Carcinoma Parotis Clara Shinta Tandi Rante Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 email: [email protected] Pendahuluan Kelenjar saliva adalah bagian penting dalam tubuh manusia karena fungsinya sebagai kelenjar eksokrin dalam sekresi air liur dan enzim amilase ke dalam rongga mulut untuk memfasilitasi pengunyahan dan menelan. Secara umum kelenjar saliva dibagi 2 yaitu kelenjar ludah mayor dan minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari tiga pasang kelenjar yaitu kelenjar sublingual yang terletak di bawah lidah, kelenjar submandibula yang terletak di bawah rahang bawah, dan kelenjar parotid yang terletak di depan telinga dan meluas ke daerah di bawah daun telinga sepanjang batas bawah tulang rahang. Kelenjar saliva minor merupakan kelenjar kecil yang berjumlah ratusan terletak di lapisan submukosa, sepanjang saluran pencernaan dan pernapasan atas.1 Kelenjar parotis dibentuk pada minggu ke 6 sampai minggu ke 8 pertumbuhan janin, berasal dari lapisan ektoderm mulut dan berkembang di sekitar mesenkim. Kelenjar parotis merupakan kelenjar terbesar dari kelenjar liur dengan berat 15 - 30 gram. Bentuknya segitiga, bagian ujungnya berada tepat di bawah sudut mandibula dan dasarnya sedikit di bawah arkus zigoma. Bagian anterior berbatasan dengan tepi posterior ramus mandibula dan sedikit melapisi tepi posterior otot maseter. Bagian posterior kelenjar dikelilingi oleh telinga, prosesus mastoideus dan tepi anterior otot sternokleidomastoideus.2 Kelenjar Parotis merupakan kelenjar yang terbesar, yang terdiri dari satu di bagian kiri dan satu di sebelah kanan yang terletak dekat di depan agak ke bawah telinga. Sekretnya dituangkan ke dalam mulut melalui saluran parotis atau saluran Stensen, yang bermuara di pipi sebelah dalam, berhadapan dengan graham (molar) kedua atas. Ada 2 struktur penting yang melintasi kelenjar parotis, yaitu arteri karotis externa dan saraf kranial ketujuh (saraf facialis).3 Gambar 1. Susunan kelenjar saliva mayor Fungsi utama dari kelenjar liur adalah produksi air liur. Air liur diproduksi di sel-sel asinus, dikirim secara aktif dan disimpan oleh sel-sel ductal. Sel-sel pada kelenjar parotis hampir seluruhnya merupakan sel serosa6 sehingga cairan yang dihasilkan lebih encer dan rendah kadar musinnya, tetapi tinggi kadar enzimnya. Produksi air liur setiap hari sekitar 500 - 1500 ml. Air liur penting untuk memperta! ankan rongga mulut tetap basah dan melindungi dari trauma kimia, mekanik dan suhu. Informasi rasa juga dihantarkan dengan bantuan air liur.2 Tumor kelenjar saliva mencapai sekitar 5% dari semua neoplasma pada kepala dan leher. Sebagian besar (75%) terjadi pada kelenjar parotis. Hanya sekitar 20% dari tumor kelenjar parotis adalah ganas.1 Isi A. Anamnesis Anamnesis merupakan pengambilan data yang dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan pada pasien (autoanamnesis) maupun pada keluarga pasien (alloanamnesis). Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengungkap peristiwa/kejadiankejadian apa saja sehingga dapat menegakkan dan menyingkirkan diagnosis. Pada anamnesis ditanyakan mengenai keluhan utama yang dan lamanya, riwayat penyakit sekarang (karakter keluhan utama, perkembangan dan perburukannya, kemungkinan adanya faktor pencetus, dan keluhan penyerta), riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan keluarga termasuk riwayat penyakit menahun, riwayat pribadi (kelahiran, imunisasi, makan dan kebiasaan) dan riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal, kebersihan, sosial ekonomi). Pada kasus ini, pasien dalam kondisi seang dirawat sehingga dapat dilakukan autoanamnesis jika kesadaran baik, maupun alloanamnesis. Selanjutnya dapat ditanyakan: Keluhan utama : terdapat benjolan di bawah telinga kanan sejak 6 bulan yang lalu. Riwayat penyakit sekarang : Benjolan menetap, membesar, mengecil +/- dari onset Benjolan terasa nyeri +/ Konsistensi lunak atau keras Benjolan di tempat lain +/- (dada, ketiak, rongga mulut) Terdapat luka pada benjolan +/- , pus +/- , darah +/ Keluhan lain seperti nyeri kepala, gangguan mnelan dan mengunyah, suara serak, sakit pada telinga, kaku pada rahang, gangguan penglihatan, gangguan mneutup mata, nafsu makan menurun, penurunan berat badan. Konsumsi obat-obatan seperti opiate, antihipertensi, derivate fenotiazin, diazepam, dan klordiazepoksid (dapat menyebabkan pembengkakan karena obat-obat ini menurunkan fungsi kelenjar ludah). Riwayat penyakit dahulu : Riwayat trauma +/ Riwayat DM +/ Riwayat Sirosis +/ Riwayat radiasi +/ Riwayat operasi +/Riwayat penyakit keluarga Kebiasan dan Sosial Ekonomi kebiasaan merokok, minum alkiohol, paparan debu , bahan kimia B. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang Kesadaran : Compos Mentis Vital Sign : o Tekanan Darah : 110/70 mmHg o Nadi : 84 x/menit o Respirasi : 20 x/menit o Suhu : 36,4 C Status Lokalis: o Regio Infraaurikuler Inspeksi : Terdapat benjolan di bawah telinga sebelah kanan, warna, venektasi Palpasi : Teraba benjolan di bawah telinga kanan, konsistensi keras, tidak mobile, nyeri tekan +, batas tegas /- , dengan diameter kurang lebih 7 cm, permukaan rata / -, luka di kulit +/o Regio Colli Inspeksi : terlihat benjolan atau tidak Palpasi : teraba pembesaran getah bening o Regio Supraclavicular Inspeksi : terlihat benjolan atau tida Palpasi : teraba pembesaran getah bening o Regio Axilla C. Pemeriksaan Penunjang i. Biopsi Aspirasi Jarum Halus / BAJAH (Fine-Needle Aspiration Biopsy) Biopsi aspirasi jarum halus memiliki kelebihan yaitu tingkat keakuratan yang cukup tinggi dengan sensitifitas 88-98% dan spesifitas 94% pada tumor jinak. Biopsi aspirasi jarum halus juga sensitive dalam mendeteksi keganasan sebesar 58-98 % dengan spesifitas 71-88%. Tekhnik ini sederhana, dapat ditoleransi dengan komplikasi yang minimal. Selain untuk menegakan diagnosis defenitif, pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menentukan tindakan tepat selanjutnya dan untuk evaluasi preoperative. Keakuratan FNAb ii. bergantung pada ketrampilan citopatologist.4 CT Scan dan MRI CT-scan dan MRI digunakan untuk menemukan tumor dan menggambarkan luasnya. Gambaran CT-scan tumor parotis yaitu berupa penampang yang tajam dan pada dasarnya mengelilingi lesi homogen yang mempunyai suatu kepadatan yang lebih tinggi dibanding glandula tissue. Tumor mempunyai intensitas yang lebih besar ke area terang (intermediate brightness). Fokus dengan intensitas signal rendah (area gelap/rediolusen) biasanya menunjukkan area fibrosis atau kalsifikasi distropik. Klasifikasi ditunjukkan dengan tanda kosong (signal void) pada neoplasma parotid sebagai tanda diagnose. MRI dapat membedakan massa parotis benigna atau maligna dan melihat perluasan ke jaringan sekitar. Pada massa parotis benigna, lesi biasanya memiliki tepi yang halus dengan garis kapsul yang kaku. Namun demikian, pada lesi maligna dengan grade rendah terkadang mempunyai pseudokapsular dan memiliki gambaran radiografi seperti lesi benigna. Lesi maligna dengan grade tinggi memiliki tepi dengan gambaran infiltrasi.4 D. Working Diagnosis Berdasarkan keluhan dan pemeriksaan fisik yang didaptakan pasien didiagnosis menderita carcinoma parotis. Tumor ganas parotis atau kelenjar ludah lainnya pada tingkat permulaan tidak mudah dibedakan dari benjolan yang bersifat benigna. Beberapa tanda-tanda yang mencurigakan akan keganasan parotis antara lain:5,6 Tumor keras dan berbatas tidak tegas Paralise nervus fasialis Hoarseness Tumor yang tumbuh cepat Tumor dengan pembesaran kelenjar getah bening regional Tumor parotis dengan gambaran metastase di paru-paru. E. Differential Diagnosis Adenoma Parotis Pada tumor jinak parotis, yang paling sering ditemukan adalah tumor campur (mixed tumor). Sifat-sifat dari mixed tumor:4 Benjolan disekitar liang telinga tanpa rasa sakit. Benjolan ini tumbuh lambat. Bila cukup besar, daun telinga akan terlihat terangkat jika dibandingkan dengan daun telinga normal di kontralateral. Benjolan konsistensi padat, berbatas tegas, gangguan saraf fasialis biasanya tidak ditemukan. Gross anatomi: tumor berkapsul, berwarna putih dan padat. Patologi: tumor tidak berkapsul asli, mengesankan berasal dari campuran adenoma dan jaringan miksomatosa. Dan gambaran ini disebut sebagai pleomorphic adenoma (tumor campur). Tumor campur mudah residif bila pengangkatan inadekuat. Tumor pada kelenjar saliva relative jarang terjadi, presentasinya kurang dari 3% dari seluruh keganasan pada kepala dan leher. Dari tumor kelenjar saliva, insidens tumor parotis paling tinggi, yaitu sekitar 80%, tumor submandibular 10%, tumor sublingual 1%, tumor kelenjar saliva kecil dalam mulut 1%. Sekitar 85% dari tumor kelenjar parotis adalah jinak. Adenoma pleomorfik menempati 45-75% dari seluruh tumor kelenjar liur dan 65% terjadi di kelenjar parotis.7 Gambar 2. Klasifikasi histopatologi tumor jinak pada kelenjar saliva Pleomorphic Adenoma 8 Adenoma Pleomorfik adalah tumor kelenjar saliva dan paling umum di jumpai pada kelenjar parotid. Tumor ini merupakan tumor