BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Anestesi regional

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Anestesi regional saat ini semakin berkembang dan makin luas pemakaiannya
dibidang anestesi. Mengingat berbagai keuntungan yang ditawarkan, di antaranya
relatif murah, pengaruh sistemik yang minimal, menghasilkan analgesia yang
adekuat dan kemampuan mencegah respon stress secara lebih sempurna. Anestesi
regional khususnya anestesi spinal telah digunakan secara luas lebih dari seratus
tahun dan teknik ini dapat digunakan untuk prosedur pembedahan daerah
abdomen bagian bawah, daerah perineum dan ekstremitas bawah. Anestesi spinal
dilakukan dengan cara menyuntikkan obat anestesi lokal ke dalam ruang
subaraknoid untuk mendapatkan analgesia setinggi dermatom tertentu sesuai yang
diinginkan.1,2
Anestesi spinal dengan obat anestesi lokal yang baik sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan dan aman.1 Obat-obat anestesi lokal yang
digunakan pada pembedahan harus mempunyai blokade motorik dan sensorik
yang adekuat, mula kerja yang cepat, tidak bersifat neurotoksik dan pemulihan
blokade motorik yang cepat paska operasi sehingga mobilisasi lebih cepat
dilakukan. Untuk mengurangi resiko toksisitas sistemik akhir-akhir ini banyak
dilakukan penelitian terhadap penggunaan dosis rendah obat anestesi lokal.3,4
Salah satu obat anestesi lokal yang paling sering digunakan untuk anestesi
spinal adalah bupivakain yang mempunyai onset kerja 5-10 menit dan durasi 75150 menit.2 Sementara lidokain yang mempunyai onset kerja cepat sekitar 5 menit
dulu sering dipakai, namun mulai ditinggalkan karena mempunyai resiko
Transient Neurologic Symptoms (TNS) yang lebih tinggi dan lama kerja yang
pendek 60-75 menit.5
Pemanjangan durasi dari spinal anestesi untuk operasi dengan durasi lama
atau yang belum dapat diprediksi, kadang diperlukan dalam praktek klinik,
sehingga dapat memberikan daya analgesia yang terbaik untuk pasien selama
perioperatif. Anestesi spinal dengan obat anestesi lokal dianggap masih kurang
Universitas Sumatera Utara
lama dalam pemanjangan durasi blokade. Berbagai usaha dilakukan untuk
meningkatkan kualitas dan memperpanjang durasi anestesi spinal. Salah satunya
dengan menambahkan obat-obat adjuvan pada anestesi lokal. Adjuvan intratekal
seperti opioid, ketamine dan klonidin sering ditambahkan untuk memperpanjang
durasi dari anestesi spinal. Penambahan opioid memperpanjang lama kerja
anestesi spinal tanpa menunda pulih kembali, klonidin meningkatkan kualitas
analgesia dan mengurangi kebutuhan obat analgesia postoperasi. Walaupun
demikian, penggunaannya terbatas karena dijumpainya berbagai efek samping
yang terpenting diantaranya pruritus, retensio urin, depresi pernafasan, gangguan
hemodinamik, nistagmus, nausea, dan vomitus.6,7,8
Pada tahun 1995 dilaporkan oleh Hood dkk bahwa penggunaan neostigmin
methylsulfate intratekal mempunyai efek antinosisepsi dan sebagai analgesia pada
post operasi.9 Neostigmin methylsufate biasanya digunakan sebagai anti dotum
obat pelumpuh otot non depolarisasi. Namun neostigmin methylsulfate relatif
aman digunakan untuk memperpanjang blokade sensorik pada anestesi spinal dan
dapat dipilih sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas analgesia pada
anestesi spinal. Penambahan neostigmin methylsulfate mempunyai efek samping
mual dan muntah. Namun efek samping tersebut timbul tergantung pada besarnya
dosis yang diberikan.8,10-15
Efek analgesia post operasi dari neostigmin methylsulfate intratekal yang
dilaporkan oleh Hood dkk dengan rentang dosis yang digunakan mulai 50-750
mg. Pemberian neostigmin methylsulfate melalui anestesi spinal menimbulkan
efek antinosisepsi dan memperkuat efek antinosisepsi agonis α-2 adrenergik pada
binatang dan manusia.8,16-20 Penambahan neostigmin methylsulfate pada anestesi
spinal terbukti menghasilkan analgesia paska operasi dan dapat meningkatkan
analgesia opioid.19
Penelitian yang dilakukan oleh Lauretti dkk, menggunakan dosis
