PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KESEHATAN BANK (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2016) Oleh: Lailatul Mutmainnah, Hj. Maslichah dan M. Cholid Mawardi Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi Universitas Islam Malang Email: [email protected] ABSTRAK Intellectual Capital is generally identified as the difference between the market value of the company (enterprise business) and the assets book value of the company or its financial capital. The purpose of this study is to determine the relationship between intellectual capitals (VAICTM) formed from components of physical capital, human capital and structural capital towards bank health through RGEC (risk profile, good corporate governance, earnings, capital) approach. The data were obtained from the financial statements that have been published on the IDX by purpose sampling method. The testing between variables using partial least squares (PLS) data analysis. This study shows that there is a positive effect of intellctual capital TM (VAIC ) on the health of the bank. Overall, there are two indicators of intellectual capital formation (VAICTM) namely human capital (VAHU) and physical capital (VACA), but the most powerful indicator intellectual capital is VAHU. As for the bank health variables are formed from the risk profile, good corporate governance, earning, capital indicators, from these indicators, capital (CAR) is the most powerful indicator to from the bank health construction. Kata Kunci: Intellectual Capital (VAICTM), Value added Capital Employed (VACA), Value added Human Capital (VAHU), Structural Capital Coefficient (STVA), Kesehatan Bank. PENDAHULUAN Latar Belakang Kesehatan keuangan adalah suatu indikator dalam perusahaan yang menandakan kesiapan perusahaan dalam melakukan kewajibankewajibannya.Kesehatan keuangan menjadi penting karena berkaitan dengan pihak-pihak lain seperti kreditur, investor, dan pelanggan dalam pemenuhan hak dan kewajiban.Pengukuran kesehatan keuangan juga diukur menggunakan rasio keuangan, yaitu indeks yang menghubungkan angka-angka dalam suatu laporan keuangan (Rosyati, 2010).Industri asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan perlu meningkatkan kinerjanya mengingat bahwa asuransi merupakan suatu mekanisme pemindahan risiko yang dananya berasal dari pihak tertanggung.Kinerja asuransi tidak bisa dilepaskan dari kinerja kesehatan keuangannya dan rasio-rasio yang digunakan sebagai standar dalam penentuan keberlangsungan suatu perusahaan asuransi. Intellectual Capital berperan strategis pada setiap perusahaan. Intellectual Capital memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan keunggulannya secara berkesinambungan dari kegiatannya yang berbasis pengetahuan, mampu beradaptasi dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungannya., serta mampu melaksanakan tugas dan aktivitasnya secara efisien dan efektif (Mulyadi, (2011). Melihat hal tersebut sangat penting bagi pengelola perusahaan mengungkapkan Intellectual Capital dalam laporan keuangan yang di publis.Mengingat pengambilan keputusan didasarkan pada informasi dalam laporan keuangan. Terlebih untuk perusahaan disektor jasa, mereka akan lebih bergantung pada sumber daya manusia dalam menggerakkan kegiatan ekonomi untuk mendapatkan profit. Sumber daya manusia yang baik akan menghasilkan kinerja yang baik, dan akan sangat berbeda jika dikelola oleh orang yang berbeda. Untuk sector perbankan kemampuan sumber daya manusia sering juga disebut humancapital sangat mempengaruhi dalam pencapaian target profit perbankan, bagaimana pihak bank mampu membuat nasabah percaya untuk menyimpan kelebihan dana mereka yang kemudian akan dikelola oleh pihak bank dengan pemberian kredit bagi nasabah yang kekurangan dana. Kegiatan operasional perbankan yang sangat bergantung pada sumber daya yang dimiliki, seharusnya juga mencantumkan intangible asset atau Intellectual Capital pada laporan keuangan sehingga mengambil keputusan (Stakeholder) mampu mengambil keputusan secara objektif dan dirasa tepat. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah terdapat pengaruh Intellectual Capital perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2012-2016 terhadap kesehatan bank. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu Suhendah, (2007) Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas, Produktivitas, Dan Penilaian Pasar Pada Perusahaan Yang Go Public Di Indonesia Pada Tahun 2005-2007. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling.Hasil penelitian memberikan bukti empiris bahwa intellectual capital berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (positif) dan produktivitas (negatif), namun tidak berpengaruh signifikan terhadap penilaian pasar. Hasil temuan ini mengindikasikan bahwa intellectual capital memberikan kontribusi yang kuat pada teori stakeholder yang menekankan pada laba akuntansi dan keakuratan value added dalam menentukan return. Hasil pengujian ini juga sesuai dengan resource-based theory yang menjelaskan bahwa perusahaan dapat mempertahankan produktivitas dengan keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan dengan cara mengimplementasikan strategi untuk menciptakan value added dalam hal ini intellectual capital yang tidak mudah ditiru oleh