PARTISIPASI MASYARAKAT PASCA PEMILIHAN KEPALA DESA

advertisement
1
PARTISIPASI MASYARAKAT PASCA PEMILIHAN KEPALA DESA
PERTAMA DESA TOAPAYA KECAMATAN TOAPAYA KABUPATEN
BINTAN
JURNAL
Oleh :
JUMADI
NIM
: 100565201254
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2014
2
ABSTRAK
Progres atau kemajuan Negara Indonesia dari awal kemerdekaan sampai
saat ini sudah cukup signifikan, karena kepedulian pemerintah pusat terhadap
pemerintah daerah tertuang dalam berbagai Undang- Undang yang dibuat oleh
pemerintan pusat terlebih- lebih kepeduliannya kepada desa. Ini dibuktikannya
dengan terbitnya Undang- Undang tentang desa yang memberikan perhatian
khususnya terhadap pembangunan pedesaan.
Partisipasi masyarakat merupakan hal yang terpenting dalam
pembangunan Indonesia kedepan, tanpa partisipasi masyarakat proses
pembangunan tidak akan berjalan dengan baik. Tugas pemerintah lah menggali
potensi partisipasi masyarakat dengan cara memberikan perhatian dan kepedulian
kepada masyarakat, sehingga masyarakat akan memberikan respon yang baik
terhadap pemerintah. Pada penelitian ini mengenai partisipasi masyarakat pasca
pemilihan Kepala Desa desa Toapaya dengan menggunakan metode diskriptif
kualitatif dengan menyajikan dan menghimpun data primer dan data skunder
Hasil dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pada masyarakat
Toapaya sangat merespon terhadap Pemerintah Desa Toapaya dalam berbagai
program Pemerintah Desa Toapaya maupun program usulan oleh Masyarakat
Toapaya.Tingginya partisipasi ini disebabkan perhatian dan kepedulian
pemerintah Desa Toapaya terhadap Masyarakat setempat.
Rekomendasi penelitian ini adalah perlu mempertahankan bahkan
ditingkatkan lagi partisipasi masyarakat untuk meraih desa yang lebih baik
lagi.Demikianlah hasil penelitian ini ditulis oleh peneliti, dalam penelitian dan
penulisan skripsi ini banyak sekali kekurangannya, karena sudah menjadi
mahkluk ciptaanNya yang mempunyai kesalahan dan kesempurnaan hanyalah
milik-Nya semata.
Kata kunci: Partisipasi, Masyarakat, Pemilihan Kepala Desa
3
Abstract
Progress or advancement Indonesia state from the beginning of
independence to date has been significant, because for the central goverment
concern to the local goverment set out in various laws made by the central
goverment to the village concern. This is demonstrated by the publication of the
law on the village which gives particular attention to rural development.
Public participation is paramount in the development of indonesi in the
future, without the participation of the community development process will not
properly. The goverments task was to explore the potential of community
participation by providing care and concern for the community, so that people
will be a good response to the goverment. In this study of community participation
after village elections Toapaya using Qualitative Descriptive Method by
presenting and collecting primary data and secondary data.
The result of this study can be drawn the conclusion that, at the community
is responding to the goverment toapaya villages in various goverment programs
toapaya villages or community programs proposed by toapaya the hight
participation of village goverment attention and concern to the local community
toapaya.
Recomendation of this study is the need to maintain and even increase
futher participation in the community to achieve a better village. This the results
of this study written by researchers, in this thesis research and writing a lot of
shorcomings, because it is a creature that have errors and perfection are just hers
alone.
Keywords: participation, community, village elections
4
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..1
ABSTRAK……………………………………………………………………….2
ABSTRACT……………………………………………………………………...3
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..4
A. Latar Belakang………………………………………………………….6
B. Perumusan Masalah…………………………………………………...11
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………...12
D. Kegunaan Penelitian…………………………………………………..12
E. Metode Penelitian……………………………………………………..12
1. Teknik dan Alat Pengumpulan Data………………………………..13
2. Teknik Analisa Data………………………………………………..14
F. Landasan Teori……………………………………………………….14
1. Partisipasi Masyarakat………………………………………………….14
2.
Partisipasi politik………………………………………………………18
3. Faktor yang mempengaruhi partisipasi………………………………...25
4. Pemilihan kepala desa………………………………………………….28
G. Hasil Penelitian………………………………………………………29
1. Karateristik Informan……………………………………………...29
2. Partisipasi Buah Pikiran…………………………………………...30
3. Partisipasi harta dan uang…………………………………………33
4. Partisipasi tenaga atau gotong- royong…………………………...36
5. Partisipasi sosial…………………………………………………..38
5
6. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan nyata yang konsisten….39
H. Penutup……………………………………………………………..41
1. Kesimpulan……………………………………………….41
2. Saran ……………………………………………………...41
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...42
6
A.Latar Belakang Masalah
Dilihat dari perkembangan Negara Republik kita sejak Proklamasi sampai
sekarang ini tergambar bahwa hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah telah mengalami perubahan-perubahan, baik ditinjau dari segi keuangan
sampai aspek pengawasan dan pembangunan. Suatu kenyataan bahwa pemberian
sebagian kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah merupakan
langkah awal dalam rangka mempercepat perkembangan daerah. Hal ini terjadi
karena kedekatan pemerintah daerah dengan masyarakat yang merupakan suatu
faktor penunjang dalam pembangunan daerah.
Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut
Undang-Undang Dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk
menyelenggarakan otonomi daerah. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah,
dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran
serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah.
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan
amanat Undang-Undang Dasar 1945, Pemerintahan Daerah yang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan Tugas Pembantuan
(Medebewind), diarahkan untuk
mempercepat
terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta
masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip
demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhasan suatu daerah dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7
Dalam kenyataannya, Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang Pemerintahan Desa diganti dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 terus karena tidak sesuai dengan perkembangan keadaan ketatanegaraan dan
tuntunan penyelenggaraan otonomi daerah, perlu diganti (Direvisi) dan kemudian
disyahkan Undang-Undang yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengatur hal-hal mendasar,
mengenai pembentukan, penghapusan dan penggabungan desa, susunan
organisasi pemerintahan desa, Badan Perwakilan Desa, lembaga lain, Keuangan
Desa dan Kerja Sama Desa Serta adanya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2005 tentang pedoman umum pengaturan mengenai desa menegaskan bahwa desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakatnya berdasarkan asal usul dan adat-istiadat
setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di dalam
kabupaten.
Oleh karna itu, posisi desa yang memiliki otonomi desa sangat strategis
sehingga memerlukan perhatian seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi
daerah karna otonomi desa yang kuat akan mempengaruhi secara signifikan
perwujudan otonomi daerah.
Inti
dari
konsep
pelaksanaan
otonomi
daerah,
adalah
upaya
memaksimalkan hasil yang akan dicapai sekaligus menghindari kerumitan dan
hal- hal yang menghambat pelaksanaan otonomi daerah. Dengan demikian ,
8
tuntutan masyarakat dapat diwujudkan secara nyata dengan penerapan otonomi
daerah luas dan kelangsungan pelayanan umum tidak diabaikan, serta memelihara
kesinambunagn antara pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun pemerintah
desa.
Pemerintah Kabupaten Bintan misalnya membina kerja sama dengan pihak
desa tentang segala pelaksanaan kewenangan yang diberikan kepada desa tentang
pengaturan dan pelaksanaan pembangunan serta dengan memperhatikan
kewenangan-kewenangan yang dimiliki desa (Otonomi Desa).
