komunikasi penelitian - USU-IR

advertisement
Juliati Br. Tarigan
Mimpin Ginting
Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN
Volume 17 (5) 2005
PEMISAHAN SINAMIL ALKOHOL DARI KEMENYAN SUMATERA (Styrax benzoin) DENGAN METODE CAMPURAN DUA PELARUT (Nā€HEKSANA : ISOPROPIL ALKOHOL) PADA TEMPERATUR ± 60 0C Juliati Br. Tarigan Mimpin Ginting* *Fakulas MIPA USU Medan
Abstract
Styrax Benzoin has been commodity in North Tapanuli – North Sumatera. The Composition of the Styrax Benzoin
is free cinnamic acid (10%), benzoic acid and conniferyl cinnamic (2 – 3%), conniferyl benzoic and cinnamil
cinnamic
(70 – 80%). Cinnamil alcohol has been used as raw material for making cinnamil acetic that
used as base note and fixative in perfumery industry. The separation cinnamil alcohol using single solvent like
kloroform has been reported. According to this, we want to separate cinnamil alcohol from styrax benzoin. First,
saponification styrax benzoin with KOH to form unsaponificable cinnamil alcohol, then extracted using n-hexane /
0
isopropyl alcohol in several composition at 60 ± 3 C. The cinnamil alcohol resulted from this procedure cannot
measuring because there is another salt compound in that cinnamil alcohol.
Key words: Styrax Benzoin, Cinnamil alcohol, n-hexane/isopropyl alcohol.
A. PENDAHULUAN
Kemenyan sumatera (Styrax benzoin)
merupakan sumber komoditi yang terdapat
di Sumatera Utara khususnya di Tapanuli
Utara. Kemenyan terdapat pada pohon
kayu jenis tertentu yang telah memadat dan
merupakan mata pencaharian sebagian
penduduk yang dikenal dengan nama
“haminjon”. Selama ini kemenyan tersebut
masih diberlakukan sebagai kegiatan
agribisnis yaitu tanam, tumbuh, pelihara,
dan panen yang selanjutnya dijual ke pasar,
serta belum merupakan bahan kegiatan
dalam
agro
industri,
yaitu
proses
pengolahan peningkatan nilai tambah dari
kemenyan tersebut melalui proses kimia
(Siahaan, 1993). Kemenyan sumatera ini
berdasarkan laporan tentang komposisi
senyawa kimianya terdiri dari asam sinamat
bebas sekitar 10%, sedikit asam benzoat
(2-3%) dan koniferil sinamat, koniferil
benzoat bersama sinamil sinamat sekitar
70-80% (Sthal, 1985). Berdasarkan komposisi
tersebut maka bila kemenyan sumatera ini
diolah melalui proses kimia akan dapat
menghasilkan berbagai senyawa seperti:
asam sinamat, koniferil alkohol, sinamil
alkohol, serta asam benzoat, yang mana
senyawa ini masing-masing memiliki
aktivitas dengan kegunaan tersendiri.
73
Sebelumnya penelitian yang berhubungan
dengan penanganan kemenyan tersebut
telah dikembangkan seperti pembuatan
n-propil dan n-butil sinamat, di mana asam
sinamat diperoleh dari hasil isolasi
kemenyan sumatera yang terlebih dahulu
dilakukan dengan proses penggaraman
dengan NaOH atau KOH diikuti hidrolisis
dengan asam serta kristalisasi dengan air
panas, tetapi komponen lain yang tidak
tersabunkan seperti sinamil alkohol akan
dapat dipisahkan dengan pelarut organik,
dan ini dapat dilakukan sebelum proses
hidrolisis berlangsung (Ginting dan Ginting,
1997). Sinamil alkohol merupakan bahan
dasar dalam pembuatan sinamil asetat
yang dapat digunakan sebagai bahan
pencampur parfum, baik sebagai bahan
pewangi (Base Note) maupun sebagai
pengikat (fixative) (Wells dan Billot, 1995).
Peneliti terdahulu telah berhasil memisahkan sinamil alkohol dengan pelarut tunggal
seperti kloroform (Tarigan, 1995). Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk
memisahkan sinamil alkohol dari kemenyan
sumatera, di mana terlebih dahulu
dilakukan reaksi penyabunan dengan
menggunakan basa (KOH) terhadap
kemenyan yang sudah dilarutkan dengan
metanol, sinamil alkohol yang terdapat pada
bagian yang tidak tersabunkan, diekstraksi
Juliati Br. Tarigan
Mimpin Ginting
dengan campuran pelarut organik yakni nheksana dan isopropil alkohol dengan
beberapa perbandingan pada temperatur
60 ± 3 0C.
