BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen secara umum merupakan kekuatan utama dalam organisasi untuk mengkoordinir Sumber Daya Manusia yang merupakan faktor penting dalam perkembangan organisasi. Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni untuk mengatur proses pemanfaatan Sumber Daya Manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai satu tujuan tertentu. Sumber Daya Manusia sendiri adalah asset organsasi yang merupakan keseluruhan orang yang bekerja dan bisa dikembangkan dengan sebuah sistem pengelolaan yang tepat. Manajemen Sumber Daya Manusia menurut Prabu (2009) adalah suatu pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang ada pada individu. Hasibuan (2009) menyatakan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Sedangkan menurut Dessler (2006) menyatakan bahwa manajemen Sumber Daya Manusia adalah proses memperoleh, mengerti dan menilai serta memberikan kompensasi pada karyawan, memperhatikan hubungan kerja, kesehatan, keamanan dan masalah keadilan. 6 2.1.1 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia menurut Hasibuan (2009) meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisplinan, dan pemberhentian. 1. Fungsi – fungsi manajerial yaitu : a. Perencanaan (planning) Perencanaan (planning) adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif dan efisien agar sesuai dengan perusaahaan dalam membantu terwujudnya tujuan perusahaan. b. Pengorganisasian (organization) Pengorganisasian merupakan kegiatan mengorganisasi karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisasi dengan organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan perusahaan secara efektif. c. Pengarahan (directing) Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan agar bersedia bekerja secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan. 7 d. Pengendalian (controlling) Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana dan terciptanya kerjasama yang baik. 2. Fungsi-fungsi operasional yaitu : a. Pengadaan (procurement) Pengadaan merupakan awal dari proses dalam Sumber Daya Manusia untuk pemenuhan kebutuhan sebuah organisasi. b. Pengembangan (development) Upaya untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia baik dari sisi teknik, skill, leadership, maupun manajerial untuk bisa mendapatkan hasil yang lebih baik. c. Kompensasi (compensation) Kompensasi merupakan suatu bentuk biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan harapan agar perusahaan memperoleh imbalan dalam bentuk prestasi kerja dan output yang baik. d. Pengintegrasian (integration) Integrasi merupakan fungsi operasional yang lebih sulit karena ada proses dalam Manajemen Sumber Daya Manusia yang mendasar pada karyawan yang merupakan sebuah asset yang dinamis, memiliki pemikiran, perasaan, sifat, harga diri dan kebutuhan yang berbedabeda. 8 e. Pemeliharaan (maintenance) Pemeliharaan adalah pemeliharaan karyawan dalam fisik dan mental yang menjaga agar perusahaan memberikan perlindungan kepada karyawan dalam menjalankan tugasnya sehingga emosi karyawan akan terkontrol. f. Kedisplinan (discipline) Kedisplinan merupakan perwujudan dari sebuah kesepakatan pada halhal yang sudah menjadi sebuah prosedur baik tertulis maupun tidak tertulis supaya semua proses kinerja berjalan dengan optimal. g. Pemutusan hubungan kerja (separation) Separation adalah proses pemutusan hubungan kerja karyawan dengan suatu organisasi sehingga berakhir juga keterikataan kerja antara karyawan dengan pihak perusahaan. 2.2 Budaya organisasi Budaya organisasi atau yang disebut dengan corporate culture adalah suatu pola asumsi-asumsi dasar yang dibentuk, ditemukan atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu sebagai usahanya untuk mengatasi masalahnya dari adaptasi eksternal dan integrasi internal, yang berjalan cukup baik untuk memahami, memikirkan dan merasakan masalah-masalah tersebut. 