1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada sistem sensor satelit penginderaan jauh (inderaja), resolusi spasial dan resolusi spektral citra merupakan hal yang saling bertolak belakang. Beberapa satelit penginderaan mampu memberikan citra dengan informasi multispektral yang dapat membedakan fitur secara spektral tetapi tidak secara spasial, begitu pula sebaliknya (Wang et al. 2005). Bahkan sebuah sensor satelit penginderaan yang mampu memberikan rekaman citra pankromatik (hitam putih) dengan resolusi spasial tertinggi, hanya mampu merekam citra multispektral dengan resolusi spasial seperempat kali lebih rendah. Pada dasarnya sebuah citra pankromatik (hitam putih) mempunyai rentang spektrum gelombang yang lebih besar daripada kanal (band) multispektral (berwarna). Dengan demikian untuk menerima sejumlah energi yang sama, ukuran sensor pankromatik dapat lebih kecil dibandingkan sensor multispektral. Oleh karena itu dalam sekali perekaman, sensor pankromatik dengan ukuran yang sama dapat memberikan lebih banyak informasi spasial. Selain itu volume data sepasang citra pankromatik resolusi tinggi dan citra multispektral resolusi rendah akan jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan volume sebuah citra multispektral resolusi tinggi (Zhang 2004). Keterbatasan pada penyediaan citra multispektral beresolusi tinggi ini menyebabkan diperlukannya solusi untuk menghasilkan citra multispektral yang kaya akan informasi spasial maupun informasi warna. Image fusion (fusi citra) atau pansharpening adalah teknik untuk menggabungkan detail geometri (spasial) dan detail warna (spektral) pada pasangan citra awal sehingga didapatkan citra multispektral baru dengan informasi spasial dan spektral setajam mungkin. Proses fusi citra pada bidang penginderaan jauh bertujuan mempermudah langkah analisis citra satelit, terutama pada analisis yang memerlukan ekstraksi objek citra secara detail, antara lain pada analisis penggunaan lahan (land use), analisis tata ruang kota, analisis tren perkembangan wilayah ataupun aplikasi prediksi bencana alam. Pada dasarnya penelitian yang dilakukan ini mengacu pada jurnal penelitian Dehghani 2003, Tsai 2004, dan Wang et al. 2005. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan bertujuan mengaplikasikan teknik fusi citra (image fusion) pada suatu citra satelit. Tujuan lain yang ingin dicapai adalah mengevaluasi dan membandingkan sejauh mana metode transformasi Brovey dan Principal Component Analysis (PCA) mampu memberikan kedetailan informasi warna dan informasi spasial. Ukuran perbandingan yang ingin diamati adalah nilai penambahan informasi spasial dan nilai kesalahan informasi warna antara citra hasil fusi dan pasangan citra awal. Ruang Lingkup Metode fusi citra yang diaplikasikan dan dibandingkan adalah metode transformasi Brovey dan Principal Component Analysis. Dalam pengujian aplikasi digunakan citra subset yang lebih kecil dari pasangan citra awal. Adapun citra multipektral hasil fusi merupakan citra GEOTIFF/TIFF yang hanya dapat menampung sebatas informasi dari 4 kanal spektral. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran akan manfaat teknik fusi citra satelit. Gambaran ini berupa peningkatan informasi spasial dan informasi warna pada citra hasil fusi. TINJAUAN PUSTAKA Fusi Citra (Image Fusion) Pada bidang penginderaan jauh dikenal definisi dari fusi data (data fusion), yaitu sebuah format kerja formal tentang cara dan alat bantu untuk menggabungkan data yang didapatkan dari sumber yang berbeda. Data fusion bertujuan mendapatkan informasi dengan kualitas yang lebih baik. Definisi ’kualitas yang lebih baik’ akan bergantung kepada aplikasinya (Wald 1999). Data citra yang sering dipakai dalam analisis penginderaan jauh antara lain adalah citra pankromatik (pan) dengan informasi keabu-abuan, yang umumnya memiliki informasi spasial tinggi sehingga dapat membantu melokasikan suatu objek di muka bumi. Selain itu terdapat pula citra multispektral berwarna dengan saluran multispektrum (infra merah, cahaya tampak, 2 maupun ultra ungu) yang lebih memberikan informasi warna berdasarkan pantulan dan penyerapan sinar elektromagnetik oleh objek yang ditangkap oleh sensor. Pada umumnya citra multispektral yang ada beresolusi rendah, dalam arti memiliki informasi spasial yang rendah meskipun mampu memberi informasi warna yang tinggi. dekat terbebas dari distorsi tersebut. Penyesuaian histogram (histogram adjustment) dengan mengurangi nilai kanal terdistorsi ke arah kiri, sehingga nilai minimum kanal menjadi nol, akan dapat memperbaiki citra secara radiometris (Lillesand & Kiefer 1990). Kedua citra pankromatik dan multispektral ini, terlebih lagi penggabungannya, memiliki andil yang besar dalam aplikasi inderaja. Proses penggabungan citra pankromatik dan citra multispektral ini umum dikenal sebagai image fusion atau pan-sharpening. Fusi citra (image fusion) secara umum diartikan sebagai teknik untuk mengintegrasikan detail geometri atau spasial dari suatu citra pankromatik (hitam putih) beresolusi tinggi dengan citra multispektral beresolusi rendah. Tujuan yang hendak dicapai dalam tahapan ini adalah didapatkannya tepian objek (edge) yang semakin jelas serta didapatkannya informasi warna yang paling tajam dan representatif dengan mengacu pada citra multispektral awal. Metode Interpolasi Pemulihan Citra Pada umumnya citra mengalami distorsi yang menyebabkan ketidaksesuaian dengan keadaan aslinya. Pemulihan distorsi citra dilaksanakan baik dengan koreksi geometrik maupun koreksi radiometrik. Distorsi geometrik terjadi karena adanya pergeseran piksel dari letak yang sebenarnya. Hal ini disebabkan oleh ketidakstabilan sensor ataupun kurang sempurnanya sistem kerja pemindai. Distorsi secara geometrik pada data asli dapat diperbaiki dengan cara melakukan registrasi koordinat dengan bantuan titik kontrol tanah (ground control point atau GCP) yang lokasinya diketahui dengan tepat (georectification). Selain itu distorsi geometrik dapat pula diperbaiki dengan teknik resampling. Perbaikan dengan teknik resampling umumnya digunakan dengan menggunakan teknik nearest neighbor, bilinear, dan cubic interpolation. Distorsi radiometrik antara lain diakibatkan oleh adanya pengaruh atmosfer berupa penghamburan dan penyerapan, noise pada waktu transmisi data, perubahan cahaya, radiasi dan buramnya bagian optik pada sistem pencitraan. Pada umumnya distorsi radiometrik mempengaruhi kanal spektrum visible (panjang gelombang 0.4-0.7 µm), sedangkan sebagian besar kanal infra merah Interpolasi digunakan untuk memperkirakan nilai antar piksel yang tidak diketahui, akibat proses perubahan geometris citra, seperti proses resize, ataupun proses transformasi. Tiga metode umum yang digunakan adalah nearest-neighbor, bilinear, dan bicubic. Nearest-neighbor memberikan nilai piksel keluaran sesuai dengan nilai pada titik acuan, sehingga memberikan kecepatan proses yang tinggi. Bilinear