perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Serat optik semakin banyak dimanfaatkan dalam bidang-bidang perindustrian. Salah satunya adalah bidang telekomunikasi yang sudah mulai beralih ke serat optik dari tembaga yang memiliki banyak kekurangan sebagai media transmisi. Serat optik mentransmisikan data dalam bentuk gelombang cahaya yang telah dimodulasi dan diterima oleh receiver. Sumber transmisi yang dibutuhkan oleh serat optik hanya sumber cahaya. Ini berbeda dengan tembaga yang mentransmisikan listrik dengan kecepatan transmisi yang lebih rendah dibanding cahaya. Jarak pemberian penguat pada tembaga 10-100 kali dari jarak penguat yang dibutuhkan oleh serat optik pada transmisi dengan lebar pita yang sama karena redaman serat optik hanya 0,25 dB/km (Freeman, 1999). Kemampuan serat optik sebagai media transmisi ini dapat membuat gelombang cahaya yang sampai pada ujung serat optik mengalami pelemahan daya, yang dikenal sebagai rugi-rugi. Gangguan dari luar maupun dari dalam serat optik itu bisa menjadi penyebab dari rugi-rugi serat optik. Hal ini lah yang harus dihindari dalam sistem komunikasi yaitu rugi-rugi yang besar sehingga tidak banyak data yang hilang ketika ditransmisikan (Freeman, 1999). Namun dengan adanya rugi-rugi pada transmisi cahaya serat optik ini, banyak peneliti yang memanfaatkan rugi-rugi tersebut untuk mengembangkan sensor sebagai alternatif dari teknologi yang telah ada. Pemanfaatan rugi-rugi serat optik ini telah dilakukan oleh Malla, dkk. (2008) untuk pengukuran beban roda kendaraan saat bergerak menggunakan prinsip beban bergerak atau Weight in Motion (WIM). Prinsip beban bergerak adalah mendeteksi suatu berat kendaraan yang bergerak pada kecepatan tertentu di atas jalan yaitu dengan mengukur beban roda kendaraan pada saat berjalan (Lee, 1991). Penelitian sensor yang dilakukan oleh Malla menggunakan model tiga lekukan yang terdiri dari tiga pin untuk menekan serat optik dual core hingga menghasilkan rugi-rugi optik. commit Cahayato user yang dihasilkan dari laser diode 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 ditransmisikan melalui serat optik menuju photodetector dan ditampilkan oleh oscilloscope berupa sinyal listrik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan penurunan intensitas terhadap meningkatnya penekanan yang diberikan dengan diameter pin 0,953 cm dan jarak antar pin sekitar 2,07 cm (Malla, dkk., 2008). Penelitian yang berhubungan dengan pengukuran beban bergerak ini juga telah dilakukan oleh Sururi menggunakan serat optik multimode diameter 0,25 mm dan sumber cahaya LED. Dengan memanfaatkan rugi-rugi serat optik yang dilekukkan sebanyak tiga lekukan, diperoleh semakin besar penekanan yang diberikan pada serat optik maka semakin besar pula rugi-rugi. Dari penelitian ini diketahui bahwa semakin kecil diameter lekukan (0,5 cm; 0,8 cm; dan 1 cm) dan jarak antar lekukan (0,5 cm; 1 cm; dan 1,5 cm) maka nilai rugi-rugi serat optik semakin besar (Sururi, 2012). Lekukan makro dengan model tiga lekukan juga dilakukan oleh mahasiswa fisika FMIPA UNS, Pantarlih dan Ghozali. Penelitian Pantarlih berdasarkan jarijari lekukan menggunakan serat optik kaca multimode dan sumber laser 632,8 nm. Semakin kecil jari-jari lekukan (0,3 cm; 0,25 cm; 0,2 cm; dan 0,15 cm) menimbulkan rugi-rugi yang lebih besar dan besarnya nilai rugi-rugi meningkat seiring dengan bertambahnya penekanan yang dikenakan pada serat optik (Pantarlih, 2009). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghozali, hasil yang diperoleh berupa rugi-rugi serat optik yang diolah dengan program WiM Acquisition dan ditampilkan pada komputer. Variasi yang digunakan adalah diameter serat optik plastik yang menunjukkan semakin kecil diameter serat optik dan jarak antar lekukan menghasilkan semakin tinggi rugi-rugi makrobendingnya (Ghozali, 2013). Keuntungan pengukuran saat kendaraan bergerak dibanding saat diam adalah efesiensi waktu bagi pemilik kendaraan dan lebih aman bagi operator ketika jalanan dalam waktu-waktu sibuk (Malla, dkk., 2008). Sistem WIM meliputi sejumlah komponen dasar, dengan konsep sensor massa yang paling pokok dan penting. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 sistem WIM dalam pengukuran massa kendaraan ketika bergerak, salah satunya dalam pemilihan komponen sensor massa (Slupek, 2000). Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Ghozali, penelitian ini juga akan memanfaatkan rugi-rugi lekukan (bending loss) serat optik. Serat optik yang digunakan adalah serat optik plastik atau Plastic Optical Fiber (POF) karena serat ini bersifat elastis jika dilekukkan. Namun dalam penelitian kali ini, prototype sensor pengukur beban bergerak akan mendeteksi massa beban yang diberikan terhadap rugi-rugi serat optik dengan model lima lekukan makro (macrobending) untuk variasi goresan dan diameter POF. Model lima lekukan ini sudah pernah dilakukan hanya untuk variasi pemberian beban untuk menekan serat optik dan menunjukkan semakin besar beban yang diberikan diperoleh rugi-rugi serat yang makin besar artinya intensitas cahaya yang diterima oleh detektor semakin kecil (Yunianto,dkk., 2012). Sensor model lima lekukan ini akan mengamati rugi-rugi optik dari pengaruh penekanan pada serat optik yang digores dan tanpa gores. Semakin kecil diameter serat optik, rugi-rugi optik yang dihasilkan akan semakin besar. Semakin banyak jumlah goresan, rugi-rugi optik yang dihasilkan juga akan semakin besar. Digunakan model lima lekukan karena diharapkan rugi-rugi intensitas yang mendasari sensor ini akan semakin besar dibanding model tiga lekukan sehingga dengan penambahan massa beban pada sensor akan terlihat lebih besar rugiruginya. Dari hasil ini dapat diketahui potensi desain alat menggunakan variasi jumlah gores dan diameter serat untuk rugi-rugi yang dihasilkan terhadap massa beban sehingga dapat diaplikasikan untuk sensor beban bergerak. 1.2. Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Lekukan makro (macrobending) dilakukan sebanyak lima lekukan. 2. Jenis serat optik yang digunakan adalah Plastic Optical Fiber (POF) dengan variasi diameter yaitu 0,4 mm; 0,5mm; dan 3 mm. 3. Variasi jumlah goresan yaitu 2 gores dan 3 gores untuk masing-masing serat optik dengan kedalaman 10 % commit dari diameter to userserat. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 4. Pin untuk melekukan serat optik terbuat dari acrylic berbentuk lingkaran dengan diameter 0,8 cm dengan jarak antar pin adalah 1 cm. 5. Sumber cahaya LED dan detektor LDR. 6. Rugi-rugi hasil Model lima lekukan dibandingkan dengan model tiga lekukan 1.3. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, permasalahan utama yang akan dibahas antara lain: 1. Bagaimana pengaruh diameter serat optik terhadap rugi-rugi pada model lima lekukan? 2. Bagaimana pengaruh goresan pada serat optik terhadap rugi-rugi pada model lima lekukan? 3. Bagaimana pengaruh model lima lekukan pada desain alat dengan sistem beban bergerak sehingga berpotensi untuk dapat diaplikasikan pada jembatan timbang kendaraan bermuatan di jalan raya? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini, antara lain: 1. Mengetahui pengaruh diameter serat optik terhadap rugi-rugi pada model lima lekukan. 2. Mengetahui pengaruh goresan pada serat optik terhadap rugi-rugi pada model lima lekukan. 3. Mengetahui pengaruh model lima lekukan pada desain alat dengan sistem beban bergerak sehingga berpotensi untuk dapat diaplikasikan pada jembatan timbang kendaraan bermuatan di jalan raya. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dalam jangka pendek yaitu memberikan informasi mengenai pengaruh diameter serat optik berjenis POF dan pengaruh perlakuan goresan pada serat optik dengan model lima lekukan terhadap rugi-rugi. Sedangkan dalam jangka panjang diharapkan bisa diaplikasikan pada jembatan timbang kendaraan bergerak (Weight In Motion) berbasis serat optik. commit to user