uji organoleptik biskuit dan flake campuran tepung

advertisement
UJI ORGANOLEPTIK BISKUIT DAN FLAKE CAMPURAN
TEPUNG PISANG DENGAN KURMA SEBAGAI SUPLEMEN
BAGI OLAHRAGAWAN
Desiana Merawati1)
Budi Wibowotomo2)
Ahmad Sulaeman3)
Budi Setiawan3)
1
Jurusan Ilmu Keolahragaan FIK Universitas Negeri Malang
Jurusan Teknologi Industri FT Universitas Negeri Malang
3
Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB Bogor
e-mail: [email protected]
2
Abstract: The diversity of carbohydrate-rich food source needs to be improved as food that can
give energy supplement supply for sportsmen. Thus it needed a research about the characterization
and potential of food from banana and dates. This study was aimed to discuss the food product
processing with the ingredients from dates and banana flour which is the favorite of sportsmen.
This study was an experimental randomized control trial, which is the making of food product
from banana and dates flour. A hedonic test was carried out to identify the quality and preference
that covered color, flavor, and smell of the food product. The processing of hedonic data employed
one way anova test with the sequenced test using Duncan test. Generally, the acceptance level of
the panelists toward biscuit and flakes was relatively similar. Dates flakes are more preferable than
date biscuits. However, the acceptance level of the panelists toward the flakes with milk addition
was better (preferable). Based on the hedonic and quality hedonic test, it is known that the color of
the biscuit was not sharp enough, the flavor of the biscuit was not sweet enough, and the texture
was not crunchy enough sot an improvement needed to be done on the color, flavor, and taste. The
taste of the flake was not sweet enough, the aroma was not sharp enough, and the texture was not
crunchy enough.
Abstrak: Penganekaragaman sumber pangan kaya karbohidrat perlu diperdayakan sebagai
makanan yang dapat memberikan asupan tambahan energi bagi olahragawan. Oleh karena itu perlu
penelitian tentang karakterisasi dan potensi makanan dari bahan dasar pisang dan kurma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengolahan produk makanan berbahan baku kurma dan
tepung pisang yang disukai olahragawan. Penelitian ini adalah penelitian experimental randomized
control trial yaitu pembuatan produk makanan dari tepung pisang dan kurma. Uji hedonik
dilakukan untuk mengetahui mutu dan kesukaan yang meliputi warna, rasa dan aroma produk
makanan. Pengolahan data hedonik menggunakan uji one way anova dengan uji lanjut adalah Uji
Duncan. Secara umum tingkat penerimaan panelis terhadap Biskuit dan flake relatif sama. Flake
kurma lebih disukai dibandingkan dengan biskuit kurma. Tetapi tingkat penerimaan panelis
terhadap flake yang ditambah susu sudah baik (disukai). Berdasarkan hasil uji hedonik dan mutu
hedonik diketahui bahwa warna biskuit kurang tajam, rasa biskuit kurang manis dan tekstur tidak
renyah sehingga diperlukan perbaikan terhadap warna, rasa dan tekstur. Adapun rasa flake kurang
manis, aroma kurang tajam dan tekstur tidak renyah.
Kata kunci: biskuit, flake, tepung pisang, kurma, olahragawan.
Keadaan gizi dan prestasi olahraga mempunyai hubungan yang sangat erat. Gizi yang cukup
dapat menjamin kesehatan optimal yang
diperlukan olahragawan untuk berperstasi tinggi.
Apabila asupan tidak sesuai dengan energy yang
dikeluarkan akan berdampak terhadap kinerja
7
8
Jurnal TIBBS (Teknologi Industri Boga dan Busana) Vol. 3 No. 1 Maret 2012 :7-13
fisik. Latihan atau olahraga yang dilakukan
dalam waktu lama serta menguras tenaga,
sumber energinya berasal dari simpanan glikogen pada otot dan hati. Untuk mempertahankan
simpanan glikogen otot seorang olahragawan
dalam sehari-hari perlu mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah cukup besar yaitu 8-10
gram/kilogram berat badan. Juga disarankan
mengkonsumsi 1-2 gram karbohidrat/kilogram
berat badan dalam waktu 1 jam sebelum pertandingan. Referensi lain memberikan rekomendasi
untuk menambah simpanan energi melalui
konsumsi buah pisang sebelum berlangsungnya
pertandingan atau saat jeda mengayuh sepeda.
