BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan -- Model kebijakan fiskal untuk mendorong pembangunan pertanian dan perdesaan dan kaitannya dengan masalah kemiskinan dan pengangguran berhasil dirumuskan dan diduga parametemya. Daya penjelas masing-masing persamaan dalam model mampu menjelaskan keragaman yang teqadi pada variabel endogen penting seperti PDB pertanian, PDB non-pertanian, tingkat kemiskinan, maupun pengangguran. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien determinasi (R*)masingmasing persamaan cukup besar, yaitu berkisar antara 0.602 hingga 0.994. Pada masing-masing persamaan, variabel penjelas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel endogen, yang ditunjukkan oleh nilai statistik F yang berkisar antara 5.30 sampai 474.99. Selain itu arah pengaruh variabel penjelas terhadap variabel endogen (atau tanda parameter dugaan) sesuai dengan harapan teoritis dan sebagian besar nyata pada taraf(a) 0.05,0.10,0.15, atau 0.20. Dengan demikian, model empiris yang diperoleh dalam penelitian ini dapat digunakan untuk evaluasi dampak kebijakan fiskal terhadap pembangunan pertanian dan perdesaan, kemiskinan, dan pengangguran. Ti~~gkat pengangguran secara nyata dipengaruhi oleh kebijakan fiskal dan desentralisasi. Kebijakan fiskal yang bempa pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur memberi pengaruh positif bagi pengurangan pengangguran di Indonesia Semakin besar alokasi dana untuk perbaikan infrastruktur, maka semakin besar p e n m a n angka pengangguran. Proses desentralisasi yang selama ini bejalan belum memberikan pengaruh positif pada peningkatan penyerapan tenagakeja. Sebaliknya, setelah adanya implementasi otonomi daerah, keadaan penyerapan tenagakej a semakin memburuk. Angka kemiskinan dipengamhi oleh kebijakan fiskal, pertumbuhan ekonomi, d m tingkat upah. Pengeluaran pemerintah memberikan pengaruh positif bagi upaya-upaya pengurangan angka kemiskinan. Peningkatan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur secara nyata menurunkan angka kemiskinan di perkotaan, dan untuk perdesaan, pengeluaran pemerintah untuk pertanian yang berpengamb nyata. Pertumbuhan ekonomi memilii dampak positif bagi pengurangan angka kemiskinan, baik di perdesaan maupun di perkotaan. Di perdesaan, angka kemiskinan juga dipengaruhi oleh tingkat upah. Semakin tinggi upah di pertanian, maka semakin berkurang kemiskinan di perdesaan. Hal ini sesuai dengan kondisi petanj yang pada umumnya berlahan sempit ataupun berstatus landless. Sebaliknya, untuk daerah perkotaan tingkat upah tidak berpengaruh nyata terhadap pengurangan angka kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian ditentukan oleh jumlah tenagakerja pertanian, keadaan modal fisik Gohysical capital), rejim, dan desentralisasi, serta kondisi pertumbuhan ekonomi sektor pertanian tahun sebelumnya. Kontribusi penambahan tenagakeja ataupun modal fisik terhadap pertumbuhan ekonomi sektor pertanian masih positif, atau belum terjadi negative return di pertanian. Sebaliknya, pada rejim era reformasi ataupun setelah adanya desentralisasi, PDB pertanian justru cenderung turun. Apabila variabel dummy rejim pemerintahan dan dummy desentralisasi dapat digunakan untuk pengganti keadaan sosial, politik, dan kelembagaan, maka ha1 itu menandakan adanya pengaruh negatif kondisi sosial, politik, dan kelembagaan di era reformasi dan otonomi daerah terhadap perekonomian di sektor pertanian. Berdasarkan hasil simulasi dari model, diperoleh informasi yang menarik: (1) Peningkatan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenagakerja. Namun, pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenagakerja, relatif terjadi lebih besar di sektor non-pertanian. Pengeluaran pemerintah untuk infmstruktu~juga dapat mengurangi kemiskinan, namun relatif masih kurang efektif jika dibandingkan dengan kemampuannya mengurangi pengangguran. (2) Peningkatan pengeluaran pemerintah untuk sektor pertanian berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonorni dan penyerapan tenagakerja di sektor pertanian maupun di sektor nonpertanian. Hal ini dimungkinkan k m n a sektor pertanian memiliki linkuges terhadap sektor lain di bagian hulu maupun hilir. Peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor pertanian juga berdampak positif terhadap pengurangan kemiskinan di perdesaan dan perkotaan. (3) Peningkatan pengeluaran pemerintah untuk p e n d i d i i dan kesehatan akan &pat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenagakeja di sektor pertanian clan juga sektor non-pertanian. Peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan juga positif bagi pengurangan kemiskinan, meskipun kurang efektif jika dibandingkan dengan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur dan untuk sektor pertanian. 