Faktor-faktor yang Mempengaruhi Set Kesempatan Investasi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia JURNAL PENELITIAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS LAMPUNG ABSTRAK Oleh Wulan Indria Sari Set kesempatan investasi merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan pertumbuhan pada masa yang akan datang dengan Net Present Value (NPV) positif. Penelitian ini berfokus pada perusahaan manufaktur yang saat ini kepemilikannya identik dengan penanaman modal asing. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan, perusahaan yang diambil sebagai sampel 39 perusahaan yang dilakukan secara purposive sampling, dan jumlah observasi yang dilakukan selama tahun 2011-2012 adalah 117 item observasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan software SPSS 17.0, serta uji statistik t sebagai uji hipotesis. Hasil penelitian menyebutkan bahwa variabel kebijakan hutang, kebijakan dividend dan profitabilitas berpengaruh terhadap set kesempatan investasi. Bagi investor hendaknya mempertimbangkan profitabilitas perusahaan, karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat profitabilitas merupakan insentif bagi peningkatan nilai pasar perusahaan, profit yang tinggi akan memberikan indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham. Kata Kunci : Set kesempatan investasi, kebijakan hutang, kebijakan dividend, dan Profitabilitas. iii 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi adalah salah satu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan sumber pendanaan lebih. Investasi dapat berupa surat berharga, aset tetap, ataupun aset tidak tetap asalkan aset tersebut dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan di masa yang akan datang. Namun perusahaan yang mempublik di Indonesia tidak semua memiliki kesempatan investasi yang sama. Hal ini disebabkan karena besaran atau size perusahaan yang berbeda-beda. Ada perusahaan yang memiliki size kecil namun kesempatan investasinya tinggi. Adapula sebaliknya perusahaan yang memiliki size besar namun kesempatan investasinya rendah. Atau perusahaan yang memiliki size kecil namun memiliki kesempatan investasi rendah, adapula perusahaan yang memiliki size besar namun kesempatan investasinya tinggi. Hal tersebut belum dapat menjadi tolok ukur yang pasti (Fitriyah dan Hidayat, 2011). Investor adalah masyarakat yang menyadari bahwa dana lebih yang mereka miliki dan tidak terpakai dapat mengalami penambahan nilai lewat aktivitas investasi ketimbang hanya menyimpannya secara pribadi sebagai idle money. Investor dapat melakukan investasi pada banyak pilihan instrumen investasi sesuai dengan kemampuan menganalisa dan preferensi keberanian mengambil risiko. Akan tetapi investor harus selalu memaksimalkan return yang dikombinasikan dengan risiko tertentu atas setiap keputusan investasinya. Investasi yang dilakukan investor tersebut tanpa harus terlibat dalam kepemilikan aktiva riil perusahaan yang sahamnya dibeli untuk suatu kepentingan investasi. Keputusan investasi pada dasarnya menyangkut masalah pengelolaan dana dalam suatu periode waktu tertentu, dimana investor berharap memperoleh pendapatan (return) atas dana yang diinvestasikan selama periode tersebut. Sebelum mengambil keputusan investasi, investor perlu melakukan analisa cermat terkait hasil maksimal yang diharapkan dengan risiko seminimal mungkin. Keuntungan investasi sangat bergantung pada banyak hal. Namun yang utama tergantung pada kemampuan atau strategi investor dalam membaca keadaan dan situasi pasar yang tidak menentu. Bila harga saham naik, maka keuntungan yang dimiliki investor pun akan meningkat (Fitriyah dan Hidayat, 2011). Pentingnya investasi bagi perusahaan adalah untuk menghindari kebangkrutan perusahaan yang disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah krisis ekonomi yang dalam beberapa tahun yang lalu terjadi, krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 sebenarnya bermula pada krisis ekonomi Amerika Serikat yang lalu menyebar ke negara-negara lain di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Secara rasional dampaknya terhadap Indonesia sangat kecil, dampak