(Burke, 1993).
Makanan olahragawan memegang peranan
penting dalam peningkatan prestasi olahraga bagi
olaragawan. Menciptakan makanan yang bergizi
baik sesuai dengan kebutuhan olahragawan adalah suatu usaha yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan prestasi olahragawan di Indonesia.
Pada prinsipnya makanan harus mengandung
lebih banyak karbohidrat kompleks karena dapat
meningkatkan cadangan glikogen. (Rimbawan
dan Siagian, 2004; Rankin, 2002).
Diet tinggi karbohidrat sebelum latihan
dapat dilakukan karena semakin tinggi simpanan
glikogen, semakin lama atlet mampu melakukan
latihan dengan baik. Diet tinggi karbohidrat
selama 3 hari menghasilkan simpanan glikogen
sebanyak 200 Mmol/kg otot yang mampu untuk
digunakan latihan selama 170 menit. (Damayanti, 2000).
Pisang yang telah lama dikenal masyarakat
merupakan buah yang tidak mengenal musim.
Kandungan gizi buah pisang dapat dikatakan
lengkap yaitu karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral. Sifatnya mudah dicerna,
karbohidratnya dapat berperan sebagai cadangan
energi, mengefektifkan penyerapan kalsium serta
kandungan kaliumnya dapat berfungsi untuk
menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh,
menurunkan tekanan darah, serta membantu
pengiriman oksigen ke otak. Dengan demikian
buah pisang cocok dikonsumsi olahragawan
(Soehardi, 2004. Wikipedia, 2009;).
Kurma merupakan buah yang identik
sebagai santapan buka puasa, memiliki banyak
manfaat, kandu-ngan karbohidrat dan proteinnya
sangat mudah dicerna sehingga baik dikonsumsi
bagi yang sudah seharian berpuasa. Kalium yang
di kandung kurma cukup tinggi sehingga dapat
mengatasi dan mengurangi keletihan karena
mengaktifkan kontraksi otot dan menstabilkan
tekanan darah. Fruktosa yang terkandung dalam
kurma mempunyai kelebihan dapat memasuki sel
jaringan tubuh tanpa bantuan hormon insulin
karenanya siap dipakai tubuh, sehingga dalam
beberapa menit tubuh akan segera memperoleh
asupan energi dan menjadi bugar kembali.
(Rimbawan dan Siagian, 2004).
Pisang dan kurma memiliki potensi yang
bermanfaat bagi kesehatan, kandungan kaliumnya mampu menurunkan tekanan darah,
menjaga kesehatan jantung, memperlancar
pengiriman oksigen ke otak, memicu kerja otot
dan simpul syaraf, sedangkan karbohidrat yang
terkandung dapat berperan sebagai sumber
energi. (Soehardi, 2004.Astawan, 2006). Dengan
demikian pisang dan kurma baik untuk olahragawan karena aktivitas fisiknya memerlukan
kandungan yang terdapat pada buah pisang dan
kurma.
Dalam memenuhi kebutuhan karbohidrat
bagi olahragawan perlu penganekaragaman sumber pangan yang disajikan dalam berbagai bentuk
makanan dengan cita rasa, warna, aroma, dan
bentuk yang menarik. Pada saat ini pisang dan
kurma di Indonesia tidak lagi mengenal batasan
musim, keduanya dapat diperoleh setiap saat,
maka keduanya perlu diperdayakan sebagai
makanan yang dapat memberikan asupan tambahan energi. Namun pemanfataan pisang dan
kurma sebagai sumber penyediaan energi bagi
olahragawan masih belum optimal, oleh karena
itu perlu penelitian tentang karakterisasi dan
potensi makanan dari bahan dasar pisang dan
kurma. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
pengolahan produk makanan berbahan baku
kurma dan tepung pisang yang disukai
olahragawan.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan membuat dua produk makanan
berbasis tepung pisang dan kurma. Produk
makanan yang diujicobakan adalah biskuit dan
flake yang selanjutnya akan dianalisis untuk
mendapatkan produk makanan yang bermutu dan
disukai.