Setiap desa memiliki kondisi dan potensi yang khas, berbeda dengan desa
lainnya, demikian pula aspirasi dan karakter masyarakatnya. Oleh sebab itu,
pembangunan di desa memang sepatutnya lebih banyak ditentukan oleh
masyarakat desa itu sendiri. Kedudukan pemerintah desa yang telah diberi
kewenangan penuh untuk memberdayakan masyarakatnya sudah tentu harus
mempunyai kemampuan untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan lebih
mengedepankan hak-hak masyarakat.
Desa Toapaya yang mana dalam pembentukan desa ini perlu peraturan
daerah kabupaten Bintan nomor 12 tahun 2007. Dengan terbitnya peraturan
tersebut tentang pembentukan dan pemekaran desa Toapaya yang dulunya masih
dibawah kelurahan Toapaya Asri kini menjadi sebuah desa yang mandiri dan
mempunyai pemerintahan sendiri pula dalam mengatur rumah tangganya.
Pada konteks pemekaran Desa Toapaya masyarakat berharap banyak
tentang kemajuan desanya baik itu dalam bidang pembangunan, pelayanan,
pemberdayaan, dan kesejahteraan. Untuk memaksimalkan tujuan dan harapan
9
yang mulia tersebut dibutuhkan peran, serta partisipasi masyarakat dalam meraih
tujuan atau yang dicita- citakan tersebut.
Dalam pemerataan pembangunan dibutuhkan partisipasi dan peran serta
masyarakat yang sesuai dengan karakteristik desanya sehingga ini akan terjalin
hubungan yang harmonis antara pemerintah desa dengan masyarakat.
Ajang pemilihan kepala Desa Toapaya pertama pada tahun 2008
merupakan salah satu insrtumen partisipasi masyarakat dalam memajukan desa
Toapaya, Dalam perolehan suara pemilihan kepala desa Toapaya pertama tersebut
masyarakat memberikan hak suara sepenuhnya. Ini dikarenakan semangat
pemekaran desa yang mereka harapkan bisa melayani masyarakat dalam urusan
pemerintahan
baik
itu
pelayanan,
pembangunan,
kesejahteraan,
dan
pemberdayaan masyarakat.
Dalam proses demokrasi memang menjadi hal yang biasa apabila daerah
atau desa yang baru dimekarkan semangat demokrasi, partisipasi masyarakat
begitu tinggi misalnya PEMILU Tahun 1999 begitu signifikan perolehan suara,
karena issu demokrasi dan harapan masyarakat begitu kental. Tetapi pada
PEMILU 2004 perolehan suara sangat menurun drastis ini disebabkan oleh tingkat
kepercayan masyarakat pada pemerintah menurun disebabkan oleh pelayanan,
pembangunan, pemberdayaan, dan kesejahteraan masyarakat jauh dari harapan.
Desa Toapaya yang baru dimekarkan pada tahun 2007 merupakan spirit
baru bagi masyarakat Toapaya, harapan yang yang besar itu pada pemerintahan
Desa Toapaya yang baru dimekarkan menjadi desa yang mandiri dan diberikan
keluasan untuk mengurus rumah tangganya sendiri yang sesuai dengan tujuan
10
mulia pemekaran desa Toapaya.Dalam menyukseskan pemekaran desa tidak bisa
dipungkiri bahwa tujuan tercapai berkat dukungan dari elit- elit desa tempatan
yang berharap banyak bahwa kelak desanya menjadi jembatan aspirasi dalam
memperjuangkan keinginan dan kebutuhan masyarakat Toapaya. Harapan itu
terwujud apabila ada sinergisitas antara masyarakat, pemuka masyarakat,
pemerintah desa dan peran pemuda dalam menggapai tujuan menjadi desa yang
makmur dan sejahtera.
Semangat partisipasi pada pemilihan kepala desa pertama desa Toapaya
tahun 2008, memang masih terlihat jelas pemberian suara pada PILKADES I
tersebut, apakah itu masih berlanjut hingga saat ini setelah pemilihan kepala desa
pertama, konsisten masyarakat dalam memberikan partisipasi masyarakat
tergantung pada pelayanan yang diberikan oleh aparatur desa kepada masyarakat
bukan segelintir orang. Sehingga apabila ini berjalan sebagai mana mestinya akan
membawa desa menjadi desa yang sejahtera karena dukungan dan partisipasi
dalam berbagai hal oleh masyarakat sebagai masyarakat grassroot sangat
dibutuhkan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa yang hakiki.
Setelah melihat maksud, tujuan dan keinginan masyarakat Desa Toapaya
dalam memekarkan diri dari kelurahan Toapaya Asri, penulis ingin melihat
bentuk- bentuk partisipasi masyarakat Toapaya pasca pemilihan kepala desa
pertama Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan ” yang lalu.
Ini menjadi penting karena untuk menjaga stabilitas partisipasi dan
kepedulian masyarakat tidak semudah membalik telapak tangan, membutuhkan
cara atau kepedulian dari pemerintah desa Toapaya kepada masyarakatnya. Baik
11
dalam bidang melayani masyarakat dalam kepengurusan kependudukan,
administrasi umum seperti kepengurusan KTP, Kartu keluarga, Surat keterangan
tidak mampu dan masih banyak kepengurusan administrasi lainnya maupun dalam
bidang kesejahteraan masyarakat.
Sinergisitas tersebut akan terpelihara dengan baik apabila pemerintah desa
beserta pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah Kabupaten Bintan
memaksimalkan keinginan dan harapan masyarakat.Dalam mewujudkan tujuan
dan cita- cita bersama tersebut dibutuhkan saranan dan prasarana yang memadai
ditingkat pemerintahan desa maupun tingkat profesionalisme bagi alat pemerintah
desa dalam hal ini adalah Kaur- kaur dan perangkat desa lainnya. Apabila ini
terpenuhi dengan baik maka tujuan menjadi desa yang makmur dan mandiri akan
tercapai sebagaimana yang diharapakan. Kemampuan aparat pemerintah desa
inilah yang akan menjadi alat ukur bagi masyarakat desa dalam memajukan
dasanya yang akan memberikan parisipasi dan kepedulian yang penuh terhadap
kemajuan desanya.
B. Perumusan masalah
Setelah melihat fenomena tersebut di atas maka penulis ingin merumuskan
permasalahan sebagai berikut : Bagaimana Bentuk- bentuk partisipasi masyarakat
yang digunakan oleh masyarakat Toapaya Pasca pemilihan kepala desa Pertama
Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan?
12
C. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui bentuk- bentuk partisipasi masyarakat pasca Pemilihan
Kepala Desa Pertama Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan.
D. Kegunaan Penelitian
a.Untuk penerapan ilmu yang telah peneliti pelajari khususnya dalam bidang ilmu
pemerintahan dan ilmu politik terutama dalam partisipasi masyarakat.
b.Untuk memberikan informasi kepada pemuka masyarakat bahwa betapa
pentingnya peran serta masyarakat memberikan peran serta partisipasi dalam
memajukan desanya.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif,
yaitu hanya memaparkan situasi atau peristiwa yang sedang berlangsung. Metode
ini menggambarkan atau menjelaskan sesuatu hal kemudian diklasifikasikan
sehingga dapat diambil suatu kesimpulan. Adapun pengertian lain dari metode
penelitian deskriptif menurut Soehartono bahwa ”Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang
tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau
lebih” (Soehartono, 2002:35). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai Partisipasi Politik
Masyarakat pasca Pemilihan Kepala Desa Toapaya kecamatan Toapaya kabupaten
Bintan provinsi Kepulauan Riau tahun 2008
13
2.Teknik Dan Alat Pengumpulan Data
a. Wawancara Tak terstruktur
Menurut Lisa Harrison (2007:106), yaitu wawancara yang dilakukan
dalam bentuk percakapan yang mengalir bebas,bergantung pada kualitas interaksi
sosial antara investigator dan informan,yang dapat diluruskan kembali oleh
pewawancara jika percakapan menjadi menyimpang dari tema studi riset
tujuannya adalah mendapatkan data kualitatif yang mendetail.
