4 bab 2 landasan teori dan kerangka pemikiran

advertisement
4
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Landasan Teori
2.1
2.1.1
Pemasaran dan Manajemen Pemasaran
2.1.1.1
Pengertian Pemasaran
Istilah pemasaran dalam bahasa inggris dikenal dengan nama
Marketing. Asal kata pemasaran adalah pasar=market. Di dalamnya tercakup
berbagai kegiatan membeli, menjual, dengan segala macam cara, mengangkut
barang, menyimpan, mensortir dan sebagainya. Berikut ini terdapat beberapa
definisi
mengenai
pemasaran
yang
dikemukakan
oleh
beberapa
ahli
pemasaran.
Menurut Maynard dan Beckman (Buchari Alma, 2002, p1) menyatakan,
“Marketing berarti segala usaha yang meliputi penyaluran barang dan jasa dari
sektor produksi ke sektor konsumsi.”
Menurut Paul D.Converse and Fred M.Jones (Buchari Alma, 2002, p2)
mengemukakan bahwa, “Dunia bisnis itu dibagi dua yaitu production and
marketing. Production diartikan sebagai pekerjaan menciptakan barang
sedangkan marketing adalah pekerjaan memindahkan barang-barang ke
tangan konsumen.”
Menurut
Phillip
Kotler
(Manajemen
Pemasaran,
2002,
p431),
“Marketing adalah proses di mana seseorang atau kelompok dapat memenuhi
need and want melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran barang dan
jasa.”
5
Dari definisi yang telah ada, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemasaran adalah proses merencanakan konsepsi, harga, promosi dan
distribusi ide, menciptakan peluang yang memuaskan individu dan sesuai
dengan tujuan organisasi.
2.1.1.2
Pengertian Manajemen Pemasaran
Istilah
Marketing
Management
adalah
kegiatan
menganalisa,
merencanakan, mengimplementasi, dan mengawasi segala kegiatan, guna
mencapai tingkat pemasaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Kegiatan utamanya terletak pada merancang penawaran yang
dilakukan oleh perusahaan agar dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan
pasar dengan menggunakan politik harga, cara-cara komunikasi, dan cara
distribusi, menyajikan informasi, memotivasi dan melayani pasar (Phillip Kotler,
2002,p7).
Menurut William J. Shultz (Buchari Alma, 2002, p86), Management
Marketing adalah merencanakan, pengarahan dan pengawasan seluruh
kegiatan pemasaran perusahaan ataupun bagian dari perusahaan.
Menurut Ben M.Enis (Buchari, 2002, p86), Management Marketing
adalah proses untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan
pemasaran yang dilakukan oleh individu atau oleh perusahaan.
Perbedaan antara Penjualan dengan Pemasaran (Buchari,2002,p92)
adalah :
•
Penjualan
1. Menekankan kegitan pada produk.
2. Perusahaan pada awalnya membuat produk kemudian berusaha
6
menjualnya.
3. Manajemen berorientasi pada bagaimana tercapainya volume
penjualan sebesar-besarnya.
4. Rencananya biasanya jangka pendek.
•
Pemasaran
1. Menekankan pada apa yang diinginkan oleh konsumen
2. Perusahaan pada awalnya meneliti apa keinginan konsumen,
kemudian merancang bagaimana membuat produk tersebut agar
memuaskan selera konsumen.
3. Manajemen berorientasi pada laba total bukan laba per unit barang.
2.1.1.3
Bauran Pemasaran
Untuk mengetahui definisi dari bauran pemasaran (Marketing Mix),
maka dibawah ini akan dikemukakan beberapa pendapat para ahli.
Menurut Kotler, dalam bukunya manajemen pemasaran (2002, p18),
“Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan oleh
perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar
sasaran.”
Berdasarkan pendapat Kismono (2001, p308) “ Bauran pemasaran
terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk
mempengaruhi permintaan produknya. Kemungkinan itu dapat dikelompokkan
menjadi tujuh kelompok variabel, masing-masing variabel tersebut adalah:
7
a. Produk (Product)
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada
konsumen untuk memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan. Faktorfaktor yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu, penampilan,
gaya, merek, pengemasan, ukuran, jenis, dan jaminan.
b. Harga (Price)
Sejumlah uang yang dibebankan untuk mendapatkan produk/jasa.
Dalam menentukan harga diperlukan faktor-faktor yang mempengaruhi,
baik langsung maupun tidak langsung. Contoh dari faktor langsung
adalah harga bahan baku, biaya pemasaran dan faktor lainnya.
Sedangkan contoh dari faktor tidak langsung adalah harga pokok sejenis
yang dijual pesaing, pengaruh harga terhadap hubungan antara produk
subsitusi, serta potongan untuk penyalur dan konsumen.
c.
Distribusi (Place)
Distibusi terdiri dari satu kesatuan yang bertugas dalam proses
memudahkan penyampaian produk ketangan konsumen akhir. Suatu
perusahaan dapat menentukan penyaluran ke pedagang menengah dan
meneruskannya kepada pengecer yang menjual produk tersebut ke
konsumen.
d. Promosi (Promotion)
Promosi merupakan bentuk dialog yang interaktif antara perusahaan
dengan pelanggannya yang selalu menyertai di saat sebelum pembelian,
pada saat pembelian, maupun sesudah pembelian. Kegiataan promosi
yang dilakukan harus sejalan dengan rencana pemasaran secara
keseluruhan, direncanakan dengan baik diharapkan dapat berperan
8
secara berarti dalam meningkatkan volume penjualan. Promosi ini dapat
berupa advertising, personal selling, sales promotion, direct marketing,
dan public relation.
e. Orang (People)
adalah semua orang yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung dalam pemakaian suatu jasa pelayanan merupakan bagian
yang sangat penting di dalam kelanjutan bauran pemasaran. Pekerja
yang berpengetahuan, karyawan, manajemen dan konsumen seringkali
menambahkan nilai signifikan dalam keseluruhan produk atau pelayanan
yang ditawarkan.
f.