Uji Organoleptik
Uji organoleptik yang dilakukan terhadap
dua produk makanan yaitu biskuit dan flake
Desiana Merawati, Uji Organoleptik Biskuit Dan Flake Campuran Tepung Pisang Dengan Kurma
tepung pisang dan kurma. Uji hedonik digunakan
untuk menentukan produk makanan mana yang
paling disukai, meliputi warna, rasa dan aroma
produk makanan. Rancangan yang digunakan
adalah rancangan acak lengkap.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan meliputi data
primer berupa mutu produk biskuit dan flake
tepung pisang dan kurma serta data kesukaan.
Data yang dikumpulkan meliputi rasa, aroma,
warna, dan tekstur dari produk biskuit dan flake
tepung pisang dan kurma. Data kesukaan terhadap produk biskuit dan flake tepung pisang
dan kurma yang meliputi rasa, warna, dan aroma.
Data diperoleh melalui uji coba pada panelis dengan uji hedonik. Jumlah panelis pada uji organoleptik ini sebanyak 20 orang panelis terlatih.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara bertahap
mulai dari data terkumpul dilapangan sampai
siap untuk dianalisis. Terhadap data dari hasil
pengumpulan dilapangan dilakukan pengeditan
(editing), pengkodean (coding) dan pemasukan
data ke dalam komputer (entry data). Selanjutnya pembersihan data (cleaning) dengan cara
melihat distribusi dan frekuensi setiap peubah.
Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian ditabulasikan, kemudian dianalisis. Pengolahan data hedonik dilakukan dengan pendekatan
uji one way anova dengan uji lanjut adalah Uji
Duncan .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Coba Produk
Uji coba dilakukan untuk mendapatkan
formula yang tepat yang selanjutnya pada
formula yang terpilih akan diuji mutu dan
kesukaan dengan uji hedonik. Uji coba dilakukan
di laboratorium pastry yang terdapat di Jurusan
Teknologi Industri Universitas Negeri Malang.
Uji Coba dilakukan pada semua produk yang
akan dianalisis. Dari kedua produk yang diuji
cobakan, formulasi kedua produk yang akan diuji
cobakan berasal dari resep standar yang sudah
umum digunakan. Dari resep standar tersebut
kemudian dilakukan penggantian bahan baku
yaitu pada bahan tepung terigu. Tepung terigu
disubstitusi dengan tepung pisang dan ditambahkan kurma. Formulasi resep yang diuji
9
cobakan berlangsung rata-rata tiga hingga empat
kali. Setelah didapat formulasi resep yang tepat,
produk tersebut kemudian diuji hedonik pada
panelis untuk melihat mutu dan kesukaan. Pasta
pisang-kurma ternyata tidak dapat dianalisis
lebih lanjut karena mudah rusak, sehingga hanya
dua produk yang selanjutnya diuji mutu dan
kesukaan dengan uji hedonik. Penurunan mutu
produk pasta/saos dapat terjadi antara lain warna
menjadi lebih pucat, kekentalan yang menurun,
dan rasa yang menyimpang; sehingga mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap produk
(Afrianty, 1996).
Uji Organoleptik
Uji hedonik yang digunakan dalam
pengujian biskuit dan flake kurma adalah uji
skalar yaitu salah satu jenis uji hedonik yang
menggunakan garis sebagai parameter penilaiannya. Jumlah panelis yang digunakan adalah
20 orang. Prinsip uji skalar adalah panelis diberikan 3 sampel biskuit dan flake kurma kemudian diminta untuk memberikan penilaian terhadap warna, aroma, tekstur, rasa dan penerimaan
keseluruhan dengan memberikan tanda silang
pada garis skalar yang tersedia. Skor garis skalar
antara 1 (sangat tidak suka sekali) dan 9 (sangat
suka sekali).
Penerimaan Panelis
Penerimaan panelis diperoleh dari skor
yang diberikan oleh panelis. Panelis dinyatakan
suka jika memberikan skor >5 dan panelis
dinyatakan tidak suka jika memberikan skor <5.