Struktur wawancara ini memungkinkan fleksibilitas dan pengungkapan
makna,yakni kita mengajukan pertannyaan apabila dirasa tepat, sebab respons
orang sangat dipengaruhi oleh bentuk susunan kata pertanyaan sehingga kita
membutuhkan sedikit pertanyaan formal
dalam membahas Partisipasi politik
Masyarakat pasca Pemilihan kepala desa pertama
Desa Toapaya Kecamatan
Toapaya Kabupaten Bintan tahun 2008 Wawancara tak terstruktur ini dilakukan
dengan memberikan kebebasan menjawab sepanjang yang ia ketahui, tetapi tidak
menyimpang dari masalah penelitian. Alatnya adalah pedoman wawancara yang
ditujukan kepada informasi kunci.
b.Dokumentasi
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa pengumuman,
memo, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan media
massa. Maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti
catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian.
Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkrit
tentang Partisipasi Masyarakat pasca Pemilihan kepala desa tahun 2008.
14
3. Teknik Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik deskriptif
kualitatif, yaitu menganalisa data yang diperoleh dilapangan dalam bentuk
kualitatif dan diberikan penjelasan-penjelasan/ kesimpulan dengan menggunakan
pernyataan-pernyataan atau kalimat yang dapat memberikan gambaran di
lapangan tentang Partisipasi Masyarakat pasca Pemilihan kepala desa Pertama
Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan tahun 2008
Karena menyadari adanya keterbatasan pada penelitian ini, maka penulis
menggunakan metode kualitatif
dengan mengunakan teknik focus group
sebagaimana menurut lisa harisson (2007:87), teknik focus group adalah teknik
utama dari metode kelompok fokus bahwa metode ini berdasarkan atas interaksi
antar partisipan untuk menghasilkan pemahaman tentang subjek yang diteliti.
F. Landasan Teori
1. Partisipasi Masyarakat
Jika dilihat dari etimologisnya konsep partisipasi dapat ditelusuri dari akar
katanya dari bahasa latin, yaitu kata “pars” yang artinya bagian dan “capere
(sipasi)” yang artinya mengambil Bila digabungkan berarti mengambil bagian.
Sementara dalam bahasa inggris, yaitu kata “part” yang berarti bagian, jika
dikembangkan menjadi kata kerja maka kata ini menjadi “to participate” atau “to
participation” yang bermakna turut ambil bagian atau mengambil peranan dalam
berbagai aktivitas.
Dari pengertian partisipasi masyarakat yang dipaparkan secara etimologis
atau bahasa diatas bisa terlihat bahwa dalam aktifitas partisipasi masyarakat
15
memang dibutuhkan peran serta masyarakat itu sendiri yang mau ambi bagian
dalam berbagai aktifitas warga baik secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kebijakan atau keputusan oleh pemerintah.
Menurut I.L Pasaribu mengatakan bahwa yang membuat rumusan
pengertian partisipasi dengan meninjau beberapa dimensi, bahwa partisipasi dapat
juga dalam bentuk pertemuan, anjang sana dan sebagainya. Sedangkan partisipasi
dalam bentuk tenaga seperti misalnya kegiatan yang diberikan untuk perbaikan
salah satu pembangunan didesa dan sebagainya.( Efriza, 2012: 151).
Pemaham partisipasi ini mengindikasikan bahwa partisipasi dapat juga
dilihat dari keikutsertaan seseorang memberikan sumbangsih baik berupa barang,
jasa, buah fikiran dan sebagainya, sehingga berimplikasi kepada kemajuan pada
suatu kaum atau negeri bahkan Negara.
Menurut Damsar mengatakan bahwa partisipasi dipahami melalui
pendekatan emik, misalnya partisipasi bisa dimengerti dalam kerangka berfikir
orang Minangkabau dengan istilah sato sakaki atau serta sekaki( Efriza, 2012:
152- 153). Artinya ikut ambil bagian dalam suatu aktivitas publik walau
sekedarnya, katakanlah sekedar sekaki. Bagi orang minangkabau, sato sakaki
merupakan bentuk atau perwujudan suatu kesukarelaan untuk melakukan sesuatu
secara sadar, pada intinya menurut cara berfikir orang Minangkabau, merupakan
suatu refleksi dari keberadaannya dalam suatu komuunitas. Orang yang berada
diluar komunitas, karena memang berada dirantau (diluar kampong halaman
sebagai perantau), bisa saja dirasakan selalu kehadirannya ditengan komunitas
karena di selalu sato sakaki dalam setiap aktivitas publik seperti mengirimkan
16
uang untuk pembanguan masjid, perbaikan jalan kampung, rehabilitasi kantor
wali nagari (kantor kepala desa) atau untuk merayakan peringatan hari besar
keagamaan nasional.
Pemahaman partisipasi ini sebagai berperan serta atau ikut serta, yang
selama ini dipahami masyarakat Indonesia. Banyak kegiatan publik baik yang
memiliki dimensi politik maupun non politik, dapat terselenggara dengan baik
karena adanya peran serta atau keikutsertaan warga.
Menurut Talizuduhu, (1990: 103) Pengertian tentang partisipasi secara
formal adalah turut sertanya seseorang, baik secara mental maupun emosional
untuk memberikan sumbangan kepada proses pembuatan keputusan mengenai
persoalan dimana keterlibatan pribadi orang yang bersangkutan melaksanakan
tanggung jawab untuk melakukannya.
Dari pengertian partisipasi yang disampaikan oleh Talizuduhu ndraha
diatas mengisyaratkan bahwa iktatan yang terjalin dalam masyarakat dalam
melakukan pengaruh baik pada pemerintah maupun non pemerintah dalam
memberikan atau membuat keputusan, sehingga akan berimbas pada masyarakat
itu sendiri.
Menrut pendapat Bryan and White yang dikutip Ndraha (1983: 23) bahwa
partisipasi masyarakat dapat berbentuk :
A.Partisipasi Buah pikiran
Partisipasi buah pikiran merupakan partisipasi berupa sumbangan ide,
pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun
untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya
17
dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan
kegiatan yang diikutinya.
B.Partisipasi Harta dan uang
Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha
bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan. Sedangkan
Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda,
biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.
C.Partisipasi tenaga atau gotong- royong
Partisipasi tenaga atau gotong- royong adalah partisipasi yang diberikan dalam
bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan
suatu program. Sehingga apa yang dicita- citakan bersam terwujud dengan baik.
Semangat gotong- royong dalam masyarakat perdesaan masih kental dengan
nuansa kekeluargaan dan kebersamaan.
D.Partisipasi sosial
Adalah suatu dorongan mental dan emosional (seseorang atau kelompok)
yang menggerakkan mereka untuk bersama- sama bertanggung jawab. Disebutkan
juga Partisipasi sosial diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya
arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau
tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi Misalnya
sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain
untuk berpartisipasi.
E.Partisipasi masyarakat dalam kegiatan- kegiatan nyata yang konsisten
18
Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten
adalah dengan arah, strategi dan rencana yang telah ditentukan dalam proses
politik, terkandung dari sistem dan tata cara penyelenggaraan yang berlaku bagi
masyarakat. Andaikan dalam mengambil kebijaksanaan harus yang lebih bersifat
mobilisasi dari pada partisipasi. Misalnya saja dalam hal pengerahan tenaga untuk
berkerja secara sementara waktu pada kegiatan-kegiatan usaha tertentu yang
bersifat pembangunan. Mobilisasi ini dapat dikenakan antara lain kepada pekerjapekerja di Desa Toapaya, dan untuk berkerja di pedesaan atau dalam rangka
pembangunan wilayah, suatu kegiatan masyarakat yang dapat diselenggarakan
atas dasar kesukarelaan, tetapi seringkali pola kekuasaan dan iklim tradisional
yang dipergunakan adalah dengan cara mobilisasi gotong-royong.
