1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbicara mengenai Jawa dan wayang kulit purwa, barangkali sudah
menjadi dua buah topik pembicaraan yang amat membosankan, mengingat sudah
begitu banyaknya buku-buku baik itu hasil penelitian maupun hasil karangan
penulis yang isinya membicarakan tentang wayang kulit purwa yang ditinjau dari
berbagai sudut pandang. Menurut Koentjaraningrat menyebutkan bahwa menurut
bibliografi beranotasi yang disusun oleh Clara V. Groenendael, tulisan mengenai
wayang kulit purwa sudah mencapai lebih dari seribu buah (1984 : 60). Namun
penulis masih punya keyakinan bahwa berbicara mengenai wayang kulit purwa
sebagai hasil karya adiluhung nenek moyang orang Jawa masih di rasa perlu dan
banyak mendapat perhatian dari para pembaca, mengingat secara ekonomi,
politik, sosial bahkan kultural Jawa masih merupakan kekuatan faktual dalam
menyangga kehidupan di Indonesia, karenanya ia pun akan menjadi suatu
kekuatan yang penting pula dalam menyangga kehidupan regional maupun global
dan wayang kulit purwa sebagai bentuk kesenian Jawa itu ternyata masih hidup,
masih dihidupi dan menghidupi apa yang disebut sebagai manusia Jawa hingga
sekarang ini. Ia tampaknya menjadi sebuah bagian yang tak terpisahkan dari Jawa,
kejawaan dan manusia Jawa, setidaknya hingga saat ini.
Begitu mendalamnya perasaan/pengakuan orang Jawa terhadap wayang
kulit purwa, hal ini tidak bisa dipungkiri/dilepaskan dari sejarah panjang
perjalanan kesenian wayang kulit purwa itu sendiri dalam masyarakat Jawa.
Seiring dengan perkembangan dan berjalannya waktu dimana tatanan
kehidupan dunia sudah mengglobalisasi, maka tak bisa terelakkan lagi kehidupan
di Indonesia, khususnya di Jawa pun secara geografis, ekonomi, politik, sosial
maupun kultural, juga ikut mengalami keterbukaan yang amat luas terhadap dunia
luar, Jawa harus membuka diri secara sangat intensif dan ekstensif, secara sadar
ataupun tidak sadar, secara terpaksa maupun tidak terpaksa terhadap pengaruh
commit
to user
berbagai arus global tersebut dengan
segala
konsekuensinya. Berbagai arus global
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
ini oleh Arjun Appadurai dalam Umar Kayam dibedakan menjadi lima dimensi
yaitu: dimensi-dimensi manusia global (ethnoscapes) seperti wisatawan asing,
pekerja asing, dimensi teknologi (technoscapes) seperti komputer dengan
perangkat keras ataupun perangkat lunaknya, dimensi keuangan (financescapes)
seperti penanaman modal asing, pasar uang global, dimensi media atau citra
(mediascapes) seperti berita, cerita, yang di angkut oleh media cetak maupun
elektronik, dan dimensi gagasan/ideologi (ideascapes) yang berbentuk citra pula
tetapi terarah pada bangunan ideologi politik dan sejenisnya (2001 : 3).
Kesenian wayang kulit purwa pun juga tak bisa lepas dari pengaruh arus
globalisasi ini. Dalam keadaan seperti ini wayang kulit purwa dituntut untuk
mempunyai sifat yang lentur, yang dapat dengan mudah beradaptasi dan sekaligus
memanfaatkan segala kemungkinan yang diberikan oleh lingkungannya untuk
mempertahankan dirinya sendiri, meskipun dalam usahanya untuk beradaptasi
dengan berbagai kemungkinan yang disediakan oleh lingkungannya ini, wayang
kulit purwa selalu berhadapan dengan tuntutan untuk tetap setia pada pakem/
bentuk baku.
Menyadari akan keberadaan/posisi wayang kulit purwa di era ini yang
begitu berat dan sulit untuk bersaing dengan budaya lain dari seluruh dunia yang
juga masuk ke pasaran Indonesia ini, sudah banyak usaha-usaha yang dilakukan
oleh para tokoh kita untuk tetap melestarikan bentuk budaya ini, baik itu lewat
seniman pertunjukkannya (dalang-dalang dengan berbagai cara dan gaya
pentasnya) maupun lewat seniman seni rupanya (pembuatan wayang kulit purwa
dengan berbagai kreasinya).
Di televisi akhir-akhir ini sudah sering kita lihat, Ki Soedjiwo Tedjo yang
mempergunakan media pertunjukan wayang kulit purwa untuk menyindir
kehidupan para elit politik dewasa ini, meskipun kadang sudah keluar dari pakem,
namun dengan cara begitu ternyata cukup banyak mendapat respon dari pemirsa
dan apa yang ingin disampaikan oleh Soedjiwo Tedjo dapat dengan mudah untuk
dicerna oleh audiens. Itulah salah satu kiat dari dalang-dalang wayang kulit purwa
pada saat ini dalam usaha mereka untuk mempertahankan kelestarian budaya
commit to user
wayang kulit purwa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
Ki Margono, S.Sn yang terlahir dalam keluarga seniman wayang kulit
purwa (dalang) juga tanggap akan keberadaan budaya wayang kulit purwa pada
saat ini. Dalam benak hatinya, ia tidak rela kalau kesenian wayang kulit purwa
harus tersingkir dan lama-lama dilupakan oleh generasi penerusnya sendiri, untuk
itu ia merasa terpanggil jiwanya, dengan segenap daya dan upayanya dia berusaha
untuk tetap menjadi salah satu pelestari budaya seni wayang kulit purwa tersebut.