Permasalahan
Kemenyan sumatera yang banyak terdapat
di Sumatera Utara banyak mengandung
sinamil alkohol yang merupakan bahan
dasar dalam pembuatan parfum, di mana
selama ini kegiatan yang diberlakukan pada
kemenyan ini oleh masyarakat masih
sebatas agribisnis dan untuk meningkatkan
nilai tambah kemenyan tersebut maka
untuk itu perlu dilakukan pemisahan sinamil
alkohol dari kemenyan sumatera dengan
demikian apakah pemisahan sinamil alkohol
dapat dilakukan dari kemenyan sumatera
yang terlebih dahulu digaramkan dengan
KOH
kemudian
diekstraksi
dengan
campuran dua pelarut (n-heksana : isopropil
alkohol) dengan beberapa perbandingan
pada temperatur 60 ± 3 0C.
Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN
Volume 17 (5) 2005
setelah Thailand, oleh karena itu tanaman
kemenyan banyak dijumpai di Indoneisia.
Menurut Heyne di daerah Tapanuli terdapat
dua jenis kemenyan yang dikenal dengan
nama daerahnya “haminjon durame”
(Styrax benzoin Dyrand) dan haminjon toba
(Styrax sumatera J.J. SM), dan menurut
Van Taens, di Indoneisia terdapat tujuh
jenis
Styrax
(kemenyan)
yang
menghasilkan getah kemenyan tetapi hanya
dua jenis yang diusahakan, yaitu:
a. Styrax benzoin Dryand (Haminjon Dairi)
b. Styrax paralellononrus Perk (Haminjon
Toba)
Kedua jenis kemenyan tersebut termasuk
family Styraceae dari tanaman berbiji dua.
Kemenyan
Adapun sistematika tumbuhan kemenyan
adalah sebagai berikut:
Divisio
: Sphermatophyta
Sub Divisio
: Angiosparmae
Kelas
: Dicotyledone
Ordo
: Styraxes
Family
: Styraceae
Genus
: Styrax
Spesies
: Styrax benzoin
Tanaman kemenyan memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
- Berdaun tunggal tersusun secara spiral,
sebelah atas daun berwarna hijau dan
sebelah bawah daunnya berwarna
kekuning-kuningan,
pinggiran
daun
merata.
- Bentuk batang tegak menyerupai
tanaman-tanaman karet.
- Berbunga selalu teratur yaitu sekali
dalam setahun, berkelamin dua, kelopak
dan mahkota bunga masing-masing lima
buah.
- Buahnya bundar (lonjong) sebesar ibu
jari kaki (Panjaitan, 1999).
Haminjon toba dan haminjon dairi dapat
dibedakan dengan melihat ciri-ciri di
atas di mana:
- Haminjon toba buahnya berbiji bulat
lonjong sebesar ibu jari kaki, sedangkan
pada haminjon dairi buahnya berbiji
agak bulat.
- Haminjon toba daunnya lebih besar dari
haminjon dairi.
- Haminjon toba tingginya mencapai
15 sampai dengan 20 meter sedangkan
pada haminjon dairi tinggi tanamannya
mencapai 10 s/d 15 meter.
- Haminjon toba cabang (rantingnya)
menjulang ke atas membentuk sudut
kira-kira 600 dengan batang tanaman
sedangkan
pada
haminjon
dairi
cabangnya tumbuh mendatar.
Indonesia merupakan salah satu negara
penghasil kemenyan terbesar di dunia
Dalam dunia perdagangan dikenal dua
macam mutu kemenyan yaitu:
Tujuan Penelitian
Untuk memisahkan sinamil alkohol dari
kemenyan sumatera (Styrax benzoin)
dengan sistem campuran dua pelarut yakni
n-heksana dan isopropil alkohol dengan
beberapa perbandingan pada temperatur
60 ± 3 0C.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi bahwa sinamil
alkohol dapat dipisahkan dari kemenyan
sumatera dengan metode campuran dua
pelarut pada temperatur 60 ± 3 0C dalam
hubungannya dengan peningkatan nilai
tambah kemenyan sumatera.