9 Menurut Kotter dan Hesket dalam terjemahan Tika (2006) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan nilai yang dianut secara bersama oleh anggota organisasi,cenderung membentuk perilaku kelompok. Nawawi (2003) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah suatu kepercayaan dan nilai-nilai yang menjadi falsafah utama yang dipegang teguh oleh anggota organisasi dalam menjalankan atau mengoperasionalkan kegiatan organisasi. Sedangakan menurut Robbins (2006) mengartikan budaya organisasi sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi yang lain. Budaya organisasi merupakan salah satu perangkat manajemen untuk mencapai tujuan organisasi, budaya organisasi merupakan cara yang mudah untuk memperoleh keberhasilan,dan dibutuhkan strategi yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu andalan daya saing organisasi. Sedangkan tujuan memahami budaya organisasi adalah agar para manajer, praktisi bisnis atau siapapun yng terlibat didalam organisasi bisa memanajemeni budaya dengan baik, merencanakan, mengendalikan dan bahkan jika dianggap perlu merubah budaya tersebut dengan harapan organisasi bisa mencapai tujuan dengan baik. 10 2.2.1 Fungsi budaya organisasi Budaya organisasi mempunyai fungsi penting dalamm suatu organisasi dalam sebuah organisasi dan menjadi hal yang sangat penting bagi organisasi untuk mencapai tujuannya. Menurut Robbins dalam bukunya organisasional behavior (2006), budaya organisasi mempunyai lima fungsi yaitu : a. Menetapkan batasan b. Mengantarkan suatu identitas bagi anggota organisasi c. Mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas daripada kepentingan individual seseorang d. Meningkatkan stabilitas sistem social karena merupakan perekat social yang membantu mempersatukan organisasi e. Sebagai sebuah mekanisme control dan menjadi rasional yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan Dari uraian-uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa budaya organisasi mempunyai fungsi yang lebih luas dan sangat berperan pada pembentukan sumber daya manusia yang diharapkan perusahaan. 11 2.2.2 Karakteristik budaya organisasi Budaya organisasi yang merupakan nilai-nilai yang dominan dalam menjadi pembeda antara organisasi yang satu dengan organisasi yang lainnya harus mempunyai karakteristik yang kuat. Hal inilah yang akan menjadi pembeda antar organisasi dan akan menjadi hal terkuat dalam pencapaian tujuan. Menurut Robbins and Coulter (2007) menyatakan ada 7 karakteristik yang menjadi budaya organisasi. Ketujuh karakteristik budaya organisasi tersebut sebagai berikut : a. Inovasi dan pengambilan resiko yang merupakan sejauh mana para karyawan didorong untuk melakukan inovasi dan pengambilan resiko. Hal ini tentu nya bertujuan pada pencapaian tujuan perusahaan. b. Perhatian kerincian, dimana adanya perhatian akan sejauh mana karyawan diharapkan bisa memperlihatkan kecermatan, analisis dan perhatian terhadap rincian. c. Orientasi hasil adalah sejauh mana manajemen memusatkan perhatian pada hasil, bukannya pada teknikdan proses yang digunakan untuk mencapai hasil itu. d. Orientasi orang adalah sejauh mana keputusan manajemen dalam memperhitungkan efek-efek hasil pada orang-orang dalam organisasi itu. e. Orientasi team adalah sejauh mana kegiatan kerja yang diorganisasikan sekitar team dan bukannya individu semata. 12 f. Keagresifan adalah sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif dan bukannya bersantai. g. Kemantapan adalah sejauh mana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo dari pada terjadinya pertumbuhan. 