BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Ilmu ekonomi internasional mempelajari alokasi sumber daya yang langka guna memenuhi kebutuhan manusia. Hanya saja problematik ekonomi dipelajari dalam ruang lingkup internasional. Artinya, masalah alokasi di analisa dalam hubungan antara pelaku ekonomi satu negara dengan negara lain. Ilmu ekonomi internasional berusaha untuk mempelajari bagaimana hubungan ekonomi antara satu negara dengan negara lain dapat mempengaruhi alokasi sumber daya baik antara dua negara tersebut maupun antara beberapa negara. Hubungan ekonomi internasional dapat berupa perdagangan, investasi, pinjaman, bantuan serta kerjasama internasional. Oleh karena itu ekonomi internasional lebih luas pengertiannya apabila dibandingkan dengan perdagangan internasional yang hanya menyangkut pertukaran barang dan jasa saja. Para pelaku yang mengadakan hubungan ekonomi internasional meliputi swasta, pemerintah maupun organisasi internasional. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa anatarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan 15 pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Teori-teori perdagangan internasional adalah teori-teori yang memahami mengapa sebuah negara melakukan kerjasama perdagangan dengan negara-negara lain. Teori tersebut disempurnakan oleh Adam Smith, David Ricardo dan Heckser Ohlin. 1) Teori Klasik Menurut Adam Smith, suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah daripada negara lain, yaitu memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut. Keunggulan mutlak oleh Adam Smith merupakan kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa per unit dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibanding kemampuan negara-negara lain. Suatu negara yang memiliki keunggulan mutlak tidak selalu akan mengekspor semua barang yang diproduksinya. Menurut David Ricardo yang berlaku dalam keadaan ini adalah teori keunggulan komparatif dimana suatu negara hanya akan mengekspor barang yang mempunyai keunggulan komparatif tinggi dan mengimpor barang yang memiliki keunggulan komparatif rendah, yaitu barang yang jika dihasilkan sendiri memerlukan biaya yang lebih besar (Boediono, 2005 : 21). 16 2) Teori Modern Perkembangan teori perdagangan internasional selanjutnya dikembangkan oleh ahli ekonomi Swedia yaitu Eliu Hecksher dan Berti Ohlin, dimana kedua ahli ekonomi ini terkenal dengan teori Hecksher–Ohlin (HO) yaitu teori faktor proporsi. Teori ini menyatakan bahwa terjadinya perdagangan internasional disebabkan karena adanya perbedaan relatif faktor-faktor pemberian dan intensitas penggunaan faktor produksi. Hecksher Ohlin menyatakan bahwa setiap negara akan mengekspor barang yang diproduksinya menggunakan faktor produksi yang persediaannya melimpah dan murah serta menyimpan barang yang produksinya menggunakan sektor produksi yang persediaannya langka dan mahal secara intensif. Suatu negara akan menghasilkan barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang lebih banyak atau sebaliknya teori ini menganggap bahwa tiap-tiap negara akan mengekspor komoditi yang relatif murah dan melimpah di negara itu dan mengimpor komoditi yang relatif langka dan mahal (Boediono, 2005:52). 2.1.2 Konsep Impor Menurut Tambunan (2000a:1), perdagangan internasional diartikan sebagai perdagangan antar atau lintas negara yang meliputi kegiatan ekspor dan impor. Perdagangan internasional dibagi menjadi dua kategori, yakni perdagangan barang (fisik) dan perdagangan jasa antara lain terdiri dari biaya transportasi, perjalanan (travel), asuransi dan fee atau royalty teknologi (lisensi). Perdagangan antar negara akan timbul karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran. 17 Perbedaan permintaan tersebut disebabkan oleh jumlah dan jenis kebutuhan, jumlah pendapatan, selera, kebudayaan, dan sebagainya. Dari segi penawaran, disebabkan oleh perbedaan faktor produk baik kuantitas, kualitas maupun dalam hal komposisi faktor-faktor produksi tersebut. Perbedaan faktor produksi akan membedakan tingkat produktivitas tiap negara. Faktor harga menentukan adanya perbedaan