BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Respon Respon merupakan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Selain itu menurut Daryl Beum, respon diartikan sebagai tingkah laku balas atau sikap yang menjadi tingkah laku atau adu kuat. Respon juga diartikan sebagai suatu proses pengorganisasian rangsang dimana rangsangan-rangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan proksimal tersebut (Adi, 1994:105). Respon pada prosesnya didahului oleh sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi berbicara mengenai respon tidak terlepas pembahasannya dengan sikap. Dengan melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut. Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan, dan prasangka, prapemahaman yang mendetail, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Dapat diketahui bahwa pengungkapan sikap melalui : 1. Pengaruh atau penolakan Universitas Sumatera Utara 2. Penilaian 3. Suka atau tidak suka 4. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi 2.1.1. Persepsi Meurut Morgan, King dan Robinson bahwa persepsi adalah suatu proses diterimanya suatu rangsangan (objek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa) dengan cara melihat dan mendengar dunia disekitar kita, dengan kata lain presepsi dapat juga didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami manusia (Adi, 2000 : 105). Dari defenisi-defenisi yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses yang dimulai dari penglihatan dan pendengaran hingga terbentuk tanggapan yang terjadi pada diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya. Pengliatan dan pendengaran seseorang dapat dilihat dengan cara mencermati, memahami dan menilai segala sesuatu yang terjadi di dalam lingkungan sehingga terbentuk tanggapan dari dirinya (Mahmud, 1990 :55). 2.1.2. Sikap Sikap adalah suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku dan cenderung untuk bertindak dan bereaksi terhadap rangsangan (Hudaniah, 2003 : 95). Sikap dapat dilihat melalui penilaian, penerimaan/penolakan, mengharapkan/menghindari suatu objek tertentu. Universitas Sumatera Utara Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut : 1. Sikap mempengaruhi prilaku. Dimana suatu sikap yang mengarah pada suatu objek memberikan satu alasan untuk berprilaku mengarah pada objek itu dengan cara tertentu. 2. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan beberapa pengalaman dan rajin dalam latihan. 3. Karena sikap dapat dipelajari, maka sikap suatu saat dapat berubah meskipun relatif sulit untuk berubah. 4. Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi. 5. Sikap tidak hanya terdapat satu jenis saja, melainkan memiliki beberapa jenis sesuai dengan objek yang menjadi pusat perhatiannya. 6. Dalam sikap terdapat perasaan (Adi, 200:179). 2.1.3. Partisipasi Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara aktif (dan terorganisasikan) dalam seluruh tahapan pembangunan, sejak tahap sosialisasi, persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemahaman, pengendalian, evaluasi sehingga pengembangan atau perluasannya. Pendekatan partisipasi bertumpu pada kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta dalam proses pembangunan secara menyeluruh. Partisipasi atau keikutsertaan para pelaku dalam masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan ini akan membawa manfaat dan menciptakan pertumbuhan ekonomi didaerah (Suprapto,2007:8). Partisipasi ditinjau dari fungsi yang diambil masyarakat (pelaku) untuk suatu kegiatan, fungsi yang dapat diambil oleh masyarakat dalam berpartisipasi antara lain : Universitas Sumatera Utara 1. Berperan serta dalam menikmati hasil pembangunan. Pembangunan yang sudah selesai dilakukan oleh pihak luar sehingga masyarakat tinggal menerima berupa hasil pembangunan, misalnya tempat wisata di Aek Sijornih Tapanuli Selatan. Partisipasi ini jelas mudah, namun menikmati belum berarti memelihara. 2. Berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan, hal ini terjadi karena pihak luar masyarakat sudah mengerjakan persiapan, perencanaan dan menyediakan semua kebutuhan program. Masyarakat tinggal melaksanakan dan setelah itu baru dapat menikmati hasilnya, misalnya dalam membangun jalan, masyarakat ikut serta meratakan jalan dan menata/merapikan batu. Pemagaran rumah, masyarakat tinggal memasang alat-alat/bahan yang sudah disediakan, dll. 3. Berperan serta dalam memelihara hasil program. Funsi ini lebih sulit apalagi kalau masyarakat tidak terlibat dalam pelaksanaan. Sulit bukan saja karena tidak mempunyai keterampilan, tetapi yang lebih penting karena mereka marasa tidak memiliki program tersebut. Misalnya, biasanya masyarakat bersedia memelihara daerah wisata tersebut jika mereka ikut ambil bagian dalam pembangunan. 