Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno

advertisement
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
BMKG | KATA PENGANTAR
i
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
KATA PENGANTAR
MetAero Bulletin adalah buletin yang diterbitkan oleh Stasiun Meteorologi SoekarnoHatta Cengkareng yang merupakan suatu wadah bagi penyajian informasi Meteorologi
penerbangan di Bandar Udara Soekarno-Hatta Cengkareng.
Buletin ini juga diharapkan dapat
menjadi media bagi pegawai Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng dalam
mengembangankan dan meningkatkan ilmu pengetahuan tentang meteorologi; khususnya yang
berkaitan dengan meteorologi penerbangan.
Ucapan terima kasih
kami sampaikan kepada Tim
Redaksi MetAero yang telah
bekerja keras walaupun dengan berbagai keterbatasan namun Buletin ini tetap dapat diterbitkan.
Semoga isi dan kualitas buletin MetAero dapat terus ditingkatkan.
Ucapan Terima kasih juga kami sampaikan kepada pegawai Stasiun Meteorologi
Soekarno-Hatta Cengakreng dan semua pihak yang telah berpartisipasi sehingga Buletin Ini dapat
terbit dengan baik.
Semoga Informasi yang kami sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasih.
Tangerang , Nopember 2016
Drs. EC Setio Wibowo
BMKG | KATA PENGANTAR
ii
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
TIM PENYUSUN
PENASEHAT
Drs. EC. Setio Wibowo
DARI REDAKSI…..
PENANGUNG JAWAB
Rekso Hartono, ST
Pembaca yang terhormat,
REDAKTUR KEPALA
Siswahyanti , S.Si
Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala Rahmat dan KaruniaNya
Puji dan Syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat
sehingga Bulletin MetAero masih dapat hadir menyapa
REDAKTUR PELAKSANA
1. Yuli Ernani, ST
2. Soni Soeharsono
pembaca hingga saat ini. Semoga apa yang kami sajikan dalam
bulletin ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Terima
EDITOR
R. Willem Takapente, S.Si
kasih kami sampaikan kepada para pembaca yang budiman atas
DESIGN GRAFIS
Yus Prihatinina, S.Si
Bulletin masih dapat terbit dan terpublikasi dengan baik hingga
kritik saran dan masukan serta dukungannya sehingga MetAero
memasuki tahun ke IV
HUMAS
Eko Budianto, S.Kom
Buletin MetAero edisi bulan Nopember 2016
membahas tentang dinamika Atmosfer di Indonesia, prakiraan
cuaca bulan Nopember 2016, Pantauan cuaca Skala Sinoptik,
Informasi cuaca ekstrim dan Pelayanan Jasa meteorologi yang
telah dilakukan oleh Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta
Cengkareng,
Rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi
tingginya kami sampaikan kepada rekan rekan yang telah
menuangkan ide pikirannya serta analisisnya dalam Buletin ini.
Kami menyadari bahwa Buletin ini masih jauh dari
sempurna dan masih terdapat kekurangan disana sini, untuk itu
kami menerima kritik dan saran yang membangun dari
pembaca yang budiman untuk kemajuan buletin ini.
Selamat membaca, semoga bermanfaat.
Salam,
Redaksi
BMKG |
iii
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................... ii
DARI REDAKSI….. ...................................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................................................................. iv
DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA................................................................................................... 1
I.
FENOMENA DIPOLE MODE (DM). ................................................................................................ 2
II.
FENOMENA MADDEN-JULIAN OSCILLATION (MJO) .............................................................. 2
III.
FENOMENA SOUTHERN OSCILATION INDEX (SOI) ............................................................. 4
IV.
FENOMENA OCEANIC NINO INDEX (ONI) ............................................................................. 5
ISTILAH SUHU PERMUKAAN LAUT MENGACU PADA SUHU RATA-RATA LAUT DALAM
BEBERAPA METER KEATAS. ................................................................................................................ 5
ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER PADA BULAN SEPTEMBER 2016 ............................................ 6
I.
INDEX DIPOLE MODE ..................................................................................................................... 6
V.
FENOMENA SUHU MUKA LAUT ( SST ) ...................................................................................... 9
VII.
FENOMENA OSILASI SELATAN / SOUTHERN OSCILATION INDEX (SOI) ..................... 11
A. DATA PARAMETER CUACA DI BANDAR UDARA SOEKARNO-HATTA CENGKARENG
DAN SEKITARNYA BULAN OKTOBER 2016 DAPAT DISAJIKAN SEBAGAI BERIKUT : .......... 13
B.
KEADAAN CUACA DI BANDAR UDARA SOEKARNO-HATTA CENGKARENG................. 18
AERODROME CLIMATOLOGICAL SUMMARY .................................................................................... 26
1.
SUHU UDARA ................................................................................................................................. 26
2.
JARAK PANDANG (VISIBILITY).................................................................................................. 27
3.
KELEMBABAN UDARA................................................................................................................. 28
4.
KEADAAN CUACA ......................................................................................................................... 29
5.
ARAH DAN KECEPATAN ANGIN ................................................................................................ 30
INFORMASI METEOROLOGI UNTUK PENERBANGAN ...................................................................... 31
B.
PELAYANAN FLIGHT DOCUMENT ............................................................................................ 33
C.
HASIL VERIFIKASI TAFOR DAN TREND TYPE LANDING FORECAST ............................... 34
BMKG | DAFTAR ISI
iv
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
Oleh : Soni Soeharsono
Pendahuluan
Kondisi cuaca yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh sirkulasi umum angin global,
regional, dan lokal. Dengan letak Indonesia di wilayah tropis yang terdiri dari 2/3 perairan (lautan)
dan 1/3 kepulauan (daratan) merupakan daerah yang mendapatkan aliran uap air cukup banyak
dalam kondisi normal. Interaksi yang saling mempengaruhi antara sirkulasi umum tersebut dapat
menentukan kondisi cuaca yang akan terjadi.
Indonesia yang terletak didaerah tropis, musim yang terjadi dipengaruhi oleh phenomenaphenomena berskala regional atau global, sejauh ini sudah diketahui beberapa fenomena regional
yang merupakan sirkulasi zonal ( Timur – Barat ) dan Meridional ( Utara – selatan ) , dimana
sirkulasi itu bergeser dan mengalami perubahan secara periodik, diantaranya adalah
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
1
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
I.
Fenomena Dipole Mode (DM).
Gambar 1.Ilustrasi skematis proses / mekanisme fenomena IOD yang menghasilkan nilai DMI positif dan negatif.
Fenomena Dipole Mode (DM) yaitu tanda atau gejala akan menaiknya atau memanasnya
Suhu Muka Laut (SML) dari kondisi normal di sepanjang Ekuator Samudera Hindia, khususnya di
sebelah selatan India, yang diiringi dengan menurunnya suhu permukaan laut tidak normal di
perairan Indonesia di wilayah pantai barat Sumatera (Yamagata, 2001). Pada keadaan normalnya,
di sebelah barat lautan tropis Hindia suhu permukaan laut mengalami pendinginan, tetapi hangat di
sebagian belahan timurnya ; ditandai dengan distribusi SML yang cukup merata di sekitar ekuator.
Hasil perhitungan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut di bagian barat
dan sebelah timur samudera Hindia ini dikenal sebagai DMI (Dipole Mode Index).Dipole Mode
dibagi menjadi dua fase yakniDipole Mode Positif dan Dipole Mode Negatif.
