Ringkasan Khotbah - 04 Mei 2014 Dapatkah Aku Dipakai Allah? Kej. 12:1-3, Kej. 13:3-4, Kej. 15:1-6 Pdt. Andi Halim, M.Th. Jika kita mendapat pertanyaan “Dapatkah aku dipakai Allah?” Jawabannya pasti tidak dapat, karena kita bukan orang yang layak atau pantas, kita orang berdosa yang tidak mampu. Tetapi bagaimana menurut Alkitab? Dalam kitab Kejadian, Abraham dipakai oleh Tuhan, padahal Abraham bukanlah orang yang memenuhi ‘kriteria’. Iman Kristen merupakan iman yang luar biasa uniknya dan sama sekali bukan hasil dari logika manusia. Pada umumnya semua ajaran agama mengajarkan bahwa kita harus hidup saleh baru Tuhan mau memakai kita. Apakah firman Tuhan mengatakan demikian? Bagaimana dengan keselamatan? Logika secara umum adalah kita harus setia mengikuti hukum Tuhan barulah kita diselamatkan, tetapi bagaimana dengan iman Kristen? Iman Kristen sama sekali berbeda dengan logika secara umum. Iman Kristen justru mengajarkan bahwa Tuhan memilih kita, bukan karena kita layak /pantas, tetapi karena kedaulatan-Nya, kehendak-Nya, dan belas kasihan-Nya. Ini bertentangan dengan logika manusia. Menurut firman Tuhan, tidak ada manusia yang pantas /layak sehingga dipilih oleh Tuhan. Tuhan memilih Abraham yang berasal dari keluarga kafir (penyembah berhala). Abraham sebenarnya tidak pantas. Banyak sekali bagian dalam Alkitab menunjukkan bahwa saat Tuhan memilih alat-Nya, Ia memilih orang yang tidak pantas menurut standar manusia. Contoh lainnya saat ia memilih Paulus (sebelumnya Saulus) yang membunuh para pengikut Kristus. Sehingga Paulus sangat mengerti arti anugrah Tuhan. Dalam Rm. 5:8, Paulus merenungkan dan menghayati bagaimana anugerah Allah diberikan kepada umat pilihan-Nya bukan saat kita sudah layak, tetapi di saat kita masih berdosa. Semua manusia berdosa dan tidak ada yang layak di hadapan Allah. Siapa yang pantas Tuhan pilih? Tidak ada yang pantas. Dalam Rm. 3:10-12, tidak ada orang yang berbuat baik menurut standar Allah, jika kebaikan relatif banyak orang yang bisa lakukan. Kebaikan relatif artinya adalah seseorang bisa baik karena ia peduli terhadap seseorang, tetapi terhadap orang lain dia bisa berbuat jahat /tidak peduli. Sebaik apapun seseorang, ia adalah tetap orang berdosa. Dalam Rm. 3:23, dikatakan bahwa semua orang berdosa, termasuk tokoh Alkitab, para nabi, para rasul juga berdosa. Nabi Yesaya mengakui keberdosaannya secara jelas. Yesaya menyatakan bahwa kesalehannya seperti kain yang kotor, karena ia bukan manusia yang baik (Yes. 64:6). 1/4 Ringkasan Khotbah - 04 Mei 2014 Sistem keselamatan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tidak berubah. Banyak orang mengira bahwa dalam Perjanjian Lama, Tuhan mengutamakan hukum Taurat, dan di Perjanjian Baru Tuhan mengutamakan anugerah. Tetapi hal ini tidak benar, karena jika benar demikian maka orang-orang dari Perjanjian Lama tidak ada yang selamat karena tidak ada yang mampu mentaati hukum taurat 100%. Dalam kedua perjanjian keselamatan hanya berdasarkan anugerah. Jadi semua manusia berdosa dan tidak ada yang layak. Kita layak karena anugrah-Nya. Dalam Rm. 5:12, dikatakan bahwa semua manusia berdosa oleh karena 1 orang, dan dosa akan membawa kita ke dalam maut. Pernyataan ini bukan logika dari manusia, ini adalah kebenaran yang datang dari wahyu Allah. Berdosa bukan karena kita berbuat dosa, tetapi karena kita adalah orang berdosa maka kita melakukan dosa. Kebenaran ini sudah melampaui dari kemampuan kita berpikir. Kita berdosa, bukan karena kita berbuat dosa, tetapi karena kita orang berdosa. Ini merupakan prinsip dasar dalam doktrin manusia dan dosa. Jadi sudah sejak terjadinya kita, sejak di dalam kandungan pun kita sudah berdosa di hadapan Allah. Logika manusia selalu bilang, manusia lahir suci bersih tanpa dosa. Hanya Alkitab yang menyatakan bahwa manusia lahir dalam keadaan berdosa (Mzm. 51:7). Jika kita sadar akan hal ini, apakah kita merasa layak dan bangga di hadapan Tuhan? Apakah kita bisa membangga-banggakan kesalehan dan ketaatan kita? Jika kita benar-benar menyadari bahwa kita yang selayaknya dibuang oleh Tuhan malah dipakai oleh-Nya, seharusnya reaksi kita bukanlah kesombongan, melainkan tak habis-habisnya bersyukur kepada Allah. Tuhan memilih Abraham, bukan karena Abraham lebih baik daripada orang lain, atau karena Abraham berjasa, tetapi karena