perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat
pesat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia. Tak terkecuali
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang menghasilkan
berbagai macam produk-produknya guna memenuhi kebutuhan manusia
dalam aspek informasi dan komunikasi. Produk teknologi informasi dan
komunikasi ini pun memicu terciptanya jenis-jenis media baru dalam
perkembangannya. Salah satu jenis media baru yang kehadirannya menjadi
sangat fenomenal di belahan dunia saat ini adalah media sosial. Menjadi
fenomenal sebab hadirnya media sosial membuat perubahan tatanan segala
aspek hidup manusia.
Bill Gates (1997) seperti yang dikutip oleh Lestari (2011: 300)
senantiasa merubah cara kita belajar, bekerja, bergaul dan
saat ini media sosial yang berbasiskan internet ini memang sudah banyak
merubah cara-cara manusia dalam melakukan sesuatu hal. Seperti cara mereka
mencari informasi, cara mereka bekerja, cara mereka besosialisasi, cara
mereka belajar bahkan cara mereka berbelanja.
commit1to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Saat ini dengan hadirnya media sosial yang berbasiskan internet, setiap
manusia dihadapkan dengan dunia virtual dan digital yang memudahkan
mereka mencari informasi dengan satu alat sekalipun dan dapat diakses
dimana saja dan kapan saja. Hal ini tentu berbeda dengan sebelumnya saat kita
harus menunggu datangnya surat kabar pada setiap hari bahkan sebulan sekali.
Hadirnya internet juga dapat merubah cara kerja setiap manusia, saat ini
manusia dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan internet.
Hal ini sangat membantu pekerjaan yang sebelumnya dapat diselesaikan
dengan kurun waktu yang lama menjadi cepat.
Selain itu layanan internet juga memudahkan setiap manusia untuk
berhubungan dengan sesama bahkan ditempat yang jauh sekalipun. Jika
sebelumnya interaksi manusia terbatas pada ruang dan waktu, dengan layanan
internet ini mampu menembus batasan tersebut. Mereka bisa menggunakan
layanan chatting, video call, messenger, dan lain sebagainya untuk
berinteraksi. Bahkan saat ini setiap manusia dapat belajar dan berbelanja
dengan menggunakan layanan internet. Saat ini sudah banyak perguruan tinggi
yang menggunakan internet untuk pelaksanaan perkuliahannya. Selain itu
berbelanja juga dapat dilakukan melalui layanan internet ini. Banyak retail
toko yang menjajakan dagangannya dengan menggunakan internet, transaksi
jual-beli pun dilakukan disini.
Bentuk media sosial memungkinkan penggunanya untuk melakukan
hal-hal yang sebelumnya sulit terbayangkan untuk dapat dilakukan. Media
sosial memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi tanpa batasan jarak,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
tempat dan waktu. Apa yang diramalkan oleh McLuhan di tahun 1950-an
Global
nampak sudah menjadi kenyataan saat ini. Hal ini diperkuat oleh Littlejhon
yang menyebutkan bahwa prediksi Mcluhan telah tiba dengan adanya internet.
(Utari, 2011: 52)
Munculnya internet web 2.0 yaitu media sosial dirasa cukup
sensasional dibandingkan dengan web 1.0. Hal ini dikarenakan media sosial
lebih interaktif, tidak lagi satu arah, tidak hanya bisa mencari informasi, tidak
hanya bisa membaca informasi tetapi juga dapat menyebarkan informasi. Pada
media sosial ini pengguna bisa mencari teman, saling berinteraksi, bertukar
pendapat, berbagi komentar, mengirim file, berbagi informasi dan lain
sebagainya. (Retno dan Tambunan, 2011:163)
Dennis
McQuail
seperti
yang
dikutip
Ratu
(2011:
44)
mengungkapakan bahwa keseimbangan aktivitas audien itu telah bergeser.
Alih-alih sekedar menerima konten media, mereka juga tertarik untuk
melakukan aktivitas pencarian, pengonsultasian dan interaksi.
Melihat hal tersebut, media sosial nampaknya telah menggeser peran
audiens lama yang sebelumnya pasif menuju audiens yang aktif. Dahulu
seperti yang kita ketahui proses pesan informasi media tradisional kepada
audiensnya dengan one to many membuat audiens secara pasif menerima
informasi apapun dari media tanpa bisa ikut berpartisipasi. Saat ini dengan
media sosial hal tersebut telah bergeser menjadi user-generated contents.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Dimana pengguna dapat dengan bebas berpartisipasi dengan media sosial
untuk memberikan informasi-informasinya.
Pada umumnya komunikasi paling efektif jika dilakukan secara
langsung yaitu dengan mulut ke mulut. Hadirnya media sosial memungkinkan
setiap penggunanya dapat berkomunikasi secara efektif meski berada pada
tempat dan waktu yang berbeda dengan cepat. Hal ini menyebabkan dunia
semakin dapat terjangkau, komunikasi pun dapat lebih efektif dimana dunia
ada dalam perkataan kita (word of mouth). Informasi apapun yang keluar dari
pengguna media sosial membuat dunia dipenuhi oleh informasi-informasi
yang saling mempengaruhi. (Santosa, 2011: 35)
Media sosial pun berperan pada hadirnya fenomena-fenomena baru
yang melanda masyarakat saat ini. Berbagai fenomena yang terjadi pun cukup
melengkapi fenomena besar yang terjadi di dunia. Seperti fenomena
lengsernya presiden Mesir Hosni Mubarak berkat pergerakan massa yang
menggunakan media sosial sebagai alatnya. Di indonesia sendiri berbagai
fenomena berkat media sosial pun ikut menyeruak, dari fenomena pergerakan
massa 1000 koin untuk Prita Mulyasari, gerakan 1.000.000 fecebookers untuk
mendukung Bibit dan Chandra hingga munculnya artis dadakan seperti Shinta
dan Jojo berkat media sosial youtube dan masih banyak lainnya. Salah satu
yang
menarik
berkat
hadirnya
media
sosial
ini
adalah
fenomena
berkembanganya fashion hijab di Indonesia ahir-ahir ini. Tidak hanya di
Indonesia saja fenomena ini pun sudah meluas hingga penjuru dunia. Para
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
wanita muslim di seluruh penjuru dunia pun dihadapkan dengan fenomena
fashion hijab ini.
Press dan Livingstone (2006) mengemukakan perspektif yang
audience as co-producers rather than merely consumers of the
meanings of media
Hal ini kemudian muncul spesies audiens baru dengan adanya
pergeseran audiens tersebut. Spesies audiens tersebut dikenal dengan istilah
prosumer yang merupakan singkatan dari produser dan consumer. Prosumer
diistilahkan bagi pengguna media sosial yang dapat merangkap sebagai
penyebar informasi sekaligus penikmat informasi. Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa pengguna media sosial dapat membagi
informasi apapun dan dapat saling memberikan informasi di dalam akun
media sosialnya.