Dipole Mode Positif (DMP) terjadi pada saat tekanan udara permukaan di atas wilayah
barat Sumatera relatif bertekanan lebih tinggi dibandingkan wilayah timur Afrika yang bertekanan
relatif rendah, sehingga udara mengalir dari bagian barat Sumatera ke bagian timur Afrika yang
mengakibatkan pembentukkan awan-awan konvektif di wilayah Afrika dan menghasilkan curah
hujan di atas normal, sedangkan di wilayah Sumatera terjadi kekeringan, begitu sebaliknya dengan
Dipole Mode Negatif (DMN).
Dalam kaitannya dengan pola curah hujan di BMI (Benua Maritim Indonesia), maka DMI
positif berhubungan dengan berkurangnya intensitas curah hujan di bagian barat BMI.Sedang
sebaliknya, DMI negatif berhubungan dengan bertambahnya intensitas curah hujan di bagian barat
BMI.Ilustrasi proses / mekanisme fenomena IOD (Indian Ocean Dipole) secara skematis di sajikan
dalam gambar 1.
II.
Fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO)
Madden Julian Oscillation merupakan suatu gelombang atau osilasi sub musiman yang terjadi di
lapisan troposfer wilayah tropis, akibat dari sirkulasi sel skala besar di ekuatorial yang bergerak
dari barat ke timur yaitu dari lautan Hindia ke lautan Pasifik Tengah dengan rentang daerah
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
2
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
propagasi ( sebaran ) 15°LU - 15°LS. MJO secara alami terbentuk dari sistem interaksi laut dan
atmosfer, dengan periode osilasi kurang lebih 30-60 hari (Madden dan Julian, 1971, 1972;
Madden dan Julian, 1994). MJO dibagi menjadi 8 fase antara lain;
FASE
POSISI
AREA KONVEKTIFITAS
1
2
3
4&5
6
7
8
210° BB – 060° BT
060° BT – 080° BT
080° BT – 100° BT
100° BT – 140° BT
140° BT – 160° BT
160° BT – 180° BT
180° BT – 160° BB
AFRIKA BAGIAN TIMUR
SAMUDERA HINDIA BAGIAN BARAT
SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR
BENUA MARITIM INDONESIA
KAWASAN PASIFIK BARAT
PASIFIK TENGAH
DAERAH KONVEKTIF DI BELAHAN BUMI BAGIAN BARAT
Metode yang digunakan diatas adalah dengan Out Going Long Wave Range (
OLR).Radiasi gelombang panjang keluar (OLR) sering digunakan sebagai cara untuk
mengidentifikasi tinggi, tebal, awan hujan konvektif. Peta ini menunjukkan perbedaan dari daerah
yang berawan berdasarkan posisi MJO. Warna ungu dan biru tebal menunjukkan lebih tinggi dari
keadaan normal,cuaca tropis lebih aktif ataulebih menguat, sedangkan oranye tebalmenunjukkan
lebih rendah dari normal atau kondisi ditekan. Arah dan panjang anak panah menunjukkan arah
dan kekuatan anomali angin. Semakin gelap panah, yang lebih dapat diandalkan informasi
tersebut. Hubungan dari MJO dengan pola cuaca tropis berubah dengan musim (yang bisa dipilih
di atas peta tersebut). Besaran OLR dapat menunjukkan suhu puncak awan dan kandungan uap air
awan, makin rendah suhu puncak awan dan makin tinggi kandungan uap airnya maka makin
rendah nilai OLR-nya, yang berarti makin besar kemungkinan hujan yang ditimbulkannya.
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
3
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
Sebaliknya nilai OLR yang tinggi berarti suhu puncak awannya tinggi dan kandungan uap airnya
rendah sehingga kemungkinan hujan yang ditimbulkannya semakin kecil.(Kustiyo et.al., 1999).
Fenomena
MJO
merupakan
fenomena
musiman yang berdasarkan
pada pasangan empiris fungsi
orthogonal
(EOF)
dikombinasikan medan angin
rata-rata
komponen
Zonal
(Timur – Barat ) lapisan 850
HPa dan 200 Hpa di sekitar
garis
ekuator
dan
berdasarkan observasi data
satelit
OLR
Longwave
(Outgoing
Radiation).
Ketika indeks MJO berada
dalam pusat lingkaran maka
fenomena
Gambar 6. Fase MJO
lemah.Semakin
MJO
berada
di
luar dari pusat lingkaran
tersebut maka fenomena MJO semakin kuat. Siklus pergerakan MJO bergerak berlawanan arah
jarum jam dari arah Barat ke Timur.
III.
Fenomena Southern Oscilation Index (SOI)
Southern Oscilation Index SOI merupakan salah satu ukuran dari fluktuasi skala besar
tekanan udara yang terjadi antara barat dan timur pasifik tropis ( yaitu keadaan Osilasi Selatan)
selama episode El Nino dan La Nina. Secara umum, indeks ini dihitung berdasarkan perbedaan
anomali tekanan udara antara Tahiti dan Darwin, Australia. Umumnya , metode smoothed time
series dari SOI sangat baik dan sesuai dengan perubahan suhu laut di bagian timur Pasifik tropis.
Fase negatif dari SOI mewakili tekanan di bawah normal udara di Tahiti dan tekanan udara di atas
normal di Darwin. Periode panjang nilai SOI negatif bertepatan dengan Suhu MukaLaut
menghangat abnormal di bagian timur Pasifik tropis ciri episode El Nino. Periode panjang nilai
SOI positif bertepatan dengan Suhu MukaLaut normal dingin di bagian timur Pasifik tropis ciri
episode La Nina. Nilai negatif yang berkelanjutan SOI dibawah nilai -8, biasanya menunjukkan
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
4
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
periode El Nino. Nilai negatif ini biasanyadisertai dengan pemanasan berkelanjutan di wilayah
tropis Samudera Pasifik tengah dan timur, penurunan kekuatan angin Pasat di Pasifik, dan
penurunan di musim dingin dan musim semi curah hujan banyak di Australia timur.
Nilai-nilai positif berkelanjutan dari SOI di atas +8 merupakan cirri dari periode La Niña.
Hal ini terkait dengan menguatnya angin pasat diPasifik dan suhu laut menghangat di sebelah utara
Australia. Perairan di Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur menjadi lebih dingin
selama ini. Bersama-sama ini memberikan kemungkinan peningkatan kandungan uap air di
Australia timur dan utara akan basah dari biasanya.
IV. Fenomena Oceanic Nino Index (ONI)
Istilah Suhu Permukaan Laut mengacu pada suhu rata-rata laut dalam beberapa meter keatas.
Operasional baru NOAA menjelaskan mengenai analisis Suhu permukaan laut, merupakan analisa
data 7 hari dari in situ ( Kapal laut dan Buoy; Buoy merupakan alat pengamatan cuaca yang
diletakan tetap diatas permukaan laut/stasioner) dan SST satelit. Analisis ini diproduksi secara
mingguan dan harian menggunakan interpolasi optimum (IO) pada luasan grid 1° ( 1° ̴ 110km ).
Oceanic Nino Index (ONI) sudah menjadi standar baku yang digunakan NOAA untuk
mengidentifikasi adanya peristiwa ElNiño (suhu permukaan laut hangat) dan LaNiña(suhu
permukaan laut dingin) di Pasifik tropis. Hal ini merupakan proses pengolahan 3 bulanan rata-rata
SST anomaly untuk Niño 3.4 (yaitu, 5°N - 5°S dan 120°W - 170°W). Kejadiannya didefinisikan
sebagai 5 bulan berturut-turut pada atau di atas anomaly 0,5° untuk kejadian hangat (El Niño) dan
pada atau di bawah anomaly -0.5 untuk kejadian dingin (La Niña). Batasan ini lebih lanjut
dikategorikan menjadi kondisi Lemah (dengan 0,5 - 0,9 SST anomali), Sedang (1,0 - 1,4) dan Kuat
(≥ 1,5). Untuk tujuan pelaporan ini sebuah kejadian untuk dikategorikan sebagai lemah, sedang
ataukuat, hal itu harusmenyamai ataumelampaui ambang batasselama 3bulan.
