BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Respon Respon merupakan suatu

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Respon
Respon merupakan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik
sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka
atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Selain itu menurut
Daryl Beum, respon diartikan sebagai tingkah laku balas atau sikap yang menjadi
tingkah laku atau adu kuat.
Respon juga diartikan sebagai suatu proses pengorganisasian rangsang
dimana rangsangan-rangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian rupa
sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan proksimal
tersebut (Adi, 1994:105).
Respon pada prosesnya didahului oleh sikap seseorang, karena sikap
merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau
ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi berbicara mengenai respon tidak
terlepas pembahasannya dengan sikap.
Dengan melihat sikap seseorang atau
sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon
mereka terhadap kondisi tersebut.
Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan
perasaan, kecurigaan, dan prasangka, prapemahaman yang mendetail, rasa takut,
ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Dapat diketahui bahwa
pengungkapan sikap melalui :
1. Pengaruh atau penolakan
Universitas Sumatera Utara
2. Penilaian
3. Suka atau tidak suka
4. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi
2.1.1. Persepsi
Meurut Morgan, King dan Robinson bahwa persepsi adalah suatu proses
diterimanya suatu rangsangan (objek, kualitas, hubungan antar gejala maupun
peristiwa) dengan cara melihat dan mendengar dunia disekitar kita, dengan kata
lain presepsi dapat juga didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami
manusia (Adi, 2000 : 105).
Dari defenisi-defenisi yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa
persepsi adalah suatu proses yang dimulai dari penglihatan dan pendengaran
hingga terbentuk tanggapan yang terjadi pada diri individu sehingga individu
sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-indra yang
dimilikinya. Pengliatan dan pendengaran seseorang dapat dilihat dengan cara
mencermati, memahami dan menilai segala sesuatu yang terjadi di dalam
lingkungan sehingga terbentuk tanggapan dari dirinya (Mahmud, 1990 :55).
2.1.2. Sikap
Sikap adalah suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu
perbuatan atau tingkah laku dan cenderung untuk bertindak dan bereaksi terhadap
rangsangan (Hudaniah, 2003 : 95). Sikap dapat dilihat melalui penilaian,
penerimaan/penolakan, mengharapkan/menghindari suatu objek tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut :
1. Sikap mempengaruhi prilaku. Dimana suatu sikap yang mengarah pada
suatu objek memberikan satu alasan untuk berprilaku mengarah pada
objek itu dengan cara tertentu.
2. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan
beberapa pengalaman dan rajin dalam latihan.
3. Karena sikap dapat dipelajari, maka sikap suatu saat dapat berubah
meskipun relatif sulit untuk berubah.
4. Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi.
5. Sikap tidak hanya terdapat satu jenis saja, melainkan memiliki beberapa
jenis sesuai dengan objek yang menjadi pusat perhatiannya.
6. Dalam sikap terdapat perasaan (Adi, 200:179).
2.1.3. Partisipasi
Partisipasi
adalah
keterlibatan
masyarakat
secara
aktif
(dan
terorganisasikan) dalam seluruh tahapan pembangunan, sejak tahap sosialisasi,
persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemahaman, pengendalian, evaluasi
sehingga pengembangan atau perluasannya. Pendekatan partisipasi bertumpu pada
kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta dalam proses pembangunan
secara menyeluruh. Partisipasi atau keikutsertaan para pelaku dalam masyarakat
untuk terlibat dalam proses pembangunan ini akan membawa manfaat dan
menciptakan pertumbuhan ekonomi didaerah (Suprapto,2007:8).
Partisipasi ditinjau dari fungsi yang diambil masyarakat (pelaku) untuk
suatu kegiatan, fungsi yang dapat diambil oleh masyarakat dalam berpartisipasi
antara lain :
Universitas Sumatera Utara
1. Berperan serta dalam menikmati hasil pembangunan. Pembangunan yang
sudah selesai dilakukan oleh pihak luar sehingga masyarakat tinggal
menerima berupa hasil pembangunan, misalnya tempat wisata di Aek
Sijornih Tapanuli Selatan. Partisipasi ini jelas mudah, namun menikmati
belum berarti memelihara.
2. Berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan, hal ini terjadi
karena pihak luar masyarakat sudah mengerjakan persiapan, perencanaan
dan menyediakan semua kebutuhan program. Masyarakat tinggal
melaksanakan dan setelah itu baru dapat menikmati hasilnya, misalnya
dalam membangun jalan, masyarakat ikut serta meratakan jalan dan
menata/merapikan batu. Pemagaran rumah, masyarakat tinggal memasang
alat-alat/bahan yang sudah disediakan, dll.
