BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan Latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi berasal dari akar kata dalam bahasa Latin Communico yang artinya membagi. Peran komunikasi sangat penting sesuai dengan fungsi komunikasi yang bersifat persuasif, edukatif dan informatif. Tanpa komunikasi maka tidak akan terjadi proses interaksi saling tukar pengetahuan, pengalaman, pendidikan, persuasi, informasi. Proses penyampaian pesan/informasi tersebut pada umumnya berlangsung dengan melalui suatu media komunikasi. MT.Myers dan G.E Myers ( 1987) mengatakan bahwa, Komunikasi merupakan unsur pengikat berbagai bagian yang saling tergantung dari sistem. Tanpa komunikasi tidak akan ada aktivitas yang terorganisir. Komunikasi memungkinkan struktur organisasi berkembang dengan memberikan alat-alat kepada individu-individu terpisah untuk mengkoordinir aktivitas mereka sehingga tercapai sasaran bersama. Menurut, Rogers dan Kincaid, dalam Cangara. Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku. Kemudian dikembangkan menjadi, 10 11 komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.1 Komunikasi dimaksudkan untuk proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan, dimana suatu ide atau pikiran ditransfer satu sama lain untuk menyatukan pengertian dan perubahan tingkah laku yang diinginkan oleh keduanya. 2.1.1 Unsur-unsur Utama Komunikasi Komunikasi memiliki tujuh unsur utama. Ketujuh unsur organisasi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pengirim Pengirim adalah orang yang memiliki informasi dan kehendak untuk menyampaikan kepada orang lain. Pengirim atau komunikator dalam organisasi bisa karyawan atau pimpinan. 2. Penyandian ( encoding ) Penyandian merupakan proses mengubah informasi kedalam isyaratisyarat atau simbol-simbol tertentu untuk transmisikan. Proses penyandian ini dilakukan oleh pengirim. 1 Lukiati Komala,. Ilmu Komunikasi Perspektif., proses dan konteks. Bandung: 2009 hal 15 12 3. Pesan Pesan adalah informasi yang hendak disampaikan pengirim kepada penerima. Sebagian besar pesan dalam bentuk kata baik berupa ucapan maupun tulisan. Akan tetapi beraneka ragam perilaku nonverbal dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, seperti gerakan tubuh, raut muka dan lain sebagainya. 4. Saluran Saluran atau sering disebut dengan media adalah alat dengan mana pesan berpindah dari pengirim ke penerima. Saluran merupakan jalan melalui mana informasi secara fisik disampaikan. Saluran yang mendasar dari komunkasi antarpribadi adalah berupa komunikasi berhadapan muka secara langsung. Beberapa saluran media utama seperti televisi, radio, jaringan komputer, surat kabar, majalah, buku dan lain sebagainya. 5. Penerima Penerima adalah orang yang menerima informasi dari pengirim. Penerima melakukan proses atas informasi yang diterima dari pengirim. 6. Penafsiran ( decoding ) Penafsiran adalah proses menterjemahkan ( menguraikan sandi-sandi ) pesan dan pengirim, seperti mengartikan huruf morse dan sejenisnya. Sebagai besar proses decoding dilakukan dalam bentuk menafsirkan isi pesan oleh penerima. 13 7. Umpan Balik ( Feedback ) Umpan balik pada dasarnya merupakan tanggapan penerima atas informasi yang disampaikan pengirim. Umpan balik hanya terjadi pada komunikasi dua arah. 8. Gangguan ( noise ) Gangguan adalah setiap factor yang menggangu penyampaian atau penerimaan pesan dari pengirim kepada penerima. Gangguan dapat terjadi pada setiap elemen dari komunikasi.2 Oleh karena itu, unsur yang harus ada apabila melakukan komunikasi tidak terlepas dari pesan yang akan disampaikan dari komunikator kepada komunikan, dan menggunakan media apakah dalam menyampiakan pesan tersebut. Setelah pesan itu sampai dari komunikator kepada komunikan, Selanjutnya bagaimana komunikan menafsirkan pesannya dan apabila komunikan dapat mengartikan pesan tersebut kemudian terbentuklah feedback. Apakah feedback tersebut sampai kepada komunikator kembali tergantung dari noise yang dapat terjadi pada setiap elemen komunikasi, dan begitu seterusnya. 2 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hal. 6264 14 2.2 Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi merupakan komunikasi yang dilakukan antarpribadi dalam kelompok formal/organisasi sesuai dengan tuntutan struktur dan tata kerja organisasi. Aktivitas yang berlangsung dapat berupa tatap muka atau melalui media, membutuhkan umpan balik melalui struktur organisasi/formal.3 Organisasi merupakan suatu tatanan yang terdiri dari sekolompok orang yang berkomunikasi di dalamnya, oleh sebab itu untuk mengoptimalkan komunikasi tersebut dapat dipastikan harus ada timbal balik/ feed back. Melalui berbagai saluran untuk berkomunikasi seperti berkomunikasi secara langsung ataupun dengan menggunakan media tertentu. Zelko dan Dance mempersepsikan Komunikasi Organisasi sebagai: “Komunikasi organisasi adalah suatu system yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal dalam organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatanya”. 4 Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya, seperti komunikasi dalam penjualan hasil produksi, pembuatan iklan, dan hubungan dengan masyarakat umum. Kemudian bersama Leisker, mereka menambahakan satu dimensi lagi dari komunikasi organisasi yaitu dimensi komunikasi pribadi diantara sesama anggota organisasi 3 4 Alo Lilweri. Wacana Komunikasi Organisasi. Mandar Maju. Bandung, 2004, hal 59 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, PT Bumi Aksara. 2005, hal 66 15 yang berupa pertukaran secara informal mengenai informasi dan perasaan diantara sesama anggota organisasi.5. Menurut Kohler, Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Oleh karna itu, para pemimpin organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka. Untuk memahami komunikasi dengan mudah perlu mengetahui konsepkonsep dasar komunikasi. Komunikasi dalam organisasi memiliki peranan sentral. Karena dengan komunikasi setiap unit dalam struktur, orang dapat dihubungkan, pengorganisasian sangat menentukan kelancaraan pelaksanaan tugas manajemen. Jadi pengorganisasian sebagi fungsi dari manajemen tidak lain adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, tugas dan tanggung jawab serta wewenang sedemikian rupa. Sehingga tercipta suatu tatanan yang dapat digerakkan sebagai kesatuan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pandangan ini menggambarkan betapa komunikasi itu merupakan suatu kekuatan “ kekuatan yang luar biasa” dalam kehidupan organisasi. Bayangkan, jika salah dalam pemberian instruksi, salah dalam penafsiran perintah atau tugas dari atasan maka akan menjadi fatal dalam mekanisme kerja organisasi atau perusahaan. 5 Khomsahrial Romli. Komunikasi Organisasi Lengkap. Grasindo: Jakarta. 