harga komporatif antar negara yang menyebabkan timbulnya arus persaingan perdagangan internasional (Nopirin, 2007:206). Impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam negeri ke dalam wilayah pabean suatu negara dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku (Hutabarat, 1995:43). Edward (2013) menyatakan impor adalah arus masuk dari sejumlah barang dan jasa ke dalam pasar sebuah negara baik untuk keperluan konsumsi ataupun sebagai bahan modal atau sebagai bahan baku produksi dalam negeri. Impor akan menimbulkan aliran pengeluaran untuk membeli barang yang diimpor dari negara-negara lain yang merupakan bocoran pada aliran pendapatan. Impor akan menurunkan pendapatan nasional pada keseimbangan dan merumitkan masalah-masalah ekonomi yang dihadapi negara (Sukirno, 2008:377). Menurut Sayid (2013) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto suatu negara, meliputi : a. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam dan luar negeri. b. Harga-harga barang di dalam dan luar negeri. 18 c. Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing. d. Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri. e. Ongkos angkutan barang antar negara. f. Kebijakan pemerintah dalam perdagangan internasional. Besarnya impor yang dilakukan suatu negara, antara lain ditentukan oleh kesanggupan barang yang diproduksi di negara-negara lain untuk bersaing dengan barang-barang yang dihasilkan di negara itu. Impor dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Apabila barang dari luar negeri mutunya lebih baik atau harganya lebih murah daripada barang-barang yang sama yang dihasilkan di dalam negeri, maka terjadi kecenderungan negara tersebut akan impor lebih banyak. Kegiatan impor terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi domestik dan volume ekspor. Fenomena ini merupakan karakteristik dari suatu negara berkembang yang cukup tinggi ketergantungannya terhadap fluktuasi ekonomi eksternal (Imamudin, 2008). 2.1.3 Konsep Kurs Valuta Asing Valuta asing merupakan mata uang tiap-tiap negara di dunia seperti dollar US untuk Amerika, yen untuk Jepang, ringgit untuk Malaysia, poundsterling untuk Inggris dan mata uang lainnya untuk memenuhi permintaan dan penawaran terhadap mata uang asing dalam pasar valuta asing. Kurs valuta asing merupakan mata uang negara lain yang dinilai dengan mata uang dalam negeri. Kurs valuta asing adalah perbandingan atau harga antara dua mata uang (Nopirin, 2007:163). Pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan terdapat perbandingan 19 nilai atau harga antar kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang disebut dengan kurs atau exchange rate. Kestabilan nilai tukar rupiah sangat diperlukan agar kegiatan ekonomi dapat berlangsung lebih baik. Hal ini disebabkan karena produsen atau eksportir dapat merencanakan kegiatan mereka lebih pasti. Ada beberapa sistem kurs yang dapat menjaga kestabilan nilai tukar, diantaranya : a. Sistem kurs tetap (Fixed Exchange Rate System) Adalah kurs yang ditentukan oleh badan yang berwenang di bidang moneter (otoritas moneter), untuk waktu tertentu kurs ini tidak berubahubah. Apabila nilai mata uang negara tersebut berubah maka otoritas moneter yang berhak mengambil kebijakan untuk mengembalikan nilai tukar ke nilai yang ditetapkan. Konsekuensi dari kebijakan nilai tukar tetap ini adalah otoritas moneter harus bisa memperkirakan dengan tepat nilai tukar equilibrium yang harus dipertahankan agar tidak over valued, sehingga dibutuhkan cadangan devisa yang besar untuk melakukan intervensi dan dibutuhkan koordinasi kebijakan moneter antar negara. b. Sistem kurs mengambang atau Berubah (Floating Exchange Rate System) Kebijakan sistem kurs ini adalah dengan memberikan kebebasan atau mengambangkan pada pasar untuk mencapai nilai keseimbangan, sehingga tinggi rendahnya kurs tergantung dari permintaan dan penawaran. Sistem kurs mengambang terdiri dari : 20 (a) Sistem Kurs Mengambang Bebas Penentuan nilai tukar ini terjadi tanpa adanya campur tangan dari otoritas moneter. Oleh sebab itu, kebijakan moneter lebih dapat independen. Otoritas