BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
2.1.1
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
Dalam suatu organisasi atau perusahaan peranan manajemen
sumber daya manusia (SDM) sangatlah penting. Hal ini dapat kita
mengerti karena tanpa sdm, suatu organisasi tidak mungkin berjalan.
Manusia merupakan penggerak dan pengelola faktor-faktor produksi
lainnya seperti modal, bahan mentah, peralatan, dan lain-lain untuk
mencapai tujuan organisasi.
Dengan semakin berkembangnya suatu organisasi maka makin
sulit pula perencanaan dan pengendalian pegawainya. Oleh karena itu,
maka sangatlah dibutuhkan manajemen personalia yang mengatur dan
mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kepegawaian, baik
dalam hal administrasi, pembagian tugas maupun pada kegiatan personalia
lainnya.
Berikut ini sejumlah pengertian manajemen sdm menurut beberapa
pakar yang sudah terpublikasi secara umum:
Drs. Malayu S. P. Hasibuan (2006:6)
Mendefinisikan manajemen sebagai “Ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efektif
dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Manajemen ini terdiri dari
6 unsur (6M) yaitu: men, money,methode, materials, machines, dan market.
Unsur men (manusia) ini berkembang menjadi suatu ilmu manajemen yang
disebut Manajemen Sumber Daya Manusia atau disingkat MSDM yang
merupakan terjemahan dari menpower management. Manajemen yang
mengatur unsur manusia ini ada yang menyebutnya manajemen kepegawaian
atau manajemen personalia.
Menurut Gary Dessler (Dessler, 2003:2):
“Human Resource Management is the policies and practies involved in
carrying out the “people” or human resource aspects of a management
position, including recruiting, screening, training, rewarding, and
appraising.”
(artinya manajemen SDM adalah kebijakan dan cara-cara yang
dipraktekan dan berhubungan dengan pemberdayaan manusia atau aspekaspek SDM dari sebuah posisi manajemen termasuk perekrutan, seleksi,
pelatihan, penghargaan dan penilaian.)
Menurut Husein Umar (2005:3)
“Manajemen Sumber Daya Manusia
merupakan bagian dari manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri
pada unsur sumber daya manusia, yang bertugas mengelola unsur manusia
secara baik agar diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya”.
Pada dasarnya tujuan manajemen SDM adalah menyediakan tenaga
kerja yang efektif bagi organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dalam proses pencapaian tujuan ini, maka
manajemen
personalia
mempelajari
bagaimana
memperoleh,
mengembangkan, memanfaatkan, mengevaluasikan dan mempertahankan
tenaga kerja dalam baik jumlah dan tipe yang tepat. Manajemen personalia
dapat berhasil bila mampu menyediakan tenaga kerja yang berkompeten
untuk melaksanakan pekerjaan yang harus dilakukan.
2.2
Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Setelah melihat uraian tentang Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM), terlihat bahwa MSDM memiliki tiga aspek utama. Hal tersebut
meliputi, Husein Umar (2005: 45):
1. Fungsi Manajerial dari Manajemen Sumber Daya Manusia
2. Fungsi Operasional dari Manajemen Sumber Daya Manusia
3. Peranan dan kedudukan Manajemen Sumber Daya manusia
Berikut pengertian dan cakupan fungsi-fungsi tersebut :
1. Fungsi Manajerial dari Manajemen Sumber daya Manusia
Fungsi Manajerial adalah fungsi yang mempunyai wewenang
kepemimpinan terhadap sumber daya manusia lain. Dalam hal ini direktur,
kepala bagian, atau supervisor adalah orang-orang yang mempunyai posisi
manajerial yang menjalankan fungsi-fungsi dari manajemen yang
merupakan suatu proses kegiatan yang didalamnya terdiri atas proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap
karyawan pada suatu perusahaan dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan secara efektif dan efisien. Kelima fungsi ini merupakan suatu
sistem yang saling terkait dan berlangsung secara terus-menerus.Masingmasing dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan yaitu usaha untuk memikirkan dan menetapkan sebelumnya
tentang apa yang akan ditempatkan guna mengurus suatu hasil yang
diinginkan.
