BAB II

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
Perbankan, khususnya bank umum, merupakan inti dari sistem keuangan setiap
negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi
perusahaan, badan-badan pemerintah dan swasta, maupun perorangan untuk
menyimpan dana-dananya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang
diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta membantu kelancaran
mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian.
Dengan memberikan kredit kepada beberapa sektor perekonomian, bank
membantu kelancaran arus barang-barang dan jasa-jasa dari produsen kepada
konsumen. Bank merupakan pemasok (supplier) dari sebagian besar uang yang
beredar yang digunakan sebagai alat tukar atau alat pembayaran, sehingga
mekanisme kebijakan moneter dapat berjalan. Hal-hal tersebut menunjukkan
bahwa bank, terutama bank umum merupakan suatu lembaga keuangan yang
sangat penting dalam menjalankan kegiatan perekonomian dan perdagangan.
Peranan bank seperti yang telah disebutkan diatas telah dibuktikan juga oleh
bank-bank di Indonesia dalam keikutsertaannya membangun ekonomi nasional
selama ini.
2.1. Pengertian Bank
Definisi dari bank pada dasarnya tidak berbeda satu dengan lainnya. Meskipun
ada perbedaan, hanya nampak pada tugas atau usaha bank. Ada yang memberikan
13
definisi bank sebagai suatu badan yang tugas utamanya adalah untuk
menghimpun uang dari pihak ketiga. Sedangkan definisi lain mengatakan, bank
adalah suatu badan yang tugas utamanya sebagai perantara untuk menyalurkan
permintaan dan penawaran kredit pada waktu yang ditentukan. Ada pula yang
mendefinisikan bank merupakan suatu badan yang usaha utamanya adalah
menciptakan kredit.
Prof. G.M. Verryn Stuart dalam bukunya Bank Politik mengatakan, “bank
adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik
dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari
orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang
giral”.
A. Abdurrachman dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan
menjelaskan bahwa, “bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang
melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan
mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat
penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan,
dan lain-lain”.
Berdasarkan atas fungsinya, bank dapat juga didefinisikan sebagai,
“intermediasi keuangan dalam menerima dana dari pihak luar dan memberikan
pinjaman kepada sejumlah pihak tertentu yang membutuhkan, disamping
memberikan pelayanan jasa keuangan lainnya”. (Rose, Peter S., 2002,
Commercial Bank Management, hal. 4)
14
Definisi bank menurut Undang-Undang No. 14 tahun 1967, Pasal 1 tentang
Pokok-Pokok Perbankan adalah, “lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu-lintas pembayaran dan peredaran
uang”. Sedangkan, Lembaga Keuangan menurut Undang-Undang tersebut adalah,
“semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya di bidang keuangan, menarik
uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat”.
Berdasarkan atas fungsi pokoknya, berbagai macam definisi tentang bank itu
dapat dikelompokkan menjadi tiga (3), yaitu:
1. Bank Sebagai Penerima Kredit.
Dalam pengertian pertama ini, bank menerima uang serta dana-dana lainnya
dari masyarakat dalam bentuk:
a. Simpanan atau tabungan biasa yang dapat diminta atau diambil kembali
setiap saat oleh nasabah yang bersangkutan.
b. Deposito berjangka, yang merupakan tabungan atau simpanan yang
penarikannya kembali hanya dapat dilakukan oleh deposan yang
bersangkutan setelah jangka waktu yang ditentukan telah berakhir.
c. Simpanan dalam rekening koran atau giro atas nama si penyimpan giro
(giran), yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan menggunakan
warkat (cek atau bilyet giro) atau perintah tertulis kepada bank.
2. Bank Sebagai Pemberi Kredit.
Dalam pengertian kedua ini, bank melaksanakan operasi perkreditan secara
aktif. Menurut Mac Leod, “bank is a shop for the sales of credits”. Rumusan
yang sama diberikan oleh R.G. Hawtrey yang mengatakan bahwa, “banking
15
are merely dealer in credits”. Maka, fungsi bank terutama dilihat sebagai
pemberi kredit, tanpa asumsi permasalahan apakah kredit itu berasal dari
deposito atau tabungan yang diterimanya atau bersumber pada penciptaan
kredit yang dilakukan oleh bank itu sendiri.
3. Bank Sebagai Pemberi Kredit Bagi Masyarakat.
Dalam pengertian ketiga ini, bank melaksanakan penyaluran kredit bagi
pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui sumber yang berasal dari modal
sendiri, simpanan atau tabungan masyarakat, maupun melalui penciptaan uang
bank.
Peter S. Rose dalam buku Commercial Bank Management mengatakan bahwa,
paling tidak ada sepuluh fungsi pokok yang dapat dilayani lembaga keuangan
bank dan selain bank, yaitu: Fungsi pembayaran, fungsi tabungan, fungsi
investasi, fungsi kepercayaan, fungsi pengelolaan kas, fungsi sebagai merchant,
fungsi penjamin, fungsi perantara, fungsi perlindungan, dan fungsi pinjaman.
Pinjaman
(The Credits)
Perlindungan
(The Insurances)
Perantara
(The Brokerages)
Pembayaran
(The Payments)
Tabungan
(The Savings)
Lembaga
Keuangan
(Full-Services)
Investasi
(The Investments)
Kepercayaan
(The Trusts)
Penjamin
(The Underwriters)
Bank Merchant (Temporary
Stocks Investment Function)
Gambar 2.1. Fungsi Lembaga Keuangan
16
Pengelolaan Kas
(The Cash Managements)
Disamping fungsi pokok yang telah disebutkan diatas, lembaga keuangan
(bank) juga memiliki peran dalam perekonomian suatu negara, diantaranya
adalah:
1. Perantara (The Intermediation Role).
Memindahkan tabungan yang diterima dari masyarakat pada sektor bisnis
(peminjam) untuk pembiayaan pembangunan gedung, perlengkapan, dan
barang-barang modal lainnya.
2. Pembayar (The Payment Role).
Melakukan pembayaran barang dan jasa yang dilakukan oleh konsumen
dengan menggunakan warkat (cek atau bilyet giro), kartu debit, kartu kredit,
dan lainnya.
3. Penjamin (The Guarantor Role).
Menjadi penjamin nasabah yang melakukan transaksi impor barang dan jasa,
seperti letter of credit.
4. Pengelola Risiko (The Risk Management Role).
Membantu nasabah dalam menghadapi risiko kerugian uang baik terhadap hak
kepemilikan hartanya ataupun terhadap diri sendiri.
5. Penasihat Investasi (The Savings or Investments Advisor Role).
Membantu nasabah dengan memberikan nasihat keuangan serta memberikan
alternatif untuk keamanan penyimpanan hartanya.
17
6. Keamanan (The Safekeeping or Certification of Value Role).
Menjaga keamanan atas penitipan dan penyimpanan harta nasabah serta
melakukan penilaian terhadap nilai pasar sebenarnya atas sejumlah harta
tersebut dengan mengeluarkan jenis sertifikasi tertentu.
7. Wakil (The Agency Role).
Membantu nasabah dalam mengelola dan melindungi kekayaan maupun
sekuritas yang dimilikinya.
8. Kebijakan (The Policy Role).
Melayani dan mengatur kebijakan pemerintah dalam mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi dan berbagai tujuan sosial ekonomi lainnya. (Rose,
Peter S., 2002, Commercial Bank Management, hal. 9)
Dalam masa sekarang ini, tuntutan kemampuan bank untuk melakukan
berbagai macam inovasi keuangan semakin kompetitif. Hal ini dapat terlihat sejak
dilakukannya inovasi keuangan pada tahun 1960-an yang semakin berkembang
pesat mulai dekade 1980-an, yang pada akhirnya berpengaruh pada peranan
seluruh lembaga-lembaga keuangan di dunia. Menurut Bank for International
Settlements, inovasi keuangan dapat dilihat dari inovasi bank dalam mentransfer
risiko harga, inovasi yang mentransfer risiko pinjaman, inovasi yang memicu
likuiditas, inovasi yang memicu pinjaman, dan inovasi yang memicu ekuitas.
Beberapa faktor yang mendorong inovasi keuangan adalah usaha untuk
menghindarkan diri dari peraturan dan menemukan celah dalam ketentuanketentuan pajak, serta dapat pula didorong oleh kebutuhan akan munculnya
18
instrumen-instrumen yang lebih efisien demi penyebaran risiko diantara pelaku
pasar.
Inovasi yang telah teruji oleh waktu dan tidak tenggelam hingga kini
merupakan inovasi yang mampu memberikan efisiensi yang lebih tinggi dalam
menyebarkan risiko. Dalam kenyataannya, yang mempengaruhi perkembangan
inovasi keuangan adalah: Meningkatnya ketidakstabilan tingkat harga, tingkat
bunga, inflasi, nilai tukar, dan harga ekuitas, perkembangan informasi,
tekhnologi, dan telekomunikasi, meningkatnya pendidikan dan pelatihan
profesional, meningkatnya tingkat persaingan antar lembaga keuangan, insentif
untuk menghadapi peraturan dan hukum, serta perubahan pola global dalam
pengelolaan keuangan.
2.1.1. Mekanisme Transaksi
Peranan lembaga keuangan adalah sebagai perantara keuangan (financial
intermediations) antara unit surplus sebagai net savers yang disebut juga sebagai
penabung, kreditur, atau ultimate lenders dan unit defisit sebagai net borrowers
yang disebut juga sebagai peminjam, debitur, atau ultimate borrowers.
Berikut ini akan diberikan gambaran mengenai mekanisme sederhana aliran
dana dengan perantara lembaga keuangan serta mekanisme transaksi bank dan
lembaga keuangan lainnya.