Berdasarkan uji hedonik (skalar) terhadap warna,
aroma, tekstur, rasa dan penerimaan keseluruhan
3 sampel biskuit dan flake kurma diperoleh hasil
bahwa :
Warna flake kurma lebih disukai dibandingkan biskuit kurma, karena warna biskuit
kurma kurang menarik/kurang coklat dan atau
tidak merata, sedangkan warna flake kurma dan
susu lebih disukai oleh panelis dibandingkan
Biskuit kurma. Hal ini disebabkan reaksi
browning/pencoklatan. Pada flake pencoklatan
merupakan karamelisasi dari laktosa susu setelah
dipanggang (Winarno, 2002); sedangkan pada
biskuit, reaksi browning merupakan reaksi
Maillard yang berasal dari komponen protein
terigu dengan glukosa dari kurma.
Aroma Biskuit lebih disukai dibandingkan
flake kurma. Aroma Biskuit dan flake masih
10
Jurnal TIBBS (Teknologi Industri Boga dan Busana) Vol. 3 No. 1 Maret 2012 :7-13
belum cukup bagus/tajam tetapi aroma biskuit
masih lebih disukai dibandingkan flake. Aroma
biskuit yang lebih disukai diduga dipengaruhi
oleh bahan berprotein yaitu terigu dan telur;
dibanding aroma flake yang kemungkinan hanya
disumbang oleh bahan susu sebagai pelarut.
Menurut Susilorini dan Sawitri (2006) protein
mempunyai rasa gurih, demikian pula lemak dari
telur.
Tekstur flake kurma lebih disukai oleh
panelis dibandingkan Biskuit kurma. Namun
tekstur kedua sample ini sudah tidak renyah.
Berkurangnya kerenyahan produk flake dan
biskuit ini kemungkinan besar akibat penggunaan kemasan yang tidak kedap air dan udara.
Pengemas yang sesuai untuk produk-produk
roti/biskuit umumnya adalah dari plastik jenis
poli-etilen, polistiren, atau selopan (Julianti dan
Nurminah, 2006). Tekstur flake kurma dan susu
lebih disukai oleh panelis.
Rasa flake kurma dan Biskuit kurma masih
kurang manis, namun berdasarkan penilaian
panelis Rasa flake kurma lebih disukai
dibandingkan dengan Biskuit Kurma. Rasa Flake
Kurma dan Susu relatif lebih disukai hal ini
disebabkan karena adanya penambahan susu
yang menambah citarasa dari Flake Kurma. Rasa
Flake Kurma dan Susu relatif lebih disukai hal
ini disebabkan karena adanya penambahan susu
yang menambah citarasa dari Flake Kurma. Hal
tersebut dikarenakan susu memiliki flavor yang
sangat disukai oleh konsumen. Lemak merupakan komponen utama dalam susu yang secara
kimia adalah emulsi lemak dalam air yang
mengandung gula, garam-garam mineral dan
protein dalam bentuk suspensi koloidal. Selain
itu susu juga memberikan rasa manis yang
disebabkan hubungan antara laktosa dan klorida
dalam susu. Menurut Susilorini dan Sawitri
(2006), Buckle et.al (2000) flavor susu mempunyai karakteristik manis agak gurih. Rasa manis
berasal dari laktosa, sedangkan rasa gurih asin
berasal dari mineral klorida. Secara umum Flake
kurma lebih disukai dibandingkan Biskuit
Kurma. Flake kurma yang ditambahkan susu
lebih disukai oleh panelis.
Pada Tabel 1 dan 2 disajikan secara rinci %
penerimaan panelis terhadap 3 sampel Biskuit
Kuma dan Flake Kurma.