Jadi, jelaslah disini bahwa betapa besarnya peranan perencanaan dalam
manajemen. Lebih jauh lagi, Manajemen Sumber Daya Manusia akan
membantu
pencapaian
tujuan
organisasi
karena
dengan
adanya
perencanaan sumber daya manusia akan melancarkan aktivitas perusahaan
secara efektif dan efisien
b. Pengorganisasian yaitu rangkaian usaha pengelompokan kegiatan-kegiatan
yang diwadahkan dalam unit kerja untuk melaksanakan rencana dan
menetapkan hubungan antarunit kerja secara horisontal dan vertikal. Perlu
diingat bahwa dalam fungsi ini, orang-orang ditempatkan dalam setiap unit
tertentu adalah mereka yang mempunyai kemampuan pada bidang tersebut
agar tugas diberikan dapat tercapai seperti perencanaan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
c. Penyusunan adalah fungsi manajemen berupa penyusunan sumber daya
manusia pada suatu organisasi, dimulai dari perekrutan tenaga kerja,
pengembangan sampai pada usaha agar setiap karyawan dapat memberi
daya guna maksimal bagi organisasi. Jadi, fungsi penyusunan ini adalah
suatu usaha untuk mengisi, memilih, dan menyusun sumber daya manusia
dalam struktur yang telah dibentuk pada tahappengorganisasian.
d. Pengarahan yaitu fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha
memberikan bimbingan, saran, perintah, dan pengarahan kepada sumber
daya manusia dalammelaksanakan tugasnya masing-masing agar tugas
yang diberikan dapat dilaksanakan dengan baik dan terarah pada tujuan
yang telah ditetapkan.
e. Pengawasan yaitu rangkaian usaha pengawasan baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan organisasi
untuk menjamin agarsetiap pekerjaan berlangsung sesuai dengan rencanan,
dalam arti jika terjadi penyimpangan segera diambil langkah-langkah
konkret. Berdasarkan langkah-langkah tersebut, pihak manajemen dapat
diartikan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan melalui penggunaan
sumber daya manusia yang dimiliki untuk saling bekerja sama dan
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Hal ini membuktikan bahwa
manajemen tidak akan terlaksana tanpa adanya sumber daya manusia.
2. Fungsi Operasional dari Manajemen Sumber Daya Manusia
Fungsi Operasional adalah fungsi yang tidak memiliki wewenang perintah
melainkan hanya menerima tugas dan menjalankan dibawah pengawasan
fungsi manajerial. Fungsi-fungsi tersebut masing-masing telah dijelaskan,
selanjutnya akan diuraikan tentang fungsi kedua dari Manajemen Sumber
Daya Manusia tersebut yang meliputi meliputi :
a. Fungsi Pengadaan (Procurenment) yaitu fungsi untuk memperoleh
tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan. Yang terpenting disini
adalah kualitas sumber daya manusia yang diterima sesuai dengan
kebutuhan akan tugas yang hendak dilaksanakan.
b. Fungsi Pengembangan (Development Function) adalah suatu fungsi
yang berusaha untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia
yang sudah diterima. Hal ini perlu diperhatikan mengingat tidak semua
sumber daya manusia yang diterima oleh perusahaan, sekaligus terampil
untuk menyelesaikan tugas serta memiliki disiplin kerja sebagaimana
yang diharapkan.
Perubahan teknologi dan lingkungan organisasi
merupakan aspek penting yang menuntut manajer agar mengembangkan
kemampuannya secara terus-menerus, khususnya dalam bidang
manajemen.
c. Pemberian Balas Jasa (Compensation Function) adalah usaha untuk
menghargai usaha karyawan terutama secara nyata menunjukkan hasil
keringat yang baik berdasarkan penilaian yang objektif. Pemberian balas
jasa yang tidak adil atau tidakmerata akan menyebabkan rendahnya
motivasi bagi karyawan yang pada akhirnya menyebabkan turunnya
kinerja disebabkanmereka kurang diperlakukan secara adil oleh pimpinan
sehingga menjadi malas dan tidak rela menyumbangkan segala potensi
yang dimilikinya secara maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi.
d. Fungsi Integrasi (Integration Function) adalah usaha untuk menyelaraskan
antara tujuan perusahaan dengan tujuan individu maupun kelompok yang
ada dalam organisasi. Pentingnya fungsi ini mengingat motivasi setiap
individu untuk bergabung dalam perusahaan dengan tujuan individu atau
kelompok yang ada dalam suattu perusahaan bervariasi sehingga perlu
untuk diselaraskan. Bila dijalankan dengan baik, fungsi ini dapat
meningkatkan semangat kerja dan kinerja karyawan.
