UJI ORGANOLEPTIK BISKUIT DAN FLAKE CAMPURAN TEPUNG PISANG DENGAN KURMA SEBAGAI SUPLEMEN BAGI OLAHRAGAWAN Desiana Merawati1) Budi Wibowotomo2) Ahmad Sulaeman3) Budi Setiawan3) 1 Jurusan Ilmu Keolahragaan FIK Universitas Negeri Malang Jurusan Teknologi Industri FT Universitas Negeri Malang 3 Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB Bogor e-mail: [email protected] 2 Abstract: The diversity of carbohydrate-rich food source needs to be improved as food that can give energy supplement supply for sportsmen. Thus it needed a research about the characterization and potential of food from banana and dates. This study was aimed to discuss the food product processing with the ingredients from dates and banana flour which is the favorite of sportsmen. This study was an experimental randomized control trial, which is the making of food product from banana and dates flour. A hedonic test was carried out to identify the quality and preference that covered color, flavor, and smell of the food product. The processing of hedonic data employed one way anova test with the sequenced test using Duncan test. Generally, the acceptance level of the panelists toward biscuit and flakes was relatively similar. Dates flakes are more preferable than date biscuits. However, the acceptance level of the panelists toward the flakes with milk addition was better (preferable). Based on the hedonic and quality hedonic test, it is known that the color of the biscuit was not sharp enough, the flavor of the biscuit was not sweet enough, and the texture was not crunchy enough sot an improvement needed to be done on the color, flavor, and taste. The taste of the flake was not sweet enough, the aroma was not sharp enough, and the texture was not crunchy enough. Abstrak: Penganekaragaman sumber pangan kaya karbohidrat perlu diperdayakan sebagai makanan yang dapat memberikan asupan tambahan energi bagi olahragawan. Oleh karena itu perlu penelitian tentang karakterisasi dan potensi makanan dari bahan dasar pisang dan kurma. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengolahan produk makanan berbahan baku kurma dan tepung pisang yang disukai olahragawan. Penelitian ini adalah penelitian experimental randomized control trial yaitu pembuatan produk makanan dari tepung pisang dan kurma. Uji hedonik dilakukan untuk mengetahui mutu dan kesukaan yang meliputi warna, rasa dan aroma produk makanan. Pengolahan data hedonik menggunakan uji one way anova dengan uji lanjut adalah Uji Duncan. Secara umum tingkat penerimaan panelis terhadap Biskuit dan flake relatif sama. Flake kurma lebih disukai dibandingkan dengan biskuit kurma. Tetapi tingkat penerimaan panelis terhadap flake yang ditambah susu sudah baik (disukai). Berdasarkan hasil uji hedonik dan mutu hedonik diketahui bahwa warna biskuit kurang tajam, rasa biskuit kurang manis dan tekstur tidak renyah sehingga diperlukan perbaikan terhadap warna, rasa dan tekstur. Adapun rasa flake kurang manis, aroma kurang tajam dan tekstur tidak renyah. Kata kunci: biskuit, flake, tepung pisang, kurma, olahragawan. Keadaan gizi dan prestasi olahraga mempunyai hubungan yang sangat erat. Gizi yang cukup dapat menjamin kesehatan optimal yang diperlukan olahragawan untuk berperstasi tinggi. Apabila asupan tidak sesuai dengan energy yang dikeluarkan akan berdampak terhadap kinerja 7 8 Jurnal TIBBS (Teknologi Industri Boga dan Busana) Vol. 3 No. 1 Maret 2012 :7-13 