Munculnya spesies audiens prosumer pada media sosial ini membuat
pengguna media sosial mudah dikenal oleh masyarakat luas hingga dunia.
Berkat informasi-informasi mengenai sesuatu yang berhubungan dengan
kreatifitas, hiburan, hobi, dan pendidikan yang disampaikan oleh pengguna
media sosial ini, tidak sedikit dari mereka yang kemudian menjadi salah satu
ikon dan sumber informasi bagi pengguna lain.
Hal ini telah diungkapkan sebelumnya oleh Baum dan Groeling bahwa
akan timbul suatu potensi bagi para pengelola media sosial untuk menjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
opinion leader-opinion leader baru atau suatu kutub baru yang akan
mendapatkan pengikut masing-masing (Ratu, 2011: 58)
Dalam praktiknya saat ini cukup banyak prosumer yang merangkak
menjadi opinion leader-opinion leader baru yang disebutkan oleh Baum dan
Groeling tersebut bermunculan di media sosial. Kehadirannya ditunggu oleh
pengguna media sosial lain yang tak lain adalah pengikutnya. Salah satu
opinion leader-opinion leader tersebut adalah ikon fashion hijab yang saat ini
sedang fenomenal dikalangan wanita muslim di dunia.
Hijab yang berasal dari hajaban mengandung arti luas untuk menutupi
atau benda yang menutupi sesuatu. Secara terperinci hijab dapat didefinisikan
sebagai sesuatu yang dapat menutupi aurat wanita muslim, dengan kata lain
hijab merupakan tata cara berpakaian yang pantas bagi wanita sesuai dengan
tatanan agama islam. (Triyana, 2014: 34-35)
Hadirnya para ikon fashion hijab melalui media sosial saat ini telah
banyak merubah tatanan hijab yang dahulu dipandang kuno menjadi sebuah
fashion hijab yang modern dan stylist. Mengapa demikian? Sebab para ikon
fashion hijab sebagai opinion leader-opinion leader baru ini menyebarkan
informasi seputar kreatifitasnya dalam menata gaya berbusana hijab melalui
media sosial. Tidak main-main para ikon fashion hijab saat ini telah memiliki
ratusan ribu pengikut yang tak lain adalah wanita muslim di seluruh penjuru
dunia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
Para ikon fashion hijab ini pada umumnya berprofesi sebagai designer
hijab dan sekaligus fashion stylist hijab. Mereka mempublikasikan karyakarya mereka melalui media sosial. Berkat media baru ini mereka yang semula
tidak dikenal, mendadak menjadi terkenal hingga mendunia. Hal ini dapat
terjadi berkat karya-karya mereka yang tertampung pada media sosial.
Ghaida Tsuraya merupakan satu dari banyaknya para designer hijab
yang muncul dan dibesarkan oleh dunia media sosial. Hanya bermodalkan
blog dan facebook waktu itu, Ghaida dapat menggenggam dunia dengan
karya-karya hijabnya. Selain di Indonesia Ghaida juga dikenal mendunia lewat
karya fashion hijabnya melalui media sosial. Banyaknya pesaing Ghaida yang
bermunculan di media sosial membuat trend hijab menjadi ramai dikalangan
wanita muslim. (AMR, 2013)
Berkembangnya hijab menjadi sebuah fashion hijab pada blog-blog
dan media sosial-media sosial pribadi para hijabers ini membuat fashion
blogger ternama yaitu Diana Rikasari menyisihkan tempat blognya untuk
menempatkan tautan media sosial para fashion hijabers. Terdapat sepuluh
tautan yang merujuk pada media sosial fashion hijab yang dimiliki oleh
hijabers. Meski pada media konvensional seperti televisi dan surat kabar
belum tersentuh pada sosialisasi hijab secara intens, namun dengan hadirnya
media baru berupa media sosial, siapa pun dapat mengakses informasi
mengenai fashion hijab. (Amanatia, 2013)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
Melalui media sosial para ikon fashion hijab terlahir dan dapat
mengembangkan kreatifitasnya dalam tatanan busana hijab yang modern. Hal
ini membuat kesan hijab yang dahulu kuno dan tidak menarik nampak
menjadi sebuah fashion hijab yang modern dan menarik. Adanya fenomena
perubahan fashion hijab ini, tidak sedikit wanita muslim terutama di Indonesia
yang kemudian tertarik untuk mengenakan hijab dengan tatanan busana sesuai
dengan ikon kegemarannya. Lantas melihat hal ini, fashion hijab saat ini telah
menjadi sebuah fenomena besar di kalangan wanita muslim di dunia.
Bahkan adanya fenomena fashion hijab yang marak di kalangan
pengguna media sosial ini kemudian banyak komunitas-komunitas yang
terbentuk. Komunitas ini memiliki ketertarikan yang sama akan fashion hijab.
Komunitas yang pertama kali terbentuk adalah Hijabers Community.
Keberadaan komunitas ini turut memberikan pengaruh yang besar terhadap
fenomena fashion hijab di kalangan wanita muslim di Indonesia.
Media sosial yang memiliki model komunikasi dua arah ini pun dapat
menciptankan suatu komunitas dengan cepat karena adanya ketertarikan yang
sama terhadap suatu hal (Santosa, 2011: 34). Adanya fenomena fashion hijab
yang berkembang melalui media sosial ini menggiring penggunanya untuk
membuat sebuah komunitas yang memiliki ketertarikan yang sama mengenai
fashion hijab.
Atie Rachmiatie (2007) membagi dua konteks utama dalam
mendefinisikan komunitas. Pertama lokalitas yang terbentuk pada batasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
geografis tertentu sebagai contoh komunitas masyarakat Yogyakarta, maka
komunitas tersebut terdiri dari orang-orang yang tinggal di Yogyakarta. Kedua
identitas yang sama, minat, kepentingan dan kepedulian yang sama. Misalnya
saja komunitas islam pesantren, komunitas perguruan negeri. (dalam Muktaf,
2011: 212)
Awal mula berdirinya Hijabers Community terbentuk dari para fashion
blogger dan designer fashion hijab yang melakukan kopi darat. Komunitas ini
terbentuk dari para anggotanya yang memiliki ketertarikan yang sama akan
fashion hijab dan syiar agama. Tujuan dibentuknya komunitas ini adalah
untuk menjadi tempat berbagi dan saling memberikan inspirasi, termasuk
dalam berbusana muslim. Fashion busana muslim menjadi pengikat
komunitas ini. Saat ini HC telah memiliki ribuan anggota melalui media sosial
facebook dan twitter. Setiap kegiatannya pun mereka sebarkan melalui media
sosial seperti blog, facebook dan twitter. HC menjadi magnet tersendiri bagi
banyak perempuan muda yang ingin bergabung dan mendirikan komunitas di
bawah bendera yang sama di daerahnya. Saat ini HC daerah yang resmi dan
sesuai misi telah memiliki cabang komunitas yang berada di Bandung dan
Yogyakarta. (Fazriyati, 2011)
Terbentuknya Hijaber Community ini ternyata telah menginspirasi
wanita muslim di indonesia yang memiliki ketertarikan yang sama akan
fashion hijab dan syiar agama untuk membentuk suatu komunitas. Adalah
komunitas Solo Hijabers yang awal mula terbentuknya komunitas ini adalah
terinspirasi oleh Hijabers Community. Komunitas ini memiliki anggota lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
dari ratusan yang tersebar di wilayah Solo raya. Sebagian besar para anggota
komunitas Solo Hijabers ini merupakan pengikut ikon fashion hijab yang
terlebih dahulu membentuk komunitas HC tersebut. Sama halnya dengan HC
sebagai pelopor terbentuknya komunitas ini, para anggota komunitas Solo
Hijabers juga memiliki ketertarikan yang sama akan fashion hijab dan syiar
agama.
Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan rutin Solo Hijabers dengan
kegiatan HC sebagai pendahulu tidak jauh berbeda. Solo Hijabers memiliki
kegiatan pengajian rutin yang diselenggarakan setiap bulannya. Selain itu ada
kegiatan bakti sosial, amal, bazar dan yang manarik pada komunitas ini juga
memiliki kegiatan beauty and hijab class dan fashion show yang merupakan
kegiatan untuk menambah inspirasi mereka dalam fashion hijab. Sama halnya
dengan HC yang membagikan kegiatan-kegiatannya pada media sosial,
komunitas ini juga menggunakan media sosial yaitu facebook untuk
membagikan kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan keranah luas.
Media sosial seakan telah mengambil alih peranan media konvensional
sebagai media penyalur inspirasi dan informasi. Tidak sedikit para pengikut
ikon fashion hijab ini lebih memilih mencari informasi dan inspirasi mengenai
fashion hijab melalui media sosial. Menurut Hastasari (2011: 232) dengan
hadirnya teknologi komunikasi saat ini telah mempengaruhi kelangsungan
hidup surat kabar (media konvensional). Informasi menjadi lebih cepat, media
berita online dapat melaporkan secara langsung kepada publik. Setiap orang
dapat dengan mudah mendapatkan informasi dengan hanya menggunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
mesin pencari untuk menjelajah melalui internet. Ini sangat menghemat waktu
dan lebih nyaman daripada metode tradisional.
Selain itu kehadiran prosumer dan opinion leader-opinion leader baru
pada media sosial ini turut berpengaruh bagi penggunanya. Setiap pengguna
dapat dengan bebas memberikan informasi apapun. Informasi yang didapat
pun menjadi sangat banyak serta bebas dan tanpa adanya penyaringan terlebih
dahulu.
Namun apabila kita mau menelisik lebih dalam lagi lahirnya teknologi
informasi dan komunikasi baru yaitu media sosial ini tidak bisa lepas dari
konsekueni bagi kehidupan sosial dan kebudayaan penggunanya. Menurut
Abrar (2003) teknologi komunikasi dan informasi dapat mempengaruhi
kekuatan sosial lainnya. Teknologi komunikasi dan informasi memiliki
keterkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya. Pemakaian
teknologi
komunikasi
dan
informasi
bisa
menguntungkan
seperti
meningkatkan produktivitas dan memperpendek waktu dan jarak. Namun
demikian
pemakaian
teknologi
komunikasi
dan
informasi
ini
juga
menimbulkan masalah seperti adanya jurang pemisah antara kaya dan miskin,
informasi semakin besar, privasi menjadi terganggu dan orang jadi terpencil
dari lingkungan sosial (dalam Ardianto, 2011: xvii).
Secara teoritis Larry A Samovar dan Richard E Porter seperti yang
dikutip Darmastuti (2011: 225) menyebutkan unsur budaya yang berubah
akibat penggunaan media sosial. Pertama media sosial membawa perubahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
dalam hal kepercayaan (beliefs), nilai (values) dan sikap (attitudes). Kedua
media sosial mengubah pandangan dunia (worldview). Ketiga media sosial
mengubah pandangan masyarakat mengenai organisasi sosial (social
organization). Keempat media sosial dapat mengubah tabiat manusia (human
nature). Kelima media sosial dapat mengubah orientasi kegiatan penggunanya
(activity orientation) dan yang keenam media sosial dapat mengubah persepsi
tentang diri dan orang lain.
Positifnya media sosial mampu merubah masyarakat tradisional
menjadi masyarakat yang modern, bahkan mampu merubah gaya hidup
tradisional menjadi modern. Sebagai contoh proses pembelajaran dengan
menggunakan media on-line. Dengan tujuan mengadopsi pengetahuan yang
berasal dari daerah lain maupun Negara lain dalam rangka meningkatkan
kehidupan mereka (transfer of knowledge). Negatifnya, media sosial mampu
memberikan shock culture bagi penggunanya yang belum siap menerima
pengaruh budaya luar. Hal ini dapat terjadi karena masyarakat kita yang
menganggap bahwa setiap informasi yang diberikan media sosial itu adalah
informasi yang benar sekalipun informasi tersebut tidak sesuai dengan budaya
masyarakat indonesia. (Darmastuti, 2011: 216-217)
Dari pemaparan pendapat diatas mengenai adanya konsekuensi
penggunaan media sosial sebagai perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi bagi penggunanya ini menyiratkan bahwa, adanya fenomena
perkembangan fashion hijab melalui media sosial ini tidak terlepas dari
konsekuensi kehidupan bagi penggunanya. Secara garis besar kelebihan media
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
sosial yang dapat menyebarkan perkembangan fashion hijab dengan cepat ini
dapat memberikan konsekuensi dampak yang positif dan negatif terhadap
penggunanya.
Hal
ini telah
menarik peneliti untuk
melihat
bagaimanakah
penggunaan media sosial untuk perkembangan fashion hijab. Fokus penelitian
ini adalah pada salah satu komunitas hijab di Indonesia yaitu komunitas Solo
Hijabers. Untuk memperkuat gambaran mengenai bagaimana penggunaan
media sosial untuk perkembangan fashion hijab. penelitian ini akan
menjelaskan bagaimana pola penggunaan media sosial untuk fashion hijab
pada komunitas Solo Hijabers, apa saja motif-motif yang mendasari para
anggota komunitas Solo Hijabers ini dalam menggunakan media sosial untuk
fashion hijab, dan apa saja pengaruh penggunaan media sosial untuk fashion
hijab pada komunitas Solo Hijabers. Sehingga penulis me
SOSIAL DAN PERKEMBANGAN FASHION HIJAB (Studi Deskriptif
Kualitatif tentang Motif, Pola dan Pengaruh Penggunaan Media Sosial dalam
Perkembangan Fashion Hijab pada Komunitas Solo Hijabers)
B. PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang
ingin diangkat oleh peneliti adalah:
1. Motif-motif apa saja yang mendasari para anggota komunitas Solo
Hijabers dalam menggunakan media sosial untuk fashion hijab?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
2. Bagaimana pola penggunaan media sosial untuk fashion hijab pada
komunitas Solo Hijabers?