7.2. Implikasi Kebijakan Kebijakan fiskal dapat digunakan untuk menanggulangi masalah pengangguran dan kemiskinan. Peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan hfhtruktur dapat menurunkan pengangguran secara nyata Pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur, ternyata manfaatnya relatif kurang &pat dinikmati oleh sektor pertanian dan juga perdesaan, jika dibandingkan dengan sektor lain dan perkotaan. Ada kemungkinan, desain atau arah pengembangan infrastruktur yang terjadi bias ke arah perkotaan, dan bukannya ke perdesaan atau pertanian. Sedangkan untuk mengatasi masalah kemiskinan, khususnya di kawasan perdesaan dimana jumlah orang miskin banyak berada, diperlukan kombinasi kebijakan fiskal-yaitu peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan pertanian-dengan peningkatan upah. Namun, peningkatan upah ini hendaknya terjadi melalui peningkatan peluang kerja di luar sektor pertanian yang ada di perdesaan atau peningkatan peluang kerja secara umum. Pengembangan aktivitas-aktivitas perekonomian perdesaan, yang tentunya melibatkan investasi swasta, akan membantu peningkatan upah dan daya beli masyarakat, yang akhirnya dapat mempercepat p e n m a n kemiskinan. Dalam menanggulangi kemiskinan, kebijakan fiskal dalam bentuk peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan sektor pertanian memang perlu dikombinasikan dengan kebijakan lain. Namun, dalam upaya peningkatan PDB- baik PDB sektor pertanian maupun PDB non-pertanian-kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pertanian ternyata bersifat efektif. Hal ini juga menunjukkan bahwa pengembangan kembali (revitalisasi) pertanian dapat dijadikan sebagai penggerak pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan. Rejim pemerintahan berpengaruh nyata terhadap kinerja perekonomian, khususnya kemiskinan dan PDB. Kondisi ekonomi-politik yang ditimbulkan oleh rejim pemerintahan pasca Orde Baru cenderung meningkatkan kemiskinan di perdesaan dan perkotaan serta menurunkan PDB pertanian dan PDB non- pertanian. Ini tidak berarti bahwa rejim Orde Baru lebih baik, melainkan kondisi yang relatif stabil dalam bidang hukum, keamanan dan politik seperti yang berlangsung pada rejim Orde Baru hams dapat diwujudkan kembali. Strategi perbaikan kondisi sosial, politik, dan kelembagaan perlu dilakukan melalui proses yang demokrati~.'~ Pengalaman di banyak negara berkembang, resistensi terhadap demokratisasi terutama terjadi di golongan masyarakat miskin dan berpendapatan rendah. Apabila pendapatan dan kesejahteraan masyarakat miskin dapat ditingkatkan dan pada saat yang sama demokratisasi dilakukan, maka proses demokratisasi akan dapat terjadi dengan lebih baik lagi. Model yang disusun dalam penelitian ini masih dapat term dikembangkan. Analisis yang dilakukan sifatnya masih makro dan agregat. Perbaikan dapat dilakukan dalam bentuk disagregasi yang lebih rinci, misalnya sektor pertanian dirinci lagi ke dalam beberapa sub-sektor ataupun analisisnya dibedakan atas beberapa wilayah. Perbaikan terhadap model juga dapat dilakukan dalam bentuk penyempurnaan bentuk persamaannya, karena model yang tersusun saat ini seluruhnya berbentuk linear additive. Selain itu, hasil pendugaan parameter model kemungkinan akan semakin tajam apabila data tentang desentralisasi sudah semakin banyak tersedia (updated). l6 lntcrvcnsi p a i n t a h unNk mcmpubaiki kondisi sosial-politik secsnr dcmokratis dapat dilakukan mclalui wlitik. Namun SligliQ (1998) menrcinaatkan bahwa prows wlitik M m b u l tidak sclalu mcnciotakan prows