3. Berperan serta dalam memelihara hasil program. Funsi ini lebih sulit
apalagi kalau masyarakat tidak terlibat dalam pelaksanaan. Sulit bukan
saja karena tidak mempunyai keterampilan, tetapi yang lebih penting
karena mereka marasa tidak memiliki program tersebut. Misalnya,
biasanya masyarakat bersedia memelihara daerah wisata tersebut jika
mereka ikut ambil bagian dalam pembangunan.
4. Berperan serta dalam menilai program. Fungsi ini kadang diambil
masyarakat karena diminta oleh penyelenggara program dan masyarakat
merasa program tidak sesuai dengan aspirasinya (Suprapto,2007:11).
Universitas Sumatera Utara
2.2. Kesejahteraan Sosial
2.2.1. Defenisi Kesejahteraan Sosial
Istilah kesejahteraan sosial sering diidentikkan dengan “kesejahteraan
masyarakat atau kesejahteraan umum”. Sedangkan tentang kesejahteraan kamus
besar bahasa Indonesia menyebutkan : “Sejahtera artinya aman, sentosa, makmur,
selamat (terlepas dari segala macam gangguan dan kesusahan). Sedangkan
kesejahteraan artinya keamanan, keselamatan, ketentraman, kesenangan hidup dan
kemakmuran (Mahadi, 1993:550).
Oleh Walter A. Friedlander, mengutarakan bahwa konsep dan istilah
kesejahteraan sosial dalam pengertian program yang ilmiah baru saja
dikembangkan sehubungan dengan masalah sosial dari pada masyarakat kita yang
industrial. Kemiskinan, kesehatan yang buruk, penderitaan dan disorganisasi
sosial telah ada dalam sejarah kehidupan umat manusia, namun masyarakat yang
industrial dari abad ke 19 dan 20 ini menghadapi begitu banyak masalah sosial
sehingga lembaga-lembaga insani yang sama seperti keluarga, ketetanggaan,
gereja, dan masyarakat setempat tidak mampu lagi mengatasinya secara memadai.
Berikut ini beberapa defenisi yang menjelaskan arti kesejahteraan sosial.
W.A Fridlander mendefenisikan :
“Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari usahausaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu
individu maupun kelompok dalam mencapai standart hidup dan kesehatan
yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial
yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuankemampuannya secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka
Universitas Sumatera Utara
selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat” (Muhidin,
1984: 1-2).
Defenisi di atas menjelaskan :
1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem atau “organized
system” yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.
2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang
sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan,
papan, kesehatan dan juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya.
3. Tujuan
tersebut
dapat
dicapai
dengan
cara,
meningkatkan
“kemampuan individu” baik dalam memecahkan masalahnya maupun
dalam memenuhi kebutuhannya.
Dalam Kamus Ilmu Kesejahteraan Sosial disebutkan pula :
“Kesejahteraan Sosial merupakan keadaan sejahtera yang meliputi
keadaan jasmaniah, rohaniah dan sosial tertentu saja. Bonnum Commune atau
kesejahteraan sosial adalah kesejahteraan yang menyangkut keseluruhan syarat,
sosial
yang
memungkinkan
dan
mempermudah
manusia
dalam
memperkembangkan kepribadianya secara sempurna” (Suparlan, 1989: 53).
Sementara itu Skidmore, sebagaimana dikutip oleh Drs. Budie Wibawa,
menuturkan : “Kesejahteraan Sosial dalam arti luas meliputi keadaan yang baik
untuk kepentingan orang banyak yang mencukupi kebutuhan fisik, mental,
emosional, dan ekonominya” (Wibawa, 1982: 13).
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Pengertian Kesejahteraan Sosial
Secara yuridis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial termuat
dalam UU No. 11 Tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan
sosial sosial, pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut :
“Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,
dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.”.
Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai
upaya, program dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik
yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat. UU No.11 Tahun 2009 dalam
pasal 4, juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab pemerintah di
bidang kesejahteraan sosial, yang meliputi :
1. Menetapkan garis kebijaksanaan di bidang kesejahteraan sosial.
2. Mengembangkan kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial masyarakat.
3. Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan
sosial (Muhidin, 1984: 9-10).
Untuk
melaksanakan
ketiga
tugas
pokok
tersebut
maka
pemerintah
meyelenggarakan usaha-usaha di bidang kesejahteraan sosial sebagai berikut :
1. Bantuan sosial kepada warga masyarakat yang kehilangan peranan sosial
karena berbagai macam bencana (sosial maupun alamiah) atau akibatakibat lain.
