BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

advertisement
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis penilaian kinerja saham-saham BUMN dan portofolio BUMN
dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio Sharpe dan rasio Treynor
untuk mengukur tingkat return-nya dibandingkan dengan risiko masing-masing
indeks, serta rasio Jensen Alpha untuk melihat tingkat abnormal return terhadap
indeks pasar yaitu IHSG.
4.1
Pengukuran Kinerja Saham-Saham BUMN dengan Menggunakan
Rasio Sharpe, Treynor, dan Jensen
Pengukuran kinerja saham-saham dan portofolio BUMN ini dilakukan
dengan menghitung return mingguan dan average return , standar deviasi (untuk
rasio Sharpe), beta (untuk rasio Treynor dan Jensen), dan alpha (untuk rasio
Jensen) dari masing-masing instrumen investasi terlebih dahulu. Tabel 4.1
menunjukkan detil perbandingan antara average return, risiko (standar deviasi
dan beta), dan alpha dari masing-masing saham BUMN, indeks LQ45 dan IHSG.
Secara umum terlihat bahwa setiap saham mempunyai average return
yang berbeda-beda. Dari ketigabelas saham BUMN hanya terdapat 4 saham yang
mempunyai average return yang lebih tinggi daripada average return IHSG yang
menghasilkan 0,34%, yaitu BBRI (0,59%), BMRI (0,67%), PTBA (1,56%), dan
TINS (0,89%). Adapun indeks LQ45 menghasilkan average return yang positif
(0,32%) namun masih berada di bawah average return IHSG dan keempat saham
tersebut. Sedangkan saham-saham yang menghasilkan average return negatif
52
adalah ADHI (-0,05%) dan ISAT (-0,01%). Nilai average return tertinggi dimiliki
oleh PTBA sebesar 1,56%.
Tabel 4.1.
Hasil Perhitungan Average Return, Risiko, dan Alpha Saham-Saham BUMN
Instrumen
IHSG
LQ45
ADHI
ANTM
BBNI
BBRI
BMRI
INAF
ISAT
KAEF
PGAS
PTBA
SMGR
TINS
TLKM
Average
Return
0,0034
0,0032
-0,0005
0,0015
0,0030
0,0059
0,0067
0,0022
-0,0001
0,0012
0,0017
0,0156
0,0018
0,0089
0,0007
Standar
Deviasi
0,0494
0,0574
0,0889
0,1168
0,0770
0,0828
0,0862
0,0930
0,0655
0,0777
0,1099
0,1004
0,1059
0,1228
0,0505
Beta
Alpha
1,0000
1,1555
1,3374
1,4198
1,3082
1,3818
0,4271
0,6796
0,6828
0,6997
1,4004
1,5804
1,1109
1,4750
0,6972
0,0000
-0,0005
-0,0045
-0,0026
-0,0010
0,0019
0,0021
-0,0006
-0,0029
-0,0016
-0,0024
0,0112
-0,0018
0,0047
-0,0022
Jensen
Alpha
0,0000
-0,0005
-0,0045
-0,0026
-0,0010
0,0019
0,0021
-0,0006
-0,0029
-0,0016
-0,0024
0,0112
-0,0018
0,0047
-0,0022
P-Value/2
Untuk Alpha*
Not Defined
0,1506
0,1771
0,3665
0,3864
0,3141
0,3091
0,4678
0,2628
0,3873
0,3673
0,0160
0,4020
0,2815
0,2361
*Not Significant untuk Tingkat Kepercayaan=95%
Sumber : Data Olahan Penelitian
Keadaan ini sedikit berbeda jika ditelaah dari kinerjanya menurut rasiorasio kinerja Sharpe dan Treynor, yang dapat dilihat hasilnya pada Tabel 4.2,
karena nilai beberapa saham memiliki nilai average return lebih rendah dari
return aset bebas risiko SBI (0,16%), sehingga beberapa saham memiliki nilai
rasio negatif. Hasil ini kemudian direpresentasikan dalam bentuk grafik.
