Kewajiban karyawan dan kewajiban perusahaan Kewajiban karyawan terhadap perusahaan Tiga kewajiban karyawan yang penting. a. Kewajiban ketaatan. b. Kewajiban konfidensialitas. c. Kewajiban loyalitas. Melaporkan kesalahan perusahaan. Pelaporan bisa dibenarkan secara moral, bila lima syarat dipenuhi: 1. Kesalahan harus besar; 2. Pelaporan harus didukung oleh fakta yg jelas dan benar; 3. Penyelesaian masalah secara internal harus dilakukan dulu, sebelum kesalahan perusahaan dibawa keluar; 4. Harus ada kemungkinan real/nyata bahwa pelaporan kesalahan akan mencatat sukses. Kewajiban ketaatan Karyawan harus taat kpd perusahaannya krn dia bekerja pd perusahaan tersebut. Karyawan tdk harus menaati semua perintah atasannya: 1. Karyawan tdk perlu dan malah tdk boleh mematuhi perintah yg menyuruh melakukan sesuatu yg tdk bermoral. Misalnya, atasannya menyuruh membunuh musuhnya; menyuruh melakukan penipuan; 2. Karyawan tdk wajib mematuhi perintah atasannya yg tdk wajar, walaupun dr segi etika tdk ada keberatan (perintah yg tdk ada kaitannya dgn perusahaan). Misalnya, atasan meminta utk memperbaiki mobil pribadinya, merenovasi rumah pribadinya, membuat pembukuan persatuan golf krn atasanya sbg bendahara. 3. Karyawan tdk perlu mematuhi perintah utk kepentingan perusahaan ttp tdk sesuai dgn penugasannya. Contoh, wanita yg diterima sbg utk fungsi manajemen, tp kemudian diberikan tugas2 sekretaris (menerima telepon, membuat janji, mengurus perjalanan atasan dsb) – buku Etika Bisnis. Kewajiban konfidensialitas Adalah kewajiban utk menyimpan informasi yg bersifat konfidensial – dan krn itu rahasia – yg telah diperoleh dgn menjalankan suatu profesi. Banyak profesi mempunyai suatu kewajiban konfendensialitas, khususnya profesi yg bertujuan membantu sesama manusia. Yg tertua adalah kedokteran. Kalau orang sakit berobat ke dokter, terpaksa hrs menceritakan hal2 yg tdk enak rasanya bila diketahui orang lain, spt sebab penyakit, situasi keluarga. Informasi tsb tdk akan diceritakan dokter kpd yg tdk berkepentingan. Konfendensialitas – latin confidere = mempercayai. Dlm konteks perusahaan juga konfindensialitas dpt memegang peranan penting, krn seseorang bekerja diperusahaan bisa saja memiliki akses kpd informasi rahasia. Contoh terkenal adalah akuntan. Krn pekerjaan itu, ia sangat mengenal dan tahu persis keadaan keuangan perusahaan tp pengtahuan itu tdk boleh dibawakan ke luar perusahaan. Karyawan wajib menjaga kerahasiaan tsb. Kewajiban konfidensialitas tdk saja berlaku selama karyawan bekerja diperusahaan itu tp juga berlangsung terus setelah ia pindah kerja ke perusahaan lain. Adalah sangat tdk etis, jika seseorang pindah kerja sambil membawa rahasia ke perusahaan lain/baru, supaya mendapat gaji yg tinggi. Apa saja yg termasuk trade secret (rahasia perusahaan). Misalnya, teknik memproduksi suatu produk – makanan, obat – formula sebuah produk. Formula Coca Cola tdk bisa ditemukan dgn analisis kimia dan juga tdk pernah dipatenkan. Saingan spt Pepsi Cola dan perusahaan lain telah berusaha meniru minuman itu ttp tdk berhasil persis. Contoh lain adalah hasil penelitian, program komputer, keadaan keuangan perusahaan, daftar pelanggan. Termasuk juga rencana perusahaan yg akan datang dan strateginya saat sekarang. Membuka rahasia perusahaan bertentangan dgn etika pasar bebas. Memiliki informasi tertentu dpt mengubah posisi perusahaan satu terhadap perusahaan lain dgn drastis, shg membuka rahasia perusahaan akan sangat mengganggu persaingan yg fair. Kewajiban loyalitas Merupakan konsekwensi dr status seseorang sbg karyawan perusahaan, dan ia harus menghindari apa yg bisa merugikan kepentingan perusahaan. Faktor utama yg membahayakan terwujudnya loyalitas adalah konflik kepentingan (conflict of