2. Menyelenggarakan sistem jaminan sosial.
3. Bimbingan, pembinaan dan rehabilitasi sosial.
4. Pengembangan dan penyuluhan sosial dan
Universitas Sumatera Utara
5. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan khusus untuk membentuk
tenaga-tenaga ahli dan keahlian di bidang kesejahteraan sosial
2.3. Masyarakat
Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa
manusia, yang atau dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh
mempengaruhi satu sama lain (Hassan Shadily, 1993 : 47). Pengaruh dan
pertalian kebatinan yang terjadi dengan sendirinya disini menjadi unsur yang sine
qua non (yang harus ada) dalam masyarakat, bukan hanya menjumlahkan adanya
orang – orang saja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain.
2.3.1. Masyarakat dan Jenisnya
Masyarakat adalah satu kesatuan yang berubah yang hidup karena proses
masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal kehidupan
yang tenang, teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian
kemerdekaan dari anggota – anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela.
Pengorbanan disini dimaksudka n menahan nafsu atau kehendak sewenang–
wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama, dengan paksa
berarti tunduk kepada hukum–hukum yang telah ditetapkan
(negara dan
sebagainya ) dengan sukarela berarti menurut adaptasi dan berdasarkan keinsyafan
akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu.
Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam :
a. Masyarakat Paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat
tawanan dan sebagainya;
Universitas Sumatera Utara
b. Masyarakat merdeka, yang terbagi pula dalam :
1. Masyarakat alam (nature) yaitu yang terjadi dengan sendirinya suku,
golongan, yang bertalian karena darah atau keturunan, umumnya yang
masih sederhana sekali kebudayaanya dalam keadaan terpencil atau tak
mudah berhubungan dengan dunia luar ; dan
2. Masyarakat budidaya, terdiri karena kepentingan keduniaan atau
kepercayaan (keagamaan) yaitu antara lain kongsi perekonomian, koperasi
gereja dan sebagainya.
2.3.2. Asal Masyarakat
Bermacam–macam penyelidikan dijalankan, untuk mendapat jawaban
tentang asal masyarakat, tetapi tidak satupun yang dapat ditegaskan benar semua
pendapat hanya merupakan kira–kira dan pandangan saja. Antara lain, orang
berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri, hidup dalam gua
dipulau sunyi umpamanyas selalu ia akan tertarik kepada hidup bersama dalam
masyarakat, karena:
a. Hasrat yang berdasar naluri ( kehendak diluar pengawasan akal ) untuk
memelihara keturunan, untuk mempunyai anak, kehendak akan memaksa ia
mencari istri hingga masyarakat keluarga terbentuk;
b. Kelemahan manusia selalu terdesak ia untuk mencari kekuatan bersama,
yang terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung
bersama–sama dan dapat pula mengejar kebutuhan kehidupan sehari – hari
dengan tenaga bersama;
Universitas Sumatera Utara
c. Aristoteles berpendapat, bahwa manusia ini adalah zoon politikon, yaitu
mahluk sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau sedikitnya
mencari teman untuk hidup bersama lebih suka dari pada hidup sendiri.
Lain dari pada Aristoteles, maka Bergson ( lahir 1895 ) berpendapat,
bahwa manusia ini hidup bersama bukan karena oleh persamaan melainkan oleh
karena perbedaan yang terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainya, demikian
oleh karena pendapat ini berdasar kepada pelajaran dialektika, yang mencoba
melihat kebenaran dalam kenyataan dengan mengadakan perbedaan dan
perbandingan.
2.3.3. Pengembangan Masyarakat
Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan
untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri atas
pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat,perencanaan partisipatif,
pengorganisasian, pemanfaatan sumber daya, pemantauan dan pemeliharaan hasilhasil yang tercapai (Sumodiningrat, 2009:69).
Ada beberapa defenisi mengenai pengembangan masyarakat.
1. Defenisi dari PBB, pengembangan masyarakat adalah suatu proses
dimana usaha masyarakat bertemu dengan usaha pemerintah untuk
meningkatkan kondisi, baik kondisi ekonomi, sosial dan budaya
masyarakat.
2. Arthur Durkheim mengatakan, pengembangan masyarakat adalah suatu
proses yang bertujuan untuk meningkatkan keadaan ekonomi dan sosial
seluruh masyarakat dengan partisipasi aktif masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
3. Henry, mengatakan pengembangan masyarakat adalah suatu proses untuk
menciptakan masyarakat yang sadar terhadap pembangunan dan
menstimulir aktivitas yang tujuannya untuk meningkatkan tanggung
jawab pribadi terhadap kesejahteraan masyarakat.
