PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KESEHATAN

advertisement
PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KESEHATAN BANK
(Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2012-2016)
Oleh:
Lailatul Mutmainnah, Hj. Maslichah dan
M. Cholid Mawardi
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi
Universitas Islam Malang
Email: [email protected]
ABSTRAK
Intellectual Capital is generally identified as the difference between the
market value of the company (enterprise business) and the assets book value of
the company or its financial capital. The purpose of this study is to determine the
relationship between intellectual capitals (VAICTM) formed from components of
physical capital, human capital and structural capital towards bank health through
RGEC (risk profile, good corporate governance, earnings, capital) approach.
The data were obtained from the financial statements that have been
published on the IDX by purpose sampling method. The testing between variables
using partial least squares (PLS) data analysis.
This study shows that there is a positive effect of intellctual capital
TM
(VAIC ) on the health of the bank. Overall, there are two indicators of
intellectual capital formation (VAICTM) namely human capital (VAHU) and
physical capital (VACA), but the most powerful indicator intellectual capital is
VAHU. As for the bank health variables are formed from the risk profile, good
corporate governance, earning, capital indicators, from these indicators, capital
(CAR) is the most powerful indicator to from the bank health construction.
Kata Kunci: Intellectual Capital (VAICTM), Value added Capital Employed
(VACA), Value added Human Capital (VAHU), Structural Capital Coefficient
(STVA), Kesehatan Bank.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesehatan keuangan adalah suatu indikator dalam perusahaan yang
menandakan
kesiapan
perusahaan
dalam
melakukan
kewajibankewajibannya.Kesehatan keuangan menjadi penting karena berkaitan dengan
pihak-pihak lain seperti kreditur, investor, dan pelanggan dalam pemenuhan hak
dan kewajiban.Pengukuran kesehatan keuangan juga diukur menggunakan rasio
keuangan, yaitu indeks yang menghubungkan angka-angka dalam suatu laporan
keuangan (Rosyati, 2010).Industri asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan
perlu meningkatkan kinerjanya mengingat bahwa asuransi merupakan suatu
mekanisme pemindahan risiko yang dananya berasal dari pihak
tertanggung.Kinerja asuransi tidak bisa dilepaskan dari kinerja kesehatan
keuangannya dan rasio-rasio yang digunakan sebagai standar dalam penentuan
keberlangsungan suatu perusahaan asuransi.
Intellectual Capital berperan strategis pada setiap perusahaan. Intellectual
Capital memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan keunggulannya secara
berkesinambungan dari kegiatannya yang berbasis pengetahuan, mampu
beradaptasi dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungannya., serta mampu
melaksanakan tugas dan aktivitasnya secara efisien dan efektif (Mulyadi, (2011).
Melihat hal tersebut sangat penting bagi pengelola perusahaan mengungkapkan
Intellectual Capital dalam laporan keuangan yang di publis.Mengingat
pengambilan keputusan didasarkan pada informasi dalam laporan keuangan.
Terlebih untuk perusahaan disektor jasa, mereka akan lebih bergantung pada
sumber daya manusia dalam menggerakkan kegiatan ekonomi untuk mendapatkan
profit. Sumber daya manusia yang baik akan menghasilkan kinerja yang baik, dan
akan sangat berbeda jika dikelola oleh orang yang berbeda. Untuk sector
perbankan kemampuan sumber daya manusia sering juga disebut humancapital
sangat mempengaruhi dalam pencapaian target profit perbankan, bagaimana pihak
bank mampu membuat nasabah percaya untuk menyimpan kelebihan dana mereka
yang kemudian akan dikelola oleh pihak bank dengan pemberian kredit bagi
nasabah yang kekurangan dana. Kegiatan operasional perbankan yang sangat
bergantung pada sumber daya yang dimiliki, seharusnya juga mencantumkan
intangible asset atau Intellectual Capital pada laporan keuangan sehingga
mengambil keputusan (Stakeholder) mampu mengambil keputusan secara objektif
dan dirasa tepat.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah terdapat pengaruh
Intellectual Capital perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada Tahun 2012-2016 terhadap kesehatan bank.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Suhendah, (2007) Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas,
Produktivitas, Dan Penilaian Pasar Pada Perusahaan Yang Go Public
Di
Indonesia Pada Tahun 2005-2007. Penentuan sampel dalam penelitian ini
dilakukan secara purposive sampling.Hasil penelitian memberikan bukti empiris
bahwa intellectual capital berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (positif)
dan produktivitas (negatif), namun tidak berpengaruh signifikan terhadap
penilaian pasar. Hasil temuan ini mengindikasikan bahwa intellectual capital
memberikan kontribusi yang kuat pada teori stakeholder yang menekankan pada
laba akuntansi dan keakuratan value added dalam menentukan return. Hasil
pengujian ini juga sesuai dengan resource-based theory yang menjelaskan bahwa
perusahaan dapat mempertahankan produktivitas dengan keunggulan kompetitif
yang dimiliki perusahaan dengan cara mengimplementasikan strategi untuk
menciptakan value added dalam hal ini intellectual capital yang tidak mudah
ditiru oleh pesaing perusahaan.
Yulianto, (2011) Analisis Camels Dalam Memprediksi Tingkat Kesehatan
Bank Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009 – 2011.
