Seminar Nasiona! Peternakan don Veteriner 1997 PEMBERDAYAAN LAMTORO TAHAN KUTU (HANTU) UNTUK PAKAN TERNAK SuKAsmAN, R. WARrADipuRA daft E. IOHAN Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung RINGKASAN Serangan kutu loncat pada Lamtoro pada tahun 1985, sampai sekarang masih merugikan produksi dan kualitas daunt Semngan kutu ini dirasakan sebagai musibah bagi penduduk pedesaan pada lahan kering kritis yang pada umumnya sebagai petani peternak . Untuk mendukung keluwtuhan pakan ternak mungkin Lamtoro tahan kutu sangat bermanfaat . Kata kunci : Lamtoro tahan kutu, pakan ternak PENDAHULUAN Pada tahun 1980-an di Indonesia digalakkan penanaman'Lamtoro dan dibuat kebun biji Lamtoro unggul jenis K8, K28, dan K67 di Nusa Tenggara Timur . Sebelum itu pads tahun 1970-an telah didatangkan bibit Lamtoro unggul dari Hawai jenis yang lama yaitu K6 (Peru), K8 (Mexico) dan K28 (El Salvador) yang selanjutnya sampai sekarang dikenal sebagai Lamtoro Gung. Usaha tersebut dilakukan oleh Pemerintah karena Indonesia sebagai daerah tropis, Lamtoro mempunyai nilai yang tinggi . Manfaat lamtoro bagi masyarakat desa Bagi masyarakat pedesaan, Lamtoro sangat penting karena bush dan daun muda dapat dimakan, daun yang tua untuk ternak, dan kayunya untuk bahan bakar dan perabotan rumah . Oleh sebab itu secara agak berlebihan oleh StuARwoTo (1982) dikatakan sebagai tanaman yang dipuji-puji (a miracle tree) karena mempunyai fungsi serba guns . Manfaat bagi masyarakat pertanian Bagi masyarakat tani, Lamtoro mempunyai fungsi sebagai pupuk hijau yang dibenamkan ke dalam tanah (lumpur) sebagai pengganti pupuk N, Urea atau ZA. Bagi masyarakat perkebunan teh, kopi dan kakao Lamtoro sangat baik untuk melindungi tanaman dari panas matahari . Di samping itu pada akarnya terjadi simbiose dengan bakteri pengikat N udara sehingga dapat menyuburkan tanah dan daun yang gugur sebagai bahan humus. Disamping itu perakaran Lamtoro cukup kuat dan dalam, sehingga untuk lahan yang miring dapat menahan erosi. Hama kutu loncat pada lamtoro Sampai dengan tahun 1982, Lamtoro masih dikenal sebagai tanaman yang resisten terhadap penyakit dan hama (ANONIMOUS, 1979), SumARwoTo, 1982), bahkan dilaporkan menghasilkan allelopati bagi tanaman lain. Meskipun demikian pada saat itu resistensinya masih diragukan (SUMARwom, 1982) . Sebab ternyata pada tahim 1985 datang serangan hama kutu loncat 975' Seminar Nasiona! Peternakan dan Veieriner 1997 (Heteropsyla sp.) yang serangannya sangat mendadak dan sangat cepat meluas . Akibat serangan Heteropsyla sp. tersebut seluruh Lamtoro di Indonesia rusak berat dan banyak yang mati. Kebutu4n akan lamtoro tahan kutu Serangan kutu loncat bagi masyarakat desa merupakan musibah besar, terutama dalam hal kebutuhan makanan ternak . Bagi perkebunan teh, kopi dan kakao menyebabkan rusaknya produksi dan serangan hama jenis lain. Oleh karena itu pengembangan jenis Lamtoro tahan kutu (hantu) sangat ditunggu, khususnya oleh para peternak . Sebab sampai sekarang hama kutu loncat masih sangat mengganggu pertumbuhan tunas Lamtoro Gung dewasa yang dipangkas dan tanaman muda atau pembibitan. Di samping itu produksi dan kualitas daunnya rendah. USAHA MENCARI LAMTORO TAHAN KUTU Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung, berusaha mencari jenis Lamtoro tahan kutu di sekitar daerah Gambung . Pada saat itu, tahan 1985, diketemukan jenis Lamtoro lokal yang disebut Lamtoro merah, karena daun, ranting dan buahnya berwarna kemerah-merahan (Leucaena diversifolia) . Jenis Lamtoro ini kelihatan resisten terhadap serangan kutu loncat. Secara kebetulan hutan Lamtoro merali ini berdekatan dengan kebun kopi milik rakyat yang menggunakan Lamtoro Gung (L. leucocephala) sebagi potion pelindung kopi . Meskipun potion-potion Lamtoro Gung tersebut gundul tidak berdaun, buahnya sangat lebat karena tidak pernah dipanen . Diperkirakan telah terjadi persilangan (crossing) secara alami antara Lamtoro Gung di kebun kopi dengan Lamtoro merah di dekatnya . Sebab menurut ANONIMOUS (1979), antara genus Lamtoro mudah terjadi persilangan