bab ii tinjauan pustaka - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Dividen
Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada
para pemegang saham. Selain dibagi kepada pemegang saham dalam
bentuk dividen, laba bersih itu ditahan di dalam perusahaan untuk
membiayai operasi perusahaan dan disebut sebagai laba ditahan atau
Retained Earnings (Halim, 2007).
Rasio antara dividen dan laba bersih sering disebut Dividend
Payout Ratio (DPR). Para pemegang saham akan merasa senang apabila
bagian dari laba bersih yang dibagikan sebagai dividen semakin besar.
Akan tetapi, apabila DPR ini semakin besar, berarti laba ditahan semakin
kecil. Apabila sumber dana yang berasal dari laba ditahan ini kecil, maka
perusahaan akan kekurangan modal untuk membiayai operasionalnya.
DPR Merupakan rasio hasil perbandingan antara dividen dengan laba
yang tersedia bagi para pemegang saham biasa (Dewi ,2004)
DPR = Dividen per lembar saham x 100%
Laba per lembar saham
18
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.1 Jenis-Jenis Dividen
Terdapat beberapa jenis dividen yang dapat dibayarkan
kepada para pemegang saham, tergantung pada posisi dan kemampuan
perusahaan bersangkutan. Berikut ini adalah jenis- jenis dividen
menurut Brigham dan Houston yaitu :
a. Dividen tunai ( cash dividend )
Dividen tunai adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk
uang tunai. Pada umumnya dividen tunai lebih disukai oleh para
pemegang saham dan lebih sering dipakai perseroan jika dibandingkan
dengan jenis dividen yang lain.
b. Dividen saham ( stock dividend )
Dividen saham adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk
saham, bukan dalam bentuk uang tunai. Pembayaran stock dividend
juga harus disarankan adanya laba atau surplus yang tersedia, dengan
adanya pembayaran dividen saham ini maka jumlah saham yang
beredar meningkat, namun pembayaran dividen saham ini tidak akan
merubah posisi likuiditas perusahaan karena yang dibayarkan oleh
perusahaan bukan merupakan bagian dari arus kas perusahaan.
c. Dividen barang ( property dividend )
Dividen barang adalah dividen yang dibayarkan dalam
bentuk barang (aktiva selain kas). Property dividend yang dibagikan
ini haruslah merupakan barang yang dapat dibagi-bagi atau bagian-
19
Universitas Sumatera Utara
bagian yang homogen sehingga penyerahannya kepada pemegang
saham tidak akan mengganggu kontinuitas perusahaan.
d. Dividen utang ( scrip dividend )
Dividen utang adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk
surat (scrip) janji hutang. Perseroan akan membayar sejumlah tertentu
dan pada waku tertentu, sesuai dengan yang tercantum dalam scrip
tersebut. Pembayaran dalam bentuk ini akan menyebabkan perseroan
mempunyai hutang jangka pendek kepada pemegang scrip.
e. Dividen likuidasi ( liquidation dividend )
Dividen likuidasi adalah dividen yang dibagikan berdasarkan
pengurangan modal perusahaan, bukan berdasarkan keuntungan yang
diperoleh perusahaan.
2.1.1.2 Kebijakan Dividen
1) Pengertian Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan keputusan yang diambil
perusahaan dan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap harga saham
perusahaan dipasar modal, sehingga kebijakan dividen merupakan
sebagian dari keputusan investasi.Kebijakan pemberian dividen
(Devidend Policy) tidak saja membagikan keuntungan yang telah
diperoleh, tetapi kebijakan perusahaan membagikan dividen harus
diikuti dengan pertimbangan adanya kesempatan atau investasi
kembali.
20
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sartono (2008) “ kebijakan dividen adalah
keputusan apakah yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada
pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba
ditahan guna pembiayaan investasi di masa mendatang ”.Apabila
perusahaan perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai
dividen , maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya
mengurangi total sumber dana interen atau internal financing namun
jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh maka
kemampuan pembentukan dana interen akan semakin besar.
Menurut Martono dan Agus (2007:253), “Kebijakan dividen
(Devidend Policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham
dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna
pembiayaan investasi di masa yang akan datang.”
Menurut Suharli (2006), secara umum kebijakan deviden
yang ditempuh perusahaan dapat menggunakan kebijakan ini yaitu :
1. Constant devidend pay out ratio terdapat beberapa cara
mengatur deviden dalam persentase atau rasio tertentu,
yaitu: (a) membayar dengan jumlah persentase yang tetap
dari pendapatan tahunan, (b) menentukan dividen yang
akan diberikan dalam setahun sama dengan dalam jumlah
presentase tetap dari keuntungan tahun sebelumnya, dan
21
Universitas Sumatera Utara
(c) menentukan proyeksi pay out ratio untuk jangka waktu
panjang.
