perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia. Tak terkecuali perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang menghasilkan berbagai macam produk-produknya guna memenuhi kebutuhan manusia dalam aspek informasi dan komunikasi. Produk teknologi informasi dan komunikasi ini pun memicu terciptanya jenis-jenis media baru dalam perkembangannya. Salah satu jenis media baru yang kehadirannya menjadi sangat fenomenal di belahan dunia saat ini adalah media sosial. Menjadi fenomenal sebab hadirnya media sosial membuat perubahan tatanan segala aspek hidup manusia. Bill Gates (1997) seperti yang dikutip oleh Lestari (2011: 300) senantiasa merubah cara kita belajar, bekerja, bergaul dan saat ini media sosial yang berbasiskan internet ini memang sudah banyak merubah cara-cara manusia dalam melakukan sesuatu hal. Seperti cara mereka mencari informasi, cara mereka bekerja, cara mereka besosialisasi, cara mereka belajar bahkan cara mereka berbelanja. commit1to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 Saat ini dengan hadirnya media sosial yang berbasiskan internet, setiap manusia dihadapkan dengan dunia virtual dan digital yang memudahkan mereka mencari informasi dengan satu alat sekalipun dan dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Hal ini tentu berbeda dengan sebelumnya saat kita harus menunggu datangnya surat kabar pada setiap hari bahkan sebulan sekali. Hadirnya internet juga dapat merubah cara kerja setiap manusia, saat ini manusia dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan internet. Hal ini sangat membantu pekerjaan yang sebelumnya dapat diselesaikan dengan kurun waktu yang lama menjadi cepat. Selain itu layanan internet juga memudahkan setiap manusia untuk berhubungan dengan sesama bahkan ditempat yang jauh sekalipun. Jika sebelumnya interaksi manusia terbatas pada ruang dan waktu, dengan layanan internet ini mampu menembus batasan tersebut. Mereka bisa menggunakan layanan chatting, video call, messenger, dan lain sebagainya untuk berinteraksi. Bahkan saat ini setiap manusia dapat belajar dan berbelanja dengan menggunakan layanan internet. Saat ini sudah banyak perguruan tinggi yang menggunakan internet untuk pelaksanaan perkuliahannya. Selain itu berbelanja juga dapat dilakukan melalui layanan internet ini. Banyak retail toko yang menjajakan dagangannya dengan menggunakan internet, transaksi jual-beli pun dilakukan disini. Bentuk media sosial memungkinkan penggunanya untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya sulit terbayangkan untuk dapat dilakukan. Media sosial memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi tanpa batasan jarak, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 tempat dan waktu. Apa yang diramalkan oleh McLuhan di tahun 1950-an Global nampak sudah menjadi kenyataan saat ini. Hal ini diperkuat oleh Littlejhon yang menyebutkan bahwa prediksi Mcluhan telah tiba dengan adanya internet. (Utari, 2011: 52) Munculnya internet web 2.0 yaitu media sosial dirasa cukup sensasional dibandingkan dengan web 1.0. Hal ini dikarenakan media sosial lebih interaktif, tidak lagi satu arah, tidak hanya bisa mencari informasi, tidak hanya bisa membaca informasi tetapi juga dapat menyebarkan informasi. Pada media sosial ini pengguna bisa mencari teman, saling berinteraksi, bertukar pendapat, berbagi komentar, mengirim file, berbagi informasi dan lain sebagainya. (Retno dan Tambunan, 2011:163) Dennis McQuail seperti yang dikutip Ratu (2011: 44) mengungkapakan bahwa keseimbangan aktivitas audien itu telah bergeser. Alih-alih sekedar menerima konten media, mereka juga tertarik untuk melakukan aktivitas pencarian, pengonsultasian dan interaksi. Melihat hal tersebut, media sosial nampaknya telah menggeser peran audiens lama yang sebelumnya pasif menuju audiens yang aktif. Dahulu seperti yang kita ketahui proses pesan informasi media tradisional kepada audiensnya dengan one to many membuat audiens secara pasif menerima informasi apapun dari media tanpa bisa ikut berpartisipasi. Saat ini dengan media sosial hal tersebut telah bergeser menjadi user-generated contents. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 Dimana pengguna dapat dengan bebas berpartisipasi dengan media sosial untuk memberikan informasi-informasinya. Pada umumnya komunikasi paling efektif jika dilakukan secara langsung yaitu dengan mulut ke mulut. Hadirnya media sosial memungkinkan setiap penggunanya dapat berkomunikasi secara efektif meski berada pada tempat dan waktu yang berbeda dengan cepat. Hal ini menyebabkan dunia semakin dapat terjangkau, komunikasi pun dapat lebih efektif dimana dunia ada dalam perkataan kita (word of mouth). Informasi apapun yang keluar dari pengguna media sosial membuat dunia dipenuhi oleh informasi-informasi yang saling mempengaruhi. (Santosa, 2011: 35) Media sosial pun berperan pada hadirnya fenomena-fenomena baru yang melanda masyarakat saat ini. Berbagai fenomena yang terjadi pun cukup melengkapi fenomena besar yang terjadi di dunia. Seperti fenomena lengsernya presiden Mesir Hosni Mubarak berkat pergerakan massa yang menggunakan media sosial sebagai alatnya. Di indonesia sendiri berbagai fenomena berkat media sosial pun ikut menyeruak, dari fenomena pergerakan massa 1000 koin untuk Prita Mulyasari, gerakan 1.000.000 fecebookers untuk mendukung Bibit dan Chandra hingga munculnya artis dadakan seperti Shinta dan Jojo berkat media sosial youtube dan masih banyak lainnya. Salah satu yang menarik berkat hadirnya media sosial ini adalah fenomena berkembanganya fashion hijab di Indonesia ahir-ahir ini. Tidak hanya di Indonesia saja fenomena ini pun sudah meluas hingga penjuru dunia. Para commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 wanita muslim di seluruh penjuru dunia pun dihadapkan dengan fenomena fashion hijab ini. Press dan Livingstone (2006) mengemukakan perspektif yang audience as co-producers rather than merely consumers of the meanings of media Hal ini kemudian muncul spesies audiens baru dengan adanya pergeseran audiens tersebut. Spesies audiens tersebut dikenal dengan istilah prosumer yang merupakan singkatan dari produser dan consumer. Prosumer diistilahkan bagi pengguna media sosial yang dapat merangkap sebagai penyebar informasi sekaligus penikmat informasi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pengguna media sosial dapat membagi informasi apapun dan dapat saling memberikan informasi di dalam akun media sosialnya. Munculnya spesies audiens prosumer pada media sosial ini membuat pengguna media sosial mudah dikenal oleh masyarakat