Pengembangan masyarakat tergantung pada inisiatif dan kemampuan
masyarakat lokal dalam menentukan alternatif pemecahan masalah. Kemampuan
ini ditunjang oleh keterlibatan dari anggota masyarakat dalam kegiatan intervensi,
sehingga perlu pembinaa kesadaran dan motivasi pada masyarakat lokal untuk
mewujudkan kemampuan mereka dalam usaha bersama memperoleh kehidupan
yang lebih baik.
Berdasarkan pada jenis tantangan dan kesulitan yang berbeda dan spesifik
pada masyarakat tertentu, menuntut adanya arah kegiatan yang berbeda, oleh
sebab itu proses pengembangan masyarakat perlu memperhatikan karakteristik
dan perkembangan masyarakat lokal. Pengembangan masyarakat menggambarkan
suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa aspek penting. Keberadaan aspek
tersebut sebagai persyaratan terlaksananya upaya pengembangan masyarakat.
Aspek-aspek tersebut adalah :
1. Masyarakat sebagai unit kegiatan
Masyarakat sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam suatu lokasi
yang sama dan mereka terikat kepentingan dan nilai-nilai yang sama. Terdapat
berbagai jenis masyarakat yang ditentukan oleh berbagai tingkatannya dari
masyarakat lingkungan desa, kota dan negara. Anggota masyarakat memiliki
konsen dan kepentingan untuk kemajuan kehidupan yang lebih baik yang
Universitas Sumatera Utara
menuntut
keterlibatan
dari
semua
anggota.
Pengembangan
masyarakat
menempatkan masyarakat sebagai unit dari kegiatan mereka.
2. Inisiatif dan kepemimpinan lokal
Di dalam masyarakat terdapat sumber daya manusia yang dapat
dikembangkan untuk kepentinagn masyarakat dalam mewujudkan keinginan akan
perubahan dalam
masyarakat lokal,
harus
memanfaatkan inisiatif dan
kepemimpinan secara internal dari sumber-sumber tersebut.
3. Penggunaan sumber-sumber dari dalam dan luar
Sumber mengacu kepada berbagai kekuatan yang bermanfaat untuk
mengadakan perubahan. Orang perlu memahami terlebih dahulu sumber-sumber
apa yang tersedia, dimana dan bagaimana cara menggunakannya untuk
memberikan manfaat yang optimal. Sumber tersebut bisa berasal dari dalam atau
luar masyarakat lokal yang menggunakannya secara fleksibel sesuai dengan
kebutuhan.
4. Partisipasi secara inklusif.
Partisipasi secara inklusif berarti memberikan kesempatan kepada semua
kelompok dan segmen dalam masyarakat untuk berperan serta dalam
pengembangan
masyarakat.
Struktur
masyarakat
harus
terbuka
yang
memungkinkan kelompok-kelompok baru menjadi bagian dari proses yang
berlangsung. Diharapkan bahwa semua anggota masyarakat bisa memainkan
peranannya dalam pengembangan masyarakat.
5. Pendekatan terorganisir, komprehensif sebagai konsep penyerta dari
partisipasi inklusif.
Universitas Sumatera Utara
Pendekatan komprehensif merupakan upaya untuk memusatkan perhatian
terhadap situasi masyarakat yang luas tidak membatasi pada isu-isu dan perhatian
tertentu yang dihadapi dengan menggunakan sekumpulan sumber-sumber yang
luas. Pendekatan komprehensif mencoba untuk memperluas usaha masyarakat
dalam pendekatan yang digunakan, kepentingan masyarakat. Pendekatan ini akan
menghasilkan partisipasi yang luas dalam arti keterlibatan yang intensif.
6. Proses pengambilan keputusan secara demokratis, rasional, dan diorientasikan
pada pencapaian tugas yang khusus.
Demokratis berarti keputusan diambil dengan suara mayoritas dan tiap
orang memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk menyalurkan pendapat
mereka. Tidak ada kewenangan tunggal dan terpusat dalam pengambilan
keputusan, namun perlu rasional untuk melihat sejauhmana keputusan tersebut
logis dan dapat dilaksanakan. Keputusan diarahkan dalam pelaksanaan tugas yang
spesifik.
Pada dasarnya unsur pokok pengembangan masyrakat adalah perencanaan
dan integrasi masyarakat. Perencanaan itu merupakan proses untuk menentukan,
menemukan dan memperjelas arti dari suatu masalah, meningkatkan hakekat
ruang lingkup masalah, mempertimbangkan berbagai upaya yang diperlukan guna
penanggulangannya, memilih upaya yang kiranya dapat dilaksanakan serta
mengadakan yang sesuai dengan upaya yang telah dipilih.