belas kasihan-Nya. Pilihan Allah merupakan hak dan kedaulatan Allah. Jika Tuhan memilih Abraham dengan sangat jelas, bagaimana dengan kita? Apakah Tuhan berbicara kepada kita? Tuhan berbicara kepada Abraham berulang kali dan Abraham pun pernah meragukan Allah. Tuhan begitu jelas menampakkan dan mengkonfirmasi janji-Nya kepada Abraham. Orang yang menyadari anugerah Allah seharusnya mengucap syukur tidak habis-habisnya dan 2/4 Ringkasan Khotbah - 04 Mei 2014 diwujudkan dengan makin giat memuliakan Allah dalam kehidupannya. Tetapi ada pula orang yang merasa tidak dipanggil oleh Tuhan. Sesungguhnya Alkitab dengan tegas sudah menyatakan siapa kita dan bagaimana kita dipanggil Tuhan. Apakah kita benar-benar orang percaya? Apakah kita sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat? Jika kita menjawab iya dan sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi, inilah bukti bahwa Tuhan sudah memanggil kita. Maka tidak ada alasan bahwa kita tidak mau melayani karena tidak dipanggil Tuhan. Jika kita sudah percaya kepada Tuhan, maka 100% Tuhan sudah memanggil kita. Alkitab sendiri menyatakan hal ini. Iman Abraham diperhitungkan sebagai kebenaran bukan karena Abraham sudah melakukan banyak hal dan mempunyai prestasi rohani. Konfirmasi dari Alkitab bahwa Abraham sudah berada di dalam panggilan Tuhan ada dalam Kej. 15:6, dikatakan bahwa Abraham percaya kepada Tuhan dan Tuhan memperhitungkan hal itu sebagai kebenaran. Abraham cukup percaya kepada Tuhan. Jika kita percaya maka kita sudah dipanggil oleh Tuhan. Karena kita bisa percaya pun merupakan karya Roh Kudus. Kita percaya bukan karena kita mampu percaya tetapi karena anugerah Tuhan. Bagaimanakah ciri orang yang percaya? Dalam Yoh. 1:12-13, orang yang percaya adalah orang yang menerima Yesus sebagai Juruselamat, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya. Orang percaya adalah orang yang diperanakkan bukan dari darah atau daging melainkan dari Allah. Jika kita bisa percaya maka kita bukan lahir karena kebetulan atau kedagingan, tetapi kita lahir dari Allah. Karena Allah sudah menetapkan kita sebagai orang yang akan lahir dari Allah, maka kita bisa percaya, bukan sebaliknya. Dalam Ef. 1:4, dikatakan bahwa Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Jika kita dipilih oleh Allah, kita dipilih sebelum dunia dijadikan, bukan saat kita dikandung atau saat ini. Kita ada di sini karena penetapan Allah sejak kekal. Hal ini menunjukkan panggilan Allah yang begitu nyata dan jelas. Manusia biasanya memilih seseorang karena mengetahui kualitas baik yang ada pada orang tersebut, tetapi berbeda dengan Tuhan. Ia memilih kita meskipun Dia tahu kejelekan kita. Dalam Yoh. 15:16, dikatakan bahwa bukan kita yang memilih Allah, tetapi Allah yang telah memilih kita. Allah memilih kita supaya kita ditetapkan untuk berbuah, pergi menghasilkan buah dan buahnya tetap. Buah bukan sekedar perbuatan baik, tetapi buah disini dalam konteks bahwa hidup kita dipakai untuk memuliakan Allah, memberitakan Injil dll. Buah roh yang muncul 3/4 Ringkasan Khotbah - 04 Mei 2014 juga untuk kemuliaan Allah, bukan sekedar untuk perbuatan baik itu semata. Jika sekedar berbuat baik, tidak hanya di dalam kekristenan orang bisa berbuat baik. Buah dalam kekristenan harus mengarah kepada kemuliaan Allah. Dalam Yoh. 6:44, kita bisa mengikut Tuhan karena Bapa yang menarik kita. Dalam Yoh. 6:65, kita bisa datang kepada Yesus karena Bapa yang telah mengaruniakannya pada kita. Maka kesimpulannya adalah kita tidak perlu menunggu dipanggil Tuhan baru mau melayani. Dapatkah aku dipakai Allah? Tidak dapat, tetapi Tuhan mau memanggil kita dan memberikan anugerah-Nya. Kita tidak layak melayani, tetapi lebih tidak layak lagi jika kita sudah menerima anugerah Allah, tetapi tidak mau melayani. Seharusnya orang yang sudah menerima anugerah Allah tidak henti-hentinya bersyukur kepada Tuhan. Allah sudah memilih dan menyelamatkan kita, mengapa kita tidak mau melayani Dia? Dia sudah berkorban bagi kita, mengapa di dalam hal melayani saya malas, tolak dan tidak sudi? Ini berarti kita tidak hormat kepada Allah. Mari kita datang kepada Tuhan dan menyatakan rasa syukur kita dengan melayani Dia segenap hati. (Transkrip ini belum diperiksa pengkhotbah, MD). Referensi buku: “Dapatkah aku Dipakai Allah?” oleh John Montgomery Boice. 4/4