KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan II 2011 Kantor Bank Indonesia Manado 0 Kata Pengantar Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 6 Tahun 2009 , dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta prospeknya di triwulan mendatang. Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih. Manado, 30 Juni 2011 BANK INDONESIA MANADO Ramlan Ginting Pemimpin 1 Daftar Isi KATA PENGANTAR halaman 1 DAFTAR ISI halaman 2 RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 5 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 13 Sisi Permintaan halaman 13 Sisi Penawaran halaman 21 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 31 Inflasi Tahunan (yoy) halaman 32 Inflasi Triwulanan (qtq) halaman 33 Inflasi Bulanan (mtm) halaman 34 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi halaman 36 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 41 Struktur Aset Perbankan halaman 41 Perkembangan Kantor Bank halaman 43 Perkembangan Bank Umum Konvensional halaman 43 Stabilitas Sistem Perbankan halaman 50 Perkembangan Perbankan Syariah halaman 54 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat halaman 55 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 57 Dana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 58 APBD di Tingkat Provinsi halaman 59 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 65 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 65 Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 67 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN halaman 73 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah halaman 73 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 76 PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 79 2 Prospek Ekonomi Makro halaman 79 Prakiraan Inflasi halaman 84 Prospek Perbankan Halaman 87 Daftar Istilah dan Singkatan halaman 89 3 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933 Email : [email protected]; [email protected]; [email protected] website : www.bi.go.id Publikasi ini dapat diunduh dalam bentuk softfile pada: http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Publik/Ekonomi_Regional/ 4 RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan Makro Ekonomi Regional Perkembangan kinerja ekonomi Indonesia yang terus membaik juga tercermin pada perkembangan ekonomi daerah yang tumbuh positif... Perkembangan kinerja ekonomi Indonesia yang terus membaik juga tercermin pada perkembangan ekonomi di daerah yang tumbuh positif, termasuk di Provinsi Sulawesi Utara. Secara tahunan, pada triwulan II-2011 perekonomian tumbuh sebesar 7,14% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya tercatat tumbuh 6,80% (yoy). Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan II2011 terutama ditopang oleh membaiknya kinerja investasi... Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan II2011 terutama ditopang oleh membaiknya kinerja investasi. Peningkatan kinerja investasi pada triwulan laporan didorong oleh realisasi ekspor proyek fisik swasta maupun pemerintah. Kegiatan konsumsi, baik konsumsi swasta maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Konsumsi Rumah Tangga tumbuh positif seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat yang didorong oleh pencairan tunjangan PNS serta realisasi tunjangan sertifikasi guru dan pengaruh musiman (liburan sekolah dan tahun ajaran baru). Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan II-2011 tercatat mengalami pertumbuhan negatif, salah satu faktor penyebabnya adalah penurunan volume ekspor khususnya produk perikanan yang menjadi salah satu sektor unggulan ekspor Sulut. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan II-2011 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2011 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,14% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,80% (yoy). Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier effect penyelenggaraan event berskala internasional dan nasional pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi Sulut. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada 5 triwulan II-2011 adalah Sektor Bangunan yang tercatat tumbuh 13,59% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,97% terhadap total pertumbuhan. Selanjutnya, sektor pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga masih menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan masingmasing sebesar 1,42% dan 1% terhadap total pertumbuhan. Perkembangan Inflasi Daerah Tekanan inflasi di Manado selama triwulan II 2011 secara umum masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi di Manado selama triwulan II 2011 secara umum masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan II2011 tercatat 5,15% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,90% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 5,45% (yoy). Sejalan dengan pergerakan inflasi tahunan, inflasi bulanan juga mengalami penurunan menjadi 0,07% (mtm) pada Juni 2011 dari 0,14% (mtm) pada Maret 2011 serta masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,55% (mtm). Akumulasi laju inflasi (ytd) Kota Manado sampai dengan Juni 2011 tercatat lebih rendah (-0,14%) dibandingkan akumulasi inflasi nasional (1,06%). Sementara itu, inflasi triwulanan Kota Manado pada periode laporan tercatat -1,43% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2011 yang tercatat sebesar 1,31% (qtq). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan II-2011 terutama didorong oleh Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan II-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) mengalami tekanan relatif minimal. Perkembangan Perbankan Daerah Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian, perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan II-2011 menunjukkan pertumbuhan positif Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian, perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan II-2011 menunjukkan pertumbuhan positif. Aset, 6 Dana Pihak Ketiga (DPK), dan outstanding kredit mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada akhir triwulan II 2011 aset tercatat mengalami pertumbuhan 20,58% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 11,87% (yoy). Di sisi penghimpunan dana, DPK bertumbuh 18,83% (yoy) yang terutama didorong oleh pertumbuhan tabungan sebesar 27,39% (yoy). Sementara itu, kredit bertumbuh 21,83% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 19% (yoy). Sementara itu, stabilitas sistem perbankan yang meliputi aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yang tercatat sebesar 3,47% pada Juni 2011. Aspek penyerapan dana masyarakat yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat sebesar 110,76%, sebagai dampak laju pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan DPK. Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif. Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai dengan posisi Juni 2011 meningkat signifikan sebesar 65,87% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 53,33%. Sementara itu DPK yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 47,34% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit Ratio (FDR) meningkat dari 205,91% pada triwulan II- 2010 menjadi sebesar 214,20% pada triwulan II-2011.. Sementara itu kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II-2011 menunjukkan pertumbuhan positif Sementara itu kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II2011 menunjukkan pertumbuhan positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Namun demikian, hal ini tidak diikuti dengan perbaikan kualitas kredit dan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Aset BPR pada Juni 2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 64,35% (yoy), menjadi Rp496,2 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong 7 oleh pertumbuhan kredit tercatat 66,58% atau mencapai Rp383,6 miliar. Secara sektoral, kredit terutama disalurkan pada sektor lainlain (konsumsi) dengan pangsa 77,02% dan sektor jasa-jasa dengan pangsa 8,77%. