BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kepuasan Kerja 3.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan hal penting yang dimiliki individu di dalam bekerja. Setiap individu pekerja memiliki karakteristik yang berbeda-beda, maka tingkat kepuasan kerjanya akan berbeda-beda pula. Davis yang dikutip oleh Mangkunegara (2008:117) yang mengemukakan bahwa “Job satisfaction is the favorableness or unfavorableness with employees view their work”, artinya bahwa kepuasan kerja adalah perasaan menyokong atau tidak menyokong yang dialami pegawai dalam bekerja. Wexley dan Yuki dikutip oleh Mangkunegara (2008:117) mendefinisikan bahwa kepuasan kerja adalah “is the way an employee feels about his or her job”, artinya adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja (Rivai & Sagala. 2010:856). Pada dasarnya, kepuasan kerja bersifat individual dimana hanya individu tersebut yang mampu merasakan tingkat kepuasan berdasarkan sistem nilai yang mereka bawa. Semakin tinggi penilaian terhadap kegiatan yang dirasakan maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan yang ia rasakan. Menurut Locke dalam Luthans (2006:243) kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang positif dari seseorang yang ditimbulkan dari penghargaan atas sesuatu pekerjaan yang telah dilakukannya. Dikatakan lebih 22 http://digilib.mercubuana.ac.id/ lanjut bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari persepsi seseorang mengenai seberapa baik pekerjaan mereka menyediakan sesuatu yang berguna baginya. Sopiah (2008:170-171) menyimpulkan definisi kepuasan kerja sebagai berikut: 1. Kepuasan kerja merupakan suatu tanggapan emosional seseorang terhadap situasi dan kondisi kerja. 2. Tanggapan emosional bisa berupa perasaan puas (positif) atau tidak puas (negatif). Bila secara emosional puas berarti kepuasan kerja tercapai dan sebaliknya bila tidak puas berarti karyawan tidak puas. 3. Kepuasan kerja dirasakan karyawan setelah karyawan tersebut membandingkan antara apa yang dia harapkan akan dia peroleh dari hasil kerjanya dengan apa yang sebenarnya dia peroleh dari hasil kerjanya. 4. Kepuasan kerja mencerminkan beberapa sikap yang berhubungan. Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan sekumpulan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya, apakah senang/suka atau tidak senang/tidak suka sebagai hasil interaksi seseorang dengan lingkungan pekerjaannya atau sebagai persepsi sikap mental, juga sebagai hasil penilaian seseorang tehadap pekerjaannya. Perasaan seseorang terhadap pekerjaannya mencerminkan sikap dan prilakunya dalam bekerja. 3.1.2. Teori-Teori Kepuasan Kerja Teori-teori tentang kepuasan kerja menurut Mangkunegara (2008: 120123), yaitu sebagai berikut: 23 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1. Teori Keseimbangan (Equity Theory) Teori ini dikembangkan oleh Adam, adapun komponen dari teori ini adalah input, outcome, comparison person, dan equity – in – equity. Puas atau tidak puasnya seseorang merupakan hasil perbandingan input –outcome orang lain (comparison person). Jadi, jika perbandingan tersebut dirasakan seimbang (equity), maka pegawai tersebut akan merasa puas. Tetapi, apabila terjadi ketidakseimbangan (inequity) dapat menyebabkan dua kemungkinan , yaitu ketidakseimbangan yang ketidakseimbangan yang menguntungkan dirinya menguntungkan orang dan lain sebaliknnya yang menjadi pembanding. 2. Teori Perbedaan (Discrepancy Person) Teori ini pertama kali dipelopori oleh Porter, ia berpendapat bahwa mengukur kepuasan kerja dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan seseorang. Kepuasan kerja sangat ditentukan oleh kesesuaian dengan pekerjaannya, hubungan sosial yang baik dengan atasan maupun rekan sekerja, kondisi kerja yang mendukung, penghargaan yang seimbang dan tantangan kerja secara mental. 3. Teori Pemenuhan Kebutuhan (Need Mulltilment Theory) Kepuasan kerja seseorang tergantung pada terpenuhi atau tidaknya kebutuhan seseorang. Seseorang akan merasa puas apabila ia mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Begitu pula sebaliknya apabila kebutuhan seseorang tidak terpenuhi, maka ia akan merasa tidak puas. 24 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4. Teori Pandangan Kelompok (Social Reference Theory) Kepuasan kerja bukanlah bergantung pada pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sangat bergantung pada pandangan dan pendapat kelompok yang dianggap sebagai kelompok acuan. Seseorang akan merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan. 5. Teori Dua Faktor dari Herzberg Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg, yang menggunakan teori Abraham Maslow sebagai titik acuannya. Dua faktor yang dapat menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak puas menurut Herzberg yaitu faktor pemeliharaan (maintenance factors) dan faktor pemotivasian (motivation factors). Faktor pemeliharaan meliputi administrasi dan kebijakan perusahaan, kualitas pengawasan, hubungan dengan pengawas, upah, keamanan kerja, kondisi kerja dan status. Sedangkan faktor pemotivasian meliputi dorongan berprestasi, pengenalan, kemajuan, pekerjaan itu sendiri, kesempatan berkembang dan tanggung jawab. 3.