3. Pengaruh apa saja yang ditimbulkan dari penggunaan media sosial
untuk fashion hijab pada komunitas Solo Hijabers?
C. TUJUAN PENELITAN
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, dapat dikemukakan tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui motif-motif yang mendasari para anggota komunitas
Solo Hijabers dalam menggunakan media sosial untuk fashion
hijab.
2. Mengetahui pola penggunaan media sosial untuk fashion hijab
pada komunitas Solo Hijabers.
3. Mengetahui pengaruh apa saja yang ditimbulkan dari penggunaan
media sosial untuk fashion hijab pada komunitas Solo Hijabers
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah dan melengkapi
kajian
mengenai
komunikasi
terkait
dengan
pemahaman
penggunaan media baru khususnya media sosial di kalangan wanita
muslim terutama para anggota komunitas Solo Hijabers.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
2. Penelitian ini membantu memberikan pandangan teoritik kepada
para anggota komunitas Solo Hijabers dalam menggunakan media
sosial serta dapat menjadi referensi bagi masyarakat akan
pentingnya media sosial dalam memenuhi kebutuhan akan
informasi dan komunikasi.
3. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat digunakan sebagai saran
bagi penulis
untuk
memperluas
wawasan
mengenai
ilmu
komunikasi dan juga melatih penulis untuk berfikir secara ilmiah
dan sistematis sekaligus mengaplikasikan materi dan teori
keilmuan yang diperoleh di perkuliahan.
E. TINJAUAN PUSTAKA
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada perumusan masalah diatas,
maka dibutuhkan referensi tinjauan pustaka yang membahas mengenai teori yang
relevan yaitu teori Uses and Gratification, mengenai komunikasi yang
didalamnya terdapat komunikasi bermedia. Kemudian pembahasan tentang new
media yang di dalamnya terdapat perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi, pengertian new media, karakteristik new media, kelebihan dan
kekurangan new media. Kemudian tinjauan mengenai media sosial yang
didalamnya terdapat pengertian media sosial, karakteristik media sosial dan fungsi
media sosial. Kemudian lanjut pada pembahasan mengenai penggunaan media
sosial, pengaruh penggunaan media sosial, fashion hijab dan perkembangannya,
perkembangan fashion hijab pada media sosial dan yang terahir pembahasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
mengenai penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Adapun
penyusunannya adalah sebagai berikut:
E.1 Teori Uses and Gratifications
Teori yang relevan pada penelitian ini adalah teori Uses and
Gratification. Sebab teori ini lebih menekankan pada pendekatan manusiawi
dalam melihat media, yang mana manusia itu memiliki otonomi, wewenang,
untuk memperlakukan media.
Teori Uses and Gratification pertama kali dikenalkan oleh Herbert
Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media
memainkan peranan aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut.
Pengguna media merupakan pihak aktif dalam proses komunikasi. Pengguna
media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik dalam usaha
memenuhi kenutuhannya. Teori uses and gratification mengasumsikan bahwa
pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya
(Nurudin, 2003: 181).
Teori ini nampaknya bersebrangan dengan teori peluru. Dalam teori
peluru media dikatakan sangat aktif dan all powerfull, sementara khalayak
berada di pihak yang pasif. Sementara itu, di dalam teori Uses and
Gratification ditekankan bahwa khalayak berperan aktif untuk menentukan
media mana yang harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya.
Teori Uses and Gratification digambarkan sebagai a dramatic breack
with effects tradition of the past, suatu loncatan dramatis dari teori jarum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
hipodermik. Teori ini tidak tertarik oleh apa yang dilakukan media terhadap
khalayak, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media.
khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.
Dan dari sinilah timbul istilah uses dan gratification (Rakhmat, 2002: 65).
Ardianto (2003: 71) menyatakan bahwa asumsi dasar dari teori Uses
and Gratification antara lain adalah konsumen media mempunyai kebebasan
untuk memutuskan bagaimana mereka menggunakan media atau lewat media
mana dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya. Selain itu
Efendi (1989: 58) menyatakan bahwa pada teori Uses and Gratification,
mungkin media dapat memberi pengaruh yang jahat dalam sebuah kehidupan.
Sebab terpaan media dapat mengubah peilaku seseorang. Terpaan dapat
dikatakan sebagai sebuah keadaan terkena pada komunikasi atau khalayak
oleh pesan-pesan yang disebarkan oleh media.
Katz, Blumer dan Gurevitch menjelaskn mengenai asumsi dasar dari
teori Uses and Gratifications, yaitu :
1. Khalayak dianggap aktif, maksutnya adalah khalayak sebagai
bagian penting dari penggunaan media massa yang diasumsikan
mempunyai tujuan.
2. Dalam
proses
komunikasi
massa
banyak
inisiatif
untuk
mengangkat pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak
pada anggota khalayak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk
memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media
hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih
luas. Bagaimana ini terpenuhi melalui konsumsi media amat
bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.
4. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang
diberikan anggota khalayak; artinya, orang dianggap cukup
mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasisituasi tertentu.
5. Penelitian
tentang
arti
kultural
dari
media
massa
harus
ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak
(Rakhmat, 2007 : 205)
Model Uses and Gratification merupakan perpanjangan dari teori
kebutuhan dan motivasi. Model ini melihat apa yang dilakukan khalayak
terhadap media, bukan apa yang dilakukan media terhadap khalayak.
Khalayak dianggap aktif dalam menggunakan media untuk memenuhi
kebutuhannya. Ketika sampai pada operasional, model ini telah menimbulkan
berbagai macam penjabaran. Dibawah teori Uses and Gratifications sebagai
grand theory, bermacam macam teori berlindung dan berdebat satu sama lain
(Blumbler dalam Rakhmat, 2007: 203)
Agar sesuai dengan bentuk model - model yang lain, model Uses and
Gratification memiliki empat komponen. Dengan menggunakan model ini,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
para peneliti berusaha menemukan variabel-variabel yang diukur. Sebab
sering sekali para peneliti hanya meneliti sebagian dari komponen-komponen
yang ada pada model Uses and Gratification berikut:
Tabel 1
Model Uses and Gratifications
Antisedan
Motif
-Variabel
Penggunaan media
Efek
- Personal
- Hubungan
- Kepuasan
- Diversi
- Macam isi
- Pengetahuan
-Personal Identity
-Hubungan dengan isi - Sikap
Individual
-Variabel
Lingkungan
Sumber : (Rakhmat, 1989: 88)
Dari tabel diatas dapat penulis jelaskan sebagai berikut ini:
1. Anteseden
(Rohim, 2009: 172)
Variable anteseden terbagi atas dua dimensi yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
1) Individual, dimensi ini menyajikan informasi mengenai data
demografis
seperti: usia,
jenis
kelamin, dan faktor-faktor
psikologis komunikan
2) Lingkungan, dimensi ini dapat terdiri atas data mengenai
organisasi, sistem sosial dan struktur sosial. (Rakhmat, 2007 : 198)
2. Motif
Motif merupakan suatu pengertian
yang melingkupi semua
penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia
yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Motif manusia dapat bekerja secara
sadar dan juga secara tidak sadar bagi diri manusia (Gerungan, 1981: 142).