e. Fungsi Pemeliharaan (Maintenance Function), yaitu usaha untuk sedapat
mungkin memperbaiki kondisi-kondisi kerja sehubungan dengan kelima
fungsi operasional dalam Manajemen Suber Daya Manusia.
f. Fungsi Separasi (Separation Function) merupakan fungsi operasional
Manajemen Sumber Daya Manusia yang terakhir. Jika fungsi pertama
adalah pengadaan pekerja, fungsi ini adalah sebaliknya yaitu menyangkut
pada fungsi pemberhentian atau memberi pension kepada pekerja yang
sudah ada demi mempertahankan kinerja perusahaan Berkaitan dengan
uraian diatas, baik fungsi manajerial maupun fungsi operasional
menunjukkan bahwa keduanya merupakan suatu sistem yang tidak dapat
terpisahkan. Kedua sistem ini harus dapat dijalankan dan dikembangkan
secara selarasagar tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan
efisien.
3. Peranan dan kedudukan Manajemen Sumber Daya Manusia
Hingga saat ini belum ada perusahaan yang mampu melaksanakan tugastugasnya
tanpa
memerlukan
sumber
daya
manusia.
Terdapat
kecenderungan bahwa semakin besar suatu perusahaan, semakin besar pula
kebutuhan sumber daya manusianya. Hal ini dapat kita lihat dalam praktik
dunia bisnis. Walaupun suatu perusahaan sudah menggunakan mesin yang
berteknologi tinggi, modern, serta otomatis, perusahaan tetap saja
membutuhkan sumber daya manusia yang terampil dalam jumlah yang
harus memadai.
didapatkan
jika
Sumber daya manusia yang terampil hanya akan
perusahaan
mau
bertanggung
jawab
untuk
mengembangkan para pekerjanya dengan melaksanakan aktivitas yang
mendukung peningkatan kompetensi karyawan.
2.3
Tantangan-Tantangan Manajemen Sumber Daya Manusia
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan sumber
daya .manusia dewasa ini menuntut untuk memainkan suatu peran yang
senantiasa lebih penting dalam organisasi.perubahan tersebut tampak nyata
dari nilai nilai yangdi timbulkan oleh kondisi ekonomi,politik,sosial
budaya, hukum,serta teknologi. MSDM akan banyak menhadapi kendala
internal maupun eksternal dalam mewujudkan tujuan dan sasaran
organisasi. Berikut penjelasannya.
1. Faktor Eksternal Organisasi
a. Angkatan Kerja
Angkatan kerja merupakan kelompok induvidu dari luar yang menjadi
pekerja dalam organisasi.kemampuan dari tenaga kerja organisasi
menentukan seberapa besar organisasi dapat meraih misinya. Sejak
tenaga kerja baru di pekerjakan dari luar organisasi,angkatan kerja
dipertimbangkan sebagai faktor lingkungan eksternal. Angkatan kerja
selalu berubah dan pergantian ini menimbulkan perubahan angkatan
kerja
dalam
organisasi.
Perubahan
ini
meliputi
ras,jenis
kelamin/gender,usia, nilai dan norma budaya.
b. Legal consideration
Masalah signifikan lain yang mempengaruhi sumber daya manusia
berhubungan dengan undang-undang lokal dan negara bagian adalah
tentang peluang kerja yang sama (equal employment opportunity).
Untuk menghindari masalah ras,warna kulit,agama,jenis kelamin atau
negeri asal maka dibentuk suatu badan/komisi untuk menangani
masalah tersebut.Equal Employment Opportunity Comission merupakan
komisi yang diberi kuasa untuk menyelidiki keluhan keluhan
diskriminasi pekerjaan dan menggugat atas nama pihak yang
mengeluh.masalah hukum,keputusan pengadilan dan tindakan afirmatif
(excutive orders) berakibat pada aktivitassumber daya manusia.
c. Persaingan
Untuk pangsa pasar,sebuah organisasi harus mengandalkan pada satu
dari dua peluang yang terbuka,yaitu organisasi itu harus mendapatkan
lebih banyak pelanggan,baik dengan mengumpulkan pangsa pasar
yang lebih besar maupun dengan menemukan cara meningkatkan
ukuran pasar itu sendiri. Atau organisasi itu harus mengalahkan
pesaing dalam memasuki dan memenangkan pasar yang sedang
berkembang. Cara manapun yang di gunakan organisasi harus
menganalisis pesaing dalam menetapkan strategi pemasaran yang
terarah dalam rangka memberikan kepuasan yang lebih besar kepada
pelanggan.
d. Konsumen
konsumen menukarkan sumberdaya yang pada umumnya berbentuk
uang dengan produk jasa organisasi. Konsumen bisa terdiri dari
lembaga seperti sekolah,rumah sakit,atau kantor pemerintahan,atau
organisasi lain,seperti kontraktor,distributor,pabrik,atau induvidual.