campuran (benign mixed tumor), yang terdiri dari komponen epitel, mioepitel dan mesenkim dan tersusun dalam beberapa variasi komponennya. Adenoma Pleomorfik dapat terjadi pada semua umur, baik anak-anak maupun dewasa. Tumor ini paling sering didiagnosis pada dekade ke 4 sampai dekade ke 6 kehidupan. Adenoma Pleomorfik lebih sering terjadi pada wanita dibanding laki-laki dengan perbandingan 2:1. Penyebab Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva belum diketahui secara pasti, diduga karena keterlibatan lingkungan dan faktor genetik. Pemaparan radiasi dihubungkan dengan pekembangan tumor jinak dan carsinoma mukoepidermoid malignant. Adenoma Pleomorfik mempunyai gambaran klinis: massa tumor tunggal, keras, bulat, bergerak (mobile), pertumbuhan lambat, tanpa rasa sakit, nodul tunggal. Suatu nodul yang terisolasi umumnya tumbuh di luar dari pada normal, dari suatu nodul utama dibandingkan dengan suatu multinodular. Gejala dan tanda tumor ini tergantung pada lokasinya. Ketika di jumpai pada kelenjar parotid kelumpuhan nervus fasialis jarang di jumpai, tetapi apabila tumor ini bertambah besar mungkin kelumpuhan nervus fasialis bisa di jumpai. Seperti ketika tumor ini menjadi malignant. Secara histologi, Adenoma Pleomorfik mempunyai gambaran yang bervariasi. Secara klasik Adenoma Pleomorfik adalah bifasik dan karakteristiknya merupakan satu campuran epitel poligonal dan elemen myoepitel spindle-shaped membentuk unsur dengan latar belakang stroma oleh mukoid, myxoid, kartilago atau hyalin. Elemen-elemen epitel disusun membentuk struktur seperti duktus, sheets, lembaranlembaran yang poligonal, spindle atau stellate-shaped cells (bentuk pleomorphism). Pada kelenjar parotid, Adenoma Pleomorfik biasanya dikelilingi oleh sebuah kapsul yang fibrous, dengan bermacam-macam ketebalan yang tidak sempurna terutama dalam tumor-tumor mukoid. Warthin’s Tumor 8 Merupakan neoplasma kelenjar parotis jinak kedua yang paling umum, yang juga dikenal sebagai papilary cystadenoma lymphomatosum. Terjadi sekitar 6-10% dari kasus tumor parotid. Terutama sering terjadi pada laki-laki kulit putih tua dengan rasio 5:1 dibandingkan wanita. Sering didiagnosis dalam decade ke 4-7 kehidupan. Seperti adenoma pleomorfik, tumor Warthin ini biasanya muncul dengan membesar perlahan berupa massa tanpa disertai rasa sakit. Tekstur tumor warthin cenderung lunak dan dapat berbentuk nodular. Pada sebagian kecil pasien dilaporkan adanya pembesaran cepat dari tumor dengan disertai nyeri tekanan. Diameter kista berbedabeda juga viskositas cairan yang terkandung di dalamnya. Secara makroskopis, tumor Warthin ini memiliki permukaan berlobus yang halus dan kapsul tipis tapi keras. Lapisan kista muncul shaggy dan tidak teratur. Komponen limfoid membuat daerah padat tumor dan folikel limfoid kadang-kadang dapat dilihat. Fitur mikroskopis patognomonik adalah sel-sel epitel membentuk proyeksi papiler ke dalam ruang kistik di latar belakang dari stroma limfoid. Epitel adalah lapisan sel ganda dengan sel kolumnar tinggi yang melapisi ruang kistik dan sel kuboid sepanjang membran basal. Inti sel kolumnar berorientasi pada ruang kistik sedangkan inti sel kuboid berorientasi pada membran basal. F. Etiologi Etiologinya dari kanker kelenjar parotis yang langka ini belum diteliti secara mendalam dan faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk karsinogenesis belum jelas. Eksposur terhadap asap tembakau dan konsumsi alkohol belum ditemukan secara konsisten dikaitkan dengan perkembangannya. Namun, salah satu faktor risiko yang sudah jelas adalah paparan radiasi ionisasi, yang dikukuhkan oleh penelitian pada korban bom atom yang selamat. Radiasi medis atau terapi sinar ultraviolet untuk kepala atau leher dan eksposur sinar X pada terapi mulut gigi juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko. Efek terapi sinar UV tampaknya lebih jelas pada orang berkulit putih, yang secara alami lebih sensitif terhadap efek dari sinar UV. 8 Beberapa faktor risiko yang diketahui dapat membuat seseorang lebih mungkin untuk mendapat kanker kelenjar saliva.9 Usia tua Laki-laki Paparan radiasi Terapi radiasi pada daerah kepala dan leher untuk alasan medis dapat meningkatkan risiko kanker kelenjar ludah. Paparan zat radioaktif tertentu pada tempat kerja juga dapat meningkatkan risiko kanker kelenjar ludah. Paparan logam Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang bekerja dengan terpapar logam tertentu (debu nikel) atau mineral (debu silika), dan orangorang yang