2. Stable per share devidend merupakan kebijakan yang
menetapkan besaran dividen dalam jumlah yang tetap.
Kebijakan
ini
menunjukkan
perusahaan
untuk
mempertahankan laba yang tinggi.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
kebijakan dividen merupakan suatu keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham
dalam bentuk dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan
untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang
akan datang.
2) Teori Kebijakan Dividen
Teori kebijakan dividen menjelaskan bagaimana sifat dari
dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham. Teori dari
kebijakan dividen ini akan mempengaruhi harga saham.
Ada beberapa teori kebijakan dividen yang dikemukakan oleh
para ahli, antara lain adalah teori ketidakrelevanan dividen, teori
burung di tangan, dan teori preferensi pajak, the residual theory of
dividend, dan clientele effect (Sartono, 2004 : 282).
22
Universitas Sumatera Utara
a. Teori ketidakrelevanan dividen (dividend irrelevance theory)
Sejumlah kalangan memperdebatkan bahwa kebijakan
dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap biaya modalnya atau
dengan kata lain, kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan
untuk dipersoalkan. Pendukung teori ini adalah Miller dan
Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai dari suatu
perusahaan tergantung semata-mata pada pendapatan yang
dihasilkan aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut
dibagi antara dividen dan laba ditahan.
b. Teori burung di tangan ( bird in the hand theory )
Teori ini dikemukakan oleh Mayron Gordon dan Jhon
Litner yang berpendapat bahwa biaya ekuitas akan mengalami
kenaikan jika pembagian dividen dikurangi, karena investor lebih
yakin terhadap penerimaan dari dividen dari pada kenaikan nilai
modal yang akan dihasilkan dari laba ditahan. Dengan kalimat
lain, bahwa investor jauh lebih menghargai uang yang berasal dari
dividen dari pada uang dari kenaikan modal atau capital gain.
c. Teori preferensi pajak ( tax preference theory )
Pencetus teori ini adalah Litzenberg dan Ramaswary. Teori
ini berbeda dengan teori-teori sebelumnya. Menurut mereka, jika
tarif pajak capital gain lebih rendah dari pada tarif pajak dividen,
maka saham yang dimiliki tingkat pertumbuhannya lebih tinggi
akan menjadi lebih menarik. Namun sebaliknya, jika capital gain
23
Universitas Sumatera Utara
dikenai pajak yang sama dengan pajak atas dividen, maka
keuntungan atas capital gain lebih baik dibandingkan pajak atas
dividen, karena pajak atas capital gain baru dibayar apabila saham
telah dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar tiap tahun
setelah pembayaran dividen.
d. Teori Residu Dividen
Teori ini menjelaskan bahwa investor lebih senang apabila
perusahaan menahan keuntungannya untuk diinvestasikan kembali
dari pada jika keuntungan itu dibayarkan berupa dividen dimana
re-investasi akan menghasilkan lebih banyak dibandingkan sahamsaham lain yang resikonya kira-kira seimbang.
e. Effect klient ( clientele effect )
Clientele effect adalah kecenderungan perusahaan untuk
menarik jenis investor yang menyukai kebijakan dividennya. Pada
kenyataannya terdapat banyak kelompok investor dengan berbagai
kepentingan. Ada investor yang lebih menyukai memperoleh
pendapatan saat ini dalam bentuk dividen, dimana investor jenis ini
menghendaki pembayaran dividen yang tinggi. Akan tetapi ada pula
investor
yang
lebih
menyukai
menginvestasikan
kembali
pendapatan mereka karena kelompok investor ini berbeda dalam
tarif pajak yang cukup tinggi.
Dengan adanya dua kelompok investor tersebut, perusahaan
dapat menentukan kebijakan dividen yang dianggap terbaik oleh
24
Universitas Sumatera Utara
manajemen. Kemudian biarkan investor yang tidak menyukai
kebijkana dividen dari perusahaan menjual saham mereka atau
melakukan pemindahaan invesatsi ke perusahaan lain. Tetapi perlu
diingat bahwa transaksi ini tidak berlangsung secara efisien karena
adanya biaya transaksi dan pembayaran capital gain sebagai akibat
penjualan saham. Oleh karena perubahan kebijakan dividen
mengakibatkan
beberapa
investor
menjual
sahamnya
yang
mengakibatkan menurunnya harga saham.