Taktik
menjual
bervariasi
menurut
pelanggan
dan
situasi
pasar.biasanya dilakukan analisis pelanggan potensial dan kondisi
pasar serta menentukan kampanye pemasaran berdasar analisi
tersebut. Konsumen merupakan suatu hal yang tidak pasti bagi
organisasi selera dan cita rasa pelanggan dapat berubah. Setiap saat
perubahan konsumen dapat menjadi puas atau tidak puas dengan jasa
atau produk organisasi. Dengan demikian,organisasi harus dapat
mengenali perubahan selera atau kebutuhan konsumen.
e. Teknologi
Teknologi adalah pengetahuan,peralatan,dan teknik yang digunakan untuk
mengubah
bentuk
masukan
(bahan
baku,informasi,dan
sebagainya)menjadi kelurahan (produk dan jasa). Perubahan
teknologi dapat membantu organisasi untuk menyediakan produk
yang lebih baik atau menghasilkan produk secara lebih efisien.
f. Politik
Variabel unsur politik termasuk undang-undang,peraturan, dan
keputusan pemerintah yang memimpin dan mengatur prilaku
usaha.banyak peraturan dan perundang-undangan yang mempengaruhi
organisasi dihasilkan melalui proses politik. Peran pemerintah dalam
mempengaruhi kegiatan organisasi dapat dilihat dari pembicaraan
pemerintah sebagai lingkungan eksternal. Politik internasional akan
berpengaruh pula pada kegiatan suatu organisasi.
g. Ekonomi
Kondisi ekonomi secara umum amat menentukan keberhasilan
organisasi. Upah,harga yang di tetapkan oleh pemasok dan
pesaing,serta kebijakan fiskal pemerintah akan mempengaruhi biaya
produksi barang dan penawaran jasa serta kondisi pasar tempat kita
menjual.indikator ekonomi umum mengukur pendapatan dan produk
nasional.
Tabungan,investasi,harga,upah,produktivitas,
lapangan
kerja,aktifitas pemerintah,pengangguran,kebijakan moneter,lalu lintas
divisa,suku bunga,lembaga kauangan bank dan nonbank,serta inflasi
dan transaksi internasional. Semua faktor ini bervariasi sepanjang
waktu dan merupakan tugas dari sumber organisasi untuk membuat
ramalan ekonomi dan mengantisipasi perubahan.
h. Demografi
Demografi
tenaga
kerja
menggambarkan
pendidikan,usia,suku,jenis
komposisi
kelamin,persentase
berikut:tingkat
populasi
yang
berpartisipasi dalam tenaga kerja,dan karakteristik lainnya. Perubahan
dalam demografi tenaga kerja biasanya diketahui lebih dahulu,terjadi
secara pelan,dan diikuti dengan baik. Misalnya peningkatan tingkat
pendidikan penduduk adalah kecendrungan yang bergerak perlahan.
Beberapa perusahaan,seperti general motor menganggap demografi
begitu penting sehingga mereka mempekerjakan demographer mereka
sendiri.
Meskipun
bergerak
perlahan,kecendrungan
ini
dapat
berpengaruh penting pada aktifitas departemen sumber daya lama.
2. Faktor Internal Organisasi
Faktor lingkungan atau keadaan yang bersumber dari dalam organisasi
sendiri yang dapat menghambat usaha peningkatan fungsi sumberdaya
manusia untuk mendukung tercapainya tujuan organisasi. Faktor tersebut
antara
lain
pemegang
misi,kebijakan,budaya
organisasi,serikat
saham keadaan dan perubahan-perubahan
pekerja
dan
lingkungan
eksternal dan internal di atas dapat mengakibatkan masalah-masalah
seperti biaya tenaga kerja yang lebih besar dan terbatasnya tenaga kerja
yang berkualitas.
Adapun variabel internal dapat jelaskan sebagai berikut:
a. Misi
Sesuatu
yang
menyangkut
keberadaan organisasi.