2.2.3 Proses pembentukan budaya organisasi Dalam pembentukannya, budaya organisasi memerlukan proses yang panjang dan tidak bisa dilakukan dalam waktu yang relative singkat. Hal ini karena bersumber dan sangat dipengaruhi oleh budaya internal, budaya eksternal dan budaya besar. Proses pembentukan budaya berubungan erat dalam suatu cirri identik dengan proses dan pembentukan kelompok yang sangat penting dalam kelompoknya atau ciri kelompok, pola pembagian pemikiran kepercayaan,perasaan dan nilai-nilai yang dihasilkan dan pembagian-pembagian pengalaman dan secara bersamaan yang dihasilkan budaya dari kelompok tersebut. Beberapa unsur yang mempengaruhi terbentuknya budaya organisasi secara maksimal dan optimal pada hasil yang akan dituju yaitu : a. Lingkungan usaha yang merupakan lingkungan dimana organisasi itu beroperasi akan menentukan apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan tersebut untuk mencapai sebuah keberhasilan. 13 b. Nilai-nilai yang merupakan konsep dasar dan keyakinan dari suatu organisasi. c. Pahlawan atau keteladaan yaitu orang-orang yang menjadi panutan dan teladan bagi pegawai lainnya karena keberhasilannya. d. Ritual yaitu acara-acararutin yang diselenggarakan oleh perusahaan dalam rangka memberikan penghargaan pada pegawai e. Jaringan budaya yaitu jaringan komunikasi internal didalam perusahaan yang dapat menjadi saran penyebaran nilai-nilai dan budaya organisasi. Pimpinan mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam pembentukan budaya organisasi karena pimpinan mempunyai kewenangan tertentu dalam penerapan strategi pembentukan budaya, maka dengan kewenangan ini pimpinan akan merencanakan proses yang tepat dan bertanggung jawab pada keberhasilan pembentukan. 2.2.4 Proses mempertahankan budaya organisasi Maka langkah berikut nya adalah bagaimana mempertahankan budaya organisasi yang sudah berjalan dengan baik sehingga tidak luntur. Berikut ini ada beberapa cara-cara untuk mempertahankan budaya organisasi yang didefinisikan oleh Robbins dalam bukunya hadyana (2002) yaitu sebagai berikut : 14 1. Seleksi adalah sebuah proses pemilihan karyawan yang tujuannya adalah untuk karyawan yang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan utuk melakukan pekerjaan dengan baik diorganisasinya. 2. Manajemen puncak yang semua tindakannya akan mempunyai dampak besar pada budaya organisasi. 3. Sosialisasi yang merupakan organisasi berpotensi dalam membantu karyawan baru dalam menyesuaikan diri dengan budaya organisasi yang ada dalam organisasi. 2.3 Kepuasan Kerja Pada dasarnya kebutuhan manusia tidak hanya pada materi semata tetapi juga yang bersifat non materi seperti kebanggan dan kepuasan kerja yang pada akhirnya akan mempengaruhi kepuasaan hidup nya. kepuasan ini bersifat abstrak, tidak terlihat dan hanya dapat ditemukan sampai sejauh mana hasil kerja memenuhi harapan seseorang. Kepuasan kerja menggambarkan perasaan seseorang individu terhadap pekerjaan nya. Pekerjaan yang selalu menuntut interaksi dengan rekan sekerja atau atasan, mengikuti aturan dan kebijakan organisasi memenuhi aturan dan kebijakan organisasi serta memenuhi aturan dan kebijakan organisasi serta memenuhi standar kerja. Herzberg (2005) Kepuasan kerja adalah sebuah perasaan yang positif dan merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. 15 Menurut Kreitner dan Kinichi (2005) kepuasan kerja sebagai efektivitas atau respons emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Sedangkan menurut Hasibuan (2009) kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Definisi-definisi diatas mengandung pengertian bahwa kepuasan kerja bukanlah suatu konsep tunggal, sebaliknya seseorang dapat relative puas dengan dengan suatu aspek dari pekerjaan nya dan tidak puas dengan salah satu atau beberapa aspek lain nya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sedangkan seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan negative tentang pekerjaan tersebut.kepuasan kerja karyawan harus diciptakan sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi, kecintaan dan kedisplinan karyawan meningkat. 