fisik. Latihan atau olahraga yang dilakukan dalam waktu lama serta menguras tenaga, sumber energinya berasal dari simpanan glikogen pada otot dan hati. Untuk mempertahankan simpanan glikogen otot seorang olahragawan dalam sehari-hari perlu mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah cukup besar yaitu 8-10 gram/kilogram berat badan. Juga disarankan mengkonsumsi 1-2 gram karbohidrat/kilogram berat badan dalam waktu 1 jam sebelum pertandingan. Referensi lain memberikan rekomendasi untuk menambah simpanan energi melalui konsumsi buah pisang sebelum berlangsungnya pertandingan atau saat jeda mengayuh sepeda. (Burke, 1993). Makanan olahragawan memegang peranan penting dalam peningkatan prestasi olahraga bagi olaragawan. Menciptakan makanan yang bergizi baik sesuai dengan kebutuhan olahragawan adalah suatu usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan prestasi olahragawan di Indonesia. Pada prinsipnya makanan harus mengandung lebih banyak karbohidrat kompleks karena dapat meningkatkan cadangan glikogen. (Rimbawan dan Siagian, 2004; Rankin, 2002). Diet tinggi karbohidrat sebelum latihan dapat dilakukan karena semakin tinggi simpanan glikogen, semakin lama atlet mampu melakukan latihan dengan baik. Diet tinggi karbohidrat selama 3 hari menghasilkan simpanan glikogen sebanyak 200 Mmol/kg otot yang mampu untuk digunakan latihan selama 170 menit. (Damayanti, 2000). Pisang yang telah lama dikenal masyarakat merupakan buah yang tidak mengenal musim. Kandungan gizi buah pisang dapat dikatakan lengkap yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Sifatnya mudah dicerna, karbohidratnya dapat berperan sebagai cadangan energi, mengefektifkan penyerapan kalsium serta kandungan kaliumnya dapat berfungsi untuk menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh, menurunkan tekanan darah, serta membantu pengiriman oksigen ke otak. Dengan demikian buah pisang cocok dikonsumsi olahragawan (Soehardi, 2004. Wikipedia, 2009;). Kurma merupakan buah yang identik sebagai santapan buka puasa, memiliki banyak manfaat, kandu-ngan karbohidrat dan proteinnya sangat mudah dicerna sehingga baik dikonsumsi bagi yang sudah seharian berpuasa. Kalium yang di kandung kurma cukup tinggi sehingga dapat mengatasi dan mengurangi keletihan karena mengaktifkan kontraksi otot dan menstabilkan tekanan darah. Fruktosa yang terkandung dalam kurma mempunyai kelebihan dapat memasuki sel jaringan tubuh tanpa bantuan hormon insulin karenanya siap dipakai tubuh, sehingga dalam beberapa menit tubuh akan segera memperoleh asupan energi dan menjadi bugar kembali. (Rimbawan dan Siagian, 2004). Pisang dan kurma memiliki potensi yang bermanfaat bagi kesehatan, kandungan kaliumnya mampu menurunkan tekanan darah, menjaga kesehatan jantung, memperlancar pengiriman oksigen ke otak, memicu kerja otot dan simpul syaraf, sedangkan karbohidrat yang terkandung dapat berperan sebagai sumber energi. (Soehardi, 2004.Astawan, 2006). Dengan demikian pisang dan kurma baik untuk olahragawan karena aktivitas fisiknya memerlukan kandungan yang terdapat pada buah pisang dan kurma. Dalam memenuhi kebutuhan karbohidrat bagi olahragawan perlu penganekaragaman sumber pangan yang disajikan dalam berbagai bentuk makanan dengan cita rasa, warna, aroma, dan bentuk yang menarik. Pada saat ini pisang dan kurma di Indonesia tidak lagi mengenal batasan musim, keduanya dapat diperoleh setiap saat, maka keduanya perlu diperdayakan sebagai makanan yang dapat memberikan asupan tambahan energi. Namun pemanfataan pisang dan kurma sebagai sumber penyediaan energi bagi olahragawan masih belum optimal, oleh karena itu perlu penelitian tentang karakterisasi dan potensi makanan dari bahan dasar pisang dan kurma. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengolahan produk makanan berbahan baku kurma dan tepung pisang yang disukai olahragawan. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan membuat dua produk makanan berbasis tepung pisang dan kurma. Produk makanan yang diujicobakan adalah biskuit dan flake yang selanjutnya akan dianalisis untuk mendapatkan produk makanan yang bermutu dan disukai. Uji Organoleptik Uji organoleptik yang dilakukan terhadap dua produk makanan yaitu biskuit dan flake Desiana Merawati, Uji Organoleptik Biskuit Dan Flake Campuran Tepung Pisang Dengan Kurma tepung pisang dan kurma. Uji hedonik digunakan untuk menentukan produk makanan mana yang paling disukai, meliputi warna, rasa dan aroma produk makanan. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer berupa mutu produk biskuit dan flake tepung pisang dan kurma serta data kesukaan. Data yang dikumpulkan meliputi rasa, aroma, warna, dan tekstur dari produk biskuit dan flake tepung pisang dan kurma. Data kesukaan terhadap produk biskuit dan flake tepung pisang dan kurma yang meliputi rasa, warna, dan aroma. Data diperoleh melalui uji coba pada panelis dengan uji hedonik. Jumlah panelis pada uji organoleptik ini sebanyak 20 orang panelis terlatih. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan secara bertahap mulai dari data terkumpul dilapangan sampai siap untuk dianalisis. Terhadap data dari hasil pengumpulan dilapangan dilakukan pengeditan (editing), pengkodean (coding) dan pemasukan data ke dalam komputer (entry data). Selanjutnya pembersihan data (cleaning) dengan cara melihat distribusi dan frekuensi setiap peubah. Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian ditabulasikan, kemudian dianalisis. Pengolahan data hedonik dilakukan dengan pendekatan uji one way anova dengan uji lanjut adalah Uji Duncan . HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Coba Produk Uji coba dilakukan untuk mendapatkan formula yang tepat yang selanjutnya pada formula yang terpilih akan diuji mutu dan kesukaan dengan uji hedonik. Uji coba dilakukan di laboratorium pastry yang terdapat di Jurusan Teknologi Industri Universitas Negeri Malang. Uji Coba dilakukan pada semua produk yang akan dianalisis. Dari kedua produk yang diuji cobakan, formulasi kedua produk yang akan diuji cobakan berasal dari resep standar yang sudah umum digunakan. Dari resep standar tersebut kemudian dilakukan penggantian bahan baku yaitu pada bahan tepung terigu. Tepung terigu disubstitusi dengan tepung pisang dan ditambahkan kurma. Formulasi resep yang diuji 9 cobakan berlangsung rata-rata tiga hingga empat kali. Setelah didapat formulasi resep yang tepat, produk tersebut kemudian diuji hedonik pada panelis untuk melihat mutu dan kesukaan. Pasta pisang-kurma ternyata tidak dapat dianalisis lebih lanjut karena mudah rusak, sehingga hanya dua produk yang selanjutnya diuji mutu dan kesukaan dengan uji hedonik. Penurunan mutu produk pasta/saos dapat terjadi antara lain warna menjadi lebih pucat, kekentalan yang menurun, dan rasa yang menyimpang; sehingga mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap produk (Afrianty, 