BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Manajemen Sumber Daya Manusia
a. Pengertian Sumber Daya Manusia
Menurut Wilson Bangun (2012;6) mendefinisikan Sumber Daya
Manusia dengan: “Sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan
staf,
penggerakan
dan
pengawasan
terhadap
pengadaan,
pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan
pemisahan tenaga kerja untuk mencapai tujuan organisasi”
Aktivitas berarti melakukan berbagai kegiatan, misalnya melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, pengarahan, analisis jabatan,
rekrutmen, seleksi, orientasi, motivasi, dan lain-lain.
Kemudian Hasibuan (2013;10) mengemukakan Manajemen Sumber
Daya Manusia adalah “Ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga
kerja agar lebih efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan,
karyawan, dan masyarakat”.
Pendapat umum menerangkan bahwa manajemen sumber daya
manusia merupakan bagian dari manajemen umum yang memfokuskan diri pada
manusia sebagai pengelola organisasi atau perusahaan. Sumber daya manusia
merupakan unsur yang teramat penting bagi perkembangan perusahaan,
keberadaannya bukan hanya sebagai asset utama, namun sebagai mitra perusahaan
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
yang ikut menentukan arah, misi dan tujuan perusahaan dan karyawannya,
bakatnya kreativitasnya serta semangat kerja yang dimilikinya.
Dari definisi-definisi diatas dijelaskan bahwa mengelola sumber daya
manusia merupakan pokok dalam mengelola organisasi bukan sumber daya yang
lain. Hal ini berhubungan dengan usahanya memberikan satuan kerja yang efektif
bagi perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut manajemen sumber daya
manusia akan menunjukan bagaimana seharusnya perusahaan mendapatkan,
mengembangkan, menggunakan, mengevaluasi dan memelihara karyawan dalam
jumlah dan tipe yang tapat sesuai dengan kebutuhan.
2. Komitmen Organisasi
a. Pengertian Komitmen Organisasi
Menurut Mathis dan Jackson dalam Sopiah(2008) memberikan
definisi”Organizational Commitment is the degree to which employes believe in
and accept organizational goals and desire to remain with the organization”
yaitu komitmen organisasional adalah derajat yang mana karyawan percaya dan
menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal dan tidak akan
meninggalkan organisasi. Swailes dalam James Boles et al. (2007) memaparkan
bahwa komitmen organisasi mencerminkan perasaan positif terhadap organisasi
dan nilainya. Pada dasarnya, mengukur komitmen organisasi adalah penilaian
kesesuaian antara nilai-nilai sendiri (individu) dan keyakinan organisasi.
Melihat beberapa pengertian mengenai komitmen organisasi dari beberapa
ahli, mempunyai beberapa kesamaan yang dapat disimpulkan bahwa komitmen
organisasi memiliki pengertian sebagai suatu kesetiaan, kepercayaan dan loyalitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
yang dimiliki seseorang terhadap organisasi. Jadi, komitmen organisasi ini
menggambarkan hubungan diantara individu dengan organisasi, jika individu
memiliki komitmen organisasi yang tinggi, maka ia akan mempunyai kesetiaan,
kepercayaan dan loyalitas pada organisasi dimana ia bekerja.
b. Dimensi Komitmen Organisasi
Meyer dan Allen dalam Zurnali (2010) mendefinisikan masingmasing dimensi komitmen organisasi sebagai berikut :
1. Komitmen afektif (affective commitment) adalah perasaan cinta terhadap
organisasi yang memunculkan kemauan untuk tetap tinggal dan membina
hubungan sosial serta menghargai nilai hubungan dengan organisasi
dikarenakan telah menjadi anggota organisasi.
2. Komitmen berkelanjutan (continuance commitment) adalah perasaaan
berat untuk meninggalkan organisasi dikarenakan kebutuhan untuk
bertahan dengan pertimbangan biaya apabila meninggalkan organisasi dan
yang berkenaan dengan partisipasi di dalam organisasi.
3. Komitmen normatif (normative commitment) adalah perasaan yang
mengharuskan untuk bertahan dalam organisasi dikarenakan kewajiban
dan tanggung jawab terhadap organisasi yang didasari atas pertimbangan
norma, nilai dan keyakinan karyawan.
c. Membangun Komitmen Organisasi
Dessler dalam Sopiah (2008) mengemukakan sejumlah cara yang
biasa dilakukan untuk mengembangkan komitmen karyawan pada organisasi,
yaitu:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
1. Make it charismatic. Jadikan visi dan misi organisasi sebagai sesuatu yang
karismatik, sesuatu yang dijadikan pijakan, dasar bagi setiap karyawan
dalam berperilaku, bersikap, dan bertindak.