Dari empat benntuk partisipasi masyarakat yang dipaparkan leh Bryan and
White tersebut diatas bisa disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat pedesaan
yang lebih dominan dan sering dilakukan adalah partisipasi buah buah pikiran,
artisipasi harta benda dan uang, partisipasi tenaga dan goton- royong, partisipasi
sosial dan dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan nyata yang dilakukan secara
terus menerus atau konsisten.
2. Partisipasi politik
Menurut Miriam Budiarjo (1994: 183) Partisipasi politik adalah kegiatan
seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan
politik, yakni dengan cara memilih pimpinan Negara dan, secara langsung atau
tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy).
19
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa partisipasi politik adalah
kegiatan ikut sertanya warga masyarakat secara aktif dalam memberikan suara
dalam pemilu atau menjadi anggota suatu partai. Dengan kata lain, mereka
mengambil bagian dalam proses pemilihan, secara langsung mempengaruhi
proses pembuatan keputusan dan kebijaksanaan.
Pemikiran yang mendasari konsep partisipasi politik di Negara adalah
kedaulatan ada ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama
untuk menetapkan tujuan serta masa depan masyarakat dan untuk menetapkan
orang- orang yang akan menjadi pemimpin dimasa akan datang. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa partisipasi politik berdasarkan pendapat
tersebut, terdiri dari dua indicator : memberikan suara dalam pemilu, menjadi
anggota partai.
Menurut Mochtar Masoed dan Colin Mac. Andrew (1990:16), bentuk
patisipasi politik dibedakan menjadi dua klasifikasi yaitu : Partisipasi politik
konvensional dan partisipasi politik nonkonvensional. Adapun partisipasi politik
konvensional dinyatakan dalam berbagai bentuk yaitu : diskusi politik, kegiatan
kampanye, pemberian suara, membentuk dan bergabung dalam kelompok
kepentingan, komunukasi individual dengan pejabat politik dan administrasi.
Sedangkan bentuk partisipasi nonkonvensional termasuk didalamnya kegiatan
yang legal maupun illegal penuh kekerasan dan revolusioner berupa : Pengajuan
petisi, Berdemonstrasi, Konfrontasi.
Menurut pemahaman yang disampaikan oleh Mochtar Masoed dan Colin
Mac. Andrew bentuk partisipasi bisa secara legal dan illegal yang pengertiannya
20
adalah yang mana bisa dalam bentuk baik maupun dalam bentuk tidak baik yang
hilirnya adalah mencapai maksud dan tujuan yang akan dicapai oleh piak yang
berkepentingan.
Menurut Kevin R dan Hardwick partisispasi politik adalah memberi
perhatian pada cara- cara warga Negara berinteraksi dengan pemerintah , warga
Negara berupaya menyampaikan kepentingan- kepentingan mereka terhadap
pejabata- pejabat publik agar mampu mewujudkan kepentingan- kepentigan yang
warga atau masyarakat mau. Indikatornya bisa berupa terdapat interaksi antara
warga Negara dengan pemegang kekuasaan dalam suatu Negara tersebut. Bisa
juga berupa terdapat usaha warga Negara mempengaruhi keputusan atau
kebijakan yang sudah akan dibuat oleh pemerintah ( Efriza, 2012: 155- 156).
Definisi partisipasi politik yang tersebut diatas mengsksplanasikan bahwa
cara warga menyampaikan keinginan dan kemauan yang akan disampaikan
kepada pemerintah yang sedang berkuasa sehingga apa yang diinginkan oleh
rakyat atau masyarakat.
Menurut
Ramlan
Surbakti
(1992:140)
partisipasi
politik
adalah
keikutsertaan warga Negara biasa dalam menentukan segala keputusan
menyangkut kesejahteraan atau keberlangsungan bagi kehidupan manusia itu
sendiri. Indikatornya adalah keikutsertan masyarakat dalam pembuatan kebijakan,
yang dilakukan oleh masyarakat.
Dari pengertian yang dujelaskan pada pendapat diatas menekankan pada
warga atau masyarakat yang selalu ikut serta dalam menentukan kebijakan atau
21
keputusan yang akan dibuat oleh pemerintah sehingga aspirasi dan keinginan
masyarakat atau rakyat terakomodasi dengan baik.
Menurut Michael Rush dan Phillip Althoft (1997: 23) Partisipasi adalah
keterlibatan individual sampai pada bermacam- macam tingkatan didalam sistem
politik. Indikatornya adalah berwujud keterlibatan individu dalam system
perpolitikan, juga memiliki tingkatan- tingkatan partisipasi.
Pada penjelasan dari pemahaman tentang partisipasi politik yang
dipaparkan oleh pakar politik Michael Rush diatas menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan partisipasi politik kegiatan invidu atau perseorangan dalam
proses politik sehingga dapat mempengaruhi penguasa.
Menurut Herbert Mc Closky Partisipasi politik adalah kegiatan- kegiatan
suka rela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam
proses pemilihan pemimpin atau penguasa, dan secara langsung atau tidak
langsung, dalam proses pembentukan kebijakan public. Indikatornya adalah
berupa kegiatan- kegiatan suka rela, dilakukan oleh warga, warga terlibat dalam
proses politik.
Dari pengertian partisipasi politik oleh Mc Closky bisa disimpulkan bahwa
apa saja kegiatan yang sifatnya suka rela yang dilakukan oleh masyarakat dalam
menentukan pemimpin dapat difahami partisipasi politik.
Sebagaimana yang dikatakan Robert (2004: 315) Partisipasi politik
merupakan aspek yang sangat penting dalam demokrasi suatu Negara . Tetapi
partisipasi langsung warga didalam pemerintahan itu pada kenyataanya memiliki
ambivalensi . Disatu sisi peran aktif warga Negara didalam pemerintahan
22
merupakan sesuatu yang ideal . “ direct democracy keeps community life vital and
public institutions accountable,” katanya. Disisi yang lain, partisipasi langsung itu
menimbulkan sikap skeptic dan kekhawatiran. Diantaranya adalah demokrasi
perwakilan dipandang mampu melindungi warga Negara dari bahaya- bahaya
demokrasi langsung.
Pengertian
partisipasi politik yang disampaikan oleh Robert diatas
menjeaskan bahwa partisipasi langsung yang akan diberikan oleh masyarakat atau
warga bisa berdampak yang tidak baik terhadap masyarakat yang pada
kenyataannya bisa menimbulkan gesekan antar warga atau masyarakat yang pada
akhirnya berpengaruh pada kehidupan bernegara.
Charles Andrain dan James Smith (2006:67) mengelompokkan tiga bentuk
partisipasi. Pertama adalah partisipasi yang lebih pasif. Didalam tipe pertama ini,
partisipasi dilihat dari keterlibatan politik seseorang, yakni sejauh mana orang itu
melihat politik sebagai sesuatu yang penting, memiliki minat terhadap politik, dan
sering berdiskusi mengenai isu- isu politik dengan teman. Kedua adalah
partisipasi yang lebih aktif. Yang menjadi perhatian adalah sejauh mana orang itu
terlibat didalam organisasi- organisasi atau asosiasi- asosiasi suka rela (voluntary
associations) seperti keompok- kelompok keagamaan, olahraga, pecinta
lingkungan, organisasi profesi, dan organisasi buruh. Ketiga adalah partisipasi
yang berupa kegiatan-kegiatan protes seperti ikut menandatangani petisi,
melakukan boikot, dan demonstrasi.