Proses (Process)
adalah prosedur, mekanisme dan aliran dari aktivitas dimana
pelayanan
yang
dikonsumsi
(Customer
Management
Processes)
merupakan suatu elemen yang esensial dari strategi pemasaran.
g. Bukti Fisik (Physical Evidence)
adalah kemampuan dan lingkungan dimana didalam pelayanan
memberikan kedua hal yang bersifat tangible yang dapat membantu
untuk meng-komunikasikan dan menampilkan pelayanan itu sendiri, dan
pengalaman yang bersifat intangible dari pelanggan yang ada sekarang
dan kemampuan dari bisnis untuk menciptakan konsumen yang puas
menjadi pelanggan yang potensial.
9
2.1.1.4
Konsep Pemasaran
Pada dasarnya tujuan dari proses pemasaran adalah memuaskan
konsumen. Pemikiran tentang pemasaran yang berusaha menemukan apa
yang dibutuhkan pelanggan dan menghasilkan produk (barang dan jasa) untuk
memuaskan kebutuhan tersebut adalah konsep berwawasan pemasaran
(marketing concept). Konsep ini melihat bahwa cara untuk mencapai tujuan
organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta
memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien dari
para pesaingnya (Kotler, 2000).
Menurut Kotler (2000), seorang pelanggan yang puas akan :
1. Membeli lebih banyak dan setia lebih lama.
2. Membeli jenis produk baru atau produk yang disempurnakan dari
perusahaan.
3. Memuji-muji perusahaan dan produknya pada orang lain.
4. Kurang memperhatikan merk dan iklan pesaingnya, dan juga kurang
memperhatikan harga.
5. Menawarkan gagasan barang dan jasa kepada perusahaan.
6. Lebih murah biaya pelayanannya daripada pelanggan baru, karena
transaksinya sudah rutin.
2.1.2
Keputusan Pembelian Konsumen
2.1.2.1
Pengertian Perilaku Konsumen
Untuk memenuhi harapan konsumen, perusahaan retail furniture
harus berusaha memahami tingkah laku konsumen dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
10
Menurut Kotler (2000), harapan konsumen terbentuk oleh pengalaman
pembelian terdahulu, komentar teman dan kenalannya, serta informasi dan
janji pemasar dan pesaingnya. Apabila pemasar menaikkan harapan
pelanggan terlalu tinggi, konsumen mungkin akan kecewa jika perusahaan
gagal memenuhinya. Di lain pihak, jika perusahaan menetapkan harapan
konsumen terlalu rendah, maka perusahaan tidak dapat menarik cukup
banyak pembeli, meskipun yang membeli akan puas (Kotler, 2000).
Sedangkan menurut Blackwell, Miniard dan Engel (2001, p6)
menyatakan :
“ Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, meng-konsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk
proses keputusan yang mendahului tindakan itu.”
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
perilaku konsumen adalah tindakan konsumen dalam memutuskan pilihannya
untuk memperoleh dan menggunakan suatu barang dan jasa dalam upaya
memuaskan kebutuhannya.
2.1.2.2 Tahap-Tahap Keputusan Pembelian Konsumen
Menurut Kotler (2000) dalam melakukan pembelian, konsumen akan
melalui beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut adalah :
1. Pengenalan kebutuhan
Proses membeli dimulai ketika pembeli mengenal kebutuhan.
Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan yang nyata dengan
11
yang diharapkan. Kebutuhan ini dapat dipicu oleh dorongan yang
bersumber dari sisi internal (pengalaman) dan sisi eksternal (iklan-iklan).
Oleh karena itu, pemasar perlu mengidentifikasikan keadaan yang
memicu suatu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari
sejumlah konsumen, pemasar dapat mengelompokkan rangsangan yang
paling sering menimbulkan suatu minat beli konsumen pada suatu produk
tertentu.
2. Pencarian informasi
Setelah menyadari adanya kebutuhan, konsumen cenderung akan
berusaha untuk lebih banyak mencari informasi. Dalam hal ini dapat dibagi
menjadi Pencarian informasi ringan dan pencarian informasi aktif.
Pencarian informasi yang ringan, yaitu pencari informasi hanya bersikap
lebih menerima terhadap sesuatu informasi yang diperlukan. Misalnya
informasi mengenai computer, calon konsumen hanya memberikan
perhatian pada iklan computer atau computer yang dibeli temannya.
Sedangkan pada pencarian informasi aktif, konsumen lebih aktif
mencari informasi yang diperlukan, misalnya menelepon teman, mencari
bahan bacaan, dan mengunjungi took untuk mempelajari produk. Berapa
besar pencarian informasi sangat tergantung pada besarnya dorongan,
jumlah informasi yang telah dimiliki, kemudahan dalam memperoleh
informasi dan sebagainya. Menurut Kotler (2000), sumber informasi bagi
konsumen dapat dibagi menjadi empat kategori yaitu :
a. Sumber Pribadi (personal sources) yaitu teman, keluarga, etangga dan
kenalan.
12
b. Sumber Komersial (commercial sources) yaitu iklan, salesman, dealer,
kemasan dan display.
c.
Sumber Publik (public sources) yaitu media massa, organisasi rating
konsumen.
d. Sumber
Pengalaman
(experiental
sources)
yaitu
penanganan,
pemeriksaan, dan penggunaan produk.
3. Evaluasi alternatif
Setelah konsumen mendapatkan informasi dari berbagai sumber,
konsumen selanjutnya cenderung menilai informasi yang telah diperoleh.