2.3.1 Model-model kepuasan kerja Kepuasan kerja yang menggambarkan perasaan seseorang mempunyai model-model dimana masing-masing model tersebut memberikan acuan bagaimana seseorang individu bisa mendapatkan rasa kepuasan kerja nya. Berikut ini model kepuasan kerja menurut Kreitner dan Kinichi (2005) : 1. Pemenuhan kebutuhan 16 Model ini menjelaskan bahwa kepuasan ditentukan oleh karakteristik dari sebuah pekerjaan memungkinkan seorang individu untuk memenuhi kebutuhannya. 2. Ketidakcocokan Model ini menjelaskan bahwa kepuasan adalah hasil dari harapan yang terpenuhi. Harapan yang terpenuhi mewakili perbedaan antara apa yang diharapkan oleh seorang individu dari sebuah pekerjaan, seperti upah dan kesempatan promosi yang baik. 3. Pencapaian nilai Gagasan yang melandasi pencapaian nilai adalah bahwa kepuasan berasal dari persepsi pada suatu pekerjaan yang memungkinkan untuk pemenuhan nilai-nilai kerja yang penting untuk individu. 4. Persamaan Model persamaan menyebutkan kepuasan kerja adalah suatu fungsi dari bagaimana seorang individu diperlakukan secara adil ditempat kerja. 5. Watak Model watak umumnya menjelaskan bahwa kepuasan kerja merupakan sebagian fungsi dari kepribadian manusia 2.3.2 Faktor-faktor kepuasan kerja Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan pada dasarnya secara praktis dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri dan dibawa oleh setiap karyawan sejak mulai bekerja ditempat 17 pekerjaannya atau dalam organisasinya. Faktor intrinsik merupakan faktor mendasar dalam lingkungan organisasi. Faktor eksentrinsik adalah faktor yang menyangkut hal-hal yang berasal dari luar diri karyawan, antara lain kondisi fisik lingkungan kerja, interaksi nya dengan karyawan lain, sistim penggajian dan sebagai nya. Faktor ini erat hubungannya dengan motivasi karyawan dalam memberikan kinerja yang baik pada organisasi. Faktor-faktor tersebut harus dijadian acuan bagaimana organisasi bisa mengembangkan dan meningkatkan kepuasaan kerja nya. Hariandja (2002) mengemukakan bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja atau ketidakpuasan kerja seseorang. Berikut ini ada 6 faktor yang mempengaruhi kepuasaan kerja atau ketidakpuasan kerja yaitu ; 1. Faktor gaji yaitu faktor yang terkait dengan jumlah bayaran yang diterima seseorang sebagai akibat dari pelaksanaan kerja,apakah sesuai dengan kebutuhan dan dirasakan adil. 2. Faktor pekerjaan itu sendiri yaitu faktor yang berhubungan dengan isi pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang. 3. Faktor rekan sekerja yaitu faktor yang berhubungan kepada siapa seseorang senantiasa berinteraksi dalam pelaksanaan pekerjaan. Seseorang dapat merasakan rekan kerjanya sangat menyenangkan atau tidak menyenangkan. 4. Faktor atasan yaitu faktor yang berhubungan dengan seseorang yang senantiasa memberikan perintah atau petunjuk dalam pelaksanaan kerja. 18 Cara-cara atasan dapat tidak menyenangkan bagi seseorang atau menyenangkan, dan hal ini dapat mempengaruhi kepuasan kerja. 5. Faktor promosi yaitu faktor yang memungkinkan seseorang dapat berkembang melalui kenaikan jabatan, proses kenaikan jabatan kurang terbuka atau terbuka inilah yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja 6. Faktor lingkungan kerja yaitu lingkungan fisik dan psiologis. 2.4 Kinerja karyawan Sebuah perusahaan akan berprestasi jika perusahaan tersebut memiliki para karyawan yang berkinerja tinggi,karena kinerja yang tinggi dari para karyawan akan menigkatkan peranan atau kontribusi para karyawan terhadap perusahaan secara langsung. Menurut Rivai (2005) menyatakan bahwa kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah disepakati bersama. Sedangkan menurut Mangkunegara (2006) menyatakan bahwa kinerja adalah sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. 19 Dari beberapa pengertian yang didefenisikan oleh berbagai sumber diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah hasil dan tingkat kemampuan dari masing-masing individu dalam mengerjakan berbagai tugas yang dibebankan kepadanya.keberhasilan organisasi tergantung pada kinerja para pelaku organisasi yang bersangkutan.setiap harapan mengenai bagaimana setiap seseorang harus berprilaku dalam menjalankan tugas,berarti menunjukkan peran suatu organisasi. 