AGAMA YANG SEMPURNA Menurut misionaris Kristen, tersebarnya Islam dengan cepat di Afrika Barat, Senegal, Kamerun dan Pantai Gading disebabkan juga karena ajaran agama ini tidak bebelit-belit dan bebas dari “misteri“ yang rumit. Kalau hal ini benar, maka agama ini mestinya dapat digambarkan dalam satu tulisan yang singkat saja. Ada dua persyaratan untuk menjadi muslim. Pertama, percaya kepada Tuhan yang personal (tapi tanpa jenis kelamin), yang transendan (tapi di alam semesta dirasakan keberadaannya) 1 Dan kedua, percaya pada wahyu-wahyu yang diturunkan melalui Ibrahim dan keturunannya sampai kepada Muhammad. Seorang muslim percaya pada Tuhan, karena buat mereka keberadaan alam semesta membuktikan eksistensi Tuhannya (secara ontologis) dan keterbatasan mereka adalah sesuatu yang tidak bisa dipungkiri, walaupun mereka sadar, bahwa hal-hal yang tak dapat ditangkap oleh indra manusia sulit dijelaskan secara ilmiah, apalagi dalam hal ini validitas logik kita tidak bisa membuktikannya. Dalam bagian pertama dari dua kesaksian dalam agama Islam, seorang muslim bersaksi akan adanya tuhan, tapi tidak dalam bentuk yang gamblang (saya bersaksi akan adanya Allah), melainkan dalam bentuk penolakan pada tuhan yang dua, tiga, atau banyak seperti yang terkandung dalam Al Quran surat 112. “Katakanlah: dialah Allah yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengannya” Dengan kalimat “saya bersaksi tiada tuhan melainkan Allah“ seorang muslim menegaskan keesaan tuhannya. Bagi orang Islam, prinsip ke-Esaan ini juga berlaku dalam hubungan ruh dan materi, jiwa dan raga, ilmu dan agama, manusia dan alam dan juga sesama muslim itu sendiri. Mereka selalu ingin membentuk satu kesatuan sebagai ummah. Sebagai penganut kepercayaan, orang Islam secara teoritis bersikap agnostis dalam memandang keberadaan Tuhan, substansi dan tindakan-Nya. Mereka menyetujui adanya definisi-definisi negatif dalam hal ini, misalnya bahwa Tuhan tidak berawal dan tidak berakhir, jadi eksistensinya adalah mutlak (tidak mungkin tidak ada). Orang Islam juga yakin, bahwa manusia tidak mampu menemukan pola hidup yang paling cocok untuknya hanya dengan mengamati alam (hukum kodrat membenarkan hal ini). Berdasarkan 1 Bahwa Tuhan “lebih dekat dari urat nadi kita“ (QS. 50:16), tidak boleh dimengerti dalam arti ajaran pantheismus yang mengarahkan pada immannen, demikian juga seperti Ayat Kursi QS.2:255. 15 hal tersebut mereka berpendapat, bahwa manusia perlu petunjukpetunjuk Tuhan. Mereka juga percaya bahwa Tuhan memberikan risalah-Nya kepada manusia melalui para nabi seperti Ibrahim, Musa dan Isa, yang diakhiri dengan Al-Qur’an, yang diturunkan kepada Muhammad saw (Muhammad itu ... Rasulullah dan penutup nabi nabi... ; Q.S.33:40). Karena itu kesaksian kedua dalam agama Islam berbunyi “dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah“. Dalam hal wahyu, sesuatu dapat dianggap selesai, bila sudah dianggap sempurna. Meskipun Musa dan Isa telah diutus, risalah ini masih belum sempurna, dengan kata lain ada kebutuhan dan kesempatan untuk menyempurnakannya. Ini perlu, karena orang Yahudi dan Nasrani, menurut pendapat Islam telah memalsukan wahyu-wahyu Tuhan - Orang Yahudi melalui postulat yang mengatakan bahwa mereka suku bangsa yang terpilih oleh Tuhan, orang