Berdasarkan hasil regresi menunjukkan bahwa dari ketigabelas saham
BUMN, terdapat 6 saham yang memiliki beta lebih rendah dari beta pasar IHSG
(1) dan indeks LQ45 ( 1,1555), yaitu ANTM, BMRI, INAF, ISAT, KAEF, dan
53
TLKM. Hal ini menandakan bahwa pergerakan keenam saham tersebut lebih
stabil dibandingkan pergerakan IHSG dan indeks LQ45 dan risiko sistematis
keenam saham tesebut lebih rendah daripada risiko pasar. Di sisi lain nilai beta
tertinggi dipegang oleh PTBA (1,5804). Hal ini menunjukan bahwa pergerakan
saham PTBA lebih volatile dibandingkan pergerakan IHSG dan risiko sistematis
saham tesebut lebih tinggi daripada risiko pasar.
Tabel 4.2.
Hasil Perhitungan Kinerja Saham-saham BUMN
Instrumen
Investasi
Rasio Sharpe
Rasio
Treynor
Rasio Jensen*
ADHI
ANTM
BBNI
BBRI
BMRI
INAF
ISAT
KAEF
PGAS
PTBA
SMGR
TINS
TLKM
LQ45
IHSG
-0,0238
-0,0006
0,0175
0,0522
0,0591
0,0069
-0,0259
-0,0049
0,0012
0,1392
0,0014
0,0596
-0,0183
0,0270
0,0362
-0,0016
-0,00005
0,0010
0,0031
0,0119
0,0009
-0,0025
-0,0005
0,0001
0,0088
0,0001
0,0050
-0,0013
0,0013
0,0018
-0,0045
-0,0026
-0,0010
0,0019
0,0021
-0,0006
-0,0029
-0,0016
-0,0024
0,0112
-0,0018
0,0047
-0,0022
-0,0005
0,0000
*Not Significant untuk α=5%
Sumber : Data Olahan Penelitian
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada satu pun saham yang
memiliki nilai standar deviasi yang lebih rendah dibandingkan IHSG.
54
4.1.1 Pengukuran Kinerja Saham-Saham BUMN dengan Menggunakan
Rasio Sharpe
Rasio Sharpe menggambarkan rasio excess return terhadap total risiko.
Berbeda dengan average return yang terjadi, dari Gambar 4.1 dapat terlihat
bahwa dari ketigabelas saham yang diukur, saham PTBA memiliki nilai rasio
Sharpe tertinggi yaitu 0,1392, diikuti oleh TINS (0,0596) dan BMRI (0,0591). Di
sisi lain saham ISAT memiliki tingkat rasio Sharpe paling rendah yaitu sebesar 0,0259.
SHARPE
0,1600
0,1400
0,1200
0,1000
Rasio
0,0800
0,0600
0,0400
0,0200
0,0000
-0,0200
-0,0400
ADHI ANTM BBNI BBRI BMRI INAF ISAT KAEF PGAS PTBA SMGR TINS TLKM LQ45 IHSG
Saham & Indeks
Gambar 4.1: Kinerja Saham-Saham BUMN Diukur dengan Rasio Sharpe
(Periode 10 Januari 2007 s/d 30 Desember 2009)
Sumber Data : Data Olahan Penelitian
Beberapa saham seperti ADHI, ANTM, ISAT, KAEF dan TLKM
memiliki rasio Sharpe negatif disebabkan karena nilai average return dari saham-
55
saham tersebut lebih rendah dari return aset bebas risiko (SBI) pada periode krisis
2007-2009.
4.1.2 Pengukuran Kinerja Saham-Saham BUMN dengan Menggunakan
Rasio Treynor
Rasio Treynor juga menggambarkan rasio excess return terhadap risiko,
tetapi risiko yang diperhitungkan di sini adalah risiko sistematis saja, yaitu beta
(β). Kinerja tiap saham dan indeks LQ45 dan IHSG menurut rasio ini
diperlihatkan pada Gambar 4.2.