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Luthans (2006: 243) menyatakan bahwa ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Hal-hal utama dengan mengingat dimensi-dimensi paling penting yaitu gaji, pekerjaan itu sendiri, promosi, pengawasan, kelompok kerja dan kondisi kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Hasibuan (2007:203) sebagai berikut : 1) Balas jasa yang adil dan layak ; 2) Penempatan yang tepat sesuai keahlian; 25 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3) Berat ringannya pekerjaan; 4) Suasana lingkungan pekerjaan; 5) Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan; 6) Sikap pimpinan dalam memimpinkepemimpinannya; 7) Sifat pekerjaan monoton atau tidak. Menurut Kreitner dan Kinicki (Widodo, 2015: 175), terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya kepuasan kerja, sebagai berikut: 1) Need fulfillment (pemenuhan kebutuhan) Kepuasan yang ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan memberikan kesempatan pada individu untuk memenuhi kebutuhannya. 2) Discrepancies (perbedaan) Model ini menyatakan bahwa kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan yang diperoleh individu dari pekerjaan. 3) Value attainment (pencapaian nilai) Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan yang memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting. 4) Equity (keadilan) Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu diperlakukan di tempat kerja. 5) Dispositional / genetic components (komponen genetik) Model ini didasarkan pada keyakinan bahwa kepuasan kerja sebagian merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor genetik. 26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3.1.4. Pengukuran Kepuasan Kerja Menurut Istijanto (2008:258) pendekatan yang paling umum untuk mengukur kepuasan kerja ialah dengan menggunakan kuesioner yang di dalamnya menggunakan skala rating, seperti : 1) Job Descriptive Index (JDI) Sebuah kuesioner pengukuran yang di dalamnya menggambarkan beberapa aspek pekerjaan, diantaranya mengenai pekerjaan itu sendiri, gaji, peluang promosi, supervision, dan hubungan kerja. 2) Minnesota Satisfaction Questionnaire (MSQ) Sebuah kuesioner pengukuran yang di dalamnya orang-orang mengindikasikan kepuasan dengan memperluas aspek-aspek mengenai pekerjaannya. 3) Pay Satisfaction Questionnaire (PSQ) Sebuah kuesioner yang dirancang untuk menilai tingkat kepuasan kerja dengan berbagai aspek mengenai gaji, level gaji, kenaikan gaji, dan benefit yang diperoleh. 4). Job Satisfaction Survey (JSS) Dikembangkan oleh Spector untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja terhadap pekerjaan yang diembannya. Survei berdasarkan Sembilan aspek yaitu gaji, promosi, supervise, tunjangan tambahan, penghargaan, prosedur dan peraturan kerja, rekan kerja, pekerjaan itu sendiri, dan komunikasi. Luthans (2006:243) menyatakan lima dimensi kepuasan kerja yaitu: 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1. Pekerjaan itu sendiri: dimana pekerjaan memberikan tugas yang menarik, kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk menerima tanggung jawab. 2. Gaji: sejumlah upah yang diterima dan tingkat dimana hal ini bisa dipandang sebagai hal dianggap pantas dibandingkan dengan orang lain dalam organisasi. 3. Kesempatan promosi: kesempatan untuk maju dalam organisasi baik dalam hal karir maupun dalam pengetahuan dan ketrampilan. 4. Pengawasan: kemampuan pimpinan untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan prilaku. 5. Rekan kerja: tingkat dimana rekan kerja pandai secara teknis dan mendukung secara sosial. 3.2. Kualitas Kehidupan Kerja 3.2.1. Pengertian Kualitas Kehidupan Kerja Kualitas kehidupan kerja atau quality of work life (QWL) menurut Dessler dalam Simanungkalit (2012:16) berarti suatu keadaan dimana para pegawai dapat memenuhi kebutuhan mereka yang penting dengan bekerja dalam organisasi dan kemampuan untuk melakukan hal itu bergantung pada apakah terdapat perlakuan yang adil dan sportif serta kesempatan bagi setiap pegawai untuk mengapresiasi dirinya. Menurut Cascio (2006:24) kualitas kehidupan kerja adalah tingkat partisipasi karyawan, pengembangan karir, resolusi konflik, komunikasi, kesehatan, keberlangsungan kerja, lingkungan yang aman dan kompensasi yang adil dimana dapat dioperasionalisasikan melalui kompensasi 28 http://digilib.mercubuana.ac.id/ finansial, pengelolaan karir atau kemajuan karyawan, penataan lingkungan kerja, perancangan karakteristik pekerjaan, dan praktek kepemimpinan. Ada dua cara dalam menjelaskan kualitas kehidupan kerja. Pertama, kulitas kehidupan kerja dipandang sebagai sekumpulan persepsi karyawan mengenai rasa aman dalam bekerja, kepuasan kerja, dan kondisi untuk dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia. Kedua, kualitas kehidupan kerja dipandang sebagai sekumpulan sasaran yang ingin dicapai melalui kebijakan organisasi seperti: kondisi kerja yang aman, keterlibatan kerja, kebijakan pengembangan karir, kompensasi yang adil dan lainlain. Selanjutnya Cascio (2006:24) juga menyatakan kualitas kehidupan kerja merupakan persepsi karyawan akan kesejahteraan mental dan fisik mereka di tempat kerja. Dubrin dalam Simanungkalit (2012:17) menyatakan bahwa kualitas kehidupan kerja dapat diartikan sebagai derajat pemenuhan kebutuhan manusia (human needs) dalam suatu lingkungan kerja. Apabila kebutuhan manusia telah dipenuhi, maka produktivitas organisasi dapat meningkat. Keterlibatan antara karyawan dan atasan akan membentuk kualitas kehidupan kerja. Luthans (2006:569) menyatakan bahwa kualitas kehidupan kerja adalah dampak efektivitas manusia dan perusahaan yang dikombinasikan dengan penekanan partisipasi dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas kehidupan kerja dipandang sebagai sekumpulan persepsi karyawan mengenai rasa aman dalam bekerja, kepuasan kerja, serta kondisi untuk tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang bertujuan untuk meningkatkan 29 http://digilib.mercubuana.ac.id/ produktivitas karyawan. Oleh karena itu esensi dari kualitas kehidupan kerja bagi karyawan merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan, meningkatkan kepuasan kerja, memenuhi harapan dan kebutuhan keluarga, serta memenuhi harapan karyawan seperti kehidupan yang lebih baik, kehidupan kerja yang lebih berarti dan bermanfaat bagi dirinya. 