3) Jenis Kebijakan Dividen
Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau
cash dividen yang diberikan kepada pemegang saham. Adapun
bentuk kebijakan tersebut menurut Sutrisno (2000), ada empat
yaitu:
a. Kebijakan pemberian dividen yang stabil
Yaitu dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya
untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh
perusahaan berfluktuasi .
b. Kebijakan dividen yang meningkat
Yaitu perusahaan memberikan dividen yang besarnya
mengikuti besarnya laba yang diperoleh perusahaan.
c. Kebijakan dividen dengan rasio yang konstan
Yaitu perusahaan memberikan dividen yang besarnya
mengikuti besarnya laba yang diperoleh perusahaan.
25
Universitas Sumatera Utara
d. Kebijakan dividen regular yang rendah ditambah ekstra
Yaitu perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen
per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan
ekstra dividen.
4) Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen mempertimbangkan apakah penghasilan
setelah pajak tahun berjalan sebaiknya diinvestasikan kembali atau
dibagikan saja sebagai dividen merupakan saldo laba. Saldo laba
itu sendiri merupakan sumber pembiayaan internal yang relatif
murah.
Untuk memutuskan berapa besar dividen yang akan
dibagikan dari hasil operasi perusahaan selama satu priode tertentu,
terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu (Sutrisno,
2000) :
a. Posisi Solvabilitas Perusahaan
Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau
solvabilitasnya
kurang
menguntungkan,
biasanya
perusahaan tidak membagi laba. Hal ini disebabkan laba
yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki
posisi struktur modalnya.
26
Universitas Sumatera Utara
b. Posisi Likuiditas
Pembagian
dividen
dapat
dilakukan
apabila
perusahaan memiliki uang kas yang cukup untuk dibagikan
sebagai dividen. Bila perusahaan memerlukan dana yang
sifatnya sangat mendesak, perusahaan dapat menggunakan
laba yang diperoleh untuk membiayai keperluan tersebut
dan tidak membayar dividen kepada pemegang saham
Dalam hal ini perusahaan mengalami kelemahan dalam
posisi likuiditasnya, yang berarti kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen sangat kecil.
c. Hutang (Leverage)
Semakin tingginya hutang, menunjukkan tingginya
ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak
luar, semakin besar porsi hutang yang digunakan oleh
perusahaan maka semakin tinggi pula resiko keuangan yang
ada pada perusahaan tersebut. Penelitian Suharli dan
Oktoriana (2005), Lestari (2007) dan Widayasa (2007)
menyatakan bahwa semakin banyak hutang yang harus
dibayar semakin besar dana yang harus disediakan. Karena
perusahaan harus membayar pinjaman yang selanjutnya
akan mengurangi besarnya laba perusahaan, sehingga pada
akhirnya akan mengurangi jumlah dividen yang bisa
dibayarkan kepada pemegang saham. Hal ini sesuai dengan
27
Universitas Sumatera Utara
pandangan
bahwa
perusahaan
yang
beresiko
akan
membayar dividennya rendah, dengan maksud untuk
mengurangi
ketergantungan
akan
pendanaan
secara
eksternal. Struktur permodalan perusahaan yang lebih
tinggi dimiliki oleh hutang menyebabkan pihak manajemen
akan memprioritaskan pelunasan kewajiban terlebih dahulu
sebelum membagikan dividen. Perusahaan yang memiliki
rasio hutang lebih besar seharusnya membagikan dividen
lebih kecil karena laba yang diperoleh digunakan untuk
melunasi kewajiban.
Debt to equity ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini
dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang,
termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini
berguna untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan untuk jaminan utang. Rasio ini dapat di peroleh
dari:
Debt to Equity Ratio =
Total Utang
Ekuitas
Bagi kreditor, semakin besar rasio ini akan semakin
tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko
yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di
perusahaan.
28
Universitas Sumatera Utara
d. Profitabilitas
Suatu perusahaan yang selalu mendapatkan laba,
dari suatu priode ke priode berikutnya, merupakan jaminan
bahwa perusahaan tersebut sudah mengelola sumber daya
secara efisien. Salah satu cara untuk mengetahui ada
tidaknya
operasi
perusahaan,
dengan
menggunakan
perbandingan laba yang diperoleh dengan aktiva yang
digunakan untuk memperoleh laba tersebut.
Menurut Harahap (2003 : 2004) menyatakan bahwa
profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber
dana yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal,
jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
Penelitian
Suharli
dan
Oktorina
(2005)
mengungkapkan bahwa laba diperoleh dari selisih antara
harta yang masuk (pendapatan dan keuntungan) dan harta
yang keluar (beban dan kerugian). Laba perusahaan
tersebut dapat ditahan sebagai laba ditahan dan dapat dibagi
sebagai
dividen.