2.4.1 Aspek-aspek dari kinerja Ada empat aspek dari kinerja yaitu : 1. Kualitas yang dihasilkan, menerangkan jumlah kesalahan, waktu dan ketepatan waktu dalam menjalankan tugas. 2. Kuantitas yang dihasilkan, meerangkan jumlah kesalahan, waktu dan ketepatan waktu dalam menjalankan tugas. 3. Waktu kerja, menerangkan berapa jumlah absen, keterlambatan, serta masa kerja yang telah dijalani oleh individu pegawai. 4. Kerjasama, menerangkan bagaimana individu membantu dalam membantu usaha dari teman sekerja nya. Keempat aspek inilah yang menerangka bahwa individu memiliki kinerja yang baik bila dia telah memenuhi aspek kinerja tersebut. 20 2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan Mangkunegara (2006) juga menyatakan bahwa definisi kinerja karyawan sebagai hasil sinergi dari sejumlah faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah: 1. Faktor individu Secara psikologis,individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmani). Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik, sehingga bisa secara optimal dalam melaksanakan kegiataan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi. 2. Faktor lingkungan organisasi Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi indivudu dalam mencapai kinerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, otoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi yang efektif, hubungan kerja yang harmonis, iklim kerja yang respek dan dinamis, peluang berkarir dan fasilitas kerja yang relative memadai. 21 2.4.3 Tujuan penilaian kinerja 1. Suatu perusahaan memerlukan penilaian kinerja ada dua alasan yaitu : 1. Manajer memerlukan evaluasi yang objektif terhadap kinerja karyawan untuk membuat keputusan 2. Manajer memerlukan alat yang memungkinkan untuk membantu karyawan untuk memperbaiki kinerja, mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk perkembangan karier. 2.Tujuan dari penilaian kinerja adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui tingkat prestasi kinerja karyawan selama ini,apakah sudah sesuai dengan rencana kerja dan target perusahaan. 2. Untuk menjadikan penilaian kinerja sebagai acuan untuk memberikan imbalan yang serasi. 3. Mendorong pertanggung jawaban dari karyawan atas hasil kinerjanya. 4. Untuk menghargai karyawan yang berprestasi dengan yang kurang berprestasi sehingga akan menjadi pembeda antara karyawan yang satu dengan yang lainnya. 5. Untuk mengembangkan karyawan ke depan sesuai dengan penilaian kinerja. 22 2.4.4 Unsur-unsur kinerja Unsur-unsur kinerja karyawan merupakan kriteria mengenai kinerja karyawan dikatakan baik atau kurang, menurut Hasibuan (2008) unsur-unsurnya adalah sebagai berikut : a. Kesetiaan Kinerja karyawan bisa diukur dari kesetiaan karyawan terhadap tugas dan tanggung jawabnya pada pekerjaannya. b. Prestasi kerja Prestasi kerja karyawan harus dinilai baik dari sisi kualitas maupun kuantitas dalam menjadi tolak ukur kinerja c. Kedisplinan Kedisplinan pegawai dalam mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku dan melaksanakan instruksi yang diberikan kepadanya dalam mencari tolak ukur kinerja. d. Kreativitas Kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitas dan mengeluarkan potensi yang dimiliki dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga bekerja lebih baik. e. Kerjasama Kerjasama diukur dari kesediaan karyawan dalam berpartisipasi dan bekerjasama dengan karyawan lain sehingga hasil pekerjannya akan semakin baik. 23 f. Kecakapan Kecakapan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang telah dibebankan kepadanya akan menjadi tolak ukur dalam meningkatkan kinerja. g. Tanggung jawab Kemampuan karyawan dalam menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan tangung jawab jabatan masing-masing. h. Efektivitas dan efisiensi Penggunaan waktu sebaik-baiknya dalam melaksanakan pekerjaan dan memanfaatkan fasilitas perusahaan dengan baik,misalkan penggunaan telepon,listrik dan sebagainya. 