alarm . Dari dua jenis Lamtoro yang saling berdekatan tersebut dikumpulkan bijinya yang selanjutnya disemaikan untuk seleksi masal di pembibitan. Dari seleksi masal di pembibitan diperoleh bibit tahan kutu berasal dari Lamtoro merah . Selanjutnya dari 4 tanaman Lamtoro tahan kutu tersebut dikembangkan atau diperbanyak secara vegetatif dengan nama Lamtoro tahan kutu (hantu) . PERBANYAKAN LAMTORO HANTU SECARA VEGETATIF Lamtoro hantu tidak menghasilkan biji atau bijinya sangat sedikit sebab sebagian besar bunganya gugur karena seteril . Oleh sebab itu perbanyakan Lamtoro hantu terutama dilakukan secara vegetatif dengan cars cangkok atau okulasi mata tidur (green budding) . Perbanyakan cara cangkok Perbanyakan Lamtoro hantu dengan cara cangkok sangat mudah, seperti mencangkok pada tanaman buah-buahan . Cabang yang baik untuk dicangkok ukurannya kira-kira bergaris tengah 5 cm, berumur 8-12 bulan atau lebili dan kulitnya sudah berwarna coklat . Media tanah cangkok yang baik yaitu tanah subur misalnya tanah hutan atau tanah yang banyak mengandung bahan organik . Waktu pencangkokan yang baik yaitu menjelang musim penghujan antara bulan OktoberNopember, paling lambat bulan April sebelum musitn kemarau tiba. Jika cabang yang dicangkok sehat dan panjangnya masing-masing 1 m. Cangkokan yang baik akan berakar dan dapat diturunkan setelah 2-3 bulan langsung ditanam di kebun atau dalam kantong plastik menunggu musim yang baik untuk ditanam di kebun. 976 Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1997 Cara okulasi mata tidur Untuk okulasi dibutuhkan batang bawah yang besarnya kira-kira sebesar jari orang dewasa. Untuk batang bawah sebaiknya dipakai Jews yang tahan kutu loncat (L. diversijolia) . Jenis Lamtoro biasa (L. glauca) atau Lamtoro Gung perlu pemeliharaan-khusus agar tidak terserang kutu loncat . Perbanyakan cara okulasi lebih hemat bahan jika dibandingkan dengan cara cangkok tetapi membutuhkan waktu lebih lama. Jika pertumbuhan bibit batang bawah baik maka pada umur 1 tahun sudah dapat dilakukan okulasi. Selanjutnya pada umur 8-12 bulan setelah okulasi dapat dipindahkan ke kebun. PENYEBARAN LAMTORO HANTU Penyebaran Lamtoro hantu oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan pohon pelindung tanaman teh . Daerah penyebarannya masih terbatas pada perkebunan teh di Jawa Barat dan Jawa Tengah . Di Jawa Barat selain di kebun Gambung juga mdah disebarkan ke daerah Purwakarta (Perkebunan Panglejar), Subang (Perkebunan Tambaksari), Garut (Perkebunan Dayeuhmanggung), Pangalengan (Kebun Percobaan Cibeureum dan Cinchona) dan Ciwidey (Perkebunan Cibuni dan Paranggong) . Di Jawa Tengah yaitu Wonosobo (Perkebunan Tanjungsari) dan Pemalang (Perkebunan Semugih) . Dari penyebaran ke daerah-daerah tersebut di atas diperoleh hasil pertumbuhan yang baik terdapat pada jenis tanah Andosol dan Regosol yang berstruktur gembur terutama berkadar phosfat (P) tinggi. KEMUNGKINAN PENGEMBANGAN UNTUK PAKAN TERNAK Penyebaran secara khusus kepada petani peternak belum dilakukan, tetapi beberapa peternak yang memperoleh bibit Lamtoro hantu secara tidak resmi melaporkan bahwa pertumbuhannya sangat baik . Tidak ada laporan mengenai ternak domba atau sapi keracunan atau mati akibat pemberian makan daun Lamtoro hantu . Bukti lain tidak terjadi keracunan tersebut juga diperoleh dari para pencari rumput untuk sapi dan domba yang mengambil daun Lamtoro hantu jika pada suatu saat ada yang tumbang atau patah pada scat menunlnkan cangkokan . Dari hasil penelitian tentang Leucaeno leucocephala di dalam negeri antara lain SIREGAR (1982) dan dari luar negeri antara lain KITAMURA (1988) dilaporkan bahwa Lamtoro (L. leucocephala) menghasilkan hijauan (pakan ternak) yang produksinya tinggi dengan nilai hara sangat baik karena komposisi bahan-bahan yang berimbang dan mudah dicerna . Produksi daun Usaha memproduksi bahan hijauan uniuk ternak secara khusus dari daun Lamtoro hantu belum pernah dilakukan . Akan tetapi penebangan daun pangkasan yang dilakukan setahun sekah menjelang musim penghujan, dalam rangka mengurangi