Tabel 1. Penerimaan Panelis terhadap Warna, Aroma dan Tekstur
Jenis
sampel
A
B
C
Warna
1*
2*
Aroma
Total
1*
Tekstur
2*
Total
1*
N
9
11
20
5
15
20
10
10
20
45
55
100
25
75
100
50
50
100
N
1
19
20
6
14
20
9
11
20
%
5
95
100
30
70
100
45
55
100
N
2
18
20
2
18
20
4
16
20
%
10
90
100
10
90
100
20
80
100
Tabel 2. Penerimaan Panelis terhadap Rasa dan Penerimaan Keseluruhan
Jenis sampel
B
C
Total
%
Ket : 1 : tidak suka , 2 : suka, A=Biskuit, B=Flake, C=Flake+Susu
A
2*
Rasa
1*
2*
Penerimaan Keseluruhan
Total
1*
2*
Total
N
5
15
20
4
16
20
%
N
%
N
25
3
15
5
75
17
85
15
100
20
100
20
20
3
15
2
80
17
85
18
100
20
100
20
%
25
75
100
10
90
100
Ket : 1 : tidak suka , 2 : suka, A=Biskuit, B=Flake, C=Flake+Susu
Desiana Merawati, Uji Organoleptik Biskuit Dan Flake Campuran Tepung Pisang Dengan Kurma
11
Tabel 3. Hasil Anova Uji Hedonik
Sum of
Squares
Hedowarna
Hedorasa
Hedotekstur
28,369
2
14,185
Within Groups
76,133
57
1,336
104,502
59
Between Groups
16,749
2
8,375
Within Groups
124,887
57
2,191
Total
141,636
59
Between Groups
,345
2
,173
Within Groups
131,564
57
2,308
Total
131,910
59
7,771
2
3,885
1,650
Between Groups
Within Groups
94,065
57
101,836
59
Between Groups
13,143
2
6,572
Within Groups
77,721
57
1,364
Total
90,864
59
Total
Hedototal
Mean Square
Between Groups
Total
Hedoaroma
df
Uji Hedonik
F
Sig.
10,620
,000
3,822
,028
,075
,928
2,354
,104
4,819
,012
Tabel 6. Hedonik Total
Pengolahan data hedonik dilakukan
dengan pendekatan uji one way anova dengan uji
lanjut adalah Uji Duncan. Pada tabel 3 disajikan
statistik hasil uji anova hedonik secara rinci :
N
1
Duncan(a) Biskuit
20
Flake
20
Flake dan Susu
20
Sig.
Subset for
alpha = .05
2
1
5,08
6,41
6,64
1,000
,532
Tabel 5. Hedonik Aroma
N
Subset for
alpha = .05
1
20
2
5,61
1
Biskuit
20
6,34
6,34
Flake dan Susu
20
Kode
Duncan(a) Flake
Sig.
Duncan(a)
6,90
,122
,241
N
Subset for
alpha = .05
Biskuit
1
20
2
5,55
Flake
20
5,72
Flake dan Susu
20
Sig.
Tabel 4. Hedonik Warna
Kode
Kode
1
6,62
,657
1,000
Dari hasil analisis sidik ragam diketahui
bahwa terdapat perbedaan yang nyata untuk
warna, aroma dan penerimaan keseluruhan di
antara produk biskuit dan flake yang diujikan.
Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antar
produk, maka dilakukan uji sebaran Duncan
seperti pada tabel 4,5, dan 6.
Hasil Uji Duncan menunjukkan bahwa
warna Biksuit berbeda dengan warna Flake dan
Flake+susu. Aroma Flake dan Biskuit tidak
berbeda nyata tetapi aroma biskuit dengan flake
+susu dan Flake dengan Flake+susu berbeda, hal
ini menunjukan bahwa penambahan susu mempengaruhi penerimaan panelis terhadap aroma.
Secara keseluruhan Flake dan Biskuit tidak
berbeda nyata tetapi biskuit dengan flake +susu
dan Flake dengan Flake+susu berbeda.
12
Jurnal TIBBS (Teknologi Industri Boga dan Busana) Vol. 3 No. 1 Maret 2012 :7-13
Uji Mutu Hedonik (uji skalar)
Uji mutu hedonik merupakan uji hedonik
yang lebih khusus yang ditujukan untuk menilai
satu jenis mutu tertentu. Sama halnya seperti uji
hedonik, data uji mutu hedonik dianalisis dengan
pendekatan uji one way anova dengan uji lanjut
adalah Uji Duncan. Berikut disajikan secara rinci
hasil uji one way anova :
Tabel 7. Hasil Anova Terhadap Mutu Hedonik
Mutu warna
Mutu aroma
Mutu rasa
Mutu tekstur
Sum of Squares
15,469
127,967
143,436
18,741
99,329
118,070
3,185
106,882
110,067
7,394
88,027
95,422
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
df
2
57
59
2
57
59
2
57
59
2
57
59
Mean Square
7,735
2,245
F
3,445
Sig.