Dengan kata lain pada momen berlangsungnya fenomena El Nino, Suhu Muka Laut daerah
timur-tengah pasifik equator (Nino 3.4) menghangat, Jika Nilai anomaly SST Nino 3.4 kuat terjadi
El Nino Kuat, semakin kuat anomalinya, Semakin kuat pula kejadian El Nino hal ini
mengakibatkan terjadi pergeseran sirkulasi udara yang mengangkat massa udara tumbuh menjadi
awan hujan dari wilayah maritim Indonesia yang relatif lebih dingin ke daerah Nino 3.4 yang
relatif lebih Hangat, wilayah benua Maritim Indonesia akan mengalami kekeringan dan
menyebabkan bergesernya musim hujan diwilayah ini.
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
5
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
Gambar daerah wilayah kejadian El Nino dan La Nina
Analisis Dinamika Atmosfer pada Bulan September 2016
I.
Index Dipole Mode
05 September – 11 September 2016
-1.19
12 September –18 September 2016
-1.17
19 September – 25 September 2016
-0.90
26 September – 02 Oktober 2016
-0.70
Tabel 1.Nilai IOD Periode Mingguan September 2016 (Sumber http://www.bom.gov.au/climate/iod.txt)
Nilai IOD selama periode mingguan terakhir menghasilkan nilai negatif yaitu -0.70, nilai ini
berada diluar batas normal ( ± 0.4 ). Dari nilai indeks tersebut kumpulan uap air dan awan-awan
konvektif berpeluang untuk tumbuh di wilayah barat BMI (Benua Maritim Indonesia).
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
6
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
II.
Analisis Komponen Angin Zonal
Gambar 4.Fase Total angin lapisan 850 dan 200 hPa (Sumber
:http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/index.primjo.html)
Komponen angin zonal pada paras 850 mb, angin bergerak dari Samuder Hindia menuju
wilayah Benua Maritim Indonesia. Pada paras 200 mb, pola angin bergerak menuju Samudera
Hindia dari kawasan Samudera Pasifik dan kawasan Benua maritim Indonesia. Hal ini
mengindikasikan pergerakan udara yang membawa uap air dan mengalami pertukaran momentum
dan kelembaban diatas wilayah Benua Maritim Indonesia.
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
7
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
III.
Analisis Out Going Long Wave Range
Gambar 5.Anomaly OLR ;
(Sumber :http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/index.primjo.html)
Analisa OLR pada bulan September 2016, Jumlah Radiasi balik yang dilepaskan oleh
permukaan bumi kecil terjadi diwilayah Indonesia bagian Tengah dan bagian Timur, sedangkan
pada Wilayah bagian Barat cukup besar. Hal ini mengindikasikan kanopi ( per-awanan ) yang
menghalangi radiasi balik dari permukaan bumi sangat tebal pada wilayah yang nilai OLR kecil.
IV.
Analisis Posisi MJO
Gambar 7. Analisa Fase MJO bulan September 2016
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
8
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
Selama bulan September 2016 Fase MJO berada pada Fase 3, 4 dan 5. Fenomena MJO
yang teramati terjadi di wilayah Benua Maritim Indonesia pada bulan ini.
V.
Prediksi Posisi MJO
Gambar 8.Prakiraan Fase MJO bulan Oktober 2016 ; (sumber :
http://origin.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/CLIVAR/BOMM_phase_33m_full.gif )
Prakiraan Fase MJO untuk bulan Oktober 2016 berada pada Fase 5 yaitu di wilayah Benua
Maritim Indonesia.
V. Fenomena Suhu Muka Laut ( SST )
Gambar 10. Anomali SST (Sumber : http://www.esrl.noaa.gov/psd/map/clim/sst.shtml )
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
9
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
Kondisi suhu muka laut pada bulan September diwilayah Indonesia pada umumnya
menghangat bila dibandingkan dengan data klimatologinya terutama anomali yang cukup besar
dominan terjadi diwilayah perairan selatan Indonesia, hal ini menjelaskan pada daerah yang
mengalami pemanasan berpotensi terjadi penguapan yang menyebabkan pertumbuhan awan
kemungkinan besar terjadi, pada bulan September di wilayah perairan Indonesia penguapan relatif
lebih tinggi dengan data klimatologinya pada periode bulan yang sama.
VI.
Analisis Ocean Nino Index
Index
Agustus
September
Perubahan
Temperatur
Nino3
-0.3
-0.1
+0.2
Menghangat
Nino3.4
-0.3
-0.4
-0.1
Mendingin
Nino4
+0.4
-0.1
-0.5
Mendingin
Tabel II. Index Nino (Sumber :http://www.bom.gov.au/climate/enso/index.shtml#tabs=Sea-surface)
Pada wilayah perairan Pasifik yang ditandai dengan daerah Nino 3.4 dan Nino 4 terjadi
perubahan temperatur menjadi dingin dibandingkan dengan periode pada bulan sebelumnya yang
menyebabkan pasokan uap air dari wilayah pasifik menuju Benua Maritim Indonesia relatif
bertambah.
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
10
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
VII.
Fenomena Osilasi Selatan / Southern Oscilation Index (SOI)
Gambar 9. Analisa SOI bulan September 2016 ; (sumber : http://www.bom.gov.au/climate/current/soi2.shtml)
Dari grafik SOI periode Januari 2012 s/d April 2016 nampak kecenderungan nilai SOI dari
tahun 2014 s/d 2016 bernilai negatif, namun sampai akhir periode bulan September 2016 bernilai
positif ( + ) dengan nilai SOI 13.50 hal ini menunjukan keadaan La Nina yang mengindikasikan
pasokan uap air bertambah sampai ke wilayah Indonesia.
KESIMPULAN
Dengan mempertimbangkan parameter-parameter pembentuk fenomena global yang
terukur, analisa kondisi iklim untuk bulan Agustus 2016, seperti nilai IOD -0.70 yang berada diluar
ambang batas normal
kemudian fenomena MJO yang diperkirakan kuat terjadi di wilayah
BMI serta nilai SOI ( 13.50 ) yang berlangsungnya periode La Nina maka kondisi di wilayah
Indonesia bertambah pasokan uap air untuk wilayah Indonesia bagian Timur sampai bagian
Tengah, kemudian untuk bagian barat, pasokan uap air cukup signifikan sampai periode ke depan
pada bulan Oktober, dengan kata lain dapat disimpulkan potensi ketersediaan uap air dari Samudra
Hindia sebelah barat Sumatra ke wilayah Indonesia barat, cukup. Kondisi anomali suhu muka laut
untuk bulan September 2016 yang terjadi di wilayah perairan Indonesia umumnya menghangat.
Keadaan ini dapat memicu menimbulkan adanya gangguan pola tekanan rendah dan penguapan
yang besar pada perairan yang suhunya masih menghangat, pada daerah yang memiliki persediaan
uap air yang dapat menghasilkan awan-awan hujan.
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
11
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta Cengkareng yang terletak di propinsi Banten
Tangerang wilayah sebelah utaranya berada cukup dekat dengan pantai Utara Jawa dan sebelah
Selatan banyak terdapat deretan perbukitan dari wilayah Pandeglang memanjang ke arah Timur
hingga Bogor. Kondisi geografis ini dapat menghasilkan interaksi sirkulasi lokal yaitu angin daratlaut berkombinasi dengan sirkulasi angin lembah-gunung.