bekerja di pertambangan asbes, pipa, produk karet manufaktur, dan beberapa jenis pengolahan kayu mungkin dapat meningkatkan risiko untuk kanker kelenjar saliva, tapi pernyataan ini belum diyakini. Kelangkaan terjadinya kanker ini membuatnya sulit untuk diteliti. Riwayat kanker pada keluarga Tetapi kebanyakan orang yang terkena kanker kelenjar ludah tidak memiliki riwayat keluarga penyakit ini. Sebaliknya, perubahan pada DNA sel seseorang mungkin berlangsung selama periode hidup seseorang. Terkadang perubahan ini mungkin saja peristiwa acak yang terjadi di dalam sel, tanpa penyebab luar. Tapi kadang-kadang penyebabnya mungkin sesuatu yang spesifik, seperti paparan radiasi atau karsinogen tertentu. **Tipe-tipe Tumor Ganas Parotis 12 i. Mucoepidermoid Carcinoma Tumor ini merupakan jenis terbanyak dari keganasan kelenjar saliva yang diakibatkan oleh radiasi. Karsinoma mucoepidermoid adalah tumor ganas yang paling umum dari kelenjar parotis, menyumbang 30% dari keganasan parotis. Hampir 75% pasien mempunyai gejala pembengkakan yang asimtomatis, 13 % dengan rasa sakit, dan sebagian kecil lainnya dengan paralisis nervus fasialis. Tumor ini berasal dari sel epithelial interlobar dan intralobar duktus saliva. Tumor ini tidak berkapsul, dan metastasis kelenjar limfe ditemukan sebanyak 30-40 %. Penentuan derajat keganasan berdasarkan histopatologi terdiri atas derajat rendah,menengah, dan tinggi. Secara mikroskopis karsinoma epidermoid dibedakan menjadi low grade, intermediate grade dan high grade. Gambaran mikroskopis menunjukan campuran sel skuamous, sel kelenjar penghasil mucus, dan sel epitel tipe intermediate. Ketiga selsel ini berasal dari sel duktus yang berpotensi mengalami metaplasia. Tipe low grade merupakan masa yang kenyal dan yang mengandung solid proliferasi sel tumor, pembentukan struktur seperti duktus, dan adanya cystic space yang terdiri dari sel epidermoid (sel skuamous) dan sel intermediate, sel-sel sekresi kelenjar mukus. Tipe intermediate ditandai dengan masa tumor yang lebih solid sebagian besar epidermoid dan sel intermediate dengan sedikit memproduksi kelenjar mukus. Tipe poorly differential ditandai dengan populasi sel-sel pleomorfik dan tidak terlihat sel-sel berdiferensiasi. Perawatan karsinoma epidermoid adalah eksisi seluruh jaringan tumor. Untuk pasien dengan tumor derajat rendah tanpa nodal atau metastasis jauh, kelangsungan hidup 5 tahun adalah 75-95%, sedangkan pasien dengan tumor grade tinggi dengan metastasis kelenjar getah bening memiliki ketahanan hidup 5 tahun hanya 5%. Gambar X. Gambaran histopatologi karsinoma mukoepidermoid. Terlihat gambaran sel yang pleomorphic dan irreguler1 ii. Adenoid cystic carcinoma Adenoid cystic carcinoma memiliki kecenderungan untuk menyebar di sepanjang saraf. Tumor ini mimiliki sifat yang sangat invasif tetapi mungkin tetap diam untuk waktu yang lama. Tumor ini dapat hadir selama lebih dari 10 tahun dan menunjukkan sedikit perubahan dan kemudian tiba-tiba menyusup ke jaringan yang berdekatan secara ekstensif. Tumor memiliki afinitas untuk bertumbuh bersama perineural dan dapat menunjukkan skip lession sepanjang saraf yang terlibat. Metastasis lebih umum ke tempat yang jauh daripada ke kgb regional; metastasis paru-paru yang paling sering. Tumor ini memiliki insiden tertinggi metastasis jauh, terjadi pada 30-50% pasien. Tiga jenis tipe secara histologis yaitu: cribrose, tubular, dan solid. Bentuk solid memiliki prognosis terburuk; pola cribrose memiliki sifat paling jinak dan prognosis terbaik. Tumor ini membutuhkan reseksi awal agresif. Secara keseluruhan kelangsungan hidup 5 tahun adalah 35%, dan 10-tahun kelangsungan hidup adalah sekitar 20%. Gambar x. Adenoid cystic carcinoma iii. Malignant mixed tumors Malignant mixed tumors muncul paling sering sebagai fokus degenerasi ganas dari adanya tumor jinak sebelumnya yang berupa pleomorphic adenoma (carcinoma ex pleomorphic adenoma). Tumor ini juga dapat berkembang de novo (carcinosarcoma). Semakin lama Adenoma pleomorfik telah muncul, semakin besar kesempatan degenerasi karsinomatosa. Carcinosarcomas, true malignant mixed tumors, jarang terjadi. Secara keseluruhan kelangsungan hidup 5 tahun adalah 56%, dan 10-tahun kelangsungan hidup adalah 31%. iv. Acinic cell carcinoma Karsinoma sel Acinic adalah keganasan dengan grade intermediate dengan potensi ganas rendah. Tumor ini dapat bilateral atau multisenter dan biasanya padat, jarang kistik. Tumor ini juga bisa menyebar sepanjang perineural. Secara keseluruhan