4. Berperan serta dalam menilai program. Fungsi ini kadang diambil masyarakat karena diminta oleh penyelenggara program dan masyarakat merasa program tidak sesuai dengan aspirasinya (Suprapto,2007:11). Universitas Sumatera Utara 2.2. Kesejahteraan Sosial 2.2.1. Defenisi Kesejahteraan Sosial Istilah kesejahteraan sosial sering diidentikkan dengan “kesejahteraan masyarakat atau kesejahteraan umum”. Sedangkan tentang kesejahteraan kamus besar bahasa Indonesia menyebutkan : “Sejahtera artinya aman, sentosa, makmur, selamat (terlepas dari segala macam gangguan dan kesusahan). Sedangkan kesejahteraan artinya keamanan, keselamatan, ketentraman, kesenangan hidup dan kemakmuran (Mahadi, 1993:550). Oleh Walter A. Friedlander, mengutarakan bahwa konsep dan istilah kesejahteraan sosial dalam pengertian program yang ilmiah baru saja dikembangkan sehubungan dengan masalah sosial dari pada masyarakat kita yang industrial. Kemiskinan, kesehatan yang buruk, penderitaan dan disorganisasi sosial telah ada dalam sejarah kehidupan umat manusia, namun masyarakat yang industrial dari abad ke 19 dan 20 ini menghadapi begitu banyak masalah sosial sehingga lembaga-lembaga insani yang sama seperti keluarga, ketetanggaan, gereja, dan masyarakat setempat tidak mampu lagi mengatasinya secara memadai. Berikut ini beberapa defenisi yang menjelaskan arti kesejahteraan sosial. W.A Fridlander mendefenisikan : “Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari usahausaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuankemampuannya secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka Universitas Sumatera Utara selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat” (Muhidin, 1984: 1-2). Defenisi di atas menjelaskan : 1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem atau “organized system” yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial. 2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya. 3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara, meningkatkan “kemampuan individu” baik dalam memecahkan masalahnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam Kamus Ilmu Kesejahteraan Sosial disebutkan pula : “Kesejahteraan Sosial merupakan keadaan sejahtera yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah dan sosial tertentu saja. Bonnum Commune atau kesejahteraan sosial adalah kesejahteraan yang menyangkut keseluruhan syarat, sosial yang memungkinkan dan mempermudah manusia dalam memperkembangkan kepribadianya secara sempurna” (Suparlan, 1989: 53). Sementara itu Skidmore, sebagaimana dikutip oleh Drs. Budie Wibawa, menuturkan : “Kesejahteraan Sosial dalam arti luas meliputi keadaan yang baik untuk kepentingan orang banyak yang mencukupi kebutuhan fisik, mental, emosional, dan ekonominya” (Wibawa, 1982: 13). Universitas Sumatera Utara 2.2.2. Pengertian Kesejahteraan Sosial Secara yuridis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial termuat dalam UU No. 11 Tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial sosial, pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut : “Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.”. Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai upaya, program dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat. UU No.11 Tahun 2009 dalam pasal 4, juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab pemerintah di bidang kesejahteraan sosial, yang meliputi : 1. Menetapkan garis kebijaksanaan di bidang kesejahteraan sosial. 2. Mengembangkan kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial masyarakat. 3. Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan sosial (Muhidin, 1984: 9-10). Untuk melaksanakan ketiga tugas pokok tersebut maka pemerintah meyelenggarakan usaha-usaha di bidang kesejahteraan sosial sebagai berikut : 1. Bantuan sosial kepada warga masyarakat yang kehilangan peranan sosial karena berbagai macam bencana (sosial maupun alamiah) atau akibatakibat lain. 2. Menyelenggarakan sistem jaminan sosial. 