luas hingga dunia. Berkat informasi-informasi mengenai sesuatu yang berhubungan dengan kreatifitas, hiburan, hobi, dan pendidikan yang disampaikan oleh pengguna media sosial ini, tidak sedikit dari mereka yang kemudian menjadi salah satu ikon dan sumber informasi bagi pengguna lain. Hal ini telah diungkapkan sebelumnya oleh Baum dan Groeling bahwa akan timbul suatu potensi bagi para pengelola media sosial untuk menjadi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 opinion leader-opinion leader baru atau suatu kutub baru yang akan mendapatkan pengikut masing-masing (Ratu, 2011: 58) Dalam praktiknya saat ini cukup banyak prosumer yang merangkak menjadi opinion leader-opinion leader baru yang disebutkan oleh Baum dan Groeling tersebut bermunculan di media sosial. Kehadirannya ditunggu oleh pengguna media sosial lain yang tak lain adalah pengikutnya. Salah satu opinion leader-opinion leader tersebut adalah ikon fashion hijab yang saat ini sedang fenomenal dikalangan wanita muslim di dunia. Hijab yang berasal dari hajaban mengandung arti luas untuk menutupi atau benda yang menutupi sesuatu. Secara terperinci hijab dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat menutupi aurat wanita muslim, dengan kata lain hijab merupakan tata cara berpakaian yang pantas bagi wanita sesuai dengan tatanan agama islam. (Triyana, 2014: 34-35) Hadirnya para ikon fashion hijab melalui media sosial saat ini telah banyak merubah tatanan hijab yang dahulu dipandang kuno menjadi sebuah fashion hijab yang modern dan stylist. Mengapa demikian? Sebab para ikon fashion hijab sebagai opinion leader-opinion leader baru ini menyebarkan informasi seputar kreatifitasnya dalam menata gaya berbusana hijab melalui media sosial. Tidak main-main para ikon fashion hijab saat ini telah memiliki ratusan ribu pengikut yang tak lain adalah wanita muslim di seluruh penjuru dunia. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 Para ikon fashion hijab ini pada umumnya berprofesi sebagai designer hijab dan sekaligus fashion stylist hijab. Mereka mempublikasikan karyakarya mereka melalui media sosial. Berkat media baru ini mereka yang semula tidak dikenal, mendadak menjadi terkenal hingga mendunia. Hal ini dapat terjadi berkat karya-karya mereka yang tertampung pada media sosial. Ghaida Tsuraya merupakan satu dari banyaknya para designer hijab yang muncul dan dibesarkan oleh dunia media sosial. Hanya bermodalkan blog dan facebook waktu itu, Ghaida dapat menggenggam dunia dengan karya-karya hijabnya. Selain di Indonesia Ghaida juga dikenal mendunia lewat karya fashion hijabnya melalui media sosial. Banyaknya pesaing Ghaida yang bermunculan di media sosial membuat trend hijab menjadi ramai dikalangan wanita muslim. (AMR, 2013) Berkembangnya hijab menjadi sebuah fashion hijab pada blog-blog dan media sosial-media sosial pribadi para hijabers ini membuat fashion blogger ternama yaitu Diana Rikasari menyisihkan tempat blognya untuk menempatkan tautan media sosial para fashion hijabers. Terdapat sepuluh tautan yang merujuk pada media sosial fashion hijab yang dimiliki oleh hijabers. Meski pada media konvensional seperti televisi dan surat kabar belum tersentuh pada sosialisasi hijab secara intens, namun dengan hadirnya media baru berupa media sosial, siapa pun dapat mengakses informasi mengenai fashion hijab. (Amanatia, 2013) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 Melalui media sosial para ikon fashion hijab terlahir dan dapat mengembangkan kreatifitasnya dalam tatanan busana hijab yang modern. Hal ini membuat kesan hijab yang dahulu kuno dan tidak menarik nampak menjadi sebuah fashion hijab yang modern dan menarik. Adanya fenomena perubahan fashion hijab ini, tidak sedikit wanita muslim terutama di Indonesia yang kemudian tertarik untuk mengenakan hijab dengan tatanan busana sesuai dengan ikon kegemarannya. Lantas melihat hal ini, fashion hijab saat ini telah menjadi sebuah fenomena besar di kalangan wanita muslim di dunia. Bahkan adanya fenomena fashion hijab yang marak di kalangan pengguna media sosial ini kemudian banyak komunitas-komunitas yang terbentuk. Komunitas ini memiliki ketertarikan yang sama akan fashion hijab. Komunitas yang pertama kali terbentuk adalah Hijabers Community. Keberadaan komunitas ini turut memberikan pengaruh yang besar terhadap fenomena fashion hijab di kalangan wanita muslim di Indonesia. Media sosial yang memiliki model komunikasi dua arah ini pun dapat menciptankan suatu komunitas dengan cepat karena adanya ketertarikan yang sama terhadap suatu hal (Santosa, 2011: 34). Adanya fenomena fashion hijab yang berkembang melalui media sosial ini menggiring penggunanya untuk membuat sebuah komunitas yang memiliki ketertarikan yang sama mengenai fashion hijab. Atie Rachmiatie (2007) membagi dua konteks utama dalam mendefinisikan komunitas. Pertama lokalitas yang terbentuk pada batasan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 geografis tertentu sebagai contoh komunitas masyarakat Yogyakarta, maka komunitas tersebut terdiri dari orang-orang yang tinggal di Yogyakarta. Kedua identitas yang sama, minat, kepentingan dan kepedulian yang sama. Misalnya saja komunitas islam pesantren, komunitas perguruan negeri. (dalam Muktaf, 2011: 212) Awal mula berdirinya Hijabers Community terbentuk dari para fashion blogger dan designer fashion hijab yang melakukan kopi darat. Komunitas ini terbentuk dari para anggotanya yang memiliki ketertarikan yang sama akan fashion hijab dan syiar agama. Tujuan dibentuknya komunitas ini adalah untuk menjadi tempat berbagi dan saling memberikan inspirasi, termasuk dalam berbusana muslim. Fashion busana muslim menjadi pengikat komunitas ini. Saat ini HC telah memiliki ribuan anggota melalui media sosial facebook dan twitter. Setiap kegiatannya pun mereka sebarkan melalui media sosial seperti blog, facebook dan twitter. HC menjadi magnet tersendiri bagi banyak perempuan muda yang ingin bergabung dan mendirikan komunitas di bawah bendera yang sama di daerahnya. Saat ini HC daerah yang resmi dan sesuai misi telah memiliki cabang komunitas yang berada di Bandung dan Yogyakarta. (Fazriyati, 2011) Terbentuknya Hijaber Community ini ternyata telah menginspirasi wanita muslim di indonesia yang memiliki ketertarikan yang sama akan fashion hijab dan syiar agama untuk membentuk suatu komunitas. Adalah komunitas Solo Hijabers yang awal mula terbentuknya komunitas ini adalah terinspirasi oleh Hijabers Community. Komunitas ini memiliki anggota lebih commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 dari ratusan yang tersebar di wilayah Solo raya. Sebagian besar para anggota komunitas Solo Hijabers ini merupakan pengikut ikon fashion hijab yang terlebih dahulu membentuk komunitas HC tersebut. Sama halnya dengan HC sebagai pelopor terbentuknya komunitas ini, para anggota komunitas Solo Hijabers juga memiliki ketertarikan yang sama akan fashion hijab dan syiar agama. Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan rutin Solo Hijabers dengan kegiatan HC sebagai pendahulu tidak jauh berbeda. Solo Hijabers memiliki kegiatan pengajian rutin yang diselenggarakan setiap bulannya. Selain itu ada kegiatan bakti sosial, amal, bazar dan yang manarik pada komunitas ini juga memiliki kegiatan beauty and hijab class dan fashion show yang merupakan kegiatan untuk menambah inspirasi mereka dalam fashion hijab. Sama halnya dengan HC yang membagikan kegiatan-kegiatannya pada media sosial, komunitas ini juga menggunakan media sosial yaitu facebook untuk membagikan kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan keranah luas. Media sosial seakan telah mengambil alih peranan media konvensional sebagai media penyalur inspirasi dan informasi. Tidak sedikit para pengikut ikon fashion hijab ini lebih memilih mencari informasi dan inspirasi mengenai fashion hijab melalui media sosial. Menurut Hastasari (2011: 232) dengan hadirnya teknologi komunikasi saat ini telah mempengaruhi kelangsungan hidup surat kabar (media konvensional). Informasi menjadi lebih cepat, media berita online dapat melaporkan secara langsung kepada publik. Setiap orang dapat dengan mudah mendapatkan informasi dengan hanya menggunakan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 mesin pencari untuk menjelajah melalui internet. Ini sangat menghemat waktu dan lebih nyaman daripada metode tradisional. Selain itu kehadiran prosumer dan opinion leader-opinion leader baru pada media sosial ini turut berpengaruh bagi penggunanya. Setiap pengguna dapat dengan bebas memberikan informasi apapun. Informasi yang didapat pun menjadi sangat banyak serta bebas dan tanpa adanya penyaringan terlebih dahulu. Namun apabila kita mau menelisik lebih dalam lagi lahirnya teknologi informasi dan komunikasi baru yaitu media sosial ini tidak bisa lepas dari konsekueni bagi kehidupan sosial dan kebudayaan penggunanya. Menurut Abrar (2003) teknologi komunikasi dan informasi dapat mempengaruhi kekuatan sosial lainnya. Teknologi komunikasi dan informasi memiliki keterkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya. Pemakaian teknologi komunikasi dan informasi bisa menguntungkan seperti meningkatkan produktivitas dan memperpendek waktu dan jarak. Namun demikian pemakaian teknologi komunikasi dan informasi ini juga menimbulkan masalah seperti adanya jurang pemisah antara kaya dan miskin, informasi semakin besar, privasi menjadi terganggu dan orang jadi terpencil dari lingkungan sosial (dalam Ardianto, 2011: xvii). Secara teoritis Larry A Samovar dan Richard E Porter seperti yang dikutip Darmastuti (2011: 225) menyebutkan unsur budaya yang berubah akibat penggunaan media sosial. Pertama media sosial membawa perubahan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 dalam hal kepercayaan (beliefs), nilai (values) dan sikap (attitudes). Kedua media sosial mengubah pandangan dunia (worldview). Ketiga media sosial mengubah pandangan masyarakat mengenai organisasi sosial (social organization). Keempat media sosial dapat mengubah tabiat manusia (human nature). Kelima media sosial dapat mengubah orientasi kegiatan penggunanya (activity orientation) dan yang keenam media sosial dapat mengubah persepsi tentang diri dan orang lain. Positifnya media sosial mampu merubah masyarakat tradisional menjadi masyarakat yang modern, bahkan mampu merubah gaya hidup tradisional menjadi modern. Sebagai contoh proses pembelajaran dengan menggunakan media on-line. Dengan tujuan mengadopsi pengetahuan yang berasal dari daerah lain maupun Negara lain dalam rangka meningkatkan kehidupan mereka (transfer of knowledge). Negatifnya, media sosial mampu memberikan shock culture bagi penggunanya yang belum siap menerima pengaruh budaya luar. Hal ini dapat terjadi karena masyarakat kita yang menganggap bahwa setiap informasi yang diberikan media sosial itu adalah informasi yang benar sekalipun informasi tersebut tidak sesuai dengan budaya masyarakat indonesia. (Darmastuti, 2011: 216-217) Dari pemaparan pendapat diatas mengenai adanya konsekuensi penggunaan media sosial sebagai perkembangan teknologi informasi dan komunikasi bagi penggunanya ini menyiratkan bahwa, adanya fenomena perkembangan fashion hijab melalui media sosial ini tidak terlepas dari konsekuensi kehidupan bagi penggunanya. Secara garis besar kelebihan media commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 sosial yang dapat menyebarkan perkembangan fashion hijab dengan cepat ini dapat memberikan konsekuensi dampak yang positif dan negatif terhadap penggunanya. Hal ini telah menarik peneliti untuk melihat bagaimanakah penggunaan media sosial untuk perkembangan fashion hijab. Fokus penelitian ini adalah pada salah satu komunitas hijab di Indonesia yaitu komunitas Solo Hijabers. Untuk memperkuat gambaran mengenai bagaimana penggunaan media sosial untuk perkembangan fashion hijab. penelitian ini akan menjelaskan bagaimana pola penggunaan media sosial untuk fashion hijab pada komunitas Solo Hijabers, apa saja motif-motif yang mendasari para anggota komunitas Solo Hijabers ini dalam menggunakan media sosial untuk fashion hijab, dan apa saja pengaruh penggunaan media sosial untuk fashion hijab pada komunitas Solo Hijabers. Sehingga penulis me SOSIAL DAN PERKEMBANGAN FASHION HIJAB (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Motif, Pola dan Pengaruh Penggunaan Media Sosial dalam Perkembangan Fashion Hijab pada Komunitas Solo Hijabers) B. PERUMUSAN MASALAH Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang ingin diangkat oleh peneliti adalah: 1. Motif-motif apa saja yang mendasari para anggota komunitas Solo Hijabers dalam menggunakan media sosial untuk fashion hijab? commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 2. Bagaimana pola penggunaan media sosial untuk fashion hijab pada komunitas Solo Hijabers? 3. Pengaruh apa saja yang ditimbulkan dari penggunaan media sosial untuk fashion hijab pada komunitas Solo Hijabers? C. TUJUAN PENELITAN Berdasarkan perumusan masalah tersebut, dapat dikemukakan tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui motif-motif yang mendasari para anggota komunitas Solo Hijabers dalam menggunakan media sosial untuk fashion hijab. 