Unit Surplus
(net savers)
Utang dan Modal
Lembaga Keuangan
(Financial
Intermediation)
Utang dan Modal
Unit Defisit
(net borrowers)
Kas
Kas
Gambar 2.2. Mekanisme Sederhana Aliran Dana dengan Perantara Lembaga
Keuangan
19
Dari Gambar 2.2. Mekanisme Sederhana Aliran Dana dengan Perantara
Lembaga Keuangan dapat diilustrasikan, aliran dana-dana yang dimiliki oleh
penabung diterima oleh bank dan lembaga keuangan lainnya kemudian
didisribusikan kepada peminjam melalui mekanisme pasar keuangan yang
berfungsi sebagai: Perantara pembeli dan penjual yang menentukan harga aset
keuangan yang diperdagangkan (price discovery processes), penyedia mekanisme
investor untuk menjual aset-aset keuangannya pada berbagai pasar (liquidities),
dan menurunkan biaya transaksi khususnya biaya mencari dan biaya informasi
(reduce the costs of transaction). (Juli Irmayanto dkk, 2002, Bank & Lembaga
Keuangan, hal. 9)
Unit Surplus:
Konsumen
Produsen
Pemerintah
Lembaga Keuangan Bank:
1. Bank Sentral
2. Bank Umum, BPR, Bank
Syariah
Lembaga Keuangan Lainnya:
1. Leasing, Uang Plastik, Anjak
Piutang, Pembayaran
Konsumen, Modal Ventura.
2. Asuransi.
3. Dana Pensiun.
4. Pegadaian.
5. Pasar Modal.
6. Pasar Uang.
Unit Defisit:
Konsumen
Produsen
Pemerintah
Gambar 2.3. Mekanisme Transaksi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
20
Penjelasan singkat untuk gambar 2.3. Mekanisme Transaksi Bank dan
Lembaga Keuangan Lainnya dapat diberikan dengan melihat klasifikasi bank
secara ringkas, berdasarkan atas fungsi, kepemilikan, jenis transaksi untuk valuta
asing, struktur organisasi, jenis usaha, geografi, serta perhitungan biaya dan
pendapatan, diantaranya adalah:
1. Menurut Fungsi:
a. Bank Sentral.
Merupakan bank milik pemerintah yang memegang otoritas moneter, dengan
tujuan menjaga kestabilan nilai mata uang dalam negeri.
b. Bank Umum.
Merupakan bank yang menerima simpanan dana masyarakat dalam bentuk
giro, tabungan, dan deposito, serta memberikan kredit dalam jangka pendek
dan jangka panjang, dikenal juga sebagai bank komersial.
c. Bank Perkreditan Rakyat.
Merupakan bank yang hanya menerima simpanan dalam bentuk deposito
berjangka dan tabungan, lingkup operasinya pada umumnya berada di
pedesaan.
2.
Menurut Kepemilikan:
a. Bank Pemerintah Pusat.
Merupakan bank dimana seluruh sahamnya atau sebagian besar sahamnya
dimiliki oleh pemerintah pusat.
21
b. Bank Pemerintah Daerah.
Merupakan bank dimana seluruh sahamnya atau sebagian besar sahamnya
dimiliki oleh pemerintah daerah.
c. Bank Swasta Nasional.
Merupakan bank dimana seluruh sahamnya atau sebagian besar sahamnya
dimiliki oleh swasta nasional.
d. Bank Asing.
Merupakan bank yang seluruh sahamnya dimiliki oleh pihak asing yang
membuka kantor cabangnya di Indonesia, sedangkan kantor pusatnya berada
di luar negeri.
e. Bank Campuran.
Merupakan bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan
sebagian dimiliki oleh pihak swasta nasional.
3. Menurut Jenis Transaksi Valuta Asing:
a. Bank Devisa.
Merupakan bank yang menggunakan lebih dari satu jenis mata uang dalam
transaksi perbankan.
b. Bank Non Devisa.
Merupakan bank yang hanya menggunakan satu jenis mata uang (rupiah)
dalam transaksi perbankan.
22
4. Menurut Struktur Organisasi:
a. Bank Unit (Unit Bank).
Merupakan bank yang menggunakan satu kantor saja untuk melayani seluruh
jasa keuangan (one full-services office).
b. Bank Cabang (Branch Bank).
Merupakan bank yang melayani beberapa lokasi, sehingga ada satu kantor
pusat dan beberapa kantor cabang.
c. Holding Company Bank.
Merupakan sebuah bentuk bank yang memiliki satu atau lebih bank.
5.
Menurut Jenis Usaha:
a. Bank Bisnis (Wholesales Bank).
Merupakan bank yang memilih sektor usaha menengah ke atas sebagai fokus
sasaran pasarnya.
b. Bank Konsumen (Retail Bank).
Merupakan bank yang memilih konsumen dan sektor usaha kecil-menengah
sebagai fokus sasaran pasarnya.
c. Wholesales dan Retail Bank.
Merupakan bank yang melayani semua pelaku ekonomi.
6.
Menurut Geografi:
a. Bank Lokal (Community atau Local Bank).
Merupakan bank yang beroperasi secara terbatas didaerah (desa) tertentu.
b. Bank Regional (Regional Bank).
Merupakan bank yang beroperasi di pasar perkotaan (regional).
23
c. Bank Multinasional (Money-Center atau Multinational Bank).
Merupakan bank yang lingkup operasinya hingga tingkat nasional maupun
internasional.
7.
Menurut Perhitungan Biaya dan Pendapatan:
a. Bank Komersial.
Merupakan bank yang menggunakan sistem bunga sebagai sumber
pendapatan dan biaya bank.
b. Bank Bagi Hasil (Syariah).
Merupakan bank yang menggunakan sistem bagi hasil antara penabung
(kreditur), peminjam (debitur), dan bank dalam perhitungan biaya dan
pendapatan. (Juli Irmayanto dkk, 2002, Bank & Lembaga Keuangan, hal.
53-59)
Pasar
keuangan
berdasarkan
atas
perspektif
wilayah
negara
dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu pasar eksternal (pasar internasional, atau
offshore market, atau euromarket) yang merupakan tempat perdagangan sekuritas
internasional dengan dua ciri khas yaitu sekuritas ditawarkan secara simultan
kepada investor diberbagai negara pada saat bersamaan dan sekuritasnya
diterbitkan diluar yurisdiksi dari negara emiten yang bersangkutan, serta pasar
internal (pasar nasional) yang dapat dibagi menjadi dua yaitu pasar dalam negeri
(domestik), dimana para emiten dalam pasar sekuritasnya berdomisili didalam
negeri, dan pasar luar negeri, dimana para emiten dalam pasar sekuritasnya tidak
berdomisili didalam negara yang menjadi tempat transaksi. Disamping
24
pengelompokkan dilakukan berdasarkan atas perspektif wilayah negara, ada pula
beberapa cara pengelompokkan lainnya, seperti berdasarkan atas:
1. Sifat atau Jenis Klaim (Nature of Claims).
Terdiri atas pasar utang (debt market) dan pasar ekuitas (equity market).
2. Jangka Waktu Klaim (Maturity of Claims).
Terdiri atas pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market).
3. Penerbitan Klaim (Seasoning of Claims).
Terdiri atas pasar primer (primary market) dan pasar sekunder (secondary
market).
4. Waktu Pengiriman (Immediate Delivery atau Future Delivery).
Terdiri atas pasar tunai atau spot (cash atau spot market) dan pasar derivatif
(derivative market).
5. Struktur Organisasi (Organizational Structure).
Terdiri atas pasar lelang (auction market), pasar parallel atau pasar tidak
terdaftar (over-the-counter market), dan pasar perantara (intermediary
market). (Juli Irmayanto dkk, 2002, Bank & Lembaga Keuangan, hal. 10)
Dalam mengatur terselenggaranya sistem keuangan bank dan lembaga
keuangan lainnya menjadi lebih baik, Pemerintah Republik Indonesia juga
melakukan revisi terhadap Undang-Undang No. 14 tahun 1967 menjadi UndangUndang No. 7 tahun 1992 serta Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang
Perbankan, yang meliputi Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat, dan Bank Bagi
Hasil (Syariah). Karena tuntutan perkembangan dan dinamika perekonomian
nasional dan internasional yang semakin terintegrasi, maka disusunlah Undang-
25
Undang baru yang memberi status, tujuan, dan tugas Bank Indonesia selaku
otoritas moneter. Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, bahwa tugas pengaturan dan pengawasan bank dipegang penuh oleh BI
hingga terbentuknya Lembaga Pengawas Jasa Keuangan (LPJK) sebagai sebuah
lembaga independent selambat-lambatnya 31 Desember 2002 untuk mencegah
terjadinya konflik kepentingan akibat fungsi regulasi dan supervisi.
Berikut ini akan diberikan gambaran umum mengenai sistem keuangan
Indonesia baru berdasarkan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 23
tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Sistem keuangan Baru
Sistem Moneter /
Perbankan
Sistem Lembaga
Keuangan Selain Bank
Bank Indonesia
(UU No. 23 / 1999)
Departemen Keuangan
Gambar 2.4. Sistem Keuangan Indonesia Baru (UU No. 23/1999, Bank Indonesia)
Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa, sistem keuangan Indonesia yang baru
mengadakan pembagian atas sistem moneter atau perbankan, seperti: Bank Umum
(Bank Usaha Milik Negara, Bank Pembangunan Daerah, Bank Umum Swasta
Nasional, Bank Asing, dan Bank Campuran), Bank Konvensional, Bank Syariah,
dan Bank Pembangunan Rakyat dengan pengaturan dan pengawasan berada
dibawah Bank Indonesia yang berlandaskan pada Undang-Undang No. 23 tahun
1999 tentang Bank Indonesia, serta Sistem Lembaga Keuangan Selain Bank,
26
seperti: Lembaga Pembiayaan (leasing, anjak piutang, penerbit kartu kredit, dan
lain sebagainya), Perasuransian (asuransi kerugian, reasuransi, dan lain
sebagainya), Perusahaan Modal Ventura (daerah, nasional, dan patungan), Dana
Pensiun (dana pensiun pemberi kerja dan dana pensiun lembaga keuangan), Pasar
Modal (bursa efek, perusahaan efek, dan reksadana), Pegadaian, dan Perusahaan
Penjamin dengan pengaturan dan pengawasan berada dibawah Departemen
Keuangan.
Untuk memberikan ilustrasi dalam perubahan sistem keuangan Indonesia baru
ini, dapat diberikan gambaran ringkas seperti dibawah ini.
Sistem
Perbankan Baru
DPR
&
BPK
Bank Sentral
(Bank Indonesia)
Lembaga Pengawas Jasa
Keuangan (LPJK)
Bank Umum
(UU No.
