yang berjudul Strategi Pemasaran Usaha Jasa Pertemuan, Insentif

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan oleh Oktaviyanti (2004) yang berjudul Strategi
Pemasaran Usaha Jasa Pertemuan, Insentif, Konfrensi dan Pameran PT. Pacto
Convex Niagatama Bali. Dalam penelitian ini memaparkan PT. Pacto Convex
Niagatama memiliki strategi dalam menjadikan MICE sebagai pangsa pasar
pariwisata Bali. Di dalam upaya untuk memenangkan pasar, PT. Pacto Convex
Niagatama mempersiapkan suatu proposal bidding/penawaran yang dibuat semenarik
mungkin yang dikemas dalam bentuk buku untuk diperkenalkan perusahaan dan
ruang lingkupnya kepada calon konsumen. PT. Pacto Convex Niagatama menunjang
strategi pemasaran yang dilakukan dengan mengacu pada program bauran pemasaran
produk jasa yaitu keseluruhan kegiatan usaha yan ditujukan untuk merencanakan
product, price, place, dan promotion. PT. Pacto Convex Niagatama selain
mempergunakan bauran pemasaran juga mempergunakan pemasaran internal dan
interaktif, yang dimaksud pemasaran internal yaitu upaya pembinaan yang dilakukan
perusahaan kepada karyawannya dalam upaya untuk lebih mempersiapkan
karyawannya dalam mengahadapi kegiatan MICE yang akan diselenggarakan seperti
mengikutkan staf ahlinya dalam suatu program pelatihan ke luar negeri, dengan
tujuan untuk lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilki
perusahaan. Yang dimaksud dengan pasar interaktif adalah suatu upaya perusahaan
untuk membina hubungan antara karyawan dengan pelanggan karena dalam setiap
10
11
penyelenggaraan MICE, para karyawan diharapkan untuk dapat memberikan
pelayanan sebaik mungkin kepada kliennya dengan cara pendekatan secara personal
dan sedapat mungkin untuk dapat memenuhi apa yang menjadi kebutuhan klien.
Sebuah laporan akhir yang ditulis oleh Erika (2000) berjudul ”Penanganan
Wisata MICE oleh Destination Management Company Pacific World Nusantara
sebagai Ground Operator” memberikan gambaran tentang berbagai kegiatan yang
dilakukan DMC PWN sebagai Ground Operator dalam menangani wisata MICE.
Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa penanganan wisata MICE dapat dibagi
menjadi tiga yakni, penanganan sebelum kegiatan berlangsung (Pre-Management),
penanganan pada saat kegiatan (On site-Management), dan penanganan setelah
kegiatan berlangsung (Post-Management), dalam penelitian ini juga memaparkan
tentang dokumen-dokumen yang diperlukan untuk menangani wisata MICE, serta
permasalahan yang sering muncul dan cara penanggulangannya. Kaitan penelitian
sekarang dengan penelitian yang dilakukan oleh Erika adalah sama-sama meneliti
tentang MICE, namun yang menjadi perbedaan yaitu penelitian sekarang
memfokuskan kepada strategi pemasaran usaha jasa MICE, dan persamaannya adalah
lokasi penelitian yakni sama-sama mengambil penelitian pada PT. Pacific World
Nusantara.
Berdasarkan kedua penelitian terdahulu tersebut terdapat persamaan dan
perbedaan dengan penelitian ini. Adapun persamaannya adalah sama-sama meneliti
tentang MICE. Namun yang terjadi perbedaan yaitu penelitian sekarang
12
memfokuskan kepada Strategi Pemasaran Usaha Jasa MICE dalam memasarkan jasa
penyelenggaraan event MICE.
2.2 Deskripsi Konsep
2.2.1 Tinjauan Tentang MICE
Istilah MICE dibentuk dalam rangkaian huruf. M untuk Meeting, I untuk
Incentive, C untuk Convention, dan E untuk Exhibition.
Menurut Sutama (dalam Manajemen MICE, 2000:31) “Pengertian Meeting
meliputi segala bentuk pertemuan yang melibatkan kelompok orang dengan tujuan
atau maksud tertentu,misalnya untuk memecahkan masalah-masalah tertentu atau
penerapan kebijaksanaan baru.
Pendit (1999:26) menyatakan bahwa :
Meeting merupakan istilah bahasa inggris yang berarti rapat, pertemuan atau
persidangan yang diselenggarakan oleh kelompok orang yang tergabung dalam suatu
asosiasi, perkumpulan atau perserikatan dengan suatu tujuan tertentu, dan mencapai
tujuan tersebut maka diselenggarakanlah berbagai kegiatan seperti antara lain :
Seminar, Lokakarya, Simposium, Diskusi Panel, Temu Wicara, Penyuluhan,
Pelatihan kerja dilapangan, perjalanan familiarisasi, dan sebagainya.
Menurut Sutama (dalam Manajemen MICE, 2000:31) “Pengertian Incentive
adalah merupakan bonus atau hadiah yang diberikan oleh (biasanya) suatu
perusahaan kepada karyawannya karena keberhasilan mereka melebihi target
penjualan. Tergantung kepada keberhasilan yang dicapai, hadiah tersebut dapat
berupa voucher belanja, uang tunai, atau perjalanan wisata baik di dalam maupun luar
negeri.
13
Surat keputusan Menparpostel nomor KM. 108/hm.703/mppt-91, Bab I pasal 1
ayat b, yang merumuskan perjalanan incentive merupakan suatu kegiatan perjalanan
yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra usaha
sebagai imbalan penghargaan atas prestasi mereka dalam kaitan penyelenggaraan
konvensi yang membahas perkembangan kegiatan perusahaan bersangkutan.
Istilah Conference dalam bahasa Indonesia berarti Konferensi. Dalam kaitannya
dengan MICE. Surat keputusan Menparpostel / No. KM. 108 / HM. 703 / MPPT-91,
menyebutkan bahwa.
