PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang Otonomi daerah di Indonesia membuat pemerintah daerah memiliki wewenang lebih dalam mengatur dan memajukan daerahnya. Wewenang dan upaya dalam meningkatkan kemajuan daerah memerlukan informasi yang akurat mengenai daerah itu sendiri. Salah satu sumber informasi yang dapat digunakan adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Statistik yang dihasilkan SUSENAS sebagai salah satu sumber informasi daerah pada skala desa/ kelurahan memiliki presisi rendah. Hal ini disebabkan karena pendugaan dilakukan dengan objek survei berukuran kecil. Metode khusus yang dikembangkan untuk meningkatkan presisi pendugaan pada area kecil disebut Pendugaan Area Kecil (Small Area Estimation, SAE). Salah satu metode pendugaan yang ada dalam SAE adalah General Regression (GREG). Metode GREG termasuk dalam design based estimator. Karakteristik metode ini adalah menggunakan metode kuadrat terkecil dalam menduga koefisien regresinya. Metode klasik ini sangat tergantung pada asumsi yang seringkali tidak dipenuhi dalam praktiknya dimana data sering diasumsikan menyebar normal. Ketika terdapat pencilan dalam data, metode kuadrat terkecil seringkali memiliki performa yang rendah. Berdasarkan penelitian Wulandari (2008), perlu pengkajian lebih lanjut tentang GREG dengan regresi kekar (Robust Regression) sebagai dugaan koefisien regresinya. Regresi kekar diperlukan untuk memberikan metode alternatif yang sama baiknya dengan metode kuadrat terkecil, tetapi tidak terlalu dipengaruhi oleh pencilan atau hal lain dalam asumsi model. Regresi kekar mempunyai banyak metode yang telah dikembangkan. Penduga kekar yang dikaji dalam skripsi ini adalah penduga Huber M (Huber M Estimator). Penduga M (M-Estimator) merupakan penduga yang meminimumkan fungsi objektif dalam data. Metode ini banyak digunakan dalam praktiknya dibandingkan metode lainnya. Small Area Estimation (SAE) Suatu area disebut kecil apabila contoh yang diambil dari area tersebut tidak mencukupi untuk melakukan pendugaan langsung dengan hasil dugaan yang akurat (Rao 2003). Metode SAE mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pendugaan yang sesuai dari suatu peubah yang dikaji pada area tertentu yang contohnya tidak cukup bagus untuk memberikan pendugaan langsung dengan presisi yang memuaskan (Best et al. 2007). Tujuan 1. Membandingkan antara GREG penduga Huber M dan GREG metode kuadrat terkecil pada data yang mengandung pencilan. 2. Menerapkan metode GREG pada SAE dengan metode Huber M sebagai penduga koefisien regresinya. y i = X iT β + ε i ................................(2) Direct Estimator Penduga langsung (direct estimator) merupakan penduga berbasis rancangan (design based estimator) dan hanya dapat digunakan jika semua area dalam suatu populasi digunakan sebagai contoh. Bentuk dari penduganya adalah sebagai berikut : Yˆi DIRECT = 1 ∑ wijk j , k∈s i dengan bobot ∑w j , k∈s i ijk yijk ......