TREYNOR
0,0140
0,0120
0,0100
Rasio
0,0080
0,0060
0,0040
0,0020
0,0000
ADHI ANTM BBNI BBRI BMRI INAF ISAT KAEF PGAS PTBA SMGR TINS TLKM LQ45 IHSG
-0,0020
-0,0040
Saham & Indeks
Gambar 4.2: Kinerja Saham-Saham BUMN Diukur dengan Rasio Treynor
(Periode 10 Januari 2007 s/d 30 Desember 2009)
Sumber Data : Data Olahan Penelitian
Dari Gambar 4.2. diketahui bahwa saham BMRI (0,0119) memiliki
tingkat rasio Treynor lebih tinggi dibandingkan dengan saham-saham BUMN
56
lainnya, kemudian disusul dengan saham PTBA (0,0088) dan TINS (0,0050). Di
sisi lain saham ISAT tetap memiliki tingkat rasio yang paling rendah
dibandingkan saham-saham BUMN lainnya yaitu -0,0025.
Berdasarkan hasil perhitungan
rasio Treynor, diketahui bahwa, sama
seperti rasio Sharpe, beberapa saham seperti ADHI, ANTM, ISAT, KAEF dan
TLKM memiliki nilai rasio negatif.
4.1.3
Pengukuran Kinerja Saham-Saham BUMN dengan Menggunakan
Rasio Jensen
JENSEN
0,0120
0,0100
0,0080
Rasio
0,0060
0,0040
0,0020
0,0000
ADHI ANTM BBNI BBRI BMRI INAF ISAT KAEF PGAS PTBA SMGR TINS TLKM LQ45 IHSG
-0,0020
-0,0040
-0,0060
Saham & Indeks
Gambar 4.3: Kinerja Saham-Saham BUMN Diukur dengan Rasio Jensen
(Periode 10 Januari 2007 s/d 30 Desember 2009)
Sumber Data : Data Olahan Penelitian
Alat ukur dalam rasio Jensen adalah alpha. Berdasarkan hasil regresi pada
Gambar 4.3 di atas, nilai alpha terbesar dimiliki oleh PTBA (0,0112) dan nilai
57
alpha terendah dimiliki oleh ADHI (-0,0045). Namun, secara statistik untuk
tingkat kepercayaan 95% hanya nilai alpha PTBA yang significant. Dengan kata
lain, selain PTBA semua nilai alpha pada saham-saham BUMN diasumsikan
mendekati nol dan tidak berpengaruh untuk menghasilkan abnormal return.
4.1.4
Kondisi Perusahaan BUMN Periode 2007 – 2008
Harga saham emiten BUMN selama semester I-2008 anjlok 24,6%.
Bersamaan dengan itu, total kapitalisasi saham emiten BUMN juga merosot
23,3%. IHSG sedang tidak baik akibat gejolak harga minyak, perlambatan
ekonomi dunia, dan resesi ekonomi Amerika Serikat. Bursa di Indonesia terimbas
bursa saham regional. Jadi, penurunan kinerja saham BUMN tidak ada kaitannya
dengan kinerja BUMN secara keseluruhan.
Dari 13 saham emiten BUMN yang diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia (BEI), hanya PT Timah Tbk (TINS) dan PT Tambang Batubara Bukit
Asam Tbk (PTBA) yang kapitalisasinya tumbuh selama semester I-2008.
Sedangkan kapitalisasi saham 11 emiten BUMN lainnya turun. TINS dan PTBA
memiliki kinerja lebih baik karena diuntungkan kenaikan harga komoditas. Jika
kondisi fundamental suatu perusahaan baik maka maka tidak terlalu terpengaruh
oleh kondisi global. Sebaliknya, saham BUMN lainnya sangat tidak diuntungkan,
terutama disebabkan oleh kenaikan suku bunga akibat tingginya laju inflasi.
Kondisi ini juga berdampak pada kinerja perusahaan karena semakin sulit
mengerjaakan proyek-proyek dengan harga murah.
58
Di sektor perbankan pada tahun 2008 BMRI mengalami peningkatan laba
karena ditopang oleh perbaikan kinerja operasional dan restrukturisasi kredit
bermasalah.