moneter bisa menetapkan supply rupiah dan membiarkan pasar valuta asing menentukan nilai tukar, sehingga sasaran kebijakan moneter terfokus dan lebih efektif dalam mengendalikan inflasi. (b) Sistem kurs mengambang terkendali Penentuan nilai tukar ini dibiarkan secara bebas sesuai permintaan dan penawaran pasar tetapi berbagai intervensi kebijakan masih dipakai untuk menjaga agar nilai tersebut berada pada target nilai yang ditentukan. (c) Sistem kurs terkait Sistem kurs terkait adalah sistem nilai tukar yang ditetapkan dengan cara mengaitkan nilai tukar mata uang suatu negara dengan nilai tukar negara lain atau sejumlah mata uang tertentu. Salah satu variasi dalam sistem kurs adalah Currency Board System (CBS) yang diterapkan oleh beberapa negara yang mengalami kesulitan moneter. Currency Board System (CBS) dilaksanakan dengan cara mengaitkan dan menetapkan nilai tukar antara mata uang suatu negara dengan hard currency tertentu didasarkan pada jumlah mata uangnya yang beredar dan cadangan devisa yang dimilikinya (dalam bentuk mata uang hard currency) (Hady, 2001:20). 21 2.1.4 Hubungan Kurs Valuta Asing dengan Impor Teori permintaan menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara permintaan dengan harga. Asima (2012) dalam penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor di Indonesia menyatakan bahwa dalam jangka panjang maupun jangka pendek nilai tukar rupiah terhadap dollar berpengaruh signifikan terhadap impor daging sapi di Indonesia. Meskipun tidak ada dampak jangka pendeknya, tetapi pengaruh nilai tukar riil terhadap impor dalam jangka panjang berpengaruh signifikan didalam keadaan nilai tukar mengambang (Komain, 2013). Menurut Wira (2014) menyatakan bahwa kurs dollar berpengaruh signifikan dan negatif terhadap impor. 2.1.5 Konsep Cadangan Devisa Devisa atau valuta asing disebut dengan alat-alat pembayaran negeri atau foreign exchange sesungguhnya merupakan tagihan negara terhadap luar negeri yang dapat digunakan untuk melunasi hutang negara terhadap luar negeri, Menurut Amir (2001a: 13), dua aspek penggunaan devisa sebagai berikut : 1) Pengadaan barang impor, baik barang modal bahan baku, maupun barang konsumsi perlu dibayar dengan devisa termasuk juga jasa dari perusahaan asing seperti jasa angkutan, jasa perbankkan, jasa asuransi, jasa perekayasaan consulting dan engineering juga harus dibayar dengan devisa. 2) Pembayaran hutang luar negeri maupun biaya kantor perwakilan kedudukan konsulat termasuk biaya untuk mahasiswa di luar negeri memerlukan devisa. 22 Cadangan devisa didefinisikan dengan sejumlah valuta asing yang dicadangkan bank sentral, dalam hal ini Bank Indonesia yang dimana untuk keperluan pembiayaan dan kewajiban luar negeri negara bersangkutan yang antara lain meliputi pembiayaan, impor dan pembiayaan lainnya pada pihak asing. Menurut International Monetary Fund (IMF), cadangan devisa adalah “aktiva luar negeri” yang tersedia setiap waktu dan dikuasai oleh otoritas moneter dalam hal ini Bank Indonesia. Mengikuti kriteria IMF ini, cadangan devisa moneter yang diumumkan pemerintah (Bank Indonesia) secara periodik sejak awal 1998 adalah aktiva luar negeri (bruto) atau dengan kata lain, aktiva luar negeri dianggap sebagai cadangan devisa (Zetha, 2000:10). Dulu sebelum IMF membuka kriteria, Bank Indonesia membedakan antara cadangan devisa bruto dan cadangan devisa bersih atau lebih dikenal dengan cadangan devisa resmi. Bank Indonesia mengumumkan secara periodik cadangan luar negeri bersih atau Net International Reserve (NIR). Perbedaan antara aktiva luar negeri bruto adalah tagihan Bank Indonesia terhadap penduduk luar negeri (non residen), yang terdiri dari emas, moneter, giro (demand deposits), deposits on call, deposits time, penanaman surat berharga (securities) dan tagihan lainnya. Sedangkan NIR adalah aktiva luar negeri bruto setelah dikurangi kewajibankewajiban dalam valuta asing. 23 Menurut Hady (2001:22) cadangan devisa negara biasanya dikelompokkan atas : 1) Cadangan devisa resmi (official forex reserve) yaitu cadangan devisa milik negara yang dikelola, dikuasai, diurus dan di tatausahakan oleh bank sentral dalam hal ini Bank Indonesia. 