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 72,23% dari total kredit. Perkembangan Keuangan Daerah (APBD) Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) ... Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat bagi Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara Tahun 2011 meningkat sebesar 12,05% dibandingkan dengan Tahun 2010. Secara agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp5,67 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi di Tahun 2011 mengalami peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu. Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan II-2011 menunjukan pencapaian yang lebih baik... Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan II-2011 menunjukan pencapaian yang lebih baik, hal ini tercermin dari realisasi pendapatan dan belanja daerah yang mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II 2011 telah mencapai Rp642,98 miliar, lebih tinggi dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya tercatat Rp589,39 miliar. Sementara itu, realisasi belanja pemerintah telah mencapai 27,2%, lebih tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan II-2010 sebesar 17,3%. Perkembangan Sistem Pembayaran Pada triwulan II-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan ... Pada triwulan II-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), untuk wilayah Sulawesi Utara, baik secara nominal maupun nominal meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. 8 Nilai transaksi dan volume pembayaran melalui kliring di wilayah Sulawesi juga mengalami peningkatan. Sementara itu, jumlah aliran uang masuk (inflow) ke KBI Manado, baik secara triwulanan maupun tahunan mengalami peningkatan, namun aliran uang keluar (outflow) mengalami penurunan. Selama triwulan II-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 100,59% Selama triwulan II-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 100,59%, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 97,86%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan adalah sebesar Rp329 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan mencoratcoret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas. Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan tercatat 1,71% dari Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan tercatat 1,71% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sejalan dengan itu, dilihat dari segi jumlah nominalnya, juga terdapat penurunan dari 2,44% pada triwulan II-2010 menjadi 2,23% pada triwulan laporan dari rata-rata nominal cek dan BG yang dikliringkan per hari. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat Seiring dengan semakin bergeraknya perekonomian daerah pada triwulan laporan, kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan perbaikan... Seiring dengan semakin bergeraknya perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan laporan, kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan perbaikan. Hal ini ditunjukkan melalui Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang secara konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Selain itu, penurunan tingkat pengangguran juga terindikasi dari angka penggunaan tenaga kerja oleh dunia usaha Sulawesi Utara yang mencatat angka positif (peningkatan). Angka yang diperoleh dari 9 hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha BI Manado ini menunjukkan bahwa masih terdapat peningkatan jumlah tenaga kerja pada beberapa sektor usaha. Hal yang sama juga tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) BI Manado triwulan II-2011, dimana masyarakat Sulawesi Utara masih merasa optimis terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan melalui indeks ketersediaan lapangan kerja yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan jumlah tenaga kerja baru juga didorong oleh pembukaan formasi Pegawai Negeri Sipil di awal tahun 2011 yang dilakukan di beberapa kabupaten/kota di wilayah Sulawesi Utara. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat... Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi tersebut didasarkan atas beberapa indikator, seperti tren kenaikan indeks penghasilan dan Nilai Tukar Petani (NTP). Naiknya indeks penghasilan masyarakat pada triwulan laporan juga terdorong oleh adanya penyesuaian Upah Minimum Provinsi di tahun 2011. Outlook Pertumbuhan Ekonomi Kinerja perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu, yaitu pada kisaran 7,34% - 7,54% (yoy) Kinerja perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu, yaitu pada kisaran 7,34%-7,54% (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan lebih banyak didorong oleh pelaksanaan beberapa even lokal, nasional dan internasional, pencairan gaji ke-13 serta faktor musiman perayaan hari raya Idul Fitri yang secara keseluruhan akan berdampak terhadap kinerja konsumsi swasta dan sektor PHR. Outlook Inflasi Regional Risiko tekanan harga Kota Manado pada triwulan III-2011 diperkirakan akan relatif stabil. Risiko tekanan harga Kota Manado pada triwulan III-2011 diperkirakan akan relatif stabil. Laju inflasi diperkirakan berada pada kisaran 2,25%-2,40%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, faktor pendorong laju inflasi tahunan Kota Manado diantaranya 10 bersumber dari harga komoditas internasional terutama harga emas dunia yang masih cenderung meningkat dan peningkatan permintaan domestik seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru serta perayaan hari keagamaan. Peningkatan harga komoditas serta permintaan masyarakat menjelang hari raya selanjutnya berdampak terhadap pembentukan ekspektasi masyarakat akan tingginya laju inflasi pada triwulan III-2011. Sementara itu, dari sisi non fundamental pasokan bahan pangan pada triwulan III-2011 diperkirakan masih cukup terjaga. Bencana alam meletusnya Gunung Soputan dan Lokon pada Juli 2011 memberikan dampak yang relatif minimal terhadap kenaikan harga volatile foods karena masih tercukupinya persediaan dan lancarnya distribusi pasokan dari luar daerah. Rencana kebijakan pemerintah seperti pencabutan subsidi minyak tanah, konversi minyak tanah menjadi LPG diperkirakan dapat berpotensi memberikan tekanan pada laju inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011. Prospek Perbankan Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 0,25 basis poin dari 6,5% menjadi 6,75% Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 0,25 basis poin dari 6,5% menjadi 6,75% pada triwulan I-2011 akan direspon oleh perbankan dengan melakukan penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman perbankan walaupun masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Hal ini terkonfirmasi dari Survei Konsumen Bank Indonesia Manado yang menunjukkan mulai adanya peningkatan ekspektasi konsumen terhadap peningkatan tingkat suku bunga. Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime Lending Rate, dengan harapan dapat mendorong penurunan suku bunga perbankan . Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime Lending Rate, dengan harapan dapat mendorong penurunan suku bunga perbankan. Dengan adanya kebijakan ini, setiap bulan bank harus mengumumkan suku bunga kreditnya berdasarkan masingmasing sektor baik bunga kredit korporasi, retail, kredit pemilikan rumah (KPR), dan kredit lainnya. Kebijakan ini dikeluarkan agar tercipta transparansi bunga kredit dan persaingan yang sehat pada industri perbankan. Di sisi lain, kebijakan ini akan menjadi petunjuk 11 (guideliness) dari bank sentral untuk menyeragamkan suku bunga utama kepada nasabah perbankan. 