“Arrum” di Pegadaian Syariah Kudus Oleh - p3m

advertisement
Struktur Hukum Akad Rahn dalam Produk “Arrum”
di Pegadaian Syariah Kudus
Oleh : Ahmad Supriyadi, S.Ag. M.Hum.
Produk Arrum di Pegadaian Syariah merupakan produk yang banyak
diminati para pedagang kecil yang operasionalnya sama dengan rahn. Produk rahn
telah mendapat regulasi dari Dewan Syariah Nasional melalui fatwa Nomor
25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn dan juga fatwa Nomor 26/DSNMUI/III/2002 tentang Rahn Emas. Dilihat dari sejarah lembaga keuangan syariah
yang berdasarkan prinsip syariah, merupakan Perubahan dari konvensional ke
syariah semenjak regulasi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Jo. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 jo. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Regulasi ini direspon oleh Dewan Syariah Nasional
dengan mengeluarkan fatwa Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn dan juga
fatwa Nomor 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas. Kemudian peraturan ini
direspon oleh lembaga keuangan syariah dengan berdirinya pegadaian syariah dan
beroperasi secara syariah. Sejak saat itulah struktur hukum gadai mengalami
perkembangan dengan lahirnya perjanjian-perjanjian yang memasukkan sistem
hukum Islam salah satunya adalah produk Arrum. Produk Arrum yang telah
dipraktikkan di Pegadaian Syariah Kudus di satu sisi akan banyak memberikan
manfaat bagi lembaga dan nasabah, tapi juga akan menjadi problem bila
implementasinya masih diragukan oleh masyarakat tentang ke-syariah-annya.
Karena itu akan banyak masalah yang terjadi bila struktur hukumnya belum
ditemukan. Sedangkan penelitian tentang struktur hukum akad tentang produk
”Arrum” di Pegadaian Syariah Kudus belum banyak dilakukan dan hanya
beberapa orang misalnya Zainuddin Ali, Abdul Ghofur Anshori dan Nur Aliyah.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pengambilan datanya
melalui observasi dan quesioner. Untuk bisa menyelesaikan rumusan masalah
yang ada, peneliti menggunakan pendekatan sistem dengan pemahaman bahwa
dalam pegadaian syariah itu operasionalnya menggunakan sistem tertentu dan
pendekatan yang lain yaitu pendekatan yuridis normatif yang digunakan untuk
menganalisis praktik pegadaian syariah dari sisi hukum.
Praktik akad rahn dalam produk “Arrum” yaitu Arrum mempunyai
pengertian pembiayaan syariah untuk usaha mikro. Produk ini ada di pegadaian
syariah yang mekanismenya sama dengan gadai biasa. Secara umum mekanisme
operasional produk Arrum Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut:
Melalui akad Rahn, nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian
Pegadaian menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh
Pegadaian. Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-
biaya yang meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan, dan
keseluruhan proses kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian
mengenakan biaya sewa kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh
kedua belah pihak. Bahwa struktur hukum perjanjian yang dibuat oleh para pihak
yaitu struktur hukum gadai pada perjanjian gadai. Struktur hukum gadai yang
dilakukan di Pegadaian Syariah Kudus memuat : suatu perbuatan hukum oleh
seseorang atau rahin mengikatkan diri pada orang lain atau murtahin untuk
memperoleh pinjaman uang dengan jaminan berupa benda bergerak. Perjanjian ini
dalam struktur hukum perdata termasuk perjanjian bernama yang mempunyai sifat
timbal balik, di satu sisi punya hak dan di sisi lain punya kewajiban secara timbal
balik. Perjanjian demikian itu termasuk perjanjian konsensuil obligatoir, karena
terbentuknya perjanjian itu berdasarkan konsensus dan yang diperjanjikan
mengandung unsur ekonomi. Struktur hukum tersebut telah diatur dalam KUH
perdata dan telah diatur dalam hukum perdata yang berasal dari hukum Islam.
Struktur hukum ini mempunyai kekhususan dimana ia berasal dari struktur hukum
Islam yang diadopsi dari budaya Islam di zaman Nabi Muhammad SAW.
Kata Kunci: Struktur Hukum, Akad, Produk ”Arrum”
Download