Di dalam
masyarakat, setiap entitas mempunyai peranan sendiri. Peranan
tersebut akan menentukan misi atau maksud keberadaan mereka
dalam masyarakat tersebut. Jika mereka tdak mempunyai misi atau
maksud keberadaan maka entitas tersebut tidak akan mempunyai
eksistensi.
b. Kebijakan
Kebijakan juga merupakan rencana karena merupakan pernyataan atau
pemahaman umum yang membantu mengarahkan pengambilan
keputusan. Sering kali kebijakan merupakan pernyataan tidak tertulis.
Kebijakan membatasi pengambilan keputusan dalam wilayah tertentu
dan memastikan agar keputusan tersebut konsisten dan mengarah pada
tujuan organisasi.
c. Budaya Perusahaan
Budaya
perusahaan
merupakan
sistem
dari
nilai-nilai
dan
kepercayaan yang disepakati bersama yang memberi arti pada anggota
dari organisasi tersbeut dan atura-aturan yang berlaku. Nilai-nilai ini
juga menciptakan peluang, dan rencana strategis. Seperti sikap dan
kepribadian yang membentuk tanggapan dari anggota-anggotanya.
d. Pemegang Saham dan Dewan Direksi
Pemilik perusahaan disebut pemegang saham.
publik
yang
besar
memungkinkan
Struktur organiasi
pemegang
saham
memengaruhi organisasi dengan menggunakan hak suara.
untuk
Secara
tradisional, pemegang saham tertarik pada pendapatan investasi dan
membiarkan kegiatan oprasional organisasi dijalankan oleh manajer.
e. Serikat Pekerja
Tingkat upah, keuntungan, dan kondisi kerja bagi jutaan pekerja
merupakan cerminan keputusan yang dibuat oleh manajemen dan
serikat pekerja secara bersama-sama. Serikat pekeja adalah kelompok
karyawan yang bersama-sama mewujudkan kesepakatan secara
kolektif. Isu-isu dan maslaah sentral yang sering dibicarakan anatara
sekikat pekerja dan manajemen antara lain:
 Wade-related-issue,
meliputi
penentuan
upah
minimal,
penyesuaian upah, penyesuaian biaya hidup, dan tunjangantunjangan.
 Supplementary economic benefit, meliputi rencana pensiun,
tunjangan liburan, tunjangan hari raya, jmainan kesehatan dan
keamanan, repoting pay, dan tunjangan sejenis lainnya.
 Institusional issue, meliputi hak dan kewajiban manajemen,
pekerja, dan serikat pekerja, prosedur standar, kualitas kondisi
kerja, dan hak-hak lainnya.
 Administrative issue, meliputi senioritas, disiplin, pemecatan,
peraturan, kebujakan, kemanan kerja, perubahan teknologi,
keselamatan kerja, dan pelatihan.
f. Sistem Informasi
Kualitas
informasi
akan
departemen sumber
daya
mempengaruhi
manusia
kualitas
kontribusi
yang di gunakan dalam
pengambilan keputusan personalia. Departemen manapun dalam
organisasi, termasuk personalia membutuhkan informasi yang akurat
dan valid. Kemampuan untuk memperoleh data dan informasi
merupakan tantangan tersendiri bagi departemen personalia.untuk itu
perlu adanya dukungan teknologi yang dapat membantu dan
mengembangkan sistem informasi sumber daya manusia. Teknologi
tersebut diperlukan untuk menyimpan segala informasi vital yang
berhubungan
dengan
sumber
daya
manusia,seperti
tentang
karyawan,pekerja,dan faktor-faktor lain sesuaikebutuhan.
g. Perbedaan Individu Karyawan
Masing-masing individu memiliki perbedaan satu samalain,seperti
berbeda karakter, sifat, fisik intelejensi,bakat,kemampuan,nalar,
kepribadian, dan ego. Perbedaan ini hendaknya diperhatikan oleh
manajemen dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan perencanaan
sumber daya manusia, penilaian prestasi kerja,perencanaan karier, dan
administrasi sumber daya manusia pada umumnya.
2.4
Stres Kerja
2.4.1 Pengertian Stres Kerja
Stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam
menghadapi pekerjaan, yang disebabkan oleh stresor yang datang dari
lingkungan kerja seperti faktor lingkungan, organisasi dan individu. Tinggi
rendahnya tingkat stres kerja tergantung dari manajemen stres yang
dilakukan oleh individu dalam menghadapi stresor pekerjaan tersebut.