Blumler 1980 (dalam Rakhmat, 2007: 66) menyebutkan tiga
orientasi yaitu Orientasi Kognitif (kebutuhan akan informasi, surveillance
atau eksplorasi realitas), diversi (kebutuhan akan pelepasan dari tekanan
isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting
3. Penggunaan Media
Rosengren (dalam Rakhmat, 2007: 66) menyatakan bahwa
penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam
berbagai media, jenis isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau
dengan media secara keseluruhan.
4. Efek
Efek
media
dapat
dioprasionalisasikan
sebagai
evaluasi
kemampuan media untuk memberikan kepuasan, misalnya : sampai sejauh
mana surat kabar membantu responden memperjelas suatu masalah ;
sebagai dependensi media, misalnya kepada media mana atau isi yang
bagaimana responden amat bergantung untuk tujuan informasi dan sebagai
pengetahuan, misalnya apa yang diketahui responden perihal persoalan
tertentu (Rakhmat 1989 : 89).
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir dan
merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan
merupakan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku
dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa
benda, orang, tempat, gagasan atau situasi atau kelompok. (Rakhmat,
1992: 39)
Azwar (1995: 24-27) menyatakan bahwa sikap memiliki 3 aspek
yaitu:
1. Aspek Kognitif, berisi kepercayaan seseorang mengenai apa
yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat dan ketahui.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
Dari hal tersebut kemudian terbentuk suatu idea tau gagasan
mengenai sifat dan karakteristik suatu ojek dan melahirkan
suatu pengetahuan dan pemahaman tentang suatu objek.
2. Aspek Afektif, menyangkut perasaan emosional seseorang
terhadap suatu objek sikap. Secara umum aspek ini disamakan
dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Aspek ini
menghasilkan suatu penilaian dan kepercayaan kita terhadap
suatu objek.
3. Aspek
Konatif,
menunjukan
bagaimana
kecenderungan
berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan
objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi
kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.
Sehingga kita akan cenderung bertindak akan objek yang kita
hadapi, apakah kita bersedia menerima objek tersebut atau
menolaknya.
Model teori Uses and Gratification inilah yang dirasa cukup relevan
dalam penelitian ini mengenai bagaimanakah motif, pola dan pengaruh
penggunaan media sosial dalam perkembangan fashion hijab pada komunitas
Solo Hijabers. Model ini kemudian digunakan sebagai landasan dalam
kerangka pemikiran peneliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
E.2 Komunikasi
Secara etimologis, kata komunikasi atau communication dalam bahasa
Inggris
berasal
communico
dari
kata
communication
Latin
communis
communicare
to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang
paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar
dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa satu
pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2005:
41)
Widjaja merangkum pengertian komunikasi dari para ahli dalam satu
paragraf sebagai berikut:
Komunikasi adalah pernyataan manusia, sedangkan pernyataan
tersebut dapat dilakukan dengan kata-kata tertulis ataupun lisan,
disamping itu, dapat dilakukan juga dengan isyarat-isyarat atau
simbol-simbol (Widjaja, 1998: 16)
Untuk memahami pengertian komunikasi, para pakar komunikasi
sering menggunakan paradigma Harold Lasswell seperti yang dikutip
Mulyana (2007: 69-71), yang mengatakan bahwa cara yang baik untuk
menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan Who, Says
What, In which channel, To whom, With what effect? Yang berarti, siapa
mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dan efek apa? Hal tersebut
kemudian oleh Lasswell membagi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan
tersebut yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
Komunikator (communicator, source, sender); pihak yang berinisiatif
atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi
seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu
Negara.
Pesan (message); apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada
penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau
nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud dari
sumber.
Media (channel); alat atau wahana yang digunakan sumber untuk
menyampaikan pesannya kepada penerima.
Komunikan (communicant, receiver, recipient); orang yang meneima
pesan dari sumber.
Efek (effect, impact, influence); tanggapan mengenai penerimaan
pesan atas isi pesan yang disampaikannya. Efek yaitu apa yang terjadi
pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut. Misalnya terhibur,
menambah pengetahuan, perubahan sikap, atau bahkan perubahan
perilaku.
Jadi berdasarkan paradigma tersebut komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu. Komunikasi tidak hanya menyampaikan dan
menerima pesan saja. Akan tetapi lebih dari itu dapat juga merubah sikap,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
merubah pandangan, merubah perilaku komunikan terkait pesan yang
dikomunikasikan.
E.2.1 Komunikasi Bermedia
Komunikasi bermedia adalah komunikasi yang menggunakan saluran
atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang
keberadaannya jauh atau berjumlah banyak. (Onong, 1984: 11)
Komunikasi dengan menggunakan saluran atau sarana ini juga disebut
sebagai komunikasi tidak langsung (indirect communication). Sebab feedback
atau timbal balik tidak dilakukan seketika saat komunikasi berlangsung. Hal
inilah kemudian oleh komunikator digunakan untuk memilih media dan
komunikan secara matang agar komunikasi dapat berjalan secara efektif.
Onong (1984: 12-13) membagi komunikasi bermedia menjadi dua,
yaitu:
a. Komunikasi bermedia massa.
Komunikasi yang menggunakan media massa dengan jumlah
komunikan yang banyak dan bertempat tinggal jauh dari pusat
komunikator.
Komunikasi
bermedia
massa
ini
menimbulkan
keserempakan (simultaneity); suatu pesan dapat diterima oleh
komunikan dengan jumlah yang relatif sangat banyak pada saat yang
bersamaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
b. Komunikasi bermedia nirmassa.
Komunikasi dengan menggunakan media nirmassa yang dilakukan
oleh orang tertentu atau kelompok-kelompok tertentu. Berbeda dengan
komunikasi bermedia massa, komunikasi bermedia nirmassa ini tidak
memiliki daya keserempakan dan komunikan tidak bersifat massal.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang canggih pada
era ini, mempengaruhi pula pada perkembangan komunikasi bermedia yang
sangat canggih saat ini, salah satu diantaranya adalah produk new media yaitu
media sosial yang berbasis internet.
E.3 New Media
E.3.1. New Media dalam Perkembangan TIK
New media terlahir dari perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi guna memenuhi kebutuhan manusia. Beberapa tokoh telah
menjelaskan secara terperinci perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi dari awal hingga terlahirnya new media saat ini. Berikut sekilas
tentang perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menurut beberapa
pendapat.