interest) antara kepentingan pribadi karyawan dan kepentingan perusahaan. Beberapa pekerjaan tdk boleh rangkap. Contoh akuntan yg memberi advis dibidang penjualan saham, krn ia mengaudit perusahaan tersebut. Dalam konteks loyalitas termasuk juga masalah etis spt menerima komisi atau hadiah selaku karyawan perusahaan. Sebab dpt ditanyakan apakah dgn praktek tsb karyawan tdk merugikan perusahaannya. Masalah ini masuk dlm grey area (kawasan kelabu). Komisi termasuk imbalan yg sah, tapi menimbulkan masalah dlm etika. Utk beberapa pekerjaan, disamping gaji tetap diberikan komisi sbg insentif khusus. Salesman dlm sektor permobilan atau perumahan biasanya mendapat komisi sekian % utk setiap unit yg terjual. Hal ini kerap kali tercantum dlm kontrak kerja, begitu pula travel penjualan tiket pesawat, agen asuransi. Komisi tdk selalu sama jeleknya. Jika seorang manajer perusahaan yg menerima komisi dlm transaksi dpt 3 kemungkinan: a. Mendapat diskon khusus, dan orang lain tdk spt dia; b. Diskon yg diberikan kpd setiap orang yg membeli dlm kuantitas besar, dikantongi oleh si manajer ttp perusahaannya tetap membayar harga resmi; c. Manajer mendapat komisi dgn menaikkan harga bagi perusahaan. Cara yg ke tiga di atas tentunya kemungkinan paling jelek dan ini sama saja dgn mencuri, walaupun uangnya tdk diambil langsung dr kas perusahaan ttp mendapat uang dgn cara menaikkan harga. Contohnya kasus di Singapura antara Pertamina dgn ny Kartika Tahir. Kasus 3.9 Masalah komisi berkaitan erat dgn KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme). Melaporkan kesalahan perusahaan Dalam etika bisnis berbahasa Inggris dikenal sbg whistle blowing (meniup peluit) dan sering digunakan dlm arti kiasan: membuat keributan utk menarik perhatian orang banyak. Dalam etika whistle blowing mendapat arti khusus: menarik perhatian dunia luar dgn melaporkan kesalahan yg dilakukan oleh sebuah organisasi. Dlm konteks pemerintahan, misalnya bila seseorang pegawai negeri memberitahukan kpd pers ttg praktek2 korupsi dari atasannya. Jika seseorang karyawan mengetahui terjadinya hal2 yg kurang etis dlm kegiatan perusahaan, apakah boleh membawa hal itu keluar? Itu adalah masalah etika. Kadang dibedakan antara whistle blowing internal dan eksternal. whistle blowing internal; pelaporan kesalahan di dlm perusahaan melalui atasan. Misalnya, seorang bawahan melaporkan suatu kesalahan langsung kpd Direksi, sambil melewati kepala bagian atau manajer umum. whistle blowing eksternal; dimaksudkan pelaporan kesalahan perusahaan kpd instansi luar perusahaan, spt pemerintah atau masayarakat melalui media komunikasi. Contoh, karyawan melaporkan perusahaan yg tdk memenuhi kontribusi kpd Jamsostek atau tdk membayar pajak. Jika seseorang karyawan mengetahui terjadinya hal2 yg kurang etis dlm kegiatan perusahaan, apakah boleh membawa hal itu keluar? Itu adalah masalah etika. Kadang dibedakan antara whistle blowing internal dan eksternal. whistle blowing internal; pelaporan kesalahan di dlm perusahaan melalui atasan. Misalnya, seorang bawahan melaporkan suatu kesalahan langsung kpd Direksi, sambil melewati kepala bagian atau manajer umum. whistle blowing eksternal; dimaksudkan pelaporan kesalahan perusahaan kpd instansi luar perusahaan, spt pemerintah atau masayarakat melalui media komunikasi. Contoh, karyawan melaporkan perusahaan yg tdk memenuhi kontribusi kpd Jamsostek atau tdk membayar pajak. Jika seseorang karyawan mengetahui terjadinya hal2 yg kurang etis dlm kegiatan perusahaan, apakah boleh membawa hal itu keluar? Itu adalah masalah etika. Kadang dibedakan antara whistle blowing internal dan eksternal. whistle blowing internal; pelaporan kesalahan di dlm perusahaan melalui atasan. Misalnya, seorang bawahan melaporkan suatu kesalahan langsung kpd Direksi, sambil melewati kepala bagian atau manajer umum. whistle blowing eksternal; dimaksudkan pelaporan kesalahan perusahaan kpd instansi luar perusahaan, spt pemerintah atau masayarakat melalui media komunikasi. Contoh, karyawan melaporkan perusahaan yg tdk memenuhi kontribusi kpd Jamsostek atau tdk membayar pajak. Pelaporan bisa dibenarkan bila 5 syarat berikut ini dipenuhi 1. Kesalahan perusahaan harus besar. 