15 PENDAHULUAN Latar belakang Buah manggis (Garcinia mangostana, L.) adalah salah satu buah-buahan tropika eksotik yang telah lama dikenal di manca negara sebagai “Queen of fruit” (Eiseman dan Eiseman 1997). Bentuk buah manggis yang artistik dan citarasanya khas menyebabkan buah ini digemari oleh konsumen di luar dan dalam negeri (Siriphanick dan Luckanatinvong 1994). Pengusahaan manggis di Indonesia mengalami kemajuan pesat mulai dekade 1990an. Peningkatan ini ditandai dengan meningkatnya produksi pada tahun 2003 mencapai 62117 ton. Nilai ekspor buah manggis Indonesia pada tahun-tahun terakhir juga cenderung meningkat. Peningkatan nilai ekspor tersebut ditandai dengan bertambahnya jumlah negara sasaran ekspor dan peningkatan volume ekspor, sampai tahun 2005 volume ekspor meningkat mencapai 6.012 ton dengan nilai US $ 5.885.038 atau sekitar 44% dari total ekspor buah-buahan Indonesia, dibandingkan pada tahun 2001 yang hanya tercatat sebanyak 4.869 ton dengan nilai US $ 3.887.816 (Ditjen. Hortikultura 2005). Namun buah manggis yang diperdagangkan dewasa ini umumnya berkualitas rendah karena berasal dari hutan manggis atau pekarangan yang tidak terpelihara. Meningkatnya permintaan ekspor tersebut membuka peluang untuk pengembangan manggis di Indonesia dan sekaligus mempertahankan serta bila memungkinkan meningkatkannya. Keberhasilan produksi manggis baik secara kuantitas dan kualitas perlu didukung dengan teknik budidaya yang baik untuk memperoleh produksi maksimal. Peningkatan tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan memperbaiki teknik pemupukan agar masukan teknologi produksi yang diberikan dapat secara optimal meningkatkan produksi dimaksud. Rendahnya produksi manggis Indonesia dewasa ini salah satunya akibat belum adanya usaha pemupukan, karena kurangnya pengetahuan tentang nutrisi mineral yang optimum untuk pertumbuhan dan produksi tanaman (Poerwanto 2003). Demikian juga rekomendasi pemupukan yang diterapkan sekarang ini lebih didasarkan kepada pengalaman dan praktek-praktek secara tradisional (Yaakob dan Tindall 1995). 16 Produksi maksimum dapat dicapai apabila faktor yang menunjang baik internal maupun ekternal tersedia optimum, khususnya kebutuhan unsur hara untuk menunjang pertumbuhan dan produksi. Terdapat tiga unsur hara esensial yang sangat menentukan pertumbuhan tanaman yaitu nitrogen, fosfor dan kalium. Kekurangan salah satu dari ketiga unsur tersebut tanaman akan mengalami gangguan pertumbuhan dan produksi baik kualitas maupun kuantitas. Nitrogen berperan dalam meningkatkan pertumbuhan, pembentukan jaringan vegetatif tanaman dan merupakan pengatur dari pengambilan kalium, fosfor dan penyusun lain (Tisdale et al. 1985). Fosfor berperan penting dalam proses metabolisme dan reaksi-reaksi biosintesis, akibatnya fosforilasi ADP menjadi ATP akan terganggu jika fosfor mengalami defisiensi. Demikian juga kalium, merupakan logam bewarna putih keperakan dan tidak terdapat bebas di alam, unsur ini berperan penting dalam mengatur proses metabolisme, menguatkan jaringan batang dan meningkatkan resistensi hama penyakit (Ruhnayat 1995). Meningkatkan efisiensi pemupukan tanaman manggis dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan analisis tanah, analisis jaringan tanaman, pengamatan gejala defisiensi secara fenotip dan melakukan percobaan lapangan (Lozano 1992). Analisis tanah umumnya digunakan untuk pengelolaan pemupukan tanaman semusim. Analisis tanah sangat sulit diinterpretasikan untuk tanaman tahunan khususnya pohon buah-buahan, karena korelasi antara hasil analisis tanah dan produksi buah sering tidak baik (Poerwanto 2003). Pendekatan analisis tanah dan percobaan screen house untuk tanaman manggis dewasa juga sulit dilakukan, karena memiliki ukuran pohon yang tinggi dan sistem penyebaran akarnya vertikal, akibatnya pengambilan sampel tanah sering kurang mewakili (Hidayat 2002). Demikian juga untuk menentukan gejala kelebihan dan defisiensi hara mineral dengan cara memperhatikan gejala abnormalitas pada tanaman manggis sangat sukar dilakukan karena membutuhkan ketelitian yang tinggi dan pengalaman yang memadai. Berdasarkan kelemahan-kelemahan seperti tersebut di atas, maka pada penelitian ini dilakukan analisis jaringan daun dan disertai dengan analisis tanah. Analisis jaringan tanaman lebih efektif untuk mengetahui kandungan hara tanaman manggis dibandingkan dengan cara lain. Penetapan cara analisis jaringan 17 tanaman lebih efektif, hal ini dengan mempertimbangkan kandungan hara dalam jaringan tanaman merupakan gambaran kandungan hara dalam tanah. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa konsentrasi unsur hara tertentu dalam tanaman merupakan hasil interaksi dari semua faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur tersebut dari dalam tanah. Jaringan tanaman yang sering digunakan sebagai sampel analisis adalah daun. Hal ini karena daun merupakan tempat paling aktif terhadap proses fotosintesis dan metabolisme lain. Daun juga merupakan salah satu tempat penyimpanan karbohidrat hasil fotosintesis. Hara yang ada pada daun selain berperan dalam fotosintesis juga menggambarkan status hara dalam tanaman (Susila 2002). Analisis jaringan daun dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam hal: mendiagnosis gejala yang terlihat, mengidentifikasi gejala yang terselubung, mengetahui gejala defisiensi lebih awal, mengetahui mekanisme serapan hara tanaman, mengetahui interaksi atau karakter antagonis antar unsur hara, membantu dalam identifikasi fungsi hara dalam tanaman, dan sebagai alat bantu dalam menentukan rekomendasi pemupukan (Leiwakabessy dan Sutandi 2004). Guna mendapatkan data interpretasi ini metode yang sering digunakan adalah batas kritis dan kisaran kecukupan hara (Leiwakabessy dan Sutandi 2004). Interpretasi tersebut diperoleh dari hubungan antara pertumbahan atau produksi dengan kadar hara pada daun sehingga diperoleh status haranya. Metode lain adalah nilai standar. Nilai standar merupakan rata-rata konsentrasi hara yang diperoleh dari hasil analisis daun tanaman yang pertumbuhan dan produksinya normal (Poerwanto 2003). Kebutuhan pupuk tanaman manggis yang telah berproduksi hingga kini belum ada atau belum cukup baik. Percobaan dengan mengaplikasikan teknologiteknologi tersebut di atas diharapkan hasilnya dapat diaplikasikan petani sehingga efisiensi pemupukan diperoleh tanpa mengganggu kemampuan tanah untuk menyediakannya, oleh karena itu perlu dilakukan serangkaian percobaan untuk mempelajari tingkat status hara, waktu pemberian dan optimasi dosis nitrogen, fosfor dan kalium yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan rekomendasi pemupukan sebagai Standar Operasional Prosedur (SOP) budidaya tanaman manggis. Kerangka pikir penelitian disajikan pada Gambar 1. 18 STUDI PEMUPUKAN NITROGEN, FOSFOR DAN KALIUM PADA TANAMAN MANGGIS TAHUN PRODUKSI KETIGA Judul Æ Tanaman manggis umur 12 tahun (tahun produksi ketiga) Bahan Æ Perlakuan Æ Pemupukan nitrogen, pemupukan fosfor dan pemupukan kalium Dosis Waktu Variabel pengamatan a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. Target Æ Kuantitatif Panjang daun Lebar daun Periode trubus Periode dormansi Jumlah buah Jumlah buah gugur Diameter Horizontal buah Diameter vertikal buah Bobot individu buah Bobot aril Tebal kulit buah Kekerasan kulit buah 1. 1. 2. 3. Analisis Analisis tanah Analisis nitrogen jaringan Analisis fosfor jaringan Analisis kalium jaringan Mengetahui kandungan hara, respon pertumbuhan, dosis optimum nitrogen, fosfor dan kalium pada tanaman manggis yang telah berproduksi Menyusun SOP (Standar Operasional Prosedur) pemupukan Tujuan Akhir Æ tanaman manggis untuk menunjang produksi maksimum Gambar 1 Kerangka pikir studi pemupukan nitrogen, fosfor dan kalium pada tahun produksi ketiga 19 Tujuan Penelitian Studi tentang pemupukan terhadap tanaman manggis yang telah berproduksi merupakan suatu bentuk penelitian awal, sehingga tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui kandungan hara nitrogen, fosfor dan kalium jaringan daun pada tanaman manggis tahun produksi ketiga. 2. Mengetahui respon pertumbuhan, produksi dan kualitas buah manggis pada berbagai dosis nitrogen, fosfor dan kalium. 3. Mendapatkan dosis optimum nitrogen, fosfor dan kalium terhadap produksi tanaman manggis. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kandungan nitrogen, fosfor dan kalium jaringan dipengaruhi oleh dosis yang diberikan. 2. Pertumbuhan vegetatif, produksi dan kualitas buah manggis dipengaruhi oleh dosis nitrogen, fosfor dan kalium. 3. Produksi maksimum baik kualitas dan kuantitas sangat dipengaruhi oleh optimasi kandungan unsur hara jaringan tanaman.