Teknik penentuan sampling dalam penelitian ini dengan menggunakan metode
purposive samplingHasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
secara signifikan, yaitu untuk CAR dengan nilai Wilk‟s Lambda sebesar 0,927
signifikan pada 0,037 dan nilai Wilk‟s Lambda NPL sebesar 0,818 dan signifikan
pada 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa CAR dan NPL dapat digunakan untuk
membentuk variabel diskriminan. Sedangkan variabel NPM, ROA, BOPO, LDR
dan IER menunjukkan hasil yang tidak signifikan, sehingga variabel tersebut
mempunyai nilai prediksi yang rendah dalam membentuk variabel diskriminan.
Tinjauan Teori
Untuk mengkaji ataupun melakukan penelitian mengenai Intellectual
Capital dan pengaruhnya terhadap kesehatan bank, maka ada beberapa teori yang
harus ditelaah terlebih dahulu.Beberapa teori ini merupakan dasar yang
menjadikan penguatan latar belakang terkait hubungan antara Intellectual Capital
dengan kesehatan bank.Hal ini berbeda dengan penelitian terdahulu, dimana
peneliti menggunakan pengaruh kinerja untuk mengetahui peran Intellectual
Capital, sedangkan penelitian ini menjadikan kesehatan bank sebagai pembanding
untuk mengetahui peran Intellectual Capital. Didasari dari penelitian Hapsari
(2000) yang menyatakan bahwa suatu perbankan yang sehat akan mempunyai
kinerja yang baik, sehingga peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh
langsung Intellectual Capital dengan kesehatan bank.
Intellectual Capital
Salah satu definisi Intellectual Capital yang banyak digunakan ditawarkan
oleh Organisation for Ekonomic Co-operation and Development (OECD, 1999
dalam Ulum) yang menjelaskan IC sebagai nilai ekonomi dari dua kategori aset
tak berwujud: (1) organizational (structural) capital; dan (2) human capital.
Lebih tepatnya organizational (structural) capital mengacu pada hal-hal seperti
sistem software, jaringan distribusi, dan tantai pasokan.Human capital meliputi
sumberdaya manusia di dalam organisasi (yaitu sumber daya tenaga kerja/
karyawan) dan sumber daya eksternal yang berkaitan dengan organisasi, seperti
konsumen dan supplier.Seringkali, istilah Intellectual Capital diperlakukan
sebagai sinonim dari aktiva tak berwujud. Meskipun demikian, definisi yang
diajukan OECD menyajikan cukup perbedaan dengan meletakkan Intellectual
Capital sebagai bagian terpisah dari dasar penetapan intangible asset yang secara
logika tidak mementuk bagian dari Intellectual Capital suatu perusahaan. Salah
satunya adalah reputasi perusahaan mungkin merupakan hasil sampingan (atau
suatu akibat) dari penggunaan Intellectual Capital secara bijak dalam perusahaan,
tetapi itu bukan merupakan bagian dari Intellectual Capital.
Klien dan Prusak dalam Daud Amri (2008) menyatakan apa yang
kemungkinan menjadi standar pendefinisian Intellectual Capital, yang kemudian
dipopularisasikan oleh Stewart. Menurut Klien dan Pruk “…we can define
Intellectual Capital material thah has been formalized, and laveraged to produce
a higher valued asset” (Stewart 1994; The Society of Manajement Accountants of
Canada (SMAC) mendefinisikan intellectual assets sebagai berikut, “In balance
sheet, intellectual assets are those knowledge- baseditems, which the company
owns which will produced a future stream of benefits for the company (IFAC,
1998).
Bontis dkk (2000) membagi komponen Intellectual Capital menjadi 3,
yaitu human capital, organizational (structural) capital dan customer (relational
capital). Human capital adalah kombinasi dari pengetahuan, keahlian (Skill),
kemampuan melakukan inovasi dan kemampuan menyelesaikan tugas, meliputi
nilai perusahaan, kultur dan filsafatnya. Organizatinal (structural) capital dapat
diartikan sebagai apa yang tertinggal ketika para karyawan pulang kerumah pada
malam hari dan merupakan “hard asset” perusahaan atau hardware, software,
database, struktur organisasi, paten, trademark, dan segala kemampuan yang
dimiliki organisasi untuk mendukung produktivitas karyawan. Komponen
Intellectual Capital yang ketiga adalah customer (relational) capital memiliki
tema utama mengenai pengetahuan dari rangkaian pasar, pelanggan, hubungan
dengan supplier, kesaling pengertian dengan pemerintah dan asosiasi industri.
Intellectual Capital umumnya diidentifikasikan sebagai perbedaan antara
nilai pasar perusahaan (bisnis perusahaan) dan nilai bukan dari aset perusahaan
tersebut atau dari financial capitalnya.Hal ini didasarkan pada suatu observasi
bahwa sejak akhir tahun 1980an, nilai pasar dari bisnis kebanyakan dan secara
khusus adalah bisnis yang berdasar pengetahuan telah menjadi lebih besar dari
nilai yang dilaporkan dalam laporan keuangan berdasarkan perhitungan yang
dilakukan oleh akuntan (Roslender & Fincham, 2004 dama Ulum, 2009).
Intellectual Capital Sebagai Pencipta Nilai
Meningkatnya tekanan dan tanggung jawab terhadap pemegang saham dan
karyawan menyiratkan perhatian kepada penciptaan nilai (value creation) sebagai
suatu ukuran baru tentang keberhasilan bisnis (riset yang dilaksanakan di pasar
modal membuktikan bahwa terdapat suatu hubungan antara efisiensi penciptaan
nilai dan nilai pasar perusahaan). Tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan
kemampuan perusahaan dalam jangka panjang, yang hanya akan dapat dicapai
dengan investasi pada sumber daya intelektual (terutama pada human capital,
yang merupakan factor kunci penciptaan nilai pada bisnis modern) dan
peningkatan mobilisasi dari potensi internal perusahaan, terutama adalah
intangible.