Sehingga
peningkatan
laba
bersih
perusahaan akan meningkat tingkat pengembalian investasi
berupa pendapatan dividen bagi investor. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Joos dan Plesko (2004) yang dikutip
oleh Lestari (2007) menyatakan bahwa jika tingkat
29
Universitas Sumatera Utara
profitabilitas suatu perusahaan semakin tinggi, maka
perusahaan cenderung untuk membayar bagian laba
perusahaan dalam bentuk dividen dengan porsi yang besar.
Pengukuran profitabilitas dapat dilakukan dengan
menghitung Return On Assets (ROA) yang merupakan
perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total
aset.
ROA = Laba bersih setelah pajak x 100%
Total aktiva
e. Ukuran Perusahaan (Size)
Penelitian Nuringsih (2005) dan Widayasa (2007)
menyatakan bahwa faktor ukuran perusahaan dengan
indikator total aktiva memiliki pengaruh yang besar.
Pengaruh ini ditunjukkan dengan perusahaan yang memiliki
aset besar akan cenderung membayar dividen yang besar.
Menurut
Ilmainir
(1993)
ukuran perusahaan
adalah perusahaan yang memiliki aktiva dengan jumlah
lebih besar atau biasanya disebut dengan perusahaan besar.
Menurut Purba (2001:224) ukuran perusahaan
adalah besarnya investasi yang diperlihatkan oleh total
aktiva perusahaan.
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
ukuran perusahaan adalah perusahaan yang memiliki aktiva
yang lebih besar.
30
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih
mudah
memasuki
pasar
modal
sehingga
dengan
kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada
pemegang saham. Tujuan pembayaran dividen besar ini
untuk menjaga reputasi perusahaan dimata investor.
Sebaliknya pada perusahaan yang memiliki aset rendah
akan membagi dividen yang rendah. Hal ini dikarenakan
profit dialokasikan pada laba ditahan yang digunakan untuk
menambah aset.
f. Posisi Pemegang Saham Sebagai Pembayar Pajak
Posisi pemilik perusahaan sebagai pembayar pajak
sangat mempengaruhi keinginannya untuk memperoleh
dividen. Dividen tunai yang diterima oleh para pemegang
saham merupakan obyek dan pajak penghasilan. Oleh sebab
itu, bagi para pemegang saham yang menghasikan kena
pajaknya tinggi akan lebih senang jika nilai saham yang
dimilikinya meningkat daripada memperoleh dividen tunai
yang lebih besar, karena dividen tunai tersebut akan terkena
pajak penghasilan sedangkan dengan bertambahnya nilai
saham, maka harga sahamnya bertambah tinggi dan tidak
terkena pajak penghasilan.
31
Universitas Sumatera Utara
g. Kesempatan Investasi
Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang
mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagikan,
semakin terbuka kesempatan untuk berinvestasi, semakin
kecil dividen yang dibayarkan. Sebab dananya digunakan
untuk memperoleh kesempatan berinvestasi, namun apabila
kesempatan untuk berinvestasi kurang baik, maka dananya
lebih banyak akan digunakan untuk membayar dividen.
2.1.1.3 Prosedur Pembayaran Dividen
Menurut (Birgham dan Houston,2001) prosedur
pembagian dividen adalah sebagai berikut :
1. Tanggal pengumuman (declaration date) merupakan
tanggal pada saat direksi perusahaan mengeluarkan
pernyataan berisi pengumuman pembagian dividen.
2. Tanggal pencatatan (holder-of-record date) merupakan
tanggal ketika perusahaan mencatat seorang pemegang
saham sebagai pemilik dan berhak memerima dividen.
3. Tanggal ex-dividen (ex-dividend date) merupakan
tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan
tidak lagi menyertai saham tersebut. Jangka waktunya
adalah empat hari kerja sebelum tanggal pencatatan
pemegang saham.
32
Universitas Sumatera Utara
4. Tanggal pembayaran ( payment date ) merupakan
tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirimkan
cek dividen.
2.2
Penelitian Terdahulu
1. Sutrisno (2001).
Judul penelitian: Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi dividend
payout ratio pada perusahaan publik di Indonesia. Variabel independen
yang digunakan adalah: Posisi kas, potensi pertumbuhan, size, rasio
hutang dan modal, profitabilitas, holding. Metode analisis yang digunakan
adalah AMOS (Analysis of moment structure). Hasil penelitiannya
menunjukkan : 1. Posisi kas dan DER berpengaruh signifikan terhadap
DPR, sedangkan variabel yang lain kurang cukup signifikan. 2. secara
parsial, posisi kas berhubungan secara positif dan signifikan terhadap
DPR. 3. secara parsial, DER berhubungan secara negatif dan
signifikan terhadap DPR.
