PENENTUAN SENYAWA GOLONGAN ALKALOID

advertisement
1
PENDAHULUAN
Diabetes melitus adalah suatu penyakit
metabolisme yang ditandai dengan kadar
glukosa darah yang tinggi, serta dapat
menyebabkan komplikasi seperti penyakit
saraf, ginjal, dan jantung. Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), 300 juta penduduk
dunia akan menderita diabetes melitus pada
tahun 2025 (Pradeepa & Mohan 2004).
Berdasarkan penelitian di Indonesia, jumlah
penderita diabetes melitus berkisar 1.2-2.3%
dari jumlah penduduk yang berusia 15 tahun
ke atas. Hal ini dikarenakan diabetes dapat
menyerang setiap orang dari berbagai
kalangan dan umur. Oleh karena semakin
meningkatnya jumlah penderita diabetes
melitus, maka diperlukan suatu pengobatan
yang efektif tanpa menimbulkan efek samping
yang besar.
Pengobatan diabetes melitus yang
digunakan adalah dengan injeksi insulin ke
dalam tubuh secara berkala atau dengan
mengkonsumsi obat sintetik. Selain memerlukan biaya yang cukup mahal, obat sintetik
dapat menimbulkan efek samping, sehingga
pengobatan tradisional mendapat tempat di
masyarakat dan menjadi alternatif dalam
pengobatan.
Salah satu alternatif dalam mengatasinya
adalah dengan memanfaatkan potensi buah
mahkota dewa (MD) sebagai antidiabetes.
Secara empiris MD sudah sering digunakan
sebagai obat antidiabetes oleh masyarakat
Indonesia. Hasil penelitian-penelitian sebelumnya menyatakan bahwa MD mengandung
senyawa metabolit
sekunder alkaloid,
flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan
tanin (Harmanto 2003; Satria 2005).
Pengujian aktivitas MD sebagai antidiabetes
sudah pernah dilakukan, namun hanya
dilakukan pada buah MD dengan usia matang
(tua). Perbedaan usia buah mempengaruhi
kandungan metabolit sekunder sehingga
berimplikasi pada kadar metabolit sekunder
yang berbeda pula. Perbedaan kandungan dan
kadar juga akan mempengaruhi perbedaan
khasiat yang ada pada buah dengan usia yang
berbeda. Sugiwati (2006) melaporkan khasiat
buah mahkota dewa asal Jawa Tengah dapat
menghambat α-glukosidase dengan potensi
yang berbeda pada berbagai jenis ekstrak dan
kematangan buah mahkota dewa. Buah
mahkota dewa usia muda memiliki daya
hambat terhadap α–glukosidase lebih besar
dibandingkan dengan buah yang tua. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui perbedaan kandungan metabolit
sekunder maupun khasiatnya pada usia buah
yang berbeda yang dicirikan dengan warna
buah.
Nakatani et al. (2006) menemukan
senyawa alkaloid golongan isoindolin dari
Myrmeleotidae sp. Senyawa ini memiliki
aktivitas
farmakologis
yang
dapat
menghambat aktivitas α-glukosidase. Selain
itu, Ashour et al. (2007) mendapatkan
sembilan senyawa alkaloid golongan indol
dari bunga karang Hyrtious erectus yang juga
mempunyai aktivitas inhibisi terhadap enzim
α-glukosidase. Penelitian Rohimah (2008)
menyebutkan bahwa ekstrak metanol buah
mahkota dewa memiliki daya hambat terhadap
α–glukosidase sebesar 40.95%. Namun,
berdasarkan identifikasi dengan menggunakan
spektrofotometer UV-tampak dan inframerah,
fraksi dari ekstrak alkaloid yang memiliki
daya hambat terbesar tidak menunjukkan
adanya senyawa golongan alkaloid dan
terdapat adanya karbohidrat dan protein.
Temuan ini menjadi acuan untuk mencari
ekstrak teraktif senyawa golongan alkaloid
berdasarkan kematangan buah MD terhadap
aktivitas α–glukosidase. Kemudian dilakukan
isolasi dan identifikasi fraksi teraktif dari
ekstrak alkaloid.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan
ekstrak alkaloid buah mahkota dewa yang
menghambat aktivitas α–glukosidase serta
mengetahui umur buah yang memiliki daya
hambat terbesar.
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) merupakan
penyakit dengan kadar glukosa darah melebihi
nilai normal (80-120 mg/dl), yang biasa
disebut
hiperglikemia,
akibat
tubuh
kekurangan insulin baik absolut atau relatif.
Insulin merupakan hormon yang secara alami
terdapat di dalam darah dan penting dalam
penyediaan energi dalam sel agar dapat
berfungsi. Insulin dapat membantu mengeluarkan/mengalirkan gula (glukosa) dari aliran
darah menuju sel. Penimbunan glukosa dalam
darah (hiperglikemia) akan terjadi jika
glukosa tidak dapat dialirkan ke dalam sel. Ini
dapat menyebabkan kerusakan organ yang
meliputi mata dan ginjal atau kerusakan
pembuluh darah dan kegelisahan. Gejala yang
ditimbulkan adalah rasa haus, sering kencing
(poliuria), banyak makan (polifagia) tetapi
berat badan tetap menurun, gatal-gatal, dan
badan terasa lemah (Dalimartha 2002).
Download