3. Bimbingan, pembinaan dan rehabilitasi sosial. 4. Pengembangan dan penyuluhan sosial dan Universitas Sumatera Utara 5. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan khusus untuk membentuk tenaga-tenaga ahli dan keahlian di bidang kesejahteraan sosial 2.3. Masyarakat Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang atau dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain (Hassan Shadily, 1993 : 47). Pengaruh dan pertalian kebatinan yang terjadi dengan sendirinya disini menjadi unsur yang sine qua non (yang harus ada) dalam masyarakat, bukan hanya menjumlahkan adanya orang – orang saja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain. 2.3.1. Masyarakat dan Jenisnya Masyarakat adalah satu kesatuan yang berubah yang hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal kehidupan yang tenang, teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggota – anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudka n menahan nafsu atau kehendak sewenang– wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama, dengan paksa berarti tunduk kepada hukum–hukum yang telah ditetapkan (negara dan sebagainya ) dengan sukarela berarti menurut adaptasi dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu. Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam : a. Masyarakat Paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat tawanan dan sebagainya; Universitas Sumatera Utara b. Masyarakat merdeka, yang terbagi pula dalam : 1. Masyarakat alam (nature) yaitu yang terjadi dengan sendirinya suku, golongan, yang bertalian karena darah atau keturunan, umumnya yang masih sederhana sekali kebudayaanya dalam keadaan terpencil atau tak mudah berhubungan dengan dunia luar ; dan 2. Masyarakat budidaya, terdiri karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan (keagamaan) yaitu antara lain kongsi perekonomian, koperasi gereja dan sebagainya. 2.3.2. Asal Masyarakat Bermacam–macam penyelidikan dijalankan, untuk mendapat jawaban tentang asal masyarakat, tetapi tidak satupun yang dapat ditegaskan benar semua pendapat hanya merupakan kira–kira dan pandangan saja. Antara lain, orang berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri, hidup dalam gua dipulau sunyi umpamanyas selalu ia akan tertarik kepada hidup bersama dalam masyarakat, karena: a. Hasrat yang berdasar naluri ( kehendak diluar pengawasan akal ) untuk memelihara keturunan, untuk mempunyai anak, kehendak akan memaksa ia mencari istri hingga masyarakat keluarga terbentuk; b. Kelemahan manusia selalu terdesak ia untuk mencari kekuatan bersama, yang terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung bersama–sama dan dapat pula mengejar kebutuhan kehidupan sehari – hari dengan tenaga bersama; Universitas Sumatera Utara c. Aristoteles berpendapat, bahwa manusia ini adalah zoon politikon, yaitu mahluk sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau sedikitnya mencari teman untuk hidup bersama lebih suka dari pada hidup sendiri. Lain dari pada Aristoteles, maka Bergson ( lahir 1895 ) berpendapat, bahwa manusia ini hidup bersama bukan karena oleh persamaan melainkan oleh karena perbedaan yang terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainya, demikian oleh karena pendapat ini berdasar kepada pelajaran dialektika, yang mencoba melihat kebenaran dalam kenyataan dengan mengadakan perbedaan dan perbandingan. 2.3.3. Pengembangan Masyarakat Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri atas pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat,perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumber daya, pemantauan dan pemeliharaan hasilhasil yang tercapai (Sumodiningrat, 2009:69). Ada beberapa defenisi mengenai pengembangan masyarakat. 1. Defenisi dari PBB, pengembangan masyarakat adalah suatu proses dimana usaha masyarakat bertemu dengan usaha pemerintah untuk meningkatkan kondisi, baik kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. 