10/1998
BUMN
Bank Perkreditan Rakyat
BUSN
BPD
Gambar 2.5. Sistem Perbankan Baru (UU No. 10/1998)
27
Bank
Asing
Bank
Campuran
2.1.2. Bank Sentral
Dalam membatasi konsep mengenai Bank Sentral, penulis hanya memberikan
gambaran ringkas mengenai alasan pentingnya keberadaan Bank Sentral serta
peran dan tugas utama Bank Sentral (Bank Indonesia).
Sistem moneter dunia yang semakin terintegrasi dan saling bergantung telah
mengakibatkan negara-negara dengan sumber modal terbatas seperti Indonesia
menjadi tidak berdaya mengatasi perpindahan arus modal yang semakin cepat.
Dengan menganut sistem devisa bebas dan sistem nilai tukar bebas (free floating
rate), maka Bank Sentral di Indonesia mengemban tugas yang sangat berat
sekaligus menantang. Sebuah sistem Bank Sentral yang baik, sehat, dan memiliki
kualitas pelayanan yang sempurna, dengan prinsip kehati-hatian (prudential
banking), serta didukung oleh sistem politik dan budaya yang tangguh,
merupakan syarat mutlak untuk mengatasi kondisi apapun.
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Indonesia, merupakan lembaga negara
yang memiliki wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari
suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan,
serta menjalankan fungsi sebagai lender of last resort, dalam mengatasi
ketidakseimbangan (mismatch) yang disebabkan oleh risiko kredit atau risiko
pembiayaan, berdasarkan prinsip syariah, risiko manajemen, dan risiko pasar.
Sesuai dengan status Bank Indonesia sebagai otoritas moneter yang independent,
pemberian program kredit tidak lagi menjadi tugas BI.
28
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Indonesia memiliki tugas dan peranan
dalam membantu terselenggaranya sistem perbankan di Indonesia menjadi lebih
baik, secara ringkas tugas dan peran Bank Sentral tersebut diantaranya, adalah:
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
Melalui operasi pasar terbuka, penetapan tingkat diskonto, penetapan
cadangan wajib minimum (reserve requirements), dan pengaturan kredit atau
pembiayaan.
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
Pemberian ijin atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran, menetapkan
penggunaan alat pembayaran, mengatur sistem kliring antar bank, juga
memiliki wewenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah, serta
mencabut, menarik, dan memusnahkannya.
3. Mengatur dan mengawasi bank.
Menetapkan ketentuan dalam mengatur perbankan, memberikan ijin usaha
suatu bank, mencabut ijin usaha suatu bank, mewajibkan penyampaian
laporan terhadap bank, melakukan pemeriksaan bank, dan mengatur
perkembangan sistem informasi antar bank.
4. Penyampaian informasi dan laporan keuangan berdasarkan atas prinsip
transparansi dan akuntabilitas.
5. Stabilisator moneter.
Memberikan pinjaman dalam keadaan darurat kepada bank yang mengalami
kesulitan dana (lender of last resort), serta melaksanakan kebijakan moneter
melalui berbagai instrumen kebijakan dalam pengendalian moneter.
29
6. Pengatur sistem pembayaran.
Menetapkan
sistem
peraturan
dan
penyelenggaraan
kliring,
serta
mengeluarkan dan mengedarkan uang.
7. Pengawas bank dan lembaga keuangan lainnya.
2.1.3. Bank Umum
Dalam membatasi konsep mengenai Bank Umum, penulis hanya memberikan
gambaran ringkas mengenai pengertian Bank Umum, alasan pentingnya
keberadaan
Bank
Umum,
macam-macam
risiko
(uncertainties)
yang
kemungkinan akan dihadapi, serta kegiatan utama dalam pencapaian tujuan umum
dari Bank Umum tersebut.
Berdasarkan atas definisi bank yang telah dikemukakan diatas, dapat diketahui
bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang menawarkan jasa keuangan
seperti kredit, tabungan, pembayaran jasa, dan melakukan fungsi-fungsi keuangan
lainnya secara profesional. Keberhasilan bank ditentukan oleh kemampuan
mengidentifikasi permintaan masyarakat akan jasa-jasa keuangan, kemudian
memberikan pelayanan secara efisien, dan menjualnya dengan harga yang
bersaing.
Bank adalah department store of finance, yang merupakan organisasi jasa atau
pelayanan berbagai macam jasa keuangan. Promosi bank yang diterapkan oleh
Joseph F. Sinkey, adalah one stop banking atau full-services banking. Dalam
mengelola konflik antara risiko dan hasil (risk-return tradeoffs), suatu bank
30
sebaiknya memperhatikan TRICK (Technology, Regulation, Interest-rate risk,
Customers, dan Kapital adequacy).
Salah satu faktor yang sangat penting dalam melaksanakan dan meningkatkan
kinerja suatu bank, adalah kemampuan bank tersebut dalam menghadapi
ketidakpastian (risiko) dalam berbagai peristiwa. Untuk mencapai kemungkinan
laba tertinggi (highest profitability), suatu bank harus berkonsentrasi dan
berkemampuan dalam mengelola sedikitnya enam macam risiko, yaitu:
1. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk).
Merupakan risiko yang timbul sebagai akibat penarikan dana dalam jumlah
besar dan yang dilakukan setiap saat oleh deposan atau nasabah.
2. Risiko Kredit (Credit Risk).
Merupakan risiko yang timbul sebagai akibat tidak terpenuhinya kewajiban
kredit nasabah untuk membayar angsuran pinjaman maupun bunga kredit.
3. Risiko Pasar (Market Risk).
Merupakan risiko yang timbul sebagai akibat perubahan tingkat bunga pasar,
tingkat nilai tukar valuta asing, tingkat inflasi, dan lain sebagainya.
4. Risiko Tingkat Bunga (Interest-Rate Risk).
Merupakan risiko yang timbul sebagai akibat hasil negatif (negative spread)
antara biaya bunga yang harus dibayarkan kepada deposan dan nasabah,
dengan tingkat bunga kredit.
5. Risiko Pendapatan (Earnings Risk).
Merupakan risiko yang timbul sebagai akibat gagalnya penyaluran kredit
bank.
31
6. Risiko Keamanan (Solvency Risk).
Merupakan risiko yang timbul sebagai akibat ketidakstabilan politik dan
keamanan.
Didalam melaksanakan fungsinya dan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan, Bank Umum memiliki tiga kegiatan pokok, diantaranya adalah:
1. Penghimpunan dana, dengan sasaran meminimumkan biaya perolehan dana.
2. Alokasi dana, dengan sasaran memaksimumkan pendapatan bank.
3. Pelayanan jasa keuangan dan jasa non-keuangan lainnya, dengan sasaran
memaksimumkan kepuasan nasabah.
Enam kegiatan utama sebagai misi dalam pencapaian nilai bank, dapat
diberikan secara ringkas, yaitu:
1. Perkreditan, merupakan kegiatan terbesar yang memberikan kontribusi
pendapatan paling banyak bagi perbankan, dapat berupa: Bunga, komisi, dan
lain sebagainya.
2. Pemasaran, merupakan kegiatan yang diarahkan pada penghimpunan dana
dari masyarakat dan lembaga-lembaga keuangan lainnya, meliputi: Produk
yang dipasarkan (product), tingkat bunga yang ditawarkan (price), tempat
dimana produk bank bersangkutan ditawarkan (place), serta tekhnik dan
media yang digunakan oleh bank dalam memperkenalkan produknya pada
nasabah dan calon nasabah (promotion).
3. Pendanaan, merupakan kegiatan pengelolaan dana oleh para eksekutif bank
dengan tujuan untuk memperoleh kombinasi dana yang efisien serta
mengalokasikan dana pada aktiva produktif secara efektif.
32
4. Operasi, merupakan kegiatan unit-unit bank yang membantu kegiatan unit
utama bank, dapat berupa: Administrasi pembukuan, penyusunan laporan
keuangan, dan lain sebagainya.
5. Sumber daya manusia, merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya manusia
yang meliputi perencanaan, seleksi, penempatan, dan lain sebagainya.
6. Pengawasan, merupakan kegiatan pengawasan internal dan eksternal bank,
serta pengawasan Bank Indonesia.
2.1.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT
Dalam membatasi konsep mengenai Bank Perkreditan Rakyat, penulis hanya
memberikan gambaran ringkas mengenai pengertian Bank Perkreditan Rakyat,
kegiatan usaha dan kegiatan lain yang dilarang untuk dilakukan oleh Bank
Perkreditan Rakyat, serta tujuan pendirian Bank Perkreditan Rakyat.
Bank Perkreditan Rakyat, merupakan bank yang menerima simpanan hanya
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan hal itu.
Kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat, adalah untuk menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan hal tersebut, memberikan kredit,
menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai
dengan
ketentuan
yang
ditetapkan
dalam
Peraturan
Pemerintah,
serta
menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposit, dan atau tabungan pada bank lain. Disamping adanya
33
larangan untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, seperti: Menerima simpanan
berupa giro dan ikut serta dalam lalu-lintas pembayaran, melakukan kegiatan
usaha dalam valuta asing, melakukan penyertaan modal, serta melakukan usaha
perasuransian.
Tujuan didirikannya Bank Perkreditan Rakyat ini, adalah:
1. Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan jasa pelayanan perbankan, khususnya
bagi masyarakat pedesaan.
2. Menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan sehingga
masyarakat kecil dapat terhindar dari risiko keuangan.
3. Melayani kebutuhan modal dengan prosedur pemberian kredit yang mudah
dan sesederhana mungkin, dalam memenuhi kebutuhan masyarakat pedesaan
pada umumnya.
4. Menampung dan menghimpun tabungan masyarakat, dalam ikut serta
memobilisasi modal untuk keperluan pembangunan.
2.1.5. Bank Syariah
Dalam membatasi konsep mengenai Bank Syariah, penulis hanya memberikan
gambaran ringkas mengenai prinsip yang mendasari terbentuknya Bank Syariah,
karakteristik riba’, perolehan sumber dana yang dilakukan oleh Bank Syariah,
serta perbedaan antara sistem bunga dan sistem bagi hasil yang disajikan dalam
bentuk tabel perbandingan.