2. Build the tradition. Segala sesuatu yang baik di organisasi, jadikanlah
sebagai suatu tradisi yang secara terus-menerus dipelihara, dijaga oleh
generasi berikutnya.
3. Have comprehensive grievance proceduresv. Bila ada keluhan atau
komplain dari pihak luar ataupun dari internal organisasi, maka organisasi
harus memiliki prosedur untuk mengatasi keluhan tersebut secara
menyeluruh.
4. Provide extensive two- way communications. Jalinlah komunikasi dua arah
di organisasi tanpa memandang rendah bawahan.
5. Create a sense of community. Jadikan semua unsur dalam organisasi
sebagai suatu community dimana didalamnya ada nilai kebersamaan, rasa
memiliki, kerjasama dan berbagi.
6. Build value-based homogeneity. Membangun nilai yang didasarkan adanya
kesamaan.
7. Share and share alike. Sebaiknya suatu organisasi membuat kebijakan
dimana antara karyawan level bawah sampai paling atas tidak terlalu
berbeda atau mncolok dalam kompensasi, penampilan fisik dll.
8. Emphasize barnraising, cross utilization and teamwork. Organisasi
sebagai suatu community harus bekerja sama,saling berbagi, saling
memberi manfaat, dan memberikan kesempatan yang sama.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
9. Get together. Adakan acara-acara yang melibatkan semua anggota
organisasi sehingga kebersamaan bisa terjalin.
10. Support employee development. Karyawan akan lebih memiliki komitmen
terhadap organisasi apabila organisasi memperhatikan pengembangan karir
karyawan.
11. Commit to actualizing. Setiap karyawan diberi kesempatan yang sama
untuk mengaktualisasikan diri secara maksimal di organisasi sesuai
kapasitasnya.
12. Provide first year job challenge. Karyawan masuk ke organisasi dengan
membawa mimpi, harapan dan kebutuhannya. Berikan bantuan yang
kongkret bagi karyawan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya
dan mewujudkan impiannya.
13. Enrich dan empower. Ciptakan kondisi agar karyawan bekerja tidak secara
monoton, karena rutinitas akan menimbulkan perasaan bosan bagi
karyawan.
14. Promote from within. Bila ada lowongan jabatan, sebaiknya kesempatan
pertama diberikan kepada pihak intern perusahaan sebelum merekrut
karyawan dari luar.
15. Provide development activities. Bila organisasi membuat kebijakan untuk
merekrut karyawan dari dalam sebagai prioritas maka dengan sendirinya
hal tersebut akan memotivasi karyawan agar terus berkembang.
16. The question of employee security. Bila karyawan merasa aman, baik fisik
maupun psikis, maka komitmen akan muncul dengan sendirinya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
17. Put it in writing. Data-data tentang kebijakan, visi, misi, semboyan,
filosofi, sejarah, strategi dll sebaiknya dibuat dalam bentuk tulisan bukan
sekedar lisan.
18. Commit to people first values. Membangun komitmen karyawan pada
organisasi merupakan proses yang panjang dan tidak bias dibentuk secara
instan. Oleh karena itu, perusahaan harus memberikan perlakuan yang
benar pada masa awal karyawan memasuki organisasi.
19. Hire “right-kind” managers. Bila pimpinan ingin menanamkan nilai-nilai,
kebiasaan-kebiasaan, aturan-aturan, disiplin dll pada bawahan sebaiknya
pimpinan sendiri memberikan teladan dalam bentuk sikap dan perilaku
sehari-hari.