Ada beberapa konsep dasar yang digunakan untuk melakukan penilaian
dari berbagai alternative. Konsep Pertama adalah sifat-sifat produk, yaitu
sifat yang dapat menarik minat pembeli. Konsep Kedua adalah konsumen
mengembangkan
cirri
khasnya.
Konsep
ketiga
adalah
konsumen
dipandang memiliki sebuah fungsi kemanfaatan untuk setiap ciri yang
menggambarkan bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan yang
diperoleh dari produk.
4. Keputusan pembelian
Ketika kategorisasi produk sudah mempermudah pelanggan untuk
membuat
keputusan,
keputusan
pembelian
bagaimanapun
juga
dipengaruhi oleh informasi yang terintegrasi dari beberapa sumber, seperti
pengetahuan konsumen terhadap produk. Pengetahuan konsumen tentang
produk dapat diingat pada saat pembelian dan percaya pada produk atau
merek yang telah ditanamkan di benak konsumen melalui iklan.
13
Proses pengolahan informasi akan menimbulkan keinginan untuk
membeli. Walaupun keinginan tersebut belum tentu dilaksanakan setelah
mengadakan penilaian terhadap merek-merek yang ada, maka selanjutnya
konsumen akan membentuk suatu maksud membeli terutama merekmerek yang disukai. Dalam hal ini pemasar menggunakan promosi dan
strategi harga untuk mempengaruhi konsumen agar membeli produk yang
ditawarkan.
5. Perilaku sesudah pembelian
Setelah
membeli
suatu
produk,
konsumen
akan
mengalami
beberapa tingkat kepuasan atau tingkat ketidakpuasan. Tingkat kepuasan
konsumen sangat ditentukan oleh prestasi yang diterima dengan harapan
yang diinginkan. Bila produk memenuhi harapan konsumen, maka
konsumen akan merasa puas. Jika produk itu memberikan prestasi
melebihi apa yang diharapkan, maka konsumen akan sangat puas. Namun
bila prestasi yang diberikan produk dibawah yang diharapkan, maka
konsumen akan tidak puas.
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen dengan produk yang dibeli
akan mempengarui tingkah laku berikutnya. Bila konsumen puas, ia
cenderung akan mengulangi pembelian dan akan mengatakan hal yang
baik kepada orang lain. Akan tetapi bila konsumen kecewa, maka
kemungkinan ia tidak akan berbelanja lagi dan bahkan akan menceritakan
kepada
orang
lain
tentang
kekecewaannya.
Untuk
mengurangi
ketidakpuasan, pihak perusahaan atau penjual dapat mengemukakan
secara terus terang dan jujur tentang prestasi produk sehingga konsumen
14
dapat memperoleh informasi yang lengkap sebelum ia mengambil
keputusan untuk membeli. Langkah ini berguna untuk menghindari
kekecewaan konsumen tersebut.
2.1.3
Pengertian Produk
Menurut Phillip Kotler (Manajemen Pemasaran, 2002, p32), “Produk adalah
segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar utnuk memenuhi keinginan
atau kebutuhan.”
Pengertian produk dalam arti sempit adalah sekumpulan sifat-sifat fisik
dan kimia yang berwujud yang dihimpun dalam suatu bentuk yang serupa dan
yang telah dikenal. Dalam arti luas adalah sekelompok sifat-sifat yang berwujud
dan tak berwujud yang didalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan,
prestise pabrik, prestise pengecer dan pelayanan yang diberikan produsen dan
pengecer yang dapat diterima oleh konsumen sebagai kepuasan yang ditawarkan
terhadap kebutuhan konsumen.
Pengertian umum produk adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi
atau memuaskan kebutuhan atau keinginan manusia, baik yang berwujud maupun
yang tidak berwujud. Termasuk dalam pengertian produk yaitu : Objek fisik, jasa,
orang, tempat, organisasi dan gagasan.
15
2.1.3.1 Klasifikasi Produk
2.1.3.1.1 Klasifikasi berdasarkan Daya Tahan dan Wujudnya
Dalam buku strategi pemasaran menurut Fandy Tjiptono (2001,
p98) produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok menurut daya
tahan dan wujudnya:
A. Barang
Merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat,
diraba/disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan
perlakuan fisik lainnya.
Ditinjau dari aspek daya tahannya terdapat 2 (dua) macam
barang,yaitu :
•
Barang Tidak Tahan Lama (Non Durable Goods)
adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam
satu atau beberapa kali pemakaian.
•
Barang Tahan Lama (Durable Goods), merupakan barang
berwujud yang biasanya dapat bertahan lama dengan banyak
pemakaian.
B. Jasa
Merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk
dijual.
Sehingga
pengendalian
penyesuaian.
jasa
kualitas,
biasanya
kredibiltas,
memerlukan
pemasok
lebih
dan
banyak
kemampuan
16
2.1.3.1.2 Klasifikasi berdasarkan Pola Konsumsi
Selain berdasarkan daya tahannya, produk umumnya juga
diklasifikasikan berdasarkan siapa konsumennya dan untuk apa produk
tersebut dikonsumsi. Berdasarkan kriteria ini, menurut Fandy Tjiptono
(2001, p99) produk dapat dibedakan menjadi :
A. Convenience Goods
adalah barang-barang yang biasanya sering dibeli oleh
konsumen, dibutuhkan dalam waktu segera dan hanya memerlukan
usaha yang minimum.
Convenience Goods dapat dibagi lagi menjadi :
•
Staples goods, adalah barang yang dibeli secara teratur.
•
Impulse
goods,
adalah
barang
yang
dibeli
berdasarkan
keinginan seketika, tanpa perencanaan atau usaha pencarian.
•
Emergency Goods, adalah barang yang dibeli saat kebutuhan itu
mendesak.