memberikan nilai keluaran yang mempertimbangkan nilai 2x2 piksel tetangga terdekat dari titik acuan, umumnya digunakan karena ketepatan dan kecepatannya. Adapun bicubic mempertimbangkan nilai keluaran dari informasi 4x4 tetangga terdekat (Matlab 2004). Metode Interleave Interleave menspesifikasikan bagaimana sebuah data disimpan. Pada umumnya kanal (band) citra multispektral didefinisikan sebagai dimensi ketiga dalam array 3D, sebagaimana dijelaskan Gambar 1 berikut ini. Metode interleave ini terbagi menjadi tiga format yaitu BSQ, BIL, dan BIP. Gambar 1 Representasi citra multispektral. Pada format BSQ (Band Sequential), tiap keseluruhan kanal diikuti oleh keseluruhan kanal berikutnya. Pada format BIL (Band Interleaved by Line) baris pertama dari kanal pertama kemudian diikuti dengan baris pertama kanal kedua dan selanjutnya untuk setiap kanal. Lalu pada format BIP (Band Interleaved by Pixel), piksel pertama dari tiap kanal diikuti oleh piksel kedua dari setiap kanal dan seterusnya (ENVI 2003). 3 Transformasi Brovey Transformasi Brovey merupakan metode mudah untuk mengkombinasikan data dari sensor berbeda, hanya saja terbatas untuk komposisi tiga kanal spektral. Metode Brovey bertujuan untuk menormalisasikan 3 kanal spektral yang digunakan untuk display RGB (Red Green Blue). Kemudian hasil normalisasi dikalikan dengan informasi data yang diinginkan, dalam hal ini citra pankromatik (Pan), untuk menambah komponen intensitas dan kecerahan citra. Formula yang digunakan dijelaskan pada persamaan (1) berikut (Dehghani 2003): Red=Band3/(Band1+Band2+Band3)×Pan Green=Band2/(Band1+Band2+Band3)×Pan Blue=Band1/(Band1+Band2+Band3)×Pan, (1) dengan Pan adalah citra Pankromatik, Band1 adalah kanal merah, Band2 adalah kanal hijau, dan Band3 adalah kanal biru. Transformasi ini dapat meningkatkan tingkat kekontrasan citra hasil. Dengan demikian akan dihasilkan citra yang lebih terang dari segi spektral warna. Akan tetapi transformasi ini tidak cocok jika ingin tetap mempertahankan nilai radiometri (spektral) dari citra multispektral awal. Principal Component Analysis (PCA) Transformasi PCA bertujuan mereduksi informasi dari komponen yang saling berkorelasi menjadi komponen tereduksi baru yang saling tidak berkorelasi. Dalam teknik fusi citra, PCA digunakan untuk menransformasi citra multispektral beresolusi rendah untuk mendapatkan komponen penting (principal component) representatif baru yang saling tidak berkorelasi. Komponen penting berisi informasi umum dari keseluruhan kanal spektral, yang direpresentasikan dalam vektorvektor nilai eigen. Proses untuk mendapatkan komponen penting ini disebut sebagai transformasi forward. Secara matematis dijelaskan pada adalah digital persamaan (2) dengan DN l MS number (DN) dari citra input multispektral resolusi spasial rendah, PC 1 adalah principal component pertama, dan matriks transformasi ν terdiri dari vektor-vektor eigen yang diurutkan berdasarkan nilai eigennya. PC 1 v11 PC 2 v12 = L L PCn v1n l L vn1 DN MS 1 l . L vn 2 DN MS 2 L L M L vnn DN l MSn v 21 v 22 L v 2n (2) Vektor eigen yang memiliki nilai eigen tertinggi merupakan komponen penting pertama ( PC 1 ). PC 1 ini yang akan digantikan oleh data citra pankromatik beresolusi spasial tinggi, yang sebelumnya direntangkan agar memiliki rataan (mean) yang menyamai PC 1 . Secara matematis transformasi backward dari metode fusi citra menggunakan PCA dijelaskan pada h persamaan (3), dengan DN adalah citra MS multispektral hasil