3.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Kehidupan Kerja Sinha (2012) menyatakan ada 12 faktor yang mempengaruhi kualitas kehidupan kerja yaitu sebagai berikut: 1. Komunikasi. Kinerja karyawan dapat terkait dengan kualitas komunikasi yang terjadi di dalam perusahaan. Komunikasi yang baik memainkan peran penting dalam mencapai hasil yang diinginkan. 2. Pengembangan karir dan pertumbuhan. Perencanaan karir sebagai bagian dari program pengembangan karyawan tidak hanya untuk membantu karyawan menganggap sebagai bagian investasi perusahaan, tetapi juga membantu karyawan untuk mengelola berbagai aspek kehidupan mereka melalui jalur promosi yang jelas. 3. Komitmen organisasi. Studi menyimpulkan bahwa karyawan yang berkomitmen dengan perusahaan untuk waktu yang lebih lama memiliki keinginan yang lebih kuat untuk menghadiri kerja dan sikap yang lebih positif tentang pekerjaan mereka. 4. Dukungan emosional dari supervisor. Dukungan emosional di tempat kerja membantu keseimbangan peran karyawan dalam pekerjaan dan keluarga. Dukungan dari supervisor meningkatkan semangat karyawan dengan 30 http://digilib.mercubuana.ac.id/ membahas seputar keluarga, masalah, memperkuat citra diri yang positif pada karyawan dengan memberikan umpan balik dan mengurangi stress dengan menunjukkan pemahaman tentang kehidupan keluarga karyawan. 5. Pengaturan kerja yang fleksibel, memberikan kontribusi terhadap motivasi kerja dan dedikasi karyawan. Pengaturan yang ada memungkinkan karyawan untuk menggunakan waktu lebih efisien dengan kegiatan penjadwalan sesuai dengan situasi yang terbaik. 6. Budaya responsif keluarga. Adanya kombinasi peran pekerjaan dan keluarga setidaknya sama penting bagi karyawan dalam keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. 7. Motivasi karyawan. Persepsi umum adalah bahwa orang meninggalkan organisasi untuk mendapat gaji lebih tinggi. Namun penting bagi perusahaan bahwa individu memiliki motif yang unik dan berbeda untuk bekerja dan bagian yang rumit untuk mengetahui apa yang memotivasi karyawan. 8. Iklim organisasi. Ada tiga iklim organisasi yang berkaitan dengan kualitas kehidupan kerja yaitu efektif, kognitif dan instrumental. Pada aspek afektif iklim organisasi terdiri dari kualitas hubungan dalam organisasi. Pada aspek iklim kognitif terdiri dari suatu pekerjaaan yang terdiri dari kebermaknaan, kompetensi, dan gangguan pekerjaan-keluarga. Pada aspek instrumental, iklim berperan sebagai proses kerja, struktur dan penghargaan ekstrinsik termasuk akses ke sumber daya dan control waktu. 31 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9. Dukungan organisasi. Tingkat dukungan yang ditawarkan oleh organisasi juga merupakan indikasi dari kualitas kehidupan kerja dalam organisasi. Dukungan organisasi didefinisikan sebagai sejauh mana karyawan merasa bahwa organisasi menghargai kontribusi dan peduli terhadap kesejahteraan. 10. Kepuasan kerja. Kepuasan kerja merupakan salah satu variabel penting dalam pekerjaan dan dipandang sebagai indikator penting dari kualitas kehidupan kerja. 11. Rewards dan benefits. Kebutuhan pribadi terpenuhi ketika ada penghargaan dari organisasi seperti kompensasi, pengakuan promosi, dan pengembangan memenuhi harapan mereka, yang akan mengarah pada kualitas kehidupan kerja yang baik. 12. Kompensasi juga merupakan indikasi dari kualitas kehidupan kerja 3.2.3. Ciri-Ciri Kualitas Kehidupan Kerja Ciri- ciri kualitas kehidupan kerja menurut Gesser dalam Rahmadiyani (2012) adalah sebagai berikut: a) Perlakuan yang fair, adil dan sportif terhadap pegawai. Maksudnya adalah setiap pegawai memiliki hak yang sama, adil dan merata dalam pengembangan dan peningkatan kualitas mereka. b) Adanya kesempatan bagi pegawai untuk menggunakan kemampuan secara penuh dan kesempatan untuk mewujudkan diri yaitu untuk menjadikan mereka merasa mampu untuk mewujudkannya. Maksudnya, setiap pegawai mempunyai 32 http://digilib.mercubuana.ac.id/ hak yang sama untuk menyelesaikan tugas, diberikan pekerjaan khusus dan pendelegasian atas suatu wewenang atau tugas. c) Adanya komunikasi yang terbuka dan saling percaya antar individu dalam organisasi. Komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah organisasi. Untuk itu, komunikasi yang baik, sikap terbuka dan rasa saling percaya antar anggota organisasi, baik itu antara atasan dan bawahan atau sebaliknya, antara bawahan dengan bawahan, sangatlah penting demi menunjang kelancaran kegiatan dalam suatu organisasi. d) Setiap pegawai berperan aktif dan mereka mempunyai kesempatan untuk mengambil keputusan penting yang melibatkan pekerjaan mereka. e) Kompensasi yang cukup dan adil. Kehidupan kerja juga dipengaruhi oleh kompensasi yang diberikan oleh suatu organisasi atau perusahaan. Hal ini juga akan memberi pengaruh untuk memotivasi pegawai agar meningkatkan kualitas kerjanya. f) Lingkungan aman dan sehat. Kenyamanan dan kesehatan di lingkungan kerja juga sangat diperhatikan. Lingkungan