Pengelompokkan partisipasi yang disampaikan oleh Charles Andrain
mengisyaratkan bahwa partisipasi bisa dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu
23
partisipasi seseorang pada minat politik dan membicarakan perihal politik,
keterlibatan sesorang atau individu dalam organisasi politik, kemudian
keterlibatan masyarakat atau warga dalam hal yang bersifat kekerasan.
Menurut Jeffry M. Paige dalam Surbakti (2007: 144) menyebutkan dua
variable penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi politik
seseorang. Pertama adalah aspek kesadaran politik seseorang yang meliputi
kesadaran terhadap hak dan kewajiban sebagai warga negara. Misalnya hak-hak
politik, hak ekonomi, hak mendapat perlindungan hukum, hak mendapatkan
jaminan sosial, dan kewajiban-kewajiban seperti kewajiban dalam sistem politik,
kewajiban kehidupan sosial, dan kewajiban lainnya. Kedua, menyangkut
bagaimanakah penilaian dan apresiasinya terhadap pemerintah, baik terhadap
kebijakan-kebijakan pemerintah dan pelaksanaan pemerintahannya.
Pendapat yang disampaikan oleh Jeffry M.Paige dalam surbakti bahwa ada
dua variable yang sangat penting tinggi rendahnya tingkat partisipasi dipengaruhi
oleh kesadaran politik seseorang atau individu dan penilaian masyarakat terhadap
kebijakan pemerintah yang dibuat. Sehingga bila pendapat ini dikorelasikan bisa
memberika pengertian bahwa antara kesadran dan penilaian masyarakat terhadap
pemerintah mempunyai hubugan yang tidak terpisahkan, satu sama lain saling
mempengaruhi.
Berdasarkan kedua hal tersebut di atas, Jeffry M. Paige (1971)
membedakan tipe partisipasi masyarakat ke dalam 4 macam, yaitu:
1. Partisipasi Aktif
24
Kegiatan warga negara yang senantiasa menampilkan perilaku
tanggap (responsif) terhadap berbagai tahapan kebijakan pemerintah atau
dengan kata lain apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan
kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi, maka partisipasi politik
cenderung aktif.
2. Partisipasi Militan-Radikal
Kegiatan warga negara yang senantiasa menampilkan perilaku
tanggap (responsif) terhadap berbagai kebijakan pemerintah. Namun
berbeda dari partisipasi aktif, yang cenderung mengutamakan cara-cara
konvensional, partisipasi ini cenderung mengutamakan cara-cara non
konvensional, termasuk di dalamnya cara-cara kekerasan atau dengan
kata lain apabila kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan kepada
pemerintah sangat rendah, maka akan melahirkan militan radikal.
3. Partisipasi Pasif
Kegiatan warga negara yang menerima/menaati begitu saja segala
kebijakan
pemerintah.
Jadi,
partisipasi
pasif
cenderung
tidak
mempersoalkan apapun kebijakan politik yang dibuat pemerintah atau
dengan kata lain apabila kesadaran politik sangat rendah tetapi
kepercayaan kepada pemerintah sangat tinggi, maka akan melahirkan
partisipasi yang tidak aktif (pasif).
4. Partisipasi Apatis
Kegiatan warga negara yang tidak mau tahu dengan apapun
kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah. Umumnya, warga
25
masyarakat bertindak demikian karena merasa kecewa dengan pemerintah
dan sistem politik yang ada atau dengan kata lain apabila seseorang
tingkat kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah rendah,
maka partisipasi politik cenderung pasif-tertekan (apatis).
Empat macam partisipasi yang diasmpaikan oleh Jefry M. Paige bisa
diartikan bahwa peran serta yang akan disampaikan oleh masyarakat bisa berupa
kepedulian masyarakat yang baik dalam penyampaian aspirasi, bisa disampaikan
melalui kekerasan, bisa meneriam apa adanya saja tidak terlalu ambil pusing, dan
bisa juga tidak mau tahu karena sudah terlanjur kecewa, sehingga ada pendapat
masyarakat yang menyatakan bahwa mau bagaimanapun juga kita tetap seperti
ini juga.
Dalam (Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)
Partisipasi sosial, Partisipasi jenis ini diberikan oleh partisipan sebagai tanda
paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga
sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain
untuk berpartisipasi.
Dari pendapat yang diungkapkan oleh Pasaribu dan Simanjuntak
memberikan pemahaman bahwa partisipasi sosial yang dimaksud memberikan
perhatian yang lebih kepada sesama masyarakat.
3. Faktor yang mempengaruhi partisipasi
Angell (1967) seperti dikutip oleh Firmansyah (2009) menyatakan bahwa
partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor.
26
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi,
yaitu:
a. Usia
Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang
terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia
menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat
yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka
yang dari kelompok usia lainnya.
b. Jenis kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa menyatakan
bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa
dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus
rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah
bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang
semakin baik.
c. Pendidikan
Dikatakan
sebagai
salah
satu
syarat
mutlak
untuk
berpartisipasi.Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang
terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan
kesejahteraan seluruh masyarakat.
d. Pekerjaan dan penghasilan
Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang
akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan
27
penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong
seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.Pengertiannya
bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh
perekonomian yang mapan.
e. Lamanya tinggal
Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi
seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa
memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang
besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.
Pendapat yang disampaikan oleh Angell dalam Firmansyah bisa
disimpulkan dalam partisipasi sosial masyarakat ada hal- yang mempengaruhinya
diantaranya adalah usia, yang cendrung terikat dengan nilai- nilai sosial ditengah
masyarakat, jenis kelamin yang mengaggap perempuan lebih cocok mengurus
rumah tangga ketimbang mengurus hal- hal yang bersifat kelakian, begitu juga
dengan pendidikan semakin tinggi pendidikan seseorang semakin kritis terhadap
apa yang akan dilakukan oleh pemerintah. Pekerjaan atau penghasilan adalah hal
yang mendasar menjadi kebutuhan manusia orang lebih suka bekerja ketimabang
memikirkan hal- hal yang berbau politik , ini adalah cara berfikir fragmatis
masyarakat yang sudah tertanam sejak lama. Lamanya menempati suatu daerah
juga tidak kalah mendudkungnya, semakin lama seseorang tinggal di suatu daerah
semakin tinggi partisipasi yang diberikan bagaimana tidak seorang penduduk
28
pindahan yang baru menempati suatu daerah akan mengenal sosok yang akan
dipilih, walupun berpartisipasi tetapi tidak maksimal apa yang diharapakan.
4. Pemilihan kepala desa
Menurut Soetardjo kartohardikoesoemo (1984: 15) perkataan (arti kata)
desa, dusun, desi, seperti juga perkataan Negara, negeri, nagaro, negori (
nagarom), asalnya dari perkataan sankrit ( sansekerta), yang artinya tanah air,
tanah asal, tanah kelahiran.
Jadi
bisa
kita
fahami
bahwa
yang
dimaksud
oleh
Soetardjo
Kartohardikoesoemo adalah desa merupakan sama pengertiannya dengan arti
Negara, tanah kelahiran asal.
Menurut Kamus besar Indonesia (1930:200) yang menyebutkan bahwa
desa adalah (1) sekelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan;
kampung; dusun; (2) Udik atau dusun ( dalam arti daerah pedalaman sebagai
lawan kota; (3) tempat; tanah; daerah.
Pada pengertian diatas mengisyaratkan bahwa yang dimaksud dengan desa
adalah tempat- tempat yang jauh dari keramaian, jauh dari teknologi, yang biasa
menggunakan sistem tradisional, yang punya iktan sosial tinggi diantar sesama.