(1) wijk merupakan kebalikan (inverse) dari peluang pengambilan contoh yaitu wijk = 1 ∑ p(s) dan notasi i { j , k∈si } merupakan indeks untuk setiap area kecil. Notasi j merupakan indeks untuk setiap blok sensus dan notasi k merupakan indeks untuk setiap rumah tangga. Salah satu penduga berbasis rancangan adalah General Regression estimator (Rao 2003). GREG merupakan metode pendugaan parameter yang memungkinkan untuk menggunakan beberapa informasi tambahan dan dirancang untuk meningkatkan presisi dan akurasi dengan menggunakan informasi tambahan xi yang berkorelasi dengan yi. Metode ini dapat digunakan untuk menduga total populasi, nilai tengah populasi ataupun proporsi populasi. Metode GREG pada penelitian ini didasarkan atas model linier, yaitu : Metode GREG termasuk dalam kelompok pendugaan berbasis rancangan karena pada metode ini tidak dapat menduga area yang tidak tersurvei. Model GREG adalah sebagai berikut : 1 Yˆi GREG = Nˆ ij 1 wijk yijk + Xi − ∑ ˆ N j∈ s i ij T wijk x ijk βˆ ∑ j ∈s i = Yˆi DIRECT + ( X i − Xˆ i ) T βˆ …….…(3) dengan : - X i = (X i ,1 ,..., X i , p ) adalah vektor dari T nilai tengah p populasi - - Nˆ ij = wijk = ∑w j , k ∈si ijk 1 ∑ p(s) { j , k∈si } - - 1 Xˆ i = ˆ N ij ∑w j∈si 1 Yˆi DIRECT = Nˆ ijk ∑w ij j∈si - β̂ x ijk = Yˆi ( x ) .........(4) ijk xijk = Yˆi ( y ) ..(5) merupakan penduga koefisien dengan metode kuadrat terkecil. penduga Huber M (M-GREG) menduga koefisien regresi pada dengan metode Huber M. disebabkan karena lebih mudah dipahami, dan lebih aman dibandingkan metode kuadrat terkecil. Penduga M meminimumkan fungsi deviasi antara pengamatan dengan dugaan (fungsi objektif), yang lebih umum jika dibandingkan dengan metode kuadrat terkecil. Kasus khusus dalam penduga M adalah rataan dan median. Penduga M untuk paramater lokasi µ berdasarkan generalisasi dari prinsip kuadrat terkecil (Bartnett & Lewis 1994). Andaikan, dalam model dasar, dengan contoh berasal dari peubah acak kontinu dengan sebaran kumulatif F(x) dan fungsi kepekatan f(x). Prinsip untuk menduga µ dari Tr = Tr(x1,...,xr) dipilih untuk meminimumkan r ∑ ρ(x j =1 − Tr ) .............................(6) j atau dengan menyelesaikan persamaan r regresi GREG berarti GREG Regresi Kekar (Robust Regression) Prosedur statistik yang bersifat kekar ditujukan untuk mengakomodasi adanya keanehan data dan sekaligus meniadakan pengaruhnya terhadap analisis tanpa terlebih dahulu mengadakan identifikasi data yang aneh. Prosedur ini lebih bersifat otomatis dalam menanggulangi keanehan data (Aunuddin 1989). Pencilan dalam sekumpulan data hasil pengamatan adalah sebuah pengamatan yang muncul dan nilainya tidak konsisten dengan nilai data yang lainnya (Bartnett & Lewis 1994). Menurut Aunuddin (1989), pencilan dapat dilihat sebagai pengamatan dengan sisaan yang cukup besar (mutlak standardized residual >2). Dua hal yang diperlukan dalam penduga kekar adalah resisten dan efisien. Suatu penduga dikatakan resisten terhadap pencilan jika sebagian kecil dari contoh tidak dapat memberikan efek yang terlalu besar terhadap pendugaan. Penduga memiliki efisiensi yang baik pada berbagai sebaran jika ragamnya mendekati ragam minimum untuk setiap sebaran. Beberapa pendekatan telah dikembangkan pada regresi kekar, yaitu dengan penduga R (R-estimators), penduga L (L-estimators) dan penduga M (M estimators). Penduga M lebih sering mendominasi pada praktiknya ∑ Ψ( x j =1 j − Tr ) = 0 ...................(7) dimana ρ (. ) = - log f(. ) Ψ ( x, θ ) = (∂ / ∂θ ) ρ ( x; θ ) ∑w ∀j Tr = j xj ∑w ∀j j Untuk memperoleh regresi penduga M diperoleh dengan meminimumkan a a j =1 j =1 ∑ ρ ( y j − ∑ x j β ) .........................