yang memiliki resolusi spasial lebih tinggi dan DN h ' adalah citra PAN pankromatik yang telah direntangkan agar menyamai rataan dari PC 1 . h DNMS v11 v12 1 h v 21 v 22 DNMS 2 = M L L h vn1 vn2 DN MSn Jika digabungkan persamaan (4) berikut: h' L v1n DN PAN L v2n PC 2 . L L M L vnn PCn (3) maka akan didapat h l DNMS DNMS 1 1 h l DNMS2 = DNMS2 + DNh' − DNl PAN PAN M M h l DNMSn DNMSn ( ) v11 v21 M vn1 (4) dengan DN l PAN h' adalah = PC 1 dan DN PAN h , yang telah direntangkan agar DN PAN memiliki nilai rataan dan menyerupai PC 1 (Wang et al. 2005). ragam Analisis Kinerja Kuantitatif Hasil Fusi Analisis kinerja kuantitatif citra hasil fusi terdiri dari dua kriteria, yaitu kriteria spasial dan kriteria fidelitas. ¾ Kriteria Spasial (Spatial Criterion) Kriteria ini bertujuan memaksimalkan detail spasial dengan cara memaksimalkan koefisien korelasi antara komponen spasial/ frekuensi tinggi dari citra hasil fusi dengan citra pankromatik awal, sebagaimana dijelaskan pada persamaan (5) berikut. 4 corΧ, Υ = MN∑ XY − (∑ X )(∑Y ) [MN∑ X 2 ][ − (∑ X )2 MN∑Y 2 − (∑Y )2 (5) dengan X adalah citra multispektral hasil fusi, Y adalah citra pankromatik, dan M×N adalah ukuran citra (Tsai 2004). ¾ Kriteria Fidelitas (Fidelity Criterion) RMSE (k ) = C itra M ultis pek tral T eregis tras i R egis tras i, C rop , R es am pling M etode F us i B rov ey M etode F us i B rov ey P e rh itu n g a n S ta tistik (m e a n,P D F) R es haping dan Im age W rite C itra H as il F us i M −1 N −1 ∑∑ (g (x, y, k ) − f (x, y, k )) 2 x=0 y =0 (6) dengan f (x, y,k) adalah awal dari kanal k yang sebesar ukuran citra g ( x, y , k ) adalah citra ukuran M×N (Tsai 2004). C itra P ank rom atik Teregis tras i P e rh itu n g a n S ta tistik (m e a n,P D F) Kriteria ini bertujuan meminimalkan hilangnya informasi dari citra hasil fusi dengan berpedoman pada citra multispektral awal. Kriteria fidelitas dapat didefinisikan dengan meminimalkan nilai root mean square error (RMSE) pada persamaan (6) berikut. 1 MN ] citra multispektral telah di-resampling pankromatik, dan hasil fusi dengan P enghitungan K riteria K uantitatif dan P erbandingan D is play C itra H as il dan N ilai P erbandingan Gambar 2 Diagram alir penelitian. Penjabaran dari metode fusi dengan menggunakan transformasi PCA digambarkan oleh Gambar 3 berikut ini. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan menggunakan data pasangan citra pankromatik dan multispektral satelit QuickBird pencitraan area Taman Nasional Kerinci Semblat serta citra pankromatik dan 6 citra spektral satelit Landsat pencitraan area Singkawang. Secara garis besar metode penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1 Dilakukan persiapan data citra dengan bantuan perangkat lunak pemrosesan citra satelit, ENVI, guna mendapatkan citra dengan ukuran lebih kecil dari citra awal untuk memudahkan komputasi dengan Matlab. 2 Dilakukan pengimplementasian teknik fusi citra menggunakan bahasa pemrograman Matlab dengan alur seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Multispektral Teregistrasi Concatenating dan Vectorizing PCA Forward Transform Perentangan Histogram Metode Penelitian Citra Pankromatik Teregistrasi Perhitungan PDF Citra Pan (Input) dan PC1 (Citra Referensi) Perhitungan Fungsi Citra Pan (Input) dan PC1 (Citra Referensi) Perhitungan Fungsi Inversi Citra Pan resolusi rendah dgn mean seperti PC1 Penggantian PC1 dgn Pan resolusi rendah PCA Backward Transform Gambar 3 Diagram alir metode fusi PCA.