74
Juliati Br. Tarigan
Mimpin Ginting
-
Kemenyan sumatera (Sumatera benzoin)
Kemenyam siam (Siam benzoin)
Kemenyan sumatera diperoleh dari pohon
Styrax benzoin Dryand dan diperdagangkan
dalam bentuk bongkahan. Kemenyan siam
diperoleh dari pohon Styrax tonkinensis
Craib dan diperdagangkan dalam bentuk
butiran seperti krikil, perbedaan utama
antara
kemenyan
sumatera
dengan
kemenyan siam adalah adanya kandungan
asam sinamat dalam kemenyan sumatera,
sedangkan dalam kemenyan siam terutama
mengandung asam benzoat.
Kemenyan sumatera terutama dihasilkan di
Tapanuli Utara dan sedikit di daerah Dairi
(Sumatera
Utara)
dan
Palembang
(Sumatera Selatan). Dengan demikian di
Sumatera dikenal dua jenis kemenyan
yaitu: kemenyan tapanuli dan kemenyan
palembang. Perbedaan utama antara
kemenyan tapanuli dengan kemenyan
palembang adalah:
- Adanya kandungan asam sinamat dalam
kemenyan tapanuli sedangkan kemenyan
palembang tidak ada atau hanya sedikit
sekali mengandung zat tersebut.
- Sebaliknya
kemenyan
palembang
mengandung lebih banyak asam benzoat
sedangkan dalam kemenyan tapanuli
sedikit sekali mengandung zat tersebut
(Darwin,1996).
Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN
Volume 17 (5) 2005
-
-
-
-
Kualitas III. Kemenyan “jurur” atau
“Jarir” yaitu:
jenis kemenyan yang
sudah
bercampur
dengan
kulit
kemenyan
atau
kotoran
lainnya,
berwarna coklat dan adakalanya
berbintik-bintik putih atau kuning.
Kualitas IV. Kemenyan “tahir” biasanya
dicampur atau disamakan mutunya
dengan jenis jurur, warnanya sama
dengan kemenyan kualitas III.
Kualitas V. Kemenyan “barbar” yaitu
kulit kemenyan yang dikumpulkan
sedikit demi sedikit sewaktu melakukan
pembersihan.
Kualitas VI. Kemenyan “abu” yaitu sisasisa yang berasal dari getah kemenyan
dari semua kualitas, bentuk dan warnanya seperti abu pasir (Darwin, 1996).
2.
Komposisi Kimia yang Terkandung
dalam Kemenyan
Kemenyan yang merupakan senyawa
benzoin dikenal dua jenis yakni kemenyan
siam (Styrax tonghinase) dan kemenyan
sumatera (Styrax benzoin). Kemenyan siam
kaya akan kandungan benzoat bebas 12%,
koniferil benzoat dan sinamil sinamat 60-80%,
vanilin 0,3%.
COOH
Asam Benzoat
OH
Kualitas dan Komposisi Senyawa Kimia
yang Terkandung dalam Kemenyan
1. Kualitas Kemenyan
Penggolongan mutu kemenyan pada tingkat
pedagang dapat dilakukan dengan melihat
tingkat
proses
pengeringan
dan
pembersihan serta sortasi dari kemenyan
itu sendiri. Kualitas dari kemenyan dapat
dibagi sebagai berikut:
- Kualitas I. Kemenyan “mata kasar” atau
“sidungkapi” yaitu: kristal/bongkahan
kemenyan berwarna putih kekuningkuningan berdiameter lebih besar dari 2
cm.
- Kualitas II. Kemenyan “mata kasar”
yaitu: kemenyan berwarna putih sampai
putih kekuning-kuningan berdiameter
antara 1-2 cm.
75
OCH3
C
O
H
Vanilin
OCH3
O
O
Koniferil Benzoat
OH
Juliati Br. Tarigan
Mimpin Ginting
Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN
Volume 17 (5) 2005
Sedangkan pada kemenyan sumatera
terdapat dalam bentuk asam sinamat bebas
10%, sedikit asam benzoat (2-3%), koniferil
benzoat, koniferil sinamat dan sinamil
sinamat sebanyak 70-80% (Sthal, 1985).