Namun dengan adanya faktor
pembentukan cuaca berskala regional serta global yang memperkuat distribusi ketersediaan uap
air, maka untuk periode bulan Oktober 2016 wilayah Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta
Cengkareng dan sekitarnya memiliki potensi pembentukan awan hujan dengan intensitas sedang lebat disertai badai guntur yang disebabkan oleh awan-awan konvektif.
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
12
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
PANTAUAN CUACA SKALA SYNOPTIK
A. Data Parameter Cuaca di Bandar Udara Soekarno-Hatta Cengkareng dan sekitarnya
bulan Oktober 2016 dapat disajikan sebagai berikut :
1. Suhu Udara.
suhu udara berkisar antara 23.0oC – 33.7o C. Suhu udara rata-rata 27.7oC. Suhu udara
tertinggi 33.7oC terjadi pada tanggal 7 Oktober 2016 sedangkan suhu udara terendah
mencapai 23.0 oC terjadi pada tangga 7 Oktober 2016.
Grafik Suhu Udara
Bulan : Oktober 2016
36
suhu udara ( oC )
34
32
30
Rata2
28
Maks
26
Min
24
22
20
1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
2. Intensitas Hujan
Jumlah curah hujan yang terjadi selama bulan Oktober 2016 di wilayah Bandara
Soekarno-Hatta sebanyak 284.7 mm, jumlah hari hujan = 14 hari. Intensitas curah hujan
yang terjadi pada bulan Oktober 2016 bersifat jauh diatas normal , dimana normal curah
hujan bulan Oktober antara 73-99 mm, sedangkan normal hari hujan 7-10 hari
Curah hujan tertinggi sebesar 54.0 mm terjadi pada tanggal 13 Oktober 2016
Data intensitas curah hujan maksimum per satuan waktu yang diamati Stasiun Meteorologi
Soekarno-Hatta Cengkareng selama bulan Oktober 2016 disajikan sebagai berikut
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
13
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
CURAH HUJAN PERIODE 3 JAM ( 13 - Oktober - 2016 )
JAM
(WIB)
7-10
10-13
HUJAN
0
0
13-16 16-19 19-22
0
53.0
1.0
22-01
01-04
04-07
JUML
20.6
0
0
54.0
Grafik Curah Hujan
Bulan : Oktober 2016
curah hujan ( mm )
60
50
40
30
20
10
0
1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
3. Lama Penyinaran Matahari.
Pada bulan Oktober rata – rata penyinaran matahari 3.4 jam, lama penyinaran matahari
tertinggi 9.5 jam terjadi pada tanggal 4 Oktober 2016, Sedangkan lama penyinaran
matahari terendah 0 jam terjadi pada tanggal 25 Oktober 2016.
Grafik Penyinaran Matahari
Bulan Oktober 2016
penyinaran ( jam )
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
14
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
4. Tekanan Udara
Tekanan udara rata rata pada bulan Oktober sebesar 1008.2 mb Tekanan udara tertinggi
1012.5 mb terjadi pada tanggal 27 Oktober, jam 02.00 UTC ( 09.00 WIB )sedangkan
tekanan udara terendah 1004.0mb terjadi tanggal 20 Oktober, jam 9.00 UTC ( 16.00 WIB )
Grafik Tekanan Udara
Bulan Oktober 2016
1014
Tekanan (mb )
1012
1010
Rata2
1008
Maks
1006
Min
1004
1002
1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
5. Kelembaban Udara
Kelembaban udara rata-rata pada bulan Oktober 2016 sebesar 80 %, kelembaban udara
terendah 50 % terjadi pada tanggal
3 Oktober jam 4.00 GMT (jam 11.00 WIB ) ,
sedangkan kelembaban udara tertinggi 986%. Terjadi pada tanggal 8 Oktober 2016 jam
21.00 GMT ( tanggal 9 jam 04.00 wib ).
Grafik Kelembaban Udara
Bulan Oktober 2016
100
kelembaban ( % )
90
80
Rata2
70
Maks
60
Min
50
40
1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
15
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
6
Penguapan
Bulan Oktober 2016 penguapan rata – rata 4.7 milimeter, penguapan tertinggi 15.4
milimeter terjadi pada tanggal 22 Oktober sedangkan penguapan terendah 0.2 milimeter
terjadi pada tanggal 5 Oktober 2016
Grafik Penguapan
Bulan Oktober 2016
18.0
penguapan ( mm )
16.0
14.0
12.0
10.0
8.0
6.0
4.0
2.0
0.0
1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
7. Perawanan.
Berdasarkan data Sinoptik perawanan yang terjadi di Stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta
Cengkareng selama bulan Oktober 2016 sebagai berikut :
a. Jumlah Keseluruhan Awan.
Grafik Jumlah Awan Rendah
Bulan Oktober 2016
0%
6%
30%
FEW
64%
SCT
BKN
OVC
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
16
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
Keterangan :




0 – 2 Oktas
3 – 4 Oktas
5 – 7 Oktas
8
Oktas
: Few ( Cerah )
: Scattered /SCT ( Berawan sebagian )
: Broken/ BKN ( Berawan )
: Overcast/ OVC ( Berawan banyak )
b. Jenis Awan Rendah
Grafik Jenis Awan Rendah
Bulan Oktober 2016
2% 0%
13%
Sc
Cu
85%
CuSc
CB
Keterangan :
CU : Awan Cumulus
CB : Awan Cumulonimbus
SC : Awan Strato Cumulus
8.Angin Permukaan
Pada bulan Oktober 2016 Arah angin permukaan dominan di wilayah Bandara
Soekarno-Hatta Cengkareng bertiup dari arah Barat Daya,
kecepatan angin
maksimum 11- 17 kts (20-31 km/jam. ) Kecepatan angin maksimum yang terhadi
pada bulan Oktober 2016, 15 kts ( 29 km/jam ) terjadi pada tanggal 26 Oktober
2016 jam 04 GMT ( jam 11.00 wib )
Wind Rose dan grafik distribusi frekwensi angin permukaan seperti pada gambar
dibawah ini
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
17
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
Gambar Distribusifrekwensi kecepatan angin
permukaan
Gambar Wind rose Angin permukaan
B. Keadaan Cuaca di Bandar Udara Soekarno-Hatta Cengkareng.
1. Kondisi cuaca yang mengganggu Penerbangan.
a. Jarak pandang ( Visibility ).
Jarak pandang terendah 1.7 km terjadi tgl 21 & 22 Oktober 2016, jarak pandang <
5 km terjadi 227 kali
V I S IB I L I T Y
0 - 2 KM
< 5 KM
2
227
HAZE
MIST
LTG
212
15
12
DZ
2
TS
RAIN
TSRA
8
51
12
Grafik Penglihatan Mendatar
Bulan Oktober 2016
0% 0% 1%
30%
0-1000
1100-2000
69%
2100-3000
3100-5000
>5000
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
18
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
2. Informasi Cuaca Ekstrim Bulan Oktober 2015.
KRITERIA EKSTRIM
Angin berkecepatan > 25 knot atau
TANGGAL KEJADIAN
Nihil
> 45 km/jam
Suhu udara > 35oC atau < 17oC
Nihil
Curah hujan >20 mm/jam atau
53.0 mm terjadi tanggal 13
> 50mm/hari atau > 400mm/bulan
Oktober 2016 terjadi antara jam
16-19 wib
Kelembaban udara < 40%
Nihil
Visibility < 1.5 km
Nihil
3. Windrose
Windrose adalah diagram yang menyederhanakan angin pada sebuah lokasi dalam periode
tertentu (Encyclopedia Britannica). Selain itu windrose juga dapat digunakan sebagai
petunjuk untuk mengetahui Prosentase delapan arah mata angin dan besar kecepatan
anginnya.