yang sangat tidak kondusif akan memberi dampak negatif terhadap kualitas kehidupan kerja. Albrecht dalam Rahmadiyani (2012) menyatakan bahwa dari segi kebutuhan, keinginan dan nilai pekerja secara perorangan kualitas kehidupan kerja itu paling sedikit terdiri atas aspek- aspek berikut: 33 http://digilib.mercubuana.ac.id/ a. Pekerjaan yang patut dikerjakan, yaitu pekerjaan yang akan memberikan manfaat yang sesuai dengan tujuan organisasi yang mendayagunakan karyawan, baik dari segi kemauan, kemampuan, pengetahuan dan keterampilannya. b. Kondisi kerja yang memadai, baik secara fisik maupun psikologis yang akan mempengaruhi kinerja karyawan. c. Upah dan keuntungan yang memadai sebagai imbalan atas usaha karyawan. d. Jaminan kerja e. Supervisi yang positif, yang mendukung dan menyetujui. f. Umpan balik atas hasil pekerjaan seseorang g. Kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dalam keterampilan kerja dan pertanggung jawaban. h. Kesempatan untuk wajar maju berdasarkan perkembangan. i. Iklim sosial yang positif. j. Keadilan dan perlakuan yang wajar bagi setiap orang. 3.2.4. Pengukuran Kualitas Kehidupan Kerja Walton (1975, dalam Duyan: 2013) mengungkapkan bahwa terdapat 8 kriteria kualitas kehidupan kerja, yaitu: 1. Adequate and fair compensation (Penghasilan yang adil dan memadai). Mencakup unsur-unsur seperti upah, kompensasi, bonus, tunjangan dan fasilitas yang diberikan oleh organisasi sebagai hasil balas jasa atas kinerja yang dihasilkan pegawai, dimana hal tersebut diharapkan sesuai dan adil. 2. Safe and healthy environment (Lingkungan kerja yang aman dan sehat). 34 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan kondisi fisik dari tempat bekerja, seperti kebersihan, keamanan serta memiliki resiko kecelakaan yang rendah. 3. Development of human capacities (Kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuan pekerja). Menyangkut pada bagaimana organisasi memberikan kesempatan bagi karyawannya untuk mengembangkan dan menggunakan skill yang dimiliki dalam menyelesaikan pekerjaan. 4. Growth and security (Kesempatan untuk terus berkembang dan keamanan kerja). Berkaitan dengan bagaimana organisasi menyediakan fasilitas yang dapat meningkatkan kemampuan karyawan dalam bekerja (seperti: pelatihan dan seminar), kejelasan dalam berkarir, serta rasa aman bahwa mereka dapat terus bekerja. 5. Social integration (Integrasi sosial di tempat kerja). Berkaitan dengan hubungan yang terjalin antara karyawan dengan rekan kerja, dimana karyawan memiliki hubungan yang baik dan dapat bekerja sama dengan rekan kerja maupun atasan, serta memiliki rasa keterkaitan dengan perusahaan. 6. Constitutionalism (Hak-hak karyawan dalam perusahaan). Berkaitan dengan hak-hak karyawan sebagai pekerja di dalam organisasi, ketersediaan lingkungan yang demokrasi bagi karyawan, serta kebebasan dan kesamaan dalam segala hal. 35 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 7. The total life space (Pengaruh pekerjaan terhadap keseluruhan hidup). Mencakup hal-hal mengenai pengaruh pekerjaan terhadap peran-peran pribadi karyawan, dimana pekerjaan, keluarga dan kehidupan pribadi dapat tetap seimbang. 8. Social relevance (Tanggung jawab sosial). Mencakup hal-hal mengenai tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar, serta karyawan yang bekerja di dalam perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari penilaian karyawan terhadap hal-hal seperti penyediaan produk dengan kualitas tinggi, hubungan dengan masyarakat sekitar, dll, yang telah dilakukan perusahaan, serta rasa bangga karyawan terhadap perusahaan. 3.2.5. Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja terhadap Kepuasan Kerja Rendahnya kepuasan kerja pegawai dapat disebabkan rendahnya kualitas kehidupan kerja yang mereka rasakan. Menurut Rivai (2014:631) kualitas kehidupan kerja mengandung makna adanya supervisi yang baik, kondisi kerja yang baik, pembayaran dan imbalan yang baik, dan pekerjaan yang menarik, menantang dan memberikan reward yang memadai. Kualitas kehidupan kerja dipandang mampu meningkatkan kepuasan kerja pegawai karena kualitas kehidupan kerja mencakup segala kebutuhan yang diperlukan pegawai dari tempat kerjanya. Untuk menciptakan rasa nyaman dan mendorong hasil kerja optimal, pegawai memerlukan kualitas kehidupan kerja yang baik. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kualitas kehidupan kerja dan kepuasan kerja. Pekerja yang 36 http://digilib.mercubuana.ac.id/ puas dengan pekerjaan mereka memiliki tingkat absensi yang lebih rendah dan keinginan untuk pindah kerja yang kecil. Mereka juga lebih senang untuk menunjukkan prilaku sebagai anggota organisasi tersebut dan puas dengan kualitas kehidupan kerja dalam organisasi tersebut secara keseluruhan. 3.3. Motivasi Kerja 3.3.1. Pengertian Motivasi Kerja Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahas latin, yakni Movere yang berarti menggerakkan (to move). Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang menuju sebuah tujuan. Definisi ini dikembangkan berdasarkan teori hierarchy of needs dari Maslow yang telah dikembangkan oleh Gordon. Sedangkan menurut Robbin (2006:213) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Mangkunegara (2005:61) menyatakan motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja diperusahaan. Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental pegawai yang pro dan kontra terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal. Menurut Hasibuan (2008:141) motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Luthans (2006:161) memandang motivasi sebagai suatu sistem yang terdiri dari: 37 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1. Kebutuhan Kebutuhan diciptakan setiap kali ada ketidakseimbangan psikologis dan fisiologis. 2. Dorongan Pendorong atau motif yang dibentuk untuk mengurangi kebutuhan. 3. Insentif Pada akhir siklus motivasi adalah insentif, yang didefinisikan sebagai sesuatu yang akan meringankan kebutuhan dan mengurangi adanya dorongan. Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan tentang motivasi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi kerja adalah perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berprilaku terhadap pekerjaannnya. Motivasi kerja merupakan proses yang menunjukkan intensitas individu, arah, dan ketekunan sebagai upaya mencapai tujuan organisasi. 3.3.2. Teori-Teori Motivasi Kerja a. Teori Maslow Menurut Maslow menyatakan motivasi berkaitan dengan kebutuhan dan mengklasifikasikan kebutuhan secara berurutan menjadi 5 (lima) bagian. Konsep Abraham Maslow dikenal dengan piramida kebutuhan, yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini: 38 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Gambar 3.1 Piramida Kebutuhan Piramida kebutuhan, terdiri dari: 1. Kebutuhan Fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan,minum, perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya. 2. Kebutuhan Rasa Aman, apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka muncul kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja 3. Kebutuhan Sosial, jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal, maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi yang lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi bersama dan sebagainya. 39 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4. Kebutuhan Penghargaan, kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja seseorang. 5. Kebutuhan Aktualisasi diri, aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang. Malahan kebutuhan akan aktualisasi diri ada kecenderungan potensinya yang meningkat karena orang mengaktualisasikan perilakunya. Seseorang yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan tugas-tugas yang menantang kemampuan dan keahliannya. b. Teori Motivasi dari Mc. Clelland Robbin (2006: 222) mengemukakan bahwa teori kebutuhan McClelland berfokus pada tiga hal yaitu: 1. Kebutuhan berprestasi (Need for Achievement), orang mempunyai dorongan kuat untuk berhasil meraih prestasi pribadi.Kebutuhan ini terwujud dalam keberhasilan melakukan tugas-tugas yang dibebankan.Mereka mempunyai hasrat untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik atau lebih efisien daripada yang telah dilakukan sebelumnya. 2. Kebutuhan afiliasi (Need for Affiliation), merupakan hasrat untuk disukai orang lain atau diterima baik oleh orang lain. Kebutuhan ini tercermin dalam terwujudnya situasi bersahabat dengan orang lain. 40 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3. Kebutuhan kekuasaan (Need for Power), merupakan hasrat untuk dapat menguasai orang lain. Kebutuhan ini terwujud dalam keinginan untuk mempengaruhi orang lain. c. Teori Dua Faktor dari Herzberg Menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu: 1. Maintenance Factors Adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketenteraman badaniah. Kebutuhan ini menurut Herzberg merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi. Misalnya orang lapar akan makan, kemudian lapar lagi lalu makan lagi. 2. Motivation faktors Adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Faktor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan. Adapun faktor-faktor tersebut dapat dilihat dari prestasi yang dicapai, pengakuan atau rekognisi, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab. Menurut teori dua faktor Herzberg ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam memotivasi, yaitu: 1. Hal-hal yang mendorong karyawan adalah “pekerjaan yang menantang yang mencakup perasaan untuk berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan dapat menikmati pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas semuanya itu“. 41 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2. Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama faktor yang bersifat embel-embel saja pada pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat, sebutan jabatan, hak, gaji, tunjangan dan lain-lainnya. 3. Karyawan kecewa, jika peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan. Herzberg memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator intrinsik dan bawa ketidakpuasan kerja berasal dari ketidakberadaan faktor-faktor ekstrinsik. Faktor-faktor ekstrinsik meliputi : 1. Upah 2. Kondisi kerja 3. Keamanan kerja 4. Status 5. Prosedur perusahaan 6. Mutu penyeliaan 7. Mutu hubungan interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan, dan bawahan Sedangkan faktor intrinsik meliputi : 1. Pencapaian prestasi 2. Pengakuan 3. Tanggung Jawab 4. Kemajuan 3.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Rivai dan Sagala (2010:608) mengungkapkan bahwa sumber motivasi ada tiga faktor, yaitu: 1) kemungkinan untuk berkembang, 2) jenis pekerjaan, 42 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dan 3) apakah mereka dapat merasa bangga menjadi bagian dari perusahaan tempat mereka bekerja. Menurut Sunyoto (2012:13) motivasi memiliki 7 (tujuh) faktor, yaitu : 1. Promosi Promosi adalah kemajuan seorang karyawan pada suatu tugas yang lebih baik, dari sudut tanggung jawan yang lebih erat, martabat atau status yang lebih tinggi, kecakapan yang lebih baik, dan pembayaran upah. 2. Prestasi kerja Karyawan sulit diusulkan oleh atasannya untuk dipromosikan ke jabatan atau pekerjaan yang lebih tinggi di waktu mendatang tanpa prestasi yang baik. Prestasi kerja sebagai bukti bahwa sudah semaksimal mungkin dan sebagi indikator karyawan memiliki potemsi yang dapat dikembangkan di masa depan. 