“Konferensi, Kongres, atau Konvensi merupakan suatu kegiatan berupa pertemuan
sekelompok orang (Negarawan, Usahawan, dan sebagainya) untuk membahas
masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama.
Exhibition berarti pameran dalam bahasa Indonesia, dalam kaitannya dengan
Industri Pariwisata, pameran juga termasuk dalam bisnis wisata konvensi. Hal ini
diatur dalam Surat Keputusan Menparpostel / No. KM. 108 / HM. 703 / MPPT-91,
Bab 1 Pasal 1c yang berbunyi : “ Pameran merupakan suatu kegiatan untuk
menyebarluaskan
informasi
dan
promosi
yang
ada
hubungannya
dengan
penyelenggaraan konvensi atau yang ada kaitannya dengan pariwisata.
Dalam UU / No. 10 / THN. 2009 tentang kepariwisataan MICE diartikan
sebagai usaha penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan
pameran adalah usaha yang memberikan jasa bagi suatu pertemuan sekelompok
orang menyelenggarakan perjalanan bagi karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan
atas prestasinya, serta menyelenggarakan pameran dalam rangka menyebarluaskan
14
informasi dan promosi suatu barang dan jasa yang berskala nasional, regional, dan
internasional.
Yoeti (2000:13) mengatakan MICE merupakan suatu rangkaian kegiatan para
pengusaha atau profesional berkumpul pada suatu tempat yang terkondisikan oleh
suatu permasalahan, pembahasan, atau kepentingan yang sama. Pendit (1999:25)
mengatakan bahwa MICE diartikan sebagai wisata konvensi, dengan batasan : usaha
jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran merupakan usaha dengan kegiatan
memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang (negarawan,
usahawan, cendekiawan, dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang
berkaitan dengan kepentingan bersama.
Menurut Sutama (2000:3) berdasarkan karakteristiknya dalam memasarkan
wisata konvensi, terdapat lima segmen pasar yaitu :
1. International Congress
Merupakan pertemuan atau konvensi yang dihadiri oleh para peserta yang
sebagian besar atau keseluruhannya merupakan anggota dari organisasi-organisasi
yang bernaung di bawah panji-panji PBB seperti : UNDP, UNESCO, WHO,
WTO, FAO, ESCAP, ICAO, dan lain sebagainya.
2. Association Convention
Konvensi semacam ini pada umunya diselenggarakan oleh suatu asosiasi profesi,
baik dalam tingkat nasional, regional maupun internasional, seperti :
 Pertemuan dari Ikatan Dokter se-Indonesia
15
 Pertemuan dari ikatan Ahli Penyakit Dalam se-Asia Pasifik
 Pertemuan dari Asosiasi LNG sedunia
Termasuk dalam konvensi semacam ini adalah yang dikenal dengan “Off-Shore
Meeting”. Off-Shore Meeting adalah pertemuan suatu asosiasi nasional yang
diselenggarakan di luar negeri.
3. Incentive Travel Programme
Pertemuan semacam ini merupakan suatu pertemuan yang diselenggarakan oleh
suatu perusahaan besar. Para peserta dari pertemuan ini biasanya karyawan
khusus atau dealer khusus dari perusahaan tersebut dianggap berjasa dalam
memajukan perusahaan, misalnya meningkatkan penjualan (sales) perusahaan,
meningkatkan produktifitas perusahaan dan lain-lain. Perusahaan sengaja
memberikan incentive kepada karyawan tertentu untuk mendorong karyawan
lainnya meningkatkan produktifitasnya masing-masing yang dapat pula
membawa keuntungan bagi perusahaan yang dimaksud. Program semacam ini
juga sering disebut “Motivational Travel Programmes”.
4. Company/Corporate Event
Merupakan suatu pertemuan yang pada umumnya berupa rapat atau pertemuan
anggota direksi (Board Meeting), Sales Seminars, Sales Conferences atau
Divisional Conferences. Rapat kerja departemen-departemen pemerintah dapat
juga digolongkan ke dalam event semacam ini.
16
5. Trade Fair/Exhibition
Suatu pameran yang diselenggarakan, baik secara nasional, seperti Jakarta Fair,
secara regional, seperti ASEAN Fair, maupun secara internasional, seperti Osaka
Fair, Hanover Fair dan Leipzig International Fair.
Jadi, konsep MICE yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha jasa
penyelenggaraan yakni meeting, incentive, conference, dan exhibition yang
memberikan jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang pada suatu
tempat yang terkondisikan untuk membahas suatu permasalahan, menyelenggarakan
perjalanan wisata, serta menyelenggarakan pameran dalam rangka menyebarluaskan
informasi dan promosi suatu produk barang dan jasa yang berskala nasional, regional
dan internasional.
2.2.2 Tinjauan Tentang Strategi Pemasaran
1) Strategi
Menurut Hasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:859) Strategi
adalah: “suatu rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
tujuan khusus”. Menurut Alma (1992:201) mengatakan bahwa: strategi adalah
rencana tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Gromang dalam Wahab (1997:226) mendefinisikan tentang strategi
yang didasarkan pada bidang militer dan kemudian dapat diterapkan pada dunia
pemasaran yaitu metode operasional yang dipergunakan untuk mencapai sasaran atau
tujuan, peran secara keseluruhan, dalam suatu pertemuan yang luas atau untuk jangka
waktu yang panjang.
.
17
Jadi, konsep strategi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah satu rencana
perusahaan yang cermat terhadap segala bentuk kegiatan atau tindakan yang
dilakukan untuk mencapai sasaran, tujuan terhadap segala aspek persaingan dan
pengaruh faktor lingkungan dari sebuah perusahaan.
2) Pemasaran
Pemasaran adalah suatu kegiatan yang tidak putus-putus mulai dari riset
tentang barang dan jasa yang akan diproduksi. Menurut Edward dalam Yoeti
(1996:29) memberikan batasan tentang pemasaran sebagai berikut “Suatu proses
ekonomi dengan alat-alat dimana barang dan jasa itu ditentukan dalam nilai-nilai
uang.