kerimbunan tajuk, diperoleh 20-25 kg daun segar per pohon dari tanaman yang umurnya 3-5 taluin . Menurut ANONIMOUS (1979) Cit. SUMARWOTO (1982), agar produksi daun uniuk pakan ternak baik maka potion Lamtoro dipangkas setiap 3 bulan dan hasilnya mencapai 18 ton daun segar/liWtahun . SeminarNosional Peternakan don l%teriner 1997 Nilai hara daun lamtoro Daun Lamtoro sangat baik untuk pakan ternak jenis ruminansia karena mudah dicerna dan pembuangan kotoran lancar, jauh lebih bagus dibandingkan dengan rumput atau alfalfa . Kandungan proteinnya sangat tinggi, mencapai 27-34%. Karena kandungan protein yang tinggi ini maka daun Lamtoro kering mempunyai nilai sebagai komoditas ekspor khusus pakan ternak (ANONIMOUS, 1979). Menunit SIREGAR (1982) daun Lamtoro yang dikeringkan sangat baik untuk ternak sapi, babi dan unggas (ayam) . Ekspor daun Lamtoro yang dikeringkan antara tahun 1977-1978 mencapai 23.500 ton, antara lain ke Jerman, Malaysia dan Singapura . Nilai hara daun Lamtoro secara lengkap menurut dan 2 di bawah ini . ANONIMOUS (1979) disajikan dalam Tabel 1 Tabel 1. Perbandingan komposisi berat kering antara Lamtoro dan alfalfa di Malawi Bahan Abu (%) N (%) Protein (%) Serat kasar (%) Ca (0/.) P (%) Beta carotin (mglkg) Energi (Kl/g) Tanin (mg/g) Sumber Daun Lamtoro 11,0 4,2 25,9 20,4 2,36 0,23 536,0 20,1 10,15 Daun alfalfa 16,6 4,3 26,9 21,7 3,15 0,36 253,0 18,5 0,13 Leucaena promising forage and tree crop for the tropics National Academy of Science, Washinton D.C. 3"° Printing 1979 Tabel 2. Kandungan asam amino esensial dan asam amino penting lain dalam protein daun Lamtoro (mg/g N) dibadingkan dengan kopra dan alfalfa Nama asam amino Arginine Cystene Histidine Isoleucine Leucine Lysine Methionine Methionine + Cystene Phenilalanine Theonine Tyrosine Valine Lamtoro 294 88 125 563 469 313 100 188 294 231 263 338 Kopra 822 76 128 244 419 220 120 196 283 212 167 339 Alfalfa 357 77 139 290 494 368 96 173 307 290 232 356 Didnjau dari segi nilai hara, daun Lamtoro sangat baik untuk ternak karena nilai kalori, mineral, vitamin, asam amino dan protein yang komposisinya sangat baik . Akan tetapi ternyata hampir serrtua jenis Lamtoro mengandung mimosine yang relatif tinggi, yaitu 3-5% berat kering. 97 8 Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997 Mimosine dapat meracuni ternak antara lain bulu (rambut) gugur bila diberikan secara murni bentuk segar (ANONimous, 1979; BAMBANG SETIABUDI, 1982 ; KITAMURA, 1988) . Untuk mengatasi keracunan mimosine tersebut dapat dicegah dengan cara dipanaskan (dikukus) 70°C atau dijemur. Atau dapat jugs dengan cara dicelup lebih dahulu ke dalam larutan fero sulfat (FeS0 4) atau jika diberikan bentuk segar dicampur dengan rumput-rumputan . Khusus mengenai Lamtoro hantu belum ada laporan dari masyarakat mengenai kematian atau keracunan ternak domba atau sapi perah akibat diberi makan daun Lamtoro hantu. Di samping itu belum pernah dilakukan pemeriksaan kadar mimosine atau kemungkinan kandungan asam biru (HCN) atau bahan racun lainnya . PENUTUP Dilihat dari nilai haranya, Lamtoro hantu dapat dijadikan alternatif pakan ternak yang baik dan produksinya tidak terganggu oleh adanya serangan kutu loncat. Bagi yang berminat dapat menghubungi Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung . DAFTAR PUSTAKA ANOMMOUs. 1979. Leucaena. Promising forage and tree crop for the tropics . 115 pp . Nat. Acad. Of Sci., Washington D .C . 3rd Printing, July 1979. SETIABuDI, B. 1982. Kemungkinan pendayagunaan Lamtoro gung (Leucena leucocephala Lam de Wit) dalam rangka pengembangan agroforestry di Kalimantan Timur. Seminar Nasional Larntoro 1, Jakarta, 25 Agustus 1982. KrrAmuRA, Y. 1988. Leucaena for forage production in the Ryukyu Islands . JARQ, 22 (1), 40-48 pp. SIREGAR, A.P. 1982. The prospect of "Lamtoro" (Leucaena) as feed for livestock and poultry production in Indonesia . Ind. Agric. Res. Dept . J. Vol. 4 (4), 98-104 . OTTO SOEMARWOTO. 1982. Mengapa Lamtoro ?. Suatu analisis manfaat dan resiko lingkungan. Seminar Lamtoro 1. Jakarta, 23-25 Agustus 1982 .