Rogers (1986) secara sistematis membagi empat era perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi hingga saat ini sebagai berikut:
1. Era komunikasi tulisan (writing), ditandai dengan adanya tulisan
pada lembaran yang terbuat dari tanah liat oleh bangsa sumeria.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
2. Era komunikasi cetakan (printing), adanya cetakan kitab Injil
Gutenberg dan metoda fotografi praktis untuk surat kabar oleh
Daguerre.
3. Era telekomunikasi (mulai tahun 1844), diawali adanya telegram
untuk pertama kali oleh Samuel Morse dan ditemukannya siaran
televisi komersial yang pertama (mulai tahun 1941)
4. Era komunikasi interaktif (mulai tahun 1946), lahirnya produk
komputer pertama di Universitas Pensylvania hingga internet.
(Rahardjo, 2011:10-13)
Selain itu McQuail dalam Junaedi (2007) membagi enam tahapan
proses sejarah media sebagai berikut:
1. Tahap pertama pada tahun 15 M adanya buku dan perpustakaan
dimana buku ini untuk pertama kali menjadi alat publikasi.
2. Tahap kedua adalah terciptanya media cetak yaitu koran yang
dapat menyajikan informasi terkini secara instan.
3. Tahapan ketiga hadirnya film dengan memakai pita seluloid. Pada
awalnya film hanya dianggap sebagai hiburan semata namun
berjalannya waktu film menjadi penting posisinya sebagai media
massa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
4. Tahap keempat adalah penemuan teknologi penyiaran berupa
televisi dan radio. Lebih dari filim sistem penyiaran ini melibatkan
teknologi yang beragam dan kompleks.
5. Tahap kelima adalah perkembangan teknologi musik. Dari
fonogram beralih menjadi pita kaset dan saat ini dengan teknologi
cakram digital.
6. Tahap keenam adalah penemuan internet yang memungkinkan
interkonektifitas diantara pemakainnya. Internet menjadi teknologi
yang privat (Muktaf, 2011:201-202)
Jika dilihat dari sisi media, perkembangan media komunikasi yang
terlahir dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini meliputi
tiga tahapan yaitu media rakyat sebagai pendahulum (kentongan, wayang,
kendang, seni budaya tradisional dan lainnya). Media komunikasi berikutnya
adalah media tradisional (suratkabar, majalah, radio dan televisi) dan saat ini
hadir sebuah media kontemporer yang sedang berkembang pesat meliputi
mass
media
online,
non-mass
media online (chatting
dan email),
teleconference dan video conference, dan social media online (facebook,
twitter, blog dan web). (Ardianto, 2011: xii)
Media kontemporer yang berbasiskan internet ini memunculkan istilah
baru dalam media komunikasi yang sering disebut dengan new media atau
media baru. Secara teori mediamorposis yang dikenalkan oleh Roger Fidler
(2003), hadirnya new media terbentuk dari tranformasi media komunikasi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
yang ditimbulkan oleh hubungan timbal balik yang rumit antar kebutuhan
yang dirasakan, politik, serta berbagai inovasi sosial dan teknologi. (Rusdiana,
2011:157)
Terbentuknya media baru dari inovasi-inovasi media lama yang kurang
relevan ini tentu bertujuan untuk melengkapi kebutuhan-kebutuhan manusia
akan informasi dan komunikasi. Hadirnya media baru yang berbasiskan
internet
ini
memberikan
kemudahan-kemudahan
bagi
penggunanya.
Teknologi informasi dan komunikasi akan selalu hadir guna memenuhi
kebutuhan manusianya. Saat ini dengan hadirnya new media membuat kita
sebagai pengguna media menunggu-nunggu akan produk madia baru yang
lebih canggih lagi yang terlahir dari perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi.
E.3.2 Pengertian New Media
Terdapat perspektif mengenai hadirnya teknologi informasi dan
komunikasi baru saat ini yang diistilah dengan new media dari beberapa
pendapat. Beberapa pendapat menyebutkan bahwa new media merupakan
perkembangan dari media lama yang bertransformasi menjadi sebuah media
baru.
(2003) teori tersebut menyebutkan adanya transformasi dari media komunikasi
yang difokuskan pada perkembangan teknologi. Menurutnya media baru dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
dilihat sebagai sebuah media yang baru muncul dalam media komunikasi
berkat inovasi media lama yang kurang relevan. (Syaibani, 2011: 5)
Selain itu Lister (2003) mengemukakan pendapatnya mengenai new
media. menurutnya new media adalah media lama yang bergerak menjadi
berbeda khususnya pengkombinasian media lama yang berubah menjadi
bentuk baru. (dalam Muktaf, 2011: 212)
Pandangan perspektif yang sama mengenai new media yang terlahir
dari perkembangan media sebelumnya ini juga terucap oleh Dennis McQuail.
Menurutnya new media merupakan sebuah implikasi semakin berkembangnya
mass communication yaitu semakin fungsionalnya internet sebagai basis
berkembangnya media sosial. (Santosa 2011: 43)
Beberapa pendapat lain mendefinisikan new media yang menekankan
pada produk-produk hasil perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Seperti Manovich (2001) yang berpendapat bahwa new media adalah suatu
kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan komputer. Sebagai contoh
apabila kita memiliki teks dan kita distribusikan ke komputer yang
menggunakan internet, situs web atau buku elektronik
hal tersebut bisa
dikatakan sebagai new media. tetapi jika dalam kegiatan distribusi tidak
menggunakan komputer melainkan menggunakan sebuah kertas maka hal itu
tidak dapat dikatakan sebagai new media. (dalam Herwandito, 2011: 424)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
Selain itu Janet Murray (dalam Wardrip-fruin 2003) turut memberikan
sedikit gambaran tentang istilah new media yaitu sebuah representasi medium
baru dalam bentuk medium digital. (Syaibani, 2011: 2)
Pengertian lain dari Terry Flew
New media = D
contents that combine and integrate data, text, sound,
and image of all kind; are stored in digital format:
(Flew, 2002: 10)
Disini Flew mendefinisikan new media lebih kepada form atau format
isi media yang dikombinasikan baik data, teks, suara, gambar dan sebagainya
dalam format digital. Kemudian disebarkan melalui jaringan internet.
Sedangkan Pierre Levy (Soukup dalam Littlejhon 2009) dalam
bukunya Cybercultur lebih melihat new media berbeda dengan media
pendahulunya ia memandang produk new media yaitu World Wide Web
sebagai sebuah lingkungan informasi yang terbuka fleksibel dan dinamis. Hal
ini memungkinkan manusia untuk mengembangkan orientasi pengetahuan
yang baru serta melibatkan ke dalam dunia demokratis dan pemberian kuasa
yang lebih interaktif. Dunia maya memberikan tempat pertemuan semu yang
dapat memperluas dunia sosial, menciptakan pengetahuan baru, dan
menyediakan tempat berbagi secara luas (dalam Hastasari, 2011: 235)
Potter (1995) dalam Littlejhon (2008) mendefinisikan new media
sebagai the second media, yaitu a new period in wich interactive technologies
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
and network communications, particularly the internet, would transform
society. (Utari, 2011: 53).
