BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Dividen Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada para pemegang saham. Selain dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, laba bersih itu ditahan di dalam perusahaan untuk membiayai operasi perusahaan dan disebut sebagai laba ditahan atau Retained Earnings (Halim, 2007). Rasio antara dividen dan laba bersih sering disebut Dividend Payout Ratio (DPR). Para pemegang saham akan merasa senang apabila bagian dari laba bersih yang dibagikan sebagai dividen semakin besar. Akan tetapi, apabila DPR ini semakin besar, berarti laba ditahan semakin kecil. Apabila sumber dana yang berasal dari laba ditahan ini kecil, maka perusahaan akan kekurangan modal untuk membiayai operasionalnya. DPR Merupakan rasio hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa (Dewi ,2004) DPR = Dividen per lembar saham x 100% Laba per lembar saham 18 Universitas Sumatera Utara 2.1.1.1 Jenis-Jenis Dividen Terdapat beberapa jenis dividen yang dapat dibayarkan kepada para pemegang saham, tergantung pada posisi dan kemampuan perusahaan bersangkutan. Berikut ini adalah jenis- jenis dividen menurut Brigham dan Houston yaitu : a. Dividen tunai ( cash dividend ) Dividen tunai adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Pada umumnya dividen tunai lebih disukai oleh para pemegang saham dan lebih sering dipakai perseroan jika dibandingkan dengan jenis dividen yang lain. b. Dividen saham ( stock dividend ) Dividen saham adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham, bukan dalam bentuk uang tunai. Pembayaran stock dividend juga harus disarankan adanya laba atau surplus yang tersedia, dengan adanya pembayaran dividen saham ini maka jumlah saham yang beredar meningkat, namun pembayaran dividen saham ini tidak akan merubah posisi likuiditas perusahaan karena yang dibayarkan oleh perusahaan bukan merupakan bagian dari arus kas perusahaan. c. Dividen barang ( property dividend ) Dividen barang adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk barang (aktiva selain kas). Property dividend yang dibagikan ini haruslah merupakan barang yang dapat dibagi-bagi atau bagian- 19 Universitas Sumatera Utara bagian yang homogen sehingga penyerahannya kepada pemegang saham tidak akan mengganggu kontinuitas perusahaan. d. Dividen utang ( scrip dividend ) Dividen utang adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk surat (scrip) janji hutang. Perseroan akan membayar sejumlah tertentu dan pada waku tertentu, sesuai dengan yang tercantum dalam scrip tersebut. Pembayaran dalam bentuk ini akan menyebabkan perseroan mempunyai hutang jangka pendek kepada pemegang scrip. e. Dividen likuidasi ( liquidation dividend ) Dividen likuidasi adalah dividen yang dibagikan berdasarkan pengurangan modal perusahaan, bukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. 2.1.1.2 Kebijakan Dividen 1) Pengertian Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan keputusan yang diambil perusahaan dan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap harga saham perusahaan dipasar modal, sehingga kebijakan dividen merupakan sebagian dari keputusan investasi.Kebijakan pemberian dividen (Devidend Policy) tidak saja membagikan keuntungan yang telah diperoleh, tetapi kebijakan perusahaan membagikan dividen harus diikuti dengan pertimbangan adanya kesempatan atau investasi kembali. 20 Universitas Sumatera Utara Menurut Sartono (2008) “ kebijakan dividen adalah keputusan apakah yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa mendatang ”.Apabila perusahaan perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen , maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana interen atau internal financing namun jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh maka kemampuan pembentukan dana interen akan semakin besar. Menurut Martono dan Agus (2007:253), “Kebijakan dividen (Devidend Policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.” Menurut Suharli (2006), secara umum kebijakan deviden yang ditempuh perusahaan dapat menggunakan kebijakan ini yaitu : 1. Constant devidend pay out ratio terdapat beberapa cara mengatur deviden dalam persentase atau rasio tertentu, yaitu: (a) membayar dengan jumlah persentase yang tetap dari pendapatan tahunan, (b) menentukan dividen yang akan diberikan dalam setahun sama dengan dalam jumlah presentase tetap dari keuntungan tahun sebelumnya, dan 21 Universitas Sumatera Utara (c) menentukan proyeksi pay out ratio untuk jangka waktu panjang. 