Integrasi masyarakat, yaitu suatu proses dimana menerapkan sikap-sikap
dan praktik-praktik kerjasama menghasilkan berbagai peningkatan dalan
mengidentifikasi dengan masyarakat secara keseluruhan, minat dan partisipasi
Universitas Sumatera Utara
dalam urusan masyarakat dan saling menukar nilai-nilai dan sarana-sarana untuk
mengutarakan nilai-nilai.
2.3.4. Model-model Pengembangan Masyarakat.
Adapun model-model dalam pengembangan masyarakat sebagai berikut:
1. Pengembangan Masyarakat Total
Pengembangan masyarakat total adalah proses yang ditujukan untuk
menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi
aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang
bukan sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang
unik dan memiliki potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.
2. Perencanaan Sosial
Perencanaan sosial disini menunjuk pada proses pragmatis untuk
menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah
sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan,
kesehatan masyarakat yang buruk, dan lain-lain. Berbeda dengan pengembangan
masyarakat lokal, perencanaan sosial lebih berorientasi pada tujuan tugas.
3. Aksi Sosial
Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan
fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses
pendistribusian kekuasaan, sumber dan pengambilan keputusan. Pendekatan aksi
sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang
seringkali menjadi korban ketidakadilan stuktur. Mereka miskin karena
dimiskinkan, mereka lemah karena dilemahkan, dan tidak percaya karena tidak
diberdayakan, oleh kelompok elit masyarakat yang menguasai sumber-sumber
Universitas Sumatera Utara
ekonomi, politik, dan kemasyarakatan. Aksi sosial berorientasi pada tujuan proses
dan
tujuan
hasil.
Masyarakat
diorganisir
melalui
proses
penyadaran,
pemberdayaan dan tindakan-tindakan actual untuk mengubah struktur kekuasaan
agar lebih memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan dan keadilan.
2.3.5. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan
masyarakat
merupakan
upaya
pemerintah
untuk
mendorong akselerasi penurunan angka kemiskinan yang berbasis partisipasi yang
diharapkan dapat menciptakan proses penguatan sosial yang dapat mengantar
masyarakat yang madani, sejahtera, berkeadilan serta berlandaskan iman dan
taqwa (Sumodiningrat, 2009 : 60).
Sebagai tujuan pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hal yang ingin
dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki
kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti
memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
pencaharian,
berpartisipasi
dalam
kegiatan
sosial
dan
mandiri
dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya (Suharto, 2005 : 60) .
Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan dan
pemerataan, tetapi konsep ini berpandangan bahwa dengan pemerataan tercipta
landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan dan yang akan menjamin
pertumbuhan yang berkelanjutan.
Upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan tiga hal :
1. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi manusia berkembang.
Titik tolaknya adalah penekanan bahwa setiap manusia dan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
memiliki potensi-potensi, kemudian diberikan motivasi dan penyadaran
bahwa potensi itu dapat dikembangkan.
2. Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat dimana perlu langkahlangkah yang lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan serta
pembukaan berbagai akses kepada peluang yang akan membuat
masyarakat mampu dan memanfaatkan peluang. Pemberdayaan pada jalur
ini dapat berupa pemberan berbagai bantuan produktif., pelatihan,
pembangunan sarana dan prasarana baik fisik maupun sosial dan
pengembangan kelembagaan di tingkat masyarakat.
3. Pemberdayaan mengandung arti pemihakan pada pihak yang lemah untuk
mencegah persaingan yang tidak seimbang dan menciptakan kemitraan
yang saling menguntungkan.
2.4. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan
(PNPM-MP)
2.4.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan
di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah,
kemiskinan struktual dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan pengangguran
lebih di picu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di
perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan
multidisiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus
memadukan aspek penyadaran, peningkatan kapasitas dan pendayagunaan.
Universitas Sumatera Utara
Mulai tahun 2007, Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri
Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan
desa tertinggal. PNPM-MP adalah program untuk mempercepat penanggulangan
kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan (PNPM-MP, 2007:2). Pendekatan
PNPM-MP merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan
(PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK adalah
penyediaan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin,
efisien dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan
partisipasi masyarakat.
Visi PNPM-MP adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian
masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar
masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi
sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar
lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah
kemiskinan. Adapun misi PNPM-MP adalah :
1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya;
2. Pelembagaan sistem pembangunan partisipatif;
3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintah lokal;
4. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan
ekonomi masyarakat;
5. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan (PNPM-MP,
2007:2)
Universitas Sumatera Utara
Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM-MP, strategi yang
dikemukakan PNPM-MP yaitu menjadikan rumah tangga miskin sebagai
kelompok
sasaran,
menguatkan
sistem
pembangunan
partisipatif,
serta
mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi dan
strategi yang dikembangkan, maka PNPM-MP lebih menekankan pentingnya
pemeberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM-MP dihrapkan
masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya
kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui
PPK.