Penciptaan nilai yang tidak berwujud (intangible value creation) harus
mendapatkan perhatian yang cukup, karena hal ini memiliki dampak yang sangat
besar terhadap kinerja keseluruhan perusahaan.Sekarang ini, nilai diciptakan
melalui hubungan yang kompleks antara penawaran dan permintaan (supply and
demand), dimana saat ini penawaran jauh lebih besar daripada permintaan. Peter
Drucker mendeskripsikan aktivitas bisnis tradisional sebagai berikut: “Membeli
dengan murah, kemudian menjual dengan harga tinggi, dan selisihnya adalah
keuntunganmu”. Dalam pendekatan ini, laba adalah lebih kecil disebabkan oleh
biaya: semakin kecil biaya, maka semakin besar keuntungan. Inilah alasan
mengapa perhatian khusus diberikan terhadap biaya-biaya selama era industry
(Pulic, 1999 dalam Ulum, 2009).
Teori modern mendefinisikan aktivitas bisnis sebagai nilai tambah (value
added) dan kekayaan, yang jauh lebih kompleks dari pada sebelumnya. Untuk
tujuan penciptaan laba, adalah penting untuk membangun hubungan dengan
pelanggan ke tingkat paling tinggi. Lebih dari itu, adalah penting untuk menyadari
bahwa format yang terukur/ berwujud (tangible form) dari penciptaan nilai
(seperti: pendapatan nilai tambah) adalah tergantung pada format yang tidak
berwujud (tangible form) dari penciptaan nilai (seperti peningkatan waktu dan
efektivitas komunikasi, hubungan yang lebih baik dengan pelanggan, membangun
dan mempertahankan repurtasi).
Value added Intellectual Coefficient (VAICTM)
Hal terpenting dalam manajemen di abad ke-20 adalah peningkatan hingga
50 kali lipat produktifitas pekerja manual dalam memproduksi. Kontribusi penting
manajemen yang harus dibuat di abad ke-21 adalah dengan cara yang sama
meningkatkan produktivitas pekerjaan pengetahuan (knowledge workers). Aset
yang paling berharga di abad ke-21 adalah peralatan produksinya.Aset yang
paling berharga institusi di abad ke-21 adalah pekerja berpengetahuan (knowledge
workers) dan produktivitasnya”.
Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) merupakan salah satu
pengukuran dengan metode tidak langsung untuk mengukur seberapa dan
bagaimana efisiensi modal intelektual dan modal karyawan menciptakan nilai
yang berdasarkan pada hubungan tig komponen utama, yaitu capital employed,
human capital, danstructural capital. VAICTM ini merupakan salah satu kategori
pengukuran FAO karena metode ini disajikan dengan seluruh informasi yang
telah tersedia dengan mudah pada laporan tahunan dan dapat dibandingkan
dengan rata-rata perusahaan sejenis.
Metode Value Added Intellectual Capital (VAICTM) dikembangkan oleh
Pulic pada tahun 1997 yang didesain menyajikan informasi tentang value creation
efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible
asset) yang dimiliki perusahaan VAICTM merupakan instrument untuk mengukur
kinerja Intellectual Capital perusahaan. Pendekatan ini relative mudah dan sangat
mungkin untuk dilakukan, karena kontruksi dari akun-akun dalam laporan
keuangan perusahaan (neraca, laba rugi).
Model inidimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan
value added (VA). Value Added adalah indicator paling objektif untuk memulai
keberhasilan bisnias dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menciptakan nilai (value creation) VA dihitung antara selisih antara output dan
input.
Output (OUT) mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk
dan jasa yang dijual dipasar, sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang
digunakan untuk memperoleh seluruh revenue.Hal penting dalam model ini
adalah bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak dihitung sebagai biaya
(cost) dan tidak masuk dalam komponen IN, karena peran aktifnya dalam proses
value creation, intellectual potential (yang dipresentasikan dengan labour
expenses) tidak dihitung sebagai biaya (cost) dan tidak masuk dalam komponen
IN. karena itu, aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga
kerja sebagai entitas pencipta nilai (value creating entity).
VA dipengaruhi oleh efisiensi dari human capital (HC) dan structural
capital (SC). Hubungan lainnya dari VA adalah capital employed (CE), yang
dalam hal ini dilabeli dengan VACA. VACA adalah indicator yntyk VA yang
diciptakan oleh satu unit dari physical capital.
Pulic, 1998 mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE menghasilkan
return yang lebih besar dari pada perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan
itu lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya. Dengan demikian, pemanfaatan CE
yang lebih baik merupakan bagian dari IC perusahaan.
Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC.„Value added Human capital’
(VAHC) menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan
kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan. Konsisten
dengan pandangan para penulis IC lainnya, Pulic berargumen bahwa total salary
and wage cost adalah indicator dari HC perusahaan.
Hubungan ketiga adalah “Struktural Capital Cofficient” (STVA), yang
menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai STVA
mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan Rp. 1 dari VA dan
merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC
bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, ia dependen terhadap value
creation. Artinya semakin besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan
semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan
bahwa SC adalah VA dikurangi HC, yang hal ini telah diverifikasi melalui
penelitian empiris pada sector industry tradisional Pulic, 2000.