Windrose bulan Oktober 2016 yang tercatat pada stasiun Meteorologi Soekarno-Hatta
Cengkareng hasil pengamatan Radio Sonde jam 00.00 UTC dan 12.00 UTC dari berbagai
lapisan adalah sebagai berikut :
a.
Permukaan
 Windrose lapisan permukaan pada jam 00.00 UTC
Gambar : windrose Lapisan permukaan
jam 00.00 UTC
Gambar : Distribusi frekwensi kecepatan
angin permukaan jam 00.00 UTC
Bulan Oktober 2016 jam 00.00 UTC arah angin permukaan di Bandara SoekarnoHatta Cengkareng dominan dari arah Barat Daya dengan kecepatan angin tertinggi
antara 17- 21kt (31-38km/jam ) dan persentasi angin calm sebesar 0 %
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
19
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
Kecepatan angin maksimum yang terjadi pada lapisan permukaan jam 00.00 UTC
19 kt (34 km/jam ) terjadi pada tanggal 13 dan 17 Oktober 2016.
Windrose Lapisan permukaan pada jam 12.00 UTC
Gambar : windrose Lapisan permukaan angin
jam 12.00 UTC
Pada jam 12.00 UTC
Gambar : Distribusi frekwensi kecepatan
angin permukaan jam 12.00 UTC
arah angin permukaan di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng
dominan dari arah Barat Daya dengan kecepatan angin maksimum antara 11 -17 kt ( 12-20
km/jam ) dan persentasi angin calm sebesar 0 %.
Kecepatan angin maksimum yang terjadi pada lapisan permukaan jam 12.00 UTC sebesar 14
kt (25 km/jam ) pada tanggal 1 dan 13 Oktober 2016
b.
Lapisan 3000 feet
 Windrose Lapisan 3000 feet Jam 00.00 UTC
Gambar : windrose Lapisan 3000 ft
jam 00.00 UTC
Gambar : Distribusi frekwensi kecepatan
angin 3000 ft jam 00.00 UTC
Pada bulan Oktober 2016 jam 00.00 UTC, arah angin dominan pada lapisan 3000
feet dari arah Timur dengan kecepatan angin maksimum 11-17 knot ( 20-31 km/jam ) dan
persentasi angin calm sebesar 0%. Kecepatan angin maksimum 17 knot ( 32 km/jam )
terjadi pada tanggal 14 Oktober 2016
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
20
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta

Windrose Lapisan 3000 feet Jam 12.00 UTC
Gambar : windrose Lapisan 3000 ft
jam 12.00 UTC
Gambar : Distribusi frekwensi kecepatan
angin 3000 ft jam 12.00 UTC
Pada jam 12.00 UTC, arah angin dominan pada lapisan 3000 feet dari arah Barat Daya
dengan kecepatan angin maksimum >21 knot (>40 km/jam) dan persentasi angin calm
sebesar 0%. Kecepatan maksimum yang terjadi pada lapisan 3000 ft jam 12.00 UTC
sebesar 22 knot ( 40 km/jam ) terjadi pada tanggal 14 Oktober 2016.
a. Windrose Lapisan 850 mb / 5000 feet
 Jam 00.00 UTC
Gambar : windrose Lapisan 850 mb
jam 00.00 UTC
Gambar : Distribusi frekwensi kecepatan
angin 850 mb jam 00.00 UTC
Bulan Oktober 2016 arah angin dominan pada lapisan 850 mb atau sekitar 5000 feet dari
arah Barat daya, barat, Barat laut,
Dengan kecepatan angin maksimum >21 kts
(>40km/jam) dan persentasi angin calm sebesar 17.2
%. Kecepatan maksimum yang
terjadi pada lapisan 850 mb / 5000 ft jam 00.00 UTC sebesar 22knot ( 40 km/jam) terjadi
pada tanggal 8 Oktober 2016.
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
21
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
 Jam 12.00 UTC
Gambar : windrose Lapisan 850 mb
jam 12.00 UTC
Gambar : Distribusi frekwensi kecepatan
angin 850 mb jam 12.00 UTC
Pada jam 12.00 UTC arah angin dominan lapisan 850 mb atau sekitar 5000 feet dari arah
Barat Daya dengan kecepatan angin maksimum 17-21 kts ( 31-40 km/jam) dan persentasi
angin calm sebesar 3.3 %. Kecepatan angin maksimum yang terjadi pada lapisan 850 mb /
5000 ft jam 12.00 UTC sebesar 20 knots ( 36 km/jam) terjadi pada tanggal 2,4 dan 16
Oktober 2016 ).
c.
Lapisan 700 mb / 10000 feet
 Jam 00.00 UTC
Gambar: windrose Lapisan 700 mb
jam 00.00 UTC
Gambar : Distribusi frekwensi kecepatan
angin 700 mb jam 00.00 UTC
Bulan Oktober 2016 arah angin dominan pada lapisan 700 mb atau sekitar 10000 feet yaitu dari
arah Timur kecepatan angin maksimum ≥21 kt (≥ 40 km/jam). Persentasi angin calm sebesar 0 %.
Kecepatan maksimum yang terjadi pada lapisan 700 mb / 10000 ft jam 00.00 UTC sebesar 30knot
(54km/jam ) terjadi pada tanggal 11 Oktober 2016.
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
22
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
 Jam 12.00 UTC
Gambar : windrose Lapisan 700 mb
jam 12.00 UTC
Gambar : Distribusi frekwensi kecepatan
angin 700 mb jam 12.00 UTC
Pada Jam 12.00 UTC arah angin dominan pada lapisan 700 mb atau sekitar 10000 feet dari
arah Selatan. Kecepatan angin maksimum 17-21knot (31-40 km/jam). Persentasi angin
calm sebesar 0 %. Kecepatan maksimum yang terjadi pada lapisan 700 mb / 10000 ft jam
12.00 UTC sebesar 20 knot ( 36 km/jam ) pada tanggal 11 Oktober 2016.
d.
Lapisan 500 mb / 15000 feet
 Jam 00.00 UTC
Gambar : windrose Lapisan 500 mb
jam 00.00 UTC
Gambar : Distribusi frekwensi kecepatan
angin 500 mb jam 00.00 UTC
Bulan Oktober 2016 arah angin dominan pada lapisan 500 mb atau sekitar 15.000 feet yaitu
dari arah Timur dengan kecepatan angin maksimum ≥ 22kt (≥ 41km/jam) dan persentasi
angin calm sebesar 0 %. Kecepatan maksimum yang terjadi pada lapisan 500 mb / 15000 ft
jam 00.00 UTC sebesar 36 kts (65 km/jam ) terjadi pada tanggal 8,12 dan14 Oktober 2016
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
23
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
 Jam 12.00 UTC
Gambar : windrose Lapisan 500 mb
jam 12.00 UTC
Gambar : Distribusi frekwensi kecepatan
angin 500 mb jam 12.00 UTC
Pada Jam 12.00 UTC arah angin dominan lapisan 500 mb atau sekitar 15.000 feet yaitu
dari arah Timur dengan kecepatan angin maksimum ≥22 knots ( > 40 km/jam) dan
persentasi angin calm sebesar 0 %. Kecepatan angin maksimum yang terjadi pada lapisan
500 mb / 15000 ft jam 12.00 UTC sebesar 26 knot ( 46 km/jam ) terjadi pada tanggal 5
Oktober 2016.