Nasrani melalui postulat “Tuhan Anak“. Dan kesempatan, karena perkembangan manusia pada abad ke tujuh telah sedemikian jauh, sehingga wahyu-wahyu terakhir dapat diturunkan untuk 2 menggantikan hukum-hukum sebelumnya. Hal itu diterangkan dalam satu kalimat yang diwahyukan pada hari ke sembilan bulan haji tahun 632 M, 81 atau 82 hari sebelum wafatnya Nabi Muhammad, yang merupakan wahyu ke tiga terakhir: “...pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan Kucukupkan nikmat-Ku kepadamu, dan telah Kuridoi Islam menjadi agama bagimu ... “ (QS. 5:3). Muslim adalah bentuk partisip aktif dari kata kerja salam atau salima, yang dalam bahasa arab berasal dari akar kata slm, yang berarti selamat dan menyerahkan diri. Oleh karena itu seorang muslim menurut definisi al-Quran, adalah orang yang mendapatkan keselamatannya melalui penyerahan diri secara sukarela. Johannes Sokolowsky S.J. mendefinisikan “Islam“ berdasarkan hal tersebut di atas sebagai “pengabdian“ yang menciptakan kedamaian, memberikan keselamatan, kesehatan dan normal secara rohani. 3 Inilah sebabnya mengapa manusia seperti Ibrahim, Isa dan sebagian penduduk Arab di masa pra-Islam bisa dipandang sebagai muslimin. Sekarang kata “muslim“ berarti seorang manusia yang mengabdikan dirinya kepada Tuhan menurut ketentuan-ketentuan dalam Quran, yang di dalamnya sudah tercakup wahyu-wahyu sebelumnya. Sebagai contoh ialah bahwa seorang muslim tidak mengabaikan 10 perintah 2 Kesempatan untuk menggantikan ayat awal yang disebutkan pada Surat 2:106 melalui yang lebih kemudian secara umum tidak dapat didasarkan pada hal-hal metafisik atau pun realitas sejarah. Saya sependapat dengan Muhammad Asad , bahwa “ayat“ di sini dapat dibaca sebagai “khabar“ atau sebagai “abrogasi“ (Latin: abrogatio) hanya dalam hal wahyu-wahyu sebelum al-Quran, tidak sebagai pembaharuan pada saat yang sama; bandingkan dengan Muhammad Asad, The Message of the Qur’an, Gibraltar 1980, catatan kaki 87 untuk QS. 2:106; dan juga Mahmoud Ayub, the Qur’an and its Interpreters, jilid 1, Albany 1984, halaman 138. Selagi masih didapati dalam Quran perbedaan aturan aturan, maka ada hubungan antara lex specialis dan lex generalis, yang mungkin lebih akhir diturunkan; bandingkan “Weinverbot Helmut Gätje“, Koran und Koranexegese, Artemis 1971, halaman 264. 3 Perdamaian dan Islam, di dalam: Geist und Leben, 1983,Nr 2, halaman 145. 16 Tuhan dalam Perjanjian Lama dan perintah untuk mencintai sesama dalam Perjanjian Baru. Berdasarkan Al-Qur’an ada enam dasar kepercayaan bagi seorang muslim, juga untuk orang Yahudi dan Nasrani yang saleh yang merupakan dasar-dasar dari semua realitas pengertian teologi: -adanya Tuhan -adanya makhluk gaib (malaikat-malaikat-Nya) -wahyu-wahyu-Nya (kitab-kitab) -pengutusan para Nabi -pengadilan di hari akhir/hidup setelah mati -penentuan nasib (lihat bab: Takdir). Di lain pihak Islam juga menetapkan lima sendi, yang spesifik untuk mereka saja, yaitu: -membaca dua kalimat syahadat -shalat lima waktu -membayar zakat -berpuasa di bulan Ramadhan -naik haji bila mampu 4 . Sendi-sendi ini sudah menunjukkan, bahwa Islam berdasar kepada kepercayaan dan tindakan, ibadah dan bekerja -- bahkan aktivitas rohani seperti shalat juga berhubungan dengan aktivitas jasmani. Surat makiyah al-Ashr