Treatment of Herpes Simplex Labialis in Macule And

advertisement
Treatment of Herpes Simplex Labialis in Macule
And Vesicle Phases With Photodynamic Therapy
Report of two cases
Disusun Oleh:
Henry Fuji Antoni
Lindari Latifah Nurul Rahmah
Monica Cassandra Calista
Rosyid Hanung Pinurbo
Pembimbing & Moderator : drg. Restian Febi
Andini
Group 6
PENDAHULUAN
HERPES
SIMPLEX
VIRUS
TERAPI
Medika
mentos
a
HSV
2
HSV
1
SUPOR
TIF
HERPES
LABIALIS
Photodynami
c Therapy
THE CASE
KASUS 1
Wanita, 28th
Pemeriksaan Subjektif
1. CC: Pasien datang dengan keluhan adanya rekurensi herpes
labialis di bagian bibir bawah.
2. PI: Tidak disertasi rasa sakit. Jarak dari gejala prodormik hingga
muncul lesi sekitar 7 jam. Belum dilakukan pengobatan pada lesi.
3. PMH: Pernah menderita herpes sebelumnya.
4. PDH: tidak diketahui.
5. SH: tidak diketahui.
Pemeriksaan
Objektif
Hasil pemeriksaan intra oral
tampak lesi vesikel pada bibir
bawah.
THE CASE
KASUS 2
Wanita, 30th
Pemeriksaan Subjektif :
1. CC: Pasien datang dengan keluhan rekurensi herpes labialis di
bagian bibir bawah.
2. PI: Terasa sakit ringan sebelum dilakukan pengobatan. Jarak dari
gejala prodormik hingga terbentuk makula sekitar 2 jam. Telah
diberikan pengobatan acyclovir sejak gelaja prodormik muncul.
3. PMH: Pernah menderita herpes sebelumnya.
4. PDH: tidak diketahui.
5. SH: tidak diketahui.
Pemeriksaan Objektif :
Terdapat lesi makula kemerahan
pada bagian vermilion bibir
bawah.
PENATALAKSANAAN KASUS
PHOTODYNAMIC THERAPY
1. Vesikel ditusuk dengan jarum steril untuk mengeluarkan cairan.
2. Cairan yang keluar ditahan dengan menggunakan kassa steril.
3. Pengaplikasian Methylene Blue solution (Photosensitizer) 0,005%
4. Pre-iradiasi 5 menit
5. Irradiation laser 660nm, with the parameters: 100 mW, 120 J/cm2; 4.8
J/point selama 2 menit.
6. Sehari
setelahnya
tampak krusta muncul.
KASUS 1
24
48
PENATALAKSANAAN KASUS
PHOTODYNAMIC THERAPY
1. Pemakaian acyclovir 5% sejak gejala prodormal.
2. Pengaplikasian Methylene Blue solution (Photosensitizer) 0,005%.
3. Pre-iradiasi 5 menit.
4. Irradiation laser 660nm, with the parameters: 100 mW, 120 J/cm2; 4.8
J/point selama 2 menit.
5. Melanjutkan terapi dengan acyclovir tiap 4 jam.
KASUS 2
24 h after PDT
PEMBAHASAN
Infek
si
Jamu
r
Herpes
Simpleks
Labialis
Bakte
ri
Viru
s
HSV 1
HSV 2
Bermanifestasi
di bagian
tubuh
pinggang ke
atas
Bermanifestasi
di bagian
tubuh
pinggang ke
bawah
PEMBAHASAN
Herpes Simpleks Labialis
 Bentuk herpes orofasial yang paling sering terjadi
pada
makulaHSV-1
eritema
vesikel
erosi
krusta
HSV terbagi menjadi 3 fase yaitu fase primer, laten dan
rekuren.
• Fase primer: Virus herpes simpleks bertahan di ganglia saraf
sensoris. Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat
sekitar tiga minggu dan sering disertai gejala sistemik.
• Fase laten: penderita tidak mengalami gejala klinis, HSV masih
dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion
sensorik.