Grafik Komponen angin lapisan 3000 feet sebagai berikut :
Angin Komponen 3000 Feet Jam 00 UTC
20
10
0
-10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
-20
-30
utara-selatan
timur-barat
Dari grafik komponen angin pada ketinggian 3000 feet jam 00.00 UTC menunjukan bahwa
komponen angin timur barat di tunjukan dengan grafik line berwarna merah, terlihat bahwa angin
dominan bertiup dari arah Barat (grafik memiliki nilai Negatip ). Untuk komponen utara selatan
dimana ditunjukan dengan grafik line berwarna biru, terlihat bahwa angin dominan bertiup dari
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
24
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
arah Selatan ( grafik memiliki nilai Negatip ). Sehingga dapat disimpulkan bahwa bulan Oktober
2016 pada pagi hari angin bertiup dari arah Baratan
Komponen Angin 3000 Feet Jam 12 UTC
20
10
0
-10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
-20
-30
utara-selatan
timur-barat
Grafik komponen angin pada ketinggian 3000 feet jam 12.00 UTC menunjukan
bahwa komponen angin timur barat di tunjukan dengan grafik line berwarna merah, juga
terlihat bahwa angin dominan bertiup dari arah Barat (grafik memiliki nilai Negatip). Untuk
komponen utara selatan dimana ditunjukan dengan grafik line berwarna biru, terlihat bahwa
angin dominan bertiup dari arah selatan ( grafik memiliki nilai Negatip ). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa bulan Oktober 2016 pada malam hari angin bertiup dari arah Baratan
KESIMPULAN
Dari data unsur cuaca hasil pengamatan yang dilakukan oleh Stasiun Meteorologi
Soekarno-Hatta Cengkareng pada bulan Oktober 2016 dapat disimpulkan sebagai berikut :
No
UNSUR CUACA
1
2
3
4
Suhu Udara Maksimum Rata-rata ( oC )
Suhu Udara Minimum Rata – rata ( oC )
Suhu Udara Maksimum Tertinggi ( oC )
Suhu Udara Minimum Terendah ( oC )
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Kelembaban Udara Maksimum Rata-rata (%)
Kelembaban Udara Minimum Rata – rata (%)
Kelembaban Udara Maksimum Tertinggi (%)
Kelembaban Udara Minimum Terendah (%)
Tekanan Udara Maksimum Rata-rata (mb)
Tekanan Udara Minimum Rata – rata (mb)
Tekanan Udara Maksimum Tertinggi (mb)
Tekanan Udara Minimum Terendah (mb)
Kecepatan Angin Maksimum (knot)
Jumlah Curah Hujan ( mm )
Jumlah hari hujan ( hari )
OBSERVASI BULAN
Oktober 2016
32.2
24.3
33.7
23.0
93
60
98
50
1010.1
1005.8
1012.5
1004.0
15
285
14
BMKG | DINAMIKA ATMOSFER DI INDONESIA
25
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
AERODROME CLIMATOLOGICAL SUMMARY
Aerodrome Climatological Summary yang selanjutnya disebut ACS adalah ringkasan data
klimatologi di wilayah bandar udara yang berisi tentang unsur meteorologi tertentu yang berfungsi
untuk mengetahui keadaan cuaca secara umum yang terjadi d Bandara Soekarno-Hatta.
Unsur-unsur meteorologi pada bulan Oktober 2016 yang kami sajikan sebagai berikut:
1. Suhu Udara
FREKUENSI RELATIF SUHU
UDARA
S U H U U D A R A ( oC )
JAM
UTC
<21
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
0
-
-
-
-
3,2
12,9
58,1
25,8
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
9,7
25,8
32,3
25,8
6,5
-
-
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
-
-
9,7
19,4
16,1
25,8
25,8
3,2
-
-
-
-
3
-
-
-
-
-
-
-
9,7
3,2
9,7
29
29
19,4
-
-
-
-
4
-
-
-
-
-
3,2
-
3,2
3,2
3,2
22,6
38,7
22,6
3,2
-
-
-
5
-
-
-
-
3,2
-
-
-
6,5
6,5
19,4
32,3
25,8
6,5
-
-
-
6
-
-
-
-
3,2
3,2
-
-
6,5
6,5
19,4
19,4
35,5
6,5
-
-
-
7
-
-
-
-
3,2
-
-
3,2
6,5
16,1
9,7
38,7
22,6
-
-
-
-
8
-
-
-
-
3,2
9,7
-
-
12,9
9,7
25,8
29
6,5
3,2
-
-
-
9
-
-
-
-
6,5
6,5
-
16,1
9,7
16,1
22,6
22,6
-
-
-
-
-
10
-
-
-
-
-
12,9
6,5
19,4
12,9
16,1
32,3
-
-
-
-
-
-
11
-
-
-
-
3,2
16,1
16,1
16,1
29
16,1
3,2
-
-
-
-
-
-
12
-
-
-
-
3,2
32,3
9,7
25,8
12,9
16,1
-
-
-
-
-
-
-
13
-
-
-
-
3,2
35,5
19,4
22,6
12,9
6,5
-
-
-
-
-
-
-
14
-
-
-
-
6,5
29
29
22,6
9,7
3,2
-
-
-
-
-
-
-
15
-
-
-
-
12,9
22,6
45,2
12,9
6,5
-
-
-
-
-
-
-
-
16
-
-
-
-
9,7
35,5
41,9
12,9
-
-
-
-
-
-
-
-
-
17
-
-
-
-
9,7
48,4
35,5
6,5
-
-
-
-
-
-
-
-
-
18
-
-
-
-
16,1
51,6
32,3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
19
-
-
-
-
32,3
48,4
19,4
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
20
-
-
-
3,2
38,7
41,9
16,1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
21
-
-
-
3,2
45,2
41,9
9,7
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
22
-
-
-
6,5
48,4
41,9
3,2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
23
-
-
-
-
41,9
41,9
16,1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
MEAN
-
-
-
0,5
12,2
22,3
15,3
9,7
7,7
7
9
9,8
5,6
0,8
-
-
-
Pada Tabel diatas terlihat suhu udara tertinggi pada Bulan Oktober 2016 sebesar 33°C
yang terjadi pada jam 04.00 - 06.00 UTC. Dan suhu terendahnya sebesar 23 °C terjadi sebesar
0,5 %
BMKG | AERODROME CLIMATOLOGICAL SUMMARY
26
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
2. Jarak Pandang (Visibility)
FREKUENSI RELATIF VISIBILITY
VISIBILITY (m)
<100
<200
<400
<600
<800
<1000
<1500
<2000
<3000
<4000
<5000
<7000
<9000
>9000
0
-
-
-
-
-
-
3,2
-
-
-
3,2
48,4
35,5
9,7
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3,2
35,5
54,8
6,5
2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
29
32,3
38,7
3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
16,1
38,7
45,2
4
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12,9
29
58,1
5
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3,2
9,7
32,3
54,8
6
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
9,7
35,5
54,8
7
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6,5
41,9
51,6
8
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3,2
-
12,9
45,2
38,7
9
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
19,4
45,2
35,5
10
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
22,6
54,8
22,6
11
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
35,5
54,8
9,7
12
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3,2
41,9
51,6
3,2
13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3,2
-
58,1
38,7
-
14
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3,2
-
64,5
32,3
-
15
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
19,4
58,1
19,4
3,2
16
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3,2
16,1
64,5
12,9
3,2
17
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6,5
19,4
61,3
12,9
-
18
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6,5
29
48,4
16,1
-
19
-
-
-
-
-
-
-
-
3,2
6,5
25,8
54,8
9,7
-
20
-
-
-
-
-
-
-
-
3,2
3,2
29
54,8
9,7
-
21
-
-
-
-
-
-
-
-
3,2
3,2
29
51,6
12,9
-
22
-
-
-
-
-
-
-
-
3,2
3,2
19,4
51,6
19,4
3,2
23
-
-
-
-
-
-
3,2
-
-
3,2
19,4
38,7
32,3
3,2
MEAN
-
-
-
-
-
-
0,3
-
0,5
1,9
9,1
37,8
32
18,4
Pada Bulan Oktober 2016, di Bandara Soekarno-Hatta, jarak pandang mendatar lebih dari 1500
meter, yang memiliki arti jarak pandang tidak mengganggu penerbangan.