Pandangan dari beberapa pendapat diatas tentang konsep new media
sebagai sebuah hasil dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
ini menuntut pengguna (user) untuk dapat mengembangkan pengethauan
mereka guna mengikuti perkembangan yang ada. Hal ini dilakukan agar
mereka tetap bisa mengakses berbagai jenis informasi sesuai dengan
perkembangannya. Seseorang harus bisa memahami media baru sebagai
dampak dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Kemudian,
dengan seperti itu akan mempengaruhi dan bahkan merubah cara seseorang
dalam berkomunikasi.
E.3.3 Karakteristik New Media
Lahirnya new media sebagai dampak dari perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi ini tentu memiliki karakter-karakter baru. Beberapa
pendapat mencoba menjelaskan karakteristik dari new media sebagai berikut
ini.
Martin Lister (2003) dalam Syaibani (2011: 7) menyebutkan beberapa
karakteristik new media sebagai berikut; a) merupakan bentuk pengalaman
baru dalam teks, hiburan, kesenangan dan pola dari konsumsi media; b)
merupakan cara baru dalam mempresentasikan dunia, seperti interaktif media;
c) merupakan bentuk hubungan baru antara pengguna dengan konsumen
dengan teknologi media; d) merupakan bentuk pengalaman baru dari identitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
diri maupun komunitas dalam hal berinteraksi baik dalam waktu, ruang dan
tempat; e) merupakan bentuk konsepsi baru dari hubungan manusia secara
biologis dengan teknologi media; f) merupakan pola baru dalam organisasi
dan produksi, sebuah integrasi dalam media seperti budaya, industri, ekonomi,
akses informasi, kepemilikan, kontrol dan undang-undang.
Dapat disimpulkan bahwa menurut Lister new media sudah menjadi
bagian dari kehidupan manusia. Hal tersebut dapat terlihat dari cakupan new
media dari berbagai aspek seperti hiburan, kesenangan, pola konsumsi media.
kemudian dapat dilihat juga dari new media yang merupakan cara baru dalam
mempresentasikan dunia sebagai masyarakat virtual. New media juga
merupakan bentuk hubungan baru antara pengguna dan teknologi media.
Merupakan pengalaman baru bagi seseorang, identitas dan komunitas.
Merupakan konsepsi hubungan biologis tubuh dengan teknologi media;
kondisi sebenarnya dengan kondisi virtual. Dan yang terahir, mencakup
budaya media, industri, ekonomi, akses, kepemilikan, kontrol dan regulasi.
Pendapat lain mengenai karakteristik new media juga disampaikan
oleh Lev Manovich yang menyebutnya sebagai prinsip-prinsip new media
sebagai berikut:
a. Numerical
Representation;
objek
dari
new
media
dapat
dideskripsikan secara sistematis.
b. Modularity; berbagai format yang ada dalam internet seperti
dokumen HTML
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
c. Automation; berbagai program automatisasi yang terintegrasi ke
dalam internet.
d. Variability; dapat berubah seperti halnya format data.
e. Transcoding; komputerisasi media. (Syaibani, 2011: 8)
Disini Manovich memandang karakteristik new media yang lebih
mengarah pada teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang. Pada
dasarnya, sebelum munculnya internet, komputer hanya mempunyai fungsi
sebagai alat hitung saja. Setelah mengalami perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi muncul lah fungsi-fungsi lain dalam komputer
tetapi masih bersifat sistematis.
Rogers (1986) (dalam Rahardjo, 2011: 8-9) menguraikan tiga
karakteristik utama new media sebagai berikut ini:
1) Interactivity; yaitu kemampuan sebuah komunikasi baru yang
menggunakan komputer untuk berbicara balik (talk back) kepada
penggunanya seperti seorang individu yang berpartisipasi dalam
sebuah percakapan. Interaktifitas dalam media baru ini layaknya
sebuah interaktifitas pada komunikasi antar pribadi secara tatap
muka
langsung.
Hal
ini
memungkinkan
pengguna
dapat
berinteraksi secara lebih akurat, efektif dan memuaskan.
2) De-massification; tidak bersifat massal, maksutnya adalah suatu
pesan khusus dapat dipertukarkan secara individual diantara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
partisipan yang terlibat dalam jumlah yang besar. Kontrol atau
pengendalian sistem komunikasi massa biasanya berpindah dari
produsen pesan kepada konsumen pesan
3) Asynchronous; teknologi komunikasi baru memiliki kemampuan
untuk mengirimkan pesan pada waktu-waktu yang dikehendaki
penggunanya.
Dalam kajian ilmu komunikasi, karakteristik new media telah
menggeser karakteristik komunikasi dalam level media secara umum yaitu: 1)
Produksi pesan tersentralisir (one to many). 2) Komunikasi berlangsung satu
arah. 3) Adanya kontrol negara disetiap produksi media. 4) Memproduksi
stratifikasi sosial dan ketidak adilan dalam masyarakat. 5) Membentuk
khalayak yang terfregmentasi dan 6) Terbentuknya kesadaran sosial. Semua
karakteristik ini telah berubah dengan hadirnya new media.
Karakteristik new media tersebut adalah seperti yang disebutkan oleh
Manuel Castell yang dikutip oleh Utari (2011: 55) berikut ini: 1) Pesan
bersifat desentralisir, sebab produsen dapat sekaligus sebagai konsumen
begitu pula sebaliknya, konsumen juga dapat sebagai produsen (many to
many). 2) Komunikasi berlangsung dua arah antara produsen dan konsumen.
3) Pengelolaan pesan berada diluar kontrol negara. 4) Terbentuknya
demokrasi. 5) Memprosikan kesadaran individu. 6) Berorientasi pada
individu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
Adanya pergeseran karakteristik media mainstreaming dengan new
media ini turut pula membawa konsekuensi pada teori-teori komunikasi.
Dalam era new media batasan antara produsen pesan dengan konsumen
menjadi tidak jelas (kabur). Hal ini juga menyebabkan teori-teori komunikasi
secara umum akan mengalami kekaburan.
E.3.4. Kelebihan dan Kekurangan New Media.