3. Pekerjaan itu sendiri Karyawan memiliki tanggung jawab dalam pengembangan karir. Keikutsertaan karyawan dalam berbagai kesempatan untuk mengembangkan diri, seperti program pelatihan, melanjutkan pendidikan di luar jam kerja, dan lainnya akan berakibat positif. Ketersediaan memanfaatkan berbagai kesempatan akan dipandang oleh atasan sebagai manifestasi keinginan yang bersangkitan untuk tumbuh dan berkembang. 4. Penghargaan Penghargaan atas prestasi, pengakuan atas keahlian dan sebagainya diperlukan untuk memacu motivasi karyawan. 43 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5. Tanggung Jawab Pihak perusahaan memberikan yang diharapkan karyawan, dan karyawan juga pertanggungjawabkan tugas yang diberikan perusahaan, agar terjadi timbal-balik. Hubungan yang baik dan harmonis akan memberikan pengaruh bai bagi perkembangan dan pertumbuhan perusahaan. 6. Pengakuan Pengakuan atas kemampuan dan keahlian karyawan dalam pekerjaan merupakan kewajiban perusahaan, hal ini dapat mendorong karyawan untuk berprestasi lebh baik lagi. 7. Keberhasilan dalam kerja Keberhasilan dalam bekerja dapat memotivasi karyawan untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan tugas yang diberikan perusahaan sehingga akan memunculkan rasa bangga pada karyawan dan perusahaan percaya bahwa karyawan tersebut memiliki kemampuan yang baik dan berusaha mempertahankan agar tidak pindah ke tempat lain. 3.3.4. Aspek dan Tujuan Motivasi Kerja Keinginan dan kegairahan kerja dapat ditingkatkan berdasarkan pertimbangan tentang adanya dua aspek motivasi yang bersifat statis, menurut Hasibuan (2008:145) dua aspek motivasi yang bersifat statis yaitu: 1. Aspek motivasi statis yang pertama, tampak sebagai kebutuhan pokok manusia yang menjadi dasar bagi harapan yang akan diperoleh lewat tercapainya tujuan organisasi. 44 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2. Aspek motivasi yang kedua, adalah berupa alat perangsang atau insentif yang diharapkan dapat memenuhi apa yang menjadi kebutuhan pokok yang diharapkan. Motivasi akan tampak sebagai kebutuhan dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan dan menggerakkan potensi sumber daya manusia itu ke arah tujuan yang diinginkan. Menurut Hasibuan (2008:146) adapun tujuan pemberian motivasi kerja adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan 2. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan 3. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan 4. Meningkatkan kedisiplinan karyawan 5. Mengefektifkan pengadaan karyawan 6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik 7. Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan 8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan 9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya 10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku Berdasarkan uraian di atas, maka aspek dan tujuan motivasi kerja merupakan upaya untuk menggerakkan sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan oleh organisasi atau perusahaan. 45 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3.3.5. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kepuasan Kerja Kepuasan kerja juga berkaitan dengan motivasi pegawai. Keterkaitan motivasi dengan kepuasan kerja sangat erat sebagaimana teori-teori motivasi yang sudah berkembang seperti teori diskrepansi; seorang karyawan akan merasa puas bila kondisi yang aktual sesuai dengan harapan atau yang diinginkan, teori equity; karyawan atau individu akan merasa puas terhadap aspek-aspek khusus dari pekerjaan mereka seperti gaji dan rekan kerja, teori opponent-process; rasa puas dan tidak puas seorang karyawan sangat ditentukan oleh sejauhmana penghayatan emosional orang tersebut terhadap situasi dan kondisi yang dihadapai, dan teoriteori motivasi lainnya. (Sopiah, 2008:172-175). Menurut Luthans dalam Umar (2015) motivasi berkaitan dengan fisiologi dan psikologi, motivasi berasal dari diri sendiri. Motivasi diperlukan dalam rangka mencapai kepuasan kerja yang akan diikuti oleh kinerja. 3.4. Pengembangan Karir 3.4.1. Pengertian Pengembangan Karir Sebelum memahami pengertian dari pengembangan karir, terlebih dahulu perlu diperjelas istilah karir itu sendiri. Menurut Simamora (2004: 392), karir adalah urutan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dan perilakuperilaku, nilai-nilai, dan aspirasi seseorang selama rentang hidup orang tersebut. Handoko (2008:121-122) menguraikan istilah karir pada tiga pengertian, yaitu: 1. Karir sebagai suatu urutan promosi atau pemindahan (transfer) lateral ke jabatan-jabatan yang lebih menuntut tanggung jawab atau ke lokasi-lokasi 46 http://digilib.mercubuana.ac.id/ yang lebih baik dalam atau menyilang hirarkihubungan kerja selama kehidupan kerja seseorang. 2. Karir sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk suatu pola kemajuan yang sistematik dan jelas jalur karir. 