BMKG | AERODROME CLIMATOLOGICAL SUMMARY
27
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
3. KELEMBABAN UDARA
FREKUENSI RELATIF LEMBAB NISBI
JAM
LEMBAB NISBI (%)
UTC
< 50%
50-55
55-60
60-65
65-70
70-75
75-80
80-85
85-90
90-94
95-97
> 97%
0
-
-
-
-
-
-
6,5
29
38,7
25,8
-
-
1
-
-
-
-
6,5
32,3
32,3
19,4
9,7
-
-
-
2
-
-
9,7
16,1
32,3
25,8
6,5
9,7
-
-
-
-
3
-
3,2
12,9
35,5
29
6,5
6,5
6,5
-
-
-
-
4
-
6,5
12,9
41,9
29
-
3,2
-
3,2
3,2
-
-
5
-
3,2
25,8
32,3
22,6
6,5
-
6,5
-
3,2
-
-
6
-
3,2
19,4
35,5
22,6
6,5
3,2
3,2
3,2
3,2
-
-
7
-
3,2
12,9
32,3
29
9,7
3,2
6,5
-
3,2
-
-
8
-
3,2
12,9
22,6
19,4
22,6
6,5
-
-
12,9
-
-
9
-
-
-
25,8
22,6
9,7
25,8
3,2
-
12,9
-
-
10
-
-
-
-
25,8
19,4
19,4
16,1
9,7
9,7
-
-
11
-
-
-
-
9,7
25,8
19,4
19,4
6,5
19,4
-
-
12
-
-
-
-
6,5
16,1
9,7
25,8
12,9
29
-
-
13
-
-
-
-
-
3,2
19,4
19,4
19,4
35,5
3,2
-
14
-
-
-
-
-
3,2
16,1
22,6
22,6
32,3
3,2
-
15
-
-
-
-
-
-
12,9
29
19,4
35,5
3,2
-
16
-
-
-
-
-
-
6,5
22,6
29
38,7
3,2
-
17
-
-
-
-
-
-
3,2
12,9
35,5
45,2
3,2
-
18
-
-
-
-
-
-
3,2
9,7
29
48,4
9,7
-
19
-
-
-
-
-
-
-
9,7
16,1
64,5
9,7
-
20
-
-
-
-
-
-
-
9,7
9,7
67,7
12,9
-
21
-
-
-
-
-
-
-
9,7
9,7
64,5
16,1
-
22
-
-
-
-
-
-
-
3,2
16,1
64,5
16,1
-
23
-
-
-
-
-
-
-
6,5
22,6
58,1
12,9
-
MEAN
2,4
0,9
4,6
12,4
17,1
7,8
8,5
12,5
15,3
30,5
5,5
37,1
Selama bulan Oktober 2016, kelembaban udara tertinggi 95-97 %, frekuensi terjadinya 5,5%,
sedangkan kelembaban udara terendah 50-55% dengan frekuensi terjadinya 0,9 %.
BMKG | AERODROME CLIMATOLOGICAL SUMMARY
28
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
4. KEADAAN CUACA
FREKUENSI RELATIF KEADAAN CUACA PADA SAAT PENGAMATAN
JAM
HIDRO METEOR
ELECTRO METEOR
LITHO METEOR
LAIN-LAIN
MIS
T
FO
G
DRZ
L
VCR
A
RAI
N
SHW
R
HAI
L
TSG
R
TSR
A
VCT
S
LTN
G
HAZ
E
SMO
K
DUS
T
SQL
L
FNC
L
NSI
G
0
-
-
-
-
3,2
-
-
-
-
-
-
61,3
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
51,6
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
35,5
-
-
-
-
3
-
-
-
3,2
3,2
-
-
-
-
-
-
19,4
-
-
-
-
4
-
-
-
-
-
-
-
3,2
-
-
6,5
-
-
-
-
5
-
-
-
3,2
6,5
12,
9
-
-
-
3,2
3,2
-
-
-
-
-
-
6
-
-
-
3,2
6,5
-
-
-
3,2
-
-
-
-
-
-
7
-
-
-
3,2
3,2
-
-
-
-
6,5
12,
9
-
3,2
-
-
-
-
8
-
-
-
9,7
6,5
-
-
-
9,7
6,5
-
3,2
-
-
-
-
9
-
-
-
6,5
-
-
-
6,5
3,2
-
3,2
-
-
-
-
10
-
-
-
-
-
-
-
-
3,2
-
3,2
-
-
-
-
11
-
-
-
6,5
-
-
-
-
-
6,5
9,7
-
-
-
-
12
-
-
-
9,7
9,7
19,
4
16,
1
12,
9
-
-
-
3,2
-
3,2
29
-
-
-
-
13
3,2
-
-
-
9,7
-
-
-
3,2
-
9,7
48,4
-
-
-
-
14
3,2
-
-
3,2
6,5
-
-
-
3,2
-
6,5
54,8
-
-
-
-
15
3,2
-
-
-
3,2
-
-
-
3,2
-
-
64,5
-
-
-
-
16
3,2
-
-
3,2
3,2
-
-
-
-
3,2
3,2
61,3
-
-
-
-
17
3,2
-
-
-
3,2
-
-
-
3,2
3,2
3,2
64,5
-
-
-
-
18
6,5
-
-
-
6,5
-
-
-
3,2
3,2
3,2
64,5
-
-
-
-
19
6,5
-
-
-
6,5
-
-
-
3,2
3,2
-
64,5
-
-
-
-
20
6,5
-
-
-
3,2
-
-
-
6,5
-
-
64,5
-
-
-
-
21
6,5
-
3,2
-
6,5
-
-
-
-
3,2
-
61,3
-
-
-
-
22
6,5
-
-
3,2
3,2
-
-
-
-
-
3,2
58,1
-
-
-
-
23
9,7
-
-
-
3,2
-
-
-
-
3,2
-
58,1
-
-
-
-
71
74,
2
61,
3
41,
9
25,
8
22,
6
25,
8
22,
6
19,
4
12,
9
16,
1
19,
4
19,
4
25,
8
25,
8
MEA
N
2,4
-
0,1
2,3
6,5
-
-
-
2,3
2,3
1,6
37,1
-
-
-
-
45,
4
35,
5
48,
4
64,
5
74,
2
83,
9
77,
4
80,
6
77,
4
64,
5
BMKG | AERODROME CLIMATOLOGICAL SUMMARY
29
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
Pada Bulan Oktober 2016, keadaan cuaca disekitar bandara Soekarno-Hatta lebih didominasi
dengan haze. Dimana Haze merupakan kekaburan udara yang disebabkan oleh partikel-partikel
kering yang sangat kecil dan melayang-layang di udara sehingga menyebabkan jarak pandang
(visibility) berkurang.