2011 hal : 11-12 16 Menurut R .Wayne Pace dan Don F. Faules mengklasifikasikan definisi komunikasi organisasi menjadi dua, yakni definisi fungsional dan definisi interpretative. Definisi fungsional komunikasi organisasi adalah sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan – hubungan hirarki antara satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Sedangkan definisi interpretative, komunikasi organisasi cenderung menekankan pada kegiatan penanganan – pesan yang terkandung dalam suatu” batas organisasional (organization boundary)”. Dengan kata lain, definisi interpretatif komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. Jadi, perspektif interpretatif menekankan peranan “orang-orang” dan “proses” dalam penciptaan makna.6 Berkaitan dengan pembahasan diatas, komunikasi organisasi memiliki dua penjabaran yaitu berkaitan di unit-unit komunikasi itu sendiri seperti dalam struktur organisasi/perusahaan dan bagaimana orang-orang didalam organisasi dapat menafsirkan pesan atau interaksi untuk menciptakan dan memelihara organisasi. Goldhaber, memberikan definisi komunikasi organisasi berikut, “ organizational coomunications is the process of creating and exchanging messages within a network of interdependent relationship to cope with 6 R. Wayne F. Faulus, Komunikasi Organisasi Startegi Meneingkatkan Kinerja Perusahaan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hal 267 17 environmental uncertainly”. Atau dengan kata-kata lain komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah. 7 Unit mendasar dalam komunikasi organisasi, adalah seseorang dalam suatu jabatan. Orang bisa disosialisasikan oleh jabatan, menciptakan suatu lingkaran yang lebih sesuai dengan keadaan jabatan, pada saat yang sama jabatan tersebut dipersonalisasikan, menghasilkan figure atau gambar yang sesuai dengan orang tersebut. Dalam organisasi komunikasi diklasifikasikan dalam berbagai kategori untuk tujuan studi analisa, penjelasan, dan perbandingan. Ada lima penggolongan komunikasi dalam organisasi yang dipakai, yaitu:8 a. Komunikasi Lisan dan Tulisan Dasar penggolongan komunikasi lisan dan tertulis ini adalah bentuk pesan yang akan disampaikan. Banyak bentuk komunikasi ; terutama komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) ; disampaikan secara lisan maupun tertulis. karena sebagian besar interaksi manusia terjadi dalam bentuk ini. Banyak faktor yang menentukan pemilihan diantara kedua bentuk komunikasi ini untuk digunakan dalam situasi tertentu. Pertimbangan, waktu, biaya, ketepatan, 7 Khomsahrial Romli, Komunikasi organisasi lengkap, PT Grasindo, 2011, Hal 13 Abdullah Masmuh. Komunikasi Organisasi Dalam Perspektif Teori dan Praktek.UMM Press: 2010. Hal 7 - 22 8 18 preferensi pribadi, keterampilan berkomunikasi individual, sumber-sumber, daya yang tersedia, dan pertimbangan lain menjadi kriteria pengambilan keputusan dalam memilih pesan – pesan akan disampaikan dalam bentuk lisan atau tulisan. b. Komunikasi Verbal dan Non Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata- kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun tulisan. Kemampuan menggunakan komunikasi verbal secara efektif adalah penting bagi administrator dan manajer. Dengan adanya komunikasi verbal memungkinkan pengidentifikasi tujuan, pengembangan strategi dan tingkah laku mencapai tujuan. Komunikasi verbal dapat dibedakan menjadi dua yaitu komunikasi lisan sebagai suatu proses dimana seseorang pembicara berinteraksi secara kisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Sedangkan komunikasi tulisan apabila keputusan yang akan disampaikan oleh pemimpin itu disandikan dalam simbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau pada tempat lain yang bisa dibaca, kemudian dikirimkan kepada karyawan yang dimaksudkan. komunikasi tertulis ini dapat berupa memo, surat, buku petunjuk, gambar, laporan sedangkan komunikasi lisan dapat bentuk percakapan interpersonal secara tatap muka atau melalui telepon, radio, televisi dan lain-lain. Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan 19 jarak dan sentuhan. Atau dapat juga dikatakan bahwa semua kejadian disekeliling situasi komunikasi yang tidak berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan. Dengan komunikasi non verbal orang dapat mengekpresikan perasaan melalui ekspresi wajah dan anada atau kecepatan berbicara. c. Komunikasi Ke Bawah, Ke Atas dan Ke Samping 1. Komunikasi ke bawah Komunikasi kebawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Komunikasi ke bawah mempunyai fungsi pengarahan, perintah, indoktrinasi, inspirasi dan evaluasi. Perintah atau instruksi biasanya menjadi lebih terperinci dan spesifik karena diinterpetasikan oleh tingkatan manajemen yang lebih rendah. Manajer – manajer pada setiap tingkatan bertindak sebagai penyaring (filter) dalam menentukan seberapa banyak informasi yang mereka terima dari pimpinan yang lebih tinggi yang akan diteruskan kepada bawahannya. disamping perintah instruksi, komunikasi kebawah juga berisi informasi mengenai tujuan organisasi, kebijaksanaan – kebijaksanaan perusahaan, peraturan, pembatasan, insentif, tunjangan, dan hak – hak karyawan. Dan akhirnya, bawahan dapat menerima umpan balik tentang seberapa jauh mereka telak melaksankan pekerjaan mereka dengan baik. 20 2. Komunikasi Ke Atas Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir setingkat yang lebih rendah (bawahan) ketingkat yang lebih tinggi (penyelia). Semua pegawai dalam sebuah organisasi, kecuali mungkin mereka yang menduduki posisi puncak, mungkin berkomunikasi ke atas yaitu, bawahan dapat mempunyai alasan yang baik atau meminta informasi dari atau memberi informasi, pemahaman kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi daripada nya. Suatu permohonan atau komentar yang diarahkan kepada individu yang otoritasnya lebih besar, lebih tinggi, atau lebih luas merupakan esensi komunikasi ke atas. 3. Komunikasi Horizontal Komunikasi ke samping (lateral communication) terjadi antara dua pejabat atau pihak yang berada dalam tingkatan hierarki wewenang yang sama (komunikasi horizontal) atau antara orang atau pihak pada tingkatan yang berbeda yang tidak mempunyai wewenang langsung terhadap pihak lainnya (komunikasi diagonal). Komunikasi ke samping terjadi secara teratur di antara karyawan yang bekerja bersama dalam suatu tim, diantara para anggota kelompok karyawan yang berbeda para anggota departemen atau bagian yang secara fungsional terpisah, dan di anatar karyawan lini dan staff. Jadi pola komunikasi ke samping sangat berkaitan erat dengan aliran kerja dalam suatu organisasi. 21 d. Komunikasi Formal dan Informal Komunikasi formal terjadi di antara karyawan melalui garis kewenangan yang telah ditetapkan oleh manajemen. Dari kewenangan ini merupakan sistem urat syaraf yang menyediakan saluran-saluran dimana kerja, instruksi dan gagasan dan umpan balik mengenai pelaksanaan pekerjaan bawahan disampaikan kebawah dari pimpinan yang lebih tinggi ke karyawan bawahnnya. Komunikasi formal juga menetapkan saluran dimana komunikasi ke atas berlangsung, misalnya: bawahan dapat didorong untuk menyatakana ide-ide, sikap dan perasaan mereka sendiri, pekerjaan mereka, kebijaksanaan perusahaan dan masalah-maslah sejenis yang melibatkan mereka. Dalam menggunakan komunikasi informal ini, sangat penting bagi manjamen menciptakan kondisi yang menyenangkan terjadinya komunikasi ke atas muapun komunikasi ke samping. komunikasi kesamping yang terjadi diantara karyawan pada tingkatan yang relative sama dalam mengkoordinasikan kegiatan mereka dan membantu interaksi diantara mereka dalam pelaksanaan tugas pekerjaan. Sedangkan dalam komunikasi informal terjadi di antara karyawan dalam suatu organisasi yang dapat berinteraksi secara bebas satu sama lain terlepas dari kewenangan dan fungsi jabatan mereka. Biasanya komunikasi informal melalui tatap muka langsung dan pembicaraan lewat telepon. Komunikasi informal terjadi sebagai perwujudan dari keinginan manusia untuk