3. Karir sebagai sejarah pekerjaan seseorang atau serangkaian posisi yang dipegangnya selama kehidupan kerja. Dalam konteks ini, semua orang dengan sejarah kerja mereka disebut mempunyai karir. Karir adalah seluruh pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan oleh individu selama masa hidupnya. Karir merupakan pola dari pekerjaan dan sangat berhubungan dengan pengalaman (posisi, wewenang, keputusan dan interpretasi subjektif atas pekerjaan dan aktivitas selama masa kerja individu (Rivai & Sagala, 2010:266) Pengembangan karir adalah proses peningkatan kemampuan kerja individu yang dicapai dalam rangka mencapai karir yang diinginkan (Rivai & Sagala, 2010:274). Tujuan dari pengembangan karir adalah untuk menyesuaikan antara kebutuhan dan tujuan karyawan dengan kesempatan karir yang tersedia di perusahaan saat ini dan di masa mendatang.Lebih lanjut, pengembangan karir adalah peningkatan-peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu rencana karir. Sedangkan rencana karir merupakan proses dimana seseorang memilih sasaran karir dan jalur ke sasaran tersebut. Andrew J. Dubrin menganggap pengembangan karir sebagai aktivitas kepegawaian yang membantu pegawai-pegawai merencanakan karir masa depan mereka di perusahaan agar perusahaan dan pegawai yang bersangkutan dapat 47 http://digilib.mercubuana.ac.id/ mengembangkan diri secara maksimum (Mangkunegara, 2011:77).Pengembangan karir merupakan upaya-upaya pribadi seorang karyawan untuk mencapai suatu rencana karir. Oleh karenanya, setiap karyawan harus bertanggung jawab atas kemajuan dan pengembangan karir yang dialami. Menurut Simamora (2004:413) pengembangan karir merupakan pendekatan formal yang diambil organisasi untuk memastikan bahwa orang-orang dengan kualifikasi dan pengalaman yang tepat tersedia pada saat yang dibutuhkan. Dari beberapa definisi diatas dapat digambarkan pengembangan karir sebagai proses peningkatan kemampuan kerja individu yang dicapai baik secara struktural maupun fungsional sesuai dengan yang diinginkan. 3.4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Karir Berikut beberapa hal atau faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan karir karyawan (Handoko, 2008:131-132, Rivai & Sagala, 2010:274-279), yaitu: 1. Prestasi kerja Faktor paling penting untuk meningkatkan dan mengembangkan karir seorang karyawan adalah pada prestasi kerjanya dalam melakukan tugas yang di percayakan kepadanya. Tanpa prestasi kerja yang memuaskan, sukar bagi seorang pekerja untuk di usulkan oleh atasanya agar di pertimbangkan untuk di promosikan ke pekerjaan atau jabatan yang lebih tinggi dimasa depan. 2. Kesetiaan terhadap Organisasi Dedikasi karir yang besar pada perusahaan yang sama melengkapi sasaran departemen SDM dalam mengurangi turnover karyawan. Merupakan dedikasi 48 http://digilib.mercubuana.ac.id/ seorang karyawan yang ingin terus berkarya dalam organisasi tempatnya bekerja untuk jangka waktu lama. 3. Mentor dan Sponsor Mentor adalah orang yang menawarkan bimbingan karir informal atau orang yang memberikan nasehat-nasehat atau saran-saran kepada karyawan dalam upaya mengembangkan karirnya. Sponsor adalah orang dalam organisasi yang dapat menciptakan kesempatan-kesempatan pengembangan karir bagi orangorang lain. Biasanya sponsor adalah atasan langsung. 4. Dukungan para Bawahan Merupakan dukungan mensukseskan tugas yang diberikan para bawahan dalam bentuk manajer yang bersangkutan kesempatan untuk bertumbuh. 5. Kesempatan untuk Bertumbuh Merupakan kesempatan yang diberikan kepada karyawan untuk meningkatkan kemampuannya, baik melalui pelatihan-pelatihan, kursus dan juga melanjutkan jenjang pendidikannya Menurut Simamora (2004:505) pengembangan karir seorang pegawai terdiri dari dua bagian yaitu: 1. Perencanaan karir, setiap pegawai dan organisasi sebelum mengembangkan karirnya harus mempunyai perencanaan karir yang matang terlebih dahulu, selain itu juga harus tahu karakter-karakter pengembangan karir. 49 http://digilib.mercubuana.ac.id/ yang mempengaruhi 2. Manajemen karir, organisasi akan memberikan kesempatan untuk semua individu agar tumbuh dan merealisasikan potensinya secara penuh serta mengembangkan karirnya. 3.4.3. Tujuan dan Manfaat Pengembangan Karir Pada umumnya tujuan dari seluruh program pengembangan karir adalah untuk menyesuaikan antara kebutuhan dan tujuan karyawan dengan kesempatan karir yang tersedia di perusahaan saat ini dan di masa mendatang. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Rivai (2010:290) bahwa pengembangan karir yang dirancang secara baik akan membantu karyawan dalam menentukan kebutuhan karir mereka sendiri, dan menyesuaikan antara kebutuhan karyawan dengan tujuan perusahaan. Adapun tujuan pengembangan karir menurut Mangkunegara (2011:78 ), sebagai berikut: 1. Membantu dalam pencapaian tujuan individu dan perusahaan. Seorang pegawai yang sukses dengan prestasi kerja yang sangat baik kemudian menduduki posisi jabatan yang lebih tinggi, hal ini berarti tujuan perusahaan dan tujuan individu tercapai. 2. Menunjukkan hubungan kesejahteraan pegawai, perusahaan merencanakan karir pegawai dengan meningkatkan kesejahteraannya agar pegawai lebih tinggi loyalitasnya. 3. Membantu pegawai menyadari kemampuan potensi mereka. Pengembangan karir membantu menyadarkan pegawai akan kemampuannya untuk menduduki suatu jabatan tertentu sesuai dengan potensi dan keahliannya. 50 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4. Memperkuat hubungan dan sikap pegawai terhadap perusahaannya. 5. Membuktikan tanggung jawab sosial, pengembangan karir suatu cara menciptakan iklim kerja yang positif dan pegawai-pegawai menjadi lebih bermental sehat. 