Prinsip bagi hasil (profits sharing) merupakan karakteristik dan landasan dasar
operasional Bank Syariah. Dalam prinsip ini, Bank Syariah berfungsi sebagai
34
mitra, baik dengan penabung sebagai pemilik dana (kreditur) maupun pengusaha
sebagai peminjam dana (debitur). Antara kedua pihak, diadakan akad
mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak.
Salah satu alasan untuk didirikannya Bank Syariah ini, adalah untuk
menghindarkan diri dari larangan agama dalam perolehan harta riba’. Beberapa
macam riba’, adalah:
1. Riba’ Qardh.
Merupakan suatu jenis manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang
disyaratkan terhadap yang berutang.
2. Riba’ Jahiliyyah.
Merupakan suatu jenis utang yang dibayar lebih dari pokoknya, karena si
peminjam (debitur) tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang telah
ditetapkan.
3. Riba’ Fadl.
Merupakan suatu jenis pertukaran antara barang sejenis dengan kadar atau
takaran yang berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk
dalam jenis barang ribawi, seperti: Emas, perak, bahan makanan pokok, dan
makanan tambahan lain.
4. Riba’ Nasi’ah.
Merupakan suatu jenis penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang
ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya.
Dalam hal perolehan sumber dana yang dibutuhkan oleh Bank Syariah, dapat
dilakukannya melalui:
35
1. Modal.
Sumber dana awal bersumber dari pihak pertama yang diserahkan kepada para
pemilik bank, dan setiap akhir tahun akan memperoleh bagian laba (dividend)
dari hasil usaha bank.
2. Titipan.
Sumber dana dapat juga diperoleh dari pihak ketiga, dengan cara menerima
titipan (al wadi’ah), yang setiap saat dapat diambil bilamana dikehendaki oleh
para pemilik modal. Ada dua karakter al wadi’ah, yaitu: wadi’ah yad alamanah dimana harta dan barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan
oleh penerima titipan, penerima titipan berhak meminta biaya pada penitip,
dan aplikasinya sebagai save deposit box, serta wadi’ah yad adh-dhamanah
dimana harta dan barang yang dititipkan dapat dimanfaatkan oleh penerima
titipan, meskipun dapat dimanfaatkan tetapi tidak ada keharusan bagi bank
untuk memberikan hasil pemanfaatan pada penitip, pemberian bonus (tanda
terima kasih) sepenuhnya merupakan wewenang bank, dan aplikasinya
sebagai giro atau tabungan.
3. Investasi.
Merupakan bentuk kerja sama antara pemilik dana dengan pengelola dana,
berdasarkan atas prinsip mudharabah, jenis investasi ini dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu: mudharabah muthlaqah dimana pemilik dana tidak
memberikan batasan-batasan atas dana yang diinvestasikan, bank diberi
wewenang penuh mengelola dana tanpa terikat waktu, tempat, jenis usaha,
dan jenis pelayanan, bank harus membagi risiko dan hasil (risks and returns
36
sharing) dengan nasabah maupun pengguna dana, dan aplikasinya sebagai
deposito berjangka, serta mudharabah muqayyah dimana pemilik dana
memberikan batasan atas dana yang diinvestasikan, bank hanya dapat
mengelola dana sesuai dengan batasan yang diberikan oleh pemilik dana, dan
aplikasinya sebagai proyek khusus.
Berikut ini akan diberikan gambaran umum mengenai perbedaan antara sistem
bunga yang diterapkan oleh pada umumnya sistem perbankan yang ada dengan
sistem bagi hasil Bank Syariah dalam bentuk tabel perbandingan, yang pada
dasarnya membedakan antara eksistensi halal dan haram dalam investasi yang
dilakukan, prinsip dasar pendapatan bank, orientasi kepentingan, serta jenis
hubungan kemitraan.
Tabel. 2.1. Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil
SISTEM BUNGA
SISTEM BAGI HASIL
1
2
3
4
5
6.
Penentuan prosentase bunga,
ditentukan sepihak oleh bank
dengan asumsi pasti memperoleh
keuntungan.
Risiko sepihak,
dimana risiko kerugian ditanggung
peminjam.
Pendapatan pasti,
pendapatan bunga diperoleh tetap dan
pasti tanpa melihat apakah peminjam
memperoleh untung atau rugi.
Penentuan rasio bagi hasil,
ditentukan bersama secara musyawarah
dengan asumsi kemungkinan
beruntung atau merugi.
Risiko bersama,
ditanggung bersama antara pemilik,
pengelola (bank) dan peminjam.
Pendapatan tidak pasti,
pendapatan tidak diperoleh secara
pasti. Jika rugi, maka semua pihak
yang terlibat turut menanggungnya.
Pendapatan bunga konstan,
besarnya konstan meskipun bank dan
peminjam memperoleh keuntungan yang
besar.
Eksistensinya dikecam dan diragukan
oleh semua agama.
Dampak pertumbuhan ekonomi, manfaat
sepihak, sebagian besar masyarakat
(kecil) dieksploitasi, dan memperburuk
distribusi pendapatan.
Pendapatan tergantung hasil usaha,
besar kecilnya pendapatan tergantung
dari keuntungan yang diperoleh oleh
proyek yang dibiayai.
Tidak ada yang meragukan keberadaan
bagi hasil.
Dampak pemerataan ekonomi, manfaat
bersama, tidak ada yang dieksploitasi,
dan meningkatkan pemerataan
pendapatan.
(Juli Irmayanto dkk, 2002, Bank & Lembaga Keuangan, hal. 125)
37
2.2. Sistem Ekonomi Dan Keuangan
Menurut John Maynard Keynes, ada tiga kemungkinan yang berkaitan dengan
tujuan seseorang dalam memiliki atau memegang uang dalam jumlah tertentu,
yaitu:
1. Tujuan Transaksi.
Penggunaan uang dalam bentuk apapun yang digunakan untuk melakukan
pertukaran dalam memperoleh suatu bentuk barang atau jasa guna memenuhi
kebutuhan jangka pendek.
2. Tujuan Tabungan.
Penempatan uang untuk disimpan guna berjaga-jaga dalam memenuhi
kebutuhan yang bersifat mendesak dan memenuhi kebutuhan lain yang timbul
pada masa yang akan datang serta kebutuhan jangka panjang lain.
3. Tujuan Spekulatif.
Penempatan uang dalam suatu bentuk alat investasi dengan harapan akan
berkembang dan menghasilkan nilai yang lebih tinggi pada masa yang akan
datang.
Dalam hal mengakomodisir keinginan konsumen yang semakin pluralis, maka
tersedianya berbagai macam pasar dalam memenuhi harapan konsumen terus
meningkat dan semakin ketat.
Sistem ekonomi dan keuangan dapat dikelompokkan dalam banyak cara. Salah
satu cara adalah dengan mengorganisasikan sistem tersebut kedalam dua macam
pasar, yaitu pasar untuk barang dan jasa serta pasar untuk aset keuangan.
38
2.2.1. Pasar Aset Riil Dan Jasa
Aset riil adalah aset yang nyata (tangible), sedangkan jasa adalah aset yang
tidak nyata (intangible). Contoh pasar dari aset nyata adalah makanan dan
pakaian, sedangkan contoh pasar untuk aset tidak nyata adalah perbaikan mobil
dan konsultan keuangan. Suatu perusahaan (bank) mengorganisir kreatifitas
mereka dan menghubungkan tenaga kerja ke dalam produksi barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
Operasi dari pasar untuk aset riil dan jasa ditentukan oleh suatu sistem harga
(price system). Masyarakat menyatakan kebutuhan mereka dengan kemampuan
mereka untuk membayar pada suatu tingkat harga tertentu guna memperoleh
suatu produk atau jasa. Jika barang-barang atau jasa dapat diproduksi dan dijual
untuk menghasilkan keuntungan (profit), maka kebutuhan masyarakat akan dapat
terpenuhi.
Kebanyakan dari produk dan jasa yang kita beli didalam pasar yang
ditawarkan kepada kita melalui unit-unit usaha. Bagaimanapun unit usaha
memerlukan modal (capital), yaitu sumber keuangan yang dibutuhkan untuk
mendapatkan tenaga kerja, mesin-mesin, dan keahlian manajerial dalam
menyediakan apa yang dibutuhkan masyarakat. Sangat banyak unit usaha yang
kecil mendapatkan modal (capital) dari bermacam-macam sumber, seperti bank
lokal dan modal yang dimiliki sendiri. Suatu perekonomian yang bergairah,
bagaimanapun tidak akan dapat tercapai tanpa keberadaan uang dan pasar modal,
yaitu pasar untuk aset keuangan (financial market).
39
2.2.2. Pasar Aset Keuangan
Suatu aset keuangan adalah tagihan-tagihan (claims) terhadap penghasilan
yang didapatkan dari aset riil yang digunakan oleh perusahaan (bank) atau
pemerintah. (Bodie, Kane, Marcus, 2002, Investments, hal. 28)
Sebagai contoh, suatu perusahaan (bank) yang memerlukan sejumlah modal,
meminjam uang dari pihak yang terkait dengan memberikan sebuah catatan
perjanjian (promissory notes). Catatan tersebut adalah sebuat aset keuangan yang
dipegang oleh pihak yang terkait tadi sebagai yang meminjamkan uang dan
catatan tersebut mewakili suatu klaim terhadap perusahaan (bank) yang
bersangkutan sebagai peminjam uang. Dari sudut pandang perusahaan (bank),
catatan tersebut merupakan suatu utang keuangan.
Banyak aset keuangan, seperti saham (stocks) dan obligasi (bonds) yang
dikeluarkan oleh unit usaha dan obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah,
diperdagangkan di pasar yang terorganisir. Setelah suatu perusahaan (bank)
mengeluarkan saham, saham tersebut dapat dijual dari individu kepada individu
yang lain. Sebuah pasar saham yang aktif akan memudahkan bagi perusahaan
(bank) untuk mendapatkan modal dengan meyakinkan investor bahwa saham
yang dibelinya dari perusahaan (bank) dapat dijual kepada investor yang lain jika
diperlukan. Perdagangan saham secara langsung dari perusahaan (bank) disebut
dengan pasar primer (primary market), sedangkan perdagangan saham diantara
investor disebut dengan pasar sekunder (secondary market).