bergaul (sosialisasi) dan keinginan untuk menyampaikan informasi yang dipunyainya dan dianggap tidak dipunyai oleh rekan sekerjanya. Meskipun hubungan yang terjadi dalam komunikasi informal ini mengikuti pola yang bebas 22 dari pengaruh organisasi formal, akan tetapi komunkasi informal merupakan saluran yang terpenting karena menyebar keseluruh bagian dalam organisasi tanpa memperhatikan struktur dan saluran komunikasi formal. e. Komunikasi Satu Arah dan Dua Arah 1. Komunikasi Satu Arah Jenis komunikasi satu arah ini menghilangkan kesempatan untuk memperoleh penjelasan dan konfirmasi. Jenis komunikasi ini hanya menekankan penyampaian pesan. Komunikasi satu arah mempunyai keuntungan dan kerugian. Jenis komunikasi satu arah cepat penyampainnya, dan menghemat waktu dan biaya. Pengiriman pesan merasa puas tidak adanya kesempatan bagi komunikan untuk mempertanyakan informasi yang dikirimkan sehingga dapat melindungi atau menutupi kelalaian dan kesalahan yang mungkin dilakukannnya. Namun komunikasi searah ini sangat tidak memuaskan penerima pesan yang tidak mempunyai kesempatan untuk memperoleh penjelasan atas pesan yang dikirmkan. Penerima pesan dibiarkan dalam keadaan ketidakjelasan, yang dalam kebanyakan kasus dihilangkan dengan cara menerima pesan tersebut begitu saja. Ini merupakan teknik psikologis yang digunakan oleh banyak biro-biro jasa periklanan untuk memberikan suatu pengaruh terhadap konsumen. 23 2. Komunikasi Dua Arah Komunikasi dua arah mempunyai suatu system umpan balik yang terpasang tetap tetap (built-in sytem of feed back) didalamnya, yang memugkinkan komunikator dapat memperoleh umpan balik pesan yang disampaikan. Jenis komunikasi ini menjamin informasi dan penjelasan lebih lanjut akan diberikan dan tersedia setiap saat dibutuhkan. Contoh dari jenis komunikasi ini adalah seminar bisnis, kelompok – kelompok partisipatif, dan dalam batas-batas tertentu adalah kuliah dalam kelas. Kerugian komunikasi dua arah adalah lambat, memakan banyak waktu, dan ada kemungkinan kurang effisien karena dapat memberikan kepuasan yang berlebihan kepada penerima pesan yang mempunyai kesempatan untuk memahami pesan yang dikirmkan sepenuhnya. Dan perlu diingat bahwa tidak setiap orang menyukai bertinteraksi. Lima penggolongan komunikasi didalam organisasi sangat mendukung untuk keteraturan manajemen disetiap bagiannya didalam berkomunikasi seperti komunikasi keatas, kebawah dan kesamping, biasanya komunikasi tersebut dilakukan oleh atasan ke bawahan, bawahan ke atasan atau bahwan kebawahan ada juga atasan ke atasan. Selain itu komunikasi formal dan informal, Komunikasi formal dilakukan pada saat didalam perusahaan berdasarkan garis kewenangan yang telah ditetapkan 24 manajemen, sedangkan informal biasanya dilakukan oleh sesama karyawan tanpa melihat pangkat atau jabatan dilakukan secara bebas. Selanjutnya komunikasi dua arah dan satu arah, komunikasi satu arah berarti komunikan harus menerima pesan dari komunikator. Sedangkan komunikasi dua arah dimana adanya feed back dari komunikan kepada komunikator . Berbagai macam cara yang dilakukan dalam berkomunikasi didalam organisasi/perusahaan, hal itu tentunya mempermudah bagaimana cara kita berinteraksi didalam struktur organisasi, seperti berkomunikasi secara lisan dan tulisan, komunikasi satu arah atau dua arah, komunikasi ke atas kesamping dan ke bawah selanjutnya formal dan informal dan yang terakhir verbal dan non verbal. 2.3 Komunikasi Internal Komunikasi yang berlangsung antara orang-orang yang berada dalam organisasi. Di dalam struktur organisasi terdapat jenjang kepangkatan dan kekuasaan yang berbeda. Dengan demikian, komunikasi yang dilaksankannya pun akan beragam dan berbeda-beda.9 Dengan begitu dibutuhkannya pengelolaan komunikasi di dalammya. Manajemen adalah sistem yang berfungsi untuk mengelola sesuatu. 9 Yenny Ratna S, Soleh Soemirat dan Elvarino Ardianto. Komunikasi Organisasional. Universitas Terbuka.2004. Jakarta . hal. 12 25 Manajemen didefinisikan oleh R. Terry sebagai : “Management is a distinct process consiting of planing, organizing, actuating, and controlling performance to determine an accomplish stated objective by the use human being and other resource”.10 Yang artinya, Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya. Melalui pengelolaan atau manajemen komunikasi yang baik, suatu organisasi harus menyelenggarakan komunikasi internl yang memadai, karena fungsi dan peran manajemen adalah membuat semua staffnya happy. Oleh karena itu komunikasi internal bukan hanya memperlancar, tetapi justru menggerakan organisasi. Tugas pimpinan adalah mengusahakan system komunikasi yang baik, meninggalakan kegiatan umum dan merumuskan sasaran-sasaran organisasi. Menurut Lawrence D. Brennan, mendefinisikan komunikasi internal sebagai: “ Interchange of ideas among the administrator and its particular structur (organization) and interchange of ideas horizontally and vertically within the firm which gets work done (operation and management) .” Petukaran gagasan diantara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan management)”.11 10 George Terry. Principle of management.Homewood Illnios, Record D Irwin, 7rd Edition.1977 hal. 4 11 Onong Uchjana Effendy. Komunikasi Teori dan Praktek. Rosda Karya. 2011. Bandung. Hal 122 26 Organisasi sebagai kerangka (framework) menunjukkan adanya pembagian tugas antara orang-orang didalam organisasi itu dan dapat diklasifikasikan sebagai tenaga pimpinan dan tenaga yang dipimpin. Untuk menyelenggarakan dan mengawasi pelaksanaan tujuan yang akan dicapai, manajer atau administrator mengadakan peraturan sedemikian rupa sehingga ia tidak perlu berkomunikasi langsung dengan seluruh karyawan. Dengan dibuatnya kelompokkelompok menurut jenis pekerjaannya dan mengangkat orang sebagai penanggung jawab, jadi pimpinan cukup berkomunikasi dengan para penanggung jawab kelompok. Untuk memperoleh kejelasan, Komunikasi internal dibagi menjadi dua dimensi dan dua jenis, yaitu:12 a. Dimensi Komunikasi Internal Dimensi komunikasi internal terdiri dari komunikasi vertical dan horizontal. 1) Komunikasi Vertikal Komunikasi vertical, yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dari bawah ke atas (upward communication), adalah komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawaham kepada pimpinan secara timbal balik (two – ways traffic communication). Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjukpetunjuk, informasi-informasi, penjelasan-penjelasan, dan lain-lain kepada bawahannya. Dalam pada itu, bawahan memberikan laporan-laporan 12 Ibit. Hal 122 27 saran-saran, pegaduan-pengaduan dan sebagainya kepada kepada pimpinan. Menurut konsep Profesor Harry Ingham, yang dikenal sebagai Johari Window. Untuk memperoleh kejelasan mengenai hubungan komunikatif yang bagaimana sebaiknya antara pimpinan (komunikator) dengan staf atau bawahan (komunikan). Dapat digambarkan tingkah laku manusia secara skema seperti dibawah ini. I II OPEN AREA BLIND AREA Knows by ourselves and known by other III Known by others not known by ourselves IV HIDDEN AREA UNKNOWN AREA Known by ourselves but not known by other Not known by ourselves and not known by others Area I, yakni Open Area atau bidang terbuka menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seseorang didasari sepenuhnya oleh yang bersangkutan, juga orang lain. Ini berarti adanya keterbukaan atau, dengan perkataan, tidak ada yang disembunyikan kepada orang lain. Area II, yakni Blind Area I atau bidang buta menggambarkan bahwa perbuatan seseorang diketahui oleh orang lain, tetapi dirinya sendiri tidak menjyadari apa yang dilakukannya. 