2. Arthur Durkheim mengatakan, pengembangan masyarakat adalah suatu proses yang bertujuan untuk meningkatkan keadaan ekonomi dan sosial seluruh masyarakat dengan partisipasi aktif masyarakat. Universitas Sumatera Utara 3. Henry, mengatakan pengembangan masyarakat adalah suatu proses untuk menciptakan masyarakat yang sadar terhadap pembangunan dan menstimulir aktivitas yang tujuannya untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi terhadap kesejahteraan masyarakat. Pengembangan masyarakat tergantung pada inisiatif dan kemampuan masyarakat lokal dalam menentukan alternatif pemecahan masalah. Kemampuan ini ditunjang oleh keterlibatan dari anggota masyarakat dalam kegiatan intervensi, sehingga perlu pembinaa kesadaran dan motivasi pada masyarakat lokal untuk mewujudkan kemampuan mereka dalam usaha bersama memperoleh kehidupan yang lebih baik. Berdasarkan pada jenis tantangan dan kesulitan yang berbeda dan spesifik pada masyarakat tertentu, menuntut adanya arah kegiatan yang berbeda, oleh sebab itu proses pengembangan masyarakat perlu memperhatikan karakteristik dan perkembangan masyarakat lokal. Pengembangan masyarakat menggambarkan suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa aspek penting. Keberadaan aspek tersebut sebagai persyaratan terlaksananya upaya pengembangan masyarakat. Aspek-aspek tersebut adalah : 1. Masyarakat sebagai unit kegiatan Masyarakat sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam suatu lokasi yang sama dan mereka terikat kepentingan dan nilai-nilai yang sama. Terdapat berbagai jenis masyarakat yang ditentukan oleh berbagai tingkatannya dari masyarakat lingkungan desa, kota dan negara. Anggota masyarakat memiliki konsen dan kepentingan untuk kemajuan kehidupan yang lebih baik yang Universitas Sumatera Utara menuntut keterlibatan dari semua anggota. Pengembangan masyarakat menempatkan masyarakat sebagai unit dari kegiatan mereka. 2. Inisiatif dan kepemimpinan lokal Di dalam masyarakat terdapat sumber daya manusia yang dapat dikembangkan untuk kepentinagn masyarakat dalam mewujudkan keinginan akan perubahan dalam masyarakat lokal, harus memanfaatkan inisiatif dan kepemimpinan secara internal dari sumber-sumber tersebut. 3. Penggunaan sumber-sumber dari dalam dan luar Sumber mengacu kepada berbagai kekuatan yang bermanfaat untuk mengadakan perubahan. Orang perlu memahami terlebih dahulu sumber-sumber apa yang tersedia, dimana dan bagaimana cara menggunakannya untuk memberikan manfaat yang optimal. Sumber tersebut bisa berasal dari dalam atau luar masyarakat lokal yang menggunakannya secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan. 4. Partisipasi secara inklusif. Partisipasi secara inklusif berarti memberikan kesempatan kepada semua kelompok dan segmen dalam masyarakat untuk berperan serta dalam pengembangan masyarakat. Struktur masyarakat harus terbuka yang memungkinkan kelompok-kelompok baru menjadi bagian dari proses yang berlangsung. Diharapkan bahwa semua anggota masyarakat bisa memainkan peranannya dalam pengembangan masyarakat. 5. Pendekatan terorganisir, komprehensif sebagai konsep penyerta dari partisipasi inklusif. Universitas Sumatera Utara Pendekatan komprehensif merupakan upaya untuk memusatkan perhatian terhadap situasi masyarakat yang luas tidak membatasi pada isu-isu dan perhatian tertentu yang dihadapi dengan menggunakan sekumpulan sumber-sumber yang luas. Pendekatan komprehensif mencoba untuk memperluas usaha masyarakat dalam pendekatan yang digunakan, kepentingan masyarakat. Pendekatan ini akan menghasilkan partisipasi yang luas dalam arti keterlibatan yang intensif. 6. Proses pengambilan keputusan secara demokratis, rasional, dan diorientasikan pada pencapaian tugas yang khusus. Demokratis berarti keputusan diambil dengan suara mayoritas dan tiap orang memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk menyalurkan pendapat mereka. Tidak ada kewenangan tunggal dan terpusat dalam pengambilan keputusan, namun perlu rasional untuk melihat sejauhmana keputusan tersebut logis dan dapat dilaksanakan. Keputusan diarahkan dalam pelaksanaan tugas yang spesifik. Pada dasarnya unsur pokok pengembangan masyrakat adalah perencanaan dan integrasi masyarakat. Perencanaan itu merupakan proses untuk menentukan, menemukan dan memperjelas arti dari suatu masalah, meningkatkan hakekat ruang lingkup masalah, mempertimbangkan berbagai upaya yang diperlukan guna penanggulangannya, memilih upaya yang kiranya dapat dilaksanakan serta mengadakan yang sesuai dengan upaya yang telah dipilih. Integrasi masyarakat, yaitu suatu proses dimana menerapkan sikap-sikap dan praktik-praktik kerjasama menghasilkan berbagai peningkatan dalan mengidentifikasi dengan masyarakat secara keseluruhan, minat dan partisipasi Universitas Sumatera Utara dalam urusan masyarakat dan saling menukar nilai-nilai dan sarana-sarana untuk mengutarakan nilai-nilai. 