4.1.5
Kesimpulan Pengukuran Kinerja Saham-saham BUMN
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja saham-saham BUMN terlihat bahwa
masing-masing rasio memiliki ranking yang berbeda untuk masing-masing saham
BUMN. Pada rasio Sharpe, nilai tertinggi dipegang oleh PTBA, diikuti oleh TINS
dan BMRI. Pada rasio Sharpe nilai PTBA dan TINS memiliki nilai tertinggi
dikarenakan pengukuran tidak hanya didasarkan pada risiko sistematis saja
melainkan didasarkan juga dengan risiko non sistematis (kondisi fundamental
perusahaan itu sendiri), yang mana kondisi PTBA dan TINS pada saat itu baik.
Pada rasio Treynor, nilai tertinggi dipegang oleh BMRI, PTBA, dan TINS.
Sedangkan pada rasio Jensen, hanya PTBA yang memiliki kemampuan
menghasilkan abnormal return yang signifikan secara statistik.
Berdasarkan ketiga rasio di atas, dapat disimpulkan bahwa pada periode
penelitian dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 PTBA memiliki kinerja
terbaik diantara saham-saham BUMN lainnya. Bahkan jika dibandingkan dengan
indeks LQ45 dan IHSG, nilai rasio PTBA jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
rasio kedua indeks tersebut.
4.2
Pengukuran Kinerja Portofolio Saham-Saham BUMN dengan
Menggunakan Rasio Sharpe, Treynor, dan Jensen
Pengukuran kinerja portofolio BUMN ini juga dilakukan dengan
menghitung return mingguan dan average return, standar deviasi (untuk rasio
59
Sharpe), beta (untuk rasio Treynor dan Jensen), dan alpha (untuk rasio Jensen)
dari masing-masing instrumen investasi terlebih dahulu. Namun sebelum
dilakukan pengukuran kinerja, portofolio dibentuk terlebih dahulu dengan
menggunakan tools Solver pada Ms. Excel. Pembentukan portofolio dilakukan
dengan membuat 4 jenis pembobotan yaitu Minimum Variance, Optimal
Portfolio, Equal Weighted dan Value Weighted.
Tabel 4.3.
Perbandingan Bobot dan Variabel Pendukung Portofolio Saham BUMN
Bobot
Saham
ADHI
ANTM
BBNI
BBRI
BMRI
INAF
ISAT
KAEF
PGAS
PTBA
SMGR
TINS
TLKM
Sum Weight
Expected Return
Std Dev
Return Risk Free
Sharpe Ratio
Alpha
P-Value/2
*Significant?
Portofolio 1
Minimum Variance
Portofolio 2
Portofolio 3
Portofolio 4
Optimal Portfolio Equal Wighted Value Weighted
0
0
0
0
0
0,1016
0,2442
0,0832
0
0
0,0052
0
0,5658
1,0000
0,0007
0,0437
0,0016
-0,0207
-0,0021
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1,0000
0
0
0
1,0000
0,0156
0,1001
0,0016
0,1397
0,0112
0,0769
0,0769
0,0769
0,0769
0,0769
0,0769
0,0769
0,0769
0,0769
0,0769
0,0769
0,0769
0,0769
1,0000
0,0037
0,0613
0,0016
0,0349
0,0001
0
0,0312
0,0600
0,1204
0,1359
0,0456
0
0,0249
0,0354
0,3164
0,0355
0,1810
0,0138
1,0000
0,0087
0,0746
0,0016
0,0946
0,0046
0,1692
Non Significant
0,0160
Significant
0,4883
Non Significant
0,0280
Significant
*Tingkat Kepercayaan = 95%
Sumber Data : Data Olahan Penelitian
60
Tabel 4.3 menunjukkan detil perbandingan pembobotan average return,
risiko (standar deviasi dan beta), dan alpha dari masing-masing saham BUMN,
indeks LQ45 dan IHSG.
Secara umum terlihat bahwa tingkat return keempat portofolio BUMN
bervariasi. Dari keempat portofolio BUMN, Optimal Portfolio mempunyai
average return yang tertinggi yaitu 1,56%, namun memiliki nilai standar deviasi
tertinggi juga yaitu 1,001. Sedangkan portofolio Minimum Variance memiliki
nilai average return dan standar deviasi terendah yaitu 0,07% dan 0,0437.