menerangkan hal ini secara jelas. “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati dalam kebenaran dan nasehatmenasehati dalam kesabaran.” (QS.:103) Inilah gambaran miniatur dari seorang muslim yang baik, yang menyembah Tuhannya, mendekatkan diri kepada-Nya dan melakukan kebaikan untuk sesama manusia dan juga untuk Islam, tanpa tekanan dan keangkuhan. Seorang muslim bisa berlaku salah tanpa harus diragukan kemuslimannya. Tapi seorang muslim yang tidak shalat, yang dengan demikian menghentikan kontak dengan Tuhannya, sukar dipandang sebagai seorang muslim. Shalat lima waktu ini pada dasarnya bukan berisi permintaan, melainkan pujian-pujian. Meskipun bukan satu-satunya landasan dalam Islam, al-Quran Sebagai kitab suci terakhir - adalah landasan terpenting dalam Islam. Kitab yang mempunyai 114 surat dan 6236 ayat ini (dan tidak diatur secara sistematis) pada umumnya berisikan wahyuwahyu dalam bentuk syair, yang lengkap dan asli seperti yang diturunkan kepada Muhammad antara tahun 610 hingga 632. alQuran buat orang Islam adalah kalam ilahi yang tak diciptakan (bukan makhluk), namun diwahyukan dalam bahasa Arab pada waktu tertentu. Ia merupakan satu-satunya mukjizat dalam Islam (dan 4 QS. 4:136; 2:285 17 sekaligus mukjizat dari Nabi Muhammad) 5 . Jadi al-Quran bukanlah kisah-kisah wangsit dari tangan kedua, seperti kebanyakan isi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, melainkan ucapan-ucapan Tuhan dalam bentuk Aku, Kita dan Dia (sehingga kita tetap mengetahui problematika personalisasinya). Non muslim bisa menyangkal isi al-Qur’an, tapi dia tidak bisa memungkiri keotentikan teks-teksnya. Hal ini telah diakui oleh orientalis Barat, yang berusaha membuktikan ketidakotentikannya dengan metode kritik, yang bila diterapkan pada Bibel akan meluluhlantakkannya. Non muslim bisa saja menyangkal isi al-Quran, tapi dia tidak bisa memungkiri keindahan teksnya, yang begitu kuat daya tarik puisi dan bahasanya, yang juga telah memukau Johann Wolfgang von Goethe dan Friederich Rückert 6 . Bagi orang Arab sendiri, kemurnian dan harmoni dari bahasa al-Quran, merupakan bukti bahwa ia berasal dari sesuatu yang supernatural. Sayangnya sebagian orang Islam, dikarenakan kalimat “tiadalah yang kami lupakan sesuatu pun di dalam al-Kitab (QS.6:38)“, condong untuk berfikir bahwa Quran juga seakan-akan berisikan ensiklopedia ilmu (yang tidak berhubungan dengan teologi dan ilmu etika), terutama dalam bidang ilmu alam. Usaha yang dilakukan oleh Maurice Bucaille dalam perbandingannya antara al-Quran dan Injil, di mana dia membuktikan, bahwa hanya al-Quranlah yang tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern, merupakan aspek lain yang memang menakjubkan 7 . Yang paling berkesan buat saya adalah ilustrasi proses pembuahan dalam tubuh wanita yang sudah dijelaskan oleh al-Quran dalam surat 96:2, 1400 tahun sebelum ilmu kedokteran berhasil menjelaskannya. Kata “alaq“ (yang melekat) yang terdapat dalam surat tersebut disalahterjemahkan hingga waktu yang tidak lama ini, karena tidak ada orang yang bisa memahaminya secara spesifik. Dikarenakan sifat-sifat bahasa Arab, yang mampu mengungkapkan ekspresi dengan waktu yang tidak tertentu, dan karena kekayaan asosiasi bahasa tersebut, penerjemahan al-Quran ke dalam bahasa lain