B. Shooping Goods
adalah barang-barang yang karakteristiknya dibandingkan
berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga, dan gaya dalam proses
pemilihan dan pembeliannya. Shooping Goods terbagi menjadi :
•
Homogeneous goods, adalah banyak macam barang yang
kualitasnya serupa tetapi cukup berbeda harganya untuk
melakukan perbandingan.
•
Heterogeneous goods, adalah banyak macam barang yang
disediakan untuk memuaskan selera individual dan harus
17
memiliki wiraniaga yang terlatih baik untuk menyediakan
informasi dan saran kepada pelanggan.
C. Specialty Goods
adalah barang-barang dengan karakteristik unik dan atau
identifikasi merek yang untuk sekelompok pembeli yang cukup besar
bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya.
D. Unsought Goods
adalah barang-barang yang tidak diketahui konsumen, pada
umumnya belum terpikirkan untuk membeli barang tersebut.
2.1.3.2
Atribut Produk
Berdasarkan pendapat Kotler dan Armstrong (2001, p354-369), Atribut
produk terbagi menjadi kualitas, fitur (features) dan rancangan. Kualitas
adalah salah satu alat utama untuk positioning
menetapkan posisi bagi
pemasar. Fitur adalah alat bersaing untuk membedakan produk perusahaan
dari produk pesaing. Rancangan adalah konsep yang lebih luas dibandingkan
gaya. Rancangan yang baik memberi kontribusi pada kegunaan suatu produk
seperti juga penampilannya.
Menurut Engel et al, pengertian atribut adalah :
“ A characteristic or property of a product, generally refers to a characteristic
that serves as an evolution criterion during decision making”.
Menurut Mowen dan Minor, definisi atribut adalah sebagai berikut :
“ Attributes are the characteristics or features that an object may or may not
have “.
18
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan atribut adalah karakteristik sifat dan ciri-ciri yang dimiliki atau tidak
dimiliki oleh suatu produk, yang pada umumnya mengacu pada karakteristik
yang berfungsi sebagai kriteria evaluatif selama pengambilan keputusan.
2.1.3.3
Definisi Mutu dan Kualitas
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita membicarakan masalah
mutu, sulit memang mendefinisikan mutu secara tepat dan universal. Mutu
bukanlah konsep yang statis tetapi dinamis dan berkembang sesuai
perkembangan jaman.
Beberapa contoh definisi mutu (Tjiptono, 2001, p2) adalah:
1. Kesesuaian dengan persyaratan
2. Kecocokan untuk pemakaian
3. Perbaikan berkelanjutan
4. Bebas dari kerusakan
5. Pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak awal dan setiap saat
6. Melakukan segala sesuatu secara benar sejak awal
7. Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan
Definisi mutu atau kualitas menurut Kotler (2002, p67) adalah
keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada
kemampuannya memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat.
Hal ini jelas adalah definisi mutu yang berpusat pada pelanggan perusahaan
tersebut yang memberi mutu, bila produk dan pelayanan perusahaan
memenuhi atau yang melebihi harapan pelanggan.
19
Menurut Tjiptono (2001), mutu merupakan aktivitas, manfaat atau
kepuasan yang ditawarkan untuk menjual, mutu suatu produk akan menjadi
ukuran untuk melihat puas atau tidaknya pelanggan dalam menggunakan
produk tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu produk dapat diingat dan dipakai
oleh pelanggan apabila pelanggan tersebut telah sampai ke tingkat titik
kepuasan maksimal dilihat dari mutu dan kualitas produk tersebut yang
kemudian akan membuat pelanggan itu loyal terhadap produk yang
ditawarkan tersebut. Oleh karena itu kita sebagai perusahaan harus dapat
mencapai titik tersebut dengan demikian perusahaan akan memperoleh laba
yang maksimal.
2.1.4
Kepuasan Pelanggan
2.1.4.1
Pengertian Kepuasan
Dalam dunia bisnis, kepuasan pelanggan menjadi tujuan utama setiap
perusahaan agar memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan
terciptanya loyalitas pelanggan. Menurut J.Supranto (2001, p233), "Kepuasan
adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil)
yang dirasakan dengan harapannya." Harapan pelanggan dapat dibentuk dari
pengalaman masa lalu, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi
pemasar dan saingannya. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang
sensitif terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan.
Sedangkan menurut Oliver melalui buku Kotler (2002, p69) :
"Kepuasan digambarkan sebagai suatu evaluasi terhadap surprise yang
20
melekat
pada
suatu
pengakusisian
produk
dan
atau
pengalaman
mengkonsumsi."
Jadi
kesimpulannya,
tingkat
kepuasan
merupakan
fungsi
dari
perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan, apabila kinerja
dibawah harapan maka pelanggan akan kecewa. Jika kinerja sesuai harapan
maka pelanggan akan puas. Sedangkan jika kinerja melebihi harapan, maka
pelanggan akan sangat puas.
2.1.4.2
Pengertian Pelanggan
Kotler (2002, p103), berpendapat :
"Pelanggan dalah orang yang paling penting dalam perusahaan,
pelanggan tidak tergantung kepada perusahaan tetapi perusahaan tergantung
pada pelangan. Pelanggan bukan menerima pekerjaan tetapi pelanggan yang
memberikan pekerjaan. Pelanggan bukan seseorang untuk menilai atau
menghitung tetapi pelanggan adalah seseorang yang mengungkapkan apa
yang diinginkan, perusahaan adalah untuk memberikan kepuasan untuk
pelanggan dan untuk perusahaan itu sendiri."
Pelanggan adalah orang yang paling penting bagi setiap perusahaan.
Menurut Yoeti ( 2000, p11 ) pelanggan adalah masyarakat yang umumnya
membutuhkan produk atau jasa yang berpotensi untuk melakukan pembelian.