2. Mengetahui pola penggunaan media sosial untuk fashion hijab pada komunitas Solo Hijabers. 3. Mengetahui pengaruh apa saja yang ditimbulkan dari penggunaan media sosial untuk fashion hijab pada komunitas Solo Hijabers D. MANFAAT PENELITIAN 1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah dan melengkapi kajian mengenai komunikasi terkait dengan pemahaman penggunaan media baru khususnya media sosial di kalangan wanita muslim terutama para anggota komunitas Solo Hijabers. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 2. Penelitian ini membantu memberikan pandangan teoritik kepada para anggota komunitas Solo Hijabers dalam menggunakan media sosial serta dapat menjadi referensi bagi masyarakat akan pentingnya media sosial dalam memenuhi kebutuhan akan informasi dan komunikasi. 3. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat digunakan sebagai saran bagi penulis untuk memperluas wawasan mengenai ilmu komunikasi dan juga melatih penulis untuk berfikir secara ilmiah dan sistematis sekaligus mengaplikasikan materi dan teori keilmuan yang diperoleh di perkuliahan. E. TINJAUAN PUSTAKA Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada perumusan masalah diatas, maka dibutuhkan referensi tinjauan pustaka yang membahas mengenai teori yang relevan yaitu teori Uses and Gratification, mengenai komunikasi yang didalamnya terdapat komunikasi bermedia. Kemudian pembahasan tentang new media yang di dalamnya terdapat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, pengertian new media, karakteristik new media, kelebihan dan kekurangan new media. Kemudian tinjauan mengenai media sosial yang didalamnya terdapat pengertian media sosial, karakteristik media sosial dan fungsi media sosial. Kemudian lanjut pada pembahasan mengenai penggunaan media sosial, pengaruh penggunaan media sosial, fashion hijab dan perkembangannya, perkembangan fashion hijab pada media sosial dan yang terahir pembahasan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 mengenai penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Adapun penyusunannya adalah sebagai berikut: E.1 Teori Uses and Gratifications Teori yang relevan pada penelitian ini adalah teori Uses and Gratification. Sebab teori ini lebih menekankan pada pendekatan manusiawi dalam melihat media, yang mana manusia itu memiliki otonomi, wewenang, untuk memperlakukan media. Teori Uses and Gratification pertama kali dikenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peranan aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Pengguna media merupakan pihak aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik dalam usaha memenuhi kenutuhannya. Teori uses and gratification mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya (Nurudin, 2003: 181). Teori ini nampaknya bersebrangan dengan teori peluru. Dalam teori peluru media dikatakan sangat aktif dan all powerfull, sementara khalayak berada di pihak yang pasif. Sementara itu, di dalam teori Uses and Gratification ditekankan bahwa khalayak berperan aktif untuk menentukan media mana yang harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya. Teori Uses and Gratification digambarkan sebagai a dramatic breack with effects tradition of the past, suatu loncatan dramatis dari teori jarum commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 hipodermik. Teori ini tidak tertarik oleh apa yang dilakukan media terhadap khalayak, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dan dari sinilah timbul istilah uses dan gratification (Rakhmat, 2002: 65). Ardianto (2003: 71) menyatakan bahwa asumsi dasar dari teori Uses and Gratification antara lain adalah konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana mereka menggunakan media atau lewat media mana dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya. Selain itu Efendi (1989: 58) menyatakan bahwa pada teori Uses and Gratification, mungkin media dapat memberi pengaruh yang jahat dalam sebuah kehidupan. Sebab terpaan media dapat mengubah peilaku seseorang. Terpaan dapat dikatakan sebagai sebuah keadaan terkena pada komunikasi atau khalayak oleh pesan-pesan yang disebarkan oleh media. Katz, Blumer dan Gurevitch menjelaskn mengenai asumsi dasar dari teori Uses and Gratifications, yaitu : 1. Khalayak dianggap aktif, maksutnya adalah khalayak sebagai bagian penting dari penggunaan media massa yang diasumsikan mempunyai tujuan. 2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengangkat pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan. 4. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak; artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasisituasi tertentu. 5. Penelitian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak (Rakhmat, 2007 : 205) Model Uses and Gratification merupakan perpanjangan dari teori kebutuhan dan motivasi. Model ini melihat apa yang dilakukan khalayak terhadap media, bukan apa yang dilakukan media terhadap khalayak. Khalayak dianggap aktif dalam menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Ketika sampai pada operasional, model ini telah menimbulkan berbagai macam penjabaran. Dibawah teori Uses and Gratifications sebagai grand theory, bermacam macam teori berlindung dan berdebat satu sama lain (Blumbler dalam Rakhmat, 2007: 203) Agar sesuai dengan bentuk model - model yang lain, model Uses and Gratification memiliki empat komponen. Dengan menggunakan model ini, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 para peneliti berusaha menemukan variabel-variabel yang diukur. Sebab sering sekali para peneliti hanya meneliti sebagian dari komponen-komponen yang ada pada model Uses and Gratification berikut: Tabel 1 Model Uses and Gratifications Antisedan Motif -Variabel Penggunaan media Efek - Personal - Hubungan - Kepuasan - Diversi - Macam isi - Pengetahuan -Personal Identity -Hubungan dengan isi - Sikap Individual -Variabel Lingkungan Sumber : (Rakhmat, 1989: 88) Dari tabel diatas dapat penulis jelaskan sebagai berikut ini: 1. Anteseden (Rohim, 2009: 172) Variable anteseden terbagi atas dua dimensi yaitu: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 1) Individual, dimensi ini menyajikan informasi mengenai data demografis seperti: usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor psikologis komunikan 2) Lingkungan, dimensi ini dapat terdiri atas data mengenai organisasi, sistem sosial dan struktur sosial. (Rakhmat, 2007 : 198) 2. Motif Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Motif manusia dapat bekerja secara sadar dan juga secara tidak sadar bagi diri manusia (Gerungan, 1981: 142). Blumler 1980 (dalam Rakhmat, 2007: 66) menyebutkan tiga orientasi yaitu Orientasi Kognitif (kebutuhan akan informasi, surveillance atau eksplorasi realitas), diversi (kebutuhan akan pelepasan dari tekanan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting 3. Penggunaan Media Rosengren (dalam Rakhmat, 2007: 66) menyatakan bahwa penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. 