1996). Uji Organoleptik Uji hedonik yang digunakan dalam pengujian biskuit dan flake kurma adalah uji skalar yaitu salah satu jenis uji hedonik yang menggunakan garis sebagai parameter penilaiannya. Jumlah panelis yang digunakan adalah 20 orang. Prinsip uji skalar adalah panelis diberikan 3 sampel biskuit dan flake kurma kemudian diminta untuk memberikan penilaian terhadap warna, aroma, tekstur, rasa dan penerimaan keseluruhan dengan memberikan tanda silang pada garis skalar yang tersedia. Skor garis skalar antara 1 (sangat tidak suka sekali) dan 9 (sangat suka sekali). Penerimaan Panelis Penerimaan panelis diperoleh dari skor yang diberikan oleh panelis. Panelis dinyatakan suka jika memberikan skor >5 dan panelis dinyatakan tidak suka jika memberikan skor <5. Berdasarkan uji hedonik (skalar) terhadap warna, aroma, tekstur, rasa dan penerimaan keseluruhan 3 sampel biskuit dan flake kurma diperoleh hasil bahwa : Warna flake kurma lebih disukai dibandingkan biskuit kurma, karena warna biskuit kurma kurang menarik/kurang coklat dan atau tidak merata, sedangkan warna flake kurma dan susu lebih disukai oleh panelis dibandingkan Biskuit kurma. Hal ini disebabkan reaksi browning/pencoklatan. Pada flake pencoklatan merupakan karamelisasi dari laktosa susu setelah dipanggang (Winarno, 2002); sedangkan pada biskuit, reaksi browning merupakan reaksi Maillard yang berasal dari komponen protein terigu dengan glukosa dari kurma. Aroma Biskuit lebih disukai dibandingkan flake kurma. Aroma Biskuit dan flake masih 10 Jurnal TIBBS (Teknologi Industri Boga dan Busana) Vol. 3 No. 1 Maret 2012 :7-13 belum cukup bagus/tajam tetapi aroma biskuit masih lebih disukai dibandingkan flake. Aroma biskuit yang lebih disukai diduga dipengaruhi oleh bahan berprotein yaitu terigu dan telur; dibanding aroma flake yang kemungkinan hanya disumbang oleh bahan susu sebagai pelarut. Menurut Susilorini dan Sawitri (2006) protein mempunyai rasa gurih, demikian pula lemak dari telur. Tekstur flake kurma lebih disukai oleh panelis dibandingkan Biskuit kurma. Namun tekstur kedua sample ini sudah tidak renyah. Berkurangnya kerenyahan produk flake dan biskuit ini kemungkinan besar akibat penggunaan kemasan yang tidak kedap air dan udara. Pengemas yang sesuai untuk produk-produk roti/biskuit umumnya adalah dari plastik jenis poli-etilen, polistiren, atau selopan (Julianti dan Nurminah, 2006). Tekstur flake kurma dan susu lebih disukai oleh panelis. Rasa flake kurma dan Biskuit kurma masih kurang manis, namun berdasarkan penilaian panelis Rasa flake kurma lebih disukai dibandingkan dengan Biskuit Kurma. Rasa Flake Kurma dan Susu relatif lebih disukai hal ini disebabkan karena adanya penambahan susu yang menambah citarasa dari Flake Kurma. Rasa Flake Kurma dan Susu relatif lebih disukai hal ini disebabkan karena adanya penambahan susu yang menambah citarasa dari Flake Kurma. Hal tersebut dikarenakan susu memiliki flavor yang sangat disukai oleh konsumen. Lemak merupakan komponen utama dalam susu yang secara kimia adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung gula, garam-garam mineral dan protein dalam bentuk suspensi koloidal. Selain itu susu juga memberikan rasa manis yang disebabkan hubungan antara laktosa dan klorida dalam susu. Menurut Susilorini dan Sawitri (2006), Buckle et.al (2000) flavor susu mempunyai karakteristik manis agak gurih. Rasa manis berasal dari laktosa, sedangkan rasa gurih asin