neostigmin methylsulfate 25-75 µg intratekal. Penelitian ini dilakukan pada pasien
wanita yang akan menjalani operasi histerektomi vagina. Pasien menerima 2 ml
bupivakain 0,75% ditambah 1 ml saline, dan grup yang ditambahkan dengan
neostigmin methylsulfate 25 µg, 50 µg dan 75 µg. Insiden pengobatan untuk mual
muntah lebih besar pada pasien yang menerima neostigmin 75 µg (61%). Efek
analgesia pada neostigmin methylsulfate intratekal tergantung dosis. Pada
penelitian ini waktu untuk mendapatkan dosis analgesia pertama dari morphine
Universitas Sumatera Utara
untuk grup saline sekitar 3-4 jam, grup neostigmin 25 µg sekitar 4-6,5 jam, grup
neostigmin methylsulfate 50 µg sekitar 3-5,5 jam dan grup 75 µg sekitar 4-8,5
jam.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa analgesia dari neostigmin
methylsulfate intratekal dapat terjadi pada dosis kurang dari 50 µg pada pasien
histerektomi vagina.21
Chung dkk, melaporkan penambahan neostigmin methylsulfate 25 µg pada
bupivakain hidroklorida hiperbarik 0,5% 12 mg dalam anestesi spinal
memberikan lama analgesia paska operasi seksio sesarea yang setara dengan
penambahan morfin 100 µg. 22
Honarmand dkk, meneliti penambahan neostigmin methylsulfate 35 mg
pada bupivakain hidroklorida hiperbarik 15 mg dengan anestesi spinal
memberikan pemanjangan analgesia post operasi dalam 24 jam dibanding dengan
grup bupivakain hidroklorida hiperbarik 15 mg, grup bupivakain hidroklorida
hiperbarik 15 mg + fentanyl 25 µg dan grup bupivakain hidroklorida hiperbarik
15 mg + neostigmin methylsulfate 25 µg dan tanpa ada efek samping mual dan
muntah yang signifikan diantara ke empat kelompok pada pasien yang menjalani
artroskopi lutut.23
Bhat, dkk meneliti tentang efikasi dan keamanan neostigmin methylsulfate
intratekal dengan bupivakain hidroklorida dalam dua dosis yang berbeda. Dalam
penelitian ini terdapat 3 kelompok yaitu kelompok A ( hanya bupivakain
hidroklorida saja ), kelompok B ( bupivakain hidroklorida ditambah neostigmin
methylsulfate 50 µg) dan kelompok C ( neostigmin methylsulfate 150 µg). Hasil
penelitian memperlihatkan blokade sensorik lebih lama pada kelompok C
dibandingkan dengan kelompok B dan kelompok A tetapi insidensi mual muntah
lebih tinggi pada kelompok C.24
Halim, meneliti bahwa penambahan neostigmin methylsulfate 25 µg pada
bupivakain hidroklorida hiperbarik 0,5% 12,5 mg paling efektif dalam
memperpanjang lama analgesia dibanding dengan penambahan klonidin 30 µg
pada bupivakain hidroklorida hiperbarik 0,5% 12,5 mg pada anestesi spinal
dengan pemanjangan durasi blokade sensorik lebih lama dibandingkan dengan
klonidin dan efek samping mual dan muntah 6,1%. 25
Kristiyono T, melaporkan efek penambahan neostigmin methylsulfate 50
µg pada bupivakain hidroklorida hiperbarik 0,5% 15 mg mempunyai lama
Universitas Sumatera Utara
blokade sensorik sama baiknya dengan penambahan neostigmin methylsulfate 75
µg yang ditambahkan pada bupivakain hidroklorida hiperbarik 0,5% 15 mg pada
anestesi spinal. Namun mual muntah lebih
lebih sedikit pada penambahan
neostigmin methylsulfate 50 µg yaitu mual 16,7% dan muntah 22,2%.26
Dari uraian diatas dapat dilihat latar belakang pemanjangan blokade
sensorik dan lama analgesia pada anestesi spinal dengan penambahan neostigmin
methylsulfate intratekal dan efek sampingnya. Sehingga dapat dirumuskan tema
penelitian ini sebagai berikut :
Pengetahuan tentang efek penambahan neostigmin methylsulfate pada
anestesi spinal untuk memperpanjang blokade sensorik menjadi titik tolak pada
pengembangan berbagai dosis obat ini dengan anestetik lokal. Meskipun efek
pemanjangan blokade sensorik dari penambahan berbagai dosis neostigmin
methylsulfate telah ditunjukkan oleh penelitian sebelumnya, namun perbandingan
efek pemanjangan blokade sensorik pada penambahan neostigmin methylsulfate
dosis 25 mg dengan neostigmin methylsulfate 50 mg dalam anestesi spinal
bupivakain hidroklorida 0,5% hiperbarik 15 mg pada anestesi spinal belum ada.