COOH
Asam Sinamat
OCH3
O
OH
O
Koniferil Sinamat
O
O
Sinamil Sinamat
Sinamil alkohol dapat diperoleh dari hasil
hidrolisa styrax benzoin yang merupakan
bahan pewangi yang berbau floral. Seperti
diketahui bahwa asam sinamat adalah
merupakan precursor dari pembentukan
senyawa p-hidroksi sinamil alkohol (Wells
dan Billot, 1975). Ketiga senyawa di bawah
ini
merupakan
building
unit
dari
pembentukan lignin yang terikat bersama
selulosa pada serat kayu (Systrom, 1981).
OH
O
Sinamil Alkohol
OH
OH
Koniferil Alkohol
OH
OCH3
OH
p-Hidroksi Sinamil Alkohol
Sinamil Alkohol
Sinamil alkohol juga dikenal sebagai
sinamik alkohol. Sinamil alkohol memiliki
aroma yang menyenangkan dan sejuk yang
mirip dengan aroma bunga-bungaan, di
mana dapat dimanfaatkan sebagai bagian
penyusun parfum dan zat pengikat pada
formulasi parfum. Kemenyan merupakan
sumber utama dalam memperoleh sinamil
alkohol yang mana terdapat dalam jumlah
yang besar sebagai sinamil sinamat. Ester
sinamil sinamat juga dapat ditemukan pada
balsam peru dan hondura dan pada minyak
diperoleh dari kulit kayu Cinnamonum
Cassia yang tumbuh luas di Pantai Barat
India.
Adapun sifat-sifat sinamil alkohol adalah
merupakan padatan yang berwarna putih
atau kekuningan dengan titik didih 257,5 0C,
larut dalam pelarut organik, dapat
digunakan secara bebas pada semua jenis
formulasi parfum. Secara umum sinamil
alkohol dapat diperoleh melalui reaksi
saponifikasi sinamil sinamat (Styracin),
yang kemudian diekstraksi dengan pelarut
organik. Secara sintetik dapat dihasilkan
dengan cara reduksi senamaldehida,
namun sinamil alkohol yang dihasilkan
secara sintetik masih memiliki aroma
sinamaldehida yang menusuk atau tajam
dan oleh karena itu sinamil alkohol alami
yang diperoleh dari hasil hidrolisis styrax
masih tetap dipertimbangkan.
Senyawa sinamil alkohol dan esternya yaitu
sinamil asetat secara luas dimanfaatkan
pada industri sabun dan parfum. Aroma
sinamil alkohol mengingatkan kita pada
aroma bunga bakung dan karena aromanya
yang sejuk dan tahan lama sehingga sangat
luas digunakan pada sabun dan kosmetik
sebagai fragrance. Pada industri parfum
digunakan dengan aroma yang berbeda
pada jenis lilac, rose, mughet, jasmine,
76
Juliati Br. Tarigan
Mimpin Ginting
carnation dan lain sebagainya (Gupta,
1975).
Komposisi Kimia Parfum
Pada umumnya parfum mengandung tiga
macam komponen, yaitu:
1. Zat pewangi (Odoriferous substances)
2. Zat pengikat (fixative) dan
3. Bahan pelarut atau pengencer (diluent)
Parfum yang terbuat dari minyak atsiri
(parfum alamiah) mengandung campuran
beberapa macam zat pewangi sedangkan
parfum sintetis atau semi sintetis hanya
terdiri dari satu macam zat pewangi.
1. Zat pewangi (odoriferous substance)
Komponen terdiri dari persenyawaan kimia
yang menghasilkan bau wangi yang
diperoleh dari minyak atsiri atau dihasilkan
secara sintetis. Persenyawaan tersebut
terdiri dari alkohol, ester, aldehida, keton,
senyawa organik, lakton, amin, dan oksida
yang berbau wangi.
2. Zat Pengikat (fixative)
Pada umumnya larutan zat pewangi dalam
alkohol lebih dapat menguap dari alkohol,
sehingga wangi parfum cepat hilang. Untuk
menghindari kejadian ini maka ke dalam
larutan parfum perlu ditambahkan zat
pengikat (fixative). Zat pengikat adalah
suatu persenyawaan yang memiliki daya
menyerap yang lebih rendah dari zat
pewangi atau minyak atsiri dan dapat
menghambat atau mengurangi kecepatan
penguapan zat pewangi yang mempunyai
titik uap lebih tinggi dari titik uap zat
pewangi. Zat pengikat yang ideal dan baik
digunakan memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
- Larut sempurna dalam etanol, minyak
atsiri dan persenyawaan aromatik
berwujud cair.