Pasar keuangan selalu dibagi menjadi dua sub pasar, yaitu pasar uang (money
market) dan pasar modal (capital market). Pasar uang adalah suatu kelompok
40
pasar, dimana instrumen kredit jangka pendek yang umumnya berkualitas tinggi
diperjualbelikan. Karena pada pasar uang pelaksanaan transaksi tidak dilakukan
ditempat tertentu sebagaimana halnya dengan bursa efek pada pasar modal, maka
sering pula disebut dengan pasar abstrak. Pasar modal adalah pasar untuk
instrumen keuangan jangka panjang dan saham yang dikeluarkan oleh
perusahaan-perusahaan (bank) yang merupakan pasar konkrit. Atau dengan kata
lain, pengelompokkan pasar dapat dilakukan berdasarkan atas jangka waktu klaim
(maturity of claims), yaitu:
1. Pasar Uang (Money Market).
Merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market) yang digunakan
sebagai tempat pertemuan antara penawaran dan permintaan atas berbagai
instrumen keuangan jangka pendek, seperti: Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Surat Berharga Pemerintah, sertifikat
deposito, dan lain sebagainya.
2. Pasar Modal (Capital Market).
Merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market) yang digunakan
sebagai tempat pertemuan penawaran dan permintaan atas berbagai instrumen
keuangan jangka panjang baik dalam bentuk modal sendiri (stocks) maupun
utang (bonds) yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun
oleh perusahaan swasta (private sectors).
41
2.2.3. Pasar Modal
Ada berbagai macam definisi mengenai pasar modal, beberapa diantaranya
adalah:
Pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta Lembaga dan Profesi yang berkaitan dengan efek. (UndangUndang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995, Bab I, Pasal 1, Tentang Pasar
Modal)
Pasar modal merupakan suatu jenis pasar konkrit dimana jual beli dana-dana
jangka panjang yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun
dilakukan dan merupakan alternatif sumber pembiayaan modern selain
perbankan. (Widoatmodjo, Sawidji, 1996, Cara Sehat Investasi Di Pasar Modal,
hal. 13)
Pasar modal merupakan pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan
dengan jangka waktu yang relatif panjang, yang diinvestasikan pada barang
modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi dan penghubung
antara pemilik dana (investor) dengan pengguna dana (emiten), yang pada
akhirnya mampu meningkatkan kegiatan perekonomian. (Juli Irmayanto dkk,
2002, Bank & Lembaga Keuangan, hal. 289)
Dari beberapa definisi tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa pasar modal
merupakan sarana dalam bentuk penyediaan suatu fasilitas (tempat) bertemunya
permintaan (investor) dan penawaran (emiten) sebagai alternatif mobilisasi dana
42
(pembelanjaan) bagi perusahaan dan membantu meningkatkan kegiatan
perekonomian secara nasional.
Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis tidak saja bagi pihak yang
memerlukan dana (borrowers) dan pihak yang meminjamkan dana (lenders),
tetapi juga bagi pemerintah. Di era globalisasi ini, hampir seluruh negara menaruh
perhatian yang besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi
penguatan ketahanan ekonomi suatu negara. Terjadinya pelarian modal ke luar
negeri (capital flight) bukan hanya merupakan akibat dari menurunnya
(depresiasi) nilai rupiah, atau tingginya inflasi dan suku bunga di suatu negara,
akan tetapi juga diakibatkan karena tidak tersedianya alternatif investasi yang
menguntungkan di negara tersebut. Oleh karena itu, sangat beralasan bilamana
pemerintah Indonesia begitu gigih dalam menghidupkan pasar modal. Pada
dasarnya terdapat empat peranan strategis dari pasar modal bagi perekonomian
suatu negara, yaitu:
1. Sebagai Sumber Penghimpun Dana.
Pasar modal berfungsi sebagai alternatif sumber penghimpunan dana selain
sistem perbankan yang selama ini dikenal merupakan media penghimpunan
dana secara konvensional. Pasar modal memungkinkan perusahaan (bank)
menerbitkan surat berharga (sekuritas), baik surat tanda utang (obligasi)
maupun surat tanda kepemilikan (saham). Dengan memanfaatkan sumber
dana dari pasar modal, perusahaan (bank) dapat terhindar dari kondisi debt to
equity ratio yang terlalu tinggi.
43
2. Sebagai Alternatif Investasi Para Pemodal.
Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk membentuk
portofolio investasi melalui cara mengkombinasikan dana pada berbagai
kemungkinan investasi dengan harapan memperoleh keuntungan yang lebih
dan sanggup menanggung sejumlah risiko tertentu yang mungkin terjadi.
3. Biaya Penghimpunan Dana Melalui Pasar Modal Relatif Rendah.
Dalam
melakukan
penghimpunan
dana,
suatu
perusahaan
(bank)
membutuhkan biaya yang relatif lebih kecil jika diperoleh melalui penjualan
saham daripada meminjam ke suatu bank lain.
4. Bagi Negara, Pasar Modal Akan Mendorong Perkembangan Investasi.
Setiap perusahaan (bank), khususnya yang berskala besar dan bersifat
strategis, pasti berkeinginan untuk mampu meningkatkan kapasitas usahanya
agar dapat menaikkan volume penjualan dan pendapatan. Usaha yang berskala
kecil secara teoritis, sulit untuk mencapai skala produksi yang efisien
(economies of scale), sehingga untuk memperbaiki posisinya perusahaan
(bank) yang bersangkutan melakukan perluasan usaha (expansion). Perluasan
usaha ini membutuhkan modal yang besar. (Usman, Marzuki, Riphat, Singgih,
dan Ika, Syahrir, 1997, Pengetahuan Dasar Pasar Modal, hal. 13-17)
Aktivitas pasar modal melibatkan banyak lembaga yang terkait, baik swasta
maupun pemerintah, yang sifatnya saling melengkapi. Sebagai wadah untuk
mencari dana bagi perusahaan (bank) dan wadah investasi bagi pemodal,
keberadaan dan aktifitas pasar modal berkepentingan dengan banyak pihak. Agar
dapat tercipta iklim investasi yang baik, dan berlakunya pelaksanaan pembinaan
44
dan pengawasan yang lancar, diperlukan suatu lembaga atau instansi yang
berfungsi sebagai pengatur (regulator). Berdasarkan atas Undang-Undang
Republik Indonesia No. 8 tahun 1995 Bab II, tentang Pasar Modal; “Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) memiliki tugas utama untuk melakukan
pembinaan, pengaturan, pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal, pemberian
ijin usaha dan ijin orang perseorangan, mewajibkan pendaftaran profesi
penunjang pasar modal, menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan
pemberhentian untuk sementara manajemen, menetapkan persyaratan, tata cara,
menyatakan, menunda, atau membatalkan efektifitas pernyataan pendaftaran,
melakukan pemeriksaan dan penyidikan, mengumumkan hasil pemeriksaan,
menghentikan pencatatan suatu efek, serta menetapkan instrumen lain sebagai
efek, dengan tujuan mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur,
wajar, dan efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat”.
Dalam hal permintaan atas pertanggungjawabannya, BAPEPAM berada di bawah
Menteri Keuangan.
Disamping itu, dianggap penting pula untuk mengetahui pelaku utama dalam
pasar modal, diantaranya adalah:
1. Emiten.
Merupakan pihak yang melakukan emisi atau kegiatan penawaran efek kepada
masyarakat, baik yang berupa saham ataupun obligasi.
45
2. Pemodal (Investor).
Merupakan pihak yang menginvestasikan dananya melalui pembelian efek,
kegiatan ini dilakukan untuk kepentingan pihak investor itu sendiri dan
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan dari efek yang dibelinya.
3. Perantara Pedagang Efek (Brokers).
Merupakan pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk
kepentingan sendiri atau pihak lain.
4. Penjamin Emisi (Underwriters).
Merupakan pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan
penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban
untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.
5. Penasihat Investasi.
Merupakan pihak yang memberikan nasihat atas alternatif investasi dana dari
para nasabah dan calon nasabah.
6. Lembaga Penunjang Pasar Modal:
a. Biro Administrasi Efek, merupakan salah satu lembaga penunjang pasar
modal yang menyediakan pelayanan jasa kepada emiten dalam bentuk
pencatatan dan pemindahan kepemilikan efek-efek emiten tertentu.
b. Tempat Penitipan Efek dan Harta Lainnya (Custodian), merupakan salah
satu lembaga penunjang pasar modal yang memberikan jasa penitipan efek
dan harta lainnya yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, menerima
bunga, dividen, dan hak-hak lain menyelesaikan transaksi efek dan
mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
46
c. Wali amanat (Trustee), merupakan salah satu lembaga penunjang pasar
modal yang mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau
sekuritas.
7. Profesi Penunjang Pasar modal:
a. Akuntan Publik.
b. Notaris.
c. Konsultan Hukum.
d. Perusahaan Penilai.
e. Profesi lain yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah.
Mengenai macam instrumen dalam pasar modal, penulis membatasi hanya
pada jenis penawaran saham saja. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda
penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan
(bank). Dua keuntungan yang dapat diperoleh dari pembelian atau kepemilikan
saham, yaitu:
1. Dividend.
Merupakan pembagian keuntungan yang diberikan oleh perusahaan (bank)
penerbit saham (issuer) yang bersangkutan atas keuntungan yang dihasilkan
oleh perusahaan (bank) tersebut.
2. Capital Gain.
Merupakan selisih antara harga beli dan harga jual, dengan adanya aktifitas
perdagangan saham di pasar sekunder. (Fakhruddin, M dan Hadianto, M.
Sopian, 2001, Perangkat Model Analisis Investasi Di Pasar Modal, hal 7-8)
47
Dalam hal ini perlu pula diketahui mengenai tempat suatu saham tersebut
dapat ditawarkan atau diperjualbelikan, yang dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pasar Perdana (Primary Market).
Merupakan pasar abstrak dimana terjadi penawaran dan penjualan efek untuk
pertama kalinya pada saat penerbitan efek oleh perusahaan (bank) yang
melakukan go public, dilakukan oleh penjamin utama emisi, penjamin emisi,
dan agen penjualan. Atau dengan kata lain, merupakan tempat perdagangan
efek yang baru diterbitkan oleh emiten sebelum efek tersebut diperdagangkan
pada pasar sekunder. Adapun harga efek tidak ditentukan atas dasar
permintaan dan penawaran yang terjadi, melainkan telah ditetapkan
sebelumnya sesuai kesepakatan antara pihak emiten dan penjamin utama
emisi serta penjamin emisi efek.