yang riil dan iv sekarang terasa ialah dijualnya saham-saham di Bursa Efek Indonesia oleh para investor asing karena mereka membutuhkan uangnya di negaranya masingmasing, di satu sisi hal ini merupakan kesempatan untuk investor baru dalam berinvestasi (Lucia et al, 2012). Menurut Husnan (2005), dalam Seftianne (2011) pendanaan jangka panjang dan struktur modal perusahaan merupakan dua variabel yang tidak dapat dipisahkan dari perspektif manajemen keuangan. Hubungan kebijakan utang, kebijakan dividen, risiko dan profitabilitas dengan set kesempatan investasi menarik beberapa peneliti. Set kesempatan Investasi merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki (asset-in place) dan pilihan pertumbuhan (growth option) pada masa yang akan datang. Istilah Set Kesempatan Investasi pertama kali dikemukakan oleh Myers (1976) dalam Utami (2007), Set Kesempatan Investasi merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan pertumbuhan pada masa yang akan datang dengan Net Present Value (NPV) positif. Set Kesempatan Investasi dipengaruhi oleh seberapa besar hutang yang digunakan dalam struktur modal. Karena penggunaan modal saham atau hutang memiliki konsekuensi masing-masing. Penggunaan saham yang terlalu banyak dengan mengabaikan pemanfaatan hutang berdampak pada tingginya kewajiban bagi perusahaan untuk membayarkan dividen. Hal ini menyebabkan hilangnya kesempatan bagi perusahaan untuk memanfaatkan laba untuk kepentingan pertumbuhan apabila pemegang saham tidak menghendaki, Fijrijanti dan Hartono (2004). Demikian juga sebaliknya, apabila perusahaan 100% menggunakan hutang, maka perusahaan akan menanggung beban kewajiban kepada kreditur yang tinggi. Menurut Jaggi dan Gul (1999) dalam Subchan dan Sudarman (2005) menunjukan hubungan yang positif antara aliran kas bebas dan kebijakan utang perusahaan untuk perusahaan yang memiliki set kesempatan investasi yang rendah dan hubungan yang positif antara kebijakan utang, aliran kas bebas yang tinggi untuk perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang rendah, lebih jelas pada perusahaan yang size-nya besar. Menurut Fijriyanti dan Hartono (2004) kebijakan pendanaan berimplikasi pada set kesempatan investasi dan sebaliknya. Tindakan perusahaan yang memiliki set kesempatan investasi besar relative lebih fleksibel untuk bertindak oportunistik dan sulit dideteksi, karena real option (tidak sebagaimana real asset) sulit diobservasi tanpa informasi dari pihak internal perusahaan. v Pengaruh kebijakan hutang terhadap set kesempatan investasi juga dikemukakan oleh Fama et.al (2000) yang menyatakan bahwa keseimbangan financing cost (biaya pendanaan) mendorong perusahaan yang memunyai investasi besar cenderung mempunyai hutang yang tinggi. Semakin besar kesempatan investasi, maka semakin besar perusahaan menggunakan dana eksternal khususnya hutang, apabila retained earning dan internal equity, tidak mencukupi dan sebaliknya semakin tinggi menurut tradeoff theory penggunaan hutang yang tinggi akan memberikan manfaat bagi perusahaan, karena manfaat bersih dari penggunaan hutang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang ditimbulkan. Menurut Husnan (2005) dalam Seftianne (2011) bagi perusahaan kebijakan dividen adalah sebuah kebijakan yang sulit ditebak, untuk meningkatkan nilai perusahaan, maka disamping membuat kebijakan dividen maka perusahaan dituntut untuk tumbuh. Pertumbuhan dapat diwujudkan dengan menggunakan kesempatan investasi sebaik-baiknya. Investasi berhubungan dengan pendanaan dan apabila investasi sebagian besar didanai internal equity maka akan mempengaruhi dividen yang dibagikan. Semakin besar investasi semakin berkurang dividen yang dibagikan. Apabila dana internal equity kurang mencukupi dari dana yang dibutuhkan untuk investasi maka bisa dipenuhinya dari eksternal khususnya dari hutang. Perusahaan yang cenderung menggunakan sumber dana eksternal untuk mendanai tambahan investasi akan membagikan dividen yang lebih besar. Penelitian ini berfokus pada perusahaan manufaktur yang saat ini kepemilikannya identik dengan penanaman modal asing, Berdasarkan pertimbangan yang telah diuraikan maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi kesempatan Investasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. 