- Mudah
digunakan
dalam
parfum
beralkohol (alkoholic perfume) dan
bahan berupa bubuk atau padatan
misalnya, bedak, sabun dan jenis
parfum lainnya.
- Mengurangi daya menyerap parfum dan
menghasilkan campuran bau parfum
yang harmonis.
77
Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN
Volume 17 (5) 2005
-
Berada dalam keadaan murni sehingga
efektif jika digunakan dalam jumlah
kecil.
Pada umumnya zat pengikat yang
digunakan dapat berasal dari bahan nabati
(vegetable fixative), bahan hewani (animal
fixative) dan zat fiksatif yang dibuat secara
sintetis (syntetic fixative).
-
-
-
Zat Pengikat Nabati
Zat pengikat nabati yang digunakan
umumnya berasal dari golongan gum
resin, lilin atau beberapa jenis minyak
atsiri yang bertitik didih tinggi. Zat
pengikat berupa resinoit golongan gum
cukup baik digunakan misalnya seperti
kemenyan, galbanum, myrk, opopanax,
labdanum, dan golongan balsem
misalnya tolu, peru, styrax dan
sebagainya.
Zat Pengikat Hewani
Beberapa macam zat berbau wangi,
merupakan hasil sekresi kelenjar pada
binatang tertentu dan zat tersebut
mempunyai daya fiksasi terhadap bau.
Zat pengikat yang berasal dari hewani
merupakan zat pengikat yang mahal,
dan beberapa contoh yang telah dikenal
dalam
perdagangan
antara
lain
“ambergris”, “castoreum”, “civet” dan
“musk”.
Zat Pengikat Sintetis
Beberapa macam persenyawaan ester
sintetis yang tidak berbau dan bertitik
didih tinggi dapat digunakan sebagai zat
pengikat. Sebagai contoh gliseril asetat
(titik didih 259 0C), etil ftalat (titik didih
295 0C) dan benzil benzoat (titik didih
0
C).
Beberapa
macam
323
persenyawaan sintetis lainnya yang
dapat digunakan sebagai zat pengikat
adalah amil benzoat, feniletil asetat,
asetofenon,
benzofenon,
vanilin,
coumarin, hellotropin. Zat pengikat ideal
digunakan dalam campuran parfum
adalah zat pengikat yang mempunyai
bau harum dan larut sempurna dalam
alkohol.
Juliati Br. Tarigan
Mimpin Ginting
3. Bahan Pelarut atau Pengencer
Bahan pelarut atau pengencer yang baik
digunakan adalah etil alkohol (C2H5OH).
Fungsi bahan pengencer adalah untuk
menurunkan konsentrasi zat pewangi dalam
parfum sampai pada konsentrasi tertentu,
sehingga
dihasilkan
parfum
dengan
intensitas bau wangi yang dikehendaki
(Ketaren, 1985).
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat eksperimen laboratorium
yang dilakukan di Laboratorium Kimia
Organik FMIPA USU Medan. Untuk
memisahkan sinamil alkohol dari kemenyan
sumatera dilakukan prosedur sebagai
berikut:
Persiapan Bahan
Kemenyan
yang
digunakan
adalah
kemenyan sumatera (Styrax benzoin) yang
diperoleh dari pedagang kemenyan di
Kotamadya
Medan
(Pusat
Pasar).
Kemenyan tersebut dijemur di panas
matahari hingga kering dan getas lalu
digiling dengan mortir sampai berbentuk
serbuk yang halus. Serbuk tersebut dijemur
kembali hingga betul-betul kering.
Pemisahan
Sinamil
Alkohol
dari
Kemenyan
Kemenyan yang telah halus ditimbang
sebanyak 140 gram kemudian dilarutkan
dalam etanol sebanyak 1,5 liter. Larutan
tersebut disaring kemudian dipekatkan
dengan alat rotary evaporator sampai
700 ml. Filtrat yang pekat direaksikan
dengan 400 ml KOH 15% sampai terbentuk
garam. Campuran ini kemudian direfluks
selama 3 jam dengan menggunakan
pemanas air dan hasil reaksi selanjutnya
diuapkan dengan rotary evaporator. Residu
yang
diperoleh
dikeringkan
pada
temperatur 50-60 0C, selanjutnya ditumbuk
sampai halus dan diekstraksi dengan
campuran pelarut n-heksana : isopropil
alkohol dengan perbandingan 100 : 0
(vol/vol) ; 75 : 25 (vol/vol) ; 50 : 50 (vol/vol) ;
25 : 75 (vol/vol) dan 0 : 100 (vol/vol) pada
temperatur 60±3 0C.