Menurut Mill (2000:316) memberikan pengertian pemasaran adalah jumlah
total aktivitas yang melibatkan dalam mendapatkan produk dan pelayanan dari
produsen untuk konsumen.
Menurut Stanton (dalam Swastha, 1996:10) mengidentifikasi pengertian dari
pemasaran yaitu : “ Sebagai suatu sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang
ditujukan
untuk
merencanakan,
menentukan
harga,
mempromosikan,
dan
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli
yang ada maupun pembeli yang potensial “.
Sedangkan menurut Kotler (1994:32) memberikan batasan pemasaran adalah
analisis perencanaan dan pengawasan mengenai sumber kebijakan dan kegiatan yang
berkenaan dengan pelanggan perusahaan yang dimaksudkan ingin memuaskan
kebutuhan dari kelompok pelanggan tersebut.
18
Beberapa penjelasan tentang pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli,
makan dapat disimpulkan bahwa pemasaran dalam penelitian ini adalah kegiatan
yang dilakukan perusahaan untuk memperkenalkan produk dan kemudian
mempengaruhi individu atau kelompok yang dijadikan target sasaran (wisatawan),
untuk mendapatkan yang mereka butuhkan dan inginkan.
Strategi pemasaran merupakan action plan dari kegiatan pemasaran. Strategi
pemasaran menurut Wahab dalam (Soekadijo, 2000:218), yaitu :
“Proses identifikasi wisatawan yang mereka pilih baik yang aktual maupun
potensial dan berkomunikasi dengan mereka untuk menentukan dan
mempengaruhi kebutuhan, keinginan, motivasi, suka dan tidak suka serta
merumuskan dan menyesuaikan produk wisata dan lingkungan untuk
kepuasan wisatawan yang sebesar-besarnya.”
Menurut Assauri (1998:154) “strategi pemasaran adalah rencana menyeluruh,
terpadu, dan menyatu di bidang pemasaran, yang dapat memberikan panduan tentang
kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran suatu
perusahaan”.
Kemampuan strategi pemasaran suatu perusahaan untuk menanggapi
perubahan setiap perubahan kondisi pasar dan faktor biaya tergantung pada faktor
analisis faktor-faktor berikut Tjiptono (1997:7) :
1. Faktor Lingkungan
Analisis terhadap faktor lingkungan seperti pertumbuhan populasi dan peraturan
pemerintah sangat penting untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkannya pada
bisnis perusahaan. Selain itu faktor-faktor seperti perkembangan teknologi, tingkat
19
inflasi dan gaya hidup tidak boleh diabaikan. Hal-hal tersebut merupakan faktor
lingkungan yang harus dipertimbangkan sesuai dengan produk dan pasar
perusahaan.
2. Faktor Pasar
Setiap perusahaan selalu memperhatikan dan mempertimbangkan faktor-faktor
seperti ukuran pasar, tingkat pertumbuhan, tahap perkembangan, trend dalam
sistem distribusi, pola perilaku pembeli, permintaan musiman, segmen pasar yang
ada saat ini atau yang dapat dikembangkan lagi dan peluang-peluang yang belum
terpenuhi.
3. Persaingan
Dalam kaitannya dengan persaingan, setiap perusahaan perlu memahami siapa
pesaingnya, bagaimana posisi produk atau pasar pesaing tersebutkan kapasitas
produksi para pesaing.
4. Analisis Kemampuan Internal
Setiap perusahaan perlu menilai kekuatan dan kelemahan dibandingkan para
pesaingnya. Penilaian tersebut dapat didasarkan pada faktor-faktor seperti
teknologi, sumber daya finansial, kemampuan pemanifakturan, kekuatan
pemasaran dan basis pelanggan yang dimiliki.
20
5. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen perlu dipantau dan dianalisis karena hal ini sangat bermanfaat
bagi pengembangan produk, desain produk, penetapan harga, pemilihan saluran
distribusi dan penentuan strategi promosi. Analisis perilaku konsumen dapat
dilakukan dengan penelitian (riset pasar), baik melalui observasi maupun metode
survai.
6. Analisis Ekonomi
Dalam analisis ekonomi, perusahaan dapat memperkirakan pengaruh setiap
peluang pemasaran terhadap kemungkinan mendapatkan laba. Analisis terhadap
komitmen yang diperlukan, analisis BEP (break event point), penilaian resiko tau
laba dan analisis faktor ekonomi pesaing.
Wahab (1997:229) memberikan gambaran mengenai strategi pemasaran
sebagai suatu pertemuan antara pemasaran terpadu para penawar dan faktor-faktor
yang mempengaruhi minat calon konsumen, antara lain :
1. Pengetahuan mengenai suatu rencana produk
2. Citra dari produk yang ditawarkan
3. Tersedianya para pembeli mengenai perbandingan antara tingginya harga
dengan tingkat kepuasan
4. Pelayanan terhadap pelanggan
5. Daya yakin yang disampaikan oleh pramuniaga
Selain itu juga beliau menyebutkan bahwa strategi pemasaran tidak dapat
ditentukan semata-mata berdasarkan sasaran untuk mencapai keuntungan atau
pengambilan modal yang sebesar-besarnya dari setiap biaya yang dikeluarkan. Ketika
21
menentukan suatu strategi, yang pertama-tama dipikirkan adalah tujuan sasaran yang
telah ditetapkan sebelumnya. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah :
1. Luas dan dapat dipercayanya informasi yang tersedia untuk dijadikan
dasar dalam menentukan strategi.
2. Biaya-biaya dalam kaitannya dengan seluruh modal perusahaan.
3. Tempat resiko yang mungkin dapat dialami ketika mengejar hasil-hasil
pemasukan yang diinginkan.