2. Pasar Sekunder (Secondary Market).
Merupakan tempat bagi investor untuk membeli ataupun menjual kembali
efek yang dimilikinya, atau dikenal pula sebagai pasar bursa.
Saham memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah:
1. Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan (issuer bank) memperoleh laba.
2. Memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (one share one
vote).
3. Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan
(bank), jika perusahaan (bank) yang bersangkutan dilikuidasi (dibubarkan)
setelah semua kewajiban perusahaan (bank) dilunasi.
48
4. Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi
sahamnya.
Hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya. (Fakhruddin, M dan
Hadianto, M. Sopian, 2001, Perangkat Model Analisis Investasi Di Pasar
Modal, hal. 8)
Disamping hal tersebut diatas, klasifikasi saham dapat dilakukan berdasarkan
atas beberapa hal, yaitu:
1. Cara Peralihan Hak:
a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks).
Merupakan jenis saham dengan tidak mencantumkan nama pemiliknya
agar mudah dipindahtangankan dari satu investor kepada investor lainnya.
b. Saham Atas Nama (Registered Stocks).
Merupakan saham yang ditulis dengan jelas nama pemiliknya, dimana
cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
2. Hak Tagihan (Claims):
a. Saham Biasa (Common Stocks).
Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling bawah (junior)
terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan
(bank), apabila perusahaan (bank) tersebut dilikuidasi.
b. Saham Preferensi (Preferred Stocks).
Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi
dan saham biasa, karena mampu menghasilkan pendapatan tetap (seperti
49
bunga obligasi), tetapi juga kemungkinan tidak memperoleh hasil seperti
yang diharapkan investor.
3. Kinerja (Performance):
a. Blue-Chips Stocks.
Merupakan jenis saham biasa dari suatu perusahaan (bank) yang memiliki
reputasi tinggi, sebagai leader pada industri sejenis (perbankan),
umumnya memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam
membayar dividen.
b. Income Stocks.
Merupakan jenis saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan
membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada
tahun sebelumnya.
c. Growth Stocks (Well-Known).
Merupakan jenis saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan
pendapatan yang tinggi, sebagai leader pada industri sejenis (perbankan)
dan memiliki reputasi tinggi. Selain itu ada juga Growth Stocks (LesserKnown) yang memiliki ciri khas hampir sama dengan Well-Known, namun
tidak begitu populer.
d. Speculative Stocks.
Merupakan jenis saham dari suatu perusahaan (bank) yang tidak bisa
secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi
kemungkinan memiliki kemampuan penghasilan yang tinggi pada masa
datang.
50
e. Counter-Cyclical Stocks.
Merupakan jenis saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi makro
maupun situasi bisnis secara umum.
f. Emerging-Growth Stocks.
Merupakan jenis saham yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan (bank)
yang relatif lebih kecil dan memiliki daya tahan yang kuat, meskipun
dalam kondisi ekonomi yang kurang mendukung.
g. Defensive Stocks.
Merupakan jenis saham perusahaan (bank) yang dapat bertahan dan tetap
stabil, dari suatu periode atau kondisi yang tidak menentu serta resesi.
(Fakhruddin, M dan Hadianto, M. Sopian, 2001, Perangkat Model Analisis
Investasi Di Pasar Modal, hal. 12-14)
2.3. Laporan Keuangan
Suatu bank memiliki berbagai macam laporan keuangan. Dua diantaranya
memiliki peran sebagai bahan masukan bagi pimpinan dan pihak luar (yang ingin
bekerja sama), untuk mengevaluasi posisi keuangan dan perkembangan usaha
bank yang bersangkutan. Kedua laporan keuangan tersebut adalah neraca
(balance sheet) dan perkiraan laba/rugi (profit and loss account). Kedua-duanya
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, karena berfungsi saling melengkapi.
51
2.3.1. Neraca (Balance Sheet)
Neraca adalah laporan keuangan yang melaporkan secara ringkas jenis dan
jumlah harta yang dapat dinyatakan dalam satuan mata uang tertentu, serta utang
dan modal sendiri yang dimiliki bank pada tanggal tertentu dalam hal memenuhi
kebutuhan akan pembelanjaan bank.
Pembelanjaan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk, yaitu:
1. Berdasarkan Atas Jenis Pembelanjaan:
a. Pembelanjaan Pasif.
Usaha perolehan modal yang dibutuhkan berdasarkan atas syarat-syarat
yang menguntungkan dalam memenuhi pembelanjaan kuantitatif (besar
modal yang dibutuhkan) dan pembelanjaan kualitatif (jenis modal yang
dibutuhkan).
b. Pembelanjaan Aktif.
Usaha penyerahan dan penanaman modal dengan cara seefisiensi mungkin
dalam memenuhi keseimbangan normal dan mengantisipasi terjadinya
pembelanjaan yang kurang cukup (under financing) dimana jumlah modal
yang tersedia tidak cukup untuk membiayai usaha-usahanya atau
pembelanjaan yang berlebihan (over financing) dimana jumlah modal yang
tersedia berlebihan untuk membiayai usaha-usahanya.
2. Berdasarkan Atas Sumber Modal:
a. Pembelanjaan Dari Luar Perusahaan / Bank (External Financing).
Usaha pemenuhan kebutuhan modal suatu bank dapat diperoleh dari
sumber-sumber modal di luar bank yang kemudian menjadi modal sendiri
52
didalam bank yang bersangkutan dan dikenal dengan pembelanjaan sendiri
(equity financing), atau penyertaan pemenuhan kewajiban tertentu bagi bank
yang dikenal dengan pembelanjaan utang (debt financing).
b. Pembelanjaan Dari Dalam Perusahaan / Bank (Internal Financing).
Usaha pemenuhan kebutuhan modal suatu bank dapat diperoleh dari dana
yang dibentuk atau dihasilkan sendiri didalam bank yang bersangkutan dan
dikenal dengan pembelanjaan intensif. (Riyanto, Bambang, 1992, DasarDasar Pembelanjaan Perusahaan, hal. 3-14)
Harta suatu bank dapat berupa uang kas, piutang, serta aktiva tetap lainnya.
Untuk mendanai harta tersebut, suatu bank dapat meminjam dari pihak ketiga
yang selanjutnya dikenal dengan utang, dan meminjam dari para pemegang saham
bank tersebut yang selanjutnya dikenal dengan modal sendiri. Apabila karena
berbagai macam sebab suatu bank menghentikan usahanya maka bersih saldo
modal sendiri yang tersisa wajib dikembalikan kepada para pemiliknya.
Modal dapat juga diklasifikasikan kedalam dua bentuk, yaitu modal konkrit
(aktiva) dan modal abstrak (passiva). Kedua macam modal ini dapat dilihat
didalam bentuk neraca suatu perusahaan (bank). Dua bentuk penyusunan neraca
yang dapat dilakukan diantaranya adalah bentuk T (T-form) dimana sisi kiri
neraca ditempatkan oleh seluruh harta bank atau aktiva dan sisi kanan neraca
ditempatkan oleh utang dan modal sendiri atau passiva, sedangkan bentuk L (Lform) dimana bagian atas neraca ditempatkan oleh seluruh harta bank atau aktiva
dan bagian bawah neraca ditempatkan oleh utang dan modal sendiri atau passiva.
53
2.3.2. Laporan Laba/Rugi (Profit/Loss Account Statement)
Perkiraan laba/rugi memberikan laporan ringkas tentang jenis dan jumlah
pendapatan atau hasil penjualan yang diperoleh bank selama masa tertentu,
pengeluaran selama masa itu, dan keuntungan yang diperoleh atau kerugian yang
diderita selama masa yang bersangkutan.
Dalam hal ini, tidak seluruh biaya yang ditanggung oleh suatu perusahaan
(bank) dapat dikelompokkan sebagai pengeluaran. Ada beberapa macam
pengeluaran yang dilaporkan dalam perkiraan laba/rugi, yaitu:
1. Pengeluaran yang tidak berkaitan langsung dengan satu masa tertentu operasi
bisnis perusahaan (bank), dan dikenal dengan biaya non operasional (nonoperating costs).
2. Pengeluaran yang berkaitan langsung dengan satu masa tertentu operasi bisnis
perusahaan (bank), dan dikenal dengan biaya operasional (operating costs).
(Sutojo, Siswanto, 2002, Mengenali Arti Dan Penggunaan Neraca Perusahaan,
hal. 4)
2.3.3. Analisis Laporan Keuangan
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh likuiditas, solvabilitas, dan
profitabilitas terhadap imbal hasil saham pada suatu bank, dapat dilakukan
analisis dari laporan keuangan yang telah diterbitkan oleh bank-bank go public.
Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk mampu menyajikan laporan
kemajuan suatu perusahaan (bank) secara periodik. Laporan keuangan pada
umumnya meliputi: Neraca (balance sheet), laporan laba/rugi (profit/loss
54
account), laporan kepemilikan modal (statement of owners’ equity), dan laporan
arus kas (statement of cash flow).
Tujuan penyajian laporan keuangan yang dilakukan oleh suatu bank, adalah:
1. Menyajikan informasi untuk tujuan pembuatan dan pengambilan keputusan.
2. Menyajikan informasi yang menyangkut sumber-sumber daya suatu bank dan
pengalokasian sumber-sumber daya tersebut.
3. Menyajikan informasi mengenai kinerja suatu bank dan laba yang dihasilkan
atau kerugian yang diderita.
4. Menyajikan informasi yang dapat dijadikan dasar oleh investor dan kreditur
untuk melakukan penilaian atas prospek arus kas pada suatu bank.
5. Menyajikan informasi tambahan mengenai kemampuan suatu bank dalam
memperoleh dan mengalokasikan kas, pinjaman dan pengembalian pinjaman,
transaksi modal (capital transaction), dan distribusi-distribusi lainnya dari
sumber-sumber daya yang dimiliki oleh suatu bank kepada para pemiliknya,
serta
faktor-faktor
lain
yang
mempengaruhi
kemampuan
likuiditas,
solvabilitas, dan profitabilitas bank yang bersangkutan.