Rasio trakhir adalah menghitung kemampuan intelektual perusahaan
dengan menjumlahkan koefisien-koefisien yang telah dihitung sebelumnya. Hasil
penjumlahan tersebut diformulasikan dalam indicator baru yang unik, yaitu
VAICTM (Tan et al., 2007 dalam Ulum, 2009).
Keunggulan motode VAICTM adalah karena data yang dibutuhkan relatif
mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan.Data yang
dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka
keuangan yang standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan
perusahaan.Alternative pengukuran IC lainnya terbatas hanya menghasilkan
indicator keuangan dan non keuangan yang unik yang hanya untuk melengkapi
profil suatu perusahaan secara individu.Indicator-indikator tersebut, khususnya
indicator non keuangan, tidak tersedia atau tidak tercatat oleh perusahaan lainnya
(Tan et al., 2007 dalam Ulum, 2009).Konsekwinsinya, kemampuan untuk
menerapkan pengukuran IC alternative tersebut secara konsisten terhadap sample
yang besar dan terdiversifikasi menjadi terbatas (Firer dan Williams, 2003 dalam
Ulum, 2009).
Laporan keuangan Bank
Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank pada suatu waktu (periode
tertentu) akan melaporkan semua kegiatan keuangannya. Laporan keuangan ini
bertujuan memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik,
manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan tersebut.
Menurut Kasmir (2012:280) laporan keuangan bank adalah: laporan
keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari
laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk
kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja
manajemen bank selama satu priode.Keuntungan dengan membaca laporan ini
pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan
kekuatan yang dimilikinya.
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa laporan keuangan bertujuan
untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik,
manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan
tersebut.Kemudian laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasilhasil usaha yang diperoleh bank dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau
beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut.
Seperti lembaga lainnya, bank juga memiliki beberapa jenis laporan
keuangan, laporan keuangan tersebut meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Laporan posisi keuangan
Laporan komitmen dan kontijensi
Laporan laba rugi komprehensif
Laporan arus kas
Catatan atas laporan keuangan
Laporan keuangan gabungan dan konsolidasian
Menurut PSAK No. 1 revisi yahun 1998 tentang Penyajian Laporan
Keuangan tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan
yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna
laporan. Laporan keuangan untuk tujuan umum termasuk juga laporan keuangan
yang disajikan terpisah atau yang disajikan dalam dokumen public lainnya seperti
laporan tahunan atau propektus.Pernyataan ini berlaku pula untuk laporan
keuangan konsolidasian. Sedangkan menurut PSAK No. 101 tahun 2011 tentang
penyajian laporan keuangan syariah tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum
adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas
entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber
daya yang dipercayakan kepada mereka. Suatu laporan keuangan menyajikan
informasi mengenai entitas syariah yang meliputi: a) aset; b) kewajiban; c) dana
syirkah temporer; d) ekuitas; e) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan
kerugian; f) arus kas; g) dana zakat; dan h) dana kebajikan.
Komponen-komponen laporan keuangan syariah yang lengkap terdiri dari
komponen-komponen berikut ini:
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode;
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode;
4. Laporan arus kas selama periode;
5. Laporan sumber dan pengguna dana zakat selama periode;
6. Laporan sumber dan penggunaan dana kebijakan selama
periode;
7. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan
akuntansi penting dan informasi penjelasan lain; dan
8. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif
yang disajikan ketika entitas syariah menerapkan suatu
kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat
penyajian kembali pos laporan keuangan, atau ketika
entitas syariah mereklasifikasi pos dalam laporan
keuangannya.
Kesehatan Bank
Perkembangan industri perbankan, terutama produk dan jasa yang
semakin beragam dapat meningkatkan eksposur risiko dan profil risiko
bank.Peningkatan eksposur risiko dan profil risiko serta penerapan pendekatan
pengawasan berdasarkan risiko dapat mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan
bank.UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan menjelaskan
bahwa bank wajib memelihara kesehatannya.Kesehatan bank yang mencerminkan
kondisi keuangan dan kinerja bank merupakan sarana bagi otoritas pengawas
dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap bank.Kesehatan bank
juga menjadi kepentingan semua pihak terkait baik pemilik, pengelola atau
manajemen, dan masyarakat pengguna jasa bank.
Menurut Kasmir (2012:41) tingkat kesehatan bank adalah kemampuan
suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan
mampu memenuhi kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai
dengan peraturan perbankan yang berlaku.Tingkat kesehatan suatu bank jika
dilihat dari pendapat tersebut adalah posisi dimana bank tersebut dapat dikatakan
sehat atau tidak.Laporan keuangan suatu bank dapat mencerminkan kondisi dan
kinerja bank tersebut.Bank wajib menjaga tingkat kesehatannya sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas
bank.
a. Dasar Hukum Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan dengan UndangUndang Nomor 21 tahun 2008
tentangPerbankan Syariah, Bank wajib memelihara tingkat
kesehatannya.Kesehatan bank harus diperlihara dan ditingkatkan agar
kepercayaan masyarakat terhadap bank dapat terjaga.Kesehatan bank
merupakan caerminan kondisi dan kinerja Bank merupakan sarana bagi
otoritas pengawas dalam menentapkan strategi dan fokus pengawasan
terhadap bank.Selain itu bank juga menjadi kepentingan semua pihak
yang terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen), dan masyarakat
pengguna bank.