Berdasarkan hasil regresi menunjukkan bahwa dari keempat portofolio
BUMN, hanya portofolio Minimum Variance yang memiliki beta lebih rendah
dari beta pasar IHSG (1) yaitu 0,6944. Hal ini menandakan bahwa pergerakan
portofolio Minimum Variance tersebut lebih stabil dibandingkan pergerakan
portofolio lain dan IHSG dan risiko sistematis portofolio ini lebih rendah daripada
risiko pasar. Di sisi lain nilai beta tertinggi dipegang oleh Optimal Portfolio
(1,5815). Hal ini menunjukan bahwa pergerakan Optimal Portfolio lebih volatile
dibandingkan pergerakan portofolio lainnya dan IHSG, dan risiko sistematis
portofolio tesebut lebih tinggi daripada risiko pasar
Tabel 4.4.
Hasil Perhitungan Kinerja Portofolio BUMN
Portofolio
Minimum Variance
Optimal Portfolio
Equal Weighted
Value Weighted
LQ45
Rasio Sharpe
Rasio Treynor
-0,0207
0,1397
0,0349
0,0946
0,0270
-0,0013
0,0088
0,0018
0,0051
0,0013
Rasio
Jensen
-0,0021
0,0112
0,0001
0,0046
-0,0005
61
0,0362
IHSG
0,0018
0
*Not Significant Pada Tingkat Kepercayaan = 95%
Sumber Data : Data Olahan Penelitian
. Setelah variabel pendukung diketahui, kinerja masing-masing portofolio
diukur sesuai dengan masing-masing rasio. Tabel 4.4 di atas merupakan hasil
pengukuran kinerja masing-masing portofolio dan kinerja indeks LQ45 dan IHSG.
Hasil pada tabel ini kemudian akan direpresentasikan dalam bentuk grafik.
4.2.1 Pengukuran Kinerja Portofolio BUMN dengan Menggunakan Rasio
Sharpe
Sharpe
0,1600
0,1400
0,1200
0,1000
Rasio
0,0800
0,0600
0,0400
0,0200
0,0000
-0,0200
-0,0400
Minimum
Variance
Optimal
Portfolio
Equal Weighted Value Weighted
LQ45
IHSG
Portofolio & Indeks
Gambar 4.4: Kinerja Portofolio BUMN Diukur dengan Rasio Sharpe
(Periode 10 Januari 2007 s/d 30 Desember 2009)
Sumber Data : Data Olahan Penelitian
Dari Gambar 4.4 dapat terlihat bahwa dari keempat portofolio yang
diukur, Optimal Portfolio memiliki nilai rasio Sharpe tertinggi yaitu 0,1397
62
diikuti oleh portofolio Value Weighted (0,0946) dan portofolio Equal Weighted
(0,0349). Di sisi lain portofolio Minimum Variance tingkat rasio Sharpe paling
rendah yaitu sebesar -0,0207.
Portofolio Minimum Variance memiliki rasio Sharpe negatif disebabkan
karena nilai average return dari portofolio tersebut lebih rendah dari return aset
bebas risiko (SBI) pada periode krisis 2007-2009.
4.2.2 Pengukuran Kinerja Portofolio BUMN dengan Menggunakan Rasio
Treynor
Treynor
0,0100
0,0080
Rasio
0,0060
0,0040
0,0020
0,0000
Minimum
Variance
-0,0020
Optimal
Portfolio
Equal Weighted Value Weighted
LQ45
IHSG
Portofolio & Indeks
Gambar 4.5: Kinerja Portofolio BUMN Diukur dengan Rasio Treynor
(Periode 10 Januari 2007 s/d 30 Desember 2009)
Sumber Data : Data Olahan Penelitian
Kinerja tiap portofolio dan indeks LQ45 dan IHSG menurut rasio ini
diperlihatkan pada Gambar 4.5. Dari gambar tersebut. diketahui bahwa Optimal
Portfolio (0,0088) memiliki tingkat rasio Treynor lebih tinggi dibandingkan
63
dengan portofolio BUMN lainnya, kemudian disusul dengan portofolio Value
Weighted (0,0051) dan portofolio Equal Weighted (0,0018). Di sisi lain portofolio
Minimum Variance tetap memiliki tingkat rasio yang paling rendah dibandingkan
portofolio BUMN lainnya yaitu -0,0013.