Dalam menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam
laporan keuangan, sehingga dapat diketahui perubahan dari masing-masing pos
tersebut jika dibandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk suatu bank
tertentu, atau dibandingkan dengan laporan keuangan bank lainnya, dapat
digunakan suatu tekhnik analisis.
Pada umumnya, tujuan dari setiap tekhnik analisis yang digunakan adalah
untuk membuat penyederhanaan data-data yang diperoleh sehingga dapat lebih
55
mudah dimengerti. Pertama-tama analis harus mengumpulkan atau mengorganisir
data yang diperlukan (pada umumnya data diperoleh dari informasi umum yang
tersedia, seperti laporan tahunan), lalu dilakukan perhitungan atau pengukuran,
selanjutnya melakukan analisis, dan menginterpretasikan data-data yang telah
dikelola tersebut menjadi sebuah informasi yang lebih berarti untuk digunakan
sebagai dasar pembuatan dan pengambilan suatu keputusan investasi.
Ada beberapa tekhnik analisis yang dapat digunakan, yaitu:
1. Analisis Internal.
Merupakan teknik analisis yang dilakukan oleh mereka yang dapat memperoleh
informasi yang lengkap dan terperinci mengenai suatu bank dengan tujuan
untuk mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi
didalam kondisi keuangan bank yang bersangkutan.
2. Analisis Eksternal.
Merupakan tekhnik analisis yang dilakukan oleh mereka yang tidak dapat
memperoleh informasi yang terperinci mengenai suatu bank, sehingga laporan
yang digunakan berupa laporan neraca dan laporan laba/rugi untuk mengukur
tingkat likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas bank yang bersangkutan.
3. Analisis Komparatif.
Analisis komparatif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Analisis Horisontal (Trend Analysis).
Merupakan tekhnik analisis yang dilakukan dengan membandingkan kegiatan
usaha suatu bank secara absolute dalam bentuk relatifitas atas bagian kegiatan
yang ada pada saat ini dengan kegiatan-kegiatan yang telah dicapai pada
56
periode sebelumnya, dikenal juga sebagai analisis dinamis. Dengan
penggunaan tekhnik analisis ini akan dapat diperoleh kesimpulan, apakah
telah terjadi kemajuan atau kemunduran usaha dari masing-masing bank yang
bersangkutan. Pendekatan yang dilakukan dalam penggunaan tekhnik analisis
ini, adalah:
i. Indeks dasar tunggal (single base index), yang dipilih dari tahun laporan
yang terakhir sebagai tahun dasar perhitungan.
ii. Indeks dasar berganti (moving base index), menggunakan seluruh periode
laporan yang akan dianalisis.
b. Analisis Vertikal (Common Size Analysis).
Merupakan tekhnik analisis yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
peran serta dari suatu pos terhadap kegiatan bank secara keseluruhan, dikenal
juga sebagai analisis statis.
4. Analisis Bank Environment.
Merupakan tekhnik analisis yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan daya saing (market share) suatu bank atau suatu cabang dari bank
tersebut dan untuk mengetahui tingkat laju perkembangan (rate of growth)
dari industri-industri perbankan dalam skala nasional maupun regional guna
memperoleh tingkat perkembangan riil dari suatu bank atau suatu cabang dari
bank yang dimaksud.
5. Analisis Laporan Keuangan Pada Tingkat Inflasi Yang Tinggi (Accounting
Inflation Analysis).
57
Merupakan
tekhnik
analisis
yang
digunakan
untuk
menghindarkan
pengambilan keputusan atau hasil analisis yang keliru, mengingat dalam
akuntansi adanya asumsi dasar terhadap stable monetary unit assumption,
sehingga laporan keuangan suatu bank pada masa inflasi tersebut perlu
dievaluasi terlebih dahulu untuk dapat memperoleh hasil evaluasi yang
memuaskan.
6. Analisis Titik Pulang Pokok (Break Even Point Analysis).
Merupakan tekhnik analisis yang digunakan untuk perencanaan perolehan
laba dan pengawasan penggunaan aktiva bank (profit planning and control),
untuk menetapkan minimal target, serta untuk mengukur efisiensi dan
efektifitas kerja bank cabang maupun bagian-bagiannya (banking unit system)
baik dalam jangka pendek dan jangka panjang.
7. Analisis Variansi.
Merupakan tekhnik analisis yang digunakan dalam membandingkan antara
target yang ditetapkan dalam anggaran dengan realisasi yang dicapai, apakah
menguntungkan (favorable variance) atau terjadi penyimpangan yang
merugikan (unfavorable variance). Mulyono, Teguh Pudjo, 1999, Analisa
Laporan Keuangan Untuk Perbankan, hal. 46)
2.4. Analisis Fundamental
Dalam melakukan analisis dan memilih saham, ada dua aspek atau pendekatan
yang sering digunakan, yaitu aspek fundamental dan aspek tekhnikal. Aspek
fundamental merupakan faktor-faktor yang diidentifikasikan dapat mempengaruhi
harga saham. Faktor-faktor tersebut antara lain, adalah: Penjualan, pertumbuhan
58
penjualan, kebijakan dividen, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
manajemen, kinerja, statement yang dikeluarkan oleh emiten yang bersangkutan,
dan lain sebagainya.
Pada dasarnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktorfaktor yang dapat dikendalikan oleh suatu perusahaan (bank) dan faktor-faktor
diluar kendali perusahaan (bank).
Analisis fundamental sendiri, merupakan tekhnik-tekhnik yang mencoba
memperkirakan ada atau tidak adanya hubungan antara kinerja suatu bank
terhadap imbal hasil sahamnya di bursa serta memperkirakan harga saham dimasa
yang akan datang dengan cara:
1. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga
saham di masa yang akan datang.
2. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut hingga diperoleh taksiran
harga saham.
Analisis fundamental juga sering disebut dengan analisis perusahaan (bank)
karena menggunakan data keuangan perusahan (bank) dalam menghitung nilai
intrinsik saham.
Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik merupakan sumber
informasi yang sangat penting bagi investor dalam melakukan analisis
fundamental. Laporan keuangan menggambarkan aspek-aspek fundamental bank
yang bersifat kuantitatif.
Salah satu tekhnik dalam analisis laporan keuangan adalah analisis rasio
keuangan, terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
59
1. Rasio-Rasio Likuiditas (liquidity Ratios).
Merupakan rasio yang digunakan dalam mengukur kemampuan perusahaan
(bank) untuk memenuhi kewajiban finansiil jangka pendek dan kewajiban
lainnya yang akan mendekati jatuh tempo, diantaranya adalah:
a. Quick (Acid Test) Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
suatu bank dalam membayar kembali simpanan para deposannya dengan
alat-alat yang paling likuid (callable assets) yang dimiliki oleh pihak bank
yang bersangkutan. Semakin tinggi rasio ini maka tingkat likuiditasnya akan
semakin baik, karena jumlah simpanan yang digunakan untuk membiayai
aktiva lancarnya semakin besar.
Aktiva Lancar
Quick (Acid Test) Ratio =
Jumlah Simpanan
b. Investing Policy Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
suatu bank dalam melunasi kewajibannya kepada para deposan dengan
melikuidasi surat-surat berharga yang dimilikinya. Surat-surat berharga
(securities) yang dimaksud adalah berbagai macam surat berharga yang
dapat dicairkan sewaktu-waktu, atau surat-surat berharga yang telah jatuh
tempo yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan untuk memanfaatkan
dananya yang menganggur. Semakin tinggi rasio ini maka tingkat
likuiditasnya akan semakin baik, karena jumlah simpanan yang digunakan
untuk membiayai sekuritasnya semakin besar.
Jumlah Sekuritas
Investing Policy Ratio =
Jumlah Simpanan
60
c. Loan To Deposit Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
likuiditas suatu bank. Semakin tinggi rasio ini maka tingkat likuiditasnya
akan semakin baik, karena jumlah simpanan yang digunakan untuk
membiayai kreditnya semakin besar.
Jumlah Kredit Yang Diberikan
Loan To Deposit Ratio =
Jumlah Simpanan
d. Assets To Loan Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
likuiditas suatu bank. Semakin tinggi rasio ini maka tingkat likuiditasnya
akan semakin kecil, karena jumlah aktiva secara keseluruhan yang
digunakan untuk membiayai kreditnya semakin besar.
Jumlah Aktiva Keseluruhan
Assets To Loan Ratio =
Jumlah Kredit Yang Diberikan
2. Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio).
Merupakan rasio yang digunakan dalam mengukur sejauh mana perusahaan
(bank) dibiayai oleh pihak luar atau dengan kata lain menunjukkan proporsi
atas penggunaan utang untuk membiayai investasi perusahaan (bank), salah
satunya adalah:
Deposit Risk Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan
suatu bank dalam memenuhi seluruh kewajiban finansiilnya baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Semakin tinggi rasio ini maka tingkat
solvabilitasnya akan semakin baik, karena jumlah ekuitas (utang) secara
keseluruhan yang digunakan untuk membiayai simpanannya semakin besar
(actual solvency).
61
Jumlah Ekuitas
Deposit Risk Ratio =
Jumlah Simpanan
3. Rasio-Rasio Kemampulabaan (Profitability Ratios).
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan
kemampuan perusahaan (bank) dalam memperoleh laba. Rasio ini sangat
berkaitan dengan harga saham, diantaranya adalah:
a. Return On Investment (ROI) Ratio, atau dikenal juga sebagai Return On
Assets (ROA) Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan suatu bank
dalam menghasilkan laba dari penggunaan aktivanya. Semakin tinggi rasio
ini maka tingkat profitabilitasnya akan semakin baik, karena laba bersih
(setelah pajak) yang diterima dan digunakan untuk membiayai jumlah aktiva
semakin besar.
Laba Setelah Pajak
Return On Investment Ratio =
Jumlah Aktiva Keseluruhan
b. Debt Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur proporsi atas penggunaan
utang untuk membiayai investasi suatu bank. Semakin tinggi rasio ini maka
tingkat risiko yang akan dihadapi akan semakin besar, karena penggunaan
utang untuk membiayai jumlah aktiva semakin besar.
Jumlah Kewajiban Keseluruhan
Debt Ratio =
Jumlah Aktiva Keseluruhan
c. Leverage Multiplier Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
efektifitas manajemen bank dalam mengelola penggunaan asetnya. Semakin
62
tinggi rasio ini maka pengelolaan penggunaan aktiva semakin baik, karena
penggunaan ekuitas (utang) untuk membiayai jumlah aktiva semakin efektif.