kelangsungan hidup 5 tahun adalah 82%, dan 10-tahun kelangsungan hidup adalah 68%. Gambar x. Carcinoma sel acinic v. Adenocarcinoma Adenokarsinoma parotis berkembang dari unsur sekresi kelenjar. Merupakan lesi yang agresif dan berpotensi untuk limfatik lokal maupun metastasis jauh.Sekitar 33% dari pasien memiliki nodal atau metastasis jauh hadir pada saat diagnosis awal. Secara keseluruhan kelangsungan hidup 5 tahun adalah 19-75%. vi. Primary squamous cell carcinoma Primary squamous cell carcinoma adalah jenis yang langka, dan metastasis dari situs lain harus disingkirkan. Secara keseluruhan kelangsungan hidup 5 tahun adalah 2155%, dan 10-tahun kelangsungan hidup adalah 10-15%. vii. Sebaceous carcinoma Karsinoma sebaceous adalah keganasan parotis langka yang sering hadir sebagai massa yang terasa nyeri dan biasanya melibatkan kulit di atasnya. viii. Salivary duct carcinoma Salivary duct carcinoma adalah tumor langka dan sangat agresif. Small cell carcinoma memiliki dua tipe. Jenis duktal sel sebagian besar jinak dan jarang bermetastasis. Jenis neuroendokrin lebih agresif dan memiliki potensi metastasis lebih tinggi. ix. Lymphoma Kelenjar parotid juga mungkin tempat terjadinya limfoma, paling sering pada laki-laki berusia tua. Ini juga diamati pada sekitar 5-10% pasien dengan tumor Warthin kelenjar parotis, neoplasma jinak. [13] Seluruh parotid biasanya membesar dengan konsistensi lunak pada palpasi. Seringkali, node regional juga membesar. x. Malignant fibrohistiocytoma Malignant fibrohistiocytoma terjadi sangat langka di kelenjar parotid. Tumor ini tumbuhnya lambat dengan massa yang tidak nyeri. FNA dan imagingn bisa membingungkan dengan jenis lain dari tumor parotis; oleh karena itu, diagnosis pasti harus didasarkan pada analisis imunohistokimia dari tumor resected. Tumor ini sebaiknya direseksi total. G. Epidemiologi Dibandingkan dengan kanker lainnya, kanker kelenjar saliva relatif jarang terjadi Amerika Serikat. Pada tahun 2008, hanya sekitar 12% dari kanker mulut & faring atau sekitar 0.3% dari kanker di semua situs. Kebanyakan kasus juga lebih sering terlihat di daerah yang lebih sering mendapat radiasi tinggi ultraviolet. Selama periode 2000-2008, keganasan kelenjar saliva terjadi lebih sering pada pria dengan rasio kejadian tahunan rata-rata 1,41 kasus per 100.000 laki-laki daripada perempuan pada 1.00. Beberapa tahun terakhir, insiden juga perlahan-lahan meningkat sekitar 1,2% per tahun. Meskipun kanker kelenjar saliva dapat terjadi pada orang dari segala usia, 2 dari 3 kanker ditemukan pada orang 55 dan lebih tua. Rata-rata, orang yang didiagnosis pada usia 64. Kebanyakan tumor kelenjar saliva adalah jinak. Tumor jinak paling sering adalah Mixed Tumor (pleomorphic adenoma) dan Warthin’s tumor. 1 Tumor kelenjar saliva mencapai sekitar 5% dari semua neoplasma pada kepala dan leher. Sebagian besar (75%) terjadi pada kelenjar parotis, yang merupakan terbesar di antara tiga pasang kelenjar saliva utama, 10% muncul dalam kelenjar submandibula, dan 15% berada di kelenjar saliva minor dari saluran pencernaan bagian atas, kurang dari 1 % hadir dalam kelenjar sublingual. 1 Hanya sekitar 20% dari tumor kelenjar parotis adalah ganas. Setengah dari tumor submandibular dan sublingual, dan 20% dari tumor kelenjar ludah minor adalah jinak. Lima tahun tingkat kelangsungan hidup relatif untuk kanker kelenjar saliva tergantung pada stadium kanker. Dari Tahap I sampai IV, yaitu masing-masing sekitar 96%, 77%, 73%, dan 37%.1 H. Patogenesis Jaringan-jaringan dalam tubuh manusia terdiri daru jaringan labil, jaringan stabil, dan jaringan permanen. Jaringan-jaringan labil seperti kulit dan kelenjar liur mempunyai kemampuan berproliferasi untuk menghasilkan berjuta-juta sel setiap harinya. Jaringan stabil seperti sel otot mempunyai kemampuan proliferasi yang rendah namun dapat membelah diri dengan cepat untuk merespon cedera. Sedangkan jaringan permanen seperti otot jantung dan syaraf mempunyai sedikit kemampuan berproliferasi untuk bergenerasi untuk memperbaiki kerusakan. Kemampuan berproliferasi ini diatur oleh atau rangkaian DNA gen pada setiap sel jaringan. Pada masing-masing sel disamping mempunyai gen yang mengatur proliferasi sel seperti Ki-67 gene, juga mempunyai gen yang menghentikan proliferasi sel pada suatu waktu yang disebut repressor gen seperti p53, krev-1/rap1A atau Gas-1.10 Kanker dapat terjadi oleh adanya sel yang mengalami mutasi. Proses karsinogenesis ini melibatkan perubahan genetik pada onkogen, gen supresor tumor (misalnya p53), gen metastasis (misalnya NME1 dan NME2), maupun pada gen DNA repair (Quirke dalam Syafriadi, 2008). Mutasi genetik dapat terjadi pada sel yang mengalami transkripsi, translasi, pembentukan membran basal, maupun sel yang bekerja mengendalikan apoptosis sel. Karsinogenesis ini mengakibatkan sel membelah secara terus menerus dan tidak terkontrol.10 Pada Adenoid cystic carcinoma (ACC) dapat diidentifikasi dengan adanya overekspresi pada produk protein SOX4 dan AP-2γ. Mutasi diduga terjadi pada proses transkripsi, translasi, maupun pada sel pengendali kegiatan apoptosis. Sehingga terjadi penumpukan protein yang menyebabkan adanya gambaran overekspresi (Carlson, 2008). Saat ini Adenocarcinoma dapat diidentifikasi dengan marker diagnostik spesifik menggunakan Antigen karsinoembronik (CEA).11 Gambar X. Bagan alur sederhana dari patogenesis kanker 10 Berdasarkan bagan di atas dapat dijelaskan yaitu sel normal yang terpapar zatzat perusak DNA akan mengalami kerusakan. Pada sel yang masih normal apabila terjadi kerusakan DNA, maka dari dalam tubuh akan diperintahkan untuk memperbaiki sel yang rusak sebelum melanjutkan pembelahan. Namun pada sel kanker, sel yang mengalami kerusakan DNA gagal memperbaiki kerusakan sehingga terjadi mutasi pada gen. Mutasi gen ini mengakibatkan adanya pengaktifan onkogen pendorong pertumbuhan kanker, perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan, dan penonaktifan gen supresor kanker. Akibatnya terjadi sel yang mengalami kerusakan DNA akan lolos dan tetap melaju untuk pembelahan dan mengakibat sel berkembang biak secara berlebihan. Adanya pembelahan sel yang tidak terkendali inilah yang menyebabkan kanker.10 I. Manifestasi Klinik Neoplasma kelenjar saliva biasanya merupakan massa yang tumbuhnya lambat dan berbatas tegas. Gejala-gejala yang menunjukan keganasan yaitu jika ditemukan gejala nyeri, pertumbuhan cepat, kelemahan saraf atau parestesia, tanda-tanda limfodenopati servikal, perlekatan pada kulit atau otot dibawahnya. Gejala pada neoplasma parotis yaitu biasanya terdapat pembengkakan di depan telinga dan kesulitan untuk menggerakkan salah satu sisi wajah. Paralisis nervus facialis sering didapatkan pada pasien dengan neoplasma parotis maligna. Adanya bengkak biasanya mengurangi kepekaan wilayah tersebut terhadap rangsang (painless) dan menyebabkan pasien kesulitan dalam menelan. Keluhan yang dirasakan pasien berupa benjolan yang soliter, tidak nyeri, di preurikuler/infraaurikuler/retroaurikuler, jika terdapat rasa nyeri sedang sampai berat biasanya terdapat pada keganasan. Terjadinya paralisis nervus facialis pada 2-3% kasus keganasan parotis. Terdapatnya disfagia, sakit tenggorokan, serta gangguan pendengaran. Dan dapat pula terjadi pembesaran kelenjar getah bening jika terjadi metastasis.4-6,8 Presentasi yang paling umum adalah rasa massa tanpa disertai rasa nyeri, pada lebih dari 80% pasien akibat massa di wilayah posterior pipi. Sekitar 30% dari pasien menggambarkan rasa sakit yang terkait dengan massa, meskipun sebagian besar keganasan parotis yang merupakan painless mass. Nyeri paling mungkin menunjukkan invasi perineural, yang sangat meningkatkan kemungkinan keganasan pada pasien dengan massa parotis.12 Pasien dengan tumor parotis ganas, 7-20% hadir dengan kelemahan saraf wajah atau kelumpuhan, yang hampir tidak pernah muncul pada tumor jinak dan menunjukkan prognosis buruk. Sekitar 80% pasien dengan kelumpuhan saraf wajah memiliki metastasis nodal pada saat diagnosis. Pasien-pasien ini memiliki kelangsungan hidup rata-rata 2,7 tahun dan kelangsungan hidup 10-tahun dari 1426%.12 Aspek penting lain dari anamnesis termasuk lamanya waktu massa telah hadir dan riwayat eksisi lesi kulit maupun lesi parotis sebelumnya. Massa yang tumbuh lambat dengan durasi lama cenderung jinak. Riwayat adanya karsinoma sel skuamosa, malignant melanoma, atau malignant fibrous histiocytoma menunjukkan metastasis intraglandular atau metastasis ke kelenjar getah bening parotis. Riwayat adanya tumor parotis kemungkinan besar menunjukkan kekambuhan karena reseksi yang inadekuat.12 Adanya trismus sering menunjukkan penyakit lanjut dengan yang meluas ke dalam otot mengunyah atau, yang lebih jarang, invasi ke sendi temporomandibular. Disfagia atau sensasi benda asing di orofaring menunjukkan tumor dari lobus yang dalam pada kelenjar. Adanya laporan sakit telinga menunjukkan perluasan tumor ke dalam saluran pendengaran. Munculnya mati rasa bagian wajah yang mendapat distribusi nervus trigeminus divisi dua dan tiga menunjukkan invasi saraf. 