2) Cadangan devisa nasional (country forex reserve) yaitu devisa yang dimiliki oleh perorangan, badan atau lembaga, terutama perbankan yang secara moneter merupakan kekayaan nasional (termasuk milik bank umum nasional). Sumber penerimaan devisa secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 5 yaitu : 1) Hasil penjualan ekspor barang maupun jasa, seperti hasil ekspor kopi, karet, minyak bumi, gas alam, tekstil, timah, udang, sayuran, kayu, rotan, dan lain sebagainya. Begitu pula hasil sektor jasa seperti angkutan, komisi jasa perbankan, hasil perhotelan , industri pariwisata lainnya. 2) Pinjaman yang diperoleh dari negara asing, badan-badan internasional, serta pinjaman dari international government group on Indonesia (IGGI), kredit dari bank dunia (world bank) dan Asia Development Bank serta supplier’s credit dari perusahaan swasta asing. 3) Hadiah dan bantuan dari badan-badan PBB seperti UNDP, UNESCO dan pemerintah asing seperti pemerintah Jepang, Inggris dan lain sebagainya. 4) Laba penanaman modal luar negeri, seperti laba yang di transfer atau perusahaan milik pemerintah dan warga negara Indonesia yang berdomisili di 24 luar negeri, termasuk transfer dari warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan negara-negara timur tengah. 5) Hasil dari kegiatan pariwisata internasional seperti angkutan, sewa hotel, penjualan souvenir, utang pandu wisata dan lain sebagainya. 2.1.6 Hubungan Cadangan Devisa dengan Impor Antara cadangan devisa dengan impor memiliki hubungan yang positif dimana apabila suatu negara memiliki cadangan devisa yang besar, maka kecenderungan untuk melakukan impor dari negara lain akan meningkat, ditambah lagi dengan beberapa kendala yang dimiliki suatu negara sehingga memutuskan untuk melakukan impor. Seperti biaya produksi di dalam negeri tinggi, tidak tersedianya bahan baku yang dibutuhkan serta kemampuan yang kurang untuk memproduksi barang impor tersebut. Menurut Tambunan (2000:201) devisa didefinisikan sebagai sejumlah valas yang dicadangkan bank sentral, dalam hal ini Bank Indonesia (BI) untuk keperluan pembiayaan dan kewajiban luar negeri negara bersangkutan yang antara lain meliputi pembiayaan impor dan pembayaran lainnya kepada pihak asing. Cadangan devisa memungkinkan suatu negara untuk membuat permintaan yang efektif . Sebab, dalam ketiadaan cadangan devisa suatu negara maka negara tersebut tidak dapat melakukan pembayaran untuk impor. Dengan demikian, secara signifikan lebih tinggi cadangan devisa maka negara akan memiliki kapasitas lebih untuk mengimpor atau suatu negara akan mengimpor lebih banyak dan sebaliknya (Zafar, 2011). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cadangan devisa berpengaruh signifikan dan positif terhadap impor 25 2.1.7 Konsep Produk Domestik Bruto Menurut Sukirno (2008) Produk Domestik Bruto (PDB) diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan didalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Dalam suatu perekonomian negara, barang dan jasa yang diproduksi bukan hanya diproduksi oleh penduduk negara tersebut tetapi juga diproduksi dari negara lain. Di negara-negara berkembang yang sering dinamakan sebagai “Dunia Ketiga” konsep Produk Domestik Bruto adalah konsep yang paling penting kalau dibandingkan dengan konsep pendapatan nasional lainnya. PDB yaitu seluruh produk yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi baik milik warga negara maupun orang asing dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu. Perusahaan multinasional beroperasi di berbagai negara dan perusahaan multinasional tersebut menyediakan modal, teknologi dan tenaga ahli kepada negara dimana perusahaan itu beroperasi. Tindakan mereka membantu menambah barang dan jasa yang diproduksikan di dalam negara, menambah penggunaan tenaga kerja dan pendapatan dan membantu menambah ekspor. Tindakan mereka merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi suatu Negara, nilai produksi yang disumbangkan perlu dihitung dalam pendapatan nasional. Dengan demikian, produk domestik bruto