Ekstrak yang
diperoleh dari masing-masing perbandingan
Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN
Volume 17 (5) 2005
dipekatkan, kemudian rendemen sinamil
alkohol ditentukan dengan gravimetri.
Sinamil alkohol yang diperoleh ditentukan
strukturnya
dengan
spektrofotometer
FT-IR dan 1H-NMR.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pemisahan sinamil alkohol dari kemenyan
sumatera (Styrax benzoin) dengan sistem
campuran dua pelarut yakni n-heksana dan
isopropil alkohol dengan perbandingan
tertentu pada temperatur 60 ± 3 0C telah
dapat
dilakukan
namun
demikian
persentase berat sinamil alkohol yang
diperoleh belum dapat ditentukan dengan
pasti karena masih ada senyawa garam
yang ikut larut. Selanjutnya berdasarkan
hasil analisa spektroskopi FT-IR seperti
pada lampiran I, memberikan puncakpuncak serapan pada daerah bilangan
gelombang 3417 cm-1, 2931 cm-1, 1639 cm1
, 1612 cm-1, 1542 cm-1, 1454 cm-1, 1388
cm-1, 1245 cm-1, 968 cm-1 dan 694 cm-1.
Hasil analisa spektroskopi resonansi
magnet inti proton pada lampiran II terdapat
tiga lingkungan kimia proton yakni pada
pergeseran kimia 1,3 ppm; 3,8 ppm; dan
7,3 ppm.
Pembahasan
Sinamil alkohol yang terdapat pada
kemenyan sumatera (Styrax benzoin) dapat
dipisahkan dengan sistem campuran dua
pelarut yakni n-heksana dan isopropil
alkohol dengan perbandingan tertentu pada
temperatur 60 ± 3 0C namun demikian
persentase berat sinamil alkohol yang
diperoleh belum dapat ditentukan dengan
pasti karena masih ada senyawa garam
yang ikut larut hal ini disebab karena
adanya
proses
pemanasan
pada
temperatur 60 ± 3 0C pada saat proses
pemisahan, untuk menanggulangi hal ini
perlu
dilakukan
proses
pemurnian
selanjutnya. Dari berbagai perbandingan
pelarut
yang
digunakan
di
mana
perbandingan n-heksana: isopropil (100:0)
tidak menghasilkan sinamil alkohol atau
dengan kata lain bahwa pemisahan sinamil
alkohol tidak dapat dilakukan dengan
pelarut organik n-heksana.
Dari hasil analisa dengan alat spektrofotometer
FT-IR
pada lampiran I memberikan
78 Juliati Br. Tarigan
Mimpin Ginting
puncak-puncak serapan sebagai berikut:
puncak serapan pada bilangan gelombang
3417 cm-1 menunjukkan vibrasi streching
OH yang membuktikan adanya gugus OH
dari alkohol yang didukung oleh puncak
serapan pada bilangan gelombang 1388 cm-1
menunjukkan vibrasi streching OH dalam
bidang dan pada 694 cm-1 menunjukkan
vibrasi streching OH di luar bidang serta
puncak serapan pada bilangan gelombang
1245 cm-1 menunjukkan vibrasi streching
C-O yang membuktikan adanya ikatan
C-OH dari alkohol.
Puncak serapan pada bilangan gelombang
1639 cm-1 menunjukkan vibrasi streching
asimetris C=C aromatis dan pada puncak
serapan 1542 cm-1 menunjukkan vibrasi
streching asimetris untuk C=C aromatis.
Puncak serapan pada bilangan gelombang
1612 cm-1 menunjukkan vibrasi C=C olefin
yang terdapat di luar cincin benzen. Puncak
serapan pada bilangan gelombang 1454 cm-1
menunjukkan vibrasi C-H olefin dalam
bidang yang didukung oleh puncak serapan
pada 980 cm-1 merupakan vibrasi C-H
olefin di luar bidang. Puncak serapan pada
bilangan
gelombang
2931
cm-1
3
menunjukkan vibrasi streching C-H sp dari
CH2 (metilen).