Berdasarkan POJK No. 8 tahun 2014 pada Pasal 1 ayat 6 Tentang
penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dan unit syariah
menyebutkan :“Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaiankondisi
Bank yang dilakukan berdasarkan risiko termasuk risiko terkait
penerapan prinsip syariah dan kinerja Bank atau disebut dengan Riskbased Bank Rating”
Bank Umum Syariah (BUS) wajib melakukan penilaian tingkat
kesehatan bank secara individual atau sendiri (self assessment) maupun
secara konsolidasi.Setetah melakukan penilaian tingkat keseatan
kemudian hasil dari penilaian tersebut disampaikan kepada Otoritas
Jasa Keuangan (OJK). Pada pasal 5 ayat 1 dan 2 menyebutkan bahwa
dalam hal terdapat perbedaan antara penilaian tingkat kesehatan bank
yang dilakukan oleh OJK dengan hasil self assessment oleh bank itu
sendiri, OJK wajib melakukan prudential meeting dengan baik. Apabila
setelah melakukan prudential meeting masih terdapat perbedaan maka
yang berlaku adalah hasil penelitian tingkat kesehatan bank yang
dilakukan oleh OJK. Prudential meeting adalah pertemuan antara OJK
dengan bank dalam rangka menggali informasi terkait proses
pelaksanaan penilaiantingkat kesehatan bank.
b. Metode CAMELS
Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan SE BI No. 6/23/DPNP
tanggal 31 Mei 2004 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum dengan metode CAMELS. Kemudian pada tahun 2007 Bank
Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor
9/1/PBI/2007 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah. Metode CAMELS adalah alat analisis
keuangan yang paling banyak digunakan untuk menilai kinerja
keuangan dan manajerial bank, yang diadopsi oleh North American
Bank Regulators dalam hal mengavaluasi institusi pemberi pinjaman di
Amerika Serikat pada awal tahun 1970 (Erol et al.,2013).
c. Permodalan (Capital)
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007
Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan
Prinsip Syariah pasal 4 menyatakan bahwa Penilaian terhadap faktor
permodalan didasarkan pada komponen kecukupan, proyeksi
permodalan dan kemampuan permodalan dalam mengcover risiko.
Komponen ini dapat diartikan sebagai rasio yang mengukur modal
terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) atau Capital
Adequacy Ratio(CAR). KualitasAktiva Berdasarkan Surat Edaran Bank
Indonesia No. 9/24/DPbS 2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah Romawi II.2
menyatakan bahwa penilaian kualitas aset merupakan penilaian
terhadap kondisi aset Bank atau Unit Usaha Syariah (UUS) dan
kecukupan manajemen risisko pembiayaan Penilaian ini ditujukan
untuk menilai kondisi aset bank sebagai upaya pencegahan dari risiko
gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul, sehingga
manajemen bank dapat memantau, dan menganalisis kualitas aktiva
produktif secara periodik, sehingga saat aktiva produktif bermasalah,
manajemen bank dapat menindaklanjuti permasalahan tersebut
secepatnya.
d. Rentabilitas
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS 2007
Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan
Prinsip Syariah Romawi II.3 menyatakan bahwa penilaian rentabilitas
merupakan penilaian terh2adap kondisi dan kemampuan Bank dan Unit
Usaha Syariah (UUS) untuk menghasilkan keuntungan dalam rangka
mendukung kegiatan operasional dan permodalan. Rentabilitas sering
disebut dengan profitabilitas, sehingga berhubungan dengan laba yang
diperoleh oleh suatu bank tersebut (Kasmir, 2013:234). Suatu bank
dapat dikatakan sehat jika memiliki laba yang semakin tinggi, sehingga
dapat memiliki penilaian rentabilitas yang semakin meningkat pula.
Likuiditas Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS
2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah Romawi II.4 menyatakan bahwa penilaian
likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk
memelihara tingkat likuiditas yang memadai. Suatu bank diharuskan
untuk dapat memelihara tingkat likuiditas yang dimilikinya, sehingga
dapat terhindar dari risiko likuiditas yang mungkin muncul, seperti
ketidak mampuan suatu bank untuk memenuhi kewajibannya.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Sumber Penelitian
Jenis Penelitian
Merujuk pada rumusan masalah, maka jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Menurut
Arikunto (2011:27) metode kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut
menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data
tersebut serta penampilan dari hasilnya.
Penelitian merupakan studi empiris yang dilakukan untuk membuktikan
adanya hubungan kualitas antara Intellectual Capital (yang diukur dengan
VAICTM) dengan kesehatan bank (diukur dengan RGEC). Penelitian ini
merupakan pengujian hipotesis yang diajukan terkait dengan pengaruh antara
variabel independen terhadap variabel dependen (Sugiono, 2012:14).
Sumber Data
Data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder, yaitu
daya yang didapat tidak secara langsung, melainkan didapat dari berbagai sumber
yang mempunyai hubungan dengan penelitian ini yang telah diolah dan
dipublikasikan.Data yang dipublikasikan tersebut berupa data kuantitatif yaitu
data yang berupa angka-angka (dalam skala numeric).Data yang digunakan
berupa data sekunder laporan keuangan Bank Pemerintah yang terdaftar di BEI
yang berupa laporan laba/rugi dan neraca.Sumber data yang digunakan berasal
dari sumber eksternal.Dapat diambil dari data-data yang telah dipublikasikan
seperti internet ataupun literature yang telah dipublikasikan.
Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan pada website www.idx.co.id di masing-masing
perusahaan Perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Definisi dan Operasional variabel
Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel dependen
dan variabel independen.
Variabel Independen
Variabel bebas (independen), yaitu variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel yang lain (Indriantoro dan Supomo, 2012:63). Variabel bebas
pada penelitian ini adalah Intellectual Capital yang diukur berdasarkan value added yang
diciptakan oleh physical capital (VACA), human capital (VAHU), dan structural capital
(STVA). Kombinasi dari ketiga value added tersebut disimbolkan dengan nama VAICTM
yang dikembangkan oleh Pulic.
Formulasi untuk menghitung VAICTM adalah:
1.
Tahapan pertama: menghitung value added (VA). VA
dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic,
1999).
VA = OUT - IN
Dimana:
OUT = Output: total penjualan dan pendapatan lain.
IN
= Input: beban penjualan dan biaya-biaya lain
(selain beban karyawan).
VA
= Value added juga dapat dihitung dari akun-akun
perusahaan sebagai berikut:
VA = OP + EC + D + A
Dimana:
OP
EC
D
A
2.
= operating profit (laba operasi)
= employee costs (beban karyawan)
= depreciation (depresiasi)
= amortization (amortisasi)
Tahapan kedua: menghitung
Employed (VACA).
Value
Added
Capital
VACA adalah indicator untuk VA yang diciptakan oleh
satu unit dari physical capital.Rasio ini menunjukkan
kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap
value added organisasi.
VACA = VA / CE
Dimana:
VACA =Value Added Capital Employed :rasio dari VA
terhadap CE
VA
= Value Added
CE
= Capital Employed: dana yang tersedia (ekuitas,
laba bersih)
3.
Tahapan ketiga: menghitung Value Added Human Capital
(VAHU).
VAHU menunjukkan beberapa banyak VA dapat
dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga
kerja. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh
setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap Value
added organisasi.
VAHU = VA / HC
Dimana:
VAHU = Value added Human capital: rasio dari VA
terhadap HC
VA
= Value added
HC
= Human capital: beban karyawan.
4.
Tahap keempat: menghitung Structural capital Value
added (STVA).
Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi
bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.
STVA = Sc / VA
Dimana:
STVA = Structural capital Value added: rasio dari SC
terhadap VA.
SC
= Structural Capital: VA – HC
VA
= Value added
5.
Tahapan kelima: menghitung Value added Intellectual
Coefficient (VAICTM).
VAICTM mengindikasikan kemampuan intellectual
organisasi yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business
Performance Indicator).VAICTM merupakan penjumlahan
dari tiga komponen sebelumnya yaitu: VACA, VAHU, dan
STVA.
TM
VAIC
= VACA + VAHU + STVA
Variabel Dependen
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011
mengenai tingkat kesehatan bank di Indonesia, dilakukan cara pengukuran kesehatan
bank melalui variabel penelitian. Variabel tersebut adalah: Risk Profile. God Corprate
Governance, Earning dan Capital (RGEC). Pada penelitian ini hanya akan mengukur
kinerja dengan menggunakan sebagian komponen RGEC, yaitu hanya dalam tingkat
Risiko Kredit yang diukur dengan NPL.
Penilaian profil risiko didasarkan atas delapan risiko meliputi risiko kredit,
likuiditas, pasar, operasional, hukum, strategik, kepatuhan, maupun reputasi.Penelitian ini
menggunakan dua jenis risiko dari delapan risiko yang diatur dalam PBI
No.13/1/PBI/2011, yaitu risiko kredit dan risiko likuiditas.Penggunaan risiko tersebut
disebabkan kedua risiko tersebut dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio
keuangan.(Rahmah Febrina, 2016)
a. Resiko Kredit diukur dengan NPL
Sumber: Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP
Penentuan peringkat serta predikat rasio NPL bank ditentukan sebagai berikut:
Tabel 1 Peringkat Komposit NPL.
Raring
1
2
3
4
5
Ratio
0% < NPL < 2%
2% ≤ NPL < 5%
5% ≤ NPL < 8%
8% < NPL ≤ 12%
NPL > 12%
Predicate
Sangat Sehat
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
Sumber: Kodifikasi Penilaian Kesehatan Bank
Net Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang mencerminkan besarnya
kredit bermasalah yang dihadapi oleh bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin
buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar
maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar (Febrina, 2016).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Data hasil penelitian mengenai Value Added Capital Employed, Value
Added Human Capital, Structural capital Value added, dan kesehatan bank yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), maka statistik deskriptif akan disajikan
data dari masing-masing variabel bebas maupun terikat yang digunakan untuk
mendukung penelitian ini. Data hasil penelitian maka hasil statistik deskriptif
dapat disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Hasil Analisis Deskriptif
Sumber: Data Diolah, 2017
Tabel 4.4
Hasil Analisis Deskriptif Variabel Kesehatan Bank
Sumber: Data Diolah, 2017
Hasil Uji Normalitas Data
Hasil uji normalitas data dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Data
Variabel
Value Added Capital Employed
Value Added Human Capital
Structural capital Value added
Kesehatan Bank
Sumber: Data Diolah, 2017
Koefisien
KolmogorovSmirnov
0,124
0,138
0,108
0,062
Sig.