20. Walk the talk. Tindakan jauh lebih efektif dari sekedar kata-kata. Bila
seorang pimpinan ingin bawahannya berbuat sesuatu, maka sebaiknya
pimpinan tersebut mulai berbuat sesuatu, tidak sekedar kata-kata.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi
Young et al. dalam Sopiah (2008) mengemukakan ada 8 faktor yang
secara positif berpengaruh terhadap komitmen organisasi, yaitu:
1. Promosi
2. Karakteristik Pekerjaan
3. Komunikasi
4. Kepemimpinan
5. Pertukaran Ekstrinsik
6. Pertukaran Intrinsik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
7. Hubungan Ekstrinsik
8. Hubungan Intrinsik
3. Disiplin Kerja
a. Pengertian Disiplin Kerja
Disiplin kerja mempunyai arti penting bagi perusahaan denganadanya
disiplin kerja pada setiap karyawan yang ada di dalam perusahaan tersebut akan
menjadikan perusahaan itu menjadi maju, karena karyawan yang berdisiplin
dalam melakukan pekerjaan dapat menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam
perusahaan tersebut walaupun tidak secara keseluruhan menghasilkan pekerjaan
yang sempurna. Tetapi dalam jangka waktu tertentu karyawan akan melakukan
pekerjaan menjadi lebih baik.
Pengertian disiplin kerja yang dikemukakan oleh para ahli, Hasibuan
(2008:193) menyatakan bahwa :”kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan
seseorang menaati semua peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosial
yang berlaku.
Disiplin kerja menurut Veithzal Rivai (2008:444) adalah :
“Suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan
agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya
untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan
perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku”.
Mangkuprawira
(2007:122)menerangkan
bahwa
kedisiplinan
karyawan adalah sifat seorang karyawan yang secara sadar mematuhi aturan dan
peraturan organisasi tertentu. Kedisiplinan sangat mempengaruhi kinerja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
karyawan dan perusahaan. Kedisiplinan seharusnya dipandang sebagai bentukbentuk latihan bagi karyawan dalam melaksanakan aturan-aturan perusahaan.
Semakin disiplin itu tinggi, semakin tinggi pula produktivitas kerja karyawan dan
kinerja perusahaan.
Ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan disiplin kerja adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan
perorangan maupun kelompok berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap
peraturan-peraturan yang ditetapkan untuk memperteguh pedoman-pedoman
organisasi.
b. Jenis-jenis Disiplin Kerja
Menurut Veithzal Rivai (2008:444) bentuk-bentuk disiplin kerja
dibagi menjadi empat perspektif yaitu :
1.Disiplin Retributif (Retributive Discipline), yaitu berusaha menghukum
orang yang berbuat salah.
2. Disiplin Korektif (Corrective Discipline), yaitu berusaha membantu
karyawan mengoreksi prilakunya yang tidak tepat.
3. Perspektif hak-hak individu (Individual Rights Perspektive), yaitu berusaha
melindungi hak-hak dasar individu selama tindakan-tindakan disipliner.
4.Perspektif Utilitarian (Utilitarian perspective), yaitu berfokus kepada
penggunaan disiplin hanya pada saat konsekuensi-konsekuensi tindakan
disiplin melebihi dampak-dampak negatifnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
c. Teknik Pengukuran Disiplin Kerja Karyawan
Setiap manajer harus dapat memastikan bahwa karyawan tertib dalam
tugas, dalam konteks disiplin makna keadilan harus dirawat dengan konsisten.
Jika karyawan menghadapi tantangan tindakan disipliner pemberi kerja harus
dapat membuktikan bahwa karyawan yang terlibat dalam kelakuan yang tidak
patut dihukum.Untuk mengelola disiplin diperlukan adanya standar disiplin kerja
yang digunakan untuk menentukan karyawan diperlakukan secara wajar. Istrumen
pengukuran disiplin kerja karyawan dapat dilakukan dengan cara pengukuran
komunikasi interpersonal yaitu bentuk pengisian bagi responden maupun untuk
mengelola pelatihan.
d. Pelaksanaan Sanksi Pelanggaran Disiplin Kerja
Menurut Veithzal Rivai (2008:450-451) sanksi pelanggaran kerja
adalah “Hukuman disiplin yang dijatuhkan pimpinan organisasi kepada pegawai
yang melanggar peraturan disiplin yang telah diatur pimpinan organisasi”.
Adapun tingkat dan jenis sanksi pelanggaran kerja yang umumnya berlaku dalam
suatu organisasi adalah sebagai berikut:
1. Sanksi pelanggaran ringan, dengan jenis teguran lisan, teguran tertulis,
pernyataan tidak puas secara tertulis.
2.Sanksi pelanggaran sedang dengan jenis penundaan kenaikan gaji,
penurunan gaji, penundaan kenaikan pangkat.