2.3.4. Model-model Pengembangan Masyarakat. Adapun model-model dalam pengembangan masyarakat sebagai berikut: 1. Pengembangan Masyarakat Total Pengembangan masyarakat total adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan. 2. Perencanaan Sosial Perencanaan sosial disini menunjuk pada proses pragmatis untuk menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan, kesehatan masyarakat yang buruk, dan lain-lain. Berbeda dengan pengembangan masyarakat lokal, perencanaan sosial lebih berorientasi pada tujuan tugas. 3. Aksi Sosial Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses pendistribusian kekuasaan, sumber dan pengambilan keputusan. Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang seringkali menjadi korban ketidakadilan stuktur. Mereka miskin karena dimiskinkan, mereka lemah karena dilemahkan, dan tidak percaya karena tidak diberdayakan, oleh kelompok elit masyarakat yang menguasai sumber-sumber Universitas Sumatera Utara ekonomi, politik, dan kemasyarakatan. Aksi sosial berorientasi pada tujuan proses dan tujuan hasil. Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran, pemberdayaan dan tindakan-tindakan actual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan dan keadilan. 2.3.5. Pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemerintah untuk mendorong akselerasi penurunan angka kemiskinan yang berbasis partisipasi yang diharapkan dapat menciptakan proses penguatan sosial yang dapat mengantar masyarakat yang madani, sejahtera, berkeadilan serta berlandaskan iman dan taqwa (Sumodiningrat, 2009 : 60). Sebagai tujuan pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hal yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya (Suharto, 2005 : 60) . Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan dan pemerataan, tetapi konsep ini berpandangan bahwa dengan pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan dan yang akan menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan. Upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan tiga hal : 1. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi manusia berkembang. Titik tolaknya adalah penekanan bahwa setiap manusia dan masyarakat Universitas Sumatera Utara memiliki potensi-potensi, kemudian diberikan motivasi dan penyadaran bahwa potensi itu dapat dikembangkan. 2. Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat dimana perlu langkahlangkah yang lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan serta pembukaan berbagai akses kepada peluang yang akan membuat masyarakat mampu dan memanfaatkan peluang. Pemberdayaan pada jalur ini dapat berupa pemberan berbagai bantuan produktif., pelatihan, pembangunan sarana dan prasarana baik fisik maupun sosial dan pengembangan kelembagaan di tingkat masyarakat. 3. Pemberdayaan mengandung arti pemihakan pada pihak yang lemah untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan. 2.4. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) 2.4.1. Latar Belakang Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktual dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan pengangguran lebih di picu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multidisiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus memadukan aspek penyadaran, peningkatan kapasitas dan pendayagunaan. Universitas Sumatera Utara Mulai tahun 2007, Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM-MP adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan (PNPM-MP, 2007:2). Pendekatan PNPM-MP merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK adalah penyediaan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisien dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat. Visi PNPM-MP adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Adapun misi PNPM-MP adalah : 1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; 2. Pelembagaan sistem pembangunan partisipatif; 3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintah lokal; 4. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat; 5. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan (PNPM-MP, 2007:2) Universitas Sumatera Utara Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM-MP, strategi yang dikemukakan PNPM-MP yaitu menjadikan rumah tangga miskin sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM-MP lebih menekankan pentingnya pemeberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM-MP dihrapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui PPK. 2.4.2. Tujuan PNPM-MP Tujuan umum PNPM-MP adalah meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. Tujuan khususnya meliputi : 1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan; 2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan pendayagunaan sumber daya lokal; 3. Mengembangkan kapasitas pemerintah desa memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif; 4. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat; 5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir; Universitas Sumatera Utara 6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan Kerja Sama Desa (BKAD); 7. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan. 2.4.3 Prinsip Pokok PNPM-MP Dalam pelaksanaannya, PNPM-MP menekankan prinsip-prinsip pokok SiKOMPAK, yang terdiri dari : 1. Transparansi dan akuntabel, yaitu masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legal maupun administrasi. 2. Desentralisasi, yaitu kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan kepada Pemerintah Daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya. 3. Keberpihakan pada orang miskin, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok yang kurang beruntung. 4. Otonomi, yaitu masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola. 5. Partisipasi, yaitu masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan. Universitas Sumatera Utara 6. Prioritas, yaitu pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumber daya yang terbatas. 7. Kesetaraan dan keadilan gender, yaitu laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut. 8. Kolaborasi, yaitu semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antarpemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan. 9. Keberlanjutan, yaitu setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan, dengan menjaga kelestarian lingkungan. 2.4.4. Prinsip Lain PNPM-MP 1. Bertumpu pada pembangunan manusia, yaitu setiap kegiatan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia seutuhnya. 2. Demokratis, yaitu pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin. Universitas Sumatera Utara 2.5. Sasaran PNPM-MP 2.5.1. Lokasi Sasaran Pada tahun 2009, lokasi sasaran PNPM-MP meliputi seluruh kecamatan perdesaan di Indonesia yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Untuk tahun 2008, ketentuan pemilihan lokasi sasaran berdasarkan ketentuan : a. Kecamatan-kecamatan yang tidak termasuk kategori “kecamatan yang bermasalah dalam PPK” b. Kecamatan-kecamatan yang diusulkan oleh pemerintah daerah dalam skema kontribusi pendanaan. 2.5.2. Kelompok Sasaran a. Rumah Tangga Miskin (RTM) di perdesaan b. Kelembagaan masyarakat di perdesaan c. Kelembagaan pemerintah local. 2.5.3. Pelaksanaan PNPM-MP Pelaksanaan PNPM-MP berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Negara Negara (APBN), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dana hibah dari sejumlah bantuan dan pinjaman dari Bank Dunia. Pelaksanaan kegiatan PNPM-MP tersebut merupakan tahap dari seluruh rencana yang telah disepakati dalam pertemuan Musyawarah Antar Desa (MAD) dimana dalam pertemuan tersebut dilakukan untuk menetapkan usulan dan hal yang berhubungan dengan kebutuhan masyarakat serta rapat-rapat persiapan Universitas Sumatera Utara pelaksanaan. Dalam pelaksanaan kegiatan ini perlu diperhatikan hal-hal penting sebagai berikut, yaitu : 1. Masyarakat merupakan pemilik kegiatan, sehingga keputusan pelaksanaan dan tanggung jawab ada pada masyarakat. 2. Masyarakat desa mendapatkan prioritas untuk turut bekerja dalam pelaksanaan kegiatan, terutama bagi RTM. 3. Apabila ada bagian pekerjaan yang belum mampu dikerjakan oleh masyarakat sendiri, masyarakat dapat mendatangkan tenaga trampil atau ahli dari luar sepanjang disepakati dalam musyawarah daerah dan kebutuhan tersebut di atas harus diperhitungkan dalam rancangan anggaran belanja kegiatan. 4. Penggunaan dana sesuai dengan rencana dan kegiatan agar mencapai hasil yang memuaskan serta selesai tepat waktu. 