pesaing perusahaan. Yulianto, (2011) Analisis Camels Dalam Memprediksi Tingkat Kesehatan Bank Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009 – 2011. Teknik penentuan sampling dalam penelitian ini dengan menggunakan metode purposive samplingHasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan, yaitu untuk CAR dengan nilai Wilk‟s Lambda sebesar 0,927 signifikan pada 0,037 dan nilai Wilk‟s Lambda NPL sebesar 0,818 dan signifikan pada 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa CAR dan NPL dapat digunakan untuk membentuk variabel diskriminan. Sedangkan variabel NPM, ROA, BOPO, LDR dan IER menunjukkan hasil yang tidak signifikan, sehingga variabel tersebut mempunyai nilai prediksi yang rendah dalam membentuk variabel diskriminan. Tinjauan Teori Untuk mengkaji ataupun melakukan penelitian mengenai Intellectual Capital dan pengaruhnya terhadap kesehatan bank, maka ada beberapa teori yang harus ditelaah terlebih dahulu.Beberapa teori ini merupakan dasar yang menjadikan penguatan latar belakang terkait hubungan antara Intellectual Capital dengan kesehatan bank.Hal ini berbeda dengan penelitian terdahulu, dimana peneliti menggunakan pengaruh kinerja untuk mengetahui peran Intellectual Capital, sedangkan penelitian ini menjadikan kesehatan bank sebagai pembanding untuk mengetahui peran Intellectual Capital. Didasari dari penelitian Hapsari (2000) yang menyatakan bahwa suatu perbankan yang sehat akan mempunyai kinerja yang baik, sehingga peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh langsung Intellectual Capital dengan kesehatan bank. Intellectual Capital Salah satu definisi Intellectual Capital yang banyak digunakan ditawarkan oleh Organisation for Ekonomic Co-operation and Development (OECD, 1999 dalam Ulum) yang menjelaskan IC sebagai nilai ekonomi dari dua kategori aset tak berwujud: (1) organizational (structural) capital; dan (2) human capital. Lebih tepatnya organizational (structural) capital mengacu pada hal-hal seperti sistem software, jaringan distribusi, dan tantai pasokan.Human capital meliputi sumberdaya manusia di dalam organisasi (yaitu sumber daya tenaga kerja/ karyawan) dan sumber daya eksternal yang berkaitan dengan organisasi, seperti konsumen dan supplier.Seringkali, istilah Intellectual Capital diperlakukan sebagai sinonim dari aktiva tak berwujud. Meskipun demikian, definisi yang diajukan OECD menyajikan cukup perbedaan dengan meletakkan Intellectual Capital sebagai bagian terpisah dari dasar penetapan intangible asset yang secara logika tidak mementuk bagian dari Intellectual Capital suatu perusahaan. Salah satunya adalah reputasi perusahaan mungkin merupakan hasil sampingan (atau suatu akibat) dari penggunaan Intellectual Capital secara bijak dalam perusahaan, tetapi itu bukan merupakan bagian dari Intellectual Capital. Klien dan Prusak dalam Daud Amri (2008) menyatakan apa yang kemungkinan menjadi standar pendefinisian Intellectual Capital, yang kemudian dipopularisasikan oleh Stewart. Menurut Klien dan Pruk “…we can define Intellectual Capital material thah has been formalized, and laveraged to produce a higher valued asset” (Stewart 1994; The Society of Manajement Accountants of Canada (SMAC) mendefinisikan intellectual assets sebagai berikut, “In balance sheet, intellectual assets are those knowledge- baseditems, which the company owns which will produced a future stream of benefits for the company (IFAC, 1998). Bontis dkk (2000) membagi komponen Intellectual Capital menjadi 3, yaitu human capital, organizational (structural) capital dan customer (relational capital). Human capital adalah kombinasi dari pengetahuan, keahlian (Skill), kemampuan melakukan inovasi dan kemampuan menyelesaikan tugas, meliputi nilai perusahaan, kultur dan filsafatnya. Organizatinal (structural) capital dapat diartikan sebagai apa yang tertinggal ketika para karyawan pulang kerumah pada malam hari dan merupakan “hard asset” perusahaan atau hardware, software, database, struktur organisasi, paten, trademark, dan segala kemampuan yang dimiliki organisasi untuk mendukung produktivitas karyawan. Komponen Intellectual Capital yang ketiga adalah customer (relational) capital memiliki tema utama mengenai pengetahuan dari rangkaian pasar, pelanggan, hubungan dengan supplier, kesaling pengertian dengan pemerintah dan asosiasi industri. Intellectual Capital umumnya diidentifikasikan sebagai perbedaan antara nilai pasar perusahaan (bisnis perusahaan) dan nilai bukan dari aset perusahaan tersebut atau dari financial capitalnya.Hal ini didasarkan pada suatu observasi bahwa sejak akhir tahun 1980an, nilai pasar dari bisnis kebanyakan dan secara khusus adalah bisnis yang berdasar pengetahuan telah menjadi lebih besar dari nilai yang dilaporkan dalam laporan keuangan berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh akuntan (Roslender & Fincham, 2004 dama Ulum, 2009). Intellectual Capital Sebagai Pencipta Nilai Meningkatnya tekanan dan tanggung jawab terhadap pemegang saham dan karyawan menyiratkan perhatian kepada penciptaan nilai (value creation) sebagai suatu ukuran baru tentang keberhasilan bisnis (riset yang dilaksanakan di pasar modal membuktikan bahwa terdapat suatu hubungan antara efisiensi penciptaan nilai dan nilai pasar perusahaan). Tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam jangka panjang, yang hanya akan dapat dicapai dengan investasi pada sumber daya intelektual (terutama pada human capital, yang merupakan factor kunci penciptaan nilai pada bisnis modern) dan peningkatan mobilisasi dari potensi internal perusahaan, terutama adalah intangible. Penciptaan nilai yang tidak berwujud (intangible value creation) harus mendapatkan perhatian yang cukup, karena hal ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap kinerja keseluruhan perusahaan.Sekarang ini, nilai diciptakan melalui hubungan yang kompleks antara penawaran dan permintaan (supply and demand), dimana saat ini penawaran jauh lebih besar daripada permintaan. Peter Drucker mendeskripsikan aktivitas bisnis tradisional sebagai berikut: “Membeli dengan murah, kemudian menjual dengan harga tinggi, dan selisihnya adalah keuntunganmu”. Dalam pendekatan ini, laba adalah lebih kecil disebabkan oleh biaya: semakin kecil biaya, maka semakin besar keuntungan. Inilah alasan mengapa perhatian khusus diberikan terhadap biaya-biaya selama era industry (Pulic, 1999 dalam Ulum, 2009). Teori modern mendefinisikan aktivitas bisnis sebagai nilai tambah (value added) dan kekayaan, yang jauh lebih kompleks dari pada sebelumnya. Untuk tujuan penciptaan laba, adalah penting untuk membangun hubungan dengan pelanggan ke tingkat paling tinggi. Lebih dari itu, adalah penting untuk menyadari bahwa format yang terukur/ berwujud (tangible form) dari penciptaan nilai (seperti: pendapatan nilai tambah) adalah tergantung pada format yang tidak berwujud (tangible form) dari penciptaan nilai (seperti peningkatan waktu dan efektivitas komunikasi, hubungan yang lebih baik dengan pelanggan, membangun dan mempertahankan repurtasi). Value added Intellectual Coefficient (VAICTM) Hal terpenting dalam manajemen di abad ke-20 adalah peningkatan hingga 50 kali lipat produktifitas pekerja manual dalam memproduksi. Kontribusi penting manajemen yang harus dibuat di abad ke-21 adalah dengan cara yang sama meningkatkan produktivitas pekerjaan pengetahuan (knowledge workers). Aset yang paling berharga di abad ke-21 adalah peralatan produksinya.Aset yang paling berharga institusi di abad ke-21 adalah pekerja berpengetahuan (knowledge workers) dan produktivitasnya”. Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) merupakan salah satu pengukuran dengan metode tidak langsung untuk mengukur seberapa dan bagaimana efisiensi modal intelektual dan modal karyawan menciptakan nilai yang berdasarkan pada hubungan tig komponen utama, yaitu capital employed, human capital, danstructural capital. VAICTM ini merupakan salah satu kategori pengukuran FAO karena metode ini disajikan dengan seluruh informasi yang telah tersedia dengan mudah pada laporan tahunan dan dapat dibandingkan dengan rata-rata perusahaan sejenis. Metode Value Added Intellectual Capital (VAICTM) dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1997 yang didesain menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan VAICTM merupakan instrument untuk mengukur kinerja Intellectual Capital perusahaan. Pendekatan ini relative mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan, karena kontruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan (neraca, laba rugi). Model inidimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Value Added adalah indicator paling objektif untuk memulai keberhasilan bisnias dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai (value creation) VA dihitung antara selisih antara output dan input. Output (OUT) mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual dipasar, sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan untuk memperoleh seluruh revenue.Hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak dihitung sebagai biaya (cost) dan tidak masuk dalam komponen IN, karena peran aktifnya dalam proses value creation, intellectual potential (yang dipresentasikan dengan labour expenses) tidak dihitung sebagai biaya (cost) dan tidak masuk dalam komponen IN. karena itu, aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas pencipta nilai (value creating entity). VA dipengaruhi oleh efisiensi dari human capital (HC) dan structural capital (SC). Hubungan lainnya dari VA adalah capital employed (CE), yang dalam hal ini dilabeli dengan VACA. VACA adalah indicator yntyk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Pulic, 1998 mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE menghasilkan return yang lebih besar dari pada perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan itu lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya. Dengan demikian, pemanfaatan CE yang lebih baik merupakan bagian dari IC perusahaan. Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC.„Value added Human capital’ (VAHC) menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan. Konsisten dengan pandangan para penulis IC lainnya, Pulic berargumen bahwa total salary and wage cost adalah indicator dari HC perusahaan. Hubungan ketiga adalah “Struktural Capital Cofficient” (STVA), yang menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan Rp. 1 dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, ia dependen terhadap value creation. Artinya semakin besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC, yang hal ini telah diverifikasi melalui penelitian empiris pada sector industry tradisional Pulic, 2000. Rasio trakhir adalah menghitung kemampuan intelektual perusahaan dengan menjumlahkan koefisien-koefisien yang telah dihitung sebelumnya. Hasil penjumlahan tersebut diformulasikan dalam indicator baru yang unik, yaitu VAICTM (Tan et al., 2007 dalam Ulum, 2009). Keunggulan motode VAICTM adalah karena data yang dibutuhkan relatif mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan.Data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka keuangan yang standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan perusahaan.Alternative pengukuran IC lainnya terbatas hanya menghasilkan indicator keuangan dan non keuangan yang unik yang hanya untuk melengkapi profil suatu perusahaan secara individu.Indicator-indikator tersebut, khususnya indicator non keuangan, tidak tersedia atau tidak tercatat oleh perusahaan lainnya (Tan et al., 2007 dalam Ulum, 2009).Konsekwinsinya, kemampuan untuk menerapkan pengukuran IC alternative tersebut secara konsisten terhadap sample yang besar dan terdiversifikasi menjadi terbatas (Firer dan Williams, 2003 dalam Ulum, 2009). Laporan keuangan Bank Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank pada suatu waktu (periode tertentu) akan melaporkan semua kegiatan keuangannya. Laporan keuangan ini bertujuan memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan tersebut. Menurut Kasmir (2012:280) laporan keuangan bank adalah: laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu priode.Keuntungan dengan membaca laporan ini pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang dimilikinya. Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan tersebut.Kemudian laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasilhasil usaha yang diperoleh bank dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Seperti lembaga lainnya, bank juga memiliki beberapa jenis laporan keuangan, laporan keuangan tersebut meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Laporan posisi keuangan Laporan komitmen dan kontijensi Laporan laba rugi komprehensif Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan Laporan keuangan gabungan dan konsolidasian Menurut PSAK No. 1 revisi yahun 1998 tentang Penyajian Laporan Keuangan tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Laporan keuangan untuk tujuan umum termasuk juga laporan keuangan yang disajikan terpisah atau yang disajikan dalam dokumen public lainnya seperti laporan tahunan atau propektus.Pernyataan ini berlaku pula untuk laporan keuangan konsolidasian. Sedangkan menurut PSAK No. 101 tahun 2011 tentang penyajian laporan keuangan syariah tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas syariah yang meliputi: a) aset; b) kewajiban; c) dana syirkah temporer; d) ekuitas; e) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; f) arus kas; g) dana zakat; dan h) dana kebajikan. Komponen-komponen laporan keuangan syariah yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini: 1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode; 2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode; 3. Laporan perubahan ekuitas selama periode; 4. Laporan arus kas selama periode; 5. Laporan sumber dan pengguna dana zakat selama periode; 6. Laporan sumber dan penggunaan dana kebijakan selama periode; 7. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain; dan 8. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas syariah menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos laporan keuangan, atau ketika entitas syariah mereklasifikasi pos dalam laporan keuangannya. Kesehatan Bank Perkembangan industri perbankan, terutama produk dan jasa yang semakin beragam dapat meningkatkan eksposur risiko dan profil risiko bank.Peningkatan eksposur risiko dan profil risiko serta penerapan pendekatan pengawasan berdasarkan risiko dapat mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank.UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan menjelaskan bahwa bank wajib memelihara kesehatannya.Kesehatan bank yang mencerminkan kondisi keuangan dan kinerja bank merupakan sarana bagi otoritas pengawas dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap bank.Kesehatan bank juga menjadi kepentingan semua pihak terkait baik pemilik, pengelola atau manajemen, dan masyarakat pengguna jasa bank. Menurut Kasmir (2012:41) tingkat kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.Tingkat kesehatan suatu bank jika dilihat dari pendapat tersebut adalah posisi dimana bank tersebut dapat dikatakan sehat atau tidak.Laporan keuangan suatu bank dapat mencerminkan kondisi dan kinerja bank tersebut.Bank wajib menjaga tingkat kesehatannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank. a. Dasar Hukum Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan dengan UndangUndang Nomor 21 tahun 2008 tentangPerbankan Syariah, Bank wajib memelihara tingkat kesehatannya.Kesehatan bank harus diperlihara dan ditingkatkan agar kepercayaan masyarakat terhadap bank dapat terjaga.Kesehatan bank merupakan caerminan kondisi dan kinerja Bank merupakan sarana bagi otoritas pengawas dalam menentapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap bank.Selain itu bank juga menjadi kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen), dan