RUMUSAN RAPAT KOORDINASI KERJA SAMA DAN PENDAYAGUNAAN HASIL PENGKAJIAN LINGKUP BBP2TP Bogor, 13-14 Mei 2016 Rapat Koordinasi Kerja Sama dan Pendayagunaan Hasil Pengkajian lingkup BBP2TP dengan tema “Harmonisasi Percepatan Hilirisasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi” bertujuan untuk membahas dan memformulasikan pemantapan operasionalisasi rencana aksi kegiatan KerjaSama dan Pendayagunaan Hasil Pengkajian lingkup BBP2TPmenuju harmonisasi percepatan hilirisasi inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi. Rapat koordinasi yang diselenggarakan di BBP2TP ini dihadiri oleh 33 Kepala Seksi Kerja Sama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP) BPTP/LPTP. Rumusan sementara hasil Rakor adalah sebagai berikut. 1) Kehumasan di BPTP/LPTP merupakan ujung tombak Balitbangtan di daerah dalam menyampaian informasi untuk membangun persepsi positif masyarakat terhadap Kementan dengan narasi tunggal, yaitu “Kedaulatan Pangan dan Kesejaheraan Petani”. Strategi kehumasan mendukung percepatan hilirisasi inovasi pertanian spesifik lokasi dapat dilakukan di antaranya melalui media sosial Balitbangtan dan atau melalui media sosial yang dikelola oleh UK/UPT dengan tetap bermuara pada media sosial Balitbangtan. Oleh karena itu, masing-masing KSPP perlu segera menentukan person in charge (PIC) sebagai subseksi kehumasan untuk mendukung korporasi kehumasan Kementan yang memiliki karakter responsif dalam memberikan tanggapan dan memberikan informasi. 2) Sebagai bagian dari upaya diseminasi Varietas Unggul Baru, pelaksana kegiatan produksi benih di BPTP/LPTP harus memahami tata aturan yang berlaku. Kegiatan produksi benih harus didasarkan atas UU No 12/1982, PP No 44/1995, Kepres RI No, 27 thaun 1971, Keputusan Mentan Nomor 354/HK 130/C/05/2015, Keputusan Mentan No 355/HK.130/C/05/2015, Surat keputusan Kepala Badan Litbangtan No 142/KPTS/OT.160/I/5/2011 tentang Pedum UPBS, dan Keputusan Menteri Pertanian No.726/Kpts/KB.020/12/2015. Dalam aturan ini bedanya UPBS dan penangkar benih adalah adanya manajemen mutu di UPBS BPTP dengan tetap menempatkan tupoksi utama BPTP untuk mendukung diseminasi inovasi VUB Balitbangtan. 3) Simpul kritis dalam administrasi kegiatan produksi benih, kerjasama, dan diseminasi inovasi pertanian merupakan produk dari identifikasi dan analisis risiko pada saat proses perencanaan kegiatan. Untuk mengantisipasisimpul kritis dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, ke depan perlu dilakukan:(a) peningkatan pemahaman terhadap tata aturan produksi benih, (b) sosialisasi simpul-simpul kritis produksi benih dan strategi untuk mengatasinya, (c) penetapan tujuan produksi benih di tingkat BPTP apakah sebagai penghasil benih sumber atau sebagai bagian dari kegiatan diseminasi, (d) penyediaan dana sewa lahan bagi BPTP yang tidak memiliki lahan untuk produksi benih guna menghindari kerugian dalam kerjasama perbanyakan benih dengan penangkar, (e) perlu diusulkan klausul pembagian risiko kerugian dalam pelaksanaan perbanyakan benih, (f) perlu mempertimbangkan adanya perubahan penamaan varietas padi yang berlaku saat ini (seri Inpari, Inpara, Inpago) untuk menghindari kemungkinan dampak negatif penamaan tersebut dalam proses diseminasi VUB Balitbangtan di lapangan akibat adanya traumatik pengguna atas kelemahan dari salah satu VUB dengan seri tersebut. 4) Kinerja Laboratorium Diseminasi di setiap BPTP saat ini umumnya belum berjalan optimal. Oleh karena itu, revitalisasi laboratorium diseminasi di BPTP menujuhouse of change perlu segera dilakukan melalui optimasi fungsi Laboratorium Diseminasi, yaitu: a) capacity building, peningkatan kapasitas petani dan kesejahteraan keluarga tani melalui klinik agribisnis dan fasilitasi akses inovasi pertanian, b) produksi materi diseminasi inovasi pertanian, c)show window inovasi pertanian indoor (display produk) dan outdoortermasukdemplot dan demarea di Kebun Percobaan, lokasi kajian, serta di Taman Sains dan Teknologi Pertanian /TSTP), d) pengembanganrepository inovasi pertanian spesifik lokasi sebagai database inovasi spesifik lokasi dan publikasi kinerja BPTP yang dapat diakses secara mudah dan terstruktur oleh pengguna sekaligus sebagai perwujudan penyediaan layanan informasi publik, dan e) pengembangan networking lintas kementerian/lembaga untuk hilirisasi inovasi pertanian spesifik lokasi. 