5. ARAH DAN KECEPATAN ANGIN
FREKUENSI RELATIF A R A H D A N K E C E P A T A N A N G I N
KECEPATAN ANGIN (KNOT)
ARAH ANGIN
02 - 07
08 - 12
13 - 17
18 - 22
23 - 27
> 28
TOTAL
CALM
VARIABEL
350ー-360ー-010ー
020ー-030ー-040ー
050ー-060ー-070ー
080ー-090ー-100ー
110ー-120ー-130ー
140ー-150ー-160ー
170ー-180ー-190ー
200ー-210ー-220ー
230ー-240ー-250ー
260ー-270ー-280ー
290ー-300ー-310ー
320ー-330ー-340ー
2
2,2
4,3
3
4
5,1
9,3
20,8
19,2
5,5
3,4
3,8
0,7
0,7
1,2
0,3
0,1
0,4
0,4
3,2
1,3
0,8
0,5
0,1
0,4
-
-
-
-
6,2
2,7
2,8
5,5
3,2
4,2
5,5
9,4
21,2
22,8
6,9
4,2
4,3
TOTAL
82,5
9,7
0,5
-
-
-
100
Kecepatan angin maksimum lapisan permukaan pada bulan Oktober 2016 mencapai 13-17 knot
dengan frekuensi 0,5%. Pada bulan ini angin lebih dominan dari arah 230°-250°
BMKG | AERODROME CLIMATOLOGICAL SUMMARY
30
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
INFORMASI METEOROLOGI UNTUK PENERBANGAN
Stasiun Meteorologi Kelas I Soekarno-Hatta memiliki tugas pokok melaksanakan fungsi
BMKG di bidang Pelayanan Meteorologi Penerbangan untuk menunjang keselamatan transportasi
udara. Informasi meteorologi penerbangan yang diberikan harus bersifat cepat, tepat dan akurat
karena memiliki peran dalam keselamatan penerbangan dan untuk peningkatan efisiensi dan
efektivitas kegiatan penerbangan.
A. Produk Pelayanan Jasa Penerbangan
Produk pelayanan informasi meteorologi penerbangan yang dihasilkan oleh Stasiun
Meteorologi Kelas I Soekarno-Hatta diantaranya data synop, Upper wind (PIbal, Rason, QAM,
Metar, Speci, Trend Type Landing Forecast ,Rofor, Tafor, Sigmet, Analisa Upper Wind, Analisa
synoptic, dan Flight Document. Produk ini kemudian ada yang disampaikan kepada Airline, ATC
dan BMKG Pusat.
BMKG | INFORMASI METEOROLOGI UNTUK PENERBANGAN
31
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
PRODUK PELAYANAN JASA PENERBANGAN BULAN OKTOBER 2016
1481
1461
1461
740
454
62
Rofor
124
Tafor
62
Trend
Peta71
62
20
QAM
Metar
Speci
61
SigmetPeta Upper WindTemp
53
Synop
Pibal
Grafik Jumlah Produk Pelayanan Jasa Meteorologi Penerbangan
Keterangan :
1. Rofor / Route Forecast : prakiraan cuaca sepanjang jalur penerbangan dari bandara
pemberangkatan sampai bandara tujuan
2. Tafor / Terminal Forecast : informasi meteorologi tentang prakiraan unsur-unsur cuaca di
suatu bandara dalam jangka waktu 30 jam
3. Trend Type Landing Forecast : prakiraan cuaca dalam jangka pendek untuk mendarat dan
tinggal landas pesawat terbang.
4. Analisa Synoptic : analisa data synoptic dan data angin lapisan 3000 feet pada peta Me71
5. QAM : Laporan cuaca bandara yang digunakan untuk pendaratan dan lepas landas
6. Metar : Kondisi cuaca disekitar suatu bandara yang dipertukarkan ke seluruh dunia lewat
RODB (Regional Opmet Data Banks) Singapura .
7. Speci : Laporan cuaca khusus/ bermakna yang sedang berlangsung
8. Sigmet : informasi cuaca tentang adanya perubahan cuaca yang luar biasa atau fenomena
yang signifikan disekitar bandara yang perlu diwaspadai
9. Analisa Upper Wind : analisa data udara atas dari beberapa lapisan pada peta
10. Berita Temp/ Radio Sonde : data tekanan, suhu, arah dan kecepatan angin serta kelembaban
udara diberbagai lapisan.
11. Synop : kumpulan data unsur cuaca yang diperoleh dari hasil pengamatan yang dituangkan
dalam bentuk sandi.
BMKG | INFORMASI METEOROLOGI UNTUK PENERBANGAN
32
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
12. Pibal / Pilot Balon : data untuk mengetahui laporan arah dan kecepatan angin lapisan udara
atas untuk penerbangan
B. Pelayanan Flight Document
Flight Document adalah dokumen/kumpulan beberapa data meteorologi yang meliputi
(Signification Weathear Prognose, Wind/ Temp, Aerodrome Forecast, Type Cloud, Sigmet
Volcanic Ash, Foto Satelit) yang disampaikan kepada pihak airline.
Stasiun Meteorologi Kelas I Soekarno-Hatta melayani Flight Document untuk penerbangan
domestik (dari bandara Soekarno-Hatta ke seluruh bandara tujuan ,di Indonesia) dan Internasional
(dari bandara Soekarno-Hatta ke bandara tujuan di Luar Negeri).
JUMLAH PELAYANAN JASA PENERBANGAN
BULAN OKTOBER 2016
1364
1240
Domestik
Internasional
Grafik Jumlah Pelayanan Flight Document
Stasiun Meteorologi Kelas I Soekarno-Hatta pada bulan Oktober 2016 telah memberikan
pelayanan Jasa Flight Document sebanyak 2.604 kepada airlines. Flight Document tersebut terdiri
dari Filght Document untuk penerbangan domestic sebanyak 1.364 sedangkan untuk Flight
Document penerbangan Internasional sebanyak 1.240. Flight Document tersebut didistribusikan
ke masing-masing airline lewat email, dan mereka akan menggandakan sesuai dengan jumlah
penerbangan mereka.
BMKG | INFORMASI METEOROLOGI UNTUK PENERBANGAN
33
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
Jumlah Flight Dokument yang Terkirim ke Setiap Airline
248
248
124
lion air
sriwijaya
248
248
248
248
124
cytilink
gapura
angkasa
jaya
garuda
angkasa indonesia
semesta
air asia
batik air
248
124
124
air fast
kalstar
express
air
124
124
trigana
air
sky
aviation
124
unex
Grafik Jumlah Pelayanan Flight Document Setiap Airlines
Grafik diatas menunjukkan jumlah flight document yang dikirim lewat email ke masing-masing
airlines. Stasiun Meteorologi kelas I Soekarno-Hatta mengirim flight dokumen setiap enam jam
sekali. Pelayanan flight document ini diberikan kepada 14 airlines.
C. Hasil Verifikasi Tafor dan Trend Type Landing Forecast
Kegiatan verifikasi data merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pelayanan
informasi meteorologi penerbangan. Dengan hasil verifikasi tersebut akan diketahui tingkat
ketepatan data yang diberikan kepada pelanggan dan kemudian akan menjadi bahan kajian dan
evaluasi . Data yang di verifikasi di Stasiun Meteorologi Kelas I Soekarno-Hatta diantaranya
data Tafor dan data Trend Type Landing Forecast.
Berikut ini hasil verifikasi data Tafor dan Trend Type Landing Forecast :
1. Verifikasi TAFOR Stasiun Meteorologi Kelas I Soekarno – Hatta
BMKG | INFORMASI METEOROLOGI UNTUK PENERBANGAN
34
Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno-Hatta
VERIFIKASI AERODROME FORECAST
BULAN OKTOBER 2016
75%
arah angin
82%
kecepatan
angin
95%
92%
96%
74%
jarak
pandang
cuaca
jumlah awan
tinggi dasar
awan
Grafik Hasil Verifikasi Aerodrome Forecast
2. Verifikasi Trend Type Landing Forecast Stasiun Meteorologi Kelas I Soekarno-Hatta
VERIFIKASI TREND TYPE LANDING FORECAST
BULAN OKTOBER 2016
84%
arah angin
97%
kecepatan
angin
99%
83%
jarak
pandang
cuaca
97%
98%
jumlah awan tinggi dasar
awan
Grafik Hasil Verifikasi Trend Type Landing Forecast
BMKG | INFORMASI METEOROLOGI UNTUK PENERBANGAN
35
Download