Menurut Corey dalam (Tjiptono, 1997:6) menyatakan “Strategi pemasaran
terdiri atas lima elemen yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya”. Kelima
elemen tersebut adalah :
1. Pemilihan pasar, yatu memilih pasar yang akan dilayani. Pemilihan pasar
dimulai dengan segmentasi pasar dan akan kemudian memilih pasar sasaran
yang paling memungkinkan untuk dilayani oleh perusahaan.
2. Perencanaan produk, yang menawarkan manfaat total yang dapat diperoleh
pelanggan dengan melakukan pembelian. Manfaat tersebut meliputi produk
itu sendiri, nama merk produk, jaminan dan mutu garansi, jasa reeparasi dan
bantuan teknis yang disediakan penjual serta hubungan personal yang
mungkin terbentuk antara penjual dan pembeli.
3. Penetapan harga, yaitu menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai
kuantitatif dari produk kepada pelanggan.
22
4. Sistem distribusi, saluran perdagangan grosir dan eceran yang dilakukan
produk
hingga
mencapai
konsumen
akhir
yang
membeli
dan
menggunakannya.
5. Komunikasi pemasaran (promosi), yaitu meliputi periklanan, personal selling,
promosi penjualan, direct marketing, dan public relation.
Dalam dunia pemasaran dikenal juga istilah strategi pemasaran pasar produk
yaitu segmentasi pasar (segmenting), pasar sasaran (targeting), dan menentukan
posisi pasar (positioning).
3) Segmenting, Targeting, Positioning
Terdapat tiga hal penting dalam menetapkan strategi pemasaran pada suatu
perusahaan, yang terdiri dari segmenting, targeting, positioning.
3.1. Segmenting
Menurut Kotler dalam (Yoeti, 1996:84) segementasi pasar (segmenting)
merupakan “pembagian pasar wisata ke dalam kelompok-kelompok wisatawan secara
tegas dan setiap kelompok itu dipilih atau ditetapkan sebagai target pasar yang akan
dipengaruhi dengan menggunakan strategi bauran pemasaran.” Alasan dilakukannya
segmentasi pasar Yoeti (1996:73) yaitu :
23
1. Pasar Bersifat Heterogen
Suatu kenyataan bahwa masyarakat dimana saja selalu bersifat heterogen,
bercampur baur satu dengan yang lainnya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan secara
tepat maka perlu suatu gambaran tentang golongan-golongan tertentu
2. Menentukan Potensi Penjualan dan Profit
Pentingnya segmentasi akan terlihat pada saat kita menentukan target pasar,
kesalahan penentuan target dapat menghambat tercapainya tingkat penjualan secara
maksimal.
3. Menentukan Intensitas Persaingan
Kesalahan segmentasi pasar akan dapat mengundang pesaing yang semakin
tajam pada segmen tertentu.
Dari segementasi pasar pariwisata menurut Cananadian Goverment Office of
Tourism, (dalam Yoeti,2002:77) yaitu :
1) Segmentasi Geografi
Pasar dibedakan berdasarkan tempat atau wilayah dapat berupa suatu negara atau
kawasan, dimana kebutuhan dan keinginannya bervariasi berdasarkan tempat
tinggal mereka.
24
2) Segmentasi Sosio-Ekonomi dan Demografi
Pembagian segmen pasar memberi peluang pada pengatur pasar untuk
mengelompokkan wisatawa secara langsung dengan cara yang lebih efisien.
Variabel-variabel yang dapat membedakan seperti umur, jenis kelamin, ukuran
keluarga, siklus kehidupan keluarga, pendidikan, ras, penghasilan, agama, dan
kebangsaan selalu digunakan dalam segmentasi sosio-ekonomi dan kependudukan.
3) Segmentasi Psikografi
Dalam segementasi ini, pasar dibagi berdasarkan kelompok sosial, karakteristik
kepribadian dan cara hidup. Bentuk segmentasi ini lebih banyak menjelaskan
tentang perilaku wisatawan yang diperoleh dari segmentasi geografi dan
demografi.
4) Segmentasi Perilaku (Behavior)
Wisatawan hampir selalu mencari pengalaman sebanyak mungkin. Pengalaman itu
dapat berupa petualangan dan hal-hal yang berkaitan dengan sejarah atau bersifat
tradisional, gaya hidup bersifat sementara atau pelarian secara total dari keakraban
melalui kegiatan dan perubahan sekitarnya.
3.2. Targeting
Targeting merupakan penetapan pasar sasaran yang dilakukan melalui
evaluasi serta membandingkan segmen – segmen pasar yang telah diidentifikasi
25
untuk memilih satu atau lebih segmen pasar yang memiliki posisi tertinggi. Mill dan
Morrison dalam (Yoeti, 2003:64) menjelaskan targeting adalah target pasar tertentu
hanya dapat diambil setelah analisis dilakukan tentang sampai berapa jauh segmen
pasar itu akan memberikan manfaat kepada suatu perusahaan atau daerah tujuan
wisata.
Menurut Yoeti (2003:136) terdapat beberapa alternatif dalam pemilihan target
pasar yaitu :
1. Un-differentiated Market
Pasar dianggap sebagai kumpulan orang-orang dengan menekankan pada
karakteristik umum dan mengharapkan semua orang akan membeli produk yang
ditawarkan. Kelemahan dari pendekatan ini adalah perusahaan susah melakukan
identifikasi selera masyarakat pariwisata global. Selain itu dalam kegiatan promosi
juga akan menemui kendala, misalnya pada saat pemilihan media yang tepat untuk
melakukan promosi.
2. Concentrated Market/Single Segmenting
Dalam pendekatan ini, suatu DTW hanya akan mengandalkan segmen pasar
tunggal dan segmen inilah kegiatan pemasaran dan promosi difokuskan. Kelemahan
dari pendekatan ini ialah terbatasnya kelompok yang ingin berkunjung karena hanya
terfokus pada suatu segmen pasar saja. Dengan kata lain pasar sasaran yang dituju
berskala kecil.