12 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan II-2011. Setelah tumbuh 6,99% (yoy) pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara kembali tumbuh pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 7,14% (yoy). Optimisme semakin membaiknya perekonomian serta prospek kedepan mendorong meningkatnya kinerja konsumsi dan investasi. Sementara itu, kinerja perdagangan luar negeri Sulawesi Utara menunjukkan adanya pertumbuhan negatif. Penurunan kinerja ekspor khususnya terjadi pada komoditi perikanan. Disamping merosotnya hasil produksi tangkapan, juga terkendala faktor cuaca. Selain itu, nilai tukar Rupiah yang terapresiasi diperkirakan sedikit berdampak terhadap penurunan nilai ekspor serta mengurangi daya saing produk ekspor Sulut. Sementara itu, dari sisi penawaran, peningkatan kinerja sektor pertanian, bangunan dan PHR merupakan faktor utama pendorong terjadinya akselerasi perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II-2011. Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (yoy) 9.00 % 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 Q1 Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 2010 Q4 Q1 Q2 2011 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 1.1 SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan II-2011 terutama ditopang oleh membaiknya kinerja investasi. Peningkatan kinerja investasi pada triwulan laporan didorong oleh realisasi ekspor proyek fisik swasta maupun pemerintah. Kegiatan konsumsi, baik konsumsi swasta maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Konsumsi Rumah Tangga tumbuh positif seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat yang didorong oleh pencairan tunjangan PNS serta realisasi tunjangan sertifikasi guru. Tumbuhnya konsumsi swasta yang diindikasikan oleh pengeluaran sehubungan masa 13 liburan sekolah dan memasuki tahun ajaran baru diperkirakan turut memberikan sumbangan pertumbuhan ekonomi daerah. Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan II-2011 tercatat mengalami pertumbuhan negatif, salah satu faktor penyebabnya adalah penurunan volume ekspor khususnya produk perikanan yang menjadi salah satu sektor unggulan ekspor Sulut. Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy) Jenis Penggunaan Konsumsi Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah PMTB Stok Ekspor Impor PDRB Q1 6.43 5.24 8.77 12.35 9.16 7.05 9.56 6.75 Sumb. 4.45 2.40 2.04 2.54 0.09 3.40 3.72 6.75 Q2 7.26 6.20 9.35 2.94 15.18 13.61 15.25 6.80 2010 Sumb. Q3 4.61 8.98 2.62 7.28 1.99 12.39 0.61 -0.19 0.22 17.94 6.58 26.29 5.23 32.32 6.80 7.04 Sumb 5.55 3.01 2.54 -0.05 0.27 10.66 9.39 7.04 Q4 10.03 7.96 13.74 1.14 13.43 9.87 10.45 7.77 Sumb 6.22 3.16 3.06 0.27 0.21 4.61 3.54 7.77 2011 Sumb Q2 3.78 6.92 2.09 6.06 1.69 8.58 2.51 13.90 0.10 1.48 4.36 -1.46 3.77 -1.75 6.99 7.14 Q1 5.48 4.62 7.12 11.64 10.16 9.02 9.42 6.99 Sumb. 4.42 2.54 1.87 2.80 0.02 -0.75 -0.65 7.14 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara 1.1.1 Konsumsi Kegiatan konsumsi selama triwulan II-2011 mengalami pertumbuhan positif 6,92% (yoy) dengan kontribusi sebesar 4,42% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya, maka kinerja kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tercatat mengalami sedikit perlambatan. Namun demikian, kinerja konsumsi masih tercatat sebagai kontributor utama pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan II-2011. Terdapat beberapa faktor pendorong yang menyebabkan kegiatan konsumsi masih tumbuh positif, diantaranya peningkatan sumber pendapatan masyarakat yang diperoleh dari pencairan tunjangan PNS dan realisasi tunjangan sertifikasi guru. Selain itu, kegiatan musiman seperti pengeluaran sehubungan masa liburan sekolah dan memasuki tahun ajaran baru juga telah memberikan dampak pada peningkatan kegiatan konsumsi. Grafik 1.2. Indeks Ekonomi Saat Ini Kinerja konsumsi swasta pada triwulan 200 laporan mengalami pertumbuhan positif 160 sebesar 6,06% (yoy) yang salah satunya 120 terindikasi melalui Indeks Ekonomi Saat Ini 80 (IEK) berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) 40 BI - Manado pada triwulan II-2011. Sebagaimana terlihat pada grafik 1.2, pada akhir triwulan laporan (Juni 2011) IEK 180 Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lap. Kerja 140 100 60 20 J F M A M J J A S O N D J F M 2010 A M J 2011 Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado. mencapai 119,33. Jika dilihat berdasarkan komponennya, optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini tercermin dari positifnya nilai indeks seluruh komponen 14 penyusun IEK yang meliputi Indeks Penghasilan Saat Ini (125) , Indeks Pembelian Barang Tahan Lama/Durable Goods (100,5) serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (132,5). Hal ini menunjukkan perkiraan adanya kondisi usaha yang semakin membaik akan berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, yang selanjutnya mendorong kenaikan penghasilan masyarakat, dan naiknya konsumsi rumah tangga. Grafik 1.3. Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor Disamping itu, pertumbuhan konsumsi selama triwulan laporan tidak lepas dari 115 membaiknya daya beli petani seiring 110 dengan meningkatnya harga komoditas 105 dunia. Hal ini tercermin dari peningkatan 100 Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II- 95 2011 mencapai 103,44 atau tumbuh 90 2,17% (yoy). Peningkatan terutama terjadi pada subsektor pangan, NTP batas minimum sejahtera Pangan Holtikultura Perkebunan Peternakan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 Q2 Q3 Q4 2010 Q1 Q2 2011 Perikanan Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara peternakan dan perkebunan rakyat. Peningkatan subsektor perkebunan rakyat merupakan imbas kenaikan harga komoditas unggulan Sulut (Pala, Cengkih, dan Kopra). Sementara itu, sub sektor yang masih berada dibawah batas minimum sejahtera adalah perikanan sebagai dampak turunnya produksi perikanan karena faktor cuaca buruk. Dalam Indeks NTP yang ditunjukan pada grafik 1.3., sepanjang tahun 2010 sampai akhir triwulan I 2011 NTP Sulawesi Utara selalu berada dalam kategori sejahtera (indeks > 100). Sebagaimana diketahui, berdasarkan komposisinya hampir 40% masyarakat di Sulawesi Utara bermata pencaharian bertani, sehingga tingkat kesejahteraan petani mampu memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap aktivitas konsumsi rumah tangga. Selanjutnya, pertumbuhan positif kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat dikonfirmasi melalui penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado dan sekitarnya yang mengalami kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu dealer utama penjualan kendaraan roda empat di Kota Manado. Selama triwulan II-2011 penjualan kendaraan roda empat mengalami terus mengalami pertumbuhan hingga mencapai 37,13% (yoy) pada triwulan laporan. Adanya peningkatan penghasilan pada triwulan laporan direspon oleh masyarakat dengan melakukan pembelian barang dan jasa khususnya pembelian barang tahan lama. Sementara itu, data pernyaluran kredit konsumsi oleh perbankan Sulut tetap menunjukkan pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama 15 tahun sebelumnya. Pada Juni 2011, kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank umum mencapai Rp7.363 miliar, atau tumbuh sebesar 10,21% (yoy), melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat mengalami pertumbuhan 32,34% (yoy). Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum Grafik 1.4. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat Total Sales (Unit) - left axis 1000 gSales (% yoy) - right axis 70 900 60 800 50 8,000 gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis 40 600 30 5,000 500 20 4,000 400 10 300 0 200 -10 2,000 100 -20 1,000 45 40 35 6,000 700 0 Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis 7,000 30 25 20 3,000 15 10 5 -30 Q1 Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 2010 Q4 Q1 Q2 2011 Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat - 0 Q1 Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2010 Q1 Q2 2011 Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado Sejalan dengan pertumbuhan positif konsumsi swasta, kegiatan konsumsi pemerintah selama triwulan II-2011 juga tumbuh positif sebesar 8,58% (yoy), namun tercatat mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,35% (yoy). Perlambatan ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan realisasi anggaran belanja di triwulan II-2011 yang baru mencapai 35.3% dari target belanja APBD 2011 sebesar Rp1.297 miliar, atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang menghasilkan pencapaian yang sama (35,3%) dengan target yang lebih rendah yakni Rp1.198 miliar. 1.1.2 Investasi Pada triwulan II-2011, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar 13,90% (yoy). Faktor pendorong pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan II 2011 diantaranya pembangunan berbagai infrastruktur pendukung terkait persiapan perhelatan internasional Asean Economic Ministers and Related Meetings (AEM), pembangunan jalan ringroad II yang masih berjalan, pembangunan PLTS di Miangas dan realisasi pembangunan jaringan internet di Minahasa Selatan serta kegiatan investasi swasta di bidang properti. Pertumbuhan kinerja investasi antara lain dapat dikonfirmasi melalui data volume impor barang modal pada triwulan II-2011 yang mengalami peningkatan dari 427,62 ribu ton pada triwulan II-2010 menjadi 491,78 ribu ton pada triwulan II-2011 atau tumbuh sebesar 15% (yoy). 16 Selain itu, peran perbankan dalam penyaluran pembiayaan untuk kegiatan investasi juga terus mengalami peningkatan. Sampai akhir triwulan II-2011, jumlah kredit investasi tercatat sebesar Rp2.015 miliar atau tumbuh 82,88% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010 yang hanya tumbuh 24,83% (yoy). Pencapaian pertumbuhan kredit investasi ini diharapkan dapat mendorong kinerja investasi pada tahap selanjutnya. Grafik 1.6. Perkembangan Volume Impor Barang Modal Sulut (ribu ton) Capital (ton) - left axis 5,000 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0 gCapital ytd (%) - right axis Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis 5,000 2,500 gKredit_Investasi (% yoy) - right axis 90 80 4,000 2,000 70 3,000 60 1,500 50 2,000 40 1,000 1,000 0 30 20 500 10 -1,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 - 0 Q1 2009 2010 2011 Ekspor Q3 Q4 Q1 Q2 2009 Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado 1.1.3 Q2 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 2011 Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah Impor Kinerja perdagangan Sulawesi Utara yang tercermin dari laju pertumbuhan ekspor dan impor pada triwulan II-2011 tercatat mengalami kontraksi. Laju pertumbuhan ekspor pada triwulan laporan tercatat tumbuh negatif 1,46% (yoy). Indikasi penurunan kinerja ekspor terutama disumbang oleh perdagangan antar daerah/provinsi. Sementara itu, untuk pasar luar negeri masih menunjukkan adanya pertumbuhan yang positif. Kegiatan ekspor antar Grafik 1.8. Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung daerah/provinsi mengalami kontraksi pada triwulan laporan. Muat (Ribu ton) - left axis gMuat (% yoy) - right axis 900 280 Hal ini dapat dikonfirmasi dengan kegiatan 800 230 700 180 muat barang melalui pelabuhan Bitung. 600 130 500 Kegiatan muat didefinisikan sebagai kegiatan pengiriman barang dari Sulawesi Utara ke luar provinsi. Selama triwulan II-2011, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar domestik sebesar 200,88 ribu 80 400 30 300 -20 200 -70 100 0 -120 Q1 Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2010 Q1 Q2 2011 Sumber : PT. PELINDO IV (Persero) Bitung ton atau turun 26,39% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kondisi cuaca yang tidak menentu dalam 4 bulan terakhir diperkirakan menjadi salah satu faktor yang 17 berdampak terhadap penurunan kinerja ekspor antar daerah yang sangat tergantung pada transportasi laut sebagai sarana pengiriman barang. Sementara itu, sejalan dengan ekspor antar daerah, kegiatan ekspor luar negeri selama triwulan II-2011 mengalami pertumbuhan negatif, tercermin dari perkembangan volume ekspor yang turun 61,23% (yoy) dari 105.319 ton pada triwulan II-2010 menjadi hanya 63.616 ton pada triwulan laporan. Penurunan volume ekspor Grafik 1.9. Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Sulut Ekspor (Ton) - left axis gEkspor (% yoy) - right axis 180,000 230 160,000 180 140,000 130 120,000 80 100,000 80,000 30 60,000 -20 40,000 -70 20,000 0 -120 Q1 Q2 terutama terjadi pada komoditi perikanan Q3 Q4 2009 yang terkendala oleh permasalahan cuaca Q1 Q2 Q3 2010 Q4 Q1 Q2 2011 Sumber : Pelindo IV (Persero) Bitung, diolah buruk. Selain itu, apresiasi nilai tukar rupiah yang terjadi beberapa bulan terakhir telah berdampak terhadap penurunan nilai ekspor dan mengurangi daya saing produk ekspor Sulut. Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor Grafik 1.10. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut luar negeri pada triwulan II-2011 terutama 4% didominasi dalam bentuk Lemak dan Minyak Hewani dengan pangsa mencapai 76% 3% Lemak & minyak hewan/nabati 6% Daging & Ikan olahan 11% Ikan & Udang kemudian daging olahan dan ikan olahan 76% dengan pangsa mencapai 11%, sisanya Berbagai produk kimia dalam bentuk ikan&udang (6%), berbagai Lainnya produk kimia (4%) dan produk lainnya (3%). Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Komposisi negara tujuan ekspor Sulut pada triwulan II-2011 tidak jauh berbeda bila dibandingkan pada tahun 2010. Negara tujuan utama ekspor Sulut sampai dengan pada triwulan laporan adalah Amerika Serikat (25%), Belanda (21%), Korea Selatan (19%), China (18%), Jerman (4%), Meksiko (3%) dan Jepang (3%). 18 Grafik 1.11. Negara Tujuan Ekspor Tahun 2010 5% 1% Grafik 1.12. Negara Tujuan Ekspor s.d. Juni 2011 3% 3% 3% 4% Amerika Serikat 21% Belanda 7% Amerika Serikat 25% Belanda Korea Selatan Korea Selatan Cina 11% 38% 18% Cina Jerman Jerman Meksiko 21% Jepang 21% Negara Lainnya Jepang Negara Lainnya 19% Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Sama halnya dengan kinerja ekspor, kegiatan impor Sulawesi Utara pada triwulan II-2011 juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar 1,75% (yoy). Pertumbuhan negatif ini terutama disebabkan oleh penurunan kinerja impor antar pulau/provinsi. Hal ini sejalan dengan pangsa impor Sulawesi Utara yang lebih didominasi oleh impor antar pulau/provinsi (±99%) dibandingkan impor yang didatangkan dari luar negeri (±1%). Penurunan ini dapat dikonfirmasi dengan kegiatan bongkar barang melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan bongkar didefinisikan Grafik 1.13. Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung Bongkar (Ribu ton) - left axis gBongkar (% yoy) - right axis 3,500 25 20 3,000 sebagai masuknya barang dari luar provinsi ke Sulawesi Utara. Selama triwulan II-2011, volume barang yang masuk ke Sulawesi 10 2,000 5 1,500 -5 1,000 -10 0 Utara (bongkar) hanya mencapai 530,70 ribu 500 ton dibandingkan triwulan II-2010 yang 0 tercatat sebesar 850,35 ribu ton atau turun 15 2,500 -15 -20 -25 Q1 Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 2010 Q4 Q1 2011 sebesar 37,59% (yoy). Tren penurunan impor yang ditunjukkan dari penurunan Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung kegiatan bongkar mengindikasikan bahwa tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap barang dari daerah/provinsi lainnya di luar Sulawesi Utara sudah semakin kecil. Sementara itu, kinerja impor luar negeri Sulut masih tetap menunjukkan adanya pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan kinerja impor luar negeri antara lain dapat dikonfirmasi dengan data nilai impor selama triwulan II-2011 yang tercatat mencapai 19 USD76,66 juta meningkat dibanding triwulan II-2010 dengan nilai sebesar USD28,3 juta atau tumbuh mengalami pertumbuhan sebesar 170,9%. Tabel 1.2. Impor Sulut (Juta USD) Nilai CIF ( Ribu USD) Uraian Jan'11 Total Impor Mar'11 Apr'11 Mei'11 Jun'11 % Growth (yoy) Jan-Jun 2011 Jan-Jun 2010 28,300 22,093 5,588 37,074 5,500 3,800 2,600 76,655 - - - - - - - 22,093 5,588 37,074 5,500 3,800 2,600 76,655 Migas Non Migas Feb'11 170.9 28,300 170.9 Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Grafik 1.14. Pangsa Komoditi Utama Impor Sulut Berdasarkan komoditasnya, kegiatan impor luar negeri pada triwulan laporan didominasi oleh impor komoditas gandum-ganduman dengan pangsa 30% dari total nilai impor. 