2.5.4. Pemberdayaan Masyarakat dan Proses Pembangunan Melalui PNPM-MP, masyarakat tidak dijadikan objek melainkan subjek dari proses perubahan. Masyarakat harus menjadi pelaku utama dalam pembanguan, ini merupakan prinsip pembangunan yang berpusat pada rakyat. Perlunya restrukturisasi dalam system pembangunan social pada tingkat mikro (masyarakat lokal, kelembagaan) dan mikro (kebijakan) untuk mendukung prinsip pembangunan yang berpihak pada rakyat. Hal ini berimlikasi pada perlunya restrukturisasi system pembangunan social pada tingkat mikro, meso dan makro agar masyarakat lokal (tingkat mikro) dapat mengembangkan potensinya tanpa mengalami hambatan yang bersumber dari faktor-faktor eksternal pada struktur mikro dan makro. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya mempersiapkan Universitas Sumatera Utara masyarakat seiring dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat agar mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan. Dalam program pemberdayaan masyarakat harus diperhatikan bahwa masyarakat setempat yang mempunyai tempat tinggal tetap dan permanen biasanya mempunyai ikatan solidaritas yang tinggi sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya, adanya perasaan saling memerlukan di antara mereka, perasa, demikian yang pada dasarnya merupakan perasaan komuniti. Dalam program pemberdayaan masyarakat penting juga diperhatikan modal sosial yang dimiliki masyarakat setempat. Karena modal sosial merupakan sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan dan di dalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang tumbuh dan dipatuhi. Situasi ini akan menjadi kunci bagi keberhasilan program pemberdayaan yang terdapat dalam suatu daerah. 2.6. Kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP) 2.6.1. Pengertian SPP SPP merupakan salah satu bentuk kegiatan dari PNPM-MP yaitu pemberian permodalan untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan simpan pinjam. 2.6.2. Tujuan dan Ketentuan a. Tujuan Umum Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar dan memperkuat Universitas Sumatera Utara kelembagaan kegiatan kaum perempuan dan mendorong penanggulangan rumah tangga miskin. b. Tujuan Khusus 1) Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar. 2) Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga pendanaan peluang usaha. 3) Mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan. c. Ketentuan Dasar 1) Kemudahan, artinya masyarakat miskin dengan mudah dan cepat mendapatkan pelayanan pendanaan kebutuhan tanpa syarat agunan. 2) Terlembagaan, artinya dana kegiatan SPP disalurkan melalui kelompok yang sudah mempunyai tata cara dan prosedur yang sudah baku dalam pengelolaan simpanan dan pengelolaan pinjaman. 3) Keberdayaan, artinya proses pengelolaan didasari oleh keputusan yang professional oleh kaum perempuan dengan mempertimbangkan pelestarian dan pengembangan dana bergulir guna meningkatkan kesejahteraan. 4) Pengembangan, artinya setiap keputusan pendanaan harus berorientasi pada peningkatan pendapatan sehingga meningkatkan pertumbuhan aktivitas ekonomi masyarakat pedesaan. 5) Akuntabilitas, artinyadalam melakukan pengelolaan dana bergulir harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Universitas Sumatera Utara 2.6.3. Sasaran, Bentuk Kegiatan dan Ketentuan Kelompok SPP a. Sasaran Program Sasaran program adalah rumah tangga miskin yang produktif yang memerlukan pendanaan kegiatan usaha ataupun kebutuhan dasar melalui kelompok simpan pinjam perempuan yang sudah ada di masyarakat. b. Bentuk Kegiatan Bentuk kegiatan SPP adalah memberikan dana pinjaman sebagai tambahan modal kerja bagi kaum perempuan yang mempunyai pengelolaan dana simpanan dan pengelolaan dan pinjaman. c. Ketentuan kelompok SPP Adapun ketentuan kelompok SPP adalah : 1) Kelompok perempuan yang mempunyai ikatan pemersatu dan saling mengenal minimal satu tahun. 2) Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan pengelolaan dana simpanan dan pinjaman yang telah disepakati. 3) Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber dana pinjaman yang diberikan kepada anggota. 4) Kegiatan pinjaman pada kelompok masih berlangsung dengan baik. 5) Mempunyai organisasi kelompok dan administrasi secara sederhana (PNPM-MP, 2007 : 16-17). 2.6.4. Pelestarian dan Pengembangan Kegiatan a. Pelestarian Kegiatan Dasar-dasar dalam rangka mewujudkan pelestarian kegiatan adalah : Universitas Sumatera Utara 1) Adanya dana kegiatan SPP yang produktif dan bertambah jumlahnya untuk penyediaan kebutuhan pendanaan masyarakat miskin. 