2.4.2. Tujuan PNPM-MP
Tujuan umum PNPM-MP adalah meningkatkan kesejahteraan dan
kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong
kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
Tujuan khususnya meliputi :
1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat
miskin dan kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan;
2. Melembagakan
pengelolaan
pembangunan
partisipatif
dengan
pendayagunaan sumber daya lokal;
3. Mengembangkan kapasitas pemerintah desa memfasilitasi pengelolaan
pembangunan partisipatif;
4. Menyediakan prasarana
sarana
sosial
dasar
dan ekonomi
yang
diprioritaskan oleh masyarakat;
5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir;
Universitas Sumatera Utara
6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan Kerja Sama Desa
(BKAD);
7. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya
penanggulangan kemiskinan perdesaan.
2.4.3 Prinsip Pokok PNPM-MP
Dalam pelaksanaannya, PNPM-MP menekankan prinsip-prinsip pokok
SiKOMPAK, yang terdiri dari :
1. Transparansi dan akuntabel, yaitu masyarakat harus memiliki akses yang
memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan,
sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan
dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legal maupun
administrasi.
2. Desentralisasi, yaitu kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan
sektoral dan kewilayahan kepada Pemerintah Daerah atau masyarakat
sesuai dengan kapasitasnya.
3. Keberpihakan pada orang miskin, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan
mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan
kelompok yang kurang beruntung.
4. Otonomi, yaitu masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk
berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan
secara swakelola.
5. Partisipasi, yaitu masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses
pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong
royong
menjalankan pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
6. Prioritas, yaitu pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan
pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak
dan
bermanfaat
bagi
sebanyak-banyaknya
masyarakat,
dengan
mendayagunakan secara optimal berbagai sumber daya yang terbatas.
7. Kesetaraan dan keadilan gender, yaitu laki-laki dan perempuan mempunyai
kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam
menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut.
8. Kolaborasi, yaitu semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan
kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antarpemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.
9. Keberlanjutan,
yaitu
setiap
pengambilan
keputusan
harus
mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat,
tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan, dengan menjaga
kelestarian lingkungan.
2.4.4. Prinsip Lain PNPM-MP
1.
Bertumpu pada pembangunan manusia, yaitu setiap kegiatan diarahkan
untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia seutuhnya.
2.
Demokratis, yaitu pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara
musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan
masyarakat miskin.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Sasaran PNPM-MP
2.5.1. Lokasi Sasaran
Pada tahun 2009, lokasi sasaran PNPM-MP meliputi seluruh kecamatan
perdesaan di Indonesia yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.
Untuk tahun 2008, ketentuan pemilihan lokasi sasaran berdasarkan ketentuan :
a. Kecamatan-kecamatan yang tidak termasuk kategori “kecamatan yang
bermasalah dalam PPK”
b. Kecamatan-kecamatan yang diusulkan oleh pemerintah daerah dalam
skema kontribusi pendanaan.
2.5.2. Kelompok Sasaran
a. Rumah Tangga Miskin (RTM) di perdesaan
b. Kelembagaan masyarakat di perdesaan
c. Kelembagaan pemerintah local.
2.5.3. Pelaksanaan PNPM-MP
Pelaksanaan PNPM-MP berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Program ini didukung
dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan Belanja
Negara Negara (APBN), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dana
hibah dari sejumlah bantuan dan pinjaman dari Bank Dunia.
Pelaksanaan kegiatan PNPM-MP tersebut merupakan tahap dari seluruh
rencana yang telah disepakati dalam pertemuan Musyawarah Antar Desa (MAD)
dimana dalam pertemuan tersebut dilakukan untuk menetapkan usulan dan hal
yang berhubungan dengan kebutuhan masyarakat serta rapat-rapat persiapan
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan. Dalam pelaksanaan kegiatan ini perlu diperhatikan hal-hal penting
sebagai berikut, yaitu :
1. Masyarakat
merupakan
pemilik
kegiatan,
sehingga
keputusan
pelaksanaan dan tanggung jawab ada pada masyarakat.
2. Masyarakat desa mendapatkan prioritas untuk turut bekerja dalam
pelaksanaan kegiatan, terutama bagi RTM.
3. Apabila ada bagian pekerjaan yang belum mampu dikerjakan oleh
masyarakat sendiri, masyarakat dapat mendatangkan tenaga trampil
atau ahli dari luar sepanjang disepakati dalam musyawarah daerah dan
kebutuhan tersebut di atas harus diperhitungkan dalam rancangan
anggaran belanja kegiatan.