2. Stable per share devidend merupakan kebijakan yang menetapkan besaran dividen dalam jumlah yang tetap. Kebijakan ini menunjukkan perusahaan untuk mempertahankan laba yang tinggi. Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen merupakan suatu keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. 2) Teori Kebijakan Dividen Teori kebijakan dividen menjelaskan bagaimana sifat dari dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham. Teori dari kebijakan dividen ini akan mempengaruhi harga saham. Ada beberapa teori kebijakan dividen yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain adalah teori ketidakrelevanan dividen, teori burung di tangan, dan teori preferensi pajak, the residual theory of dividend, dan clientele effect (Sartono, 2004 : 282). 22 Universitas Sumatera Utara a. Teori ketidakrelevanan dividen (dividend irrelevance theory) Sejumlah kalangan memperdebatkan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap biaya modalnya atau dengan kata lain, kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan untuk dipersoalkan. Pendukung teori ini adalah Miller dan Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai dari suatu perusahaan tergantung semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi antara dividen dan laba ditahan. b. Teori burung di tangan ( bird in the hand theory ) Teori ini dikemukakan oleh Mayron Gordon dan Jhon Litner yang berpendapat bahwa biaya ekuitas akan mengalami kenaikan jika pembagian dividen dikurangi, karena investor lebih yakin terhadap penerimaan dari dividen dari pada kenaikan nilai modal yang akan dihasilkan dari laba ditahan. Dengan kalimat lain, bahwa investor jauh lebih menghargai uang yang berasal dari dividen dari pada uang dari kenaikan modal atau capital gain. c. Teori preferensi pajak ( tax preference theory ) Pencetus teori ini adalah Litzenberg dan Ramaswary. Teori ini berbeda dengan teori-teori sebelumnya. Menurut mereka, jika tarif pajak capital gain lebih rendah dari pada tarif pajak dividen, maka saham yang dimiliki tingkat pertumbuhannya lebih tinggi akan menjadi lebih menarik. Namun sebaliknya, jika capital gain 23 Universitas Sumatera Utara dikenai pajak yang sama dengan pajak atas dividen, maka keuntungan atas capital gain lebih baik dibandingkan pajak atas dividen, karena pajak atas capital gain baru dibayar apabila saham telah dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar tiap tahun setelah pembayaran dividen. d. Teori Residu Dividen Teori ini menjelaskan bahwa investor lebih senang apabila perusahaan menahan keuntungannya untuk diinvestasikan kembali dari pada jika keuntungan itu dibayarkan berupa dividen dimana re-investasi akan menghasilkan lebih banyak dibandingkan sahamsaham lain yang resikonya kira-kira seimbang. e. Effect klient ( clientele effect ) Clientele effect adalah kecenderungan perusahaan untuk menarik jenis investor yang menyukai kebijakan dividennya. Pada kenyataannya terdapat banyak kelompok investor dengan berbagai kepentingan. Ada investor yang lebih menyukai memperoleh pendapatan saat ini dalam bentuk dividen, dimana investor jenis ini menghendaki pembayaran dividen yang tinggi. Akan tetapi ada pula investor yang lebih menyukai menginvestasikan kembali pendapatan mereka karena kelompok investor ini berbeda dalam tarif pajak yang cukup tinggi. Dengan adanya dua kelompok investor tersebut, perusahaan dapat menentukan kebijakan dividen yang dianggap terbaik oleh 24 Universitas Sumatera Utara manajemen. Kemudian biarkan investor yang tidak menyukai kebijkana dividen dari perusahaan menjual saham mereka atau melakukan pemindahaan invesatsi ke perusahaan lain. Tetapi perlu diingat bahwa transaksi ini tidak berlangsung secara efisien karena adanya biaya transaksi dan pembayaran capital gain sebagai akibat penjualan saham. Oleh karena perubahan kebijakan dividen mengakibatkan beberapa investor menjual sahamnya yang mengakibatkan menurunnya harga saham. 