2. Nuringsih (2005)
Judul penelitian : Analisis pengaruh kepemilikan manejerial, kebijakan
hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Hasil
penelitiannya
menyatakan
bahwa
kepemilikan
menejerial
berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan
kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh
secara tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.
33
Universitas Sumatera Utara
3. Marpaung dan Hadianto (2005).
Judul penelitian: Pengaruh Profitabilitas dan Kesempatan Investasi
terhadap Kebijakan Dividen: Studi Empirik pada Emiten Pembentuk
Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Model analisis yang digunakan
adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitiannya adalah ROA
dan Market to Book Value berpengaruh signifikan positif terhadap DPR,
sedangkan variabel Sales Growth berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap DPR.
4. Suharli (2006).
Judul penelitiannya: Studi empiris mengenai pengaruh profitabilitas,
leverage, dan harga saham terhadap jumlah dividen tunai (studi pada
perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2003).
Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi. Hasil
penelitiannya adalah Profitabilitas dan harga saham memiliki pengaruh
signifikan dan berhubungan searah dengan jumlah dividen yang
dibayarkan. Sedangkan leverage perusahaan tidak mempengaruhi
besarnya jumlah dividen yang dibayarkan.
5. Susana dan Damayanti (2006).
Judul penelitiannya adalah : Analisis Pengaruh Investasi, Likuiditas,
Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap
Kebijakan Dividend Payout Ratio ( Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEJ). Metode analisis yang digunakan
adalah analisis korelasi dan analisis regresi. Hasil penelitiannya adalah:
34
Universitas Sumatera Utara
Growth asset, Quick acid ratio dan ukuran perusahaan berpengaruh
negatif terhadap Dividend Payout Ratio, sedangkan variabel ROA dan
Growth sales berpengaruh positif terhadap DPR.
6. Puspita (2009).
Judul penelitian: Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
dividend payout ratio (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007). Variabel independen yang
digunakan adalah cash ratio, firm size, Return On Asset, Growth, Debt to
Total Asset (DTA), Debt to Equity ratio (DER). Metode analisis yang
digunakan adalah analisis regresi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
cash ratio, firm size, dan Return On Asset (ROA) berpengaruh positif
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Sedangkan faktor-faktor lain
seperti Growth, Debt to Total Asset (DTA), Debt to Equity ratio (DER)
berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian diatas karena
penelitian ini ditujukan pada perusahaan pertambangan . Hal-hal lain yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah periode
penelitian yang dilakukan dari tahun 2009 sampai tahun 2012, variabelvariabel bebas yang digunakan adalah profitabilitas, leverage dan ukuran
perusahaan.
35
Universitas Sumatera Utara
2.3
Kerangka Konseptual
Dividen Payout Ratio (DPR) adalah rasio yang berkaitan dengan
jumlah dividen yang dibagikan terhadap laba setelah pajak. Perusahaan
dalam
membagikan
dividennya
mempertimbangkan
diantaranya adalah dari sisi profitabilitas, hutang,
berbagai
hal,
maupun ukuran
perusahaan (Sutrisno,2003) . Di dalam penelitian ini, terdapat tiga faktor
yang diduga berpengaruh terhadap besarnya dividend payout ratio(DPR).
Faktor-faktor tersebut adalah ROA, DER, dan Size.
Banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modal pada
perusahaan
yang harga sahamnya meningkat. Dengan meningkatnya
investor maka laba perusahaan juga akan meningkat. Dividen diambil dari
laba bersih. Oleh karena itu, ROA akan mempengaruhi dividend payout
ratio. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya (ROA) akan
membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividen
(Harahap,2004)
Kemampuan perusahaan membayar utang yang didanai oleh modal
sendiri dapat diukur dengan menggunakan DER. DER merupakan bagian
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan
hutang . Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan
permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan
semakin
berat
pembayaran
sehingga
hutang
perusahaan
dibandingkan
lebih
memprioritaskan
dengan
pembagian
pada
dividen
(Hanafi,2004).
36
Universitas Sumatera Utara
Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses
yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan
yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memilki akses ke
pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal, kemampuannya
untuk memperoleh dana lebih besar. Sehingga perusahaan mampu memiliki
rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil.
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
ROA (X1)
DER
(X2)
DPR
Firm Size (X3)
2.4. Hipotesis
Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang
telah dikemukakan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
Profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap dividend payout ratio.
37
Universitas Sumatera Utara
Download