2) Adanya pelestarian prinsip PNPM-MP terutama keberpihakan kepada orang miskin dan transparansi. 3) Penguatan kelembagaan baik dalam aspek permodalan ataupun kelembagaan kelompok. 4) Pengembangan usaha terutama layanan kepada masyarakat dan permodalan. b. Pengembangan Kelompok Pengembangan kelompok SPP diarahkan sebaga lembaga pengelola simpanan dan pinjaman yang professional, akuntabilitas sehingga mampu menarik minat kerjasama lembaga lain sebagai lembaga penyalur dan pengelola pinjaman. Pengembangan kelembagaan kelompok SPP, secara badan hokum dapat menjadi Koperasi Simpan Pinjam (PNPM-MP, 2007 : 21). 2.7. Kerangka Pemikiran Melalui PNPM-MP, pemerintah membuat salah satu kegiatan dari beberapa kegiatan yang ada dalam PNPM-MP yakni kegiatan SPP yang tujuan umum adalah untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan dan mendorong penanggulangan RTM. Sedangkan tujuan khusus kegiatan ini adalah mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar, memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga Universitas Sumatera Utara melalui pendanaan peluang usaha, dan mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan. Agar PNPM-MP berjalan lancar maka dibutuhkan partisipasi dari seluruh mayarakat, khususnya masyarakat miskin dan kelompok perempuan dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan. Baik itu kegiatan untuk memperbaiki sarana dan prasarana, pemberian modal kepada usaha kecil dan kegiatan SPP. Hal ini dapat dilihat dari respon baik dari masyarakat yang merupakan wujud dari persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat. Masyarakat dapat memahami dan menilai positif, menerima dan juga mengharapkan suatu kegiatan yang telah dilaksanakan. Masyarakat juga hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan saling berinteraksi menurut sistem adat istiadat, hukum, agama maupun sosial budaya yang bersifat kontiniu dan juga terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Universitas Sumatera Utara Gambar 1.1 BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN PNPM-MP 1. Perbaikan Prasarana Sarana Dan 2. Pemberian Modal Kepada Usaha Kecil 3. Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Masyarakat Persepsi Sikap Partisipasi Universitas Sumatera Utara 2.8. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.8.1. Defenisi Konsep Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak, kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah penertian yang dapat mengaburkan penelitian. Untuk memfokuskan penelitian ini maka peneliti memberikan batasan konsep sebagai berikut : 1. Respon merupakan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. 2. Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang atau dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain. 3. Pemberdayaan masyarakat yakni upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan yang dalam kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. 4. PNPM-MP adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan pemerintah sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program pananggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan nasyarakat. Program ini dilakukan untuk lebih mendorong upaya peningkatan kualitas hidup, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di perdesaan. Universitas Sumatera Utara 2.8.2. Defenisi Operasional Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasinya dari konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi, 2009:120). Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, maka dapat diukur melalui indikator-indikator atas dasar respon masyarakat terhadap PNPM-MP di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir, meliputi : 1. Sikap penerima program terhadap PNPM-MP meliputi penilaian, penolakan atau penerimaan serta suka atau tidak suka terhadap program; 2. Persepsi penerima program terhadap PNPM-MP meliputi pengetahuan tentang apa, bagaimana dan tujuan program; dan 3. Partisipasi penerima program mengenai keterlibatan dan keaktifan dalam pelaksanaan program. Operasional mengenai PNPM-MP yang akan diukur berhubungan dengan respon masyarakat terhadap program, tingkat kepuasan terhadap PNPM-MP, pengetahuan masyarakat mengenai PNPM-MP, serta tingkat keterlibatan masyarakat terhadap program itu sendiri. Universitas Sumatera Utara