kadang menimbulkan perubahan arti. Meskipun demikian alQuran merupakan buku yang paling banyak diterjemahkan 8 dan 5 Untuk sejarah al-Quran lihat Ahmad von Denffer, Ulum al Quran, an Introduction to the Sciences of the Quran, Leicester 1983; selanjutnya: Mohamad Talbi, Reflexions sur le Coran, Paris 1989; Paul Schwarzenau, Kurankunde für Christen, 2. Auflage, Hamburg 1990, untuk melihat karya Orientalis: Rudi Paret, Mohammed und der Koran, Stuttgart 1985 6 Ahmad von Denffer, der Islam und Goethe, al Islam, München 1990, Nr. 1-4; H. Achmed Schmiede, Goethe und der Islam, al Islam 1982, nr 6, hal 15; Rückert telah menterjemahkan sebagian besar dari al-Quran yang bersifat kongenial dalam bentuk ayat demi ayat (der Koran,1988, cetak ulang Hildesheim 1980). Bahwa surat keterangan promosi dari Kant pada tahun 1755 diawali dengan basmalah dengan tulisan tangan, memberikan satu teka-teki; bandingkan Ahmad von Denffer, deutsche Denker und der Islam, al Islam 1985, nr 2, hal. 20 7 Maurice Bucaille, Bibel, Koran und Wissenschaft, München 1984 Mohammad Hamidullah melampirkan pada terjemahan al-Qurannya sebuah daftar yang terdiri dari 40 halaman yang berisikan semua terjemahan dari berbagai bahasa, bandingkan Le Saint Coran, cetakan ke 13 1985 lihat LX. Terjemahan pertama dalam bahasa Jerman dibuat pada tahun 1616 oleh Salomon Schweiggern dengan 8 18 diterbitkan dalam sejarah. Dan menjadi satu-satunya buku yang dihafal oleh jutaan orang. Bahasa Arabnya menjadi pegangan dunia Islam yang terdiri dari satu milyar manusia 9 , tata bahasa dan kosakatanya membuat bahasa Arab menjadi satu-satunya bahasa yang literatur kunonya - meskipun sudah berusia 1400 tahun - dapat dibaca tanpa tafsir atau kamus oleh orang yang berpendidikan umum. Diakibatkan oleh Perang Teluk, kitab ini menjadi “senjata rahasia“ (tabloid Die Zeit) dan buku paling laris di tahun 1991 10 . Namun hal ini tidak harus berarti positif, karena membaca al-Qur’an tanpa bimbingan bisa menjadi kontraproduktif dan karena di samping itu, Islam mempunyai landasan kedua, yaitu sunnah Rasulullah. Al-Quran hanya dapat dimengerti dengan baik, jika orang mempelajari keterangan-keterangan dari sejarah turunnya setiap wahyu dan hubungan koheren di antara ayat-ayatnya. Tapi keterangan-keterangan tersebut memiliki berbagai macam sudut pandang, tergantung dari arti kata harafiah atau yang tersirat di dalamnya, ditulis oleh kelompok Syiah atau Sunni, dari penganut mistik atau kaum rasional 11 , dari al-Tabari pada abad ke sembilan atau Muhammad Assad pada abad ke 20 12 . Juga tak kalah penting adalah pengetahuan dari apa-apa yang dilakukan oleh Rasulullah, yaitu seorang manusia yang mempunyai kharisma yang kuat, yang memiliki integritas, otoritas dan spiritualitas tertinggi 13 , atau hal-hal yang secara tegas tidak dilakukannya; karena sebagai penerima wahyu , dialah orang paling mampu menginterprestasikan al-Quran dengan baik, bila muncul keraguan pada masyarakat waktu itu. Selain itu alQur’an sendiri juga menyuruh untuk mencontoh tindakan Nabi Muhammad. Karena itu maka ketaatan dalam Islam menuntut untuk meniru Rasul hingga hal yang terkecil (misalnya memiliki jambang, metode merawat gigi, mengutamakan meminum madu, dll). Termasuk praktek khitan yang bukan perintah al-Qur’an tapi