1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan

advertisement
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani, hal ini menyebabkan sektor pertanian menjadi
sektor yang diandalkan dalam peningkatan perekonomian nasional. Sektor ini
menopang sebagian besar perekonomian penduduk, mulai dari penyediaan pangan
dan juga memberikan lapangan pekerjaan. Pertumbuhan yang terus meningkat secara
konsisten, menyebabkan sektor pertanian berperan besar dalam menjaga laju
pertumbuhan ekonomi nasional (Antara, 2004). Kesadaran terhadap peran tersebut
menyebabkan sebagian besar masyarakat masih tetap memelihara kegiatan pertanian
mereka. Pentingnya peran pertanian di Indonesia mengharuskan upaya untuk lebih
meningkatkan produksi pertanian. Tanah menjadi salah satu faktor penting yang
sangat menentukan produksi suatu lahan pertanian.
Tanah yang menjadi lahan pertanian harus dijaga kualitasnya. Menurut Doran
dan Parkin (1994) kualitas tanah menunjukkan sifat fisik, kimia dan biologi tanah
yang berperan dalam menyediakan kondisi untuk pertumbuhan tanaman, aktivitas
biologi, mengatur aliran air dan sebagai filter lingkungan terhadap polutan. Praktek
pengelolaan tanah yang memberikan kontribusi pada degradasi tanah antara lain
penggarapan tanah yang berlebihan, penanaman yang terus menerus, pemindahan
sisa-sisa tanaman, pemindahan vegetasi, penggunaan pupuk dan pestisida yang
berlebihan ini akan mengancam agroekosistem berkelanjutan (Yulipriyanto, 2010).
1
2
Data analisa tanah sangat penting diketahui petani untuk memberikan
penanganan yang tepat terhadap lahan pertaniannya, sehingga kesuburan tanahnya
dapat tetap dipertahankan. Analisa yang masih sering dilakukan adalah dengan cara
melakukan uji laboratorium. Uji Laboratorium memerlukan proses lama dan biaya
yang tinggi. Mengingat kebanyakan petani memerlukan hasil cepat dan biaya yang
seminimal mungkin, maka diperlukan suatu alat pengukur yang bisa memberikan
hasil secara cepat dan biaya yang lebih terjangkau. Pengukuran konduktivitas listrik
tanah menjadi pengukuran yang paling sering dilakukan untuk mengetahui
keragaman kandungan tanah untuk aplikasi precision pertanian, karena sangat mudah
dilakukan dan memberikan hasil yang tepat (Rhoades,1999).
Hermawan dkk., (2000) menemukan adanya hubungan yang erat antara sifatsifat dielektrik tanah seperti konduktivitas, kapasitas dan impedensi listrik pada suatu
media berpori dengan kadar air. Air tanah cenderung meningkatkan dan sebaliknya udara
di dalam pori cenderung menghambat laju konduktivitas listrik di dalam tanah, laju
konduktivitas menurun dengan semakin rendahnya kadar air tanah (Kittel,1991). Fenomena
tersebut sejalan dengan teori hubungan dielektrik dan air tanah yang dikembangkan
Friendman (1997). Ada dua teknik yang digunakan untuk mengukur konduktivitas
listrik (EC) tanah di lapangan, yaitu : induksi elektromagnetik (EM) dan kontak
langsung. EM dilakukan dengan memberikan
energi elektromagnetik ke dalam
geologi bahan menggunakan sumber arus yang melewati permukaan bumi, tetapi
tidak terjadi membuat kontak fisik. Sebuah sensor dalam perangkat mengukur medan
elektromagnetik yang dihasilkan saat menginduksi.
Metode kontak langsung
melibatkan perangkat yang mengarahkan arus listrik ke dalam tanah melalui
3
elektroda logam terisolasi yang menembus permukaan tanah. Perangkat ini mengukur
langsung drop tegangan antara sumber dan elektroda sensor. Pengukuran EC tanah
dengan kontak langsung dan metode EM telah memberikan hasil yang sebanding
(Sudduth dkk., 1998). Penelitian ini dilakukan dengan pengukuran dengan kontak
langsung, yaitu dengan menggunakan elektroda sensor kapasitif.
Sensor jenis kapasitif memiliki prinsip dasar pengukuran berdasarkan
perubahan kapasitansi. Kapasitansi antara dua pelat ditentukan oleh tiga hal yaitu luas
penampang plat elektroda, jarak elektroda, material dielektrik antara plat elektroda.
Menurut Cifriadi (2005) luas permukaan (ukuran) elektroda logam pada rangkaian
sensor dapat mempengaruhi kinerja sensor kelembaban jenis kapasitif yang
dihasilkan. Sedangkan menurut Suprapto (2006), semakin besar jarak antara elektroda
akan semakin menurunkan densitas arus yang mengalir pada medium tanah, apabila
jarak elektroda menjadi 2 kali dari semula maka densitas arus akan menurun ¼ dari
semula. Oleh karena adanya hubungan yang erat antara hasil pengukuran EC dengan
jarak dan ukuran elektroda, maka penulis mengkaji tentang jarak, bentuk dan bahan
elektroda sensor terhapat kinerja elektroda sensor.
1.2
Perumusan Masalah
1.
Bagaimanakah hubungan jarak, bentuk dan bahan elektroda terhadap kinerja
elektroda sensor kapasitif ?
2.
Kombinasi manakah yang memberikan kinerja terbaik?
4
1.4
Tujuan
1.
Mengetahui hubungan jarak, bentuk dan bahan elektroda terhadap kinerja
elektroda sensor kapasitif .
2.
Mendapatkan kombinasi yang memberikan kinerja terbaik.
1.5
Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi teknologi
baru tentang sensor kapasitif konduktivitas listrik tanah kepada para petani. Sensor ini
nantinya dapat dijadikan alat ukur yang praktis dan cepat dalam upaya memberikan
penanganan yang tepat terhadap lahan yang digunakan untuk bercocok tanam, dalam
upaya meningkatkan produksi produk pertanian.
Download