4.2.3 Pengukuran Kinerja Portofolio BUMN dengan Menggunakan Rasio
Jensen
Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 4.4 di atas, nilai alpha terbesar
dimiliki oleh Optimal Portfolio (0,0112), diikuti oleh portofolio Value Weighted
(0,0046). Namun, secara statistik untuk tingkat kepercayaan 95% hanya nilai
alpha kedua portofolio ini yang significant. Dengan kata lain, selain kedua
portofolio tersebut semua nilai alpha pada portofolio BUMN diasumsikan
mendekati nol dan tidak berpengaruh untuk menghasilkan abnormal return
selama periode penelitian.
4.2.4
Kesimpulan Perhitungan Portofolio Saham BUMN
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja portofolio BUMN terlihat bahwa
masing-masing rasio juga memiliki ranking yang berbeda untuk masing-masing
portofolio saham BUMN. Pada rasio Sharpe dan rasio Treynor, nilai tertinggi
dipegang oleh Optimal Portfolio, diikuti oleh portofolio Value Weighted,
portofolio Equal Weighted, dan portofolio Minimum Variance. Sedangkan pada
rasio Jensen, hanya Optimal Portfolio dan portofolio Value Weighted saja yang
memiliki kemampuan menghasilkan abnormal return yang signifikan secara
statistik. Nilai rasio Jensen tertinggi dipegang oleh Optimal Portfolio.
64
Berdasarkan ketiga rasio di atas, dapat disimpulkan bahwa pada periode
penelitian dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 Optimal Portfolio memiliki
kinerja terbaik diantara portofolio BUMN lainnya, diikuti oleh portofolio Value
Weighted.
4.3
Perbandingan Kinerja Saham-Saham BUMN dengan Indeks LQ45
dan IHSG
Berdasarkan pengukuran rasio Sharpe (Gambar 4.1), jika dibandingkan
dengan indeks LQ45 (0,0362) dan IHSG (0,0270) terdapat empat saham BUMN
yang memiliki tingkat rasio Sharpe yang lebih tinggi dari rasio Sharpe kedua
indeks tersebut. Keempat saham BUMN tersebut adalah PTBA, TINS, BMRI, dan
BBRI. Sedangkan sembilan saham BUMN lainnya memiliki tingkat rasio Sharpe
yang lebih rendah dibandingkan rasio Sharpe indeks LQ45 dan IHSG.
Sama halnya dengan rasio Sharpe, berdasarkan pengukuran rasio Treynor
(Gambar 4.2), jika dibandingkan dengan indeks LQ45 dan IHSG terdapat empat
saham yang memiliki tingkat rasio Treynor yang lebih tinggi dari rasio Treynor
kedua indeks tersebut, yaitu BMRI, PTBA, TINS, dan BBRI. Sedangkan sembilan
saham BUMN lainnya memiliki tingkat rasio Treynor yang lebih rendah
dibandingkan rasio Treynor indeks LQ45 dan IHSG.
Berdasarkan pengukuran Jensen (Tabel 4.1), hanya PTBA yang memiliki
nilai alpha positif dan signifikan secara statistik, sedangkan indeks LQ45
memiliki nilai alpha 0 karena secara statistik nilai alpha indeks LQ45 tidak
signifikan secara statistik.
65
4.4
Perbandingan Kinerja Portofolio BUMN dengan Indeks LQ45 dan
IHSG
Berdasarkan pengukuran rasio Sharpe (Gambar 4.4), jika dibandingkan
dengan indeks LQ45 (0,0270) dan IHSG (0,0362), Optimal Portfolio dan
portofolio Value Weighted memiliki tingkat rasio yang lebih tinggi dibandingkan
kedua indeks tersebut. Sedangkan rasio Sharpe portofolio Equal Weighted berada
diantara tingkat rasio Sharpe indeks LQ45 dan IHSG.
