Ekawati et al./ Biopsychosocial and Institutional Factors Associated Biopsychosocial and Institutional Factors Associated with Exclusive Breastfeeding among Working Mothers in Klaten, Central Java Desi Ekawati1), Harsono Salimo2), Bhisma Murti 1) 1) Masters Program in Public Heath, Sebelas Maret University of Pediatrics, Dr. Moewardi Hospital, Surakarta 2Department ABSTRACT Background: Breast milk has an important role in health maintenanceand survival of infants. It is acknowledged as the best food for infant. The World Health Organization has recommended exclusive breastfeeding (EBF) for infants until 6 months of age. However, many working mothers did not provide EBF to their infants. This study aimed to examine biopsychosocial and institutional factors associated with exclusive breastfeeding among working mothers, using health belief model and PRECEDE-PROCEED model. Subjectsand Method:This study was observational analytic with cross sectional design. It was conductedin Klaten District, Central Java,from March to April, 2017. Asample of 120working motherswas selected for this study by simple random sampling.The dependent variable was exclusive breastfeeding. The independent variables were maternal education, perceived benefit, perceived barrier, self efficacy, family support, health personnel support, and availability of lactation room at workplace. The data were collected by a pre-tested questionnaire. Logistic regression was employed for data analysis. Results:Maternal education(OR=4.2; 95% CI= 1.09 to 11.51;p=0.001), availability of lactationroomat workplace (OR=4.11;95% CI= 1.21 to 14.29; p=0.001), family support (OR=6.25; 95% CI= 1.45 to 15.96; p<0.001), health personnel support (OR=3.76; 95% CI= 1.43 to16.06;p=0.002),perceived benefit (OR=2.30;95% CI= 1.09 to 12.87; p=0.044),self-efficacy (OR=3.57;95% CI= 1.21 to 14.29;p=0.002)had positive effect on EBF. Perceived barrier(OR=0.18; 95% CI= 0.64 to0.76;p<0.001) had negative effect on the provision of EBF. Conclusion: Maternal education, availability of lactation room at workplace, family support, health personnel support, perceived benefit, self-efficacy have positive effect on EBF. Perceived barrier has negative effect on the provision of EBF among working mothers. Keywords:biopsychosocial factors, exclusive breastfeeding, PRECEDE-PROCEED model, health belief model Correspondence: Desi Ekawati. Masters Programin Public Heath, Sebelas Maret University, Jl. Ir. Sutami 36 A, Surakarta, Central Java. Email: [email protected]. Mobile: +6285725123320. LATAR BELAKANG ASI memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan dan kelangsungan hidup bayi karena ASI merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, ASI merupakan nutrisi ideal untuk bayi karena mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan mengandung zat perlindungan berbagai penyakit. (Febriyani, Rohsiwanto dan Hendarto 2014).Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) menyarankan untuk bayi hanya di susui dengan ASI selama 6 bulan. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). 197 Journal of Health Promotion and Behavior (2017), 2(3): 197-206 https://doi.org/10.26911/thejhpb.2017.02.03.01 Pemerintah mendukung program ASI eksklusif dengan adanya peraturan yang terkait dengan dukungan terhadap ASI eksklusif antara lain UU Nomor 36/2009 tentang kesehatan pada pasal 128 ayat 2 berisi tentang pemeberian ASI, dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, dan pemerintah daerah kepada ibu dengan penyediaan waktu dan fasilitas, dan juga penyediaan fasilitas ruang laktasi di tempat kerja dan tempat sarana umum. Pemerintah memberikan kebijakan tentang pentingnya ASI. Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.450/Menkes/SK/IV/2004. Upaya mendukung Program ASI Eksklusif Pemerintah Kabupaten Klaten khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten menjadikan ASI sebagai Program Utama Kabupaten Klaten. Capaian ASI Eksklusif Kabupaten Klaten pada tahun 2014 sebesar 81.4 % (terdapat 6,716 bayi yang diberi ASI Eksklusif dari jumlah bayi usia 0-6 bulan sejumlah 8,249 bayi) (Dinkes Kabupaten Klaten 2015). Di Kabupaten Klaten masih terdapat ibu yang belum memberikan ASI secara eksklusif, beberapa masalah tentang keberhasilan ASI eksklusif antara lain kurangnya pengetahuan ibu menyusui tentang manfaat ASI eksklusif, kurangnya dukungan keluarga dan tenaga kesehatan, lingkungan tempat kerja yang tidak mendukung program ASI eksklusif (Roekmito, 2014). Ibu bekerja yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya perlu pengetahuan yang cukup, dukungan keluarga serta terdapat ruangan pojok laktasi/ ruang laktasi yang dapat digunakan ibu bekerja dalam memerah dan menyimpan ASI (IDAI, 2013) Pada ibu yang bekerja, singkatnya masa cuti hamil/melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir sudah harus kembali 198 bekerja. Hal ini mengganggu upaya pemberian ASI eksklusif. Penelitian Putri et al.,(2015) bahwa ibu yang bekerja di pabrik yang memberikan ASI eksklusif hanya 5 orang (8.1%) (Depkes RI, 2005). Tetapi bagi ibuyang bekerja dapat tetap memberikan ASI eksklusif kepada bayi melalui ASI perah. Cara ini membutuhkan motivasi dan kesabaran untuk menjalankannya (Susanti, 2011) Teori “Precede Procede” yang dikembangkan oleh Green dan kreuter (2005), tentang factor yang mempengaruhi perilaku antara lain predisposing factors, reinforcing factors, enabling factors.Perilaku pemberian ASI eksklusif terdapat faktor yang mempengarui antara lain lain prediposing factors (pengetahuan, sikap, nilai nilai, budaya dan tingkat pendidikan), reinforcing factors (dukungan keluarga dan dukungan dari tenaga kesehatan), enabling factors(fasilitas ruang laktasi). Dukungan keluarga dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu selama menyusui, dan sangat berperan dalam kelancaraan proses menyusui dan pemberian ASI. Keberhasilan ibu dalam pemberian ASI eksklusif salah satunya ditentukan oleh faktor dukungan keluarga. (Anggorowati dan Nuzulia, 2013) faktor yang mempengaruhi ASI eksklusif antara lain faktor ibu antara lain umur, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, antenatal care (Asemhagn, 2016). Model perubahan perilaku Health Belief Model (Rosenstock 1966 dalam Sulaeman, 2016) yaitu model yang menjelaskan adanya pengetahuan seseorang terhadap ancaman kesehatan dan pemahaman terhadap perilaku yang disarankan untk mencegah atau mengatasi masalah kesehatan. Teori HBM terdiri dari lima unsur utama yaitu persepsi individu terhadap suatu penyakit/ (perceived susceptibility), pandangan individu tentang berate-ISSN: 2549-1172 (online) Ekawati et al./ Biopsychosocial and Institutional Factors Associated nya penyakit (perceived seriousness), persepsi individu tentang makin besarnya hambatan (perceived threat), persepsi individu tentang manfaat dan hambatan, dan cues of action (self efikasi). Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi efikasi diri, persepsi manfaat dan hambatan hal ini di dukung oleh penelitian Wardani, 2012 tentang efikasi diri dalam pemberian ASI eksklusif SUBJEK DAN METODE 1. Desain Penelitian Desain studi penelitian yang digunakan yaitu analitik observasional,dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan di Puskesmas wonosari I dan puskesmas delanggu Maret-April 2017. 2. Populasi dan Teknik Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang bekerja di wilayah Kabupaten Klaten yang memiliki bayi usia 6-12 bulan. Pengambilan sampel menggunakan simpel random sampling untuk menentukan jumlah proporsi subjek penelitian. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 120 subjek. 3. Variabel Penelitian Terdapat delapanvariabel dalam penelitian ini, yang terdiri dari variabel independen dan dependen. Variabel inde-penden yaitu, dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, tingkat pendidikan, ketersediaan ruang laktasi, persepsi manfaat, persepsi hambatan dan efikasi diri. Variabel dependen yaitu pemberian ASI eksklusif. 