PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan umumnya mengandung karbohidrat, lemak dan protein. Salah satu monomer penyusun utama karbohidrat adalah glukosa yang berfungsi sebagai sumber utama energi bagi tubuh. Glukosa dalam darah diperoleh dari fraksi karbohidrat yang terdapat dalam makanan. Kadar glukosa darah pada orang sehat dan normal berkisar 100-140 mg/dL. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah adalah konsentrasi glukosa darah dan hormon terutama hormon insulin dan glukagon (Marks, et al. 2006). Gangguan metabolisme yang disebabkan kekurangan produksi hormon insulin akan memicu terjadinya hiperglikemia (Lanywati, 2001). Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah meningkat atau berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut diabetes melitus (DM) yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormon insulin, akibatnya glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan sukar menembus dinding sel (Nabyl, 2009). Diabetes atau yang lebih dikenal dengan diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang jumlah penderitanya akan terus meningkat dan menjadi ancaman utama bagi kesehatan. Berdasarkan penelitian WHO di negara–negara berkembang, peningkatan tertinggi jumlah penderita diabetes ditemui di Asia Tenggara termasuk Indonesia (Sudoyo, et al., 2009). Pada tahun 2013, Indonesia memiliki sekitar 8.5 juta penderita Diabetes yang merupakan jumlah ke-4 terbanyak Universitas Sumatera Utara di Asia dan nomor-7 di dunia. Pada Tahun 2030 diperkirakan Diabetes mellitus menempati urutan ke-7 penyebab kematian dunia jika tidak ditangani dengan baik. Sedangkan untuk di Indonesia diperkirakan pada tahun 2030 akan memiliki penyandang Diabetes Mellitus sebanyak 21.3 juta jiwa, (Kemenkes 2013). Pengobatan diabetes mellitus seperti penggunaan insulin dan obat antidiabetes oral harganya relatif lebih mahal, dan penggunaannya dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, perlu dicari obat yang efektif, memiliki efek samping yang relatif rendah dan harga yang murah (Utami dan Lentera, 2005). Pengobatan penyakit diabetes bergantung kepada diet, pengobatan, dan kegiatan fisik. Strategi dalam pengaturan pola makan untuk membantu mengendalikan glukosa darah salah satunya melalui konsumsi makanan yang tidak menimbulkan peningkatan glukosa darah secara cepat, untuk itu penderita diabetes perlu dibantu dengan perencanaan makanan (diet), atau terapi nutrisi dan latihan jasmani atau kegiatan fisik (olahraga) dengan pengobatan (Fitriana, 2016) Tumbuh-tumbuhan di Indonesia banyak sekali yang memiliki potensi sebagai ‘drug food’ yang sangat bagus untuk pengobatan bagi penderita diabetes salah satunya adalah umbi talas kimpul. Di Indonesia tanaman talas kimpul merupakan umbi minor yang mulai terlupakan, padahal umbi talas kimpul memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi seperti pati, serat, mineral terutama kalsium dan fosfor. Kandungan zat gizi yang tertinggi dalam talas adalah pati, selain digunakan sebagai sumber karbohidrat umbi talas juga dapat dimanfaatkan sebagai pangan fungsional karena kandungan polisakarida yang cukup tinggi (Hartati, et al., 2003) Universitas Sumatera Utara Penelitian Harijono, et al., (2012) menunjukkan bahwa tanaman umbi-umbian memiliki kemampuan sebagai antidiabetes yang sangat potensial untuk menghambat α-glukosidase. Hal tersebut didukung oleh penelitian Estiasih, et al. (2015) Beberapa umbi minor memiliki kandungan senyawa bioaktif serat pangan dan polisakarida larut air yang mampu menurunkan kadar gula darah seperti umbi gembili, umbi talas kimpul, umbi garut, dan umbi gadung (Saputro et al., 2015). Belakangan ini telah banyak dibuktikan melalui penelitian epidemiologis bahwa serat makanan sangat baik terhadap usus (Astawan, 1998). Umbi talas kimpul sendiri memiliki kandungan serat pangan yang cukup tinggi. Serat pangan yang merupakan bagian makanan yang tahan terhadap pencernaan dan absorpsi dinding usus halus, yang kemudian difermentasi di dalam usus besar, maka serat dapat berfungsi sebagai prebiotik bagi mikroflora usus serta dapat menurunkan kadar glukosa darah. Serat pangan dapat memperlambat absorbsi glukosa, sehingga dapat ikut berperan mengatur gula darah dan memperlambat kenaikan gula darah (Nainggolan dan Adimunca, 2005). Beberapa penelitian mengenai polisakarida alami dan pengaruhnya terhadap diabetes mellitus telah dilakukan diantaranya PLA pada tanaman keluarga Discoreaceae (Liu,et al., 2008), PLA dari Gembili (Estiasih et al., 2012), tetapi untuk PLA umbi talas kimpul (Xanthosoma sagittifolium) belum dilakukan. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian tentang “Efek Hipoglikemik Polisakarida Larut Air (PLA) Umbi Talas Kimpul (Xanthosoma sagittifolium) Terhadap Glukosa Darah Tikus Wistar” Universitas Sumatera Utara Perumusan Masalah 1. Apakah pemberian ektrak polisakarida larut air (PLA) umbi talas kimpul (Xanthosoma sagittifolium) secara teratur mampu menurunkan glukosa darah tikus wistar yang diinduksi streptozotocin-nicotinamide? 2. Apakah polisakarida larut air (PLA) umbi talas kimpul memiliki aktivitas hipoglikemik? Hipotesis Penelitian 1. Ekstrak polisakarida larut air (PLA) umbi talas kimpul ekstraksi ragi tempe diduga menghasilkan ekstrak PLA umbi talas kimpul yang lebih murni dibandingkan dengan ekstraksi dengan menggunakan papain dan air. 2. Ekstrak polisakarida larut air (PLA) umbi talas kimpul diduga memiliki aktivitas hipoglikemik. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisiko kimia ekstrak polisakarida larut air umbi talas kimpul (Xanthosama sagittifolium) dan pengaruh pemberian ekstrak polisakarida larut air terhadap tikus percobaan yang diinduksi Streptozotocin-Nicotinamide. Selain itu dari penelitian ini dapat diketahui peran ekstrak polisakarida larut air umbi talas kimpul dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus percobaan yang menderita diabetes mellitus Universitas Sumatera Utara Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data dalam penyusunan thesis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Ilmu Pangan di Program Magister Ilmu Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Hasil penelitian juga diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, praktisi kesehatan, dalam menurunkan kadar glukosa darah, sehingga masyarakat dapat lebih mengetahui dan memahami manfaat umbi talas kimpul, selain itu agar masyarakat petani lebih bersemangat membudidayakan talas kimpul sebagai pangan alternative yang mempunyai kandungan fungsional, sehingga talas kimpul mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Universitas Sumatera Utara