5) Substansi repository inovasi pertanian spesifik lokasi meliputi hasil penelitian/kajian termasuk KTI, direktori pakar, direktori inovasi spesifik lokasi termasuk indigeneous knowledge, materi penyuluhan, success story dan lesson learned adopsi inovasi spesifik lokasi, dokumentasi kegiatan, sumber daya genetik pertanian lokal, dan potensi sumberdaya wilayah binaan. Repository inovasi spesifik lokasi membutuhkan dukungan hardware, software, jaringan, data, referensi, SDM dan organisasi/lembaga. Oleh karena itu, BPTP/LPTP perlu berkoordinasi dengan PUSTAKA yang sudah memiliki dukungan software dan hardwareserta pengalaman dalam mengelola repository inovasi pertanian. Jika dianggap perlu, BPTP/LPTP dapat memanfaatkan tenaga ahli dari luar (outsourcing) untuk membantu penyusunan repository tersebut. 6) Tagrimart merupakan salah satu metode pendekatan dalam percepatan hilirisasi inovasiBalitbangtan secara mandiri. Komponen Tagrimart meliputi Taman Agro Inovasi, Klinik Agribisnis, dan Agro Inovasi Mart. Hasil pemetaan kinerja Tagrimart di seluruh BPTP/LPTP melalui metode self assessmentmenunjukkan bahwa kinerja Tagrimart yang berkategori baik hanya 3%, cukup 44%, kurang 41%, dan belum dievaluasi 12%. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan peningkatan tata kelola Tagrimart diantaranya dengan cara melakukan harmonisasi antara pelaksana kegiatan di lingkup KSPP, TU, Penjab Kegiatan, dan Penyuluh, serta menindak lanjuti hasil self assessment yang telah dilakukan. Beberapa kegiatan yang berpotensi dapat bersinergi antara lain: UPBS, SDG, Pengembangan Model Bioindustri, Laboratorium Pascapanen, maupun kegiatan TTP serta program dari lembaga lainnya, misalnya Toko Tani Indonesia. 7) Pendampingan mitra binaan BPTP sampai massifikasi produk dan penyusunan cerita sukses (succes story) kegiatan diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi merupakan salah satu kegiatan penting sebagai perwujudan dari kinerja BPTP/LPTP. Oleh karena itu, BPTP perlu segera melakukan: (a) pemutakhiran data mitra binaan BPTP/LPTP secara berkala, (b) melengkapi data mitra binaan dengan data perusahaan agroindustri besar di lokasi setempat, dan (c) menyusun buku profil mitra binaan BPTP/LPTP sebagaimana yang telah disusun oleh BPTP Jateng. 8) Tujuan utama pelaksanaan diseminasi inovasi teknologi spesifik lokasi adalah agar teknologi yang dihasilkan segera diadopsi oleh petani. Pendekatan SDMC merupakan pendekatan yang dinilai masih relevan dan tetap dilakukan oleh BPTP dalam menghilirkan inovasi teknologi. Namun demikian, hilirisasi inovasi yang dilakukan melalui kegiatan diseminasi tersebut harus diikuti oleh hilirisasi program dan hilirisasi pasar sehingga setiap inovasi yang diterapkan akan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat. Pelaksanaan diseminasi perlu juga dilakukan diluar pendekatan biasa (out of the box) sebagaimana yang dilakukan dalam program Gelintung Go Green (3G) di Jawa Timur dengan filosofi berkeindonesiaan, berlandaskan cinta dan baik hati. 9) Langkah penting untuk mewujudkan harmonisasi dalam percepatan hilirisasi inovassi teknologi pertanian adalah menyusun kegiatan terpadu lintas lembaga dalam bentuk RDHP tahun 2017 untuk menyelesaikan permasalahan substantif di lapangan (memenuhi kebutuhan teknologi bagi masyarakat) di wilayah binaan BPTP. Masingmasing BPTP didampingi Tim Ahli Balitbangtan dan Tim Peneliti Senior BBP2TP merumuskan RDHP terpadu yang merupakan kegiatan sinergi lintas lembaga (BPTP, Pusat/Balai Besar/Balit Nasional, dan Perguruan Tinggi/stakeholders) yang telah disinkronisasi dengan program pemerintah daerah sebagai wujud dan bentuk harmonisasi percepatan hilirisasi inovassi pertanian spesifik lokasi. Untuk memperbaiki sinergi dan harmonisasi lintas lembaga, BPTP/LPTP diminta segera untuk menyusun kegiatan penelitian/pengkajian dalam satu proposal kegiatan sebagai bahan perencanaan program tahun 2017. Percepatan hilirisasi inovasi pertanian spesifik lokasi juga perlu didukung dengan penguatan sinergi internal di lingkup BBP2TP dan kebijakan yang terpadu berbasis kepentingan lembaga. 10) Guna mendukung kegiatan Hari Pangan Sedunia (HPS), sebagaimana tahun-tahun sebelumnya diharapkan BPTP/LPTP berpartisipasi dalam menyiapkan aneka produk untuk pameran dan gelar teknologi tematik berbasis padi, jagung, kedelai, sapi perah, aneka olahan pangan berbasis umbi, serealia, dan pangan lain spesifik lokasi secara tradisional maupun modern. 11) Tindak lanjut hasil rakor adalah: a)Penyelesaian buku Success Story inovasi teknologi pertanian; b) Penyusunan profil mitra binaan disetiap BPTP/LPTP, c) Pengembangan Repository Teknologi Spesifik Lokasi setiap BPTP/LPTP, dan d) Identifikasi teknologi yang dibutuhkan pengguna sesuai dengan program strategis daerah yang belum tersedia di BPTP dan memerlukan sinergi lintas lembaga/kementerian sebagai bahan penyusunan RDHP terpadu 2017. Bogor, 14 Mei 2016 Tim Perumus (Retno SHM, Yudi Sastro, Rudi Hartono,Subaidi, Mulyono Hadi, dan Lira Mailena,)