Beberapa definisi pelanggan menurut Nasution ( 2001, p44) :
a. Pelanggan adalah orang yang tidak tergantung kepada perusahaan,
tetapi perusahaan yang tergantung kepadanya.
b. Pelanggan adalah orang yang membawa perusahaan kepada apa
keinginan dari pelanggan itu sendiri.
21
c. Tidak ada seorangpun yang pernah menang beradu argumentasi dengan
pelanggan.
d. Pelanggan adalah orang yang teramat penting yang harus dipuaskan.
Jadi kesimpulannya, pelanggan adalah seseorang yang secara kontinu
dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan
keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan
membayar produk atau jasa tersebut.
2.1.4.3
Pengertian Kepuasan Pelanggan
Persaingan
yang
semakin
tajam
dalam
dunia
bisnis
retail
menyebabkan setiap perusahaan harus menempatkan orientasi pada kepuasan
pelanggan sebagai dasar kegiatan utama perusahaan.
Menurut Irawan (2003, p2-4) kepuasan pelanggan adalah hasil
akumulasi dari konsumen atau pelanggan dalam menggunakan produk dan
jasa. Oleh karena itu, setiap transaksi atau pengalaman baru, akan
memberikan pengaruh terhadap kepuasan pelanggan.
Seorang pelanggan yang puas adalah pelanggan yang merasa
mendapatkan value/nilai dari pemasok, produesn, atau penyedia jasa. Nilai
(value) ini berasal dari produk, pelayanan, sistem atau sesuatu yang bersifat
emosi. Ketika pelanggan mengatakan bahwa value/nilai adalah produk yang
berkualitas, maka kepuasan terjadi kalau pelanggan mendapatkan produk
yang berkualitas. Kalau value/nilai bagi pelanggan adalah kenyamanan, maka
kepuasan akan datang apabila pelayanan dan tempat dikunjungi benar-benar
nyaman. Kalau value/nilai dari pelanggan adalah harga yang murah, maka
22
pelanggan akan puas kepada produsen yang memberikan harga yang paling
kompetitif. Dengan demikian, kepuasan pelanggan mempunyai dimensi waktu
karena hasil akumulasi. Upaya memuaskan pelanggan adalah pengalaman
panjang yang tidak mengenal batas waktu.
2.1.4.4
Konsep Kepuasan Pelanggan
Menurut Kotler (2002, p105), “Kepuasan pelanggan adalah tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan
dibandingkan dengan harapannya.” Konsep kepuasan pelanggan dari Rangkuti
(2002, p24), secara konseptual dapat digambarkan seperti berikut :
Tujuan
Perusahaan
Kebutuhan atau
Keinginan Pelanggan
Produk
Harapan Pelanggan
Terhadap Produk
Nilai Produk
Bagi
Pelanggan
Tingkat Kepuasan
Pelanggan
Gambar 2.1
KONSEP KEPUASAN PELANGGAN
Sumber : Rangkuti, Freddy, 2002, p24
23
Sekarang ini semakin disadari bahwa pelayanan dan kepuasan
pelanggan merupakan aspek vital dalam rangka bertahan dalam arena bisnis
dan memenangkan persaingan. Meskipun demikian tidaklah mudah untuk
mewujudkan kepuasan pelanggan secara menyeluruh. Pelanggan yang
dihadapi saat ini berbeda dengan pelanggan pada beberapa dasawarsa lalu.
Kini pelanggan semakin terdidik dan menyadari hak-haknya. Oleh karena itu
setiap perusahaan harus berusaha meminimalkan ketidakpuasan pelanggan
dengan memberikan pelayanan yang semakin baik.
Menurut Tjiptono (2001, p126), sebenarnya ada 2 faktor yang sangat
menentukan kepuasan pelanggan yaitu harapan pelanggan dan kinerja atau
hasil yang mereka rasakan.
Jadi kesimpulannya, kepuasan pelanggan adalah konsep penting
dalam konsep pemasaran dan penelitian konsumen dan sudah menjadi
pendapat umum bahwa jika konsumen merasa puas dengan suatu produk
maka mereka akan cenderung terus menggunakannya dan membeli kembali di
kemudian hari.
Beberapa ciri-ciri perusahaan yang berfokus pada kepuasan pelanggan
menurut Tjiptono (2001, p11), yaitu :
1. Adanya visi, komitmen, dan suasana yang mendukung usaha untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan.
2. Menempatkan diri sejajar dengan pelanggan.
3. Memiliki
kemauan
pelanggan.
untuk
menidentifikasi
dan
mengatasi
masalah
24
4. Selalu berusaha mengumpulkan dan memanfaatkan informasi dari
pelanggan.
5. Dekat dengan pelanggan.
6. Memperlakukan karyawan sebagai orang yang memiliki kompetensi dan
kapabilitas serta memberdayakan mereka untuk mengambil keputusan
dalam rangka memuaskan pelanggan.
7. Melakukan aktifitas penyempurnaan produk atau jasa dan proses secara
berkesinambungan.
2.1.4.5
Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Menurut Kotler (2002, p45), terdapat 4 (empat) metode untuk
melacak dan mengukur kepuasan konsumen yaitu :
1. Sistem keluhan dan saran.
Sebuah perusahaan yang berfokus pada pelanggan mempermudah
pelanggannya untuk memberikan saran dan keluhan.
2. Survey kepuasan pelanggan
Perusahaan yang responsif memperoleh ukuran kepuasan konsumen
secara langsung dengan melakukan survei berkala. Mereka mengirimkan
daftar pertanyaan atau menelepon pelanggan-pelanggan terakhir mereka
sebagai sampel acak dan menanyakan apakah mereka amat puas, puas,
biasa saja, kurang puas atau amat tidak puas terhadap aspek kinerja
perusahaan. Mereka juga meminta pendapat pembeli tentang kinerja para
pesaing mereka.