Menurut peraturan pemerintah nomor 57 tahun 2005 tentang desa, disebut
bahwa desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas- batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara kesatuan republik Indonesia.
29
Kewenangan desa adalah: menyelenggarakan urusan pemerintahan yang
sudah ada berdasarkan hak asal usul desa meneyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenanagan kabupaten/ kota yang diserahkan
pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung
dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.
Di Indonesia, istilah desa adalah istilah desa adalah pembagian wilayah
administrative dibawah kecamatan, yang dipimpin oleh kepala desa. Sejak
diberlakunya otonomi daerah istilah desa dapat disebut dengan nama lain,
misalnya di Madura dan Bali dusun dan marga, Sumatra selatan dusun dati,
Maluku kuta, Batak uta atau huta, Minangkabau nagari. Begitu pula segala istilah
dan institusi di desa dapat disebut dengan nama lain sesuai dengan karakteristik
adat istiadat desa tersebut.
G. Hasil Penelitian
1. Karateristik Informan
Karateristik informan merupakan profil sumber data yang diharapkan
dapat menggambarkan pemahaman terhadap data dari hasil penelitian sehingga
dapat diletakkan pertimbangan yang logis dan proporsional atas hasil penelitian
ini. Kategori pengelompokkan informan dalam penelitian ini diambil 15 (Lima
belas) informan yang terdiri dari 1 (Satu) orang kepala Desa sebagai informan
kunci, 3 (tiga) orang KAUR Desa, 1 (satu) orang Sekretaris Desa, 1( Satu) orang
ketua Badan permusyawaratan Desa, 1 (satu) orang ketua PKK Desa Toapaya, 2
(Dua) orang kepala Dusun, 2 (Dua) orang Ketua Rukun Warga, 2 (Dua) orang
30
Ketua Rukun Tetangga, 1 ( Satu) orang Tokoh pemuda atau Ketua Karang
Taruna, 1 (Satu) orang ketua Lembaga Keuangan Desa.
Imforman dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Toapaya yang
sudah disebutkan diatas tadi, yaitu berjumlah 15 orang imforman yang peneliti
anggap mengetahui seluk beluk yang terjadi di Desa khususnya yang mengenai
partisipasi politik masyarakat pasca pemilihan kepala desa tahun 2008 tersebut.
Dalam hal ini peneliti membagi informan berdasarkan tingkat pendidikan, umur,
jenis kelamin, serta jenis pekerjaan imforman.
2.Partisipasi Buah Pikiran
Partisipasi buah pikiran merupakan partisipasi berupa sumbangan ide,
pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun
untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya
dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan
kegiatan yang diikutinya.
Dalam menyukseskan suatu bangsa bermusyawarah mufakat dalam artian
menyumbang pemikiran yang terus menerus merupak faktor yang terpenting,
tidak akan sukses suatu bangsa pabila Negara atau pemerintah menutup diri dalam
berbagai aktivitas sumbangsih buah fikiran yang cemerlang, begitu juga dalam hal
pemerintahan desa misalnya,sumbangsih buah fikiran masyarakat terhadap
kemajuan suatu desa adalah hal yang sangat krusial. Adalah Desa Toapaya
misalnya, dalam menjaring aspirasi masyarakat untuk menyusun programprogram pedesaan atau program pemerintah pusat, pemerintah desa sangat
antusias partisipasi masyarakatnya supaya program- program yang akan
31
direncanakan berjalan dengan lancar dan baik. Dari lima belas informan yang
peneliti wawancarai ada 15 orang yang menjawab partisipasi buah fikiran
biasanya diutarakan dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa, selain
momen tersebut diatas biasanya kepala desa dalam menjaring aspirasi atau buah
fikir dari masyarakat dalam aktivitas perkumpulan, bertanya apa yang bisa
pemerintah desa lakukan dalam mensukseskan desa.
Tabel Partisipasi PKK
No
Kegiatan
1
Rapat bersama anggota perihal evaluasi kegiatan
tahunan dan pembahasan program kegiatan
2
Menghadiri rapat pembentukan TPK DAK
dikantor desa
3
Rapat bersama anggota perihal bantuan
operasional dari pemrintah Desa Toapaya
4
Musrenbangdes DAU
Sasaran
Anggota PKK dan
masyarkat
Pemerataan
pembangunan
Anggota PKK
Pemerataan
pembangunan
Dari data tersebut diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa dengan kehadiran
ibu- ibu PKK Desa Toapaya dalam memberikan partisipasi dalam bentuk buah
pikiran atau ide pada pembangunan Desa Toapaya memang cukup massif.
Sehingga hasil dari partisipasi yang diberikan oleh anggota PKK Desa Toapaya
terhadap pembangunan Desa bisa terlihat pada kegiatan yang yang bersifat positf
dalam program pembangunan desa. Data keberhasilan program PKK juga bisa
terlihat pada tabel berikut dibawah ini.
Tabel IV.2Progam PKK Desa Toapaya
No Program PKK
Keterangan
1
-
Penghayatan dan pengamalan pancasila
32
2
Gotong- royong
5 Kegiatan
4
Sandang
2 Kegiatan
5
Pendidikan dan keterampilan
2 Kegiatan
6
Kesehatan
14 Kegiatan
7
Pengembangan kehidupan koperasi
12 Kegiatan
8
Pelestarian lingkungan
12 Kegiatan
Jumlah Kegiatan yang terealisasi
47 Kegiatan
Sumber: Data olahan wawancara peneliti 2014
Data yang peneliti dapatkan tersebut bisa menguatkan bukti bahwa
keterlibaan kaum hawa atau perempuan di Desa Toapaya cukup baik ini ditandai
dengan tingginya partisipasi yang dilakukan oleh kaum perempuan dalam
naungan program PKK.
Setiap bangsa di dunia ini pasti punya keinginan untuk membangun, tapi
tidak semua bisa terwujud dengan baik jikalau dalam segi pendanaan masih
minim, dan kepedulian masyarakat juga masih minim. Memang tidak semua
orang berpandangan baik terhadap perencanaan pembangunan, banyak sebagian
orang berpandangan sinis, dan apatis terhadap apa yang direncanankan oleh
pemerintah karena sebagian masyarakat beranggapan bahwa perencanaan yang
dibuat hanya akan menghambur- hamburkan uang saja, karena dari situ ada celah
oleh pemerintah untuk penyelewengan anggaran sehingga anggapan ini terus ada
dan melekat pada masyarakat. Lain halnya dengan masyarakat Desa Toapaya
yang begitu peduli terhadap program Pemerintah Desa khususnya dan pemerintah
Kabupaten Bintan umumnya.
33
Berdasarkan wawancara dan data- data yang diperoleh dan dilakukan oleh
peneliti kepada informan yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam
memberikan buah fikiran, ide usulan argumentasi kepada pemerintah Desa untuk
memajukan
Desanya
bisa
disimpulkan
bahwa
masyarakat
memberikan
partisipasinya bisa dalam forum formal dan informal. Forum formal biasanya
dalam
musyawarah
rencana
pembangunan
desa
atau
biasa
disebut
MUSRENBANGDES, forum informal pertemuan biasa dengan kepala desa, bisa
itu di rumahnya, mesjid, musholla dan tempat pertemuan lainnya lainnya. Untuk
di Desa Toapaya itu sendiri dalam hal memberikan buah fikiran terbilang cukup
baik, indikatornya adalah setiap peneliti mewawancarai setiap informan semuanya
menjawab kearah tinggi khususnya untuk partisipasi buah fikiran dan bisa
didukung dengan berbagai aktifitas warga yang disajikan dalam bentuk data.
3.Partisipasi harta dan uang
Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usahausaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.