Menurut pengukuran rasio Treynor (Gambar 4.5), jika dibandingkan
dengan indeks LQ45 dan IHSG, Optimal Portfolio dan portofolio Value Weighted
memiliki tingkat rasio Treynor yang lebih tinggi dibandingkan kedua indeks
tersebut. Sedangkan rasio Treynor portofolio Equal Weighted memiliki nilai rasio
Treynor yang sama dengan IHSG.
Berdasarkan pengukuran Jensen (Tabel 4.4), Optimal Portfolio dan
portofolio Value Weighted yang memiliki nilai alpha positif dan signifikan secara
statistik, sedangkan indeks LQ45 memiliki nilai alpha 0 karena secara statistik
nilai alpha indeks LQ45 tidak signifikan secara statistik.
4.4.1 Pemetaan Tingkat Return dan Risiko Portofolio BUMN ke Dalam
Efficient Frontier
Pemetaan tingkat return dan risiko portofolio BUMN dalam Efficient
Frontier dapat dilihat pada Gambar 4.6.
66
Gambar 4.6: Pemetaan Tingkat Return dan Risiko Portofolio BUMN ke
Dalam Efficient Frontier (Periode 10 Januari 2007 s/d 30 Desember 2009)
Sumber Data : Data Olahan Penelitian
Dari Gambar 4.6 dapat diketahui bahwa Optimal Portfolio memiliki
return dan risiko yang paling tinggi, diikuti oleh Value Weighted, Equal Variance,
dan yang terendah adalah Minimum Variance. Dari pemetaan kinerja masingmasing portofolio tersebut, Optimal Portofolio memiliki tingkat perbandingan
return dan risiko yang paling efisien dibandingkan dengan portofolio BUMN
lainnnya.
67
Garis CAL pada Gambar 4.6 berada di antara titik SBI (aset bebas risiko)
dan Optimal Portfolio, dan menyinggung grafik Efficient Frontier. Garis ini
menunjukkan bahwa investor yang rasional akan mencoba berinvestasi pada
portofolio di sepanjang garis tersebut. Jika dibandingkan dengan indeks LQ45 dan
IHSG, Optimal Portfolio memiliki return dan risiko jauh lebih tinggi. Hal ini
disebabkan karena tingkat return dari Optimal Portfolio (1,56%) jauh lebih tinggi
dari return IHSG (0,34%) dan return indeks LQ45 (0,32%) selama periode
penelitian.
4.5
Kesimpulan Umum
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja saham-saham BUMN dan portofolio
BUMN pada periode penelitian dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009,
dimana terjadi krisis subprime mortgage, kinerja saham-saham BUMN dan
portofolio BUMN secara umum dapat dikatakan baik. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya beberapa saham BUMN yang memiliki kinerja positif baik dilihat dari
rasio Sharpe, rasio Treynor, maupun rasio Jensen. Begitu juga dengan kinerja
portofolio BUMN.
Namun, dari beberapa pilihan saham dan portofolio BUMN, dilihat dari
aspek ketiga rasio pengukuran, kinerja saham PTBA dan Optimal Portofolio
BUMN merupakan yang terbaik diantara kinerja saham dan portofolio BUMN
lainnya, diikuti oleh portofolio Value Weighted BUMN. Bahkan jika
dibandingkan dengan indeks LQ45 dan IHSG, nilai rasio-rasio PTBA, Optimal
Portfolio dan portofolio Value Weighted jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
rasio kedua indeks tersebut. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ketiganya
68
memiliki kemampuan untuk menghasilkan abnormal return pada masa krisis
subprime mortgage pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Hal ini
mengindikasikan bahwa saham-saham dan portofolio BUMN, khususnya saham
PTBA, Optimal Portofolio BUMN, dan portofolio Value Weighted BUMN, dapat
dipertimbangkan untuk dijadikan referensi investasi bagi investor pada saat
terjadinya suatu krisis.
69
Download