4. Definisi Operasional Variabel Dukungan keluarga di definisikan berbagai bentuk dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga (suami, orangtua, mertua, ipar dan sebagainya) kepada ibu terhadap pemberian ASI eksklusif. Dukungan tenaga kesehatan, adalah berbagai bentuk dukungan yang diberikan oleh tenaga keshatan (Bidan, Perawat, Dokter) kepada ibu terhadap pemberian ASI eksklusif. Tingkat pendidikan didefinisikan pendidikan formal terakhir yang dicapai oleh ibu sampai mendapatkan ijazah.Ketersediaan ruang laktasi, didefinisikan ketersediaan fasilitas ruang laktasi yang mendukung pemberian ASI pada ibu bekerja Persepsi manfaat, didefinisikan efektifitas kepercayaan ibu terhadap tindakan pemberian ASI eksklusif agar mengurangi risiko pada bayi. Terhadap suatu penyakit/ ancaman. Persepsi hambatan di definisikan Individu/ibu akan merasakan hambatan ketika melaksanakan pemberian ASI eksklusif misal dalam pertimbangan pengalaman/ konsekwensi negatif, pengetahuan, biaya, psikologis/fisik. Efikasi diri di definisikan keyakinan ibu pada pemberian ASI pada bayinya. Pemberian ASI eksklusif didefinisikan Pemberian ASI kepada bayi selama 6 bulan tanpa minuman dan makanan tambahan lain kepada bayinya kecuali obat dan vitamin. 5. Uji Reliabilitas Berdasarkan hasil uji reliabilitas korelasi item-total didapatkan bahwa pada pengukuran variabel dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, tingkat pendidikan, ketersediaan ruang laktasi, persepsi manfaat, persepsi hambatan dan efikasi diriyaitu r hitung ≥0.25 dan alpha Cronbach ≥0.75, sehingga semua butir pertanyaan dinyatakan reliabel. 6. Analisis data Analisis data kuantitatif univariat dilakukan untuk menampilkan data karak-teristik dan deskriptif variabel penelitian, analisis bivariat untuk menganalisis penga-ruh variabel eksogen terhadap variabel endogen menggunakan uji Chi-Square, dan analisis multivariat dengan analisis regresi logistik digunakan untuk memprediksi variabel 199 Journal of Health Promotion and Behavior (2017), 2(3): 197-206 https://doi.org/10.26911/thejhpb.2017.02.03.01 dependen dari beberapa variabel independen. HASIL Dimensi karakteristik 120 subjek penelitian dari 3 sekolah dilihat menurut umur, pendidikan ibu. Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 120 subjek penelitian diketahui Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik Usia (tahun) Pendidikan Ibu Kategori <20 tahun 20-35 tahun ≥35 tahun SD/SMP SMA/SMK Diploma/Sarjana jenis kelamin Usia subjek penelitian didapatkan 11.7% berusia <20 tahun, 62.5% berusia 20-35 tahun dan 25.8 % berusia ≥35 tahun. Pendidikan 30.8% diploma/sarjana, 43.4% berpendidikan SMA/ SMK, 25.8% berpendidikan SMP/SD. N 14 75 31 31 52 37 % 11.7 62.5 25.8 25.8 43.4 30.8 Hasil statistik deskriptif data kon-tinu faat, persepsi hambatan,efikasi diri,dan yang berupa dukungan keluarga, dukungan pemberian ASI ekskusif dapat dilihat pada tenaga kesehatan, tingkat pendidikan, Tabel2. ketersediaan ruang laktasi, persepsi manTabel 2. Analisis univariat variabel penelitian Variabel Tingkat pendidikan Ketersediaan ruang laktasi Dukungan keluarga Dukungan tenaga kesehatan Persepsi manfaat Persepsi hambatan Efikasi diri Pemberian ASI eksklusif Tabel 2 menunjukkan bahwa masingmasing variabel memiliki keberagaman data yang relatif kecil. Mean menggambarkan nilai rata-rata, sedangkan nilai standard deviation (SD) menggambarkan seberapa jauh bervariasinya data. Nilai SD yang kecil merupakan indikasi bahwa data representatif. Tabel 3 menunjukkan bahwa pendidikan (OR=4.2; CI 95%= 1.79 hingga9.85; p=0.001), ketersediaan ruang laktasi (OR=4.11; CI 95%= 1.74 hingga 9.72; p=0.001), dukungan keluarga (OR=6.25; CI 95%= 2.56 hingga 15.27; p<0.001), dukung- 200 n 120 120 120 120 120 120 120 120 Mean 1.74 1.56 43.53 39.68 53.31 40.75 55.71 1.73 SD 0.44 0.5 5.79 6.71 4.83 4.62 7.03 0.44 Min. 1 1 27 25 33 30 35 1 Maks. 2 2 58 55 63 54 70 2 an tenaga kesehatan (OR=3.76; CI 95%= 1.61 hingga 8.78; p=0.002), persepsi manfaat (OR=2.30; CI 