PENGAMAT KRITIK RENCANA AKUISISI PERTAMINA

advertisement
PENGAMAT KRITIK RENCANA AKUISISI PERTAMINA
Pengamat ekonomi energi dari Indonesia Center for Green Economy mengkritik rencana
PT Pertamina (Persero) untuk mengakusisi i empat lapangan minyak dan gas bumi (migas) di luar
negeri pada tahun 2013. Sebab, banyak risiko yang ditanggung jika proses ini berjalan terutama
kepada profit Pertamina.
Selain mencermati resiko akuisisi, pengamat ekonomi energi dari Indonesia Center for
Green Economy Darmawan Prasodjo mengatakan Pertamina diharapkan segera mengelola blokblok ii migasnya di luar negeri yang telah diakuisisi beberapa tahun silam. Sejauh ini Pertamina
memiliki beberapa lapangan migas yang urung dimaksimalkan seperti blok migas 13WD di Irak
dan blok 305A di Aljazair.
Dengan belum dikelolanya lapangan tersebut, Darmawan mengatakan itu artinya
Pertamina belum mampu memberikan kontribusi lebih pada negara dari upaya ekspansinya.
Ditambah lagi, fakta ini mengisyaratkan sinyalemen bahwa Pertamina tidak punya dana untuk
mengelola blok tersebut. "Saya tidak yakin capital expenditure (capex) iii Pertamina sebesar Rp64
triliun. Kalau memang benar ada, sudah tentu blok-blok migasnya yang di luar negeri bakal
dikelola," kata Darmawan.
Oleh karena itu, ungkap Darmawan, kendati memfokuskan diri pada rencana ekspansi,
Pertamina juga harus mengalokasikan dana untuk mengelola blok migas yang dimiliki di luar
negeri. Ini dimaksudkan agar negara dapat memperoleh keuntungan lebih dari proses
produksinya. Hal ini dengan catatan perusahaan migas pelat merah itu tidak mengesampingkan
cadangan dan target produksi dari lapangan migasnya di luar negeri.
Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum
Menanggapi hal tersebut, vice president corporate communication Pertamina Ali
Mundakir mengatakan, sebaiknya Darmawan membaca laporan keuangan Pertamina, jangan
hanya asal bicara. "Makanya mengerti dulu tentang Pertamina, baru bicara. Masa hasil audit dia
tidak percaya. Kami punya uang untuk capex sebesar Rp64 triliun tahun ini," ungkap Ali
Mundakir.
Ali Mundakir juga mengingatkan agar Darmawan jangan membandingkan Pertamina
dengan Petronas, sebab dari sisi hak sudah berbeda. Dia mengatakan, Petronas itu diberikan hak
penuh untuk melakukan akuisisi di berbagai negara. Sementara Pertamina belum tentu bisa
melakukan akuisisi karena harus meminta restu dahulu dari beberapa kementerian. "Jadi jangan
lihat dari satu sisi, lihat juga sisi yang lebih luas," ujar Ali Mundakir .
Sebelumnya, pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar beberapa waktu
lalu, Pertamina berencana untuk mengakuisisi empat blok migas di luar negeri pada tahun ini.
Sayangnya, Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan urung menyebut blok-blok yang
tengah dibidiknya. Hingga kini Pertamina sudah mengelola sedikitnya delapan blok
yang tersebar di tujuh negara. Namun, dari data itu baru dua blok yang dikelola dan
menghasilkan minyak.
Karen menyatakan sejak tahun lalu, Pertamina telah menandatangani Sale Purchase
Agreement (perjanjian jual beli) blok migas di luar negeri. Namun, satu perjanjian diantaranya,
yakni, jual-beli 32% saham Petrodelta milik perusahaan migas Amerika Serikat, Harvest Natural
Resources Inc (HNR) batal diwujudkan. “Akuisisi Harvest tidak disetujui oleh pemegang saham
karena faktor komersial. Sementara yang empat lagi menunggu persetujuan pemerintah
setempat," jelasnya.
Ketika Deputi Perdana Menteri Irak Hussain Al-Shahristani berkunjung ke Indonesia Juni
lalu, Al-Shahristani menyebut akan mendahulukan Pertamina untuk mendapatkan blok Migas di
negaranya. Besaran jatah akuisisi yang bisa diambil Pertamina berkisar antara 10-25%.
Sumber:
kontan.co.id, 4 Maret 2013.
detik.com, 27 Februari 2013
Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum
Catatan:
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), suatu BUMN dapat mengambil alih BUMN dan/atau perseroan terbatas lainnya.
Dalam melakukan pengambilalihan, kepentingan BUMN, pemegang saham/pemilik modal,
pihak ketiga, dan karyawan BUMN harus tetap mendapat perhatian.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
pengambilalihan dapat dilangsungkan jika dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
dihadiri paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara,
dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah
suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran dan/atau
ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar.
Dalam hal kuorum kehadiran sebagaimana dimaksud di atas tidak tercapai, dapat
diadakan RUPS kedua. RUPS kedua sah dan berhak mengambil keputusan jika dalam RUPS
dihadiri paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, dan
keputusan adalah sah jika disetujui oleh paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah
suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran dan/atau
ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar.
i
Akuisisi dikenal juga sebagai pengambilalihan. Menurut Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang
perseorangan untuk mengambil alih saham perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas perseroan
tersebut.
ii
Blok adalah wilayah yang ditetapkan sebagai wilayah kerja pertambangan.
iii
Capital expenditure adalah belanja modal.
Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum
Download