3.Sanksi pelanggaran berat dengan jenis penurunan pangkat, pembebasan
dari jabatan, pemberhentian dan pemecatan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Sedangkan untuk mengelola disiplin di perlukan adanya standar disiplin yang
digunakan untuk menentukan bahwa karyawan telah diperlukan secara wajar.
Beberapa standar dasar disiplin berlaku bagi semua pelanggaran aturan, apakah
besar atau kecil. Semua tindakan disipliner perlu mengikuti prosedur minimum,
aturan komunikasi dan ukuran pencapaian Tiap karyawan dan penyelia perlu
memahami kebijakan perusahaan.
e. Dimensi dan Indikator Disiplin Kerja
Dimensi dan indikator dari disiplin kerja diatas penulis menggunakan
dimensi dan indikator menurut Singodimedjo dalam Sutrisno (2011:94) yang
meliputi:
1) Taat terhadap aturan waktu
Yang meliputi indikator jam masuk kerja, jam pulang, dan jam istirahat
yang tepat waktu sesuai dengan aturan yang berlaku di perusahaan,
organisasi/instansi.
2) Taat terhadap peraturan organisasi,instansi
Peraturan dasar tentang cara berpakaian dan bertingkah laku dalam
pekerjaan.
3) Taat terhadap aturan perilaku dalam pekerjaan
Ditunjukan dengan cara melakukan pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan
jabatan, tugas dan tanggung jawab serta berhubungan dengan unit kerja
lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
4) Taat terhadap peraturan lainnya di organisasi/instansiAturan tentang apa
yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para pegawai dalam
organisasi.
4. Kinerja Karyawan
a. Pengertian Kinerja Karyawan
Implemantasi kerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan kompetensi, motivasi, dan kepentingan. Pada prinsipnya
kinerja memberikan hasil yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan
secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan
kesempatan yang didapat dinilai dari hasil kerjanya. Nilai penting dari kinerja
adalah menyangkut tingkat kontribusi individu atau kinerja yang diekspresikan
dalam penyelesaian tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Bernardin dan Russel dalam Ambar T.Sulistiyani dan Rosidah
(2009;279) memberikan definisi kinerja yaitu:
“kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai
tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu,
sedangkan kinerja jabatan secara keseluruhan sama dengan jumlah (ratarata) dari kinerja fungsi pegawai atau kegiatan yang dilakukan.”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Sudarmanto (2009;9) mengkonsepkan “kinerja adalah sesuatu yang
secara aktual orang kerjakan dan dapat diobservasi, dimana kinerja mencakup
tindakan-tindakan dan perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi”.
b. Penilaian Kinerja Karyawan
Wilson Bangun (2012:231) menjelaskan bahwa penilaian kinerja
adalah proses yang dilakukan oleh organisasi untuk mengevaluasi atau menilai
keberhasilan karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Penilaian dapat dilakukan
dengan membandingkan hasil kerja yang dicapai karyawan dengan standar
pekerjaan. Bila hasil kerja yang diperoleh sampai atau melebihi standar pekerjaan
dapat dikatakan kinerja seorang karyawan termasuk pada kategori baik. Demikian
sebaliknya, seorang karyawan yang hasil pekerjaannya tidak mencapai standar
pekerjaan termasuk pada kinerja yang tidak baik atau berkinerja rendah.
Penilaian kinerja dapat ditinjau ke dalam jumlah dan kualitas
pekerjaan yang diselesaikan karyawan dalam periode tertentu. Karyawan yang
dapat menyelesaikan pekerjaan dalam jumlah yang melampaui standar pekerjaan
dinilai dengan kinerja yang baik. Demikian juga, hasil pekerjaan yang kualitasnya
melebihi dari standar pekerjaan dapat dinilai dengan kinerja baik.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain menurut
Amstrong dan Baron (1998) dalam Wibowo (2010) :
1. Personal factors, ditunjukan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang
dimiliki, motivasi dan komitmen individu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
2. Leadership factors, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan
dukungan yang dilakukan manajer dan team leader.
3. Team factors, ditunjukan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh
rekan kerja.
4. System factors, ditunjukan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang
diberikan organisasi.
5. Contextual/situasional factors, ditunjukan oleh tingginya tingkat tekanan
dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.
d. Tujuan dan Manfaat penilaian kinerja
Menurut Wilson Bangun (2012:232), tujuan dan manfaat penilaian
kinerja diantaranya adalah :
1. Evaluasi Antar Individu Dalam Organisasi
Penilaian kinerja dapat bertujuan untuk menilai kinerja setiap individu
dalam organisasi. Tujuan ini dapat memberi manfaat dalam menentukan
jumlah dan jenis kompensasi yang merupakan hak bagi setiap individu
dalam organisasi.