1.2 Perumusan dan Batasan Masalah 1.2.1 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan. Maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah kebijakan hutang, kebijakan dividen dan profitabilitas berpengaruh terhadap Set Kesempatan Investasi pada perusahaan manufaktur yang terdftar di BEI”. vi 1.2.2 Batasan Masalah Batasan masalah dilakukan agar penelitian dan pembahasanya lebih terarah, sehingga hasilnya tidak bias dan sesuai dengan harapan peneliti. Adapun ruang lingkup penelitianya adalah menguji pengaruh kebijakan hutang, kebijakan dividen dan profitabilitas terhadap set kesempatan investasi pada perusahaan manufaktur yang terdftar di BEI periode 2010-2012. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang penulis kemukakan di atas, maka dapat dijelaskan tujuan dari penelitian ini adalah: - Membuktikan secara empiris pengaruh kebijakan hutang terhadap Set kesempatan investasi pada perusahaan manufaktur yang terdftar di BEI. - Membuktikan secara empiris pengaruh kebijakan dividen terhadap Set kesempatan investasi pada perusahaan manufaktur yang terdftar di BEI. - Membuktikan secara empiris pengaruh profitabilitas terhadap Set kesempatan investasi pada perusahaan manufaktur yang terdftar di BEI. 1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Manfaat Teoritis - Memberikan masukan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berhubungan dengan Set kesempatan investasi. - Memberikan masukan penulis tentang pentingnya pemahaman mengenai pengaruh kebijakan hutang, kebijakan dividen dan profitabilitas terhadap set kesempatan investasi. vii 1.3.2.2 Manfaat Praktis - Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kebijakan hutang, kebijakan dividen, profitabilitas dan Set kesempatan investasi. - Memberikan manfaat bagi investor dan perusahaan tentang Set kesempatan investasi sebagai salah satu risiko dalam ber-investasi 1.4 Sampel dan Data Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada tahun 2010-2012 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini perusahaan yang menjadi sampel dipilih berdasarkan Purposive Sampling (kriteria yang dikehendaki). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010-2012. 2. Perusahaan manufaktur yang selama tahun penelitian 2010-2012 tidak mengalami delisted. 3. Perusahaan manufaktur yang secara lengkap mempublikasikan laporan keuangan selama tahun penelitian 2010-2012 4. Laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Di karenakan penelitian dilakukan di Indonesia maka laporan keuangan yang digunakan adalah yang di nyatakan dalam rupiah viii 5. Perusahaan manufaktur yang sahamnya aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dan tidak pernah diberhentikan sementara selama periode tahun 2010 sampai dengan 2012. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder, karena data diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara. Data penelitian didapat dari Dari Website pasar modal serta situs yahoo finance. 1.5 Operasional Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang terbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik simpulan (Sugiyono, 2009). Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1.5.1 Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Set Kesempatan Investasi. Set Kesempatan Investasi (SKI) merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki (asset in place) dan opsi investasi di masa yang akan datang, dimana SKI tersebut mempengaruhi nilai suatu perusahaan dan berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dengan kelompok industrinya (Subchan dan Sudarman, 2005). Rasio ini menunjukkan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dengan harga pasar, pengukuran ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Subchan dan Sudarman (2005). Rasio ini diukur menggunakan persamaan sebagai berikut : SKI 1.5.2 Variabel Independen Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahanya atau timbulnya variabel dependen / terikat (Sugiono, 2009). Variable independen dalam