Stres kerja pada perawat berpengaruh terhadap prestasi kerja perawat, ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya tentang hubungan stres dengan
kinerja, yaitu hubungan U terbalik, artinya makin tinggi tingkat stres,
tantangan kerja juga bertambah maka akan mengakibatkan prestasi kerja
juga bertambah. Tetapi apabila tingkat stress sudah optimal maka akan
menyebabkan gangguan kesehatan dan pada akhimya akan menurunkan
prestasi kerja (Ilmi, 2003).
2.4.2 Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja
Menurut (Robbin, 2003, pp. 794-798) penyebab stres itu ada 3 faktor
yaitu:
1. Faktor Lingkungan.
Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan, yaitu:
a. Perubahan
situasi
bisnis
yang
menciptakan
ketidakpastian
ekonomi. Bila perekonomian itu menjadi menurun, orang menjadi
semakin mencemaskan kesejahteraan mereka.
b. Ketidakpastian politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti
yang terjadi di Indonesia, banyak sekali demonstrasi dari berbagai
kalangan yang tidak puas dengan keadaan mereka. Kejadian
semacam ini dapat membuat orang merasa tidak nyaman. Seperti
penutupan jalan karena ada yang berdemo atau mogoknya angkutan
umum dan membuat para karyawan terlambat masuk kerja.
c. Kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka
hotel pun menambah peralatan baru atau membuat sistem baru.
Yang membuat karyawan harus mempelajari dari awal dan
menyesuaikan diri dengan itu.
d. Terorisme adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang
semakin meningkat dalam abad ke 21, seperti dalam peristiwa
penabrakan gedung WTC oleh para teroris, menyebabkan orangorang Amerika merasa terancam keamanannya dan merasa stres.
2. Faktor Organisasi
Banyak sekali faktor di dalam organisasi
yang dapat
menimbulkan stres. Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau
menyelesaikan tugas dalam kurun waktu terbatas, beban kerja
berlebihan, bos yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang
tidak
menyenangkan.
Dari
beberapa
contoh
diatas,
penulis
mengkategorikannya menjadi beberapa faktor dimana contoh-contoh
itu terkandung di dalamnya, yaitu:
a. Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan atau
tekanan untuk menunaikan tugasnya secara baik dan benar.
b. Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada
seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam
organisasi itu.
Konflik peran menciptakan harapan-harapan yang barangkali sulit
dirujukkan atau dipuaskan. Kelebihan peran terjadi bila karyawan
diharapkan untuk melakukan lebih daripada yang dimungkinkan
oleh waktu. Ambiguitas peran tercipta bila harapan peran tidak
dipahami dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa yang
harus dikerjakan.
c. Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh
karyawan lain.Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan
hubungan antar pribadi yang buruk dapat menimbulkan stres yang
cukup besar, khususnya di antara para karyawan yang memiliki
kebutuhan sosial yang tinggi.
d. Struktur Organisasi menentukan tingkat
diferensiasi dalam
organisasi, tingkat aturan dan peraturan dan dimana keputusan itu
diambil. Aturan yang berlebihan dan kurangnya berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada karyawan
merupakan potensi sumber stres.
3. Faktor Individu
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama
faktor-faktor persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan
karakteristik kepribadian bawaan.
a. Faktor persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten
menunjukkan bahwa orang menganggap bahwa hubungan pribadi
dan keluarga sebagai sesuatu yang sangat berharga. Kesulitan
pernikahan, pecahnya hubungan dan kesulitan disiplin anak-anak
merupakan contoh masalah hubungan yang menciptakan stres
bagi karyawan dan terbawa ke tempat kerja.
b.
Masalah Ekonomi. Diciptakan oleh individu yang tidak dapat
mengelola sumber daya keuangan mereka merupakan satu contoh
kesulitan pribadi yang dapat menciptakan stres bagi karyawan dan
mengalihkan perhatian mereka dalam bekerja.
c. Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu yang penting
mempengaruhi
stres
adalah
kodrat
kecenderungan
dasar
seseorang. Artinya gejala stres yang diungkapkan pada pekerjaan
itu sebenarnya berasal dari dalam kepribadian orang itu.
2.4.3 Strategi Management Stres Kerja
Menurut Eva H. Saragih, dalam Koran Seputar Indonesia (2010:38)
Kemampuan individu dalam menangani stres di tempat kerja berbedabeda. Dalam menghadapi stressor yang sama, misalnya deadline waktu
penyelesaian suatu tugas, tingkat atau konsekuensi stres yang dialami bisa
berbeda. Karyawan yang satu bereaksi terhadap stressor tersebut dengan
tetap rileks dan fokus.