Peneliti ingin mengetahui apakah dengan dosis neostigmin methylsulfate 25 mg
mempunyai efek blokade sensorik yang lebih lama dan efek samping yang lebih
minimal dibanding dengan dosis neostigmin methylsulfate 50 mg.
1.2.RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah diatas memberikan dasar bagi peneliti untuk
merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Apakah penambahan Neostigmin Methylsulfate 25 mg pada Bupivakain
Hidroklorida Hiperbarik 0,5% 15 mg akan memperpanjang lama kerja blokade
sensorik dan mempunyai efek samping mual muntah yang lebih minimal
dibanding dengan penambahan Neostigmin Methylsulfate 50 mg pada Bupivakain
Hidroklorida Hiperbarik 0,5% 15 mg pada anestesi spinal?
1.3.HIPOTESA
Pada penambahan Neostigmin Methylsulfate 25 mg pada Bupivakain
Hidroklorida Hiperbarik 0,5% 15 mg intratekal kerja blokade sensorik lebih lama
Universitas Sumatera Utara
dan efek samping
mual muntah lebih minimal dibanding Neostigmin
Methylsulfate 50 mg pada Bupivakain Hidroklorida Hiperbarik 0,5% 15 mg
dengan anestesi spinal.
1.4.TUJUAN PENELITIAN
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk membandingkan efek penambahan Neostigmin Methylsulfate 25 mg
pada Bupivakain Hidroklorida Hiperbarik 0,5% 15 mg dan Neostigmin
Methylsulfate 50 mg pada Bupivakain Hidroklorida Hiperbarik 0,5% 15 mg pada
anestesi spinal terhadap lama kerja blokade sensorik dan efek samping mual
muntah.
1.4.2 Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui efek penambahan Neostigmin Methylsulfate 25 mg
dibandingkan dengan
Neostigmin Methylsulfate 50 mg pada Bupivakain
Hidroklorida Hiperbarik 0,5% 15 mg terhadap lama kerja blokade sensorik
pada anestesi spinal.
2. Untuk mengetahui efek mual muntah yang timbul setelah pemberian
Neostigmin Methylsulfate 25
mg
dibandingkan
dengan
Neostigmin
Methylsulfate 50 mg pada Bupivakain Hidroklorida Hiperbarik 0,5% 15 mg
pada anestesi spinal.
1.5. MANFAAT PENELITIAN
1.5.1.
Manfaat Dalam Bidang Akademik
a. Sebagai sumber informasi dan bahan referensi bagi penelitian
selanjutnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan
untuk pemilihan obat tambahan pada anestesi spinal dengan bupivakain
Universitas Sumatera Utara
hidroklorida hiperbarik 0,5% dosis rendah untuk memperpanjang kerja
blokade sensorik.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
terutama ilmu anestesi.
1.5.2.
Manfaat Dalam Bidang Pelayanan Masyarakat
a. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
mengenai penggunaan bupivakain hidroklorida dengan dosis yang lebih
tepat dan obat tambahan untuk digunakan dalam pembedahan.
b. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat meminimalkan biaya
operasional bagi pasien yang akan dioperasi dengan menggunakan
anestesi spinal.
1.5.3.
Manfaat Dalam Bidang Penelitian
a. Sebagai data untuk penelitian lanjutan dengan menggunakan dosis
neostigmin methylsulfate yang berbeda.
b. Sebagai data untuk penelitian lanjutan dengan menggunakan
neostigmin methylsulfate dibandingkan obat lain untuk blokade
sensorik.
Universitas Sumatera Utara
Download