26
3. Extensive Segmenting
Dalam segmentasi pasar ini pasar pariwisata yang bersifat homogen dibagi
dalam beberapa kelompok dan selanjutnya produk yang dimiliki ditawarkan kepada
segmen pasar yang berbeda dengan strategi pemasaran yang berbeda pula.
Kelemahan dari pendekatan ini adalah biaya pemasaran yang relatif besar, karena tiap
segmen yang memerlukan kegiatan pemasaran yang berbeda.
4. Selective Segmenting
Segmen-segmen pasar yang telah dikelompokkan seperti pada Extensive
Segmenting, kemudian diseleksi yang memiliki potensi lebih besar dibandingkan
segmen lainnya, kemudian hasil dai penyeleksian tersebut dijadikan target pasar
utama.
Mill (dalam Yoeti, 2002:88) mengingatkan bahwa keputusan pada target pasar
hanya dapat dibuat setelah dianalisis dilakukan segmen pasar lebih memberikan
manfaat pada suatu DTW. Analisis tersebut mencakup empat hal, yaitu :
1. Sales Potential
Seberapa besar potensi segmen pasar saat ini dan pada waktu yang akan
dating, bila dilihat dari sisi pendapatan
27
2. Competition
Berapa jauh persaingan dapat terjadi dalam segmentasi pasar yang dibicarakan
dan seberapa kuat manfaat yang dimiliki suatu daerah dibandingkan dengan
pesaing yang terdapat dalam pasar yang sama.
3. Costs
Berapa besar investasi yang diperlukan untuk mengembangkan produk
industri pariwisata untuk menarik perhatian segmen pasar ini.
4. Service Ability
Apakah daerah memiliki kemampuan keuangan dan manajerial untuk
merencanakan atau mendesain kegiatan promosi, sistem distribusi secara tepat
untuk produk industri pariwisata secara memuaskan untuk menarik
wisatawan.
3.3. Positioning
Menurut Tjiptono (1997:45) istilah “positioning” sering digunakan untuk
mengganti kata “image” sehingga positioning diartikan sebagai usaha untuk
menciptakan image. Positioning merupakan usaha penyelarasan suatu produk
terhadap gaya hidup konsumen. Hal ini dapat dilakukan dengan :
1. Menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan suatu kelompok
konsumen tertentu.
28
2. Melakukan identifikasi dan mengiklankan karakteristik suatu produk yang
memenuhi kebutuhan konsumen.
Menurut Kartajaya (2002:20) posisi pasar adalah posisi yang diinginkan ada
pada benak konsumen.
Menurut Kotler dalam (Lupiyoadi, 2001:48-49) mengatakan bahwa
setidaknya ada tiga langkah menentukan positioning yaitu:
1. Mengenali keunggulan-keunggulan yang mungkin dapat ditampilkan dalam
hubungan dengan pesaing.
2. Memilih keunggulan-keunggulan yang paling kuat/ menonjol.
3. Menyampaikan keunggulan itu secara efektif kepada target pasar.
Kotler juga mengemukakan bahwa sebuah keunggulan yang patut ditampilkan
harus memenuhi kriteria: penting, berbeda, unggul dibandingkan pesaing, dapat
dikomunikasikan, tidak mudah ditiru, terjangkau dan menguntungkan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan yang dimaksud
dengan strategi pemasaran berkaitan dengan penelitian ini yaitu proses manajemen
yang dipergunakan perusahaan untuk mengidentifikasi pasar sasaran yang dipilih
sesuai dengan produk yang ditawarkan, mempengaruhi motivasi, kebutuhan,
keinginan serta menyesuaikan produk yang telah dimiliki terhadap target pasar yang
fleksibel untuk memberikan kepuasan terhadap konsumen.
29
4) Merketing Mix (Bauran Pemasaran)
Bauran pemasaran (marketing mix) sebagai suatu konsep, pertama kali
dipelopori oleh Neil Borden di tahun 1960-an. Sedangkan penerapannya dalam
industri dilakukan oleh Mac Carthy yang terkenal dengan istilah ”Four Ps”, yakni
product, price, place, dan promotion (dalam Yoeti, 2001:19). Dalam pemasaran jasa
Boom dan Bitner (dalam Alma, 2000) menyarankan tambahan 3 P yaitu people,
physical evidence dan process sehingga menjadi 7 P. Elemen-elemen tersebut saling
mempengaruhi
satu
sama
lain
sehingga
bila
salah
satu
tidak
tepat
pengorganisasiannya akan mempengaruhi strategi pemasaran secara keseluruhan.
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan bauran pemasaran adalah
serangkaian variabel pemasaran ( produk, harga, promosi, saluran distribusi, personel,
bukti fisik, dan proses) yang dipakai oleh perusahaan untuk mempengaruhi
permintaan pasar terhadap permintaan barang atau jasa yang dihasilkan oleh pihak
perusahaan. Secara ringkas variabel-variabel marketing mix dapat diuraikan sebagai
berikut :
4.1 Produk (Product)
Pengertian produk menurut ilmu ekonomi adalah sesuatu yang dihasilkan
melalui suatu proses produksi yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan,
diminati, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan
kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.
30
Menurut Lupiyoadi (2001:58) produk adalah keseluruhan konsep objek atau
proses yang memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen. Pendapat lain
juga dikutip dari Kotler (1990:49) bahwa produk adalah sesuatu yang bisa ditawarkan
ke pasar untuk mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang
dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan.