95%= 1.01 hingga 5.25; p=0.044), efikasi diri (OR=3.57; CI 95%= 1.53 hingga 8.31; p=0.002) memiliki pengaruh positif terhadap pemberian ASI eksklusif. Persepsi hambatan berpengaruh menurunkan pemberian ASI eksklusif (OR=0.18; CI 95%= 0.07 hingga 0.45; p<0.001). Hal ini menunjukkan semakin tinggi pendidikan, adanya ruang laktasi, dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, persepsi manfaat dan efikasi diri ibu maka e-ISSN: 2549-1172 (online) Ekawati et al./ Biopsychosocial and Institutional Factors Associated semakin ibu meberikan ASI secara eksklusif arga, dukungan tenaga kesehatan, persepsi eksklusif. Sebaliknya dengan adanya permanfaat, persepsi hambatan, dan Efikasi sepsi hambatan akan menghambat pemdiri mempengaruhi pemberian ASI berian ASI eksklusif. eksklusif. Melalui Tabel 4 dapat diketahui bahwa pendidikan, ruang laktasi dukungan keluTabel 3. Analisis bivariat Chi Square variabel tingkat pendidikan, ketersediaan ruang laktasi, dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, efikasi diri dan pemberian ASI eksklusif Variabel Pendidikan Ruang laktasi Dukungan keluarga Dukungan Tenaga kesehatan Persepsi manfaat Persepsi hambatan Efikasi diri Rendah Tinggi Tidak ada ruang laktasi Ada Ruang laktasi Tidak mendukung Mendukung Tidak mendukung Mendukung Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Pemberian ASI eksklusif Tidak ASI ekslusif eksklusif n % n % 20 44.4% 25 56.6% 12 16% 63 84% 17 47.2% 19 52.8% CI 95 % OR Batas bawah Batas atas p 4.2 1.79 9.85 0.001 4.11 1.74 9.72 0.01 15 17.9% 69 82.1% 18 54.5% 15 45.5% 6.25 2.56 15.27 <0.001 14 20 16.1% 42.6% 73 27 83.9% 57.4% 3.76 1.61 8.78 0.002 14 17 15 8 24 20 12 16.1% 37% 20.3% 12.3% 43.6% 41.7% 26.7% 73 29 59 57 31 28 60 83.9% 63% 79.7% 87.7% 56.4% 58.3% 83.3% 2.30 1.01 5.25 0.044 0.18 0.07 0.45 <0.001 3.57 1.53 8.31 0.002 Terdapat hubungan positif dan signikemungkinan 3 kali lebih besar memberifikan antara pendidikan ibu dengan pemkan ASI eksklusif dari pada ibu dengan berian ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan pendidikan rendah (OR=3.55;CI95%=1.09 ibu yang memiliki pendidikan tinggi hingga 11.51;p=0.035). Tabel 4. Hasil regresi logistik terhadap pemberian ASI eksklusif Variabel Independen Pendidikan Ruang laktasi Dukungan keluarga Dukungan tenaga kesehatan Persepsi manfaat Persepsi hambatan Efikasi diri N observasi -2 log likehood Nagelkerke R Square p=0.005 OR 3.55 4.15 4.82 4.79 3.7 0.22 4.13 120 80.30 56% CI (95%) Batas bawah Batas atas 1.09 11.51 1.21 14.29 1.45 15.96 1.43 16.06 1.09 12.87 0.64 0.76 1.21 14.07 p 0.035 0.023 0.010 0.011 0.036 0.017 0.023 201 Journal of Health Promotion and Behavior (2017), 2(3): 197-206 https://doi.org/10.26911/thejhpb.2017.02.03.01 Terdapat hubungan positif dan signifikan antara ketersediaan ruang laktasi dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan ibu bekerja dengan adanya ruang laktasi kemungkinan 4 kali lebih besar memeberikan ASI eksklusif dari pada ibu bekerja tanpa adanya ruang laktasi (OR=4.15; CI95%=1.21 hingga 14.29;p= 0.023). Terdapat hubungan positif dan signifikan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan ibu dengan dukungan keluarga kemungkinan 4 kali lebih besar memberikan ASI eksklusif dari pada ibu tanpa adanya dukungan keluarga (OR=4.82;CI95%=1.45 hingga 15.96;p=0.010). Dukungan tenaga kesehatan, terdapat hubungan positif dan signifikan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan ibu dengan dukungan tenaga kesehatan kemungkinan 4 kali lebih besar memeberikan ASI eksklusif dari pada ibu tanpa adanya dukungan keluarga (OR=4.79;CI95%= 1.43 hingga 16.06;p=0.011). Persepsi manfaat, terdapat hubungan positif dan signifikan antara persepsi manfaat dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan ibu dengan persepsi manfaat tinggi kemungkinan 3 kali lebih besar memeberikan ASI eksklusif dari pada ibu persepsi manfaat rendah (OR=3.7;CI95%=1.09 hingga 12.87; p=0.036). Persepsi hambatan, terdapat hubungan negatif dan signifikanantara persepsi hambatan dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan ibu dengan persepsi hambatan tinggi kemungkinan 1/5 kali lebih rendah memeberikan ASI eksklusif (OR=0.22;CI95%=0.64 hingga 0.75;p=0.017). 