2. Pengembangan Diri Setiap Individu Dalam Organisasi
Penilaian kinerja pada tujuan ini bermanfaat untuk pengembangan
karyawan. Setiap individu dalam organisasi dinilai kinerjanya, bagi
karyawan yang memiliki kinerja rendah perlu dilakukan pengembangan
baik melalui pendidikan maupun pelatihan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
3. Pemeliharaan Sistem
Berbagai sistem yang ada dalam organisasi, setiap subsistem yang ada
saling berkaitan antara satu subsistem dengan subsistem lainnya. Salah
satu subsistem yang tidak berfungsi dengan baik akan mengganggu
jalannya dengan baik.
4. Dokumentasi
Penilaian kinerja akan member manfaat sebagai dasar tindak lanjut dalam
posisi pekerjaan karyawan di masa yang akan datang. Manfaat penilaian
kinerja disini berkaitan dengan keputusan-keputusan manajemen sumber
daya manusia.
e. Indikator Kinerja
Menurut Hersey, Blanchard dan Johnson (1996) dalam Wibowo
(2010) Terdapat 7 indikator kinerja yaitu :
1. Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu keadaan yang lebih baik yang ingin dicapai di
masa yang akan datang. Dengan demikian, tujuan menunjukan arah
kemana kinerja harus dilakukan. Atas dasar arah tersebut, dilakukan
kinerja untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan, diperlukan kinerja
individu, kelompok dan organisasi. Kinerja individu maupun organisasi
berhasil apabila mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Standar
Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat
dicapai. Standar menjawab pertanyaan tentang kapan kita tahu bahwa kita
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
sukses atau gagal. Kinerja seseorang dikatakan berhasil apabila mampu
mencapai standar yang ditentukan atau disepakati bersama antara atasan
dan bawahan.
3. Umpan Balik
Umpan balik merupakan masukan yang dipergunakan untuk mengukur
kemajuan kinerja, standar kinerja, dan pencapaian tujuan. Dengan umpan
balik dilakukan evaluasi terhadap kinerja dan sebagai hasilnya dilakukan
perbaikan kinerja.
4. Alat atau Sarana
Alat atau sarana merupakan sumber daya yang dapat digunakan untuk
membantu menyelesaikan tujuan dengan sukses. Alat atau sarana
merupakan faktor penunjang untuk pencapaian tujuan.
5. Kompetensi
Kompetensi merupakan persyaratan utama dalam kinerja. Kompetensi
merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menjalankan
pekerjaan
yang
diberikan
kepadanya
dengan
baik.
Kompetensi
memungkinkan seseorang mewujudkan tugas yang berkaitan dengan
pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
6. Motif
Motif merupakan alasan atau dorongan bagi seseorang untuk melakukan
sesuatu. Manajer memfasilitasi motivasi kepada karyawan dengan insentif
berupa uang, memberikan pengakuan, menetapkan tujuan menantang,
menetapkan standar terjangkau, meminta umpan balik, memberikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
kebebasan melakukan pekerjaan, menyediakan sumber daya yang
diperlukan, dan menghapuskan tindakan yang mengakibatkan distensif.
7. Peluang
Pekerja perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukan prestasi
kerjanya. Terdapat dua faktor yang menyumbangkan pada adanya
kekurangan kesempatan untuk berprestasi yaitu ketersediaan waktu dan
kesempatan untuk memenuhi syarat.
Adapun aspek-aspek standar pekerjaan terdiri dari aspek kuantitatif
dan aspek kualitatif (Umar dalam Mangkunegara, 2010)
1. Aspek Kuantitatif meliputi :
a. Proses kerja dan kondisi pekerjaan
b. Waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan
c. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan
d. Jumlah dan jenis pemberian pelayanandalam bekerja
2. Aspek kualitatif meliputi :
a. Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan
b. Tingkat kemampuan dalam bekerja
c. Kemampuan menganalisis data/informasi, kemampuan/kegagalan
menggunakan peralatan/mesin.
d. Kemampuan mengevaluasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
5. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul
1. Pengaruh Motivasi,
Komitmen dan Disiplin
kerja terhadap Kinerja
karyawan pada PT.