4. Efek Efek media dapat dioprasionalisasikan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan, misalnya : sampai sejauh mana surat kabar membantu responden memperjelas suatu masalah ; sebagai dependensi media, misalnya kepada media mana atau isi yang bagaimana responden amat bergantung untuk tujuan informasi dan sebagai pengetahuan, misalnya apa yang diketahui responden perihal persoalan tertentu (Rakhmat 1989 : 89). Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan merupakan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi atau kelompok. (Rakhmat, 1992: 39) Azwar (1995: 24-27) menyatakan bahwa sikap memiliki 3 aspek yaitu: 1. Aspek Kognitif, berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat dan ketahui. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 Dari hal tersebut kemudian terbentuk suatu idea tau gagasan mengenai sifat dan karakteristik suatu ojek dan melahirkan suatu pengetahuan dan pemahaman tentang suatu objek. 2. Aspek Afektif, menyangkut perasaan emosional seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum aspek ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Aspek ini menghasilkan suatu penilaian dan kepercayaan kita terhadap suatu objek. 3. Aspek Konatif, menunjukan bagaimana kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Sehingga kita akan cenderung bertindak akan objek yang kita hadapi, apakah kita bersedia menerima objek tersebut atau menolaknya. Model teori Uses and Gratification inilah yang dirasa cukup relevan dalam penelitian ini mengenai bagaimanakah motif, pola dan pengaruh penggunaan media sosial dalam perkembangan fashion hijab pada komunitas Solo Hijabers. Model ini kemudian digunakan sebagai landasan dalam kerangka pemikiran peneliti. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 E.2 Komunikasi Secara etimologis, kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal communico dari kata communication Latin communis communicare to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa satu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2005: 41) Widjaja merangkum pengertian komunikasi dari para ahli dalam satu paragraf sebagai berikut: Komunikasi adalah pernyataan manusia, sedangkan pernyataan tersebut dapat dilakukan dengan kata-kata tertulis ataupun lisan, disamping itu, dapat dilakukan juga dengan isyarat-isyarat atau simbol-simbol (Widjaja, 1998: 16) Untuk memahami pengertian komunikasi, para pakar komunikasi sering menggunakan paradigma Harold Lasswell seperti yang dikutip Mulyana (2007: 69-71), yang mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan Who, Says What, In which channel, To whom, With what effect? Yang berarti, siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dan efek apa? Hal tersebut kemudian oleh Lasswell membagi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut yaitu: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 Komunikator (communicator, source, sender); pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu Negara. Pesan (message); apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud dari sumber. Media (channel); alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Komunikan (communicant, receiver, recipient); orang yang meneima pesan dari sumber. Efek (effect, impact, influence); tanggapan mengenai penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya. Efek yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut. Misalnya terhibur, menambah pengetahuan, perubahan sikap, atau bahkan perubahan perilaku. Jadi berdasarkan paradigma tersebut komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi tidak hanya menyampaikan dan menerima pesan saja. Akan tetapi lebih dari itu dapat juga merubah sikap, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 merubah pandangan, merubah perilaku komunikan terkait pesan yang dikomunikasikan. E.2.1 Komunikasi Bermedia Komunikasi bermedia adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang keberadaannya jauh atau berjumlah banyak. (Onong, 1984: 11) Komunikasi dengan menggunakan saluran atau sarana ini juga disebut sebagai komunikasi tidak langsung (indirect communication). Sebab feedback atau timbal balik tidak dilakukan seketika saat komunikasi berlangsung. Hal inilah kemudian oleh komunikator digunakan untuk memilih media dan komunikan secara matang agar komunikasi dapat berjalan secara efektif. Onong (1984: 12-13) membagi komunikasi bermedia menjadi dua, yaitu: a. Komunikasi bermedia massa. Komunikasi yang menggunakan media massa dengan jumlah komunikan yang banyak dan bertempat tinggal jauh dari pusat komunikator. Komunikasi bermedia massa ini menimbulkan keserempakan (simultaneity); suatu pesan dapat diterima oleh komunikan dengan jumlah yang relatif sangat banyak pada saat yang bersamaan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 b. Komunikasi bermedia nirmassa. Komunikasi dengan menggunakan media nirmassa yang dilakukan oleh orang tertentu atau kelompok-kelompok tertentu. Berbeda dengan komunikasi bermedia massa, komunikasi bermedia nirmassa ini tidak memiliki daya keserempakan dan komunikan tidak bersifat massal. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang canggih pada era ini, mempengaruhi pula pada perkembangan komunikasi bermedia yang sangat canggih saat ini, salah satu diantaranya adalah produk new media yaitu media sosial yang berbasis internet. E.3 New Media E.3.1. New Media dalam Perkembangan TIK New media terlahir dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi guna memenuhi kebutuhan manusia. Beberapa tokoh telah menjelaskan secara terperinci perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dari awal hingga terlahirnya new media saat ini. Berikut sekilas tentang perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menurut beberapa pendapat. Rogers (1986) secara sistematis membagi empat era perkembangan teknologi komunikasi dan informasi hingga saat ini sebagai berikut: 1. Era komunikasi tulisan (writing), ditandai dengan adanya tulisan pada lembaran yang terbuat dari tanah liat oleh bangsa sumeria. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 2. Era komunikasi cetakan (printing), adanya cetakan kitab Injil Gutenberg dan metoda fotografi praktis untuk surat kabar oleh Daguerre. 3. Era telekomunikasi (mulai tahun 1844), diawali adanya telegram untuk pertama kali oleh Samuel Morse dan ditemukannya siaran televisi komersial yang pertama (mulai tahun 1941) 4. Era komunikasi interaktif (mulai tahun 1946), lahirnya produk komputer pertama di Universitas Pensylvania hingga internet. (Rahardjo, 2011:10-13) Selain itu McQuail dalam Junaedi (2007) membagi enam tahapan proses sejarah media sebagai berikut: 1. Tahap pertama pada tahun 15 M adanya buku dan perpustakaan dimana buku ini untuk pertama kali menjadi alat publikasi. 2. Tahap kedua adalah terciptanya media cetak yaitu koran yang dapat menyajikan informasi terkini secara instan. 3. Tahapan ketiga hadirnya film dengan memakai pita seluloid. Pada awalnya film hanya dianggap sebagai hiburan semata namun berjalannya waktu film menjadi penting posisinya sebagai media massa. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 4. Tahap keempat adalah penemuan teknologi penyiaran berupa televisi dan radio. Lebih dari filim sistem penyiaran ini melibatkan teknologi yang beragam dan kompleks. 5. Tahap kelima adalah perkembangan teknologi musik. Dari fonogram beralih menjadi pita kaset dan saat ini dengan teknologi cakram digital. 6. Tahap keenam adalah penemuan internet yang memungkinkan interkonektifitas diantara pemakainnya. Internet menjadi teknologi yang privat (Muktaf, 2011:201-202) Jika dilihat dari sisi media, perkembangan media komunikasi yang terlahir dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini meliputi tiga tahapan yaitu media rakyat sebagai pendahulum (kentongan, wayang, kendang, seni budaya tradisional dan lainnya). Media komunikasi berikutnya adalah media tradisional (suratkabar, majalah, radio dan televisi) dan saat ini hadir sebuah media kontemporer yang sedang berkembang pesat meliputi mass media online, non-mass media online (chatting dan email), teleconference dan video conference, dan social media online (facebook, twitter, blog dan web). (Ardianto, 2011: xii) Media kontemporer yang berbasiskan internet ini memunculkan istilah baru dalam media komunikasi yang sering disebut dengan new media atau media baru. Secara teori mediamorposis yang dikenalkan oleh Roger Fidler (2003), hadirnya new media terbentuk dari tranformasi media komunikasi, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 yang ditimbulkan oleh hubungan timbal balik yang rumit antar kebutuhan yang dirasakan, politik, serta berbagai inovasi sosial dan teknologi. (Rusdiana, 2011:157) Terbentuknya media baru dari inovasi-inovasi media lama yang kurang relevan ini tentu bertujuan untuk melengkapi kebutuhan-kebutuhan manusia akan informasi dan komunikasi. Hadirnya media baru yang berbasiskan internet ini memberikan kemudahan-kemudahan bagi penggunanya. Teknologi informasi dan komunikasi akan selalu hadir guna memenuhi kebutuhan manusianya. Saat ini dengan hadirnya new media membuat kita sebagai pengguna media menunggu-nunggu akan produk madia baru yang lebih canggih lagi yang terlahir dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. E.3.2 Pengertian New Media Terdapat perspektif mengenai hadirnya teknologi informasi dan komunikasi baru saat ini yang diistilah dengan new media dari beberapa pendapat. Beberapa pendapat menyebutkan bahwa new media merupakan perkembangan dari media lama yang bertransformasi menjadi sebuah media baru. (2003) teori tersebut menyebutkan adanya transformasi dari media komunikasi yang difokuskan pada perkembangan teknologi. Menurutnya media baru dapat commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 dilihat sebagai sebuah media yang baru muncul dalam media komunikasi berkat inovasi media lama yang kurang relevan. (Syaibani, 2011: 5) Selain itu Lister (2003) mengemukakan pendapatnya mengenai new media. menurutnya new media adalah media lama yang bergerak menjadi berbeda khususnya pengkombinasian media lama yang berubah menjadi bentuk baru. (dalam Muktaf, 2011: 212) Pandangan perspektif yang sama mengenai new media yang terlahir dari perkembangan media sebelumnya ini juga terucap oleh Dennis McQuail. Menurutnya new media merupakan sebuah implikasi semakin berkembangnya mass communication yaitu semakin fungsionalnya internet sebagai basis berkembangnya media sosial. (Santosa 2011: 43) Beberapa pendapat lain mendefinisikan new media yang menekankan pada produk-produk hasil perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Seperti Manovich (2001) yang berpendapat bahwa new media adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan komputer. Sebagai contoh apabila kita memiliki teks dan kita distribusikan ke komputer yang menggunakan internet, situs web atau buku elektronik hal tersebut bisa dikatakan sebagai new media. tetapi jika dalam kegiatan distribusi tidak menggunakan komputer melainkan menggunakan sebuah kertas maka hal itu tidak dapat dikatakan sebagai new media. (dalam Herwandito, 2011: 424) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 Selain itu Janet Murray (dalam Wardrip-fruin 2003) turut memberikan sedikit gambaran tentang istilah new media yaitu sebuah representasi medium baru dalam bentuk medium digital. (Syaibani, 2011: 2) Pengertian lain dari Terry Flew New media = D contents that combine and integrate data, text, sound, and image of all kind; are stored in digital format: (Flew, 2002: 10) Disini Flew mendefinisikan new media lebih kepada form atau format isi media yang dikombinasikan baik data, teks, suara, gambar dan sebagainya dalam format digital. Kemudian disebarkan melalui jaringan internet. Sedangkan Pierre Levy (Soukup dalam Littlejhon 2009) dalam bukunya Cybercultur lebih melihat new media berbeda dengan media pendahulunya ia memandang produk new media yaitu World Wide Web sebagai sebuah lingkungan informasi yang terbuka fleksibel dan dinamis. Hal ini memungkinkan manusia untuk mengembangkan orientasi pengetahuan yang baru serta melibatkan ke dalam dunia demokratis dan pemberian kuasa yang lebih interaktif. Dunia maya memberikan tempat pertemuan semu yang dapat memperluas dunia sosial, menciptakan pengetahuan baru, dan menyediakan tempat berbagi secara luas (dalam Hastasari, 2011: 235) Potter (1995) dalam Littlejhon (2008) mendefinisikan new media sebagai the second media, yaitu a new period in wich interactive technologies commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 and network communications, particularly the internet, would transform society. (Utari, 2011: 53). Pandangan