202 Efikasi diri, terdapat hubungan positif dan signifikan antara persepsi manfaat dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan ibu dengan efikasi diri tinggi kemungkinan 4 kali lebih besar memberikan ASI eksklusif dari pada ibu efikasi diri rendah (OR=4.13;CI95%=1.21 hingga 14.07; p=0.023). PEMBAHASAN 1. Hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif Hasil analisis regresi logistik dalam penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif dan secara statistik signifikan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa ibu yang di berikan dukungan keluarga dapat meningkatkan 4 kali lebih besar dalam memberikan ASI eksklusif dari pada ibu yang tidak di beri dukungan oleh keluarga. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Apriningrum (2014) yang menyatakan bahwa kurangnya dukungan keluarga salah satu penyebab gagalnya pemberian ASI eksklusif. dukungan keluargakan sebuah sumber pertolongan dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif, peran keluarga diantaranya adalah dalam pemantauan kesehatan ibu dalam hal kebutuhan makan makanan yang bergizi tinggi, istirahat, dan tetap memberikan ASI eksklusif walaupun ibu bekerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mannion et al (2013) Bahwa dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif, antara lain dukungan dari suami, ibu merasa lebih mampu dan percaya diri dalam menyusui bayinya ketika mereka melihat pasangan mereka mendukung baik secara verbal maupun keterlibatan aktif dalam kegiatan e-ISSN: 2549-1172 (online) Ekawati et al./ Biopsychosocial and Institutional Factors Associated ibu menyusui. Dukungan suami atau keluarga dapat secara verbal maupun tindakan antara lain membantu posisi saat ibu menyusui, membatu memnggatu popok atau membantu ibu saat ibu menyusui bayinya. Dengan dukungan suami atau keluarga dapat meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam menyusui bayinya dan dapat meningkatkan pemberian ASI secara eksklusif. 2. Hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif Hasil analisis regresi logistik dalam penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif dan secara statistik signifikan antara dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa ibu yang di berikan dukungan tenaga kesehatan dapat meningkatkan 4 kali lebih besar dalam memberikan ASI eksklusif dari pada ibu yang tidak di beri dukungan oleh tenaga kesehatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Damanik et al., (2015) tentang dukungan tenaga kesehatan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian motivasi, perbaikan sarana prasarana, dan monitoring evaluasi secara berkala diperlukan untuk menunjang kegiatan konseling menyusui sehingga dapat membantu menyukseskan program ASI eksklusif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widdelrita dan Mohanistenaga (2015). Tentang peran tenaga kesehatan terhadap pemberian ASI eksklusif, Tenaga kesehatan akan berusaha meningkatkan kesehatan klien dengan mempengaruhi perilaku mereka. Dukungan tenaga kesehatan dalam pemberian ASI eksklusif bagi ibu adalah dengan meningkatkan perilaku ibu menyusui baik secara eksklusif dan menyusukan bayi sampai 2 tahun dan membantu ibu-ibu dalam memecahkan hambatan dan persoalan yang berhubungan dengan menyusui. 3. Hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif Hasil analisis regresi logistik dalam penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif dan secara statistik signifikan antara tingkat pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dapat meningkatkan 3 kali lebih besar dalam memberikan ASI eksklusif dari pada ibu yang memiliki pendidikan rendah. Hal ini sesuai dengan kebijakan Depkes RI (2005) yang menyatakan bahwa dukungan yang di berikan tenaga kesehatan dapt membengkitkan rasa percaya diri ibu untuk membuat ibu mau menyusui bayinya. Informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan tentang perawatan payudara selama masa kehamilan, lama menyusui, keuntungan menyusui, inisiasi menyusu dini, dapat menyukseskan program pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Onah et al., (2014). Penelitian ini mengambarkan factor pemberian ASI eksklusif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendidikan ibu, sosial ekomomi, cara persalinan dan pemberian ASI pertama merupakan faktor yang penting dalam pemberian ASI. Kesimpulannya dengan pengetahuan dan pendidikan yang tinggi, peran petugas kesehatan dan kebijakan di tempat kerja dapat mendorong ibu dalam pemberian ASI pada bayi. 4. Hubungan ketersediaan fasilitas ruang laktasi di tempat kerja dengan pemberian ASI eksklusif Hasil analisis regresi logistik dalam penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif dan secara statistik signifikan antara ketersediaan ruang laktasi dengan pemberi203 Journal of Health Promotion and Behavior (2017), 2(3): 197-206 https://doi.org/10.26911/thejhpb.2017.02.03.01 an ASI eksklusif. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa ibu bekerja yang terdapat ruang laktasi di tempat ibu bekerja dapat meningkatkan 4 kali lebih besar dalam memberikan ASI eksklusif dari pada ibu yang tidak ada fasilitas ruang laktasi di tempat ibu bekerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amin et al, (2011) kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu faktor yang mempengaruhi ibu bekerja yang berhenti menyusui bayinya atau ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan. 5. Hubungan persepsi manfaat ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif Hasil analisis regresi logistik dalam penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif dan secara statistik signifikan antara persepsi manfaat dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa ibu yang memiliki persepsi manfaat tinggi dapat meningkatkan 3 kali lebih besar dalam memberikan ASI eksklusif dari pada ibu yang memiliki persepsi manfaat rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2014) tentang pengaruh dukungan suami dan persepsi terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif dengan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi ibu terhadap pemeberian asi eksklusif. Persepsi yang baik atau persepsi manfaat tentang asi eksklusif yang di pengaruhi faktor lain antar lain pendidikan, usia, dan dukungan tenaga kesehatan. 6. Hubungan persepsi hambatan ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif Hasil analisis regresi logistik dalam penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif tetapi secara statistik signifikan antara persepsi hambatan dengan pemberi204 an ASI eksklusif. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa ibu yang memiliki persepsi hambatan tinggi dapat menurunkan seperlima kali lebih rendah dalam memberikan ASI eksklusif dari pada ibu yang memiliki persepsi hambatan rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fikawati S dan Syafiq A (2012) tentang persepsi kecukupan ASI. Penelitian ini menujukkan bahwa persepsi ketidakcukupan Air Susu Ibu (PKA) yang memengaruhi kepercayaan diri untuk menyusui menjadi salah satu penyebab utama kegagalan pemberian air susu ibu (ASI). Persepsi ketidakcukupan ASI salah satu persepsi hambatan yang dapat mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI ekslusif pada bayinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diji et al (2017) tentang tantangan dan hambatan terhadap pemberian ASI eksklusif, hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa Ibu dihadapkan pada berbagai tantangan baik pada tingkat individu maupun masyarakat, dan para pemangku kepentingan 7. Hubungan efikasi diri dengan pemberian ASI eksklusif Hasil analisis regresi logistik dalam penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif dan secara statistik signifikan