atau dalam istilah asingnyaGross Domestic Product (GDP), adalah nilai barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing. Analisa mekanisme (kinerja) ekonomi nasional berdasar PDB melalui tiga pendekatan yaitu : 26 1) Pendekatan Produksi Pendekatan produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai tambah (value added) dari semua sektor produksi, besarnya nilai produksi (angka-angka PDB) diperoleh dari nilai tambah (value added) dari berbagai jenis barang dan jasa yaitu sesuai dengan ISIC (International Standard Industrial Classification) sektor industri dapat diklasifikasikan menjadi 11 sektor industri, yang biasanya terbagi menjadi 3 kelompok besar yaitu sektor primer, sektor sekunder, sektor tersier. 2) Pendekatan Pengeluaran/Pembelanjaan Perhitungan dilakukan dengan cara menjumlahkan permintaan akhir dari unit/komponen-komponen ekonomi, yaitu: a. Konsumsi Rumah Tangga (RT) = C b. Perusahaan, berupa investasi/pembentukan modal bruto = I c. Pengeluaran Pemerintah (konsumsi/belanja pemerintah) = G d. Expor – Impor = ( X – M ) dalam keseimbangan perekonomian nasional, sering di formulasikan dalam persamaan: PDB = C + I + G + ( X – M)…………………………………………….(1) 3) Pendekatan Pendapatan Diperoleh dengan cara menghitung jumlah balas jasa bruto (belum dipotong pajak) / hasil dari faktor produksi yang digunakan: PDB = sewa + upah + bunga + laba……………………………………..(2) 27 Dimana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha. Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran. 2.1.8 Hubungan Produk Domestik Bruto dengan Impor Perubahan pada tingkat pendapatan suatu negara akan membawa perubahan pada tingkat impor, semakin bertambah pendapatan suatu negara akan membawa penambahan impor, dan penurunan pendapatan akan mengakibatkan penurunan impor. Jika harga barang dan jasa di pasar internasional lebih murah dan memiliki kualitas yang lebih baik daripada barang dalam negeri maka negara tersebut akan cenderung mengimpor barang tersebut. Namun imporpun dapat terjadi dikarenakan pendapatan dalam negeri meningkat sehingga kemampuan penduduk untuk membeli barang-barang impor pun meningkat (Sukirno 2008). Hubungan produk domestik bruto dan impor dapat tercermin dalam persamaan : PDB = C + I + G + (X – M)….………………………………………….(3) Dari rumus tersebut kita dapat melihat bahwa impor merupakan variabel dari PDB, yang merupakan varibel kebocoran dari pendapatan nasional, jadi semakin besar impor akan mengurangi jumlah pendapatan nasional.PDB mencerminkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara, PDB yang meningkat menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat meningkat. Ketika 28 pendapatan mengalami peningkatan berarti daya beli masyarakat meningkat, namun ketika pasar dalam negeri supply barang lebih kecil daripada demand, maka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri pemerintah akan mengekspor barang baik barang konsumsi maupun bahan baku untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Biasanya kebutuhan impor barang konsumsi melalui kebijakan pemerintah sedangkan bahan produksi melalui mekanisme pasar. PDB memberikan pengaruh positif terhadap impor, yang dimana PDB (pendapatan nasional) sangat penting terhadap impor yang digunakan sebagai sumber pembiayaan. Ini berarti bahwa PDB berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor (Asima,2012). Menurut Mahmudul et al. (2009), Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor. Di dalam penelitian Wira (2014) menyatakan bahwa PDB berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai impor. 2.2 Rumusan Hipotesis Berdasarkan pokok permasalahan dan tinjauan pustaka yang sudah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1) Bahwa Kurs dollar, cadangan devisa dan produk domestik bruto berpengaruh secara serempak terhadap impor makanan dan minuman di Indonesia. 2) Bahwa Kurs dollar secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor makanan dan minuman di Indonesia. Sedangkan cadangan devisa dan produk domestik bruto secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor makanan dan minuman di Indonesia. 29