Keterangan
0,340
0,120
0,420
0,200
Normal
Normal
Normal
Normal
Pengujian Asumsi Klasik
Untuk membuktikan apakah model regresi linier berganda yang dipergunakan
dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi klasik atau belum, maka selanjutnya akan
dilakukan evaluasi ekonometrika. Evaluasi ekonometrika terdiri dari uji normalitas data,
uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
Tabel 4.6
Hasil Pengujian Multikolinearitas
Variabel
Value Added Capital Employed
Value Added Human Capital
Structural capital Value added
Sumber: Data Diolah, 2017
Nilai VIF
1,063
1,076
1,007
Hasil uji autokorelasi dapat disajikan pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi
Sumber: Data Diolah, 2017
Tolerance
0,961
0,956
0,950
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data Diolah, 2017
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Pada bagian ini akan dilakukan analisis data mengenai pengaruh Value
Added Capital Employed, Value Added Human Capital dan Structural capital
Value addedterhadap kesehatan bank. Berdasarkan data dari hasil penelitian
tersebut maka secara lengkap hasil analisa regresi linier berganda yang telah
dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah:
Tabel 4.8
Hasil analisis regresi linier berganda
Model
Unstandardized Standardized
t
Sig.
Coefficients
Coefficients
B
Std.
Beta
Error
(Constant)
2,507
0,068
Value
Added
Capital
0,180
0,059
0,180 3,041 0,003
Employed
0,229
0,042
0,337 5,455 0,000
Value Added Human Capital
0,420
0,448
0,448 6,816 0,000
Structural capital Value added
R
R2
Fhitung
Sig.
Sumber: Data Diolah, 2017
0,835
0,698
108,449
0,000
Berdasarkan hasil analisa regresi di atas, maka dapat dirumuskan suatu persamaan
regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = 2,507 +0,180X1+ 0,229X2 + 0,420X3
Hasil Uji Hipotesis
Hasil Analisis Uji F
Tabel 4.9
Hasil Uji F
Sumber:Data Diolah, 2017
Koefisien Determinasi (R2)
Hasil perhitungan analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan
menunjukkan pengaruh variabel independent terhadap variabel dependenta dalah besar.
Tabel 4.10
Koefisien Determinasi (R2)
Sumber:Data Diolah, 2017
Hasil Analisis Uji t
Untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independent, yaitu
variabel Value Added Capital Employed, Value Added Human Capital dan
Structural capital Value addedmempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kesehatan bank maka digunakan uji t (t – test).
Tabel 4.11
Tabel Perbandingan Antara Nilai thitung Dengan Sig.
thitung
Sig.
Variabel
X1 (VACA)
3,041
0,003
X2 (VAHU)
5,455
0,000
X3 (STVA)
6,816
0,000
Sumber:Data Diolah, 2017
PEMBAHASAN
Secara statistik analisis regresi secara parsial dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pengaruh Value Added Capital Employed Terhadap Kesehatan Bank
Dari hasil analisis pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa Value
Added Capital Employed (X1) memiliki nilai sig. sebesar 0,003 <  , (5%)
hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif yang
signifikan variabel Value Added Capital Employed (X1) terhadap
kesehatan bank yang listing di BEI dengan asumsi variabel yang lain
konstan. Adanya pengaruh Value Added Capital Employed terhadap
kesehatan bank, menunjukkan bahwa unsur yang terdapat pada variabel
Value Added Capital Employed membandingkan lebih dari
sebuahkelompok perusahaan, Value Added Capital Employed menjadi
sebuah indikator kemampuan intelektualperusahaan untuk memanfaatkan
modal fisik lebih baik dan secara langsung dapat memberikan dampak
terhadap upaya untuk meningkatkan kinerja keuangan bank sehingga
memberikan dukungan dalam upaya meningkatan kesehatan bank. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Suhendah, (2007) intellectual capital berpengaruh terhadap profitabilitas
dan penilaian pasar.
2. Pengaruh Value Added Human CapitalTerhadap Kesehatan Bank
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa Value Added Human
Capital (X2) memiliki nilai sig. sebesar 0,000<  , (5%) hasil tersebut
menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif yang signifikan variabel
Value Added Human Capital (X2) terhadap kesehatan bank yang listing di
BEI dengan asumsi variabel yang lain konstan dengan asumsi variabel
yang lain konstan. Jadi semakin tinggi atau baik Value Added Human
Capital maka upaya untuk peningkatan kinerja keuangan bank dapat
secara maksimal dilakukan, dimana human capital terbentuk dari tiga
unsur utama yang dimiliki oleh seorang karyawan dalam bekerja
diperusahaan, dalam hal ini yaitu mengenai Implicit Knowledge, Skills dan
Attitude yang menentukan atas kualitas dari seorang karyawan dalam
bekerja diperusahaan. Hasil signifikan juga dapat dikatakan bahwa apabila
sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh bank terkait dengan upaya
peningkatan kualitas tenaga kerja dan upaya peningkatan motivasi dalam
bekerja diperusahaan maka secara langsung dapat memberikan dukungan
dalam upaya peningkatan kinerja keuangan perusahaan sehingga memiliki
dampak terhadap upaya peningkatan kesehatan bank. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suhendah, (2007)
intellectual capital berpengaruh terhadap profitabilitas dan penilaian
pasar.