Secara individu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan karyawan untuk
mengendalikan stres di tempat kerja. Cara tersebut diantaranya adalah
dengan menerapkan manajemen waktu, secara rutin melakukan latihan
fisik dan mental seperti olahraga dan relaksasi, serta membina jejaring
sosial yang luas. Sedangkan secara organisasi, ada lima strategi yang bisa
dilakukan perusahaan untuk membantu karyawan menangani stres di
tempat kerja. Kelima strategi adalah: menghilangkan stressor atau pemicu
stres, menjauhkan karyawan dari stressor, mengubah persepsi karyawan
terhadap stressor, mengendalikan konsekuensi dari stres, dan menyediakan
dukungan
sosial
bagi
karyawan
yang
menghadapi
stres.
Contoh praktek manajemen stres yang dilakukan perusahaan terkait
dengan kelima strategi di atas adalah: konseling klinis dan personal, uraian
pekerjaan yang jelas, jaminan kerja seperti asuransi dan tunjangan
kesehatan, jam kerja yang fleksibel, tempat atau sarana bagi karyawan
melakukan meditasi, berolahraga atau berkesenian, keterlibatan karyawan
dalam proses pengambilan keputusan dan perubahan di perusahaan, serta
program-program yang terkait dengan perbaikan kesehatan karyawan.
Minimal ada dua pilihan yang dapat diambil dalam menghadapi
stres: to fight or flightMelawan atau menghindar. Pekerja pemenang
adalah mereka yang tidak hanya mampu melawan, tetapi juga mampu
mengelola stres di tempat kerja dan menjadikannya sebagai suatu
tantangan untuk hasilkan kinerja yang lebih tinggi.
2.5
Konsep Kinerja Karyawan
2.5.1 Pengertian Kinerja Karyawan
Istilah kinerja sendiri berasal dari kata Job Performance atau Actual
Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai
olehseseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) sebagaimana yang
dijelaskanoleh Mangkunegara (2005: 67) adalah hasil kerja secara kualitas
dan kuantitasyang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuaidengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kusriyanto, dalam Mangkunegara (2005: 9), mendefenisikan “kinerja
sebagai perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja
persatuan waktu (lazimnya per jam)”. Selanjutnya menurut Faustino Cadosa
Gomes dalam Mangkunegara (2005: 9), mengatakan bahwa defenisi kerja
karyawan sebagai: “Ungkapan seperti output, efisiensi serta efektifitas sering
dihubungkan dengan produktifitas”.
Berdasarkan keterangan di atas dapat pula diartikan bahwa kinerja
adalah sebagai seluruh hasil yang diproduksi pada fungsi pekerjaan atau
aktivitas khusus selama periode khusus. Kinerja keseluruhan pada
pekerjaan adalah sama dengan jumlah atau rata - rata kinerja pada fungsi
pekerjaan yang penting. Fungsi yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut
akan dilakukan dan tidak dilakukan dengan karakteristik kinerja individu.
Pendapat di atas didukung oleh pernyataan dari Sunarto (2003), yaitu :
Kinerja yang tinggi dapat tercapai oleh karena kepercayaan (trust)
timbal balik yang tinggi di antara anggota - anggotanya artinya para
anggota mempercayai integritas, karakteristik, dan kemampuan setiap
anggota lain. Untuk mencapai kinerja yang tinggi memerlukan waktu lama
untuk membangunnya, memerlukan kepercayaan, dan menuntut perhatian
yang seksama dari pihak manajemen.
2.5.2 Karakteristik Pegawai Yang Memiliki Kinerja Tinggi
Sebuah studi tentang kinerja menemukan beberapa karakteristik
karyawan yang memiliki kinerja yang tinggi. Mink dalam (Raharjo: 2005)
menyebutkan beberapa karakteristik pegawai yang memiliki kinerja tinggi
yang meliputi :
1. Berorientasi Pada Prestasi
Karyawan yang memiliki kinerjanya tinggi memiliki keinginan yang
kuat membangun sebuah mimpi tentang apa yang mereka inginkan
untuk dirinya.
2. Percaya Diri
Karyawan yang kinerja tinggi memiliki sikap mental positif yang
mengarahkannya bertindak dengan tingkat percaya diri yang tinggi.
3. Pengendalian Diri
Karyawan yang memiliki kinerja yang tinggi mempunyai rasa percaya
diri yang sangat mendalam.