3) Jenis Kebijakan Dividen Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau cash dividen yang diberikan kepada pemegang saham. Adapun bentuk kebijakan tersebut menurut Sutrisno (2000), ada empat yaitu: a. Kebijakan pemberian dividen yang stabil Yaitu dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi . b. Kebijakan dividen yang meningkat Yaitu perusahaan memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh perusahaan. c. Kebijakan dividen dengan rasio yang konstan Yaitu perusahaan memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh perusahaan. 25 Universitas Sumatera Utara d. Kebijakan dividen regular yang rendah ditambah ekstra Yaitu perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen. 4) Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Kebijakan dividen mempertimbangkan apakah penghasilan setelah pajak tahun berjalan sebaiknya diinvestasikan kembali atau dibagikan saja sebagai dividen merupakan saldo laba. Saldo laba itu sendiri merupakan sumber pembiayaan internal yang relatif murah. Untuk memutuskan berapa besar dividen yang akan dibagikan dari hasil operasi perusahaan selama satu priode tertentu, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu (Sutrisno, 2000) : a. Posisi Solvabilitas Perusahaan Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagi laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modalnya. 26 Universitas Sumatera Utara b. Posisi Likuiditas Pembagian dividen dapat dilakukan apabila perusahaan memiliki uang kas yang cukup untuk dibagikan sebagai dividen. Bila perusahaan memerlukan dana yang sifatnya sangat mendesak, perusahaan dapat menggunakan laba yang diperoleh untuk membiayai keperluan tersebut dan tidak membayar dividen kepada pemegang saham Dalam hal ini perusahaan mengalami kelemahan dalam posisi likuiditasnya, yang berarti kemampuan perusahaan untuk membayar dividen sangat kecil. c. Hutang (Leverage) Semakin tingginya hutang, menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar, semakin besar porsi hutang yang digunakan oleh perusahaan maka semakin tinggi pula resiko keuangan yang ada pada perusahaan tersebut. Penelitian Suharli dan Oktoriana (2005), Lestari (2007) dan Widayasa (2007) menyatakan bahwa semakin banyak hutang yang harus dibayar semakin besar dana yang harus disediakan. Karena perusahaan harus membayar pinjaman yang selanjutnya akan mengurangi besarnya laba perusahaan, sehingga pada akhirnya akan mengurangi jumlah dividen yang bisa dibayarkan kepada pemegang saham. Hal ini sesuai dengan 27 Universitas Sumatera Utara pandangan bahwa perusahaan yang beresiko akan membayar dividennya rendah, dengan maksud untuk mengurangi ketergantungan akan pendanaan secara eksternal. Struktur permodalan perusahaan yang lebih tinggi dimiliki oleh hutang menyebabkan pihak manajemen akan memprioritaskan pelunasan kewajiban terlebih dahulu sebelum membagikan dividen. Perusahaan yang memiliki rasio hutang lebih besar seharusnya membagikan dividen lebih kecil karena laba yang diperoleh digunakan untuk melunasi kewajiban. Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Rasio ini dapat di peroleh dari: Debt to Equity Ratio = Total Utang Ekuitas Bagi kreditor, semakin besar rasio ini akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. 28 Universitas Sumatera Utara d. Profitabilitas Suatu perusahaan yang selalu mendapatkan laba, dari suatu priode ke priode berikutnya, merupakan jaminan bahwa perusahaan tersebut sudah mengelola sumber daya secara efisien. Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya operasi perusahaan, dengan menggunakan perbandingan laba yang diperoleh dengan aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Menurut Harahap (2003 : 2004) menyatakan bahwa profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber dana yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Penelitian Suharli dan Oktorina (2005) mengungkapkan bahwa laba diperoleh dari selisih antara harta yang masuk (pendapatan dan keuntungan) dan harta yang keluar (beban dan kerugian). Laba perusahaan tersebut dapat ditahan sebagai laba ditahan dan dapat dibagi sebagai dividen. Sehingga peningkatan laba bersih perusahaan akan meningkat tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen bagi investor. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Joos dan Plesko (2004) yang dikutip oleh Lestari (2007) menyatakan bahwa jika tingkat 29 Universitas Sumatera Utara profitabilitas suatu perusahaan semakin tinggi, maka perusahaan cenderung untuk membayar bagian laba perusahaan dalam bentuk dividen dengan porsi yang besar. Pengukuran profitabilitas dapat dilakukan dengan menghitung Return On Assets (ROA) yang merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aset. ROA = Laba bersih setelah pajak x 100% Total aktiva e. Ukuran Perusahaan (Size) Penelitian Nuringsih (2005) dan Widayasa (2007) menyatakan bahwa faktor ukuran perusahaan dengan indikator total aktiva memiliki pengaruh yang besar. Pengaruh ini ditunjukkan dengan perusahaan yang memiliki aset besar akan cenderung membayar dividen yang besar. Menurut Ilmainir (1993) ukuran perusahaan adalah perusahaan yang memiliki aktiva dengan jumlah lebih besar atau biasanya disebut dengan perusahaan besar. Menurut Purba (2001:224) ukuran perusahaan adalah besarnya investasi yang diperlihatkan oleh total aktiva perusahaan. Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan adalah perusahaan yang memiliki aktiva yang lebih besar. 30 Universitas Sumatera Utara Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham. Tujuan pembayaran dividen besar ini untuk menjaga reputasi perusahaan dimata investor. Sebaliknya pada perusahaan yang memiliki aset rendah akan membagi dividen yang rendah. Hal ini dikarenakan profit dialokasikan pada laba ditahan yang digunakan untuk menambah aset. f. Posisi Pemegang Saham Sebagai Pembayar Pajak Posisi pemilik perusahaan sebagai pembayar pajak sangat mempengaruhi keinginannya untuk memperoleh dividen. Dividen tunai yang diterima oleh para pemegang saham merupakan obyek dan pajak penghasilan. Oleh sebab itu, bagi para pemegang saham yang menghasikan kena pajaknya tinggi akan lebih senang jika nilai saham yang dimilikinya meningkat daripada memperoleh dividen tunai yang lebih besar, karena dividen tunai tersebut akan terkena pajak penghasilan sedangkan dengan bertambahnya nilai saham, maka harga sahamnya bertambah tinggi dan tidak terkena pajak penghasilan. 31 Universitas Sumatera Utara g. Kesempatan Investasi Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagikan, semakin terbuka kesempatan untuk berinvestasi, semakin kecil dividen yang dibayarkan. Sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan berinvestasi, namun apabila kesempatan untuk berinvestasi kurang baik, maka dananya lebih banyak akan digunakan untuk membayar dividen. 2.1.1.3 Prosedur Pembayaran Dividen Menurut (Birgham dan Houston,2001) prosedur pembagian dividen adalah sebagai berikut : 1. Tanggal pengumuman (declaration date) merupakan tanggal pada saat direksi perusahaan mengeluarkan pernyataan berisi pengumuman pembagian dividen. 2. Tanggal pencatatan (holder-of-record date) merupakan tanggal ketika perusahaan mencatat seorang pemegang saham sebagai pemilik dan berhak memerima dividen. 3. Tanggal ex-dividen (ex-dividend date) merupakan tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan tidak lagi menyertai saham tersebut. Jangka waktunya adalah empat hari kerja sebelum tanggal pencatatan pemegang saham. 32 Universitas Sumatera Utara 4. Tanggal pembayaran ( payment date ) merupakan tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirimkan cek dividen. 2.2 Penelitian Terdahulu 1. Sutrisno (2001). Judul penelitian: Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada perusahaan publik di Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah: Posisi kas, potensi pertumbuhan, size, rasio hutang dan modal, profitabilitas, holding. Metode analisis yang digunakan adalah AMOS (Analysis of moment structure). Hasil penelitiannya menunjukkan : 1. Posisi kas dan DER berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan variabel yang lain kurang cukup signifikan. 2. secara parsial, posisi kas berhubungan secara positif dan signifikan terhadap DPR. 3. secara parsial, DER berhubungan secara negatif dan signifikan terhadap DPR. 2. Nuringsih (2005) Judul penelitian : Analisis pengaruh kepemilikan manejerial, kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa kepemilikan menejerial berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh secara tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. 