25
3. Belanja Siluman
Perusahaan dapat membayar orang-orang untuk bertindak sebagai
pembeli potensial guna melaporkan hasil temuan mereka tentang
kekuatan dan kelemahan yang mereka alami ketika membeli produk
perusahaan dan produk pesaing.
4. Analisis pelanggan yang hilang
Perusahaan-perusahaan
harus
menghubungi
para
pelanggan
yang
berhenti membeli atau berganti pemasok untuk mempelajari sebabnya.
2.1.4.6
Penyebab Timbulnya Ketidakpuasan
Menurut Buchari Alma (2002, p233), penyebab munculnya rasa tidak
puas pelanggan terhadap suatu perusahaan yaitu :
1. Tidak sesuainya harapan dengan kenyataan yang dialami.
2. Layanan selama proses menikmati jasa tidak memuaskan
3. Perilaku personil kurang menyenangkan
4. Suasana dan kondisi fisik lingkungan tidak menunjang
5. Cost terlalu tinggi, karena jarak terlalu jauh, banyak waktu terbuang dan
harga terlalu tinggi.
6. Promosi atau iklan terlalu muluk, tidak sesuai dengan kenyataan.
Tjiptono (2002) menjelaskan ada beberapa kemungkinan tindakan
yang dapat dilakukan konsumen yang merasa tidak puas, yaitu :
1.
Tidak melakukan apa-apa
26
Konsumen yang tidak puas tetapi tidak melakukan komplain,
kemungkinan besar konsumen tersebut tidak akan melakukan pembelian
lagi.
2.
Melakukan komplain
Terdapat beberapa faktor yang membuat konsumen melakukan
komplain, yaitu :
a. Derajat kepentingan konsumsi yang dilakukan
b. Tingkat kepuasan konsumen
c.
Manfaat yang diperoleh dari penyampaian komplain
d. Pengetahuan dan pengalaman konsumen
e. Sikap konsumen terhadap keluhan
f.
Tingkat kesulitan dalam menghadapi ganti rugi
g. Peluang keberhasilan dalam melakukan komplain
Menurut Tjiptono (2002), terdapat beberapa cara melakukan
komplain, bagi konsumen yang tidak puas. Cara-cara tersebut adalah :
a. Dengan melakukan penyampaian keluhan langsung kepada
perusahaan.
b. Dengan
memberitahu
kolega,
teman
atau
keluarganya
mengenai pengalaman yang diperoleh dari menggunakan
barang atau jasa tersebut.
3.
Dengan jalan meminta ganti rugi secara hukum, baik melalui media
massa atau secara langsung menghubungi perusahaan.
27
2.1.5
Dimensi Kualitas Pelayanan (Service Quality)
Berdasarkan pendapat Irawan (2002, p23-24), terdapat lima faktor yang
menentukan tingkat kualitas pelayanan :
1. TANGIBLE, atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam
menunjukkan
eksistensinya
kepada
pihak
eksternal.
Penampilan
dan
kemampuan sarana dan prasarana fisik perubahan dan keadaan lingkungan
sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa.
Yang meliputi fasilitas fisik (Gedung, Gudang, Showroom dan lain sebagainya),
perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta penampilan
pegawainya.
2. RELIABILITY,
atau
keandalan
yaitu
kemampuan
perusahaan
untuk
memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.
Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu,
pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang
simpatik, dengan akurasi yang tinggi.
3. RESPONSIVENESS, atau ketanggapan yaitu suatu kemauan untuk membantu
dan memberikan pelayanan yang cepat, responsif, dan tepat kepada
pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen
menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang
negative dalam kualitas pelayanan.
4. ASSURANCE, atau jaminan dan kepastian meliputi kemampuan karyawan atas
pengetahuan produk secara tepat, kualitas, keramah tamahan, ke-sopan
santunan, dan kemapuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa
percaya para pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen
28
antara lain komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan
(security), kompetensi(competence), dan sopan santun (courtesy).
5. EMPATHY, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau
pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami
keiinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki suatu
pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan para
pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman
bagi pelanggan.
2.1.6
Survei Kepuasan Pelanggan
Survei kepuasan pelanggan merupakan alat yang sangat berguna untuk
memperoleh informasi tentang kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dari survei ini
akan memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan informasi tersebut dengan
waktu relatif cepat, dengan usaha dan biaya yang relatif minimal (tergantung dari
metode yang digunakan).
2.1.6.1
Tujuan Survei Kepuasan Pelanggan
Suatu survey kepuasan pelanggan yang direncanakan dengan baik
akan dapat memberikan informasi kepada perusahaan, apakah pelanggan
perusahaan merasa puas dengan kinerja perusahaan. Biasanya tujuan
perusahaan dalam melakukan survey kepuasan pelanggan ini adalah :
1.
Untuk memahami harapan dan persepsi dari pelanggannya.
2.
Mengembangkan standar bagi produk dan jasa berdasarkan hasil
temuan dari survey ini.
29
3.
Untuk mengetahui seberapa baik perusahaan memuaskan harapan
dan keinginan dari pelanggannya tersebut.
4.
Melihat trend yang sedang terjadi sehingga perusahaan dapat segera
melakukan tindakan yang sesuai.
5.
Menentukan prioritas, tujuan dan standar untuk memperkirakan
bagaimana
survey
kepuasan
pelanggan
yang
dilakukan
untuk
mencapai tujuan.
6.
Mengevaluasi
akibat
dari
suatu
perubahan
dalam
kebijakan
perusahaan, atau produk maupun jasa yang diberikan.