merupakan tradisi Perjanjian Lama dan ditaati oleh seluruh mazhab dan aliran dalam Islam. berdasarkan pada edisi bahasa Itali. Sementara ini sudah ada sekurang-kurangnya 22 terjemahan secara kompleks dalam bahasa Jerman, namun hanya satu yang dipasarkan; bandingkan Mohammad Rassoul, Die ungefähre Bedeutung des Al-Qur’an Al-Karim in deutsche Sprache, cetakan ke tiga, Köln 1988. Terjemahan yang lebih luas dengan kommentar dalam bahasa Jerman dibikin oleh Adel Khoury: der Koran, arabisch deutsch, jilid 1, Gütersloh 1990; lihat juga terjemahan satu jilidnya yang bekerjasama dengan M.S. Abdullah, Gütersloh 1987 9 Susunan internasional menurut buku tahunan dari Encyclopedia Britannica, lihat al-Islam 1982, nr 4/5, hal.9. 10 Susanne Mayer, die Wunderwaffe, Die Zeit tanggal 15.2.1991 11 sebuah gambaran sepintas ditulis oleh Mh. Surty, A Survey of Tafsir Exegessis Literature in Arabic, Muslim World Book Review, Leicester 1987, no 4, hal.51, dan Rabah Stambouli, Le Commentaire Coranique, di ElMuojahid dari 30.3 dan juga 1.-4.4.1990\ 12 Al-Tabari, The Commentary of the Quran, jilid 1, Oxford 1987; Muh. Assad, catatan kaki 2 13 Untuk pribadi Nabi Muhammad lihat Ibn Ishaq, Kehidupan Nabi Nabi, Tübingen 1976; Ibn Ishaq/Ibn Hisyam, The Life of Muhammad, Oxford 1955; Martin Lings, Muhammad, New York 1981; Virgil Gheorghiu, La Vie de Mahomet, Paris 1970; Emile Dermenghem, Mohammad, Reinbeck 1990 19 Di berbagai kalangan, dari pemujaan yang wajar terhadap Muhammad - yang merupakan pilihan Tuhan untuk menyampaikan wahyu-Nya - tumbuh penyanjungan yang lebih antusias dan spekulatif, terutama pada hari lahirnya (maulud). Mengingat nasib Yesus dalam Kristologi, kecenderungan ini bukannya tidak mencemaskan. Manusia yang sederhana ini, yang dengan jujur mengakui tidak bisa membaca dan menulis ketika mendapat wahyu pertama (Bacalah!..) di malam penentuan (Lailat al-Qadr), dan yang selalu menekankan akan sifat manusianya, dinobatkan sebagai manusia penuh legenda, manusia suci tak berdosa, dan cahaya alam yang awal (Cahaya nur Muhammad). 14 Dengan studi hadits - tumbuh dari ilmu periwayatan hadits -, baru seorang muslim atau orang yang tertarik pada Islam dapat menyelami ajaran moral dan akhlak dalam Islam, dalam semua aspek. Kemudian kalau sunnah ini sudah dipraktekkan baru lahir figur homo islamicus yang spesifik dan peradaban Islam 15 . Karena ruang yang terbatas, tidak mungkin menerangkannya lebih terperinci. Yang paling penting saat ini adalah memperjelas perbedaan-perbedaan yang relevan antara ajaran Islam dan Kristen-Barat tentang gambaran manusia dan akhlak. Sekalipun ada persamaan dasar pada kepekaan moral -- mulai dari kebaikankebaikan seperti: persaudaraan, kejujuran, rasa iba, murah hati, kearifan dan lain lain --, sampailah saya pada enam perbedaan penting: 1. Orang Islam hidup dalam dunia yang tidak mengenal kependetaan dan hirarki keagamaaan. Ia tidak menyembah Tuhannya melalui perantaraan Yesus, Maria, atau orang suci lainnya, melainkan langsung kepada Tuhan - sebagai hamba yang beremansipasi - dalam agama yang bebas dari misteri. Suasana seperti itu lebih cocok untuk masyarakat yang dewasa ketimbang suasana yang penuh keajaiban, yang menggunakan perantara (latin: intercedere) dan yang berorientasikan kepada sakramen-sakramen seperti yang kita temui di gereja Katolik dan Bizantium. 