Sebagai sebuah medium, new media mempunyai kelebihan dan
kekurangan layaknya medium lain. Kelebihan dari new media antara lain:
a) Interaktivitas; new media memberikan kemudahan penggunanya untuk
berinteraksi atau berkomunikasi di dalam dunia virtual. Jan Van Dijk
dalam Syaibani (2011: 18) mengemukakan bahwa new media merupakan
revolusi dari munculnya media interaktif. Sistem interaktifitas ini
merupakan
perkembangan
dari
sistem
komunikasi,
komunikasi
interpersonal, komunikasi individu dengan kelompok, dan komunikasi
massa dengan massa. Terdapat beberapa layanan fitur yang dapat
digunakan sepeti email, video mail, chatting, video chat, dan yang sedang
marak saat ini digunakan dan menjadi sebuah fenomenal adalah social
network atau media sosial.
b) Ilmu Pengetahuan; medium ini banyak memberikan pengetahuan kepada
penggunanya. Fitur layanan seperti Yahoo, Google, Wikipedia dapat
menyediakan berbagai macam ilmu pengetahuan yang ada di dunia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
Layanan fitur ini dapat memberikan referensi-referensi bacaan sesuai
dengan kebutuhan.
c)
Ekonomi (e-commerce); dari segi ekonomi, new media dapat memberikan
kemudahan dalam segi pemasaran. Tidak hanya itu saja new media juga
dapat digunakan sebagai toko virtual (online shop) yang merupakan cara
baru dalam berdagang, yaitu dengan membuka toko secara online yang
dapat mencakup seluruh belahan dunia. Dan yang paling penting, dengan
menggunakan new media kita dapat berinteraksi langsung dengan
produsen atau sebaliknya layaknya bertransaksi seperti dunia nyata. Selain
itu harga juga dapat murah sebab adanya pemotongan harga produksi
seperti biaya distribusi, listrik, pegawai, tempat dan lain sebagainya.
d) Politik; internet menyediakan ruang untuk berpolitik seperti kampanye,
melakukan kontrol politik dan menyampaikan pendapat atau aspirasi.
Selain beberapa kelebihan new media yang telah dijelaskan diatas,
terdapat pula kekurangan new media seperti Syaibani (2011) yang menyoroti
pada minimnya filter terhadap isi atau konten yang kurang sesuai dengan
budaya Indonesia.
a) Pornografi; pornografi merupakan masalah besar dan masih menjadi
pekerjaan rumah bagi Indonesia. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) yang memiliki kekuasaan penuh nampaknya malah
tidak sejalan dengan pemerintah yang akan merancang peratutan menteri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
tentang konten media, dengan alasan hal ini akan membatasi pengguna
dalam menentukan konten apa yang dibutuhkan
b) Cyber crime;
kejahatan di internet sudah sangat marak sekali terjadi.
Menurut Wassim Harb, cyber crime merupakan tindak kriminal yang
dilakukan melalui teknologi informasi, komputer atau alat-alat elektronik
lainnya.
c)
Kreadibilitas. Munculnya banyak blog atau open source menimbulkan
pertanyaan mengenai kreadibiltas dari informasi yang ditampilkan pada
blog tersebut. Sebab setiap orang dapat menuliskan dan menyebarkan
informasi di internet.
Selain itu Sari (2011: 186-190) mencoba menyebutkan beberapa
kelemahan dan kekurangan new media yang berbasis internet sebagai berikut
ini:
a. Kekuatan Internet
Internet, hasil dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
ini diciptakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan penggunanya dalam
informasi dan komunikasinya. Berikut kekuatan atau kelebihan yang dimiliki
oleh internet:
1. Akses informasi di internet tidak dibatasi oleh waktu. Pengguna
dapat menggunakannya kapan saja sesuai dengan kebutuhannya
selama koneksi antar komputer dengan internet lancar. Perbedaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
zona waktu dapat diatasi dengan internet. Ini telah disebut oleh
McLuhan sebagai global village.
2. Internet dapat memudahkan kita dalam melakukan pencarian data
dengan cepat dan dapat menghemat waktu. Namun hal ini tentu
tergantung pada fasilitas modem dan ISP (Internet Service Provider)
yang digunakan. Selain itu dalam hal sampling, halaman web
menjajikan proses yang lebih cepat dan lebih murah.
3. Internet memiliki kekuatan pada dimensi kenyamanannya. Kita dapat
menikmati bebagai fitur yang dirancang khusus dan user-friendly
sehingga dapat memudahkan pengguna dalam mengakses internet.
Selain itu pengguna dapat mengakses berbagai situs di dalam
maupun di luar negeri tanpa harus mendatanginya secara langsung.
Mereka dapat mengakses dimana saja sesuai dengan kenyamanan
mereka.
4. Internet memiliki kekuatan dalam kemudahan aksesnya. Internet
dapatt diakses dengan mudah di warung internet dan bahkan saat ini
internet dapat diakses melalui provider telekomunikasi baik dengan
modem maupun handphone.
5. Interaktivitas dan fleksibilitas. Pengguna dapat berdiskusi secara
langsung melalui mailing list atau chatting. Bahkan seseorang dapat
membuat web atau blog pribadinya yang dapa disharingkan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
teman-temannya sekaligus dapat secara langsung ditanggapi oleh
temannya. Hal ini layaknya dua orang yang sedang bertatap muka.
b. Kelemahan Internet
Sebagai sebuah bentuk media komunikasi internet juga tidak bisa lepas
dari kelebihannya dan dari kelemahan. Berikut kelemahan-kelemahan yang
dimiliki internet:
1. Penggunaan internet yang masi bergantung pada jaringan telepon
dan ISP ini khususnya di Indonesia masih relatif mahal sebab
penggunaan internet ditentukan besar biaya pulsa. Selain itu saluran
telepon di Indonesia juga masih dirasa sering lambat.
2. Pada krakteristik demografis pengguna internet, internet hanya dapat
menjangkau pengguna yang berdaya beli atau berpenghasilan tinggi
dan berpendidikan tinggi. Dengan demikian internet kurang
menjangkau kelompok-kelompok menengah kebawah.
3. Masalah anonimitas. Pengguna internet belum tentu menggunakan
identitas asli dalam berinteraksi dengan pengguna lain di internet.
4. Over informasi, adanya banjir informasi yang belum tentu dapat
dipetanggung jawabkan atas kebenarannya. Inilah yang perlu
dicermati bahwa tidak semua informasi yang tersedia di internet itu
merupakan informasi yang kita butuhkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Dengan memahami kelebihan dan kekurangan new media, pengguna
new media dapat dengan cerdas dan mapu menyaring setiap informasi baik
yang dibutuhkan maupun tidak.
E.4 Media Sosial
E.4.1 Pengertian Media Sosial
Meskipun banyak perdebatan tentang posisi dan fungsi media sosial,
akan tetapi sebagian besar pengamat komunikasi sepakat dan sependapat
bahwa berdasarkan perangkat yang digunakan media sosial yaitu teknologi
komunikasi terutama internet maka media sosial termasuk ke dalam kategori
new media. Media sosial turut menyebabkan perubahan pada media massa.
Hal ini dapat dilihat dari esensi isi pesan media sosial yang bersifat personal
dan privat berada pada media global. (Santosa, 2011: 44)
Media sosial menurut Utari (2011: 51) adalah sebuah media online
dimana para penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi. Berpartisipasi
dalam arti seseorang akan dengan mudah berbagi informasi, menciptakan
konten atau isi yang ingin disampaikan kepada orang lain, memberi komentar
terhadap masukan yang diterimanya dan seterusnya. Semua dapat dilakukan
dengan cepat dan tak terbatas.
Santosa (2011: 34) mengartikan media sosial sebagai situs dimana
setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian dapat terhubung
dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jika media
commit to user
Download