2.1.6.2
Manfaat Survei Kepuasan Pelanggan
Pada beberapa perusahaan, analisis kepuasan pelanggan ini dilakukan
sebagai bagian yang integral dari bisnis mereka. Dimana statistic digunakan
sebagai alat untuk menterjemahkan respon yang muncul untuk menjadi
informasi yang berguna. Dengan interpretasi yang tepat dari hasil temuan
survey kepuasan pelanggan ini, maka perusahaan mendapatkan manfaat dari
survei kepuasan pelanggan yang mereka lakukan antara lain :
1. Meningkatkan loyalitas pelanggan.
2. Bereaksi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi di pasar.
3. Menidentifikasi peluang-peluang mengambil keuntungan dari peluang
tersebut.
4. Memenangkan persaingan.
5. Mempertahankan atau memperbesar pangsa pasar.
6. Meningkatkan pendapatan perusahaan.
7. Mengurangi biaya-biaya.
30
2.1.6.3
Kekurangan Survei Kepuasan Pelanggan
Survei kepuasan pelanggan mempunyai banyak kegunaan bagi
perusahaan, namun survey kepuasan pelanggan juga memiliki beberapa
kekurangan. Peringkat kepuasan yang tinggi ternyata tidak selalu berarti
bahwa perusahaan akan selalu bisa mempertahankan pelanggannya. Dengan
kata lain perusahaan yang memiliki tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi
tetap berpotensi untuk kehilangan pelanggannya, karena :
1. Survei kepuasan pelanggan hanya berfokus pada apakah kebutuhan
pelanggan saat ini terpenuhi, tetapi gagal untuk mengetahui kebutuhan
pelanggan di masa yang akan datang.
2. Penelitian kepuasan pelanggan lebih cenderung untuk fokus pada
kebutuhan yang muncul.
3. Penelitian kepuasan pelanggan juga cenderung untuk fokus pada
atribut-atribut umum dan mengabaikan elemen-elemen operasional yang
lebih penting.
4. Seringkali perusahaan menganggap bahwa pelanggan tidak mengetahui
apa yang mereka inginkan sehingga pelanggan seringkali ditinggalkan,
terutama bila berhubungan dengan pengembangan produk baru.
Selain kritik terhadap penelitian kepuasan pelanggan di atas, terdapat
pula kelemahan-kelemahan dalam melakukan survey yang bisa menimbulkan
keragu-raguan terhadap indeks kepuasan pelanggan yang dihasilkan oleh
survey. Ada beberapa faktor dalam proses pengumpulan data yang
kemungkinan besar mempengaruhi peringkat kepuasan yang terlalu tinggi bagi
perusahaan, yaitu :
31
1. Bias Responden
Terjadi bias dalam respons yang diberikan responden. Ada
kemungkinan survey hanya dilakukan kepada pelanggan yang puas,
sedangkan pelanggan yang tidak puas umumnya tidak percaya bahwa
survey yang dilakukan perusahaan akan berpengaruh baik bagi mereka
sehingga mereka menolak untuk mengirim kuesioner atau berhenti di
tengah-tengah wawancara.
2. Metode Pengumpulan Data
Penelitian menunjukkan bahwa survey yang dilakukan dengan
wawancara langsung dan telepon lebih tinggi hasil kepuasannya
dibandingkan dengan kuesioner yang dikirim melalui surat.
3. Bentuk Pertanyaan
Bentuk pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner mempengaruhi
survey. Pertanyaan yang diajukan dalam bentuk positif lebih membawa
tingkat kepuasan yang tinggi dibandingkan dalam bentuk negatif.
4. Waktu
Waktu antara survey dilakukan dengan tanggal pembelian produk
juga berpengaruh pada kepuasan pelanggan yang cenderung lebih tinggi
bila survey dilakukan segera setelah pembelian, dan cenderung menurun
seiring berjalannya waktu.
2.1.7
Data Penelitian
2.1.7.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ada 2 macam yaitu sumber data primer
dan sumber data sekunder. Data primer yaitu data yang dikumpulkan dan
32
diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya
(Santoso & Tjiptono, 2001). Sumber data primer diperoleh langsung dari
responden dalam penelitian tentang kepuasan pelanggan.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk
yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya
sudah dalam bentuk publikasi (Santoso & Tjiptono, 2001). Data sekunder ini
diperoleh dari laporan yang ada.
2.1.7.2
Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa macam teknik pengumpulan data, yaitu :
1. Person-administered surveys, yaitu dimana pewawancara membacakan
pertanyaan kepada responden dan mencatat jawaban-jawaban mereka
(Burns & Bush, 2000). Teknik ini memiliki beberapa keunggulan seperti :
a. Umpan balik (feedback), pewawancara dapat merespon responden
jika pertanyaan yang diajukan kurang jelas atau kurang dimengerti
oleh responden.
b. Membangun hubungan (rapport), pewawancara dapat membangun
hubungan
dengan
responden
yang
merasa
curiga
dengan
pewawancara.
c.
Kontrol Kualitas (quality control), pewawancara dapat secara pasti
bahwa respondennya terpilih secara tepat dan menjawab dengan
sejujurnya.
d. Adaptasi (adaptability), pewawancara dapat mengadaptasi terhadap
perbedaan-perbedaan setiap responden.
33
2. Penelitian kepustakaan (library research)
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan
membaca, mengumpulkan, mencatat, mempelajari textbook dan bukubuku pelengkap atau referensi, seperti: jurnal, majalah, brosur-brosur
dan media cetak lainnya di perpustakaan atau ditempat lainnya.
3. Penelitian lapangan (field research)
Penelitian dilakukan dengan mendatangi langsung ke objek yang
diteliti. Data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian ini
disebut data primer, dimana alat pengumpulan data yang digunakan
terdiri dari:
•
Wawancara (interview)
Mengadakan tanya jawab langsung kepada pihak yang bersangkutan
dan berkepentingan dengan topic yang dibahas dalam skripsi ini dan
memperoleh informasi yang diperlukan. Wawancara diadakan secara
langsung dengan pimpinan, manajer dan staf perusahaan
•
Pengamatan langsung (observasi)
Penelitian dilakukan dengan melihat secara langsung kegiataan dan
proses transaksi perusahaan sehari-hari.