Sedangkan Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang
harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas tanah dan lain
sebagainya. Dalam kasus Desa toapaya peran serta masyarakat terbilang cukup
baik, karena demi kemaslahatan bersama masyarakat juga rela memberikan tanah
dengan bentuk hibah kepada pemerintah desa untuk dibangun fasilitas sosial.
Tabel Fasilitas umum yang menggunakan tanah hibah
No Nama fasilitas umum
1
Taman Pendidikan Al- Quran Nur Hidayah
Alamat
Kp. Melayu RT 01
34
2
Taman Pendidikan Al- Quran Al Jihad
Kp. Bugis RT 05
3
Taman Pendidikan Al- Quran Nurul ikhsan
Kp. Sinjang RT 04
4
Taman Pendidikan Al- Quran Al ikhlas
Kp. Cikolek RT 02
5
Poskaming kampung Melayu
Kp. Melayu RT 01
6
Poskamling kampung Cikolek
Kp. Cikolek RT 02
7
Poskamling kampung Jawa
Kp. Jawa RT 03
8
Poskamling Kampung Sinjang
Kp. Sinjang RT 04
9
Poskamling kampung Bugis
Kp. Bugis RT 05
10
Paud Mutiara
Kp. Cikolek RT 02
Tabel Daftar nama- nama penyumbang HUT RI
No
Nama penyumbang
Jumlah Rupiah
1
Sumbangan Pemdes
Rp 1.500.000,00
2
Sumbangan BPD
Rp. 1.200.000,00
3
Sumbangan pak Ayong
Rp. 150.000,00
4
Sumbangan Staff kantor desa
Rp. 700.000,00
5
Sumbangan LPM
Rp.300.000,00
6
Sumbangan PKK
Rp.150.000,00
7
Sumbangan TPK DAK
Rp. 200.000,00
8
Sumbangan per KK wilayah RT 1
Rp. 420.000,00
9
Sumbangan per KK wilayah RT 2
Rp. 500.000,00
10
Sumbangan per KK wilayah RT 3
Rp. 360.000,00
35
11
Sumbangan per KK wilayah RT 4
Rp. 400.000,00
12
Sumbangan per KK wilayah RT 5
Rp. 450.000,00
13
Sumbangan RRI
Rp. 1.000.000,00
14
Sumbangan Camat Toapaya
Rp. 2.000.000,00
15
Sumbangan Khazalik
Rp. 2.000.000,00
16
Sumbangan Fiven
Rp. 1.000.000,00
17
Sumbangan Ibu joko
Rp. 500.000,00
18
Sumbangan Djaka
Rp. 300.000,00
19
Sumbangan Ahmad
Rp. 500.000,00
20
Sumbangan PT. Lilin
Rp. 300.000,00
21
Sumbangan PT. Pulau Bintan Jay
Rp. 300.000,00
22
Sumbangan Pengusaha China Cikolek
Rp. 2.300.000,00
Total
Rp. 14.380.000,00
Perolehan sumbangan baik kalangan warga biasa maupun pengusaha yang
ada di Desa Toapaya pada acara memperingati HUT RI dari tahun ketahun selau
ada peningkatan dari segi partisipasi masyarakat dalam bentuk uang ini bisa
dibuktikan dengan data yang peneliti peroleh dari kantor Desa Toapaya.
Partisipasi dalam bentuk uang pada masyarakat Desa Toapaya pada acara HUT RI
maupun HUT Desa sangat tinggi, rata- rata sumbangan yang diperoleh pada
acara- acara tersebut 10- 14 juta yang disumbangkan oleh masyarakat. Dari data
yang diperoleh tersebut bisa membuktikan bahwa masyarakat Desa Toapaya yang
penduduknya hanya 1.124 orang dan luas wilayah hanya 3.345 Ha termasuk desa
36
yang sangat kecil bila dibandingkan dengand desa- desa lain di Kabupaten Bintan
bisa mempertahankan partisipasi masyarakat dengan menjaga nilai- nilai
masyarakat.
Berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti kepada informan diatas
dapat disimpulkan bahwa partisipasi dalam bentuk uang dan barang di Desa
Toapaya memang ada, hanya beberapa informan saja yang menjawab tidak tahu,
selebihnya menjawab ada. Memang untuk di Desa Toapaya dalam berpartisipasi
sumbangan uang dan barang bila dilihat aspek kuantitas masih relative sedikit
yaitu Tanah hibah, sumbangan suka rela untuk menyukseskan hari- hari besar
islam, hari- hari besar NKRI.
4.Partisipasi tenaga atau gotong- royong
Partisipasi tenaga atau gotong- royong adalah partisipasi yang diberikan
dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang
keberhasilan suatu program. Sehingga apa yang dicita- citakan bersama terwujud
dengan baik. Semangat gotong- royong dalam masyarakat perdesaan masih kental
dengan nuansa kekeluargaan dan kebersamaan. Adalah Desa Toapaya misalnya
dalam semangat kegotong- royongan begitu baik karena setiap kegiatan gotongroyong yang akan dilakukan oleh masyarakat tempatan disesuaikan oleh peluang
untuk melakukan gotong- royong tersebut. Kepala desa Toapaya selalu
menyesuaikan kondisi masyarakat desa yang notabennya adalah petani, yang dari
pagi hingga siang selalu ditempat kerjanya masing- masing. Sehingga jadwal atau
waktu untuk melakukan gotong- royong disesuaikan dengan kondisi masyarakat
setempat. Hasilnya adalah partisipasi dalam gotong- royong sangat baik, karena
dilakukan pada sore hari setelah masyarakat pulang dari tempat kerjanya masing-
37
masing. Inilah yang menjadi tonggak keberhasilan partisipasi masyarakat dalam
hal gotong- royong apa saja.
Tabel Kegiatan gotong- royong masyarakat Desa Toapaya
No
Nama kegiatan gotong- royong
Keterangan
1
Bangun rumah
30- 50 orang
2
Menjaga kebersihan desa
150- 200 orang
3
Membangun jalan
3 kali
4
Penanggulangan bencana
1 kali
5
Bulan bhakti
150- 200 orang
Tabel Partisipasi keamanan
No
Item
Substansi
1
Jumlah Poskamling
5 pos
2
Jumlah anggota Hansip/ Linmas
8 orang
3
Jumlah kelompok ronda
35 kelompok
Dari data yang dijelaskan diatas bisa peneliti memberikan penjelasan bahwa
walaupun luas wilayah Desa Toapaya yang hanya 3.345 Ha dan jumlah penduduk
menurut angka tahun 2014 yang hanya 1.124 jiwa yang terdiri dari penduduk lakilaki dan perempuan, tetapi tidak menyurutkan niat penduduk atau warga Desa
Toapaya dalam menyukseskan berbagai kegiatan kemasyarakatan ini bisa dilihat
indicator pada tabel diatas.
38
Tabel Partisipasi gotong- royong PKK Desa Toapaya
No Kegiatan
Sasaran
1
Gotong- royong bersama anggota
Anggota
2
Bulan bhakti gotong- rong bersama seluruh Masyarakat
elemen masyarakat
3
Berpartisipasi dalam HUT RI
Masyarakat
4
Berpartisipasi dalam HUT Desa Toapaya
Masyarakat
Dari data yang diperoleh oleh peneliti bisa sedikit memberikan informasi
yang lumayan jelas tentang kaum ibu- ibu atau kaum perempuan juga tidak bisa
dipandang sebelah mata dalam menyukseskan pembangunan khususnya di tingkat
pedesaan, mereka juga memegang peran yang cukup besar sehingga kesuksesan
sebuah desa juga ada ditangan mereka.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap lima belas
informan, maka dapat peneliti simpulkan bahwa dari lima belas informan yang
meberikan informasi kepada peneliti tentang peartisipasi tenaga dan gotongroyong di Desa Toapaya sangat tinggi, karena dari lima belas informan semuanya
menjawab tinggi untuk partisipasi tenaga dan gotong- royong di Desa Toapaya.