28 Area III, yaitu Hidden Area atau Bidang tersembunyi, adalah kebalikan dari Area II, yakni bahwa yang dilakukan olehseseorang disadari sepenuhnya olehnya, tetapi orang lain tidak dapat mengetahuinya. Ini berarti bahwa orang bersikap tertutup. Ia merasa bahwa apa yang dilakukannya tidak perlu diketahui oleh orang lain. Area IV, Unknown Area. Bidang tidak dikenal yang menggambarkan bahwa tingkah laku seseorang tidak disadari oleh dirinya sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain. 2) Komunikasi horizontal Komunikasi horizontal ialah komunikasi mendatar, antar anggota staf dengan anggota staff, karyawan sesama karyawan, dan sebagainya. Berbeda dengan komunikasi vertikal yang sifatnya lebih formal, komunikasi horizontal sering kali berlangsung tidak formal. Mereka berkomunikasi satu sama lain bukan pada waktu mereka sedang kerja, melainkan pada saat istirahat, sedang rekreasi atau pada waktu pulang kerja. Dalam situasi ini, desas-desus cepat sekali menyebar dan menjalar, menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan yang merugikan mereka. b) Jenis Komunikasi Internal Komunikasi internal meliputi berbagai cara yang diklasifikasikan menjadi dua jenis, yakni: - Komunikasi persona (personal communication) 29 - Komunikasi Kelompok (group communication) 1) Komunikasi persona (personal communication) Komunikasi persona ialah komunikasi antara dua orang dan dapat berlangsung dua cara: a. Komunikasi tatap muka (face to face communication) b. Komunikasi bermedia (mediated communication) Komunikasi persona tatap muka berlangsung secara dialogis sambil menatap sehingga terjadi kontak pribadi (personal contact). Sedangkan komunikasi persona bermedia adalah komunikasi menggunakan alat, umpamanya telepon atau memorandum. Karena melalui alat, maka antara kedia orang tersebut tidak terdapat kontak media. 2) Komunikasi kelompok (group communication) Komunikasi kelompok ialah komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang dalam situasi tatap muka. Kelompok ini bisa kecil, dapat juga besar, tetapi berapa jumlah orang yang termasuk kelompok kecil dan berapa jumlahnya yang termasuk kelompok besar tidak ditentukan dengan perhitungan secara eksak, dengan ditentukan berdasarkan ciri dan sifat komunikan dalam hubungannya dengan proses komunikasi. Seperti halnya dengan komunikasi antarpesona, yang dimaksudkan dengan komunikasi kelompok di sinilah komunikasi tatap muka, 30 seperti komunikasi yang terjadi dalam rapat, briefing, brainstorming, dan upacara bendera. a) Komunikasi kelompok kecil (small group communication) Komunikasi kelompok kecil ialah komunikasi antara seorang manajer atau administrator dengan sekelompok karyawan yang memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi salah seorang untuk memberikan tanggapan secara verbal. b) Komunikasi kelompok besar (large group communication) Kelompok besar adalah kelompok komunikan yang karena jumlahnya yang banyak, dalam suatu situasi komunikasi hamper tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal. Menurut Peter Ducker, sang Manajemen Guru Dunia mengatakan bahwa suatu organisasi itu adalah human community (komunitas manusia) yang berinteraksi lebih dari 8 jam sehari, yang memerlukan kontribusi setiap individu dalam fungsi masing-masing untuk meraih kesuksesan.13 Kontribusi yang diberikan oleh orang-orang yang berada didalam suatu perusahaan sangatlah penting, karena tanpa kontribusi yang besar dalam perusahaan akan sulit mendaptkan kesuksesan. Oleh sebab itu komunitas manusia salah satu kontribusi terbesar dalam organisasi. 13 Agung laksaman. Internal Public Relations.Republika. 2010. Jakarta. Hal 14 31 Aspek - aspek penting dalam kinerja informasi serta menterjemahkan visi, misi, perusahaan melalui alat/saluran komunikasi yang paling efektif. Fungsi dan tugas itu antara lain: a. Membangun dan membina hubungan dengan internal dan stakeholder-nya. b. Mengembangkan strategi bisnis, mendukung keputusan bisnis serta memberi saran kepada manajemen. c. Pembawa perubahan, mengkomunikasikan perubahan, mempengaruhi dan merubah sikap, serta mengadopsi best practice. d. Mendukung proses bisnis eksternal seperti dalam proses staff recruitment, termasuk menjadi pendukung utama terhadap etika bisnis, akuntabilitas dan transparansi. e. Mendidik serta memberi penjelasan tentang issue kepada stakeholders, menjadi kunci utama internal dalam menjelaskan issue yang kompleks serta resiko f. Menganjurkan partisipasi dari setiap grup stakeholder. 2.4. Public Relations Public Relations (PR) membantu masyarakat kita yang kompleks dan pluralistic untuk menentukan keputusan dan menjalankan fungsi secara lebih efektif dengan memberikan kontribusi pemahaman bersama di antara kelompok dan institusi. PR berfungsi untuk menyelaraskan kebijakan public dan privat. 32 PR melayani berbagai macam institusi di dalam masyarakat, seperti institusi bisnis, serikat perdagangan, agen pemerintah, asosiasi sukarela, yayasan, rumah sakit, sekolah perguruan tinggi dan institusi religius. Untuk meraih hubungan ini, institusi-institusi tersebut harus mengembangkan hubungan yang efektif dengan banyak audiens atau public yang berbeda-beda, seperti karyawan, konsumen, komunitas local, shareholder, dan isntitusi lain dan dengam masyarakat yang lebih luas.14 Seorang PR officer, dengan berhubungan baik diantara public yang berbeda-beda akan menjaga keharmonisan di internal maupun ekternal perusahaan, karena PR bergerak diberbagai macam institusi didalam masyarakat oleh sebab itu hubungan yang baik sangat diterapkan bagi seorang PR. Fungsi PR didalam organisasi adalah mengkomunikasikan, upaya, perintah, informasi dan sebagainya dari pimpinan kepada karyawan. Demikian juga humas menyampaikan apa yang dikeluhkan, dan menjadi saran dari karyawan pada manajemen salah satunya adalah pimpinan. Gaya kepemimpinan yang berbeda membutuhkan adaptasi PR untuk mengkomunikasikan kepada karyawan. Karena PR harus dapat berdaptasi dengan gaya kepemimpinan yang bermacam-macam dan PR harus mampu menyampaikan kepada bawahan atau karyawan didalam organisasi yang bermacam-macam pula. Oleh sebab itu dibutuhkan kecerdasan seorang PR untuk menyusun pesan, memilih media dan memilih cara komunikasi. 14 Cutlip, M Scott, Allen Center, Glen Broom. Efeective PR. hal 7 33 Berbagai macam definisi Public Relations dari para ahli, menurut definisi Institute of Public Relations (IPR) humas adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.15 Public Relations merupakan suatu perencanaan yang terus menerus, yang dilakukan dalam menciptakan niat baik dan juga saling pengertiaan diantara organisasi dengan publiknya. Oleh karena itu PR yang baik didalam perusahaan dapat menciptakan hubungan yang menunjang citra organisasinya sendiri. The British Institute of Public Relations , berbunyi :16 a. “ Public Relations avtivity is management of communications between an organization and its publics.”