18% 30% 9% Gandum-ganduman Mesin-mesin Kapal Laut 18% 25% Beberapa komoditas impor Sulut lainnya diantaranya mesin-mesin, kapal laut dan besi Besi & Baja Lainnya baja dengan pangsa berturut-turut 25%, Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah 18% dan 9% . Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sepanjang sampai dengan Juni 2011 lebih dominan didatangkan dari negara Vietnam (30%), Jepang (24%), China (9%) dan Australia (10%). Terdapat perbedaan urutan negara asal impor di tahun 2010 dan 2011, jika pada tahun 2010, negara Jepang merupakan negara asal impor barang utama Sulut dengan komoditi impor berupa mesin-mesin, maka pada tahun 2011, negara asal impor utama adalah negara Vietnam dengan komoditi impor berupa beras. Grafik 1.15. Negara Asal Impor Tahun 2010 Grafik 1.16. Negara Asal Impor s.d. Juni 2011 2% 3% 11% 17% Australia Vietnam 13% Jepang 30% 6% Australia 8% Cina Cina Malaysia Jepang Malaysia 9% Taiwan 67% Filipina Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah 10% 24% Lainnya Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah 20 1.2 SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2011 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,14% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,80% (yoy). Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier effect penyelenggaraan event berskala internasional dan nasional pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi Sulut. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan II-2011 adalah Sektor Bangunan yang tercatat tumbuh 13,59% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,97% terhadap total pertumbuhan. Selanjutnya, sektor pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga masih menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan masingmasing sebesar 1,42% dan 1% terhadap total pertumbuhan. Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%) Lapangan Usaha Q1 5.40 8.17 5.17 4.03 11.42 7.29 5.46 6.07 5.00 6.75 Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan PHR Pengangkutan & Komunikasi Keu., Sewa & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB Sumb. 1.07 0.43 0.41 0.04 1.83 1.08 0.68 0.41 0.80 6.75 Q2 12.54 2.65 6.37 3.86 2.61 6.77 6.38 6.09 5.82 6.80 2010 Sumb. Q3 2.55 17.40 0.14 0.44 0.48 6.63 0.03 4.77 0.39 -4.87 1.07 8.92 0.84 7.08 0.40 6.77 0.89 7.21 6.80 7.04 Sumb 3.40 0.02 0.51 0.04 -0.79 1.35 0.97 0.45 1.08 7.04 Q4 10.31 2.10 7.48 7.35 0.86 11.11 12.41 8.26 6.54 7.77 Sumb 1.84 0.11 0.58 0.05 0.15 2.00 1.57 0.52 0.94 7.77 Q1 6.58 5.89 6.03 4.81 8.31 8.79 7.24 5.31 5.89 6.99 2011 Sumb Q2 1.29 6.65 0.31 5.88 0.47 6.93 0.04 5.33 1.39 13.59 1.31 6.36 0.89 3.27 0.36 7.13 0.93 6.46 6.99 7.14 Sumb. 1.42 0.30 0.52 0.04 1.97 1.00 0.43 0.47 0.98 7.14 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 1.2.1 Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan II-2011 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 6,65% (yoy) walaupun tercatat melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (12,54% yoy). Perlambatan ini antara lain disebabkan oleh bencana hujan yang disertai angin kencang yang melanda sebagian besar wilayah Sulawesi Utara pada awal april dan adanya bencana banjir dan longsor yang terjadi di sentra tanaman padi di Bolaang Mongondow. Selain merusak areal persawahan sekitar 52 hektar, banjir dan tanah longsor juga telah merusak tanaman perkebunan seperti kelapa dan cokelat serta tanaman holtikultura. Tabel 1.4. Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Beras KOMPONEN 2009 Q1 2010 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 Q3 Q4 Q1 Q2 Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Beras Luas Panen (Ha) 31,873 36,150 20,339 27,642 37,150 23,776 34,831 23,869 37,130 34,786 Produksi Gabah (Ton) 142,923 169,105 98,691 138,341 175,194 113,905 171,264 123,017 171,322 168,564 Produksi Beras (Ton) 90,041 106,536 62,175 87,155 110,372 71,760 107,897 77,501 107,933 106,195 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara 21 Perkembangan kinerja sektor pertanian antara lain dapat dikonfirmasi dengan data dari Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara, dimana pada triwulan II-2011 untuk produksi beras diperkirakan mencapai 106.195 ton atau naik 47,97% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, jika dibandingkan triwulan sebelumnya, maka jumlah produksi beras tercatat mengalami perlambatan sebesar -1,61% (qtq). Perlambatan juga terjadi pada komoditi jagung dan kelapa sebagai komoditi unggulan Sulut. Data dari Dinas Pertanian menunjukkan bahwa pada triwulan II-2011 produksi jagung mengalami penurunan sebesar 3,66% (yoy) dari 11 8.352 ton pada triwulan II-2010 menjadi hanya 114.025 ton pada triwulan laporan. Sementara itu, data dari Dinas Perkebunan juga menunjukkan adanya penurunan produksi kelapa, sampai dengan Mei 2011 jumlah produksi kelapa Sulut tercatat sebesar 269.077 ton atau turun sebesar 1,52 % dibandingkan Mei 2010. Grafik 1.17. Perkembangan Produksi Jagung di Prov. Sulawesi Utara 200,000 Produksi Jagung (Ton) - left axis 180,000 Growth Produksi (% yoy) - right axis Grafik 1.18. Perkembangan Produksi Kelapa di Prov. Sulawesi Utara 80 60 160,000 400,000 Produksi Kelapa (Ton) - left axis 350,000 Growth Produksi (% yoy) - right axis 60 50 300,000 40 40 140,000 250,000 120,000 30 20 200,000 100,000 0 80,000 60,000 -20 20 150,000 10 100,000 40,000 0 -40 50,000 20,000 - -60 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 - -10 Q1 Q2 2011 tercatat Q1 Q2 Q3 Q4 2010 Q1 Q2*) 2011 Ket: *) Data Mei 2011 Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara, diolah Berdasarkan subsektornya, kinerja sub sektor juga Q4 2009 Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara, diolah perikanan Q3 Grafik 1.19. Perkembangan Hasil Tangkapan Ikan 2009-2011 mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh beberapa Jan faktor diantaranya: (i) kondisi cuaca yang Feb tidak menentu, (ii) reklamasi pesisir pantai, Mar serta (iii) kelangkaan BBM yang menyebabkan Apr 2009 2010 hasil tangkapan penurunan. ikan Produksi terus ikan di mengalami May Manado Jun mengalami penurunan mencapai 20% dari kondisi normalnya. Hal ini dapat dikonfirmasi 2011 - 500 1,000 1,500 2,000 2,500 Sumber: Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung 22 melalui data hasil tangkapan ikan melalui pelabuhan Samudera Bitung, sampai dengan Juni 2011 hasil tangkapan ikan tercatat hanya sebesar 6.947 ton atau turun 30,74% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 10.031 ton. Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran perbankan pertanian untuk membiayai menunjukkan adanya sektor tren Grafik 1.20. Pertumbuhan Kredit Pertanian Pertanian (Rp miliar) - left axis 450 150 gPertanian (% yoy) - right axis 400 100 350 peningkatan. Sampai dengan Juni 2011, 300 50 250 jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertanian mencapai Rp300 milliar atau tumbuh 121,88% (yoy) dibandingkan 200 0 150 100 -50 50 - periode yang sama tahun lalu. Namun demikian, jika dibandingkan dengan total -100 Q1 Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2010 Q1 Q2 2011 Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado kredit yang disalurkan bank, jumlah kredit pertanian hanya mencapai 2,15% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL (Non Performing Loan) di sektor pertanian yang mencapai 6,61% pada triwulan laporan. 