4. Penggunaan dana sesuai dengan rencana dan kegiatan agar mencapai
hasil yang memuaskan serta selesai tepat waktu.
2.5.4. Pemberdayaan Masyarakat dan Proses Pembangunan
Melalui PNPM-MP, masyarakat tidak dijadikan objek melainkan subjek
dari proses perubahan. Masyarakat harus menjadi pelaku utama dalam
pembanguan, ini merupakan prinsip pembangunan yang berpusat pada rakyat.
Perlunya restrukturisasi dalam system pembangunan social pada tingkat mikro
(masyarakat lokal, kelembagaan) dan mikro (kebijakan) untuk mendukung prinsip
pembangunan yang berpihak pada rakyat. Hal ini berimlikasi pada perlunya
restrukturisasi system pembangunan social pada tingkat mikro, meso dan makro
agar masyarakat lokal (tingkat mikro) dapat mengembangkan potensinya tanpa
mengalami hambatan yang bersumber dari faktor-faktor eksternal pada struktur
mikro dan makro. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya mempersiapkan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat seiring dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat agar
mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan.
Dalam program pemberdayaan masyarakat harus diperhatikan bahwa
masyarakat setempat yang mempunyai tempat tinggal tetap dan permanen
biasanya mempunyai ikatan solidaritas yang tinggi sebagai pengaruh kesatuan
tempat tinggalnya, adanya perasaan saling memerlukan di antara mereka, perasa,
demikian yang pada dasarnya merupakan perasaan komuniti.
Dalam program pemberdayaan masyarakat penting juga diperhatikan
modal sosial yang dimiliki masyarakat setempat. Karena modal sosial merupakan
sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas
dasar kebersamaan dan di dalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang
tumbuh dan dipatuhi. Situasi ini akan menjadi kunci bagi keberhasilan program
pemberdayaan yang terdapat dalam suatu daerah.
2.6. Kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP)
2.6.1. Pengertian SPP
SPP merupakan salah satu bentuk kegiatan dari PNPM-MP yaitu
pemberian permodalan untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan
simpan pinjam.
2.6.2. Tujuan dan Ketentuan
a. Tujuan Umum
Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi
kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala
mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar dan memperkuat
Universitas Sumatera Utara
kelembagaan kegiatan kaum perempuan dan mendorong penanggulangan rumah
tangga miskin.
b. Tujuan Khusus
1) Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun
sosial dasar.
2) Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah
tangga pendanaan peluang usaha.
3) Mendorong
penguatan
kelembagaan
simpan
pinjam
oleh
kaum
perempuan.
c. Ketentuan Dasar
1) Kemudahan, artinya masyarakat miskin dengan mudah dan cepat
mendapatkan pelayanan pendanaan kebutuhan tanpa syarat agunan.
2) Terlembagaan, artinya dana kegiatan SPP disalurkan melalui kelompok
yang sudah mempunyai tata cara dan prosedur yang sudah baku dalam
pengelolaan simpanan dan pengelolaan pinjaman.
3) Keberdayaan, artinya proses pengelolaan didasari oleh keputusan yang
professional oleh kaum perempuan dengan mempertimbangkan pelestarian
dan pengembangan dana bergulir guna meningkatkan kesejahteraan.
4) Pengembangan, artinya setiap keputusan pendanaan harus berorientasi
pada peningkatan pendapatan sehingga meningkatkan pertumbuhan
aktivitas ekonomi masyarakat pedesaan.
5) Akuntabilitas, artinyadalam melakukan pengelolaan dana bergulir harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2.6.3. Sasaran, Bentuk Kegiatan dan Ketentuan Kelompok SPP
a. Sasaran Program
Sasaran program adalah rumah tangga miskin yang produktif yang
memerlukan pendanaan kegiatan usaha ataupun kebutuhan dasar melalui
kelompok simpan pinjam perempuan yang sudah ada di masyarakat.
b. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan SPP adalah memberikan dana pinjaman sebagai tambahan
modal kerja bagi kaum perempuan yang mempunyai pengelolaan dana simpanan
dan pengelolaan dan pinjaman.
c. Ketentuan kelompok SPP
Adapun ketentuan kelompok SPP adalah :
1) Kelompok perempuan yang mempunyai ikatan pemersatu dan saling
mengenal minimal satu tahun.
2) Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan pengelolaan dana
simpanan dan pinjaman yang telah disepakati.
3) Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber dana
pinjaman yang diberikan kepada anggota.
4) Kegiatan pinjaman pada kelompok masih berlangsung dengan baik.
5) Mempunyai organisasi kelompok dan administrasi secara sederhana
(PNPM-MP, 2007 : 16-17).