( Aktivitas Public Relations adalah mengelola komunikasi antara organisasi dan publiknya) b. “ Public Relations practice is deliberate, planned and sustain effort to establish dan maintain mutual understanding between an organization and its public.” ( Praktik Public Relations adalah memikirkan, merencanakan dan mencurahkan daya untuk membangun dan menjaga saling pengertian antara organisasi dan publiknya). Sebagai pedoman, PR harus berorientasi pada prinsip pelayanan dan mengutamakan kepentingan umum. Public Relations harus berupaya mencari dukungan dari public luar agar sasaran tercapai. Selain itu aktivitas-aktivitas humas memberikan peran yang sangat besar untuk mengelola suatu perusahaan, 15 16 M.Linggar Anggoro. Teori dan Profesi Kehumasan. Bumi Aksara: 2002, hal 2 Rosady Ruslan. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Rajawali Pers: 2010. Hal 15 34 serta perencanaan – perencanaan untuk mencapai tujuan perusahaan yang tidak boleh terlupakan dari seorang PR Officer. Pada dasarnya dalam menunjang keberhasilan mencapai tujuan utama manajemen perusahaan/organisasi – bekerja sama dengan berbagai pihak terkait – seorang praktisi Humas (Public Relations Practioner) harus memiliki beberapa keterampilan khusus diantaranya. a. Sebagai creator : memeliki kreativitas dalam penciptaan suatu gagasan, ide-ide atau buah pemikiran yang cemerlang. b. Conceptor : mempunyai kemampuan (skill) sebagai konseptor dalam penyusunan program kerja kehumasan, dan rencana program lainnya. c. Mediator : kemampuan menguasai teknik komunikasi, baik melalui media secara lisan maupun tertulis dalam penyampaian pesan atau meyalurkan informasi dari lembaga organisasi yang diwakilinya kepada public. d. Problem solver : mampu mengatasi setiap permasalahan yang dihadapinya, baik secara proaktif, antisipatif, inovatif, dinamis dan solutif. Jadi, seorang Manajer Humas/PR seharusnya memiliki kemampuan cukup komplit. dia harus memiliki karakter yang merupakan perpaduan seni dengan professional yang baik dalam kemampuan manajerial, teknis, motivator, 35 komunkator, perencanaan, pelaksanaan dan hingga mengevaluasi program kerja dan sebagainya. Definisi lain tentang Public Relations menurut IPRA (Internasional Public Relations Association ) adalah sebagai berikut : “ Public Relations adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama anatara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengerian, penerimaan dan kerja sama; melibatkan manajemen dalam menghadapi persolaan/permasalahn, membantu manajemen untuk mamapu menanggapi opini pulik; mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai system peringatan dini dalam mengantisipasi kecendrungan penggunaan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama.”17 2.4.1 Fungsi Public Relations Public Relations sesungguhnya sebagai alat manajemen modern secara structural erupakan bagian dari kelembagaan atau organisasi. Artinya PR /Humas bukanlah merupakan fungsi terpisah dari fungsi kelembagaan atau organisasi tersebut alias bersifat melekat pada manajemen perusahaan. Hal tersebut menjadikan Humas / PR dapat menyelenggarakan komunikasi dua arah timbal balik anatara organisasi / lembaga yang diwakilinya dengan publiknya. Menurut Cutlip & Center, and Canfield (1982) fungsi Public Relations dapat di rumuskan, sebagai berikut. 17 Sr Maria Assumpta. Dasar-dasar Public Relations Teori dan Praktek, PT Gramedia, Jakarta, 2002, hal 7 36 1. Menunjang aktifitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi melekat pada manajemen lembaga / organisasi). 2. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran. 3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi, dan tangggapan masyarakat terhadap badan / organisasi yang diwakilinya. 4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbangan kepada pimpinan manajemen. 5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus informasi, publikasi serta peran dari badan/organisasi ke publiknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.18 Definisi lain menurut Edward L.Bernay, dalam bukunya public relations (1952,University of Oklahoma press), terdapat 3 fungsi utama Humas, yaitu : 1. Memberikan penerangan kepada masyarakat. 2. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung. 3. Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbutan suatu badan /lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya. 18 Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1992, hal 36 37 Dari pemaparan definisi dan fungsi di atas bisa kita tarik kesimpulan bahwa ciri khas proses dan fungsi Manajemen Humas (Public Realitions Management), adalah sebagai berikut : 19 - Menunjukan kegiatan tertentu (action) - kegiatan yang jelas (activities), - adanya perbedaan khas dengan kegiatan lain (different), - terdapat sesuatu kepentingan tertentu (important), - adanya kepentingan bersama (common interest), - terdapat komunikasi dua arah timbal balik (reciprocal two ways traffic communication). Public Relations didalam menerapkan manajemen, tidak terlepas dari fungsi dan ciri khas Public Relations itu sendiri hal itu yang membedakan divisi Humas dengan Divisi lainnya dalam pengaplikasiannya. 2.5 Kepemimpinan Seorang pemimpin perusahaan/organisasi harus memiliki sifat kepemimpinan dalam dirinya. Karena kepemimpinan dan organisasi merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Artinya kepemimpinan tanpa organisasi maka aktualisasi diri tidak bisa terekspresikan secara maksimal. Bahkan kemampuan manajerial individu dalam menggerakan orang-orang untuk melakukan aktivitas kelompok tidaklah nampak. Sebaliknya, 19 Ibid Rosady Ruslan Hal 18-19 38 organisasi tanpa ada kepemimpinan maka kegiatan kelompok tidak terarah dan pencapaian tujuan tidak menjadi lebih mudah dan efektif. Itulah sebabnya, kepemimpinan merupakan syarat bagi berlangsungnya kehidupan kelompok atau organisasi yang sehat, sesuai dengan tujuan pembentukan kelompok atau oragnisasi. Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakan dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana atau proses unutk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela/sukacita. Ada beberapa faktor yang dapat menggerakan orang yaitu karena ancaman, penghargaan, otoritas dan bujukan. Selain itu kepemimpinan merupakan aktivitas orang-orang, yang terjadi di antara orang-orang, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk orang-orang sehingga kepemimpinan melibatkan pengikut (followers). Untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama baik pemimpin ataupun pengikut mengambil tanggung jawab pribadi (personal responsibility) untuk mencapai tujuan bersama tersebut. Menurut Joseph C Rost mengatakan kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersama.20 Tanpa seorang pemimpin dalam mencapai tujuan bersama tidak akan berjalan, karena pemimpin merupakan ujung tombak dari sebuah organisasi. Karena dengan adanya pemipin apa saja yang harus dilakukan dapat terlihat jelas 20 Triantoro Safari. Kepemimpinan. Graha Ilmu : Yogyakarta. 2004. Hal 3. 