dari beberapa pendapat diatas tentang konsep new media sebagai sebuah hasil dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini menuntut pengguna (user) untuk dapat mengembangkan pengethauan mereka guna mengikuti perkembangan yang ada. Hal ini dilakukan agar mereka tetap bisa mengakses berbagai jenis informasi sesuai dengan perkembangannya. Seseorang harus bisa memahami media baru sebagai dampak dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Kemudian, dengan seperti itu akan mempengaruhi dan bahkan merubah cara seseorang dalam berkomunikasi. E.3.3 Karakteristik New Media Lahirnya new media sebagai dampak dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini tentu memiliki karakter-karakter baru. Beberapa pendapat mencoba menjelaskan karakteristik dari new media sebagai berikut ini. Martin Lister (2003) dalam Syaibani (2011: 7) menyebutkan beberapa karakteristik new media sebagai berikut; a) merupakan bentuk pengalaman baru dalam teks, hiburan, kesenangan dan pola dari konsumsi media; b) merupakan cara baru dalam mempresentasikan dunia, seperti interaktif media; c) merupakan bentuk hubungan baru antara pengguna dengan konsumen dengan teknologi media; d) merupakan bentuk pengalaman baru dari identitas commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 diri maupun komunitas dalam hal berinteraksi baik dalam waktu, ruang dan tempat; e) merupakan bentuk konsepsi baru dari hubungan manusia secara biologis dengan teknologi media; f) merupakan pola baru dalam organisasi dan produksi, sebuah integrasi dalam media seperti budaya, industri, ekonomi, akses informasi, kepemilikan, kontrol dan undang-undang. Dapat disimpulkan bahwa menurut Lister new media sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Hal tersebut dapat terlihat dari cakupan new media dari berbagai aspek seperti hiburan, kesenangan, pola konsumsi media. kemudian dapat dilihat juga dari new media yang merupakan cara baru dalam mempresentasikan dunia sebagai masyarakat virtual. New media juga merupakan bentuk hubungan baru antara pengguna dan teknologi media. Merupakan pengalaman baru bagi seseorang, identitas dan komunitas. Merupakan konsepsi hubungan biologis tubuh dengan teknologi media; kondisi sebenarnya dengan kondisi virtual. Dan yang terahir, mencakup budaya media, industri, ekonomi, akses, kepemilikan, kontrol dan regulasi. Pendapat lain mengenai karakteristik new media juga disampaikan oleh Lev Manovich yang menyebutnya sebagai prinsip-prinsip new media sebagai berikut: a. Numerical Representation; objek dari new media dapat dideskripsikan secara sistematis. b. Modularity; berbagai format yang ada dalam internet seperti dokumen HTML commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 c. Automation; berbagai program automatisasi yang terintegrasi ke dalam internet. d. Variability; dapat berubah seperti halnya format data. e. Transcoding; komputerisasi media. (Syaibani, 2011: 8) Disini Manovich memandang karakteristik new media yang lebih mengarah pada teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang. Pada dasarnya, sebelum munculnya internet, komputer hanya mempunyai fungsi sebagai alat hitung saja. Setelah mengalami perkembangan teknologi informasi dan komunikasi muncul lah fungsi-fungsi lain dalam komputer tetapi masih bersifat sistematis. Rogers (1986) (dalam Rahardjo, 2011: 8-9) menguraikan tiga karakteristik utama new media sebagai berikut ini: 1) Interactivity; yaitu kemampuan sebuah komunikasi baru yang menggunakan komputer untuk berbicara balik (talk back) kepada penggunanya seperti seorang individu yang berpartisipasi dalam sebuah percakapan. Interaktifitas dalam media baru ini layaknya sebuah interaktifitas pada komunikasi antar pribadi secara tatap muka langsung. Hal ini memungkinkan pengguna dapat berinteraksi secara lebih akurat, efektif dan memuaskan. 2) De-massification; tidak bersifat massal, maksutnya adalah suatu pesan khusus dapat dipertukarkan secara individual diantara commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 35 partisipan yang terlibat dalam jumlah yang besar. Kontrol atau pengendalian sistem komunikasi massa biasanya berpindah dari produsen pesan kepada konsumen pesan 3) Asynchronous; teknologi komunikasi baru memiliki kemampuan untuk mengirimkan pesan pada waktu-waktu yang dikehendaki penggunanya. Dalam kajian ilmu komunikasi, karakteristik new media telah menggeser karakteristik komunikasi dalam level media secara umum yaitu: 1) Produksi pesan tersentralisir (one to many). 2) Komunikasi berlangsung satu arah. 3) Adanya kontrol negara disetiap produksi media. 4) Memproduksi stratifikasi sosial dan ketidak adilan dalam masyarakat. 5) Membentuk khalayak yang terfregmentasi dan 6) Terbentuknya kesadaran sosial. Semua karakteristik ini telah berubah dengan hadirnya new media. Karakteristik new media tersebut adalah seperti yang disebutkan oleh Manuel Castell yang dikutip oleh Utari (2011: 55) berikut ini: 1) Pesan bersifat desentralisir, sebab produsen dapat sekaligus sebagai konsumen begitu pula sebaliknya, konsumen juga dapat sebagai produsen (many to many). 2) Komunikasi berlangsung dua arah antara produsen dan konsumen. 3) Pengelolaan pesan berada diluar kontrol negara. 4) Terbentuknya demokrasi. 5) Memprosikan kesadaran individu. 6) Berorientasi pada individu. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 36 Adanya pergeseran karakteristik media mainstreaming dengan new media ini turut pula membawa konsekuensi pada teori-teori komunikasi. Dalam era new media batasan antara produsen pesan dengan konsumen menjadi tidak jelas (kabur). Hal ini juga menyebabkan teori-teori komunikasi secara umum akan mengalami kekaburan. E.3.4. Kelebihan dan Kekurangan New Media. Sebagai sebuah medium, new media mempunyai kelebihan dan kekurangan layaknya medium lain. Kelebihan dari new media antara lain: a) Interaktivitas; new media memberikan kemudahan penggunanya untuk berinteraksi atau berkomunikasi di dalam dunia virtual. Jan Van Dijk dalam Syaibani (2011: 18) mengemukakan bahwa new media merupakan revolusi dari munculnya media interaktif. Sistem interaktifitas ini merupakan perkembangan dari sistem komunikasi, komunikasi interpersonal, komunikasi individu dengan kelompok, dan komunikasi massa dengan massa. Terdapat beberapa layanan fitur yang dapat digunakan sepeti email, video mail, chatting, video chat, dan yang sedang marak saat ini digunakan dan menjadi sebuah fenomenal adalah social network atau media sosial. b) Ilmu Pengetahuan; medium ini banyak memberikan pengetahuan kepada penggunanya. Fitur layanan seperti Yahoo, Google, Wikipedia dapat menyediakan berbagai macam ilmu pengetahuan yang ada di dunia. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 37 Layanan fitur ini dapat memberikan referensi-referensi bacaan sesuai dengan kebutuhan. c) Ekonomi (e-commerce); dari segi ekonomi, new media dapat memberikan kemudahan dalam segi pemasaran. Tidak hanya itu saja new media juga dapat digunakan sebagai toko virtual (online shop) yang merupakan cara baru dalam berdagang, yaitu dengan membuka toko secara online yang dapat mencakup seluruh belahan dunia. Dan yang paling penting, dengan menggunakan new media kita dapat berinteraksi langsung dengan produsen atau sebaliknya layaknya bertransaksi seperti dunia nyata. Selain itu harga juga dapat murah sebab adanya pemotongan harga produksi seperti biaya distribusi, listrik, pegawai, tempat dan lain sebagainya. d) Politik; internet menyediakan ruang untuk berpolitik seperti kampanye, melakukan kontrol politik dan menyampaikan pendapat atau aspirasi. Selain beberapa kelebihan new media yang telah dijelaskan diatas, terdapat pula kekurangan new media seperti Syaibani (2011) yang menyoroti pada minimnya filter terhadap isi atau konten yang kurang sesuai dengan budaya Indonesia. a) Pornografi; pornografi merupakan masalah besar dan masih menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang memiliki kekuasaan penuh nampaknya malah tidak sejalan dengan pemerintah yang akan merancang peratutan menteri commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 38 tentang konten media, dengan alasan hal ini akan membatasi pengguna dalam menentukan konten apa yang dibutuhkan b) Cyber crime; kejahatan di internet sudah sangat marak sekali terjadi. Menurut Wassim Harb, cyber crime merupakan tindak kriminal yang dilakukan melalui teknologi informasi, komputer atau alat-alat elektronik lainnya. c) Kreadibilitas. Munculnya banyak blog atau open source menimbulkan pertanyaan mengenai kreadibiltas dari informasi yang ditampilkan pada blog tersebut. Sebab setiap orang dapat menuliskan dan menyebarkan informasi di internet. Selain itu Sari (2011: 186-190) mencoba menyebutkan beberapa kelemahan dan kekurangan new media yang berbasis internet sebagai berikut ini: a. Kekuatan Internet Internet, hasil dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini diciptakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan penggunanya dalam informasi dan komunikasinya. Berikut kekuatan atau kelebihan yang dimiliki oleh internet: 1. Akses informasi di internet tidak dibatasi oleh waktu. Pengguna dapat menggunakannya kapan saja sesuai dengan kebutuhannya selama koneksi antar komputer dengan internet lancar. Perbedaan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 39 zona waktu dapat diatasi dengan internet. Ini telah disebut oleh McLuhan sebagai global village. 2. Internet dapat memudahkan kita dalam melakukan pencarian data dengan cepat dan dapat menghemat waktu. Namun hal ini tentu tergantung pada fasilitas modem dan ISP (Internet Service Provider) yang digunakan. Selain itu dalam hal sampling, halaman web menjajikan proses yang lebih cepat dan lebih murah. 3. Internet memiliki kekuatan pada dimensi kenyamanannya. Kita dapat menikmati bebagai fitur yang dirancang khusus dan user-friendly sehingga dapat memudahkan pengguna dalam mengakses internet. Selain itu pengguna dapat mengakses berbagai situs di dalam maupun di luar negeri tanpa harus mendatanginya secara langsung. Mereka dapat mengakses dimana saja sesuai dengan kenyamanan mereka. 4. Internet memiliki kekuatan dalam kemudahan aksesnya. Internet dapatt diakses dengan mudah di warung internet dan bahkan saat ini internet dapat diakses melalui provider telekomunikasi baik dengan modem maupun handphone. 5. Interaktivitas dan fleksibilitas. Pengguna dapat berdiskusi secara langsung melalui mailing list atau chatting. Bahkan seseorang dapat membuat web atau blog pribadinya yang dapa disharingkan dengan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 40 teman-temannya sekaligus dapat secara langsung ditanggapi oleh temannya. Hal ini layaknya dua orang yang sedang bertatap muka. b. Kelemahan Internet Sebagai sebuah bentuk media komunikasi internet juga tidak bisa lepas dari kelebihannya dan dari kelemahan. Berikut kelemahan-kelemahan yang dimiliki internet: 1. Penggunaan internet yang masi bergantung pada jaringan telepon dan ISP ini khususnya di Indonesia masih relatif mahal sebab penggunaan internet ditentukan besar biaya pulsa. Selain itu saluran telepon di Indonesia juga masih dirasa sering lambat. 2. Pada krakteristik demografis pengguna internet, internet hanya dapat menjangkau pengguna yang berdaya beli atau berpenghasilan tinggi dan berpendidikan tinggi. Dengan demikian internet kurang menjangkau kelompok-kelompok menengah kebawah. 3. Masalah anonimitas. Pengguna internet belum tentu menggunakan identitas asli dalam berinteraksi dengan pengguna lain di internet. 4. Over informasi, adanya banjir informasi yang belum tentu dapat dipetanggung jawabkan atas kebenarannya. Inilah yang perlu dicermati bahwa tidak semua informasi yang tersedia di internet itu merupakan informasi yang kita butuhkan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 41 Dengan memahami kelebihan dan kekurangan new media, pengguna new media dapat dengan cerdas dan mapu menyaring setiap informasi baik yang dibutuhkan maupun tidak. E.4 Media Sosial E.4.1 Pengertian Media Sosial Meskipun banyak perdebatan tentang posisi dan fungsi media sosial, akan tetapi sebagian besar pengamat komunikasi sepakat dan sependapat bahwa berdasarkan perangkat yang digunakan media sosial yaitu teknologi komunikasi terutama internet maka media sosial termasuk ke dalam kategori new media. Media sosial turut menyebabkan perubahan pada media massa. Hal ini dapat dilihat dari esensi isi pesan media sosial yang bersifat personal dan privat berada pada media global. (Santosa, 2011: 44) Media sosial menurut Utari (2011: 51) adalah sebuah media online dimana para penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi. Berpartisipasi dalam arti seseorang akan dengan mudah berbagi informasi, menciptakan konten atau isi yang ingin disampaikan kepada orang lain, memberi komentar terhadap masukan yang diterimanya dan seterusnya. Semua dapat dilakukan dengan cepat dan tak terbatas. Santosa (2011: 34) mengartikan media sosial sebagai situs dimana setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian dapat terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jika media commit to user