,039
9,371
1,743
5,377
,007
1,593
1,875
,849
,433
3,697
1,544
2,394
,100
Dari hasil analisis sidik ragam diketahui
bahwa terdapat perbedaan yang nyata untuk
warna dan aroma di antara produk biskuit dan
flake yang diujikan. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antar produk, maka dilakukan
Uji Sebaran Duncan sebagai berikut:
Hasil Uji Duncan menunjukkan bahwa
mutu warna Biskuit berbeda dengan warna Flake
dan Flake+susu. Mutu Aroma Flake dengan
Biskuit dan Flake dengan Flake+susu berbeda
nyata tetapi aroma biskuit dengan flake+susu
tidak berbeda.
Tabel 8. Mutu Warna
SIMPULAN
Kode
Subset for
alpha = .05
2
1
N
1
Duncan(a)
Flake dan Susu
20
4,87
Flake
20
4,98
Biskuit
20
Sig.
,809
6,00
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 20,000.
Tabel 9. Mutu Aroma
Kode
N
1
Duncan(a)
Subset for
alpha =
.05
2
1
Flake
20
Biskuit
20
6,43
Flake dan Susu
20
6,83
Sig.
1,000
5,50
,336
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 20,000.
Secara umum tingkat penerima panelis
terhadap Biskuit dan Flake relatif sama. Flake
kurma lebih disukai dibandingkan dengan biskuit
kurma. Tetapi tingkat penerimaan panelis
terhadap Flake yang ditambah susu sudah baik
(disukai).
Berdasarkan hasil uji hedonik dan mutu
hedonik masih diketahui bahwa: 1) Warna
biskuit kurang tajam, rasa biskuit kurang manis
dan tektur tidak renyah sehingga diperlukan
perbaikan terhadap warna, rasa dan tekstur; 2)
Rasa flake kurang manis, aroma kurang tajam
dan tekstur tidak renyah sehingga diperlukan
perbaikan terhadap rasa, aroma dan tekstur; dan
3)Penambahan susu pada flake memberikan
pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat
penerimaan panelis.
Perlu dilakukan penelitian lanjut tentang
kemasan yang tepat agar produk flake tepung
pisang dan kurma tetap renyah.
Desiana Merawati, Uji Organoleptik Biskuit Dan Flake Campuran Tepung Pisang Dengan Kurma
DAFTAR RUJUKAN
Afrianty, V., Nurtama, M. Astawan, M. 1996.
Mempelajari Karakteristik Mutu Saos
Pepaya (Carica Papaya L.). Bul. Tek. Dan
Industri Pangan Vol. VII no.1. Diakses
berkala http://www.ipb.ac.id [26 Maret
2012].
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H.,
Wootton, M. 2000. Ilmu Pangan.
Terjemahan. Jakarta:UI-Press.
Burke E.J. 1993.Work Physiology and the
Components of Physical Fitness in the
analyn of Human Performan in Burke EJ
Toward and Understanding of Human
Performan . Newyork.
Damayanti,D. 2000. Prokontra Carbohidrate
Loading Dalam Pedoman Pelatihan Gizi
Olahraga untuk Prestasi. Departemen
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI
Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat
Direktorat Gizi masyarakat.
13
Julianti, E., Nurminah, M. 2006. Teknologi
Pengemasan. Buku Ajar. Diakses berkala
http://www.usu.ac.id/thp_407_textbook_te
knologi_pengemasan.pdf [26 Maret 2012].
Rimbawan dan A Siagian. 2004. Indeks Glikemik
Pangan: Cara mudah memilih pangan
yang menyehatkan. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Soehardi,S.2004. Memelihara Kesehatan Jasmani melalui Makanan. Bandung: Penerbit
ITB.
Susilorini, T.E., Sawitri, M.E. 2006. Produk
Olahan Susu. Jakarta: Penebar Swadaya.
Wikipedia. 2009. Pisang. Ensiklopedia bebas.
www. Wikipedia.comm html [9 Desember
2009].
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Download