39 dan terarah. Oleh karena itu pemimpin bertujuan untuk mempengaruhi diantara pemimpin dan bawahnnya. Efektivitasnya seorang pemimpin adalah kemampuan seseorang pemimpin untuk mempengaruhi atau memotivasi (bawahan) untuk bisa bekerja dengan benar dan baik, sehingga tujuan bisa dicapai sesuai dengan perencanaan. Menurut Fiedler mendefinsikan pemimpin adalah seseorang yang berada dalam kelompok, sebagai pemberi tugas atau sebagai pengarah dan mengkoordinsikan kegiatan kegiatan kelompok yang relevan, serta dia sebagai penanggung jawab utama. Sementara kepemimpinan menurutnya adalah kemampuan memberikan pengarahan dan koordinasi kepada bawahan (anggota organisasi) dalam mencapai tujuan organisasi; serta kesediaan untuk menjadi penanggung jawab utama dari kegiatan kelompok yang dipimpinnya.21 Pemimpin juga dituntut unutk memberikan arahan yang baik kepada bawahannya, karena apabila arahannya yang diberikan kepada bwahannya tidak sesuai dengan tujuan perusahaan akan menjadi bumerang untuk perusahaanya sendiri. Adapun seorang pimpinan harus bertanggung jawab atas tindakannya ataupun perbuatannya. Kepemimpinan sekarang adalah kemampuan untuk melangkah keluar budaya untuk menciptakan pemimpin dan memulai proses perubahan evolusioner yang lebih adaptif. Kemampuan untuk merasakan keterbatasan budaya sendiri dan berkembang 21 Amirullah, Hanafi. komunikasi organisasi dalam prespektif teori dan praktek Drs. Abdullah Masmuh . Hal :164 40 budaya adaptif adalah esensi dan tantangan utama kepemimpinan. Jika pemimpin adalah untuk memenuhi tantangan ini, mereka harus terlebih dahulu memahami dinamika budaya, sehingga perjalanan kita dimulai dengan fokus pada definisi, ilustrasi kasus, dan cara yang disarankan berpikir tentang budaya organisasi. Pada titik ini, pesan yang paling penting bagi para pemimpin adalah: mencoba untuk memahami budaya, memberikan jatuh tempo, dan bertanya pada diri sendiri seberapa baik dapat mulai untuk memahami di mana budaya sendiri tertanam. 22 Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh pemimpin mulai dari perbedaan budaya dalam organisasi itu sendiri dan berkembangnya budaya yang adaptif. Oleh karena itu seorang pemimpin harus memahami dinamika budaya didalam perusahaan, serta menanamkan budaya apa yang harus digunakan oleh diri sendiri. 2.5.1 Fungsi Kepemimpinan Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Menurut Veithhzal Rivai yang dikutip dari buku kepemimpinan, Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi seperti : a. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin. 22 Edhgar H. Schein. Organizational Culture and Leadership. Jossey-Bass :2004. Page: 2 41 b. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi. Sedangkan secara operasional kepemimpinan dapat dibedakan dalam 5 (lima) fungsi pokok kepemimpinan, yaitu: 23 1. Fungsi Instruksi Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bilamana, dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah. 2. Fungsi Konsultasi Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan pertimbangan, yang mengharuskan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feed 23 Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi. Kepemimpinan dan perilaku Organisasi. Rajawali Pers: Jakarta. 2009. Hal 53-54 42 back) untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapakan keputusan-keputusan pimpinana, akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlangsung efektif. 3. Fungsi Partisipasi Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunnya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaannya pemimpin harus tetap berfungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana. 4. Fungsi Delegasi Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus yakin merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi dan aspirasi. 5. Fungasi Pengendalian Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepimpinan yang sukses/efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah 43 dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainnya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan. Kepemimpinan mempunyai fungsi pokok didalam mengoperasionalkan tugas agar berjalan sesuai yang diharpakan dan dalam keadaan tetentu dibutuhkannya fungsi-fungsi ini seperti: Fungsi Konsultasi, Konstruksi, Pengendalian, Delegasi dan instruksi. 2.6 Gaya Kepemimpinan Gaya Kepemimpinan adalah cara pemimpin menghadapi dan melayani karyawan atau bawahan yang biasanya berbeda pada setiap individu dan dapat berubah-ubah (Locke, Edwin A. 2002). Pada umumnya pria dan perempuan memang menggunakan gaya kepemimpinan yang berlainan atau berbeda. Gaya kepemimpinan berhubungan dengan pola perilaku individu yang berusaha mempengaruhi individu yang lain. Sehubungan dengan kepemimpinan dalam kelompok, selain fungsi-fungsi kepemimpinan, ada empat gaya atau tipe kepemimpinan. Keempat gaya kepemimpinan (Leadership) tersebut :24 24 Umar Farouk Zuhdi. Komunikasi Bisnis. Wahana Totalita : Jakarta.2011 hal 139 - 142 44 a. Gaya Otoriter Ciri yang mencolok pada seorang pemimpin otoriter adalah ketika ia membuat keputusan, ia tidak mau mempertimbangkan masukan-masukan yang telah diberikan oleh para karyawannya dalam rapat. Ia merasa bahwa para karyawan tidak memiliki hak untuk ikut terlibat dalam membuat keputusan tersebut. Kalau pun diadakan rapat, hal itu merupakan formalitas belaka. Pemimpin yang otoriter suka “lempar batu sembunyi tangan” atau tidak bertanggung jawab. Ciri lain pemimpin yang otoriter adalah suka marah, kaku, dan memberikan perintah dengan sesuka hatinya secara berlebihan. Ia menganggap orang lain rendah dan harus menghormatinya. b. Gaya Supervisory Berbeda dengan pemimpin yang otoriter, pemimpin yang bergaya supervisory menempatkan dirinya setara dengan karyawan yang dipimpinnya. Akibatnya fungsi kepemimpinan tidak dapat berjalan efektif. Dalam situasi seperti ini kendala terbesar yang dapat dirasakan dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajerial adalah dalam decision making atau pengambilan keputusan. Pemimpin dan anggota terjebak dalam keraguan. Pemimpin seperti ini agak takut dengan resiko. Ia bukan figure „risk taker‟ (pengambil resiko) yang baik. Ia lebih mengedepankan spirit kebersamaan, kolegial, dan kurang bertanggung jawab. Sementara itu 45 mereka yang dipimpin tentu merasa bahwa mengambil keputusan itu bukan hak atau porsi mereka. Akibatnya pengambilan keputusan berjalan lamban sebab mereka saling menunggu. c. Gaya Laissez Faire Gaya laissez faire merupakan potret kepemimpinan yang lemah dan tidak bertanggung jawab. Pemimpin lebih banyak mengambil peran sebagai penonton. Pemimpin seperti ini meskipun memiliki otoritas/kewenangan tetapi pada umumnya mereka kurang memilik kemampuan dalam bekerja. Kepemimpinan lebih bersifat simbolik. Dalam situasi ini pemimpin menyerahkan pengambilan keputusan kepada para karyawan. Pekerjaanpekerjaan yang penting banyak didelegasikan kepada para bawahannya yang dipercaya. d. Gaya Demokratis Gaya kepemimpinan ini tampak paling ideal dibandingkan dengan gaya kepmimpinan yang lainnya. Pemimpin yang bergaya demokratis menciptakan atmosfir keterbukaan. Para karyawan didorong untuk aktif berpendapat dan memberikan sumbangsih pemikiran untuk memecahkan masalah-masalah yang tengah dihadapi perusahaan. Setiap pendapat dihargai. 