•
Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden yang berhubungan langsung mengenai
masalah yang akan diteliti dan responden menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut. Teknik sampling yang digunakan adalah
sampling aksidental. Sampling aksidental adalah teknik penentuan
34
sample berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data (Sugiyono, 2003, p77)
2.1.8 Validitas
Uji Validitas adalah suatu uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh
mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur ( Umar 2003, p80 ).
Jadi pada uji validitas, yang dipermasalahkan adalah apakah kita benar sedang
mengukur apa yang kita pikirkan. Banyak yang menyebut uji validitas ini dengan
uji kesahihan butir. Sebuah item dikatakan sahih atau valid adalah jika mempunyai
dukungan yang kuat terhadap skor total. Dengan kata lain, sebuah item
pertanyaan dikatakan mempunyai validitas jika memiliki tingkat korelasi yang
tinggi terhadap skor total item. Korelasi harus memiliki nilai atau arah yang positif.
Arah positif tersebut berarti bahwa r bt ( nilai korelasi yang akan
digunakan untuk mengukur validitas ) harus lebih besar dari r
tabel.(
Wahyono
2006, p266).
Validitas dibagi menjadi beberapa jenis antara lain ( Umar 2003, p81 ) :
1.
Validitas Konstruk ( construct validity )
Melibatkan
pemahaman
dasar
pemikiran
teoritis
yang
mendasari
pengukuran yang dihasilkan. Ancang-ancangnya adalah mengaitkan
gagasan yang diminati dengan gagasan lainnya, sehingga suatu kerangka
teoritis dapat dikembangkan untuk fenomena pemasaran yang sedang
diukur. Semakin tinggi validitas konstruk berarti semakin lengkap
komponen atribut penelitian yang diukur dengan alat ukur.
35
2.
Validitas Isi
Melibatkan penilaian subjektif terhadap kesesuaian sebuah pengukuran.
Penilaian dilakukan oleh seorang ahli. Validitas isi sering disebut sebagai
validitas muka ( face validity )
3.
Validitas Eksternal
Validitas
eksternal
adalah
validitas
yang
diperoleh
dengan
cara
mengkorelasikan alat pengukur baru dengan tolak ukur eksternal, yaitu
berupa alat ukur yang sudah valid.
4.
Validitas Prediktif
Alat pengukur yang dibuat oleh peneliti seringkali dimaksudkan untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
5.
Validitas Budaya
Validitas budaya penting bagi penelitian di Negara yang suku bangsanya
sangat bervariasi atau penelitian yang dilakukan sekaligus di beberapa
Negara dengan alat ukur yang sama.
2.1.9
Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konstitusi suatu alat
pengukur di dalam mengukur gejala yang sama menyangkut ketepatan alat ukur (
Umar 2003, P86 ).
Beberapa tehnik yang digunakan dalam melakukan uji reliabilitas adalah
(Umar 2003, p89) :
36
1. Teknik pengukuran ulang
Teknik ini meminta responden untuk menjawab semua pertanyaan dalam
pengukur sebanyak dua kali. Selang waktu antara pengukuran pertama dan
kedua sebaiknya antara 15 -30 hari.
2. Teknik belah dua
Teknik ini digunakan jika alat ukur yang disusun memiliki banyak item ( 50 60 item ) yang mengukur aspek yang sama.
3. Teknik parallel
Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan membuat dua jenis alat pengukur
yang mengukur aspek yang sama. Kedua alat ukur itu diberikan kepada
responden yang sama, kemudian dicari validitasnya untuk masing masing alat
ukur.
4. Teknik Alpha ( Cronbach`s alpha )
Merupakan rata rata dari semua koefisien belah dua yang dapat dihasilkan dari
berbagai cara membelah skala item item. Koefisien koefisien tersebut
bervariasi dari 0 sampai 1. Nilai sebesar 0,6 atau kurang menyatakan bahwa
konsistensi internal relaibilitas tidak memuaskan.
5. Metode Hoyt
Metode ini dipakai pada instrument yang memiliki bentuk pertanyaan yang
hanya terdiri dari dua pilihan jawaban seperti ya dan tidak. Butir pertanyaan
dapat berjumlah ganjil ataupun genap.
Uji relaibilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Alpha, yaitu
dengan menggunakan software SPSS versi 12.00. Jika r hasil postif dan
memiliki nilai lebih besar dari 0.6 maka variabel tersebut adalah reliable.
37
2.2
Kerangka Pemikiran
Perusahaan
Pelayanan
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Lokasi Showroom
Kebersihan Showroom
Kenyamanan Showroom
Desain dan tata letak barang di showroom
Kelengkapan barang yang tersedia
Fasilitas pembayaran
Kualitas barang yang dijual
Pengetahuan Sales Marketing
Model dan Desain barang yang dijual
Potongan Harga dan Bonus Pembelian
Kecepatan pelayanan
Jaminan atas barang yang dibeli
Harga barang yang ditawarkan
Keramahan pelayanan
Kepuasan Pelanggan
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Kerangka Pemikiran di atas memperlihatkan perlunya pelayanan yang baik
untuk menciptakan kepuasan bagi pelanggan. Pada saat perusahaan memberikan
pelayanan yang baik melalui atribut-atribut yang tersebut di atas, pelanggan akan
merasa sangat senang, puas dan setia kepada produk perusahaan. Karena itu,
apabila perusahaan mengetahui atribut-atribut apa saja yang dapat mempengaruhi
kepuasan pelanggan, maka kinerja perusahaan pun akan lebih baik dan dapat
mencapai tujuan perusahaan yaitu memperoleh keuntungan melalui pelanggan yang
setia.
Download