Berbekal dengan sedikit pengetahuannya tentang teknik-teknik seni rupa
yang didapatkannya dari bangku sekolahnya di SMSR/SMK N 9 Surakarta serta
pengetahuan tentang bentuk-bentuk wayang kulit purwa dan sekaligus pengertian
pedalangan yang didapatkan secara turun menurun dari orangtuanya dan
perguruan tinggi STSI, dia mencoba berkreasi dengan membuat inovasi-inovasi
baru tentang pembuatan bentuk wayang kulit purwa baru yang tidak jauh
meninggalkan dari bentuk pakem dan masih tetap bisa diterima oleh masyarakat
pencinta wayang kulit purwa serta bisa menarik perhatian bagi masyarakat yang
belum mencintai dan mengenal wayang kulit purwa, baik itu dari dalam maupun
luar negeri. Agar ide kreativitasnya tersebut dapat terwujud, Ki Margono, S.Sn
dibantu oleh beberapa seniman/pengrajin wayang kulit purwa lainnya, berusaha
memfaktualisasikan idenya tersebut di sanggar “Gogon” miliknya.
B. Rumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang masalah seperti tersebut di atas, dimana Ki
Margono, S.Sn mencoba berkreasi dengan membuat inovasi baru tentang
pembuatan bentuk wayang kulit purwa kreasi baru yang tidak jauh meninggalkan
dari bentuk pakem, dirasa sangat luas pengertiannya dan perlu dibatasi
permasalahannya karena wayang kulit purwa yang dibuatnya sangat banyak
(kurang lebih 270 buah).
Mengingat begitu banyak jumlahnya, maka penelitian ini hanya meneliti 6
buah wayang kulit purwa yang mewakili golongan/pengelompokan dalam wayang
kulit purwa berdasarkan aspek Seni
Rupanya,
yakni:
commit
to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
-
Golongan wayang kulit purwa ekspresif dekoratif, diwakili oleh Raden
Bima Sena.
-
Golongan wayang kulit purwa humoris karikatur, diwakili oleh Petruk.
-
Golongan wayang kulit purwa yang menggambarkan tumbuhan, binatang
dan bangunan, diwakili oleh boneka wayang gunungan.
-
Golongan wayang kulit purwa yang menggambarkan binatang dan
kendaraan, diwakili oleh boneka wayang burung garuda.
-
Golongan wayang kulit purwa yang menggambarkan senjata, diwakili oleh
senjata Cakra.
-
Golongan wayang kulit purwa yang menggambarkan roh halus, diwakili
oleh boneka wayang setanan.
Berdasarkan identifikasi dan fokus masalah yang diteliti, maka pokok
masalah selanjutnya yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Apa yang melatarbelakangi Ki Margono, S.Sn menciptakan wayang kulit
purwa kreasi baru?
2. Bagaimana proses kreativitas penciptaan wayang kulit purwa kreasi baru
tersebut?
3. Bagaimana visualisasi bentuk rupa wayang kulit purwa kreasi baru
tersebut?
4. Makna simbolik apakah yang terkandung dalam wayang kulit purwa
kreasi baru tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mengarahkan kajiannya pada masalah seperti yang
dirumuskan di atas, yaitu:
1. Mengungkap lebih jauh apa yang melatarbelakangi penciptaan wayang
kulit purwa kreasi baru Ki Margono, S.Sn.
2. Mengungkap proses kreatif penciptaan wayang kulit purwa kreasi baru
commit to user
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
3. Untuk mendeskripsikan visualisasi bentuk rupa wayang kulit purwa kreasi
baru Ki Margono, S.Sn.
4. Untuk mencari tahu makna simbolik yang terkandung dalam wayang kulit
purwa kreasi baru Ki Margono, S.Sn.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:

Secara Teoritis
1. Memperkaya wacana tertulis yang membeberkan tentang proses
kreativitas penciptaan wayang kulit purwa kreasi baru.
2. Sebagai bahan acuan yang mengungkap latar belakang tentang munculnya
ide, konsep dasar, makna-makna simbolik serta tujuan dari penciptaan
wayang kulit purwa kreasi baru Ki Margono, S.Sn.

Secara Praktis
1. Tulisan ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas kepada
para pengrajin wayang kulit purwa dalam penerapan pembuatan wayang
kulit purwa nantinya.
2. Memotivasi
para
seniman
wayang
kulit
purwa
untuk
turut
mengembangkan khasanah dunia pewayangan.
3. Secara umum diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah
penelitian Seni Budaya khususnya Seni Rupa.
commit to user
Download