46 Pengambilan keputusan diambil secara bersama-sama tetapi bukan berarti pemimpin meninggalkan tanggung jawab terbesar dalam pengambilan keputusan. Pemimpin gaya demokratis berinsiatif dan berani mengambil keputusan seberapa pun besarnya karena memang itulah porsi pekerjaannya. Ia seorang risk taker yang handal, bersemangat, dan menimbulkan inspirasi bagi para karyawannya. Pemimpin yang demokratis akan selalu memberi penghargaan kepada para karyawan, selalu mawas diri, selalu optimis, selalu memberikan motivasi, dan bertanggung jawab sepenuhnya atas amanah kepemimpinan yang diembannya, serta memiliki kapabilitas dan kredibilitas tinggi. Berbagai teori mengenai Gaya kepemimpinan dari berbagai sumber salah satunya menurut Jeff Madura, gaya kepemimpinan manajer dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu :25 1. Gaya Kepemimpinan Autokrasi Manajer yang menggunakan gaya kepemimpinan ini tetap mempertahankan wewenang penuh dalam pengambilan keputusan. Karyawan tidak memiliki atau hanya memiliki sedikit masukan. Manajer yang autokrasi mungkin percaya bahwa karyawan tidak dapat memberikan masukan yang memberikan kontribusi pada keputusan yang diambil. 25 Jeff Madura. Introduction To Business Pengantar Bisnis Edisi 4. Salemba empat. 2007. Hal 400 47 2. Gaya Kepemimpinan Bebas Kendali ( Free Rein ) Gaya ini mendelegasikan sebagian besar wewenangnya kepada karyawan. Para manajer bebas kendali mengkomunikasikan tujuan kepada karyawan namun membolehkan karyawan untuk memilih bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. 3. Gaya Kepemimpinan Partisipatif Para pemimpin menerima beberapa masukan karyawan namun biasanya menggunakan wewenang yang mereka miliki untuk mengambil keputusan. Gaya ini mensyaratkan seringnya komunikasi diantara manjer dan karyawan, manjer yang menggunakan gaya manajemen partisipatif memperkenankan para karyawan menyampaikan pendapat mereka tapi tidak memaksa karyawan untuk membuat pengambilan keputusan. Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin bermacam-macam jenisnya. Hal tersebut digunakan dalam berbagai kondisi yang berbeda-beda pula. Karena gaya kepemimpinan bersifat situasional, selain itu situasi komunikasi yang digunakan didalam gaya kepemimpinan harus sesuai dan dapat menyesuaikan dengan kondisi yang ada baik Krisis atau normal. Tergantung dari situasi atau kondisi didalam perusahaan, kapan menggunakan gaya Otoriter, Supervisory, Laissez-Faire ataupun Demokratis. Apabila pemimpin dalam keadaan yang mengharuskan otoriter tetapi tidak otoriter, akan memberikan tugas Humas yang semakin berat, oleh karena itu Public Relations harus Support manajemen karena 48 atasan tidak langsung mengambil keputusan, sehingga bermunculan complain dari berbagai karyawan. 2.7 Koalisi Dominan ( Top Management ) Child (1972) menyatakan bahwa suatu kelompok didalam organisasi yang memiliki kekuasaan unuk membuat keputusan dan menetapkan kebijakan tentang instruksi dan perintah ( directions), dalam hal penugasan/pekerjaan, tujuan, serta fungsinya, dinamakan sebagai koalisi dominan (dominant coalitions), suatu kelompok yang mempunyai kekusaan terhadap setting organisasi dan strategi dalam suatu periode tertentu. Koalisi Dominan merupakan sekelompok pemegang kekuasaan yang sangat berpengaruh di dalam organisasi. Kelompok ini terdiri dari pembuatan keputusan papan atas-umumnya lima sampai delapan eksekutif senior. Meskipun banyak anggota koalisi dominan memegang kekuasaan formal di kantor mereka seperti CEO (Chief Executive Organization) seseorang yang memegang kekuasaan informal mengkin juga dimasukan dalam koalisi dominan.26 Definisi dominant coalitions ( Grunig:2002) yaitu : “A group form in organization with the power to make and force decisoin about the direction of organization, its task, its objective and function such groups are called dominant coalition, and group with the power to set organization structures and strategies over a sustained period of time. The dominan coalition‟s power become recognized as legitimate in time by those whom such power is exercised. That power may be institutional through binding legal documents”. 26 Scott M.Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom. Effective Public Relations edisi kesembilan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, hal. 259. 49 Menurut penjabaran diatas Koalisi dominan secara umum memiliki arti, bentuk organisasi koalisi dominan merupakan kelompok eksekutif yang memiliki kekuatan dan kekuasaan dalam struktur organisasi dalam hal pengambilan keputusan mengenai pencapain tujuan, tugas, secara objektif dan fungsi strategis. Keputusan koalisi Dominan tersebut harus didukung dengan kaitannya masalah legalitas dokumen dan keabsahan kelembagaan yang diakui secara resmi.27 Koalisi dominan tentunya tidak terlepas dari pengawasan kepada bawahannya, adapun Teori kekuasaan control menyatakan bahwa koalisi dominan menentukan tujuan organisasi dan menentukan cara bisnis dijalankan. Koalisi dominan cenderung menganut ide yang sama dan sepakat pada hasil-hasil organisasional yang diharapkan.28 2.8 Publik 2.8.1 Pengertian Publik Menurut Oemi Abdurachman public adalah: “Sekelompok orang yang menaruh perhatian pada sesuatu hal yang sama, mempunyai minat yang sama, dan kepentingan yang sama”.29 Publik dapat merupakan group kecil, terdiri atas orang-orang dengan jumlah sedikit, juga dapat merupakan kelompok besar biasannya individu-individu termasuk dalam kelompok yang mempunyai solidaritas terhadap kelompoknya. 27 Rosady Ruslan. Manajemen Public Relations dan media komunikasi; Konsepsi dan Aplikasi, PT. Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal. 305 28 Op Cit. hal 259 29 Oemi Abdurachman. Dasar-dasar Public Relations. PT.Citra Aditya. Bandung.2001. hal 28 50 Publik merupakan kumpulan orang-orang dari berbagai jenis, yang mempunyai minat yang sama. Adapun macam-macam publik ada grup kecil, dan grup besar. Mereka mempunyai sense of belonging diantara para anggotanya. 2.8.2 Publik Eksternal Menurut Maria Assumpta Rumanti, bahwa yang dimaksud dengan public eksternal adalah;” Orang-orang diluar organisasi yang terkait dan yang diharapkan akan ada hubungannya”.30 Sedangkan menurut Rosady Ruslan bahwa yang dimaksud dengan public eksternal adalah: “Publik Umum yang mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran yang positif public terhadap lembaga yang diwakilinya.31 Publik eksternal adalah orang-orang yang berada diluar organisasi, selain itu public ini mengusahakan dan menumbuhkan gambaran yang positif untuk perkembangan perusahaan, Sebagai bentuk loyalitas terhadap perusahaan. 2.8.3 Publik Internal Menurut Maria Assumpta Rumanti, bahwa yang dimaksud dengan public internal adalah :” Orang-orang yang berada atau tercakup dalam organisasi seluruh karyawan dari Top Management sampai seluruh jajaran terbawah’.32 30 Maria Assumpta Rumanti. Dasar-Dasar Public Relations Teori dan Praktik. PT.Grasindo.Jakrta.2004., Hal ix-x. 31 Rosady Ruslan. Manajemen PR dan Manajemen Komunikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.2002.,hal 23 32 Maria Assumpta Rumanti.Op.Cit., Hal 27 51 Sedangkan menurut Rosady Ruslan bahwa yang dimaksud dengan public internal adalah: “Bagian dari unit, badan, perusahaan atau organisasi itu sendiri dan mampu mengidentifikasikan atau mengenai hal-hal yang menimbulkan gambaran negative dalam masyarakat sebelum kebijakan tersebut dilaksanakan oleh organisasi atau perusahaan”. Publik internal merupakan keseluruhan orang-orang yang berada di dalam perusahaan mulai dari Atasan sampai bawahannya, yang merupakan lingkup organisasi. Untuk menggerakan roda manajemen di dalam perusahaan, sekaligus mendorong pencapaian tujuan organisasi. 