33 Universitas Sumatera Utara 3. Marpaung dan Hadianto (2005). Judul penelitian: Pengaruh Profitabilitas dan Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen: Studi Empirik pada Emiten Pembentuk Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Model analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitiannya adalah ROA dan Market to Book Value berpengaruh signifikan positif terhadap DPR, sedangkan variabel Sales Growth berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap DPR. 4. Suharli (2006). Judul penelitiannya: Studi empiris mengenai pengaruh profitabilitas, leverage, dan harga saham terhadap jumlah dividen tunai (studi pada perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2003). Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi. Hasil penelitiannya adalah Profitabilitas dan harga saham memiliki pengaruh signifikan dan berhubungan searah dengan jumlah dividen yang dibayarkan. Sedangkan leverage perusahaan tidak mempengaruhi besarnya jumlah dividen yang dibayarkan. 5. Susana dan Damayanti (2006). Judul penelitiannya adalah : Analisis Pengaruh Investasi, Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividend Payout Ratio ( Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ). Metode analisis yang digunakan adalah analisis korelasi dan analisis regresi. Hasil penelitiannya adalah: 34 Universitas Sumatera Utara Growth asset, Quick acid ratio dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio, sedangkan variabel ROA dan Growth sales berpengaruh positif terhadap DPR. 6. Puspita (2009). Judul penelitian: Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividend payout ratio (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007). Variabel independen yang digunakan adalah cash ratio, firm size, Return On Asset, Growth, Debt to Total Asset (DTA), Debt to Equity ratio (DER). Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa cash ratio, firm size, dan Return On Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Sedangkan faktor-faktor lain seperti Growth, Debt to Total Asset (DTA), Debt to Equity ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian diatas karena penelitian ini ditujukan pada perusahaan pertambangan . Hal-hal lain yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah periode penelitian yang dilakukan dari tahun 2009 sampai tahun 2012, variabelvariabel bebas yang digunakan adalah profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan. 35 Universitas Sumatera Utara 2.3 Kerangka Konseptual Dividen Payout Ratio (DPR) adalah rasio yang berkaitan dengan jumlah dividen yang dibagikan terhadap laba setelah pajak. Perusahaan dalam membagikan dividennya mempertimbangkan diantaranya adalah dari sisi profitabilitas, hutang, berbagai hal, maupun ukuran perusahaan (Sutrisno,2003) . Di dalam penelitian ini, terdapat tiga faktor yang diduga berpengaruh terhadap besarnya dividend payout ratio(DPR). Faktor-faktor tersebut adalah ROA, DER, dan Size. Banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modal pada perusahaan yang harga sahamnya meningkat. Dengan meningkatnya investor maka laba perusahaan juga akan meningkat. Dividen diambil dari laba bersih. Oleh karena itu, ROA akan mempengaruhi dividend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya (ROA) akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividen (Harahap,2004) Kemampuan perusahaan membayar utang yang didanai oleh modal sendiri dapat diukur dengan menggunakan DER. DER merupakan bagian setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang . Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan semakin berat pembayaran sehingga hutang perusahaan dibandingkan lebih memprioritaskan dengan pembagian pada dividen (Hanafi,2004). 36 Universitas Sumatera Utara Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memilki akses ke pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal, kemampuannya untuk memperoleh dana lebih besar. Sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil. Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ROA (X1) DER (X2) DPR Firm Size (X3) 2.4. Hipotesis Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu : Profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. 37 Universitas Sumatera Utara