Hubungan Antara Perilaku Komunikasi dengan

advertisement
III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Pemikiran
Yang menjadi persoalan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana
mewujudkan perilaku komunikasi anggota kelompok yang efektif dalam rangka
adopsi inovasi. Oleh sebab itu, yang diteliti adalah variabel-variabel yang berhubungan dengan adopsi inovasi yaitu: 1) karakteristik personal anggota , 2) penge tahuan anggota kelompok tentang DPG, 3) kedudukan dalam kelompok, dan 4)
jaringan komunikasi.
Karakteristik personal yang diteliti adalah pendidikan nonformal, pengalaman berusahatani, dan kekosmopolitan. Pendidikan nonformal bertujuan untuk
merubah aspek pengetahuan (cognitive), keterampilan (psychomotoric), dan sikap
(affective) para peserta didiknya. Seseorang akan meningkat perilakunya sesuai
dengan derajat perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dialaminya.
Semakin banyak pendidikan nonformal yang diikuti oleh seseorqang, maka akan
semakin banyak pula peningkatan ketiga aspek tersebut. Seseorang yang sering
mengikuti pendidikan nonformal akan lebih luas pergaulannya, lebih terbuka hubungan komunikasinya, lebih
terampil dalam menciptakan suasana hubungan
yang kondusif, lebih bijaksana untuk memposisikan diri pada pola hubungan
dalam sebuah organisasi, dan lebih mudah dalam
menerima suatu inovasi.
Wujud dari implementasi pendidikan nonformal yang dimiliki anggota kelompok
dapat berupa interaksi yang baik ; yaitu dengan bersendau gurau, mengkritik,
memuji, menasehati, saling mendukung, saling menghargai, bermusyawarah,
gotong-royong. Hal ini menghasilkan jaringan komunikasi yang baik dan pada
gilirannya menghasilkan tingkat adopsi yang tinggi.
42
Pengalaman adalah yang mana individu mewujudkan pemahamannya
dalam bentuk ucapan, tindakan, perilaku, dan sikapnya. Pengalaman bagi seseorang mengandung arti yang mendalam serta mempunyai nilai tersendiri dalam
kehidupannya. Dalam kenyataannya pengalaman hidup seseorang berbeda antara
yang satu dengan yang lainnya. Banyak sedikitnya pengalaman dalam bertani
sangat menentukan perilaku seseorang terhadap suatu inovasi. Banyaknya pengalaman berusahatani seseorang, membuat ia mengetahui karakteristik komoditas
yang diusahakan, sehingga dapat dengan cepat menerima atau menolak suatu
inovasi.
Dalam kehidupan kelompok, seseorang yang ba nyak pengalamannya
akan mempunyai rasa percaya diri dan bangga, yang kemudian diwujudkan ke
dalam bentuk berbagi pengalaman dengan anggota lain.
Anggota kelompok
dalam mengimplementasikan pengalaman bertaninya dapat berupa ide, gagasan,
sumbang saran pemikiran, pemecahan masalah pada waktu pertemuan atau
diskusi. Hal ini akan menghasilkan jaringan komunikasi yang baik, dan tingkat
adopsi yang tinggi.
Kekosmopolitan adalah menunjukkan bahwa seseorang itu memiliki sifat
keterbukaan, mudah bepergian ke berbagai tempat, mempunyai banyak kenalan,
mencari informasi dan mempergunakan dalam pekerjaannya, serta responsif
terhadap inovasi. Kekosmopolitan seseorang yang tinggi berarti pergaulannya
luas, mengguna kan berbagai media massa dalam berkomunikasi dan menc ari
informasi, dan berorientasi ke orang banyak. Seperti dalam hal memiliki pengalaman bertani, seseorang yang kosmopolit lebih mempunyai rasa percaya diri dan
bangga, yang kemudian diwujudkan ke dalam bentuk berbagi informasi dengan
anggota lain. Kekosmopolitan anggota kelompok diimplementasikan ke dalam
43
bentuk ide, gagasan, sumbang saran pemikiran, pemecahan masalah pada waktu
pertemuan atau diskusi. Hal ini akan menghasilkan jaringan komunikasi yang
baik, dan pada gilirannya membuahkan tingkat adops i yang tinggi pula.
Pengetahuan merupakan sejumlah tumpukan pengalaman selama perja lanan hidup manusia sejak kanak-kanak sampai dewasa. Pengetahuan dapat diartikan sebagai suatu usaha yang sengaja untuk menemukan suatu yang baru.
Pengetahuan mengacu kepada pengenalan fakta, terutama sejumlah fakta yang
disusun menjadi dasar-dasar perilaku manusia. Pengetahuan yang terdiri dari
pengetahuan teoritis, pengetahuan praktis, dan pengetahuan produktif dapat
diperoleh dari
pengalaman, pendidikan, dan pene litian. Dengan pengetahuan
yang baik seseorang akan mempunyai wawasan dan kesadaran yang baik pula.