penelitian ini adalah: ix 1. Kebijakan Hutang Debt to Equity Ratio (DER) yang dihitung dengan membagi total kewajiban (liabilities) dengan total ekuitas pemegang saham (shareholder’s equity) pada tahun t. Rasio ini digunakan untuk menggambarkan kebijakan hutang perusahaan. Variabel ini diberi simbol DEBT. Secara matematis Debt to Equity rasio diformulasikan sebagai berikut (Fahmi, 2012): Debt to Equity Ratio 2. Kebijakan Dividen Kebijakan dividen adalah Dividen adalah laba yang dibagikan kepada pemegang saham berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) (Subchan dan Sudarman, 2005). Variabel ini diproksikan oleh Price Earning Ratio (PER), menggambarkan earning yang terkandung disetiap harga per lembar sahamnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Fahmi, 2012): Price Earning Ratio (PER) 3. Profitabilitas Salah satu pengukuran untuk menilai tingkat laba yang diperoleh perusahaan atas usaha yang dikeluarkan adalah Return on Assets. ROA (salah satu ukuran profitabilitas) juga merupakan ukuran efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk operasi. Profitabilitas yang diukur dengan return on asset (ROA) menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas asset yang dimiliki Return on Assets (ROA) x 1.6 Metode Analisis Data 1.6.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan deskriptif atau variabel-variabel penelitian. Statistik deskriptif akan memberikan gambaran atau deskrepsi umum dari variabel penelitian mengenai frekuensi jawaban dari identitas responden yang menjadi sampel penelitian. Pengujian ini dilakukan untuk mempermudah dalam memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. 1.6.2 Uji Asumsi Klasik Suatu model regresi berganda yang digunakan untuk menguji hipotesis harus memenuhi uji asumsi klasik. Hal ini digunakan untuk menghindari estimasi yang bias, mengingat tidak pada semua data dapat diterapkan regresi. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. 1. Uji Normalitas Data Pengujian normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov test. Uji normalitas bertujuan untuk menguji keberadaan distribusi normal dalam sebuah model regresi, variable dependent, variable independent, atau keduanya (Ghozali, 2009). Model regresi yang baik adalah memiliki data yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Distribusi normal merupakan distribusi teoritis dari variabel random yang terus menerus. Suatu variable dikatakan normal apabila nilai Kolmogorov Smirnov lebih besar dari α = 0.05. Apabila nilai Kolmogorov Smirnov lebih kecil dari α = 0.05 maka data dikatakan tidak berdistribusi tidak normal. 2. Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi / keterkaitan antar variabel independent (bebas) dan hubunganya secara linier. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independent (Ghozali, 2009). Karena hal ini dapat mengakibatkan kesulitan dalam melihat pengaruh variabel independent terhadap veriabel dependennya. Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan menganalisis korelasi antar variabel dan perhitungan nilai tolerance serta variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang xi diperkenankan adalah 10. Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 yang berarti terjadi hubungan yang cukup besar antara variabel bebas dan tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95% (kofisien lemah tidak lebih besar dari 5) . Jika VIF lebih besar dari 10, apabila VIF kurang dari 10 dapat dikatakan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model adalah dapat dipercaya dan objektif. 3. Uji Gejala Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual atau pengamatan ke pengamatan yang lain untuk variabel independent yang berbeda. Jika variance (ragam) dari residual satu ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedatisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar SRESID dan ZPRED dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu x adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2009). 