Ciri-ciri dari produk pariwisata menurut Yoeti (1993:169) adalah :
1. Hasil dari produk pariwisata itu tidak dapat dipindahkan
2. Proses produksi terjadi pada saat bersamaan dengan konsumsi
3. Hasil atau produk pariwisata tidak dapat ditimbun
4. Permintaan akan produk sangat tergantung pada faktor non-ekonomis
5. Tidak mempunyai ukuran yang objektif
6. Tidak dapat dicoba
7. Hasil dari produk pariwisata itu tergantung pada tangan manusia
Menurut Yoeti (2002:4) pada dasarnya produk industri pariwisata terdiri dari
tiga komponen yang sangat berkaitan satu sama lain yaitu :
31
1. Accesibilities of The Tourist Destination
Accesibilities of the torist destination yaitu semua yang dapat memberi kemudahan
kepada wisatawan untuk datang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata yang
termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
1) Infrastructure
: Airport, Seaport, Railway, Highway, Roads,
Bridges
2) Transportations
: Airlines, Cruisership, Hovercraft, Coach Bus,
Taxis, Tourist Buses
3) Goverment Regulation : Transportations Regulation, Routes, Operated,
Visa Regulation
4) Operational Procedure : Tarrif Regulation, Frequencies of Services and
Price Changed
2. Facilities of The Tourist Destination
Facilities of tourist destination yaitu semua hal yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan selama tinggal untuk sementara waktu di DTW yang
dikunjungi, diantaranya :
1) Accomodation Units
: Hotels, appartement, villas, campingsite
32
2) Restaurant, Bar & Cafe : Ranging from fastfood trough to luxury Restaurant
3) Transportation
: Taxis, car rental, cycle hire destination
4) Sport an Activities
: Skiing, golfing, fishing, hunting
5) Other Facilities
: Handycraft, arts, souvernirs, guiding
6) Retail outlet
: Local travel agent, film and camera supplies,
7) Other services
: Hairdressing, tourist information center,
tourist police
3. Tourist Attractions
Tourist attractions yaitu semua yang menjadi daya tarik mengapa wisatawan
tertarik datang berkunjung pada suatu DTW, diantaranya :
1. Natural attractions
: Landscape, seascape, beaches, climate and other
geographical features of the destinatiion
2. Cultural attractions
: History, religion, art, theatre, entertaintments and
museum, special events, festivals
3. Social attractions
: The way of life the residen population, languages,
opportunities for social encouters
33
4. Built attractions
: Buildings, historic and modern architecture,
monuments, parks, gardens, visitors attractions, golf
courses
Selain yang telah disebutkan di atas, juga terdapat jenis produk jasa yang
berbeda dari produk barang. Jasa (service) merupakan “produk yang tidak nyata
(intangible) dari hasil kegiatan timbal balik antara pemberi jasa dengan penerima jasa
melalui suatu atau beberapa aktivitas untuk memenuhi kebutuhan pelanggan“ Yoeti
(2001:7). Ciri-ciri khusus pelayanan (service) sebagai suatu produk, berbeda dengan
produk yang bersifat konkret. Ciri-ciri tersebut adalah :
1. Service tidak dapat diraba atau disentuh karena sifatnya yang tidak nyata
2. Proses produksi dan konsumsi jatuh pada saat bersamaan
3. Service tidak dapat dipindahkan, dan untuk mengonsumsinya konsumen harus
datang pada produsen
4. Konsumen terlibat dalam proses produksi
5. Service tidak akan ditimbun, karena itu dalam hal service penggunaan gudang tidak
diperlukan
6. Service tidak memiliki standar atau ukuran objektif
34
7. Service tidak dapat dicoba, karena itu pelanggan tidak dapat mencicipinya terlebih
dahulu
8. Kualitas hasil produk berupa jasa sangat tergantung pada tenaga manusia dan
sedikit sekali dapat digantikan oleh mesin
9. Permintaan atas produk berupa jasa tidak tetap melainkan sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor non ekonomis
10. Umumnya, perananan perantara tidak diperlukan, tetapi untuk produk tertentu
perantara diperlukan untuk penggunaan terbatas
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan
produk dalam penelitian ini adalah segala barang dan jasa yang ditawarkan oleh
pelaku pariwisata dan dibutuhkan oleh wisatawan selama ia berada di daerah tujuan
wisata untuk mendukung segala kegiatan yang dilakukannya serta memperoleh
kenyamanan dan kepuasan.
4.2 Harga (Price)
Kotler (2002:52) mendefinisikan harga adalah sejumlah uang yang dibayar
atas barang dan jasa atau jumlah nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka
mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan barang dan jasa. Sementara
itu, Yoeti (1999:29) harga adalah harga yang ditetapkan untuk suatu produk yang
dihasilkan yang dijadikan dasar penawaran untuk target pasar tertentu. Sedangkan
Lupiyoadi (2001:79) menyatakan bahwa harga sangat erat dengan pendapatan
35
wisatawan dan image produk yang dijual serta mempengaruhi keputusan konsumen
untuk membeli.
Jadi yang dimaksud harga dalam penelitian ini adalah nilai suatu barang dan
jasa yang diukur dengan sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk
mendapatkannya produk yang diproduksi oleh perusahaan. Harga yang diberikan
dalam bentuk USD (American Dollar) atau IDR (Rupiah) sesuai dengan produk.
4.3 Saluran Distribusi (Place)
Menurut Mac Inthos (dalam Yoeti, 2002:112) merumuskan distribusi dalam
industri pariwisata sebagai berikut: a operation structur, system or lynkages of
various combinations of travel organitation through which a producer of travel
product discribes and confirms travel arrangements to the buyers. Sebagai suatu
struktur operasi, sebagian suatu sistem keterkaitan berbagai kombinasi organisasi
melalui produsen penghasil produk industri pariwisata menjelaskan dan memberikan
kepastian tentang perencanaan perjalanan kepada calon wisatawan.
Menurut Lupiyoadi (2001:61) place dalam service merupakan gabungan
antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan
bagaimana cara penyampaian jasa kepada konsumen dan dimana lokasi startegis.
