang digunakan dalam perhitungan
ROC merupakan nilai utama pada Rate of Change yang akan diplotkan ke dalam
grafik. Nilai n bisa diatur sesuai kebutuhan dan keinginan, mulai dari 1 hari dengan
volatilitas harian sampai dengan periode yang lebih besar seperti 200 hari ataupun
lebih. Semakin besar nilai periodenya, semakin besar pula fluktuasinya. Gerald Appel
bersama dengan Fred Hitschler menawarkan suatu nilai periode ini dalam bukunya,
Stock Market Trading Systems, dimana 12 hari dan 25 hari sebagai periode yang
sesuai untuk trading jangka pendek sampai menengah [MAR01]. Grafik yang
terbentuk akan berfluktuasi disekitar poros tengah (sumbu 0) dimana bila grafik
berada di atas poros berarti momentum bernilai positif dan bila grafik berapa di bawah
sumbu berarti momentum bernilai negatif. Bila grafik memotong poros tengah dari
bawah ke atas menandakan nilai saham akan mengalami trend kenaikan dan
memberikan sinyal beli, sedangkan bila grafik memotong poros tengah dari atas ke
bawah menandakan nilai saham akan mengalami trend penurunan dan memberikan
sinyal jual.
Berikut adalah contoh grafik hasil analisis Rate of Change dengan periode 10 hari
terhadap saham Lucent Technologies, Inc. (LU) (Gambar II-8):
II-22
Gambar II-7 Contoh Grafik Rate of Change [STO07]
Dari gambar di atas kita bila melihat bahwa sebelum terjadi penurunan drastis nilai
saham pada Januari 2000 grafik ROC telah lebih dahulu memberikan sinyal jual saat
grafiknya memotong poros tengah dari atas ke bawah, lalu pada Februari-Maret
kemudian terjadi kenaikan drastis yang juga sudah diberikan sinyal beli terlebih
dahulu oleh grafik ROC saat grafiknya memotong dari bawah ke atas.
Download