• Fase rekuren: HSV yang semula tidak aktif di ganglion sensorik
PEMBAHASAN
Herpes Simpleks Labialis
 Pengobatan yang diberikan
1. Terapi Suportif : diet tinggi kalori dan protein,
istirahat yang cukup, obat kumur antideptik, serta
isolasi agar tidak terjadi penularan virus.
2. Terapi medikamentosa : immunomodulator,
antipireutik, analgesik untuk penanganan gejala
prodormik. Obat antivirus untuk penghambatan virus
berkembang.
3. Terapi Photodynamic
PEMBAHASAN
PHOTODYNAMIC THERAPY
 Terapi photodynamic merupakan teknik terapi yang
mengkombinasikan akumulasi photosensitizer pada
sel target dengan penyinaran, serta oksigen.
 Photosensitizer adalah bahan kimia
yang akan diaktifkan oleh laser
untuk merusak
sel target.
 Persyaratan
sebuah
photosensitizer
optimal harus baik secara fisik, kimia,
dan biologi. Photosensitizer harus
non-toksik, dan hanya bersifat
toksisitas lokal setelah diaktifkan oleh
Photosensitizer yang biasa digunakan: Chlorines,
penyinaran laser
Porphyrines (Asam Aminolevulinic, Porfirmer Sodium,
Hematophorfirin), Xanthenes, Phenothiazine
(Methylene Blue)
PEMBAHASAN
PHOTODYNAMIC THERAPY
 Mekanisme: Photosensitizer dimasukkan kedalam tubuh /
lesi target, kemudian dilakukan penyinaran. Radiasi yang
diberikan akan menembus jaringan tubuh, menyebabkan
photosensitizer tereksitasi yang kemudian akan bereaksi
dengan molekul oksigen dan substrat serta menghasilkan
yang : sangat sitotoksik menyebabkan kerusakan
 spesi
Keuntungan
mikroorganisme
pada sel
target.
• Tidak memiliki
efek
samping
• Non invasif
• Hanya memerlukan waktu singkat
• PDT dapat diulang berkali-kali pada tempat ya
sama jika diperlukan
Menimbulkan bekas
 Jika• dibandingkan
obat minimal
antiviral, Penggunaan obat
dalam jangka panjang bisa menimbulkan resistensi serta
efek samping bagi pasien. Arduino dan Porter
menjelaskan, acyclovir efektif dalam mengurangi durasi
PEMBAHASAN
KASUS – Photodynamic Therapy
 Photosensitizer yang digunakan pada kasus adalah
Methylene Blue. MB efektif terhadap inaktivasi
virus. Telah terbukti dari beberapa penelitian
dengan tingkat keberhasilan tinggi.
 Pada kasus menunjukkan bahwa dengan terapi ini
dapat membantu dalam pengobatan herpes labialis.
a. Kasus 1 menunjukkan perubahan lesi 2 hari tanpa
mengeluhkan
rasa sakit. perubahan signifikan dengan
b. Kasus 2 menunjukkan
kombinasi Photodynamic therapy dan obat topikal
acyclovir setelah 1 hari dilakukan terapi dan tanpa
keluhan. Obat topikal seperti acyclovir bisa tetap
dipergunakan
untuk
membantu
mempercepat
kesembuhan seperti yang terjadi pada kasus ke 2.
SIMPULAN
Pengobatan herpes labialis bisa dilakukan dengan
terapi suportif maupun penggunaan obat antivirus
baik
lokal
maupun
sistemik.
PDT
merupakan
pengobatan inovatif yang dapat menyembuhkan
Herpes Labialis. Terapi ini menggunakan teknik
penyinaran
laser
mikroorganisme
yang
pada
selektif
sel
untuk
target.
merusak
Keberhasilan
Photodynamic Therapy telah terbukti pada kasus ini
dimana penyembuhan terjadi lebih cepat tanpa
THANK
YOU
METHYLENE BLUE ABSORPTION
SPECTRUM
Download