Menurut Swastha (1997:190) terdapat beberapa alternatif saluran yang
dipakai dalam menyalurkan barang konsumsi yang ditujukan untuk pasar konsumen,
antara lain :
36
1. Produsen – Konsumen
Bentuk saluran distribusi yang paling pendek dan sederhana adalah saluran
distribusi dari produsen ke konsumen, tanpa keterlibatan perantara. Produsen dapat
menjual barang yang dihasilkan langsung ke konsumen, datang langsung ke
rumah-rumah menjajakan produk atau konsumen sendiri yang mendatangi
produsen untuk membeli produk tersebut.
2. Produsen – Pengecer – Konsumen
Saluran distribusi ini masih tergolong ke dalam saluran distribusi langsung. Disini,
produsen sekaligus dapat berperan sebagai pengecer, misalnya produsen yang
mendirikan pos-pos atau kios-kios pengecer untuk mendistribusikan produknya
sendiri. Selain itu, saluran distribusi disini juga dapat melalui perantara lain untuk
dapat dikonsumsi oleh konsumen.
3. Produsen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen
Saluran distribusi semacam ini merupakan saluran distribusi yang paling banyak
digunakan oleh produsen, dan dinamakan saluran distribusi tradisional. Disini
produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang besar
saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani oleh
pedagang besar dan pembelian oleh konsumen dilayani oleh pengecer saja
37
4. Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen
Dalam saluran distribusi seperti ini produsen memilih agen sebagai penyalurnya.
Ia menjalankan kegiatan perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada.
Sasaran utamanya ditujukan kepada para pengecer besar.
5. Produsen – Agen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen
Dalam saluran distribusi seperti ini produsen sering menggunakan agen sebagai
perantara untuk menyalurkan barangnya kepada para pedagang besar yang
kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil. Agen yang terlibat dalam satu
saluran distribusi ini terutama agen penjualan.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa saluran distribusi
dalam penelitian ini adalah sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha untuk
memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen
kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan.
4.4 Promosi (Promotion)
Yoeti (2001:30) menjelaskan promosi adalah suatu cara penyampaian
informasi kepada calon konsumen yang diharapkan akan membeli produk yang
ditawarkan. Menurut Alma (2005:179) promosi adalah sejenis komunikasi yang
memberikan penjelasan yang menyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa.
Tujuan utama promosi adalah memberi informasi, menarik perhatian dan selanjutnya
member pengaruh meningkatnya penjualan.
38
Meskipun secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang sama,
tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas khususnya.
Menurut Tjiptono (1997:224) beberapa tugas khusus itu disebut dengan bauran
promosi (promotion mix, promotion blend, communication mix) adalah :
1. Personal Selling
Personal selling (penjualan pribadi) adalah komunikasi langsung atau tatap muka
antara penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk dan
membentuk pemahaman terhadap produk sehingga mereka kemudian akan
mencoba dan membelinya
2. Mass Selling
Mass selling merupakan pendekatan yang menggunakan media komunikasi untuk
menyampaikan informasi kepada khalayak ramai pada satu waktu. Metode ini
memang tidak sefleksibel personal selling namun merupakan alternatif yang lebih
murah untuk menyampaikan informasi pada khalayak (pasar sasaran) yang
jumlahnya sangat banyak dan tersebar luas. Mass selling terdiri dari dua bagian
yaitu :
1) Periklanan
Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak diguanakan
perusahaan dalam mempromosikan produknya. Iklan adalah bentukkomunikasi
tidak langsung, yang didasari pada informasi tentang keunggulan suatu produk,
39
yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang
akan merubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian. American
Marketing Association
mendefinisikan iklan sebagai semua bentuk bayaran
untuk mempresentasikan dan mempromosikan ide, barang atau jasa secara non
personal oleh sponsor yang jelas. Sedangkan yang dimaksud dengan periklanan
adalah suatu proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan iklan.
2) Publisitas
Publisitas adalah bentuk penyajian dan penyebaran ide, barang dan jasa secara
non personal, orang atau organisasi yang diuntungkan tidak membayar untuk itu.
Publisitas merupakan pemanfaatan niilai-nilai berita yang terkandung dalam
suatu produk untuk membentuk citra yang bersangkutan. Dibandingkan dengan
iklan, publisitas mempunyai kredibilitas yang lebih baik karena pembenaran baik
langsung atau tidak langsung dilakukan oleh pihak lain selain pemilik iklan.
Disamping itu karena pesan publisitas dimasukkan dalam artikel koran, tabloid,
majalah, radio, televisi maka khalayak tidak memandangnya sebagai komunikasi
promosi. Publisitas juga dapat member informasi lebih banyak dan lebih
terperinci dari pada iklan. Namun demikian karena tidak ada hubungan penyajian
antara pihak yang diuntungkan dan penyaji, maka pihak yang diuntungkan tidak
dapat mengatur kapan publisitas itu disajikan. Selain publisitas tidak mungkin
diulang-ulang seperti iklan oleh karena itu, publisitas merupakan bagian dari
Departemen Humas perusahaan.
40
3) Sales Promotion (Promosi Penjualan)
Promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui pengguanaan
berbagai insentif yang dapat diatur merangsang pembelian produk dengan segera
atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan.
4) Public Relations
Public relations merupakan uapaya komunikasi menyeluruh dari suatu
perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan dan sikap berbagai
kelompok terhadap perusahaan tersebut. Jika ditinjau dari aspek manajemen,
maka public relations didefinisikan sebagai fungsi manajemen yang menilai
sikap publik, menentukan kebijaksanaan seseorang atau organisasi demi
kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan program kegiatan untuk
meraih pengertian dan dukungan publik.
5) Direct Marketing
Direct marketing adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif, yang
memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon
terukur dan transaksi disembarang lokasi. Dalam direct marketing, komunikasi
promosi ditujukan langsung kepada konsumen individual, dengan tujuan agar
pesan-pesan tersebut dapat ditanggapi oleh konsumen yang bersangkutan baik
melalui telepon atau pos.