(8) dengan menurunkan persamaan (8) maka diperoleh persamaan a a ∑ Ψ( y − ∑ x β j j =1 j =1 j ) x j = 0 ...........(9) j=1,...,a Penduga M pada prinsipnya mendefinisikan pada masalah pemilihan fungsi Ψ yang memenuhi prinsip efisiensi dan kekekaran. Efisiensi pada fungsi F berarti mendapatkan masalah lokasi dengan mengambil Ψ proporsional dari loglikelihood yang dijelaskan oleh kepekatan − ( f ' / f )( x) . Kekekaran diperoleh dengan memilih Ψ yang sesuai F: Ψ (x) = dan dibatasi, untuk mengurangi pengaruh dari proporsi kecil pengamatan. Kedua prinsip tersebut dapat terjadi jika fungsi Ψ adalah fungsi terbatasi dan kontinu. Penduga Huber M adalah salah satu penduga M yang diperkenalkan oleh Huber pada tahun 1964. Fungsi ρ (.) dan Ψ (.) dari penduga Huber M adalah x 2 / 2 , |x| ≤ k ρ (x) = k | x | − k 2 / 2 , |x| > k ..............(10) atau -k, x<-k Ψk (x) = x, − k ≤ x ≤ k +k , +k< x ………….……(11) dengan nilai k yang besar menandakan pada suatu pendugaan yang efisien. Nilai k tuning constant, yang ketika nilainya semakin kecil menghasilkan dugaan yang lebih tahan terhadap pencilan namun menghasilkan efisiensi yang lebih rendah ketika sisaan mempunyai sebaran normal. Fungsi ρ (.) dan Ψ (.) dari penduga Huber M digambarkan (Maronna et al 2006) sebagai berikut algoritma pendugaan Huber M di software SAS 9.1. Iterative Reweighted Least Squares (IRLS) Algoritma dasar untuk menghitung regresi penduga M adalah IRLS. Dugaan IRLS didapatkan dari prosedur iterasi. Dalam setiap iterasi, bobot untuk pengamatan digunakan dalam menduga persamaan regresi. Bobot tersebut diperoleh dari menerapkan fungsi pembobot penduga M untuk setiap sisaan. Bobot awal berdasarkan sisaan awal dari inisialisasi pendugaan (SAS 9.1 Help and Documentation). Terminologi IRLS berdasarkan Staudte dan Sheater (1990) sebagai berikut : B 0 dari β . j ( j) 2. Hitung sisaan r = Y − XB pada 1. Pilih inisialisasi setiap dugaan ke-j kemudian hitung bobot yang akan digunakan untuk pendugaan selanjutnya. 3. Gunakan bobot yang diperoleh pada tahap ( j +1) 2 untuk mendapatkan B sampai tidak lebih dari akurasi yang diinginkan. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan data simulasi dan aplikasi. Simulasi dilakukan dengan cara: 1. Membangkitkan data X populasi sebanyak 36. 2. Membangkitkan data xij sebanyak 576, Gambar 1 Fungsi ρ (.) dan Ψ (.) dari penduga Huber M. Penduga Huber M juga mempunyai fungsi bobot. Fungsi ini dapat dilihat pada Gambar 2. dengan X populasi sebanyak 36. vi sebanyak 36. 4. Membangkitkan data eij sebanyak 576. 3. Membangkitkan data 5. Menghitung nilai Yij dengan cara. Yij = xij β + vi + eij Gambar 2 Fungsi pembobot dari penduga Huber M. Penghitungan pendugaan Huber M menggunakan berbagai algoritma, salah satunya adalah Iterative Reweighted Least Squares. Algoritma ini yang menjadi dasar β ditetapkan sebesar 2,5. 6. Menduga Yi. 7. Memberikan proporsi pencilan pada Yi , yaitu tanpa pencilan, pencilan 2,5%, pencilan 5%, pencilan 10%, pencilan 20%. Simulasi tersebut dilanjutkan dengan kajian analisis sebagai berikut : 1. Meregresikan antara Yi dengan X populasidengan metode kuadrat terkecil. dengan 2. Meregresikan antara Yi X populasidengan metode penduga Huber M. 3. Menghitung YGREG dengan dugaan β metode kuadrat terkecil.