Ini menandakan karakteristik desa khususnya ditingkat Desa Toapaya kecamatan
Toapaya kabupaten Bintan cukup baik.
5.Partisipasi sosial
Adalah suatu dorongan mental dan emosional (seseorang atau kelompok)
yang menggerakkan mereka untuk bersama- sama bertanggung jawab. Disebutkan
39
juga Partisipasi sosial diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya
arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau
tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.
Berdasarkan tanggapan informan diatas peneliti dapat memaparkan secara
gamblang bahwa, semua informan yang peneliti wawancarai, semua informan
menjawab ada, tentang partisipasi sosial yang ada di tengah- tengah masyarakat
yang bisa dikatakan heterogen di tingkat pedesaan, yang masih memegang
prinsip- prinsip kekeluargaan, kebersamaan, dan karakter masyarakat desa masih
ada dan bahkan sangat tinggi untuk era modern ini.
6.Partisipasi masyarakat dalam kegiatan- kegiatan nyata yang konsisten
Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten
adalah dengan arah, strategi dan rencana yang telah ditentukan dalam proses
politik, terkandung dari sistem dan tata cara penyelenggaraan yang berlaku bagi
masyarakat. Andaikan dalam mengambil kebijaksanaan harus yang lebih bersifat
mobilisasi dari pada partisipasi. Misalnya saja dalam hal pengerahan tenaga untuk
berkerja secara sementara waktu pada kegiatan-kegiatan usaha tertentu yang
bersifat pembangunan.
Mobilisasi ini dapat dikenakan antara lain kepada
pekerja-pekerja di Desa Toapaya, dan untuk berkerja di pedesaan atau dalam
rangka
pembangunan
wilayah,
suatu
kegiatan
masyarakat
yang
dapat
diselenggarakan atas dasar kesukarelaan, tetapi seringkali pola kekuasaan dan
iklim tradisional yang dipergunakan adalah dengan cara mobilisasi gotongroyong.
40
Dari petikan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada kelima belas
informan yang dianggap mengetahui permaslahan yang terjadi di desa Toapaya
banyak hal yang bisa diambil dan ditarik kesimpulan bahwa, partisipasi
masyarakat baik dalam kegiatan nyata yang dilakukan oleh masyarakat desa
Toapaya secara konsisten ada dilakukan dengan program, yang regulasinya diatur
oleh pemerintah desa Toapaya, yang tidak terprogram bisa dilakukan oleh usulan
masyarakat desa Toapaya itu sendiri berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat.
41
H. Penutup
1. Kesimpulan
Bisa ditarik kesimpulan yang terperinci Atas dasar wawancara dan analisis
tentang partisipasi masyarakat dalam partisipasi masyarakat pasca pemilihan
kepala desa pertama Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan,
sebagaimana telah dibahas dan dianalisa secara ilmiah dengan menggunakan alat
analisa
berdasarkan
landasan
teori
konsep
operasional
yang
penulis
paparkan,bahwa partisipasi masyarakat dapat berbentuk partisipasi buah fikiran,
partisipasi hata dan uang, partisipasi tenaga atau gotong- royong, partisipasi
sosial, dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan nyata yang konsisten maka
dapat ditarik kesimpulan bahwasanya dalam menyongsong masa depan yang jauh
lebih baik dari sebelumnya yaitu belum dimekarkan adalah menjadi hala prioritas
utama sehingga masyarakat berperan penuh dalam menyukseskan pembangunan
desa yang berkelanjutan. Dari beberapa indikator teori yang peneliti gunakan
dalam mewawancarai informan tersebut hampir semuanya menjawab ada dan baik
bahkan cukup tinggi. Partisipasi yang paling menonjol dari beberapa indicator
bentuk partisipasi tersebut adalah dalam buah pikiran, uang dan barang, dan
tenaga.
2. Saran
Diharapkan kepada masyarakat dari elemen terendah sampai elemen
tertinggi bisa menjaga peran serta secara terus menerus dan berkelanjutan. Ini
menjadi penting, tidak ada kesuksesan yang bisa diraih tanpa kita pikul
bersama.
42
DAFTAR PUSTAKA
BUKU- BUKU :
Almond dan meriam Budiarjo. 1998. Dasar- dasar ilmu politik. Jakarta. PT.
Gramedia
Asshidiqie Jimly. 2011. Restorasi Penyelenggaraan PEMILU di Indonesia.
Yogyakarta. Fajar Media Press
Budiardjo Miriam. 2008. Dasar- Dasar Ilmu Politik. Jakarta. PT. gramedia
Pustaka
Budiantoro Setyo.2012. Pembangunan Inklusif. Jakarta. LP3ES
Ebyhara bakar Abu. 2010. Pengantar Ilmu politik. Yogyakarta. Ar-Ruzz media
Efriza. 2012. Political Explore. Bandung. Cv Alfabeta
Faturohman Denden. 2004. Pengantar Ilmu Politik. Malang. UMM Press
Firmanzah. 2001. Mengelola Partai Politik. Jakarta. Yayasan pustaka obor
Indonesia
Harrison Lisa. 2007. Metodologi Penelitian politik. Jakarta. Prenada Media Group
Kertasapoetra. 1986.Sistem politik Indonesia. Bandung. Sinar baru
Labolo Muhadam. 2006. Memahami Ilmu Pemerintahan. Jakarta. PT.Raja
Grafindo
Nawawi, H. Hadari. 1983. Metode Penelitian Bidang sosial. Jakarta. Gajah mada
Ndraha, Taliziduhu. 1983. Partisipasi Dalam Pembangunan. Jakarta: LP3ES.
Putra Fadilah. 2003. Partai Politik Dan Kebijakan Publik. Bandar Lampung.
Averoes Press
43
Rush Michael dan Philip Althof. 2007. Pengantar Sosiologi Politik.Jakarta.
PT.Raja Grafindo
Simanjuntak Tigor. 1982. Persepektif Pembangunan. Jakarta. CV. Masagung
Suhartono. 2001. Politik Lokal. Yogyakarta. Lapera Pustaka Utama
Surbakti Ramlan.1984.Memahami Ilmu Politik.Surabaya.Grasindo
Usman Husaini, Akbar Setiady Purnomo.2009. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta. PT Bumi Aksara
Wati Riau. 2009. Teknik Penulisan dan tata tulis karya Ilmiah. Tanjungpinang.
CV.Milaz Grafika
Widjaja.2011.Otonomi daerah dan daerah otonom.Jakarta.PT raja grafindo
persada
Yusran Andi. 2005. Desa Dalam Bingkai Pembangunan. Pekanbaru. Red-Post
Press
Zakaria Yando. 2000. Abih Tandeh. Jakarta. Elsam
44
DOKUMEN :
Undang- undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah
Undan- undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tentang pemerintahan Desa
Buku panduan tentang tata cara mekanisme pemilihan dan pengangkatan kepala
desa (Perda kabupaten Bintan nomor 7 tahun 2007)
Undang- undang nomor 06 tahun 2014 tentang Desa
Buku monografi Desa Toapaya Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan
Jurnal Ilmu Pemerintahan Edisi Tahun 2010 Jurnal Pencerahan Untuk
Memajukan Pemerintahan
Jurnal Fisip Imrah Vol.2, No. 02, Oktober 2011
Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan Vol. 1, Nomor 1, Hal 1- 98,
Tanjungpinang Oktober Tahun 2011
Jurnal fisip umrah vol.1, No. 1 Mei 2011
Download