4. Uji autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier terjadi korelasi (hubungan) diantara anggota-anggota sampel penelitian yang diurutkan berdasarkan waktu sebelumnya. Menurut Ghozali (2009), Autokorelasi adalah kondisi dimana dalam sekumpulan observasi yang berurutan sepanjang waktu untuk variabel tertentu antara observasi yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2009). 1.6.3 Analisis Regresi Berganda Metode regresi dilakukan terhadap model yang diajukan oleh peneliti menggunakan program SPSS untuk memprediksi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2009). Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, maka model penelitian yang dibentuk adalah sebagai berikut: xii Y1 = α+β1X1+ β 2X2+ β 3X3+et Keterangan : Y : Set kesempatan investasi X1 : Kebijakan Hutang X2 : Kebijakan dividen X3 : Profitabilitas β1, β2, β3 : Parameter Regresi α : Konstanta εit : Error term 1.7 Pengujian Hipotesis Pengujian ini menggunakan uji statistik F yang terdapat pada tabel Anova. Langkah pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1. Jika probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi (Sig. ≤ 5%), maka model penelitian dapat digunakan atau model tersebut sudah layak. 2. Jika probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi (Sig. > 5%), maka model penelitian tidak dapat digunakan atau model tersebut tidak layak. Pengujian keberartian pengaruh peubah bebas terhadap peubah terikat secara keseluruhan juga dapat dilakukan dengan membandingkan F-hitung dengan Ftabel dengan kriteria pengujiannya adalah: - Ho ditolak jika F hitung > F tabel - Ho diterima jika F hitung ≤ F tabel xiii 1.8 Hasil Penelitian 1.8.1 Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan/annual report perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2012. Sumber data berasal dari Situs Bursa Efek Indonesia, yang berupa laporan keuangan yang diterbitkan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada tahun 2010-2012 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, Perusahaan yang diambil sebagai sampel 39 perusahaan dan jumlah observasi yang dilakukan selama tahun 2010-2012 adalah 117 observasi item laporan keuangan dan harga saham yang diobservasi. 1.8.2 Analisis Statistik Deskriptif Tabel 1.8. Statistik Deskriptif De scr ip tive Statis tics N Set_Kes _ Inv es tas i Minimum 117 Maximum 12.58 17.12 Mean 14.7228 Std. Dev iation 1.12364 Hutang 117 .10 64.05 1.8670 6.28195 Div iden 117 -13.99 1275.00 31.1761 119.86197 Ris iko 117 -3.36 27.98 .9966 4.04364 Profitabilitas 117 -.30 .42 .1080 .12051 Valid N (listw is e) 117 Tabel 4.1 menyajikan statistik deskriptif yang meliputi nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan deviasi standar. Nilai rata-rata SKI adalah 14,7228 dan deviasi standar sebesar 1,123. Hal ini berarti rata-rata perusahaan sampel memiliki kemampuan perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang baik, karena nilai rata-rata lebih tinggi dari standar deviasi nya. Nilai minimum untuk Hutang adalah 0,10 dan nilai maksimum sebesar 64,05, dan rata-rata Hutang adalah 1,8670 dengan deviasi standar 6,28195. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan memiliki rasio hutang yang termasuk tinggi dengan rata-rata sebesar 43%. Nilai minimum untuk Dividen adalah -13,99 dan nilai maksimum 1275, dan ratarata Dividen adalah 1,8670 dengan deviasi standar 6,28195. Nilai minimum untuk ROA adalah -0,30 serta nilai maksimum 0,42, dan rata-rata Profitabilitas adalah 0,1080 dan deviasi standar 0,12051. xiv 1. Uji Asumsi Klasik Persyaratan untuk bisa menggunakan persamaan regresi berganda adalah terpenuhinya asumsi klasik. Untuk mendapatkan nilai yang efisien dan tidak bias atau BLUE (Best Linear Unbias Estimator) dari satu persamaan regresi berganda, maka perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui model regresi yang dihasilkan memenuhi persyaratan asumsi klasik (Ghozali, 2009). 4.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model penelitian variabel terdistribusi secara normal normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi nilai residual normal atau mendekati normal (Ghozali, 2009). Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan pengujian One-Sample Kolmogorov Smirnov test. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut ini: Table 1.8.1 Hasil Uji Normalitas On e-Sam p le Ko lm ogo r ov-Sm irn ov Tes t LNSKI N 117 Normal Parameters a,b DER PER 117 ROA 117 117 Mean 14.7228 1.8670 31.1761 .1080 Std. Dev iation 1.12364 6.28195 119.86197 .12051 .142 Most Extreme Absolute .070 .393 .404 Dif f erenc es Pos itiv e .070 .393 .404 .142 Negative -.060 -.390 -.356 -.140 Kolmogorov -Smirnov Z .761 4.255 4.366 1.537 As ymp. Sig. (2-tailed) .608 .454 .211 .118 a. Tes t distribution is Normal. b. Calculated f rom data. Dari tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa nilai signifikansi (p-value) seluruh variabel lebih besar diatas level signifikansi 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa data dalam penelitian ini telah terdistribusi dengan normal. 1.8.3 Hasil Uji Multikolineritas Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 yang berarti terjadi hubungan yang cukup besar antara variabel bebas dan tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95% (kofisien lemah tidak xv lebih besar dari 5) . Jika VIF lebih besar dari 10, apabila VIF kurang dari 10 dapat dikatakan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model adalah dapat dipercaya dan objektif. Tabel 1.8.3 Hasil Uji Multikonelaritas Coefficients a Collinearity Statis tic s Model 1 Toleranc e VIF DER .935 1.070 PER .996 1.004 ROA .933 1.071 a. Dependent Variable: LNSKI Berdasarkan uji multikolineritas pada Tabel 1.8.3 di atas, dapat dilihat bahwa hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan bahwa variable Hutang, Dividen, dan Profitabilitas memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 (10%) yang artinya bahwa korelasi antar variabel bebas tersebut nilainya kurang dari 95%, dan hasil dari varian inflanation factor (VIF) menunjukan bahwa Hutang, Dividen, dan Profitabilitas memiliki nilai VIF kurang dari 10. Dimana, jika nilai tolerance lebih dari 0,10 atau 10% dan nilai VIF kurang dari 10, maka dalam pengujian data tersebut tidak terdapat korelasi antar variabel bebas atau tidak terjadi multikolonearitas. Namun, bila sebaliknya yang terjadi dimana nilai tolerance kurang dari 0,10 atau 10% dan nilai VIF lebih dari 10, maka dapat dikatakan bahwa hasil pengujian yang dilakukan terdapat korelasi antar variabel bebas atau terjadi multikolonearitas. 1.8.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar SRESID dan ZPRED (Ghozali, 2009). xvi Gambar 1.8.4 Uji Heteroskedastisitas Scatterplot Dependent Variable: LNSKI 3 Regression Studentized Residual 2 1 0 -1 -2 -3 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 Regression Standardized Predicted Value Gambar 4.1 menunjukan hasil pengujian heteroskedastisitas pada tampilan grafik scatterplots bahwa titik-titik tidak berkumpul dan menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskidastisitas pada model regresi pada penelitian ini. 1.8.5 Hasil Uji Autokorelasi Tabel 1.8.5 Hasil Uji Autokorelasi M o de l Sum m ar y Model 1 R R Square a .516 b Adjus ted Std. Error of Durbin- R Square the Es timate Watson .266 .246 .97543 1.965 a. Predic tors: (Cons tant), ROA , PER, DER b. Dependent Variable: LNSKI Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi akan dilakukan pengujian Durbin-Watson (Dw_test). Hasil pengujian diperoleh nilai Dw = 1,965 sedangkan Dutabel = 1,817 (N=117, k=3). Berdasarkan kriteria tersebut maka 1,817< 1,970, sehingga dapat disimpulkan bahwa, tidak terjadi autokorelasi. 1.8.6 Analisis Regresi Liniear Berganda Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Uji statistik t, uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen, hasil uji hipotesis diperoleh sebagai berikut: xvii Tabel 1.8.6 Hasil Uji Hipotesis Co efficien ts Model 1 Uns tandardized Standardiz ed Coeff icients Coeff icients B (Cons tant) Std. Error 14.095 .134 DER -.037 .015 PER .011 .001 ROA 4.849 .778 a Collinearity Statis tic s Beta t Sig. Toleranc e VIF 105.059 .000 -.209 -2.513 .013 .935 1.070 .119 1.873 .043 .996 1.004 .520 6.233 .000 .933 1.071 a. Dependent Variable: LNSKI Sumber: Lampiran 7, 2014 Berdasarkan tabel di 4.5 dapat dibuat persamaan regresi liniear berganda sebagai berikut: SKI=14,095-0,037Hutang+0,011Dividen+4.849Profitabilitas Dari model regresi yang terbentuk tersebut maka diperoleh hubungan antara masing-masing variabel independen (Hutang, Dividen, Risiko dan Profitabilitas) dengan variabel dependen (SKI) yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Nilai konstanta bertanda positif sebesar 14,095 menyatakan, bahwa jika tidak ada kegiatan dari ke-empat variabel bebas tersebut yang mempengaruhi Set Kesempatan Investasi (SKI), maka Set Kesempatan Investasi adalah positif. 