antara efikasi diri dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa efikasi diri yang tinggi dapat meningkatkan 4 kali lebih besar dalam memberikan ASI eksklusif dari pada ibu yang memiliki efikasi diri rendah Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khoiriyah. (2014) penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri, dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif, dengan hasil bahwa efikasi diri yang tinggi dan dukungan suami yang kuat e-ISSN: 2549-1172 (online) Ekawati et al./ Biopsychosocial and Institutional Factors Associated dapat meningkatkan kemungkinan pemberian ASI eksklusif. REFERENCE Amin RM, Said ZM, Sutan R, Syah SA, Darus A, Syamsuddin K (2011). Work related determinants of breastfeeding discontinuation among employed mothers in Malaysia. International Breastfeeding Journal 2011. Anggorowat, Nuzulia F (2013). Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Desa Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Departemen Keperawatan Maternitas dan Anak, Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. Asemhagn (2016). Determinants of exclusive breastfeeding practices among mothers in azezo district, northwest Ethiopia. International Breastfeeding Journal. Damanik R, Rahmawati W, Soemardini (2015). Hambatan Kinerja Konselor Menyusui dalam Meningkatkan Cakupan Pemberian ASI Eksklusif di Kota Kupang. Indonesian Journal of Human Nutrition, Juni 2015, 2(1):1 – 10. Depkes RI. (2005). Kebijakan Departemen Kesehatan Tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (ASI). Jakarta. Diji AK, Bam V, Asante E, Lomotey AY, Yeboah S, and Owusu HA(2017) Challenges and predictors of exclusive breastfeeding among mothers attending the child welfare clinic at a regional hospital in Ghana: a descriptive crosssectional study. International Breastfeeding Journal (2017) 12:13. Dinkes Kabupaten Klaten. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten Klaten. Febriyani R, Rohsiwanto R, Hendarto A (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Pada bayi cukup bulan yang dilakukan Inisiasi Menyusu Dini. Sari Pediatri, 15(6). Fikawati S, Syafiq A (2012). Status Gizi Ibu dan Persepsi Ketidakcukupan Air Susu Ibu. Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 6(6) Juni 2012. IDAI (2013). ASI Eksklusif pada Ibu yang Bekerja. [online] IDAI. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Situasi dan analisis ASI Eksklusif. Jakarta: Kemenkes RI. Khoiriyah A (2014). Hubungan antara efikasi diri dan dukungan suami dalam menyusui dengan pemeberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas urangagung Sidoharjo. Tesis. UNS . Mannion C, Hobbs A, McDonald A, Tough S (2013) Maternal perceptions of partner support during breastfeeding. International Breastfeeding Journal. 8:4. Onah (2014) Infant feeding practices and maternal socio-demographic factors that influence practice of exclusive breastfeeding among mothers in Nnewi South-East Nigeria: a crosssectional and analytical study. International Breastfeeding Journal. Pratiwi MLA, (2014). Pengaruh Dukungan suami dan persepsi ibu terhadap perilaku pemberian ASI eklsusif. Tesis. UNS di akses 21 Mei 2017. Rahayu S, Apriningrum N. (2014). FaktorFaktor yang Berhubungan Pemberian ASI Eksklusif dapa Karyawati UNSIKA Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Solusi. 1(1). RoekmintoR(2014). Upaya Peningkatan Program ASI Eksklusif di Kabupaten Klaten. Dinkes Kabupaten Klaten. 205 Journal of Health Promotion and Behavior (2017), 2(3): 197-206 https://doi.org/10.26911/thejhpb.2017.02.03.01 Sulaeman ES (2016). Promosi Kesehatan Teori dan Implementasi di Indonesia. UNS pers. Surakarta. Susanti N (2011). Peran Ibu Menyusui yang Bekerja dalam Pemberian ASI eksklusif Pada Bayinya, Egalita Jurnal 206 Kesetaraan dan Keadilan Gender, 6(2):165-176. Widdelrita, Mohanistenaga (2015). Peran petugas kesehatan dan status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Jumal Kesehatan masyarakat, 8(1). e-ISSN: 2549-1172 (online)