2.9 Institusi Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi terdiri dari (1) pendidikan akademik yang memiliki fokus dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan (2) pendidikan vokasi yang menitiberatkan pada persiapan lulusan untuk mengaplikasikan keahliannya. Institusi pendidikan tinggi yang menawarkan pendidikan akademik dan vokasi dapat dibedakan berdasarkan jenjang dan program studi yang ditawarkan seperti :33 1. Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal setelah pendidikan menengah yang dapat berupa program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. 33 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Sistem Pendidikan Tinggi. Diakses pada tanggal 27 oktober 2013 dari www. Dikti.go.id/?page_id=68&lang=id 52 2. Institut adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan vokasi dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. 3. Universitas merupakan perguruan tinggi yang menyelenggrakan pendidikan akademik dandapat menyelenggarkan pendidikan vokasi dalam berbagai rumpun ilmu pengetahuan dan / atau teknologi dan jika memenuhi syarat, universitas dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. 4. Metode pembelajaran dan jadwal akademik. Metode pembelajaran di perguruan tinggi dapat diterapkan dalam beberapa regular atau tatap muka dan pendidikan jarak jauh. Pendidikan regular diterapkan dengan menggunakan komunikasi langsung diantara dosen dan mahasiswa, sedangkan pendidikan jarak jauh dilaksanakan dengan menggunakan berbagai jenis media komunikasi seperti surat-menyurat, radio, audio/visual, televisi, dan jaringan komputer. 2.10 Kinerja Karyawan Menurut Wibowo dalam buku Manajemen Kinerja mengemukakan definisi kinerja yaitu: Kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang memberikan performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya kerja tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan 53 tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.34 Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah: Yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya mengingatkan Kinerja Organisasi.35 Kinerja (performance) pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Kinerja yang umum untuk kebanyakan pererjaan meliputi elemen sebagai berikut: a. Kuantitas dari hasil meliputi : akurasi, ketelitian, penampilan dan penerimaan keluaran. b. Kualitas dari hasil meliputi : volume keluaran dan kontribusi. c. Ketepatan waktu dari hasil d. Kehadiran meliputi : regularitas, dapat dipercaya atau diandalkan dan ketepatan waktu e. Kemampuan bekerja sama meliputi : membutuhkan saran, arahan, atau perbaikan36 Pengertian kinerja merupakan istilah yang saat ini sering dipergunakan dalam masyarakat dan organisasi baik swasta maupun pemerintahan. Kinerja mengarah pada suatu tingkat pencapaian tugas yang dilakukan oleh seseorang. Hal ini menggambarkan seberapa baik seseorang memenuhi tuntutan pekerjaannya. Kinerja atau prestasi kerja seseorang karyawan pada dasarnya adalah hasil kerja seorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran atau kinerja yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. 34 Wibowo, Manajemen Kinerja Edisi 1, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 2007. Hal. 7 Robert l. Maltie- jbear H. Jackson, Manajemen SDM Edisi 10, Salemba Empat, Jakarta 2006, hal. 78 36 Ibid hal.378 35 54 Kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja lembaga (corporate performance) terdapat hubungan yang erat. Dengan perkataan lain bila kinerja karyawan (individual performance) baik maka kemungkinan besar kinerja perusahaan (corporate performance) juga baik. Kinerja seorang karyawan akan baik bila ia mempunyai keahlian (skill) yang tinggi, bersedia bekerja karena gaji atau diberi upah sesuai dengan perjanjian dan mempunyai harapan (expectation) masa depan lebih baik. Malayu S.P Hasibuan mengemukakan pengertia kinerja sebagai berikut: “Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.”37 Adapun beberapa unsur yang terdapat didalam kinerja yang dapat disimpilkan berdasarkan definisi diatas antara lain: a. Hasil-hasil fungsi pekerjaan yang telah dibebankan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang telah diberikan perusahaan. b. Dapat dinilai secara kuantitas maupun kualitas. c. Faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan misalnya: motivasi, kecakapan, persepsi peranan, pengalaman, kesungguhan karyawan dalam melaksanakan tugasnya. d. Pencapaian tujuan organisasi. e. Periode waktu tertentu yang telah ditetapkan untuk menyelesaikan pekerjaan. 37 Malayu S.P Hasibuan, Manajemen sumber daya manusia (edisi revisi), PT. Bumi Aksara, Jakarta 2005, hal. 94 55 2.10.1. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, yang dikemukakan oleh Armstrong dan Baron, dikutip oleh Wibowo yaitu sebagai berikut:38 1. Personal Factors, ditunjukan oleh tingkat keterampilan kompetensi yang dimiliki, motivasi, dan komitmen individu antara lain: sikap, karakteristik, sifat-sifat fisik, minat dan motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pendidikan, serta faktor individual lainnya. 2. Leadership Factor, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan dukungan yang dilakukan atasan sebagai team leader. 3. Team factor, ditunjukan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan sekerja antara lain organisasi formal dan informal, kepemimpinan dan lingkungan kerja. 4. System factors, ditunjukan oleh adanya system kerja dan fasilitas yang diberikan organisasi terdiri dari sumberdaya, kepemimpinan, imbalan struktur, desain pekerjaan. 5. Contextual/Situasional factors, ditunjukan oleh tingginya tingkat tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal. a. faktor fisik dan pekerjaan, terdiri dari: metode kerja, kondisi dan desain perlengkapan kerja, penataan ruang dan lingkungan fisik (penyinaran, temperature, dan fentilasi) b. faktor sosial dan organisasi, meliputi: peraturan-peraturan organisasi, sifat organisasi, jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial. Para pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu karyawan dengan karyawan lainnya yang berada dibawah pengawasannya. Walaupun karyawan-karyawan bekerja pada tempat yang sama namun produktifitas mereka tidaklah sama. 38 Wibowo, Manajemen Kinerja Edisi 1, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 2007, Hal. 75 56 2.11 Akademik dan Non Akademik Akademik adalah keadaan orang – orang bisa menyampaikan dan menerima gagasan, pemikiran, ilmu pengetahuan, dan sekaligus dapat mengujinya secara jujur, terbuka dan leluasa. Pendidikan akademik adalah pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan / atau kesenian dan diselenggarakan oleh sekolah tinggi, institut dan universitas. Pendidikan akademik bertujuan menyiapakan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dalam menerpakan, mengembangkan, dan/atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau kesenian serta menyebarluaskan penggunanya untuk tingkat taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. 39 Dan Non Akademik adalah peningkatan kompetensi soft skill. Soft Skil adalahsuatu keterampilan seseorangdalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skill) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skill) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal. Soft skill meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter dan sikap. 39 Dikti. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No 232 Tahun 2000. Diakses pada tanggal 30 oktober 2013. Dari www.dikti.go.id/?page_id=491&lang=id