12 Pemeriksaan fisik kepala dan leher harus secara teliti dan lengkap. Seluruh kepala dan leher harus diperiksa untuk melihat lesi kulit, yang dapat merepresentasikan keganasan yang bisa bermetastasis ke kelenjar parotis atau node parotis. Palpasi massa harus menentukan tingkat kekerasan. Bahkan tumor jinak biasanya keras, tetapi massa yang sekeras batu umumnya menunjukkan keganasan. Fiksasi kulit, ulserasi kulit, atau fiksasi ke struktur yang berdekatan juga menunjukkan keganasan. Kanal auditori eksternal harus divisualisasikan untuk perpanjangan tumor. Semua node-node stempat harus diraba untuk mendeteksi metastasis nodal. Pemeriksaan rongga mulut dan orofaring juga dapat menghasilkan bukti lebih lanjut dari metastasis atau sifat ganas lesi. Adanya darah atau nanah dari saluran Stenson adalah tanda keganasan tetapi jarang ditemui. Lebih sering, dapat terlihat menggembung dari faring dinding lateral atau soft palate, menunjukkan tumor di lobus dalam kelenjar. 12 **Staging Gambar X. Klasifikasi TNM pada carcinoma kelenjar saliva berdasarkan UICC (Union International Centre le Cancer)8 J. Tatalaksana Bedah Umumnya, terapi untuk keganasan parotis adalah dengan pembedahan berupa reseksi total/lengkap (parotidektomi) diikuti dengan terapi radiasi (jika ada indikasi). Excisions konservatif terganggu oleh tingginya tingkat kekambuhan lokal. Luasnya reseksi didasarkan pada histologi tumor, ukuran tumor dan lokasi, invasi struktur lokal, dan status cekungan nodal daerah.12 Parotidektomi Total , adalah pengangkatan tumor parotis dengan mengangkat seluruh kelenjar parotis baik dengan mengangkat saraf fasialis atau merawat saraf fasialis. Parotidektomi total diindikasikan pada tumor jinak yang mengenai kedua lobus kelenjar parotis atau pada tumor ganas parotis. Parotidektomi Superfisial , adalah pengangkatan tumor parotis dengan mengangkat seluruh lobus superfisial parotis baik dengan pengangkatan saraf fasialis atau dengan perawatan saraf fasialis. Teknik operasi ini dilakukan pada tumor jinak atau tumor dengan keganasan rendah yang hanya mengenai lobus superfisial dari parotis. Parotidektomi superfisialis dapat dilakukan dengan mengangkat saraf fasialis jika tumor mengenai saraf fasialis atau tanpa mengangkat saraf fasialis. Parotidektomi Medial , adalah pengangkatan tumor parotis dengan mengangkat seluruh lobus profunda parotis baik dengan pengangkatan saraf fasialis atau dengan perawatan saraf fasialis. Teknik operasi ini dilakukan pada tumor jinak atau tumor dengan keganasan rendah yang hanya mengenai lobus profunda dari parotis. Parotidektomi Subtotal , adalah reseksi konservatif dalam pengangkatan tumor kelenjar parotis dimana kelenjar yang diangkat kurang dari parotidektomi superfisial atau medial atau diseksi saraf fasialis yang tidak komplit. Pengangkatan tumor dengan batas yang adekuat dengan jaringan normal, diharapkan kekambuhan tidak terjadi dan fungsi fisiologis kelenjar dan saraf fasialis dapat dipertahankan, komplikasi yang mungkin timbul dari pengangkatan kelenjar parotis dapat dikurangi. Walaupun parotidektomi superfisial atau medial dengan perawatan saraf fasial merupakan standar dalam pengangkatan tumor jinak parotis, namun berdasarkan temuan operatif parotidektomi parsial atau subtotal dapat menjadi pilihan untuk dilakukan. Pengangkatan lobus kelenjar parotis tidak diperlukan jika tumor memungkinkan untuk diangkat secara komplit. Terapi Adjuvant Radiasi Jika dapat diangkat, operasi adalah modalitas utama pengobatan untuk sebagian besar tumor ganas kelenjar parotis. Indikasi umum untuk terapi radiasi pascaoperasi termasuk diameter tumor terbesar > 4 cm, tumor grade tinggi, invasi tumor dari struktur lokal, invasi limfatik, invasi saraf, invasi vaskular, tumor yang berasal atau meluas ke lobus dalam, tumor berulang yang diikuti resection ulang, dan keterlibatan kelenjar getah bening regional. Radiasi pasca operasi adalah, dengan demikian, biasanya diindikasikan untuk semua keganasan parotis dengan pengecualian tumor grade rendah kecil dengan tidak ada bukti invasi lokal atau nodal / penyebaran jauh. Terapi radiasi dianggap sebagai landasan terapi tambahan. 12 Khemoterapi Belum ada kemoterapi yang telah terbukti efektif sebagai terapi modalitas tunggal. Untuk subtipe histologis tertentu, beberapa dokter menyarankan gabungan modalitas kemoterapi dan radiasi. Saat ini, imunoterapi masih dalam tahap uji klinis. Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa epidermal growth factor receptor (EGFR) diekspresikan kuat dalam membran sel parotid mucoepidermoid carcinoma dan pada kelenjar getah bening yang dikenai metastasis. EGFR-targeting agents emiliki potensi untuk digunakan untuk terapi. 12 K. Pencegahan Menghindari rokok dan alcohol Menghindari makanan yang banyak mengandung zat pewarna dan pengawet Hindari paparan logam-logam tertentu, radiasi Mengkonsumsi vitamin A, C dan E yang tinggi antioksidan Banyak mengkonsumsi buah dan sayur Rutin berolahraga L. Komplikasi Komplikasi akibat pengangkatan tumor parotisdapat timbul terutama jika dilakukan dengan parotidektomi. Komplikasi yang timbul dapat berupa: Sindroma Frey Reinervasi yang bersilang dari jalur otonom kelenjar parotis ke kelenjar keringat, sehingga serabut parasimpatis, yang dirangsang oleh penciuman, pengecapan, akan mempersarafi kelenjar keringat dan pembuluh darah. Hal ini berakibat timbulnya keringat dan kemerahan di sekitar kulit pada region parotis pada waktu mengunyah. Kejadian ini berkisar 30%-60% pasien pasca parotidektomi.4 Kelumpuhan saraf fasialis Kelumpuhan saraf fasialis lebih sering terjadi pada tindakan parotidektomi total dari pada parotidektomi superfisial, dan akan semakin berkurang jika hanya melakukan parotidektomi subtotal atau enukleasi. Kelumpuhan saraf fasial terjadi akibat tarikan yang dilakukan saat operasi atau oleh trauma operasi. Kelumpuhan yang terjadi dapat bersifat sementara atau menetap.Paralise ini dapat mengakibatkan keratitis, karena mata sulit tertutup dengan baik. Pemotongan cabang saraf mengakibatkan paralise otot yang bersangkutan.5 Fistula kelenjar saliva Merupakan komplikasi yang sering muncul setelah dilakukan parotidektomi, dimana air liur akan berkumpul di daerah bekas operasi, sehingga cairan yang terkumpul ini akan keluar melalui celah sehingga terbentuk fistula. Kondisi ini biasanya akan berhenti sendiri karena air liur yang terkumpul dapat diserap kembali atau dapat dihisap dengan menggunakan spuit.4 M. Prognosis Studi oleh Kim et al, menemukan tingkat kelangsungan hidup berdasarkan staging tumor yaitu Stage I (97%), Stage II (81%), Stage III (56%) dan Stage IV (15%).1 Prognosis juga tergantung dari hasil histopatologi. Pembagian Ca parotis pada jenis highgrade maupun lowgrade dengan 10 years survival adalah 80-95% untuk tumor lowgrade sementara 20-25% untuk tumor highgarde.1 Kesimpulan Berdasarkan kasus, Laki-laki (60 tahun) tersebut didiagnosis menderita carcinoma parotis. Hal ini didasarkan pada benjolan (dibawah telinga) yang baru terjadi 6 bulan, dengan konsistensi keras, immobile dan disertai rasa nyeri. Adanya keterlibatan nervus facialis pada keluhan mata kanan yang tidak dapat menutup sempurna, memperkuat diagnosis. Daftar Pustaka 1. Ho K, Lin H, Ann DK, et all. An overview of the rare parotid gland cancer. Head & Neck Oncology 2011 : (3)40. Diunduh dari http://www.headandneckoncology.org/content/pdf/1758-3284-3-40.pdf [November 22, 2015]. 2. Holsinger FC, Bui DT. Anatomy, Function and Evaluation of salivary glands. In Myers EN, Ferris RL editors. Salivary Gland Disorders. Spriger : Berlin ; 2007.p.1-14. 3. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta : PT Gramedia ; 2009.h.183. 4. Firdaus MA, Pulungan MR. Penatalaksanaan adenoma pleomorphic parotis. Diunduh pada [November 22, 2015] dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16291/4/Chapter%20II.pdf 5. Togar. Tumor kelenjar ludah. Dalam: Reksoprodjo S, Pusponegoro AD, Kartono D, Sumardi R, Ramli M, editor. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta: Binarupa Aksara Publishing; 2010.h.359-62 6. Arrangoiz R, Papavasiliuo P, Sarcu D, et all. Current thinking on malignant salivary gland neoplasms. 7. Desen, Wan. Tumor Kelenjar Liur. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: Penerbit FKUI:2007; 304-307 8. Rosen EJ. Salivary Gland Neoplasms. Grand Rounds Presentation, UTMB, Dept. of Otolaryngology. Downloaded from http://www.utmb.edu/otoref/grnds/salivary-020626/salivary-020626.pdf [November 22, 2015] 9. [Anonymous]. Salivary gland cancer. American Cancer Society. Downloaded from http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003137- pdf.pdf [November 22, 2015] 10. Robbins S, Kumar V. Buku Ajar Patologi 1. Jakarta : EGC ; 2005. 11. Sudiono, J. Pemeriksaan Patologis Untuk Diagnosis Neoplasma Mulut. Jakarta: EGC ; 2008. 12. Amirlak B, et all. Malignant Parotid Tumors. Downloaded from http://emedicine.medscape.com/article/1289616-overview#a2 [Nov 23, 2015]