Jumlah Aktiva Keseluruhan
Leverage Multiplier Ratio =
Jumlah Ekuitas
2.5. Pengukuran Risiko Dan Imbal Hasil Saham
Dalam aktifitas investasi, baik investasi pada financial assets seperti saham
dan obligasi, maupun real assets seperti tanah dan bangunan, pada umumnya
mengandung dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu risiko (risk) dan tingkat
imbal hasil (return).
Bilamana suatu investasi memiliki risiko, berarti bahwa investasi tersebut tidak
dapat memberikan keuntungan yang pasti. Dalam keadaan ini, pemodal (investor)
hanya akan mengharapkan untuk dapat memperoleh suatu tingkat imbal hasil
tertentu.
Imbal hasil (return) merupakan sejumlah hasil yang dapat diperoleh dari suatu
aktifitas investasi yang dilakukan. Imbal hasil dapat berupa:
1. Imbal Hasil Realisasi (Realized Return).
Merupakan imbal hasil yang telah terjadi, dihitung berdasarkan data historis,
sebagai salah satu faktor penting yang digunakan dalam pengukuran kinerja dari
suatu bank, dan digunakan sebagai dasar penentuan tingkat keuntungan yang
diharapkan (expected return), serta risiko yang akan dihadapi pada masa datang.
Rumusan yang digunakan dalam memperoleh tingkat imbal hasil realisasi ini,
adalah:
63
Pi − Pi − 1 / Pi − 1
ri =
n
atau
CRi
ri =
T
Dimana;
ri
= Tingkat imbal hasil (return) realisasi pada saham i.
Pi
= Harga penutupan (closing price) pada hari ke i.
Pi-1 = Harga penutupan (closing price) pada hari ke i-1.
T
= Jumlah hari kumulatif.
2. Imbal Hasil Yang Diharapkan (Expected Return).
Merupakan imbal hasil yang belum pasti terjadi tetapi diharapkan akan dapat
terjadi dan mampu diperoleh oleh pemodal (investor) pada masa yang akan
datang.
Rumusan yang digunakan dalam memperoleh tingkat imbal hasil yang
diharapkan ini, adalah:
CRi =
Dimana;
T
Σ
Pi – Pi –1
i=1
Ri = 1
CRi
= Tingkat imbal hasil (return) yang diharapkan pada saham i.
Pi
= Harga penutupan (closing price) pada hari ke i.
Pi-1
= Harga penutupan (closing price) pada hari ke i-1.
T
= Jumlah hari.
64
3. Risiko (Risk).
Merupakan penyimpangan (deviasi) antara tingkat imbal hasil yang diperoleh
terhadap imbal hasil yang diharapkan. Oleh karenanya, dimensi risiko terbagi
menjadi dua, yaitu menyimpang lebih kecil atau menyimpang lebih besar.
Risiko merupakan variabilitas tingkat imbal hasil realisasi terhadap tingkat
imbal hasil yang diharapkan. Risiko diujudkan dalam bentuk standard deviasi
(ukuran penyebaran) yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
kemungkinan tingkat imbal hasil yang akan diperoleh menyimpang terhadap
tingkat imbal hasil yang diharapkan.
Rumusan untuk standard deviasi, adalah:
n
√ Σ (Xi − X)2
SD =
i=1
n-1
Dimana;
SD
= Standard deviasi.
Xi
= Nilai ke i.
X
= Nilai rata-rata.
n
= Jumlah observasi.
Notasi untuk standard deviasi, adalah σ.
Sedangkan risiko dari imbal hasil yang diharapkan dapat diukur dengan
menggunakan varian yang merupakan kuadrat dari standard deviasi, dengan
rumusan sebagai berikut:
65
Var (Ri) = E (Ri2) – [E (Ri)]2
Notasi untuk varian, adalah σ2.
2.6. Perhitungan Statistik
Dalam melakukan perhitungan statistik, penulis menggunakan dua metode
statistik untuk melihat ada atau tidak adanya hubungan dan pengaruh antara
variabel-variabel bebas (independent variables) yang dinotasikan dengan
variabel X sebagai predictor variables terhadap variabel terikat (dependent
variable) yang dinotasikan dengan variabel Y sebagai hasil estimasi.
Metode-metode statistik yang akan digunakan, adalah:
1. Korelasi Linier Sederhana (Simple Linear Correlation).
Korelasi digunakan untuk menunjukkan adanya atau tidak adanya hubungan
antara suatu variabel (variabel X) dengan variabel lainnya (variabel Y). Jika
kedua variabel dapat bergerak secara bersamaan, maka dapat dikatakan bahwa
kedua variabel tersebut berkorelasi. Kecenderungan besarnya pengaruh
korelasi antara dua variabel dapat dilihat melalui koefisien korelasinya yang
dinotasikan dengan r, dimana:
a. r = 0, menunjukkan tidak adanya hubungan korelasi antara dua variabel,
atau dengan kata lain tidak adanya hubungan linier antara dua variabel acak
tersebut.
b. r = 1, menunjukkan adanya hubungan korelasi linier positif (+) sempurna
antara dua variabel, dimana jika terjadi peningkatan pada variabel X akan
berpengaruh terhadap peningkatan pada variabel Y, atau jika terjadi
66
penurunan pada variabel X akan berpengaruh terhadap penurunan pada
variabel Y.
c. r = −1, menunjukkan adanya hubungan korelasi linier negatif (-) sempurna
antara dua variabel, dimana jika terjadi peningkatan pada variabel X akan
berpengaruh terhadap penurunan pada variabel Y, atau jika terjadi
penurunan pada variabel X akan berpengaruh terhadap peningkatan pada
variabel Y.
Dengan menggunakan data cardinal yang merupakan sekumpulan data-data
yang dinyatakan dalam ukuran kuantitatif serta koefisien korelasi Pearson
(Pearson product-moment correlation coefficient), maka rumusan koefisien
korelasi yang digunakan, adalah:
n ΣXY − ΣX ΣY
r =
√ {[n ΣX2 − (ΣX)2] [n ΣY2 − (ΣY)2]}
Untuk mengetahui adanya atau tidak adanya hubungan antara suatu variabel
(variabel X) dengan variabel lainnya (variabel Y), dapat dilakukan melalui
pengujian hipothesis (hypothesis testing), yaitu:
H0: ρ = 0 (Tidak ada hubungan antara variabel X dan variabel Y).
H1: ρ ≠ 0 (Ada hubungan antara variabel X dan variabel Y).
Rumusan statistik uji (test statistic) yang digunakan adalah sebagai berikut:
r
t(n − 2) =
√ (1 − r2) / (n − 2)
Hasil dari statistik uji ini kemudian dibandingkan dengan t(α/2, n−2) dengan nilai
yang dapat dilihat pada tabel distribusi t.
67
2. Regresi (Regression).
Regresi digunakan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dengan suatu
variabel apabila variabel lainnya berubah, dengan asumsi hubungan antara
kedua variabel tersebut adalah garis lurus. Model regresi linier sederhana
mencakup dua parameter, yaitu intercept parameter yang dinotasikan dengan
β0, dan slope parameter yang dinotasikan dengan β1. Rumusan regresi linier
sederhana, adalah:
Y = β 0 + β 1X + ε
Dimana;
Y
= Variabel terikat (dependent variable).
β0
= Konstanta (intercept parameter).
β1X = Slope variabel bebas (independent variable).
ε
= Standard Error.
Dengan interval keyakinan (confidence interval) yang akan digunakan adalah
t(α/2, n−2), dan nilai yang dapat dilihat pada tabel distribusi t.
Untuk mengetahui adanya atau tidak adanya hubungan linier antara suatu
variabel (variabel X) dengan variabel lainnya (variabel Y) dapat dilakukan
melalui pengujian hipothesis (hypothesis testing) yang merupakan pengujian
dua arah (two-tailed test), yaitu:
H0: β1 = 0 (Tidak ada hubungan linier antara variabel X dan variabel Y).
H1: β1 ≠ 0 (Ada hubungan linier antara variabel X dan variabel Y).
Rumusan statistik uji (test statistic) yang digunakan adalah sebagai berikut:
68
b1
t(n − 2) =
s (b1)
Dimana;
t(n − 2)
= Distribusi t dengan derajat bebas (degree of freedom) adalah n − 2.
b1
= Penduga parameter.
s (b1)
= Standard error dari penduga parameter.
Bilamana pengujian hipothesis dilakukan untuk melihat adanya atau tidak
adanya hubungan dan pengaruh antara beberapa variabel-variabel bebas sebagai
predictor variables (variabel X) dengan variabel terikat sebagai hasil estimasi
(variabel Y), maka tekhnik regresi yang dilakukan merupakan regresi berganda
(multiple regression), dengan rumusan sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + … + βiXi + ε
Dimana;
Y
= Variabel terikat (dependent variable).
β0
= Konstanta (intercept parameter).
βiXi = Slope variabel bebas (independent variables) ke i.
ε
= Standard Error.
Mengingat adanya lebih dari satu slope variabel bebas, maka pengujian statistik
(statistic test) yang digunakan adalah F test dengan jumlah derajat bebas adalah
n − 1, dan derajat bebas untuk error adalah n − (k + 1).
Sedangkan pengujian hipothesis (hypothesis testing) yang digunakan adalah
sebagai berikut:
69
H0: β1 = β2 = β3 = … = βi = 0 (Tidak ada hubungan antara variabel-variabel X
dan variabel Y).
H1: βi ≠ 0 (Ada hubungan antara sedikitnya satu variabel X dengan variabel Y).
Untuk melihat besarnya pengaruh explanatory power masing-masing variabel
Xi (variabel bebas) terhadap variabel Y (hasil estimasi) dapat dilakukan
pengujian signifikansi parameter slope regresi individu (test of the significance
of individual regression slope parameters) βi, dengan rumusan:
bi − 0
t[ n − (k + 1) ] =
s (bi)
Dimana;
t[ n − (k + 1) ] = Distribusi t dengan derajat bebas adalah n − (k + 1).
bi
= Penduga parameter ke i.
s (bi)
= Standard error dari penduga parameter ke i.
70
Download