2. Dengan mengharamkan daging babi, alkohol dan obat-obat terlarang, Islam berguna untuk kesehatan masyarakat. Di samping itu Islam lebih suka menuntut pertanggungjawaban mereka yang menyalahgunakan obat-obat terlarang, daripada menyatakan mereka sakit keracunan. Shalat yang berkala, kontemplatif, yang mengalihkan orang dari rutinitas, yang mengurangi stress, berguna untuk kesehatan tiap-tiap pribadi dan keseluruhan masyarakat, di mana misa di akhir minggu atau doa pagi tidak bisa mencukupinya. 3.Berbeda dengan ajaran Paulus yang mempersetan keinginan seks, mengutuk perkawinan, propaganda kebiarawan, yang menimbulkan sedemikian banyak rasa sakit, rasa terhambat dan rasa bersalah di dalam lingkungan Kristen Katolik, Islam justru 14 Annemarie Schimmel, dan Muhammad adalah Utusan-Nya, Köln 1981 Kumpulan hadits yang penting adalah dari Al-Bukhari dan Muslim; hanya ada yang komplet dalam bahasa Inggris dan Perancis; bandingkan Shahih al-Bukhari, jilid 9, Chicago 1976; Shahih Muslim, jilid 4, Lahore 1976. Untuk melihat gambaran Islam saya anjurkan membaca Henri Laoust, La Profession de Foi d`Ibn Taymiyya - La Wasitiyya - Paris 1986; Muh. Abduh, Risalat at Tawhid, Paris 1925; Muh.Hamidullah, Der Islam, Genf 1968 15 20 mengizinkan hubungan seksual tanpa segala macam tuntutan yang negatif. Di sisi lain Islam tidak ikut serta dalam reaksi balik terhadap kehancuran yang diciptakan oleh Paulus, yaitu gerakan kebebasan seks masa kini. Ini disebabkan karena Islam -bertolakbelakang dengan Barat- memegang teguh peran alami laki-laki dan perempuan, berdasar keyakinan bahwa orang tidak bisa terus melanggar hukum alam tanpa mendapatkan bencana (lihat bab: wanita dalam masyarakat dan bab: Timur yang terselubung). 4.Agama Kristen menetapkan ajaran untuk mencintai orang lain seperti mencintai diri sendiri. Suatu tuntutan yang tidak dapat dipenuhi oleh manusia biasa dan membebani hati; ini, sebagaimana adanya penyetanan keinginan seks, memperburuk dampak negatif pada kejiwaan yang disebabkan oleh ajaran dosa warisan - mungkin hingga kulpabilisasi massa yang dapat dimanipulasi. Sebaliknya Islam adalah agama jalan tengah. Perintahnya (Ramadhan, shalat subuh) memang tidak mudah untuk dipenuhi, tapi bisa dipenuhi. Selain itu Islam tidak mengajar umatnya untuk merasa memerlukan penebusan dosa. Ilmu sosiologi massa tahu apa akibat dari sindrom-sindrom “perasaan perlu menebus“. 5.Sikap dan pandangan para muslim terhadap perekonomian dan kerja berorientasi pada keadaan sosial, bukan pada prioritas efisiensi; sikap dan pandangan ini dapat digambarkan sebagai koreksi terhadap perkembangan yang timpang dari masyarakat industri (lihat juga bab: Ekonomi Islam). 6.Dan terakhir, sikap dan pandangan muslim terhadap negara yang sekuler dan pluralistis cukup toleran, meskipun mereka memandang bahwa Islamlah satu-satunya jalan yang benar di dunia (lihat bab: Toleransi atau Kekerasan?) - sesuai dengan motto dari surah 109, bahwa setiap muslim, Kristen ,Yahudi, atheis dan agnostis, juga pengarang buku ini, tidak perlu lagi mendiskusikan setiap perbandingan sistem: “aku tidak menyembah, apa yang kalian sembah, dan kalian tidak menyembah, apa yang aku sembah... Bagimu agamamu dan bagiku agamaku“. 21