berasal dari mineral klorida. Secara umum Flake kurma lebih disukai dibandingkan Biskuit Kurma. Flake kurma yang ditambahkan susu lebih disukai oleh panelis. Pada Tabel 1 dan 2 disajikan secara rinci % penerimaan panelis terhadap 3 sampel Biskuit Kuma dan Flake Kurma. Tabel 1. Penerimaan Panelis terhadap Warna, Aroma dan Tekstur Jenis sampel A B C Warna 1* 2* Aroma Total 1* Tekstur 2* Total 1* N 9 11 20 5 15 20 10 10 20 45 55 100 25 75 100 50 50 100 N 1 19 20 6 14 20 9 11 20 % 5 95 100 30 70 100 45 55 100 N 2 18 20 2 18 20 4 16 20 % 10 90 100 10 90 100 20 80 100 Tabel 2. Penerimaan Panelis terhadap Rasa dan Penerimaan Keseluruhan Jenis sampel B C Total % Ket : 1 : tidak suka , 2 : suka, A=Biskuit, B=Flake, C=Flake+Susu A 2* Rasa 1* 2* Penerimaan Keseluruhan Total 1* 2* Total N 5 15 20 4 16 20 % N % N 25 3 15 5 75 17 85 15 100 20 100 20 20 3 15 2 80 17 85 18 100 20 100 20 % 25 75 100 10 90 100 Ket : 1 : tidak suka , 2 : suka, A=Biskuit, B=Flake, C=Flake+Susu Desiana Merawati, Uji Organoleptik Biskuit Dan Flake Campuran Tepung Pisang Dengan Kurma 11 Tabel 3. Hasil Anova Uji Hedonik Sum of Squares Hedowarna Hedorasa Hedotekstur 28,369 2 14,185 Within Groups 76,133 57 1,336 104,502 59 Between Groups 16,749 2 8,375 Within Groups 124,887 57 2,191 Total 141,636 59 Between Groups ,345 2 ,173 Within Groups 131,564 57 2,308 Total 131,910 59 7,771 2 3,885 1,650 Between Groups Within Groups 94,065 57 101,836 59 Between Groups 13,143 2 6,572 Within Groups 77,721 57 1,364 Total 90,864 59 Total Hedototal Mean Square Between Groups Total Hedoaroma df Uji Hedonik F Sig. 10,620 ,000 3,822 ,028 ,075 ,928 2,354 ,104 4,819 ,012 Tabel 6. Hedonik Total Pengolahan data hedonik dilakukan dengan pendekatan uji one way anova dengan uji lanjut adalah Uji Duncan. Pada tabel 3 disajikan statistik hasil uji anova hedonik secara rinci : N 1 Duncan(a) Biskuit 20 Flake 20 Flake dan Susu 20 Sig. Subset for alpha = .05 2 1 5,08 6,41 6,64 1,000 ,532 Tabel 5. Hedonik Aroma N Subset for alpha = .05 1 20 2 5,61 1 Biskuit 20 6,34 6,34 Flake dan Susu 20 Kode Duncan(a) Flake Sig. Duncan(a) 6,90 ,122 ,241 N Subset for alpha = .05 Biskuit 1 20 2 5,55 Flake 20 5,72 Flake dan Susu 20 Sig. Tabel 4. Hedonik Warna Kode Kode 1 6,62 ,657 1,000 Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa terdapat perbedaan yang nyata untuk warna, aroma dan penerimaan keseluruhan di antara produk biskuit dan flake yang diujikan. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antar produk, maka dilakukan uji sebaran Duncan seperti pada tabel 4,5, dan 6. Hasil Uji Duncan menunjukkan bahwa warna Biksuit berbeda dengan warna Flake dan Flake+susu. Aroma Flake dan Biskuit tidak berbeda nyata tetapi aroma biskuit dengan flake +susu dan Flake dengan Flake+susu berbeda, hal ini menunjukan bahwa penambahan susu mempengaruhi penerimaan panelis terhadap aroma. Secara keseluruhan Flake dan Biskuit tidak berbeda nyata tetapi biskuit dengan flake +susu dan Flake dengan Flake+susu berbeda. 