2. Pelaporan harus didukung oleh fakta yg jelas dan benar. 3. Pelaporan harus dilakukan semata-mata utk mencegah terjadinya kerugian bagi pihak ke tiga, bukan motif lain. 4. Penyelesaian masalah secara internal harus dilakukan dulu, sebelum kesalahan perusahaan dibawa ke luar. 5. Harus ada kemungkinan real/nyata bahwa pelaporan kesalahan akan mencatat kesuksesan. Kesalahan perusahaan harus besar Jika kesalahan perusahaan adalah kurang membayar yg jumlah kecil, hal ini tdk pantas utk dilaporkan. Menurut Norman Bowie dan Ronald Duska, 3 kemungkinan, kesalahan dikatakan besar: 1. Menyebabkan kerugian yg tdk perlu utk pihak ke tiga (selain perusahaan dan si pelapor). 2. Terjadi pelanggaran hak-hak azazi manusia. 3. Kegiatan yg dilakukan bertentangan dgn tujuan perusahaan. Contoh, Bank atau perusahaan Telekomunikasi yg bekerja utk pihak melakukan kriminal. Pelaporan harus didukung oleh fakta yg jelas dan benar Fakta ttg kesalahan harus jelas dan dimengerti betul oleh pelapor. Tdk boleh ada kalimat spt “ saya mempunyai kesan…” atau “kalau tdk salah….” ini tdk dapat diterima. Pelaporan harus dilakukan semata-mata utk mencegah terjadinya kerugian bagi pihak ke tiga, bukan motif lain Misalnya seorang yg sdh memutuskan utk menghentikan kontrak kerjanya dgn perusahaan krn kecewa mengenai pimpinan. Pd saat ia pergi – sbg balas dendam – membuka praktek kurang etis dr perusahaan spt misalnya tdk membayar pajak. Motifnya jelas kurang baik, yaitu mendiskreditkan perusahaan. Motif kurang murni lainnya: mencari muka pd pemerintah. Perbuatan spt ini jelas bertolak belakang dgn loyalitas trhdp perusahaan dan tdk diimbangi oleh kepentingan yg lebih besar. Penyelesaian masalah secara internal harus dilakukan dulu, sebelum kesalahan perusahaan dibawa ke luar Bila karyawan bertanggung jawab, ia harus berusaha dulu utk menyelesaikan di dalam melalui jalur yg tepat. Kalau gagal, boleh memikirkan whistle blowing. Harus ada kemungkinan real/nyata bahwa pelaporan kesalahan akan mencatat kesuksesan Jika sebelumnya tahu bahwa pelaporan kesalahan tdk akan menghasilkan apa-apa, lebih baik tdk melapor. Tentu saja, sebelum berlangsung tdk pernah ada kepastian bahwa pelaporan akan mencapai sasarannya, yaitu mencegah terjadinya kerugian utk pihak ke tiga. Baca dulu situasi. 2. Kewajiban perusahaan terhadap karyawan Perusahaan tidak boleh mempraktekkan diskriminasi. Perusahaan harus menjamin kesehatan dan keselamatan kerja. Kewajiban memberi gaji yang adil. TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN Tidak merugikan orang lain Wajib mematuhi sistem ekonomi di mana ia berada. Jika kapitalisme menjunjung tinggi kebebasan maka perusahaan juga hrs menghargai kebebasan. Adil dalam setiap transaksi bisnis. Memenuhi semua kontrak dan perjanjian. Pihak di luar perusahaan memiliki tanggung jawab Dewan komisaris; bertanggung jawab mengawasi jalannya perusahaan yg dipimpin Direksi. Direksi; bertanggung jawab menjalankan sesuai dgn amanah pemegang saham. Karyawan; bertanggung jawab utk bekerja keras dan jujur sesuai dgn perjanjian. Perusahaan hrs adil kpd pemasok, konsumen, dan masyarakat. Tanggungjawab perusahaan kpd masyarakat menurut Satyanugraha: a. Tidak merusak lingkungan alam. b. Menjamin keselamatan masyarakat sekitarnya. c. Harus berdampak posisitf, bukan negatif