2. Koefisien regresi Hutang bertanda negatif sebesar -0.037 menyatakan, bahwa variabel kebijakan hutang yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh yang negatif terhadap Set Kesempatan Investasi, serta mempunyai nilai signifikan (0,014) lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis yang menyatakan “Kebijakan hutang berpengaruh negatif dengan set kesempatan investasi”, didukung. xviii 3. Koefisien regresi Dividen bertanda positif sebesar 0.0menyatakan, bahwa variabel kebijakan deviden yang diproksikan dengan Price Earning Ratio memiliki pengaruh yang positif terhadap Set Kesempatan Investasi dan mempunyai nilai signifikan (0,043) lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis yang menyatakan “Kebijakan dividen berpengaruh positiv terhadap set kesempatan investasi”, didukung. 4. Koefisien regresi Profitabilitas bertanda postif sebesar 4.8949 menyatakan, bahwa variabel profitabilitas yang diproksikan dengan return on asset memiliki pengaruh yang positif terhadap Set Kesempatan Investasi, dan mempunyai nilai signifikan (0,000) lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis yang menyatakan “Profitabilitas berpengaruh positif terhadap set kesempatan investasi”, didukung. Penelitian ini merupakan studi yang melakukan analisis untuk menguji pengaruh kebijakan hutang, kebijakan dividen, dan profitabilitas terhadap set kesempatan investasi pada perusahaan manufaktur yang terdftar di BEI periode 2010-2012 Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa model regresi sesuai dengan hasil observasi dari penelitian. Dimana hal ini menunjukan bahwa variabel terikat yang digunakan dalam penelitian berhubungan dengan variabel bebasnya. Selanjutnya pengaruh masing-masing variabel tersebut dapat terlihat pada tabel 4.6 dan mempunyai kemaknaan sebagai berikut: Hasil Penelitian Hipotesis Penelitian H1= Kebijakan hutang berpengaruh negatif dengan set kesempatan investasi H2= Kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap set xix Hasil Uji didukung kesempatan investasi didukung H3= Profitabilitas berpengaruh positif terhadap set kesempatan investasi didukung 1.9 Pembahasan 1.9.1 Kebijakan hutang Terhadap Set Kesempatan Investasi Berdasarkan hasil pengujian kebijakan hutang terhadap set kesempatan investasi, dapat diketahui bahwa kebijakan hutang yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh yang negatif terhadap Set Kesempatan Investasi, serta mempunyai nilai signifikan (0,014) lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis yang menyatakan “Kebijakan hutang berpengaruh negatif dengan set kesempatan investasi”, didukung. Hasil penelitian ini mempunyai kesamaan hasil dengan penelitian Subchan dan Sudarman (2005) yang membuktikan bahwa Kebijakan hutang berpengaruh negatif, berdasarkan pecking order theory perusahaan cenderung menggunakan dana internal dibandingkan dengan dana eksternal. Perusahaan yang pertumbuhannya tinggi memungkinkan mempunyai kesempatan yang profitable sehingga akan mendanai invetasinya secara internal dibandingkan dengan dana eksternal 1.9.2 Kebijakan Dividen Terhadap Set Kesempatan Investasi Berdasarkan hasil pengujian kebijakan deviden terhadap set kesempatan investasi, dapat diketahui bahwa variabel kebijakan deviden yang diproksikan dengan Price Earning Ratio memiliki pengaruh yang positif terhadap Set Kesempatan Investasi tetapi tidak signifikan, karena mempunyai nilai signifikan (0,143) lebih besar dari 0,05 sehingga hipotesis yang menyatakan “Kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap set kesempatan investasi”, tidak didukung. Hasil penelitian ini mempunyai kesamaan hasil dengan penelitian Hastuti dan Moerdiyanto (2012) yang membuktikan bahwa kebijakan dividen perusahaan berpengaruh positif terhadap Set kesempatan Investasi, hal ini dimungkinkan variabel set kesempatan investasi lebih dipengaruhi oleh variabel bebas lain dalam penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Subekti dan Kusuma (2000) yang menyatakan bahwa perusahaan tumbuh membayarkan dividen lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan tumbuh. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan tumbuh menggunakan laba ditahan untuk melakukan ekspansi dan xx membiayai investasi yang dilakukan sehingga tersedianya alternatif investasi di masa datang bagi perusahaan akan semakin meningkat. 1.9.3 Profitabilitas Terhadap Set Kesempatan Investasi Berdasarkan hasil pengujian profitabilitas terhadap set kesempatan investasi, dapat diketahui bahwa variabel profitabilitas yang diproksikan dengan return on asset memiliki pengaruh yang positif terhadap Set Kesempatan Investasi, dan mempunyai nilai signifikan (0,000) lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis yang menyatakan “Profitabilitas berpengaruh positif terhadap set kesempatan investasi”, didukung. Profitabilitas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada periode akuntansi, hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Subchan dan Sudarman (2005) yang menyatakan bahwa Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Set kesempatan investasi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi cenderung memiliki set kesempatan investasi yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan dengan profitabilitas rendah. xxi Simpulan Berdasarkan uraian pada pembahasan, maka penulis menarik beberapa kesimpulan bahwa: 1. Berdasarkan hasil pengujian kebijakan hutang terhadap set kesempatan investasi, dapat diketahui bahwa kebijakan hutang yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh yang negatif terhadap Set Kesempatan Investasi, serta mempunyai nilai signifikan (0,014) lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis yang menyatakan “Kebijakan hutang berpengaruh negatif dengan set kesempatan investasi”, diterima. 2. Berdasarkan hasil pengujian kebijakan deviden terhadap set kesempatan investasi, dapat diketahui bahwa variabel kebijakan deviden yang diproksikan dengan Price Earning Ratio memiliki pengaruh yang positif terhadap Set Kesempatan Investasi dan mempunyai nilai signifikan (0,0045) lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis yang menyatakan “Kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap set kesempatan investasi”, diterima. 3. Berdasarkan hasil pengujian profitabilitas terhadap set kesempatan investasi, dapat diketahui bahwa variabel profitabilitas yang diproksikan dengan return on asset memiliki pengaruh yang positif terhadap Set Kesempatan Investasi, dan mempunyai nilai signifikan (0,000) lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis yang menyatakan “Profitabilitas berpengaruh positif terhadap set kesempatan investasi”, diterima. xxii Keterbatasan Penelitian a. Populasi penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012, dan jumlah sampel perusahaan yang didapat untuk perhitungan penelitian hanya 39 perusahaan. b. Variabel bebas dalam penelitian ini hanya empat variabel yang digunakan sebagai variabel yang diduga mempengaruhi set kesempatan investasi. Saran 1. Bagi investor hendaknya mempertimbangkan profitabilitas perusahaan, karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat profitabilitas merupakan insentif bagi peningkatan nilai pasar perusahaan, profit yang tinggi akan memberikan indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham. Selanjutnya permintaan saham yang meningkat akan menyebabkan set kesempatan investasi yang meningkat. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan lebih banyak menggunakan perusahaan yang menjadi sampel penelitian, karena pemilihan sampel dalam penelitian ini ditetapkan dengan kriteria bertujan hanya pada perusahaan manufaktur saja, tetapi kepada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesiaia xxiii