12 Jurnal TIBBS (Teknologi Industri Boga dan Busana) Vol. 3 No. 1 Maret 2012 :7-13 Uji Mutu Hedonik (uji skalar) Uji mutu hedonik merupakan uji hedonik yang lebih khusus yang ditujukan untuk menilai satu jenis mutu tertentu. Sama halnya seperti uji hedonik, data uji mutu hedonik dianalisis dengan pendekatan uji one way anova dengan uji lanjut adalah Uji Duncan. Berikut disajikan secara rinci hasil uji one way anova : Tabel 7. Hasil Anova Terhadap Mutu Hedonik Mutu warna Mutu aroma Mutu rasa Mutu tekstur Sum of Squares 15,469 127,967 143,436 18,741 99,329 118,070 3,185 106,882 110,067 7,394 88,027 95,422 Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total df 2 57 59 2 57 59 2 57 59 2 57 59 Mean Square 7,735 2,245 F 3,445 Sig. ,039 9,371 1,743 5,377 ,007 1,593 1,875 ,849 ,433 3,697 1,544 2,394 ,100 Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa terdapat perbedaan yang nyata untuk warna dan aroma di antara produk biskuit dan flake yang diujikan. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antar produk, maka dilakukan Uji Sebaran Duncan sebagai berikut: Hasil Uji Duncan menunjukkan bahwa mutu warna Biskuit berbeda dengan warna Flake dan Flake+susu. Mutu Aroma Flake dengan Biskuit dan Flake dengan Flake+susu berbeda nyata tetapi aroma biskuit dengan flake+susu tidak berbeda. Tabel 8. Mutu Warna SIMPULAN Kode Subset for alpha = .05 2 1 N 1 Duncan(a) Flake dan Susu 20 4,87 Flake 20 4,98 Biskuit 20 Sig. ,809 6,00 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 20,000. Tabel 9. Mutu Aroma Kode N 1 Duncan(a) Subset for alpha = .05 2 1 Flake 20 Biskuit 20 6,43 Flake dan Susu 20 6,83 Sig. 1,000 5,50 ,336 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 20,000. Secara umum tingkat penerima panelis terhadap Biskuit dan Flake relatif sama. Flake kurma lebih disukai dibandingkan dengan biskuit kurma. Tetapi tingkat penerimaan panelis terhadap Flake yang ditambah susu sudah baik (disukai). Berdasarkan hasil uji hedonik dan mutu hedonik masih diketahui bahwa: 1) Warna biskuit kurang tajam, rasa biskuit kurang manis dan tektur tidak renyah sehingga diperlukan perbaikan terhadap warna, rasa dan tekstur; 2) Rasa flake kurang manis, aroma kurang tajam dan tekstur tidak renyah sehingga diperlukan perbaikan terhadap rasa, aroma dan tekstur; dan 3)Penambahan susu pada flake memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat penerimaan panelis. Perlu dilakukan penelitian lanjut tentang kemasan yang tepat agar produk flake tepung pisang dan kurma tetap renyah. Desiana Merawati, Uji Organoleptik Biskuit Dan Flake Campuran Tepung Pisang Dengan Kurma DAFTAR RUJUKAN Afrianty, V., Nurtama, M. Astawan, M. 1996. Mempelajari Karakteristik Mutu Saos Pepaya (Carica Papaya L.). Bul. Tek. Dan Industri Pangan Vol. VII no.1. Diakses berkala http://www.ipb.ac.id [26 Maret 2012]. Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., Wootton, M. 2000. Ilmu Pangan. Terjemahan. Jakarta:UI-Press. Burke E.J. 1993.Work Physiology and the Components of Physical Fitness in the analyn of Human Performan in Burke EJ Toward and Understanding of Human Performan . Newyork. Damayanti,D. 2000. Prokontra Carbohidrate Loading Dalam Pedoman Pelatihan Gizi Olahraga untuk Prestasi. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi masyarakat. 13 Julianti, E., Nurminah, M. 2006. Teknologi Pengemasan. Buku Ajar. Diakses berkala http://www.usu.ac.id/thp_407_textbook_te knologi_pengemasan.pdf [26 Maret 2012]. Rimbawan dan A Siagian. 2004. Indeks Glikemik Pangan: Cara mudah memilih pangan yang menyehatkan. Penebar Swadaya. Jakarta. Soehardi,S.2004. Memelihara Kesehatan Jasmani melalui Makanan. Bandung: Penerbit ITB. Susilorini, T.E., Sawitri, M.E. 2006. Produk Olahan Susu. Jakarta: Penebar Swadaya. Wikipedia. 2009. Pisang. Ensiklopedia bebas. www. Wikipedia.comm html [9 Desember 2009]. Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.