Hal ini membuat seseorang mampu dan mau berinteraksi dengan orang lain,
sekaligus menciptakan suasana hubungan dan kerjasama yang baik pula. Demikian pula halnya dalam konteks penelitian ini bahwa pengetahuan yang baik
tentang DPG akan menumbuhkan wawasan, kesadaran dan perilaku komunikasi
para anggota menjadi lebih baik di dalam bekerjasama, berhubungan atau
berkomunikasi. Dengan pengetahuan yang baik tentang DPG, maka terciptalah
perilaku komunikasi yang baik pula dan pada akhirnya bermuara pada tingkat
adopsi inovasi itu sendiri.
Kedudukan dalam kelompok terkait erat dengan pelaksanaan tugas dan
kewajiban seseorang sesuai dengan keanggotaannya yaitu Ketua, Pengurus, dan
Anggota. Dengan kedudukan masing-masing anggota dalam kelompok, maka
secara serta merta mereka mempunyai tugas dan kewa-jiban yang harus dilaksanakan sesuai dengan kedudukannya. Hal ini berarti terjadi interaksi baik yang
44
berupa komunikasi, kerjasama maupun pengawasan. Dengan demikian tercipta
pula suatu jaringan komunikasi antar anggota kelompok, yang pada akhirnya
menghasilkan suatu tingkat adopsi inovasi. Implementasi dari pelaksanaan tugas
sesuai dengan kedudukannya dalam kelo mpok dapat berupa tingkat kehadiran
yang tinggi, gotongroyong untuk saling membantu dalam memecahkan masalah,
penyelesaian tugas-tugas yang dibebankan kepada masing-masing anggota, dan
mentaati peraturan-peraturan yang berlaku
Pada hakekatnya perilaku manusia adalah berinteraksi atau berkomunikasi dengan atau melalui seseorang atau lebih. Setiap individu dalam sebuah
sistem senang berhubungan dengan orang-orang tertentu, dan mengabaikan yang
lainnya. Oleh sebab itu arus komunikasi antar pribadi terbentuk di dalam rentang
waktu tertentu dan kemudian tumbuhlah suatu jaringan komunikasi yang relatif
stabil dan perilaku orangnya dapat diprediksikan. Jaringan komunikasi adalah
suatu jaringan yang terdiri atas individu-individu yang saling berhubungan, dan
dihubungkan oleh arus komunikasi yang terpola.
Dari struktur fisik sebuah
kelompok, sepintas dapat diduga bahwa sistem komunikasinya berlangsung
berdasarkan hierarkhi atau dari pengurus inti kepada anggota yang cenderung
mengunci (interlocking).
Sehingga di dalam sebuah sistem terdapat seorang
pemuka pendapat atau lebih, di mana orang tersebut biasanya mempunyai karakteristik yang lebih dibandingkan dengan anggota pada umumnya.
Proses adopsi adalah dipengaruhi oleh faktor -faktor karakteristik personal
dan perilaku komunikasi seseorang. Oleh karena itu semakin sering seseorang
mengikuti pendidikan nonformal, mempunyai banyak pengalaman bertani, semakin kosmopolit, semakin banyak pengetahuannya tentang DPG, dan semakin baik
45
implementasi tugas dan kuajibannya sesuai dengan keanggotaannya dalam kelompok, maka akan semakin baik jaringan komunikasinya yang pada gilirannya akan
semakin tinggi pula tingkat adopsinya.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka secara skematis dapat
disusun sebuah bagan kerangka pemikiran sebagai landasan penelitian ini seperti
trerlihat pada Gambar 15.
1. Karakteristik Personal :
v Pendidikan nonformal
v Pengalaman bertani
v Kekosmopolitan
v Pengetahuan ttg DPG
v Kedudukan dlm KWT
2. Perilaku Komunikasi:
v Jaringan komunikasi
Tingkat
Adopsi
DPG
Gambar 15 Kerangka Pemikiran
3.2. Hipotesis
Hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1) Ada hubungan antara pendidikan nonformal anggota dengan perilaku komunikasi anggota KWT.
2) Ada hubungan antara pengalaman bertani anggota dengan perilaku komunikasi anggota KWT.
3) Ada hubungan antara kekosmopolitan anggota dengan perilaku komunikasi
anggota KWT.
4) Ada hubungan antara pengetahuan tentang DPG anggota dengan perilaku
komunikasi anggota KWT.
5) Ada hubungan antara kedudukan dalam kelompok dengan perilaku komunikasi anggota KWT.
6) Ada hubungan antara perilaku komunikasi anggota dengan tingkat adopsi
teknologi DPG anggota kelompok KWT.
46
Download