kpd masyarakat sekitarnya. d. Membantu orang miskin, membangun fasilitas umum, memberikan biaya pendidikan/beasiswa serta mengembangkan seni dan budaya. Perusahaan tidak boleh mempraktekkan diskriminasi (hal184-192 ETIKA BISNIS) Diskriminasi dalam konteks perusahaan. Yg berarti membedakan, memisahkan, memilah. Membedakan karyawan krn alasan tdk relevan yg berakar dr prasangka. Dalam menerima karyawan baru, menentukan syarat: a. mempunyai pengalaman kerja sekian tahun, b. nilai IPK minimal 2,75, c. menguasai bahasa Inggris lisan dan tulisan. Bisa juga ras, suku, agama, kelamin dsb. Argumentasi etika melawan diskriminasi. Utilitarisme, deontologi, an teori keadilan Beberapa masalah terkait. Masalah kondisi historis, sosial/budaya dlm masyarakat. Masalah yg berkaitan dgn diskriminasi harus dibedakan dgn favoritisme. Dlm konteks perusahaan, favoritisme dimaksudkan kecenderungan utk mengistimewakan orang tertentu (biasanya sanak saudara) dlm menyeleksi karyawan, promosi, bonus, fasilitas khusus dsb. Favoritisme adalah bentuk memperlakukan orang dgn cara tdk sama, tp beda dgn diskriminasi, favoritisme tdk terjadi krn prasangka buruk melainkan justru preferensi. Perusahaan harus menjamin kesehatan dan keselamatan kerja Aspek keselamatan kerja Tempat kerja dpt dianggap sehat kalau bebas dr resiko terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit sbg akibat kondisi kurang baik di tempat kerja. Di Indonesia masalah keselamatan dan kesehatan kerja dikenal sbg K3 dan banyak perusahaan mempunyai Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Aneka macam terjadi kecelakaan kerja, yg banyak kena korban adalah kecelakaan industri, tanki meledak, pekerja kena mesin, gang pertmbangan ambruk, kerusakan mata bagi montir las dsb. Pertimbangan etika Hampir semua negara modern mempunyai peraturan hukum guna melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja. Terlepas dr adanya peraturan, perusahaan memiliki kewajiban moral. Apa yg menjadi dasar etika kewajiban tsb? Ada 3 dasar yg mendasar: a. Hak pekerja; b. Deontologi (kewajiban); c. Utilitaristis (memberi manfaat). Dua masalah khusus Apakah pekerja berhak menolak tugas-tugas yg berbahaya? Dari segi etis dr “risiko reproduktif” atau risiko utk keturunan si pekerja. Kewajiban memberi gaji yang adil Menurut keadilan distributif; Hal apa yg bisa dianggap sebagai gaji atau upah yg adil? Pandangan sosialis, gaji baru adil jika sesuai dgn kebutuhan si pekerja beserta keluarga. Bisa saja prestasi 2 pekerja sama tp yg satu mempunyai kebutuhan lebih banyak krn sudah berkeluarga. Prinsip “hak” “usaha”, “kontribusi kpd masyarakat” ikut serta dlm menentukan gaji yg adil, tetapi hal tersebut hanya melengkapi prinsip pokok “prestasi” dan “kebutuhan”. Ada enam faktor khusus; 1. Peraturan hukum. 2. Upah yg lazim dlm sektor industri/daerah tertentu. 3. Kemampuan perusahaan. 4. Sifat khusus pekerjaan tertentu. 5. Perbandingan upah/gaji lain dlm perusahaan. 6. Perundingan upah/gaji yg fair. Senioritas dan imbalan rahasia. a. Senioritas sbg kriteria utk menentukan gaji; orang yg bekerja lebih lama pd suatu perusahaan/instansi mendapat gaji lebih tinggi. b. Segi etis adalah praktek pembayaran khusus atau kenaikan gaji yg dirahasiakan terhadap teman2 sekerja – hal ini dekat dgn sistem pemberian bonus/insentif tp bedanya pemberiannya dlm suasana rahasia shg hanya yg bersangkutan diberi tahu. Perusahan tdk boleh memberhentikan karyawan dengan semena-mena. Menurut Garret dan Klonoski, kewajiban majikan dlm memberhentikan karyawan dpt dijabarkan ke dlm 3 butir: 1. Majikan hanya boleh memberhentikan krn alasan yg tepat; 2. Majikan harus berpegang pd prosedur yg semestinya. 3. Majikan harus membatasi akibat negatif bagi karyawan seminimal mungkin.