2.6.4. Pelestarian dan Pengembangan Kegiatan
a. Pelestarian Kegiatan
Dasar-dasar dalam rangka mewujudkan pelestarian kegiatan adalah :
Universitas Sumatera Utara
1) Adanya dana kegiatan SPP yang produktif dan bertambah jumlahnya
untuk penyediaan kebutuhan pendanaan masyarakat miskin.
2) Adanya pelestarian prinsip PNPM-MP terutama keberpihakan kepada
orang miskin dan transparansi.
3) Penguatan
kelembagaan
baik
dalam
aspek
permodalan
ataupun
kelembagaan kelompok.
4) Pengembangan
usaha
terutama
layanan
kepada
masyarakat
dan
permodalan.
b. Pengembangan Kelompok
Pengembangan kelompok SPP diarahkan sebaga lembaga pengelola
simpanan dan pinjaman yang professional, akuntabilitas sehingga mampu menarik
minat kerjasama lembaga lain sebagai lembaga penyalur dan pengelola pinjaman.
Pengembangan kelembagaan kelompok SPP, secara badan hokum dapat menjadi
Koperasi Simpan Pinjam (PNPM-MP, 2007 : 21).
2.7. Kerangka Pemikiran
Melalui PNPM-MP, pemerintah membuat salah satu kegiatan dari
beberapa kegiatan yang ada dalam PNPM-MP yakni kegiatan SPP yang tujuan
umum adalah untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam perdesaan,
kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan
sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan dan
mendorong penanggulangan RTM. Sedangkan tujuan khusus kegiatan ini adalah
mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar,
memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga
Universitas Sumatera Utara
melalui pendanaan peluang usaha, dan mendorong penguatan kelembagaan
simpan pinjam oleh kaum perempuan.
Agar PNPM-MP berjalan lancar maka dibutuhkan partisipasi dari seluruh
mayarakat, khususnya masyarakat miskin dan kelompok perempuan dalam
pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian
pembangunan. Baik itu kegiatan untuk memperbaiki sarana dan prasarana,
pemberian modal kepada usaha kecil dan kegiatan SPP.
Hal ini dapat dilihat dari respon baik dari masyarakat yang merupakan
wujud dari persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat. Masyarakat dapat
memahami dan menilai positif, menerima dan juga mengharapkan suatu kegiatan
yang telah dilaksanakan. Masyarakat juga hidup dan bekerja sama dalam waktu
yang relatif lama dan saling berinteraksi menurut sistem adat istiadat, hukum,
agama maupun sosial budaya yang bersifat kontiniu dan juga terikat oleh suatu
rasa identitas bersama.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.1
BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN
PNPM-MP
1. Perbaikan
Prasarana
Sarana
Dan
2. Pemberian Modal Kepada
Usaha Kecil
3. Kegiatan Simpan Pinjam
Perempuan
Masyarakat
Persepsi
Sikap
Partisipasi
Universitas Sumatera Utara
2.8. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional
2.8.1. Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak, kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat
perhatian ilmu sosial. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah-istilah
yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan
menghindari salah penertian yang dapat mengaburkan penelitian.
Untuk memfokuskan penelitian ini maka peneliti memberikan batasan
konsep sebagai berikut :
1. Respon merupakan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik
sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan,
suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.
2. Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa
manusia, yang atau dengan sendirinya bertalian secara golongan dan
pengaruh mempengaruhi satu sama lain.
3. Pemberdayaan masyarakat yakni upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan yang dalam kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri
dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
4. PNPM-MP adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan
pemerintah sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program
pananggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan nasyarakat. Program
ini dilakukan untuk lebih mendorong upaya peningkatan kualitas hidup,
kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di perdesaan.
Universitas Sumatera Utara
2.8.2. Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau
operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana
mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk
memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka perlu
operasionalisasinya dari konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang
harus diamati (Silalahi, 2009:120).
Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam
penelitian ini, maka dapat diukur melalui indikator-indikator atas dasar respon
masyarakat terhadap PNPM-MP di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir,
meliputi :
1. Sikap penerima program terhadap PNPM-MP meliputi penilaian, penolakan
atau penerimaan serta suka atau tidak suka terhadap program;
2. Persepsi penerima program terhadap PNPM-MP meliputi pengetahuan
tentang apa, bagaimana dan tujuan program; dan
3. Partisipasi penerima program mengenai keterlibatan dan keaktifan dalam
pelaksanaan program.
Operasional mengenai PNPM-MP yang akan diukur berhubungan dengan
respon masyarakat terhadap program, tingkat kepuasan terhadap PNPM-MP,
pengetahuan masyarakat mengenai PNPM-MP, serta tingkat keterlibatan
masyarakat terhadap program itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Download