6. Membantu memperkuat pelaksanaan program-program perusahaan agar tujuan perusahaan tercapai. 7. Mengurangi turnover dan biaya kepegawaian, pengembangan karir dapat menjadikan turnover rendah dan biaya kepegawaian menjadi lebih efektif. 8. Mengurangi keusangan profesi dan manajerial, pengembangan karir dapat menghindarkan dari keusangan dan kebosanan profesi dan manajerial. 9. Menggiatkan analisis dari keseluruhan pegawai, perencanaan karir dimaksudkan mengintegrasikan perencanaan kerja dan kepegawaian. 10. Menggiatkan suatu pemikiran (pandangan) jarak waktu yang panjang. Pengembangan karir berhubungan dengan jarak waktu yang panjang, hal ini karena penempatan suatu posisi jabatan memerlukan persyaratan dan kualifikasi yang sesuai dengan porsinya. 3.4.4. Pengaruh Pengembangan Karir terhadap Kepuasan Kerja Kepuasan kerja karyawan dalam suatu perusahaan atau organisasi memilki andil yang cukup besar pada pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian suatu perusahaan atau organisasi dalam usaha pencapaian tujuannya harus bisa memperhatikan kepuasan kerja karyawannnya yang meliputi harapan-harapan dan kebutuhan-kebutuhan. Apabila yang diharapkan karyawan dengan kenyataan hanya terdapat kesenjangan yang kecil 51 http://digilib.mercubuana.ac.id/ berarti masih terdapat kepuasan dalam diri karyawan tersebut. Menurut Rivai (2010:264) menyatakan bahwa pengembangan karir merupakan alat terpenting bagi manajemen untuk meningkatkan produktivitas, sikap terhadap pekerjaan serta kepuasan kerja. Wexley dan Yuki dalam Umar (2015) berpendapat bahwa jika terdapat sistem gaji dan promosi yang adil, maka kemungkinan besar karyawan akan mengalami kepuasan kerja. 3.5. Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti (Tahun) Hasil 1. Muhammad Jamal Shah, et al. (2012). 2. Adebayo Olufemi Fanimehin dan S.O Popoola (2013) 3. Heydar Mohammadi dan Mohsen Ameri Shahrabi (2013) 4. Xingkun Yang dan Weijie Wang (2013) 5. Sinto Sunaryo dan Joko Suyono (2013) 6. Pratiwi dan Himam (2014) 7. Mohammad Hossein, et al (2014) Terdapat hubungan positif & signifikan antara motivasi dan kepuasan kerja terutama faktor penghargaan, supervisi, pekerjaan itu sendiri Ada hubungan yang signifikan antara pengembangan karir dan kepuasan kerja. Pelatihan, keinginan untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi, pengakuan dan prestasi, kemajuan karir akan meningkatkan kepuasan kerja. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi dan kepuasan kerja. Kepuasan pada pekerjaan dapat terhambat karena rendahnya motivasi. Komponen kualitas kehidupan kerja mempunyai pengaruh signifikan pada kepuasan kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hal-hal yang dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan misalnya manajemen partisipatif dan kepercayaan kepada karyawan. Penelitian menunjukkan bahwa variasi tugas, jam kerja mingguan, gaji, keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga, kepercayaan dalam pengembangan karir, keamanan lingkungan pekerjaan, hubungan dengan rekan kerja, usia, dan pendidikan secara signifikan mempengaruhi kepuasan kerja pada PNS di Beijing, China. Motivasi pelayanan publik berpengaruh positif dan signifikan pada kepuasan kerja PNS di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Kepuasan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas kehidupan kerja PNS Pemda Bantul DIY. Ada hubungan positif yang signifkan antara dimensi kualitas kehidupan kerja dan kepuasan kerja. Melalui 52 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 8. Chengedzai Mafini dan Nobukhosi Diodio (2014) 9. Fatihe Kermansaravi, et al (2015) 10. Aksal Umar (2015) 11. Sujaat et.al (2013) 12. Chooran dan Azadehdel (2015) perbaikan kualitas kehidupan kerja dapat dicapai kepuasan kerja. Terdapat hubungan signifikan antara kepuasan kerja dan empat faktor motivasi ekstrinsik yaitu remunerasi, kualitas kehidupan kerja, pengawasan, dan kerjasama tim. Ada korelasi yang signifikan dan positif antara kepuasan kerja dan kualitas kehidupan kerja. Dua komponen yang paling berpengaruh adalah kompensasi yang adil dan memadai dan integrasi sosial. Motivasi yang tinggi cenderung mempengaruhi tingginya tingkat kepuasan kerja. Pengembangan karir mempengaruhi kepuasan kerja PNS . Ada hubungan positif antara pengembangan karir dan kepuasan kerja karyawan. Karyawan puas dengan kegiatan pengembangan karir yang ditawarkan organisasi mereka. Ada korelasi signifikan antara kualitas kehidupan kerja dan kepuasan kerja para manajer perusahaan asuransi di Iran, dimensi yang paling berpengaruh adalah kesempatan untuk berkembang dan keamanan kerja. 3.6. Kerangka Pemikiran Kualitas Kehidupan Kerja H1 X1 Motivasi Kerja X2 H2 Kepuasan Kerja Y Pengembangan Karir X3 H3 H4 X1 (kualitas kehidupan kerja) mempengaruhi Y (kepuasan kerja) X2 (motivasi kerja) mempengaruhi Y( kepuasan kerja) 53 http://digilib.mercubuana.ac.id/ X3 (pengembangan karir) mempengaruhi Y (kepuasan kerja) X1, X2, X3 secara simultan mempengaruhi Y (kepuasan kerja) 3.7. Hipotesis Hipotesis yang dapat dirumuskan berdasarkan identifikasi masalah diatas adalah sebagai berikut : H1 : kualitas kehidupan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. H2 :Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. H3 :Pengembangan karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. H4 :Kualitas Kehidupan Kerja, motivasi kerja dan pengembangan karir berpengaruh positif dan signifikan kepuasan kerja. 54 http://digilib.mercubuana.ac.id/ secara simultan terhadap