4. Kompetensi
Karyawan
yang
kinerjanya
tinggi
telah
megembangkan
kemampuanspesifik atau kompetensi berprestasi dalam daerah pilihan
mereka.
5. Persisten
Karyawan yang kinerjanya tinggi mempunyai piranti kerja, didukung
olehsuasana psikologis, dan pekerja keras terus-menerus.
2.5.3 Metode Pengukuran Kinerja
Penilaian kinerja karyawan merupakan sebuah metode untuk
melakukan evaluasi dan apresiasi terhadap kinerja seorang karyawan di
sebuah perusahaan. Secara umum terdapat beberapa tujuan utama dari
dilakukannya sebuah proses penilaian kinerja karyawan, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi yang dilakukan dengan melakukan perbandingan antar orang.
Target dan tujuan utama dari sebuah proses penilaian kinerja karyawan
adalah evaluasi penilaian yang dilakukan dengan membandingkan
orang per orang. Pengukuran dan penilaian bisa dilakukan hanya
dengan melakukan perbandingan. Maka membandingkan kinerja orang
per orang merupakan tujuan utama dari sebuah proses penilaian kinerja
karyawan.
2.
Perkembangan sumber daya karyawan.
Tujuan lain dari upaya
penilaian kinerja karyawan adalah pengembangan kualitas kinerja orang
per orang seiring dengan berjalannya waktu. Baik pengembangan yang
sifatnya lahir dari diri karyawan sendiri atau dorongan langsung dari
pihak pengelola perusahaan.
3. Pemeliharaan sistem kerja perusahaan.
Upaya penjagaan terhadap
sistem kerja dari sebuah perusahaan bisa terus dilakukan salah satunya
dengan melakukan penilaian kinerja karyawan. Evaluasi dilakukan
secara terus menerus agar kinerja-kinerja karyawan tidak keluar dari
sistem yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan.
4. Dokumentasi terhadap keputusan-keputusan terkait sumber daya
manusia. Dengan adanya sebuah upaya penilaian kinerja karyawan,
akan menjadi bukti dan dokumentasi penting yang dapat berguna bagi
pihak perusahaan mengambil keputusan di masa akan datang terkait
dengan aspek sumber daya manusia, ataupun kebijakan yang langsung
menyangkut kepada pihak individu karyawan.
2.6
Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Stres akan muncul apabila ada tuntutan-tuntutan pada seseorang
yang bisa dirasakan menantang, menekan, membebani atau melebihi daya
penyesuaian yang dimiliki individu, akibat dari stres atau produktivitas
kerja menjadi turun (Kirkcaldy, 2000:2002). Stres kerja pada karyawan
bisa berdampak pada penurunan produktivitas kerja melalui berbagai
bentuk kemunduran psikis, fisik, perilaku dan kemampuan kognitif
pekerja, yang secara langsung berpengaruh pada kinerja karyawan, namun
stres kerja juga dapat berpengaruh positif dalam arti mampu mendorong
kinerja karyawan karena semakin meningkatnya semangat, oleh karena itu
perlu komunikasi dan kerja sama yang baik antar semua lini departemen di
setiap level manajemen.
Pengelolaan stres yang dilakukan oleh perusahaan mempunyai
hubungan dengan kinerja pada setiap karyawan.
Sehingga, apabila
perusahaan mampu mengelola stres kerja dengan baik, maka kinerja dari
karyawan akan meningkat sesuai dengan yang diharapkan oleh
perusahaan, karena kinerja tersebut merupakan salah satu tujuan yang
ingin dicapai oleh perusahaan. Stres kerja merupakan masalah serius yang
terjadi pada setiap individu dan dapat diketahui melalui kegiatan seharihari. Karyawan berusaha mencari cara untuk melarikan diri dari stres
yang berlebihan. Salah satu cara untuk mencegah reaksi stres yang dapat
merugikan karyawan adalah melalui konseling.
Bila stres kerja terlalu besar, maka kinerja akan menurun karena stres
mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Karyawan kehilangan kemampuan
untuk mengendalikannya, menjadi tidak mampu untuk mengambil
keputusan-keputuan dan perilakunya menjadi tidak teratur.
Akibatnya
kinerja menjadi nol, karena karyawan menjadi sakit atau tidak kuat bekerja
lagi, putus asa, keluar dari pekerjaan dan mungkin diberhentikan
(Handoko, 2001).
Download