2.5 Pengaruh Budaya Organisasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Berdasarkan penjelasan mengenai budaya organisasi, kepuasan kerja dan kinerja, menjelaskan bahwa peranan karyawan sangat penting untuk perkembangan organisasi. Budaya organisasi yang akan membentuk sikap dan perilaku karyawan yang menjadi dasar bagi organisasi dalam menerapkan strategi dan tata nilai organisasi nya. Budaya organisasi akan membentuk kinerja budaya dengan lebih baik. Kepuasan kerja yang merupakan dasar hati karyawan dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam organisasi juga menjadi faktor yang 24 sangat penting bagi peningkatan kinerja. Dengan tingkat kepuasan kerja karyawan yang baik maka akan baik pula kinerja yang diberikan. Menurut Fisla wirda (2007) menyatakan bahwa “Budaya Organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Suatu budaya yang kuat tampak dari adanya kesepakatan yang tinggi dari kalangan karyawan terhadap apa yang harus dipertahankan oleh organisasi dan hal ini akan mengurangi kecenderungan karyawan meninggalkan organisasi” Hariyanto (2005) menyatakan dalam penelitian yang sudah dilakukannya mengenai kepuasan kerja yang berpengaruh terhadap kinerja. Dengan tingkat kepuasan kerja yang baik maka akan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Hidayat (2013) menyatakan dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh budaya organisasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai pada sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dengan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa budaya organisasi dan kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai pada Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indinesia Budaya organisasi yang diterapkan dengan tujuan untuk suatu upaya pencapaian visi dan misi perusahaan. Budaya organisasi dibentuk,disosialisasikan dan dievaluasi adalah sebagian strategi perusahaan 25 yang untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas, tidak hanya mempunyai kemampuan teknis dan keterampilan yang baik tetapi juga memiliki mental yang positip. Budaya organisasi yang dibentuk dimasukkan dalam nilainilai perusahaan yaitu iman, professional, teladan, integritas, dan kerjasama. Nilai-nilai inilah yang akan menjadikan karyawan mempunyai ketangguhan dalam memberikan kinerja terbaiknya. Nilai-nilai perusahaan yang dibentuk dalam budaya organisasi tersebut sangat erat kaitannya dengan kepuasan kerja.kepuasan kerja sebagai dasar untuk menjadikan karyawan memiliki kinerja individu yang baik dan pada akhirnya kinerja individu membentuk kinerja organisasi yang baik pula. 2.6 Kerangka Pemikiran Dari beberapa teori yang dikemukakan, maka dapat diungkapkan suatu kerangka pemikiran yang berfungsi sebagai penuntun alur fikir dan dasar penelitian ini secara diagram sebagai berikut : 26 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Budaya Organisasi (X1) H1 H2 Kinerja Karyawan (Y) Kepuasan Kerja (X2) H3 2.7 Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2009), Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara terhadap masalah penelitian yang keberadaannya masih harus diuji secara empiris.. Perumusan hipotesis dari penelitian ini adalah : Ho1 : Budaya organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. HASIL RAYA INDUSTRIE Ha1 : Budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. HASIL RAYA INDUSTRIE 27 Ho2 : Kepuasan kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. HASIL RAYA INDUSTRIE Ha2 : Kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. HASIL RAYA INDUSTRIE Ho3 : Budaya organisasi dan kepuasan kerja secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. HASIL RAYA INDUSTRIE Ha3 : Budaya organisasi dan kepuasan kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. HASIL RAYA INDUSTRIE 28