Hasil analisa dengan alat spektrofotometer
resonansi magnet inti proton pada lampiran
II menunjukkan beberapa pergeseran kimia
yaitu: pergeseran kimia pada 7,3 ppm
menunjukkan proton yang terdapat pada
cincin aromatis atau membuktikan adanya
gugus aromatis pada senyawa tersebut.
Pergeseran kimia pada 1,3 ppm dan pada
3,8 ppm belum dapat ditentukan dengan
pasti proton-proton yang mana yang
terdapat pada pergeseran kimia tersebut,
untuk proton-proton yang terikat pada atom
karbon di luar cincin aromatis, hal ini
disebabkan karena kemungkinan ada
puncak-puncak yang tidak muncul oleh
karena sampel yang digunakan pada saat
analisa terlalu sedikit sehingga pergeseran
kimia untuk proton yang terdapat pada OH
alkohol sulit untuk diprediksi karena
berdasarkan literatur proton dari OH alkohol
terdapat pada pergeseran kimia 0,5 – 5,0
ppm (Bremann, 1983).
79
Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN
Volume 17 (5) 2005
D. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sinamil alkohol yang terkandung pada
kemenyan sumatera dapat dipisahkan
dengan cara reaksi penyabunan yang diikuti
dengan ekstraksi menggunakan campuran
dua pelarut n-heksana dan isopropil
alkohol.
Ekstraksi
dengan
campuran
pelarut
n-heksana: isopropil (100:0) atau hanya
n-heksana tidak menghasilkan sinamil
alkohol.
Saran
Untuk dapat menentukan persentase berat
sinamil alokohol yang diperoleh maka perlu
dilakukan prosedur lanjutan atau tambahan
untuk mendapatkan sinamil alkohol yang
lebih murni serta modifikasi metode yang
digunakan.
E. DAFTAR PUSTAKA
Ginting, M dan A. Ginting., (1997),
“Transformasi Asam Sinamat Hasil
Isolasi dari Kemenyan Sumatera
(Styrax benzoin)
Menjadi n-propil
Sinamat”, Laporan penelitian, FMIPA –
USU, Medan.
Ketaren, S., (1985), “Pengantar Teknologi
Minyak Atsiri”, PN, Balai Pustaka,
Jakarta.
Meloan,
C.
E.,
(1999),
“Chemical
Separations: Principles, Techniques
and Experiments”, Jhon Willey and
Sons, Inc. New York.
Panjaitan, R. S., (1999), “Pembuatan
Isopropil Sinamat dari Kemenyan
Sumatera (Styrax benzoin) Secara
Alkoholisis dengan Isopropil Alkohol”,
Skripsi Jurusan Kimia, FMIPA – USU,
Medan
Siahan, N., (1993), “Pemanfaatan Asam
Sinamat yang Bersal dari Kemenyan
Sumatera (Styrax benzoin) sebagai
Sumber Pembuatan Ester n-propil dan
Etil Sinamat”, Skripsi Jurusan Kimia
FMIPA-USU, Medan.
Juliati Br. Tarigan
Mimpin Ginting
Silverstein, R.M., G. Clayton Bassler dan T.
C. Morril, (1981), “Spectrometric
Identification of Organic Compounds”,
Fourth Edition, John Willey & Sons,
Inc., New York
Sinaga, E., (1985),”Hubungan Klasifikasi
Mutu
dengan
Komponen
Kimia
Kemenyan”, Medan.
Sthal, E., (1985), “Analisa Obat secara
Kromatografi Mikroskopi”, Alih Bahasa
Padmawinata, K., Sudiro, I dan
Niksolihin, S., ITB Bandung.
Sudjadi, (1988), “Metode Pemisahan”,
Kanisius, Jakarta.
Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN
Volume 17 (5) 2005
Tarigan, D., (1995), “Pembuatan Bahan
Pewangi Sinamil Asetat dari Hasil
Reaksi Transformasi Sinamil Sinamit
yang Dikandung Kemenyan Sumatera
(Styrax benzoin)”, Skripsi jurusan kimia
FMIPA-USU, Medan.
Wells, T.V, and M. Billot., (1975),
“Perfumery Tecnology”, 2 nd edition,
Jhon Wiley and Sons, New York.
80 
Download