masyarakat pengguna bank. Berdasarkan POJK No. 8 tahun 2014 pada Pasal 1 ayat 6 Tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dan unit syariah menyebutkan :“Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaiankondisi Bank yang dilakukan berdasarkan risiko termasuk risiko terkait penerapan prinsip syariah dan kinerja Bank atau disebut dengan Riskbased Bank Rating” Bank Umum Syariah (BUS) wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara individual atau sendiri (self assessment) maupun secara konsolidasi.Setetah melakukan penilaian tingkat keseatan kemudian hasil dari penilaian tersebut disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pada pasal 5 ayat 1 dan 2 menyebutkan bahwa dalam hal terdapat perbedaan antara penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan oleh OJK dengan hasil self assessment oleh bank itu sendiri, OJK wajib melakukan prudential meeting dengan baik. Apabila setelah melakukan prudential meeting masih terdapat perbedaan maka yang berlaku adalah hasil penelitian tingkat kesehatan bank yang dilakukan oleh OJK. Prudential meeting adalah pertemuan antara OJK dengan bank dalam rangka menggali informasi terkait proses pelaksanaan penilaiantingkat kesehatan bank. b. Metode CAMELS Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan SE BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dengan metode CAMELS. Kemudian pada tahun 2007 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Metode CAMELS adalah alat analisis keuangan yang paling banyak digunakan untuk menilai kinerja keuangan dan manajerial bank, yang diadopsi oleh North American Bank Regulators dalam hal mengavaluasi institusi pemberi pinjaman di Amerika Serikat pada awal tahun 1970 (Erol et al.,2013). c. Permodalan (Capital) Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah pasal 4 menyatakan bahwa Penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada komponen kecukupan, proyeksi permodalan dan kemampuan permodalan dalam mengcover risiko. Komponen ini dapat diartikan sebagai rasio yang mengukur modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) atau Capital Adequacy Ratio(CAR). KualitasAktiva Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS 2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah Romawi II.2 menyatakan bahwa penilaian kualitas aset merupakan penilaian terhadap kondisi aset Bank atau Unit Usaha Syariah (UUS) dan kecukupan manajemen risisko pembiayaan Penilaian ini ditujukan untuk menilai kondisi aset bank sebagai upaya pencegahan dari risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul, sehingga manajemen bank dapat memantau, dan menganalisis kualitas aktiva produktif secara periodik, sehingga saat aktiva produktif bermasalah, manajemen bank dapat menindaklanjuti permasalahan tersebut secepatnya. d. Rentabilitas Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS 2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah Romawi II.3 menyatakan bahwa penilaian rentabilitas merupakan penilaian terh2adap kondisi dan kemampuan Bank dan Unit Usaha Syariah (UUS) untuk menghasilkan keuntungan dalam rangka mendukung kegiatan operasional dan permodalan. Rentabilitas sering disebut dengan profitabilitas, sehingga berhubungan dengan laba yang diperoleh oleh suatu bank tersebut (Kasmir, 2013:234). Suatu bank dapat dikatakan sehat jika memiliki laba yang semakin tinggi, sehingga dapat memiliki penilaian rentabilitas yang semakin meningkat pula. Likuiditas Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS 2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah Romawi II.4 menyatakan bahwa penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk memelihara tingkat likuiditas yang memadai. Suatu bank diharuskan untuk dapat memelihara tingkat likuiditas yang dimilikinya, sehingga dapat terhindar dari risiko likuiditas yang mungkin muncul, seperti ketidak mampuan suatu bank untuk memenuhi kewajibannya. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Sumber Penelitian Jenis Penelitian Merujuk pada rumusan masalah, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Menurut Arikunto (2011:27) metode kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan dari hasilnya. Penelitian merupakan studi empiris yang dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan kualitas antara Intellectual Capital (yang diukur dengan VAICTM) dengan kesehatan bank (diukur dengan RGEC). Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis yang diajukan terkait dengan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen (Sugiono, 2012:14). Sumber Data Data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder, yaitu daya yang didapat tidak secara langsung, melainkan didapat dari berbagai sumber yang mempunyai hubungan dengan penelitian ini yang telah diolah dan dipublikasikan.Data yang dipublikasikan tersebut berupa data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka (dalam skala numeric).Data yang digunakan berupa data sekunder laporan keuangan Bank Pemerintah yang terdaftar di BEI yang berupa laporan laba/rugi dan neraca.Sumber data yang digunakan berasal dari sumber eksternal.Dapat diambil dari data-data yang telah dipublikasikan seperti internet ataupun literature yang telah dipublikasikan. Tempat Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada website www.idx.co.id di masing-masing perusahaan Perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Definisi dan Operasional variabel Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel Independen Variabel bebas (independen), yaitu variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain (Indriantoro dan Supomo, 2012:63). Variabel bebas pada penelitian ini adalah Intellectual Capital yang diukur berdasarkan value added yang diciptakan oleh physical capital (VACA), human capital (VAHU), dan structural capital (STVA). Kombinasi dari ketiga value added tersebut disimbolkan dengan nama VAICTM yang dikembangkan oleh Pulic. Formulasi untuk menghitung VAICTM adalah: 1. Tahapan pertama: menghitung value added (VA). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic, 1999). VA = OUT - IN Dimana: OUT = Output: total penjualan dan pendapatan lain. IN = Input: beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban karyawan). VA = Value added juga dapat dihitung dari akun-akun perusahaan sebagai berikut: VA = OP + EC + D + A Dimana: OP EC D A 2. = operating profit (laba operasi) = employee costs (beban karyawan) = depreciation (depresiasi) = amortization (amortisasi) Tahapan kedua: menghitung Employed (VACA). Value Added Capital VACA adalah indicator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital.Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi. VACA = VA / CE Dimana: VACA =Value Added Capital Employed :rasio dari VA terhadap CE VA = Value Added CE = Capital Employed: dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih) 3. Tahapan ketiga: menghitung Value Added Human Capital (VAHU). VAHU menunjukkan beberapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap Value added organisasi. VAHU = VA / HC Dimana: VAHU = Value added Human capital: rasio dari VA terhadap HC VA = Value added HC = Human capital: beban karyawan. 4. Tahap keempat: menghitung Structural capital Value added (STVA). Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. STVA = Sc / VA Dimana: STVA = Structural capital Value added: rasio dari SC terhadap VA. SC = Structural Capital: VA – HC VA = Value added 5. Tahapan kelima: menghitung Value added Intellectual Coefficient (VAICTM). VAICTM mengindikasikan kemampuan intellectual organisasi yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance Indicator).VAICTM merupakan penjumlahan dari tiga komponen sebelumnya yaitu: VACA, VAHU, dan STVA. TM VAIC = VACA + VAHU + STVA Variabel Dependen Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 mengenai tingkat kesehatan bank di Indonesia, dilakukan cara pengukuran kesehatan bank melalui variabel penelitian. Variabel tersebut adalah: Risk Profile. God Corprate Governance, Earning dan Capital (RGEC). Pada penelitian ini hanya akan mengukur kinerja dengan menggunakan sebagian komponen RGEC, yaitu hanya dalam tingkat Risiko Kredit yang diukur dengan NPL. Penilaian profil risiko didasarkan atas delapan risiko meliputi risiko kredit, likuiditas, pasar, operasional, hukum, strategik, kepatuhan, maupun reputasi.Penelitian ini menggunakan dua jenis risiko dari delapan risiko yang diatur dalam PBI No.13/1/PBI/2011, yaitu risiko kredit dan risiko likuiditas.Penggunaan risiko tersebut disebabkan kedua risiko tersebut dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio keuangan.(Rahmah Febrina, 2016) a. Resiko Kredit diukur dengan NPL Sumber: Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP Penentuan peringkat serta predikat rasio NPL bank ditentukan sebagai berikut: Tabel 1 Peringkat Komposit NPL. Raring 1 2 3 4 5 Ratio 0% < NPL < 2% 2% ≤ NPL < 5% 5% ≤ NPL < 8% 8% < NPL ≤ 12% NPL > 12% Predicate Sangat Sehat Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat Sumber: Kodifikasi Penilaian Kesehatan Bank Net Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang mencerminkan besarnya kredit bermasalah yang dihadapi oleh bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar (Febrina, 2016). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Data hasil penelitian mengenai Value Added Capital Employed, Value Added Human Capital, Structural capital Value added, dan kesehatan bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), maka statistik deskriptif akan disajikan data dari masing-masing variabel bebas maupun terikat yang digunakan untuk mendukung penelitian ini. Data hasil penelitian maka hasil statistik deskriptif dapat disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.3 Hasil Analisis Deskriptif Sumber: Data Diolah, 2017 Tabel 4.4 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Kesehatan Bank Sumber: Data Diolah, 2017 Hasil Uji Normalitas Data Hasil uji normalitas data dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Variabel Value Added Capital Employed Value Added Human Capital Structural capital Value added Kesehatan Bank Sumber: Data Diolah, 2017 Koefisien KolmogorovSmirnov 0,124 0,138 0,108 0,062 Sig. Keterangan 0,340 0,120 0,420 0,200 Normal Normal Normal Normal Pengujian Asumsi Klasik Untuk membuktikan apakah model regresi linier berganda yang dipergunakan dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi klasik atau belum, maka selanjutnya akan dilakukan evaluasi ekonometrika. Evaluasi ekonometrika terdiri dari uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Tabel 