41
Direct marketing juga menghadapi masalah-masalah seperti orang yang
terganggu karena penjualan yang agresif, timbulnya citra buruk bagi industri bila
ada salah satu direct marketing yang memanfaatkan atau mengeksploitasi
pembeli implusif atau pembeli yang kurang mengerti teknologi.
Jadi, yang dimaksud promosi dalam penelitian ini adalah suatu bentuk
komunikasi pasar dengan tujuan untuk penyampaian informasi suatu produk kepada
calon pengguna jasa dan berusaha untuk mempengaruhi minat mereka terhadap
produk yang dipromosikan.
4.5 Personel (People)
Personel merupakan kunci utama keberhasilan dalam menciptakan
pelayanan kepada konsumen. Disisi lain konsumen, menghubungkan sifat personel
beserta pelayanannya dengan perusahaan yang bersangkutan. Semua orang yang
memainkan satu peran dalam waktu riil jasa (selama berlangsungnya prosesnya dan
konsumsi jasa) baik semua sikap dan tindakan karyawan.
Lupiyoadi (2001:64) menyatakan bahwa dalam hubungannya dengan
pemasaran jasa, maka people yang berfungsi sebagai service provider sangat
mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Keputusan dalam people ini berarti
sehubungan dengan seleksi, training, motivasi dan sumber daya manusia. Sedangkan,
Alwi (2008:48) menyebutkan bahwa pentingnya orang dalam pemasaran jasa dengan
sikap persatuan yang solid, kreatif, inisiatif, dan sabar. Lain halnya dengan
Gitosudarmo (2008:182) menyebutkan orang-orang yang terlibat dalam suatu
42
perusahaan
akan
memberikan
pengaruh
secara
tidak
langsung
terhadap
perkembangan perusahaan dan kelancaran operasional perusahaan.
Lupiyoadi (2001:47) menyebutkan ada empat pengaruh dari aspek people terhadap
konsumen, yaitu :
1. Contractors, people, disini berinteraksi langsung dengan konsumen dalam
frekuensi yang cukup sering dan sangat mempengaruhi keputusan konsumen
untuk membeli.
2. Modifier, mereka tidak secara langsung mempengaruhi konsumen tetapi
cukup sering berhubungan dengan konsumen, misalnya resepsionist.
3. Influencers, mereka ini mempengaruhi konsumen dalam keputusan untuk
membeli tetapi tidak secara langsung kontak dengan konsumen.
4. Isolated, people, disini tidak secara langsung ikut serta dalam marketing mix
dan juga tidak sering bertemu dengan konsumen. Misalnya karyawan bagian
administrasi penjualan, SDM, dan data processing.
Jadi konsep personel (people) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
orang atau kelompok dalam sebuah perusahaan yang terlibat secara langsung atau
tidak langsung berhubungan dengan konsumen dalam kegiatan penyediaan serta
pelayanan produk atau jasa.
43
4.6 Bukti Fisik (Physical Evidence)
Gitosudarmo (2008:79) menjelaskan bahwa bukti fisik merupakan segala
sesuatu yang bias dilihat dan dirasakan secara langsung oleh konsumen serta bias
bertahan dalam jangka waktu lama. Adapun hal yang lainnya, Yoeti (2001:81)
menjelaskan bukti fisik merupakan lingkungan fisik secara nyata bias dilihat
wisatawan baik berupa benda, lingkungan, dan fasilitas lainnya.
Menurut Lupiyoadi (2001:77-78), “Bukti fisik merupakan lingkungan fisik
perusahaan dan tempat penyediaan jasa dan konsumen berinteraksi, disamping
elemen tangible apa saja yang digunakan untuk mengkomunikasikan peran jasa
tersebut”. Ada 2 (dua) tipe Physical Evidence, yaitu :
1. Essential Evidence : merupakan keputusan-keputusan yang dibuat oleh
pemberi jasa mengenai desain lay out dari gedung, ruangan dan lain-lain.
2. Peripheral Evidence : merupakan nilai tambah yang bila berdiri sendiri tidak
akan berarti apa-apa. Jadi hanya berfungsi sebagai pelengkap saja, sekalipun
demikian peranannya sangat penting dalam proses produksi jasa.
Jadi konsep physical evidence yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
lingkungan fisik dari suatu perusahaan jasa dimana layanan tersebut diciptakan dan
dimana penyedia jasa dan pelanggan berinteraksi. Dalam hal ini adalah tempat parkir,
brosur, pakaian seragam dan penampilan karyawan yang nantinya dapat menarik
minat pengguna jasa.
44
4.7 Proses (Proccess)
Proses merupakan suatu prosedur kontak bisnis yang dilakukan oleh seluruh
komponen manajemen perusahaan kepada wisatawan, berupa usaha untuk
menciptakan hubungan timbal balik yang akrab secara individual, melalui kontak
psikologis dan kontak antar pribadi. Ini melibatkan prosedur transaksi yang
terintegrasi secara professional, mekanisme birokrasi pelayanan, kontak pribadi antar
wisatawan, dan penanganan layanan non standar secara utuh dalam mengantisipasi
kebutuhan tambahan wisatawan.
Gitosudarmo
(2008:167)
menjelaskan
proses
manajemen
adalah
meyakinkan kualitas yang konsisten dan kemudahan pelayanan kepada konsumen,
merancang proses, penyampaian jasa yang lebih unggul meliputi prosedur, jadwal
kerja, mekanisme, aktifitas, dan rutinitas untuk menyalurkan jasa kepada konsumen.
lain halnya dengan Yoeti (2001:66) proses adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan kepuasan wisatawan selama melakukan liburan
Menurut Lupiyoadi (2001:83-84) bahwa “Proses merupakan gabungan
semua aktivitas dan hal-hal rutin, dimana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada
konsumen”.
Jadi, konsep proses yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adalah
proses
dalam
memberikan
pelayanan
jasa
kepada
para
pengguna
jasa
penyelenggaraan, yang meliputi prosedur, jadwal kerja, aktivitas untuk menyalurkan
jasa kepada pengguna jasa.
Download