3. Pengaruh Structural Capital Value AddedTerhadap Kesehatan Bank
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa Structural Capital Value
Added (X3) memiliki nilai sig. sebesar 0,000<  , (5%) hasil tersebut
menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif signifikan variabel
Structural Capital Value Added (X3) terhadap kesehatan bank yang listing
di BEI dengan asumsi variabel yang lain konstan. Adanya pengaruh yang
signifikan juga menunjukkan bahwa Structural Capital merupakan
kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas
perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk
menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara
keseluruhan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang
tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk
makaintellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan
potensi yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa melalui pengelolaan Structural Capital Value
Added secara tepat maka dengan sendirinya upaya untuk memberikan
jaminan bahwa aktivitas operasional perusahaan dapat berjalan sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan yang ditunjukkan dengan
peningkatan kinerja keuangan bank sehingga peningkatan kesehatan bank.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Suhendah, (2007) intellectual capital berpengaruh terhadap profitabilitas
dan penilaian pasar.
PENUTUP
Simpulan
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh Intellectual Capital
terhadap Kesehatan Bank, dari hasil penelitian dan pembahasan dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh secara simultan antaraIntellectual Capitalyang meliputi
Value Added Capital Employed, Value Added Human Capital, Structural
Capital Value Addedterhadap kesehatan bank yang listing di BEI.
2. Terdapat pengaruh secara parsial antaraIntellectual Capitalyang meliputi
Value Added Capital Employed, Value Added Human Capital, Structural
Capital Value Addedterhadap kesehatan bank yang listing di BEI.
3. Structural Capital Value Added mempunyai pengaruh dominan terhadap
kesehatan bank yang listing di BEI.
Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini penilaian kesehatan bank hanya menggunakan
variabel Intellectual Capital yang meliputi Value Added Capital
Employed, Value Added Human Capital, Structural Capital Value Added,
dan menguji kesehatan bank dengan menggunakan NPL.
2. Data tahun penelitian yang digunakan yaitu mulai tahun 2012 sampai
2016.
3. Sampel penelitian yang digunakan yaitu hanya 29 perusahaan.
Saran
Setelah mempelajari, menganalisa dan menyimpulkan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan, maka diajukan beberapa saran bagi penelitian
selanjutnya yang berminat untuk melanjutkan hasil penelitian ini yaitu dengan
:
1. Menggunakan variabel kinerja keuangan bank lainnya yang
mempengaruhi terhadap kesehatan bank.
2. Selain VACA, VAHU, STVA ada variabel lain yang berpengaruh kepada
kesehatan bank seperti Profitabilitas, nilai pasar, merujuk dari penelitian
terdahulu, untuk melancarkan peneliti selanjutnya.
3. Menambah data penelitian yang digunakan dan menambah sampel
penelitian sehingga hasil penelitian ini lebih berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur‟an al-Karim dan Terjemah
Agung, Yulianto, 2011, Analisis Camels Dalam Memprediksi Tingkat
Kesehatan Bank Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode Tahun 2009 – 2011. Dalam Jurnal Media Ekonomi &
Teknologi Informasi Vol. 19 No. 1 Maret 2012 : 35– 49
Alizatul, Fadhila, 2014, Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan
Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating (RBBR) (Studi
pada Bank Milik Pemerintah Pusat yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2011-2013). Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya.
Alawiyah, Tuti, 2016, Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan
Menggunakan Metode RGEC Pada Bank Umum BUMN Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012 – 2014, Skripsi,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Bank
Indonesia, 2004, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor:
6/23/DPNP/2004 Tentang Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank
Umum.
Dewa, Ayu, 2013, Analisis Perbedaan Tingkat
Kesehatan Bank
Berdasarkan RGEC Pada Perusahaan Perbankan Besar Dan
Kecil, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.2 (2013):
483-496.
Ema, Septiana, 2009, Analisis Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan
Metode Camels (Studi Empiris Pada Perbankan Go Public
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008),
Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Gita, Maheswari, 2016, Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Dan Ukuran
Bank Terhadap Nilai Perusahaan, E-Jurnal
Akuntans
Universitas Udayana Vol.16.2. Agustus (2016): 1319-1346.
Husein, 2016, Tingkat Kesehatan Bank Analisaperbandingan Pendekatan
Camels Dan Rgec(Studi Padabank Umum Syariah tahun
Periode 2012-2014, Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan
Terapan Vol.3No. 2 Februari 2016: 102-116.
Hendrayana, Yasa. 2015. Pengaruh Komponen RGEC Pada Perubahan
Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 11.1. Hal. 74-89.
ISSN: 2302-8556.
Ihyaul, Ulum, 2007, Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Perbankan
Di Indonesia, Tesis,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Johny, Sumarna, 2015, Pengaruh Intellectual Capital Pada Kesehatan
Keuangan Perusahaan Asuransi Jiwa Di Indonesia, E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana Vol.13.No.2 Nov. 2015. (hal
643-664).
Nur, Artyka, 2015, Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan RGEC Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) TBK Periode 2011-2013,
Jurnal, Fakultas Ekonomi Universiatas Negeri Yogyakarta.
Rousilita, 2007, “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas,
Produktivitas, Dan Penilaian Pasar Pada Perusahaan Yang
Go Public Di Indonesia Pada Tahun 2005-2007”. Jurnal.
Universitas Tarumanagara.
Sawarjuwono, 2003, Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran, dan
Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Vol. 5, No. 1.
Yulia, 2013, Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan
Metode Camel Pada Industri Perbankan Bumn Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia, Journal Vol.1 No.3 September 2013,
Hal. 263-272.
Download