4.6 Hasil Pengujian Multikolinearitas Variabel Value Added Capital Employed Value Added Human Capital Structural capital Value added Sumber: Data Diolah, 2017 Nilai VIF 1,063 1,076 1,007 Hasil uji autokorelasi dapat disajikan pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi Sumber: Data Diolah, 2017 Tolerance 0,961 0,956 0,950 Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Data Diolah, 2017 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Pada bagian ini akan dilakukan analisis data mengenai pengaruh Value Added Capital Employed, Value Added Human Capital dan Structural capital Value addedterhadap kesehatan bank. Berdasarkan data dari hasil penelitian tersebut maka secara lengkap hasil analisa regresi linier berganda yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah: Tabel 4.8 Hasil analisis regresi linier berganda Model Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients B Std. Beta Error (Constant) 2,507 0,068 Value Added Capital 0,180 0,059 0,180 3,041 0,003 Employed 0,229 0,042 0,337 5,455 0,000 Value Added Human Capital 0,420 0,448 0,448 6,816 0,000 Structural capital Value added R R2 Fhitung Sig. Sumber: Data Diolah, 2017 0,835 0,698 108,449 0,000 Berdasarkan hasil analisa regresi di atas, maka dapat dirumuskan suatu persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = 2,507 +0,180X1+ 0,229X2 + 0,420X3 Hasil Uji Hipotesis Hasil Analisis Uji F Tabel 4.9 Hasil Uji F Sumber:Data Diolah, 2017 Koefisien Determinasi (R2) Hasil perhitungan analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan menunjukkan pengaruh variabel independent terhadap variabel dependenta dalah besar. Tabel 4.10 Koefisien Determinasi (R2) Sumber:Data Diolah, 2017 Hasil Analisis Uji t Untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independent, yaitu variabel Value Added Capital Employed, Value Added Human Capital dan Structural capital Value addedmempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan bank maka digunakan uji t (t – test). Tabel 4.11 Tabel Perbandingan Antara Nilai thitung Dengan Sig. thitung Sig. Variabel X1 (VACA) 3,041 0,003 X2 (VAHU) 5,455 0,000 X3 (STVA) 6,816 0,000 Sumber:Data Diolah, 2017 PEMBAHASAN Secara statistik analisis regresi secara parsial dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengaruh Value Added Capital Employed Terhadap Kesehatan Bank Dari hasil analisis pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa Value Added Capital Employed (X1) memiliki nilai sig. sebesar 0,003 < , (5%) hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif yang signifikan variabel Value Added Capital Employed (X1) terhadap kesehatan bank yang listing di BEI dengan asumsi variabel yang lain konstan. Adanya pengaruh Value Added Capital Employed terhadap kesehatan bank, menunjukkan bahwa unsur yang terdapat pada variabel Value Added Capital Employed membandingkan lebih dari sebuahkelompok perusahaan, Value Added Capital Employed menjadi sebuah indikator kemampuan intelektualperusahaan untuk memanfaatkan modal fisik lebih baik dan secara langsung dapat memberikan dampak terhadap upaya untuk meningkatkan kinerja keuangan bank sehingga memberikan dukungan dalam upaya meningkatan kesehatan bank. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suhendah, (2007) intellectual capital berpengaruh terhadap profitabilitas dan penilaian pasar. 2. Pengaruh Value Added Human CapitalTerhadap Kesehatan Bank Dari hasil analisis menunjukkan bahwa Value Added Human Capital (X2) memiliki nilai sig. sebesar 0,000< , (5%) hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif yang signifikan variabel Value Added Human Capital (X2) terhadap kesehatan bank yang listing di BEI dengan asumsi variabel yang lain konstan dengan asumsi variabel yang lain konstan. Jadi semakin tinggi atau baik Value Added Human Capital maka upaya untuk peningkatan kinerja keuangan bank dapat secara maksimal dilakukan, dimana human capital terbentuk dari tiga unsur utama yang dimiliki oleh seorang karyawan dalam bekerja diperusahaan, dalam hal ini yaitu mengenai Implicit Knowledge, Skills dan Attitude yang menentukan atas kualitas dari seorang karyawan dalam bekerja diperusahaan. Hasil signifikan juga dapat dikatakan bahwa apabila sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh bank terkait dengan upaya peningkatan kualitas tenaga kerja dan upaya peningkatan motivasi dalam bekerja diperusahaan maka secara langsung dapat memberikan dukungan dalam upaya peningkatan kinerja keuangan perusahaan sehingga memiliki dampak terhadap upaya peningkatan kesehatan bank. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suhendah, (2007) intellectual capital berpengaruh terhadap profitabilitas dan penilaian pasar. 3. Pengaruh Structural Capital Value AddedTerhadap Kesehatan Bank Dari hasil analisis menunjukkan bahwa Structural Capital Value Added (X3) memiliki nilai sig. sebesar 0,000< , (5%) hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif signifikan variabel Structural Capital Value Added (X3) terhadap kesehatan bank yang listing di BEI dengan asumsi variabel yang lain konstan. Adanya pengaruh yang signifikan juga menunjukkan bahwa Structural Capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk makaintellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa melalui pengelolaan Structural Capital Value Added secara tepat maka dengan sendirinya upaya untuk memberikan jaminan bahwa aktivitas operasional perusahaan dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan yang ditunjukkan dengan peningkatan kinerja keuangan bank sehingga peningkatan kesehatan bank. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suhendah, (2007) intellectual capital berpengaruh terhadap profitabilitas dan penilaian pasar. PENUTUP Simpulan Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh Intellectual Capital terhadap Kesehatan Bank, dari hasil penelitian dan pembahasan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh secara simultan antaraIntellectual Capitalyang meliputi Value Added Capital Employed, Value Added Human Capital, Structural Capital Value Addedterhadap kesehatan bank yang listing di BEI. 2. Terdapat pengaruh secara parsial antaraIntellectual Capitalyang meliputi Value Added Capital Employed, Value Added Human Capital, Structural Capital Value Addedterhadap kesehatan bank yang listing di BEI. 3. Structural Capital Value Added mempunyai pengaruh dominan terhadap kesehatan bank yang listing di BEI. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Dalam penelitian ini penilaian kesehatan bank hanya menggunakan variabel Intellectual Capital yang meliputi Value Added Capital Employed, Value Added Human Capital, Structural Capital Value Added, dan menguji kesehatan bank dengan menggunakan NPL. 2. Data tahun penelitian yang digunakan yaitu mulai tahun 2012 sampai 2016. 3. Sampel penelitian yang digunakan yaitu hanya 29 perusahaan. Saran Setelah mempelajari, menganalisa dan menyimpulkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diajukan beberapa saran bagi penelitian selanjutnya yang berminat untuk melanjutkan hasil penelitian ini yaitu dengan : 1. Menggunakan variabel kinerja keuangan bank lainnya yang mempengaruhi terhadap kesehatan bank. 2. Selain VACA, VAHU, STVA ada variabel lain yang berpengaruh kepada kesehatan bank seperti Profitabilitas, nilai pasar, merujuk dari penelitian terdahulu, untuk melancarkan peneliti selanjutnya. 3. Menambah data penelitian yang digunakan dan menambah sampel penelitian sehingga hasil penelitian ini lebih berkembang. DAFTAR PUSTAKA Al Qur‟an al-Karim dan Terjemah Agung, Yulianto, 2011, Analisis Camels Dalam Memprediksi Tingkat Kesehatan Bank Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009 – 2011. Dalam Jurnal Media Ekonomi & Teknologi Informasi Vol. 19 No. 1 Maret 2012 : 35– 49 Alizatul, Fadhila, 2014, Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating (RBBR) (Studi pada Bank Milik Pemerintah Pusat yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013). Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Alawiyah, Tuti, 2016, Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode RGEC Pada Bank Umum BUMN Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012 – 2014, Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta. Bank Indonesia, 2004, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 6/23/DPNP/2004 Tentang Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank Umum. Dewa, Ayu, 2013, Analisis Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan RGEC Pada Perusahaan Perbankan Besar Dan Kecil, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.2 (2013): 483-496. Ema, Septiana, 2009, Analisis Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Metode Camels (Studi Empiris Pada Perbankan Go Public Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008), Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Gita, Maheswari, 2016, Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Dan Ukuran Bank Terhadap Nilai Perusahaan, E-Jurnal Akuntans Universitas Udayana Vol.16.2. Agustus (2016): 1319-1346. Husein, 2016, Tingkat Kesehatan Bank Analisaperbandingan Pendekatan Camels Dan Rgec(Studi Padabank Umum Syariah tahun Periode 2012-2014, Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol.3No. 2 Februari 2016: 102-116. Hendrayana, Yasa. 2015. Pengaruh Komponen RGEC Pada Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 11.1. Hal. 74-89. ISSN: 2302-8556. Ihyaul, Ulum, 2007, Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Di Indonesia, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang. Johny, Sumarna, 2015, Pengaruh Intellectual Capital Pada Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi Jiwa Di Indonesia, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.13.No.2 Nov. 2015. (hal 643-664). Nur, Artyka, 2015, Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan RGEC Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) TBK Periode 2011-2013, Jurnal, Fakultas Ekonomi Universiatas Negeri Yogyakarta. Rousilita, 2007, “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas, Produktivitas, Dan Penilaian Pasar Pada Perusahaan Yang Go Public Di Indonesia Pada Tahun 2005-2007”. Jurnal. Universitas Tarumanagara. Sawarjuwono, 2003, Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran, dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 5, No. 1. Yulia, 2013, Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Camel Pada Industri Perbankan Bumn Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, Journal Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 263-272.