Wesitan Konsultan
Pembangunan di
Makassar (2013)
2. Pengaruh Disiplin
kerja terhadap Kinerja
karyawan pada PT.
Rekatama Putra
Gegana Bandung
(2013)
3. Pengaruh Komitmen
organisasional
terhadap Kinerja
Karyawan lapangan
SPBU Coco Pertamina
MT. Haryono (2012)
4. Pengaruh Komitmen
organisasi terhadap
Disiplin kerja Pegawai
Negeri Sipil pada
Badan Kepegawaian
Daerah di kota Cimahi
(2014)
5. Hubungan Komitmen
Organisasi dengan
Disiplin Kerja pada
pegawai negeri sipil
Jakarta Barat (2012)
6. Etos kerja, Disiplin
Kerja, dan Komitmen
Organisasi
pengaruhnya terhadap
Kinerja Karyawan
pada PT. Hasjrat Abadi
cabang Manado (2015)
Peneliti
Muh. Ilham
Fudin Zainal Abidin
Yetta Tri Nydia
Galih Septian
Haryanto
Stella timbuleng dan Jacky
S.B Sumarauw
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Temuan
Motivasi kerja, komitmen
dan disiplin kerja
mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap
peningkatan kinerja
karyawan pada PT. Wesitan
Pembangunan di Makassar.
Disiplin mempunyai
hubungan yang erat dan
signifikan terhadap kinerja
karyawan pada PT.
Rekatama Putra Gegana
Bandung
Komitmen organisasi
berpengaruh positif
terhadap Kinerja karyawan
lapangan SPBU Coco
Pertamina MT. Haryono.
Adanya pengaruh yang
positif dan signifikan antara
variabel X (Komitmen
Organisasi) terhadap
variabel Y (Disiplin Kerja)
Pada Badan Kepegawaian
Daerah di Kota Cimahi.
Terdapat hubungan yang
positif antara Komitmen
Organisasi dan Disiplin
Kerja pada pegawai negeri
sipil Jakarta Barat.
Etos Kerja, Disiplin Kerja,
dan Komitmen Organisasi
secara simultan
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja
karyawan.
25
B. Rerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis
a. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan
Komitmen organisasi dapat diartikan sebagai identifikasi, loyalitas,
dan keterlibatan yang dinyatakan oleh karyawan untuk organisasi. Komitmen
organisasi juga mempengaruhi kinerja dari seseorang dimana sikap mengenai
loyalitas terhadap organisasi, merupakan proses yang berkelanjutan dari anggota
organisasi untuk mengungkapkan perhatiannya pada organisasi dan hal tersebut
berlanjut pada kesuksesan dan kesejahteraan.
Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan komitmen sebagai suatu
keadaan dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan
keinginannya untuk mempertahankan keangotaannya dalam organisasi.
Menurut Yetta Tri Nydia (2012) menemukan bahwa Komitmen
Organisasi berpengaruh positif terhadap Kinerja Karyawan.
H1: terdapat pengaruh antara Komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan
b. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Tujuan
utama
disiplin
adalah
untuk
meningkatkan
efisiensi
semaksimal mungkin dengan cara mencegah pemborosan waktu dan energi.
Selain itu, disiplin mencoba untuk mencegah kerusakan atau kehilangan harta
benda, mesin, peralatan, dan perlengkapan kerja yang disebabkan ketidakhatihatian (bersenda gurau atau pencurian). Disiplin mencegah permulaan kerja yang
lambat atau terlalu awalnya mengakhiri kerja yang disebabkan keterlambatan atau
kemalasan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Hasibuan (2013:193), menyatakan kedisiplinan merupakan fungsi
operatif manajemen sumber daya manusia yang terpenting karena semakin baik
disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dicapainya. Tanpa disiplin
karyawan yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang
maksimal.
Menurut Fudin Zainal Abidin (2013) menemukan bahwa Disiplin
kerja berpengaruh positif terhadap Kinerja karyawan.
Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat di rumuskan hipotesis
sebagai berikut :
H2: terdapat pengaruh antara Disiplin kerja terhadap kinerja karyawan.
Komitmen
x
Organisasi
(X1)
H1
Kinerja
Karyawan
Disiplin Kerja
H2
(X2)
Gambar 2.1
Model Rerangka Konseptual Penelitian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(Y)
Download