1.2.2 Sektor Bangunan Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan II-2011 mencatat pertumbuhan sebesar 13,59% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,97% terhadap total pertumbuhan. Pertumbuhan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 2,61% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan di sektor bangunan diantaranya adalah penyelesaian beberapa proyek pemerintah dan swasta seperti pembangunan properti ruko, apartemen dan pembangunan beberapa hotel serta perbaikan beberapa infrastruktur dalam menunjang penyelenggaraan event ASEAN Economic Ministers and Related Meetings (AEM). Pertumbuhan sektor bangunan dapat tercermin pada meningkatnya data penjualan semen di Provinsi Sulawesi Utara. Selama triwulan laporan, penjualan semen tercatat mencapai 157,78 ribu ton atau naik 28,74% (yoy) apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Indikator lainnya yang menunjukkan peningkatan pada sektor ini adalah hasil Survei Penjualan Eceran yang dilakukan oleh KBI Manado, menunjukkan adanya kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 457% dari 63.62 pada Juni 2010 menjadi 354.92 pada Juni 2011. 23 Grafik 1.21. Perkembangan Data Penjualan Semen Volume (ton) - left axis 180,000 Grafik 1.22. Indeks Penjualan Bahan Konstruksi g_semen (%) - right axis 160,000 800 40 Indeks Bahan konstruksi (left axis) growth (% - yoy) - right axis 700 30 400 600 20 100,000 10 400 80,000 0 300 -10 200 Jun Apr Jul 2009 Sumber : Data Asosiasi Semen Indonesia Mei Q4 Mar Q3 2010 Jan Q2 Feb Q1 Des Q4 Okt Q3 2009 Nov Q2 -200 Sep Q1 0 Ags -30 -100 Jun -20 0 0 100 Apr 20,000 100 Mei 40,000 200 Jan 60,000 300 500 Mar 120,000 Feb 140,000 500 2010 Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado Dari sisi pembiayaan, peran perbankan terhadap sektor bangunan (konstruksi) masih belum belum maksimal. Hal ini tercermin dari jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan sampai dengan Juni 2011 tercatat sebesar Rp430 miliar atau mengalami pertumbuhan negatif sebesar 3,59% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Grafik 1.23. Perkembangan Kredit Konstruksi 600 Konstruksi (Rp miliar) - left axis 70 gKonstruksi (% yoy) - right axis 60 500 50 40 400 30 300 20 10 200 0 -10 100 -20 - -30 Q1 Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 2011 Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado 1.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan II-2011 menunjukan pertumbuhan positif sebesar 6,36% (yoy) dengan kontribusi sebesar 1% terhadap total pertumbuhan. Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi pada sub sektor hotel yang didorong oleh penyelenggaraan beberapa event diantaranya : a) Manado kembali dipercaya menjadi tuan rumah penyelenggaraan Indonesia MICE & Corporate Travel Mart (IMCTM) 2011 pada tanggal 17-21 Mei 2011. IMCTM merupakan corporate travel mart terbesar di kawasan Asia Tenggara yang menjadi forum bisnis yang memfasilitasi pertemuan antara pihak korporasi dan agensi perjalanan dengan pihak resort tempat penyelenggaran MICE. Adanya perhelatan ini diharapkan dapat mempromosikan sekaligus mendatangkan banyak wisatawan lokal dan mancanegara. 24 b) Pada tanggal 24-28 Mei 2011, Kota Manado akan menyelenggarakan acara Manado Ocean Festival yang akan menampilkan berbagai kompetisi diantaranya: Jetski Nasional Championship, International Underwater Photography Competition, Exibition, Miss Ocean Manado Contest, Katinting Festival, Volley Beach Tournament, Clean and Refresh The Ocean dan Seafood Cooking Festival. Penyelenggaraan acara ini diharapkan dapat mendatangkan wisatawan lokal maupun mancanegara. c) Pelaksanaan 4th Australia Federal Police (AFP) Indonesia Police (INP) Senior Officer Meeting (SOM) di Manado yang dibuka oleh Gubernur Sulawesi Utara pada tanggal 11 Mei 2011. Acara ini merupakan bagian dari program Polri dan AFP. d) Rapat Kerja Nasional Staf Ahli Kepala Daerah Provinsi dan Kab/Kota pada tanggal 13 Juni 2011 yang akan diikuti 400-an peserta dari seluruh Indonesia. e) Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia pada tanggal 22-25 Juni 2011 yang diperkirakan mendatangkan 1.500 dokter spesialis kulit dan kelamin se-Indonesia. Maraknya berbagai perhelatan yang diselenggarakan di Kota Manado selama triwulan laporan antara lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara umum memperlihatkan tren peningkatan diantaranya adalah data wisatawan domestik maupun mancanegara, data jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar terjual. Grafik 1.24. Data Wisatawan Mancanegara Grafik 1.25. Data Lama Tamu Menginap Wisman (org) - left axis gWisman (% yoy) - right axis 10,000 80.00 Menginap (org) - left axis 60,000 60.00 gMenginap (% yoy) - right axis 60.00 8,000 50.00 50,000 40.00 6,000 20.00 (20.00) 2,000 (40.00) Q2 Q3 Q4 Q1 2009 Q2 Q3 Q4 Q1 2010 20.00 20,000 10.00 10,000 - - (60.00) Q1 30.00 30,000 - 4,000 40.00 40,000 (10.00) Q1 Q2 Q2 2009 2011 Grafik 1.26. TPK dan Lama Menginap 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 Ratas Menginap (hari) - right axis 40 30 20 10 Q1 Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2010 Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 2011 Grafik 1.27. Jumlah Kamar Terjual TPK (%) - left axis 50 Q4 Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah 60 Q3 Q1 Q2 2011 Kmr Terjual (unit) - left axis gKmr Terjual (% yoy) - right axis 80,000 70,000 60.00 50.00 60,000 40.00 50,000 30.00 40,000 20.00 30,000 10.00 20,000 - 10,000 (10.00) - (20.00) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 2010 2011 Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah 25 Pertumbuhan kinerja sektor PHR tidak terlepas dari peningkatan kinerja sub sektor pedagangan besar dan eceran yang didorong oleh dampak lanjutan dari membaiknya daya beli masyarkat akibat peningkatan pendapatan masyarakat yang diperoleh dari pencairan tunjangan PNS dan realisasi tunjangan sertifikasi guru. Pertumbuhan seb sektor perdagangan besar dan eceran dapat dikonfirmasi dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) oleh KBI Manado pada triwulan II-2011 yang menunjukkan adanya peningkatan indeks pada bahan konstruksi, kerajinan,seni dan mainan serta bahan bakar. Grafik 1.29. Perkembangan Kredit Sektor PHR Grafik 1.28. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran per KLUI 1000 Indeks Bahan konstruksi Kredit_PHR (Rp miliar) - left axis Kerajinan, seni & mainan 4,500 Bahan bakar 800 600 400 200 70 gKredit_PHR (% yoy) - right axis 4,000 60 3,500 50 3,000 40 2,500 30 2,000 20 1,500 10 1,000 0 500 2010 Jun Apr Mei Mar Jan Feb Des Okt Nop Sep Jul -200 Agust Jun Apr Mei Mar Jan Feb 0 -10 - -20 Q1 Q2 2011 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado Q3 Q4 2010 Q1 Q2 2011 Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor ekonomi terbesar yang mendapatkan alokasi pembiayaan dari perbankan. Sampai dengan bulan Juni 2011 kredit sektor PHR yang telah disalurkan bank umum mencapai Rp4.114 miliar atau tumbuh 57,65% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 1.2.4. Sektor lainnya A. Sektor Jasa-jasa Kinerja sektor jasa pada triwulan II-2011 Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa tumbuh positif sebesar 6,46% (yoy). Kinerja Kredit_Jasa (Rp miliar) - left axis 700 sektor jasa yang cukup stabil ditopang oleh aktivitas sub sektor pemerintahan umum. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya gJasa (% yoy) - right axis 35 30 600 25 20 500 15 400 10 300 5 200 -5 0 -10 100 kinerja sektor jasa-jasa mengalami -15 - -20 Q1 perlambatan yang tercermin dari melambatnya penyaluran kredit perbankan di sektor ini. Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 2010 Q4 Q1 Q2 2011 Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado 26 Sampai dengan bulan Juni 2011 kredit sektor jasa-jasa tercatat sebesar Rp564 miliar atau tumbuh negatif 7,58% (yoy). B. Sektor Industri Pengolahan Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan II-2011 relatif stabil dengan tingkat pertumbuhan mencapai 6,93% (yoy) atau tumbuh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan triwulan II-2010 sebesar 6,37% (yoy). Industri pengolahan di Sulawesi Utara yang didominasi oleh pengolahan produk kelapa dan turunannya serta pengolahan produk perikanan tersebar di Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Kotamobagu dan Kota Tomohon. Mayoritas industri pengolahan berlokasi di Kota Bitung dan Kota Manado. Membaiknya perekonomian dunia yang tumbuh lebih cepat dibandingkan perkiraan sebelumnya seiring pemulihan ekonomi negara-negara maju dan emerging makets diperkirakan turut berdampak pada kembali bergairahnya sektor industri di Sulawesi Utara. Hal ini salah satunya ditandai oleh pertumbuhan jumlah pelanggan listrik di sektor bisnis dan industri. Berdasarkan data Grafik 1.31. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok Bisnis dan Industri Pelanggan Bisnis&Industri - left axis 15,000 6.00 gPelanggan Bisnis&Industri (% yoy) - right axis 14,500 5.00 14,000 4.00 13,500 3.00 13,000 2.00 12,500 1.00 12,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 2011 Sumber : PLN Kanwil Suluttenggo PLN, jumlah pelanggan listrik di sektor bisnis dan industri pada triwulan II-2011 mencapai 14.542 pelanggan atau tumbuh 4,36% (yoy). Grafik 1.32. Perkembangan Kredit Sektor Industri Dukungan perbankan terhadap industri pengolahan merupakan salah satu faktor 400 350 Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis 50 gKredit_Industri (%yoy) - right axis 45 40 300 35 pendorong pertumbuhan sektor ini. Sampai 250 30 200 25 dengan akhir triwulan II-2011 jumlah kredit 150 20 yang disalurkan tumbuh sebesar 16,62% (yoy) 50 dari Rp281 miliar pada triwulan II-2010 15 100 10 5 - 0 Q1 Q2 Q3 2009 menjadi Rp328 miliar pada triwulan II-2011. Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 2011 Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado 27 C. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan II-2011 tumbuh 7,13% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain: pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh meningkatnya laju konsumsi dan aktivitas sistem pembayaran di wilayah Sulawesi Utara juga turut berkontribusi pada pertumbuhan sektor ini. Tabel 1.5. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara 2009 Data Bank 2010 2011 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Jumlah Bank umum 23 23 24 24 24 25 25 25 25 Q2 25 Jumlah kantor bank umum*) 195 197 199 206 206 215 219 225 227 234 Jumlah BPR 17 17 17 13 13 14 14 16 16 16 Jumlah kantor BPR 39 39 39 39 39 39 41 43 43 46 Ket: *) termasuk kantor unit Sumber : Bank Indonesia Manado D. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan berbagai event berskala nasional maupun internasional di Tahun 2011 adalah semakin dikenalnya Kota Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata baik secara internasional maupun nasional. Hal ini berpengaruh pada meningkatnya minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara hingga pada tahap lanjut mampu mendorong kinerja sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II-2011 mengalami pertumbuhan signifikan 3,27% (yoy), dengan sumbangan sebesar 0,43% terhadap total pertumbuhan. Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tercermin dari tingginya arus penumpang dan kargo yang keluar dari Bandar Udara Sam Ratulangi Manado. Sampai dengan Mei 2011, arus penumpang dan kargo yang berangkat (keluar) dari wilayah Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 5,48% (yoy) dan 4,28% (yoy). Sejalan dengan itu, arus penumpang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara masuk mengalami pertumbuhan sebesar 2,65% (yoy). Peningkatan pada arus bertepatan dengan maraknya event domestik dan internasional yang diselenggarakan di Sulawesi utara pada triwulan laporan. 28 Tabel 1.6. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi Jenis Kedatangan/ Pengangkutan Keberangkatan Penumpang Q2*) Q3 Q4 Q1 Growth (YoY) Q2**) Datang 174,013 136,627 218,514 229,908 203,160 140,242 Berangkat 183,275 134,677 219,567 216,486 213,108 142,055 1,378,294 1,092,856 1,844,427 1,957,143 1,783,877 994,184 Datang Kargo 2011 2010 Q1 Berangkat 941,772 724,447 1,400,768 1,011,539 1,208,615 2.65% 5.48% -9.03% 4.28% 755,448 Ket: *) Data s.d. Mei 2010 **) Data s.d. Mei 2011 Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara Sementara itu, relatif stabilnya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan antara lain didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan, disamping pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada daerah yang sebelumnya terisolir sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan kecanggihan telepon selular dengan berbagai macam jenis merk, harga, dan fasilitas/fitur baru yang ditawarkan serta gencarnya promosi yang dilakukan semakin mendorong masing-masing provider untuk lebih bersaing mendapatkan konsumen, hal ini pada tahap selanjutnya akan berdampak terhadap peningkatan kinerja sub sektor komunikasi. Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor ini, keberpihakan perbankan yang Grafik 1.33. Perkembangan Kredit Sektor Transportasi dan Komunikasi Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis diwujudkan dalam penyaluran kredit di 100 90 50 sektor pengangkutan dan komunikasi juga 80 40 70 30 60 20 memperlihatkan adanya peningkatan. Sampai dengan bulan Juni 2011 jumlah kredit yang disalurkan mencap ai miliar, atau tumbuh 14,36% Rp89 (yoy) 60 gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis 50 10 40 0 30 -10 20 -20 10 -30 - -40 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 Q2 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 2011 dibandingkan periode yang sama tahun lalu E. Sektor Pertambangan dan Penggalian Grafik 1.43. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan Sektor pertambangan dan penggalian Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis 45 pada triwulan II-2011 tumbuh 5,88% 200 gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis 40 150 35 (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,30% 30 100 25 terhadap total pertumbuhan. Berdasarkan 20 pelaku usahanya, sub sektor penggalian 10 ini lebih banyak penambangan dilakukan oleh 50 15 0 5 - -50 Q1 Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 2010 Q4 Q1 Q2 2011 Sumber : Bank Indonesia Manado 29 tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar. Hal inilah yang mendorong rendahnya penyaluran kredit pada sektor pertambangan selain karena faktor risiko yang tinggi dari kegiatan pertambangan. Jika dilihat berdasarkan trennya, pembiayaan yang diberikan oleh pihak perbankan terhadap sektor pertambangan pengalami penurunan yang cukup signifikan pada awal tahun 2009, dan selanjutnya relatif tidak mengalami perubahan. Pada triwulan laporan, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertambangan tercatat sebesar Rp42 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 25,293% (yoy). F. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan II-2011 tumbuh positif 5,33% (yoy). Jika dilihat dari jumlah penjualan listrik serta jumlah pelanggan di triwulan II-2011, terdapat pertumbuhan positif dalam jumlah pelanggan dan pemakaian listrik pada triwulan laporan. Jumlah pelanggan listrik pada triwulan II- Grafik 1.35. Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Supply Listrik di Sulawesi Utara 250 Jumlah Pemakaian (MW) - left axis Jumlah listrik yang tersedia (MW) - left axis 200 150 100 50 Q1 Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2010 Q1 Q2 2011 Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah 2011 sebesar 431.634 pelanggan atau tumbuh 10,83% (yoy) dengan jumlah pemakaian 191 MW atau tumbuh 6,11% dibandingkan periode yang sama tahun 2010. Sementara itu, pada triwulan II-2011, kapasitas listrik yang tersedia adalah sebesar 234MW atau tumbuh 15,84% dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010. Tingkat pertumbuhan kapasitas listrik tersedia didukung oleh pembangunan sejumlah pembangkit listrik di wilayah Sulawesi Utara. 30 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Tekanan inflasi di Kota Manado selama triwulan II 2011 secara umum masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan II-2011 tercatat 5,15% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,90% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 5,45% (yoy). Sejalan dengan pergerakan inflasi tahunan, inflasi bulanan juga mengalami penurunan menjadi 0,07% (mtm) pada Juni 2011 dari 0,14% (mtm) pada Maret 2011 serta masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,55% (mtm). Akumulasi laju inflasi (ytd) Kota Manado sampai dengan Juni 2011 tercatat lebih rendah (-0,14%) dibandingkan akumulasi inflasi nasional (1,06%). Sementara itu, inflasi triwulanan Kota Manado pada periode laporan tercatat -1,43% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2011 yang tercatat sebesar 1,31% (qtq). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan II-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) mengalami tekanan relatif minimal. Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy) Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq) 16 5 14 12 10 3 8 2 6 4 1 2 0 0 -2 % 4 Q1 Q2 Q3 Q4 2008 yoy Manado Q1 Q2 Q3 Q4 2009 Q1 Q2 Q3 2010 yoy Nasional Q4 Q1 Q2 2011 -1 -2 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2008 2009 2011 -3 qtq Manado Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah 2010 qtq Nasional Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah 31 2.1. PERKEMBANGAN INFLASI 2.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy) Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan II-2011 tercatat 5,15% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,90% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 5,45% (yoy). Penurunan laju inflasi tahunan pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh berkurangnya tekanan inflasi pada kelompok pangan. Hal ini ditandai oleh mulai menurunnya harga beberapa komoditas pangan bergejolak (volatile foods) setelah mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi di awal tahun 2011. Namun demikian, laju inflasi tahunan pada triwulan II 2011 masih lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar 4,21% (yoy). Hal ini terutama disebabkan masih berlanjutnya kenaikan harga emas dunia yang berimbas pada kenaikan harga emas perhiasan domestik. Selain itu, peningkatan daya beli pada triwulan laporan yang disebabkan oleh peningkatan pendapatan masyarakat seperti kenaikan gaji PNS/TNI/Polri serta naiknya harga komoditas unggulan Sulawesi Utara seperti cengkih, kopra dan pala pada tahap selanjutnya memberikan tekanan inflasi inti melalui jalur ekspektasi konsumen terhadap harga barang dan jasa. Berdasarkan kelompoknya, kelompok bahan makanan dan kelompok sandang mencatat inflasi tertinggi dibandingkan kelompok lainnya. Angka inflasi kelompok bahan makanan tercatat 14,72% (yoy) pada triwulan laporan yang disebabkan oleh meningkatnya harga bumbu-bumbuan, ikan segar, daging dan hasil-hasilnya, ikan diawetkan, padi-padian, umbiumbian dan hasilnya. Sementara itu, kelompok sandang tercatat mengalami inflasi sebesar 4,28% (yoy) yang terutama dipicu oleh peningkatan harga emas perhiasan domestik. Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) No 1 2 3 4 5 6 7 Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum Q1 21.82 8.03 3.54 6.05 9.16 2.58 1.05 8.85 2009 Q2 Q3 4.75 -0.82 7.5 6.15 2.07 -0.15 4.94 4.67 5.43 4.84 2.03 2.63 -8.66 -8.76 2.25 -0.01 Q4 5.82 4.88 0.44 6.37 4.12 1.81 -5.33 2.31 Q1 -2.19 8.13 1.45 2.83 4.98 1.97 1.63 1.84 2010 Q2 Q3 6.39 18.14 5.96 4.83 1.83 2.58 6.84 7.02 2.56 1.87 1.75 1.19 2.60 3.26 4.21 7.38 Q4 15.23 5.36 2.35 5.15 0.96 1.62 0.59 6.28 2011 Q1 Q2 21.69 14.72 0.43 1.50 1.85 2.14 5.03 4.28 0.61 2.62 0.91 0.86 0.80 -0.38 6.90 5.15 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 32 2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq) Searah dengan inflasi tahunan, tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan II-2011 cenderung lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, inflasi Kota Manado pada triwulan II-2011 tercatat -1,43% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan I2011 yang tercatat sebesar 1,31% (qtq) dan masih lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,2% (qtq). Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) No 1 2 3 4 5 6 7 Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum Q1 6.58 1.54 -0.26 3.97 1.18 0.57 -7.03 1.18 2009 Q2 Q3 -7.86 0.84 1.07 1.85 -0.29 0.23 -1.93 0.92 2.32 0.99 0.22 0.91 0.28 -0.02 -2.08 0.74 Q4 6.86 0.34 0.77 3.36 -0.42 0.10 1.57 2.50 Q1 -1.50 4.68 0.74 0.52 2.02 0.72 -0.20 0.72 2010 Q2 Q3 0.23 11.98 -0.95 0.77 0.09 0.96 1.89 1.09 -0.04 0.32 0.01 0.36 1.23 0.62 0.20 3.81 Q4 4.23 0.84 0.55 1.56 -1.32 0.52 -1.06 1.44 2011 Q1 Q2 4.03 -5.51 -0.22 0.10 0.24 0.38 0.40 1.17 1.66 1.96 0.02 -0.04 0.02 0.05 1.31 -1.43 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Berdasarkan kelompoknya, deflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 5,51% (qtq). Deflasi pada sub kelompok bahan makanan didorong oleh penurunan tekanan inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan, padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya, ikan segar dan ikan diawetkan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh membaiknya kondisi pasokan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Grafik 2.3. Inflasi Triwulanan Sub Kelompok Bahan Makanan TriwulanI II-2011 (0.95) Lainnya (0.38) Lemak & Minyak Bumbu - bumbuan (26.02) 1.11 0.36 Buah - buahan Kacang - kacangan 1.76 Sayur-sayuran 1.52 Telur, Susu & Hasil-hasilnya (0.68) Ikan Diawetkan (1.14) Ikan Segar 1.33 Daging & Hasil-hasilnya (0.54) Padi-padian, Umbi-umbian & Hasilnya -30 -25 -20 -15 Sub Kelompok -10 -5 0 5 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 33 2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm) Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan II-2011 menunjukkan tren peningkatan. Pada April 2011 Kota Manado tercatat mengalami deflasi 1,43% (mtm), kemudian kembali mengalami deflasi pada Mei 2011 sebesar 0,07% (mtm) dan pada Juni 2011 mengalami inflasi menjadi 0,07% (mtm). Grafik 2.4. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (mtm) % 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 -1 2010 -2 -3 2011 mtm Manado mtm Nasional Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah  APRIL 2011 Memasuki triwulan II tahun 2011, Kota Manado tercatat mengalami deflasi sebesar -1,43% (mtm). Deflasi terutama terjadi pada kelompok bahan Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang & Jasa April 2011 makanan tercatat -4,88% (mtm) dengan sumbangan Pendidikan sebesar -1,55% terhadap total inflasi bulanan. Kesehatan Beberapa komoditi yang mengalami penurunan harga cabe merah, daging ayam ras, daging babi, minyak Bahan Makanan dan nike. Penurunan harga disebabkan oleh kembali normalnya kondisi pasokan 0.01 0.34 0.04 0.64 0.03 0.13 0.01 0.05 Perumahan Makanan jadi bayam, 0.00 0.00 Sandang diantaranya cabe rawit, bawang merah, beras, mujair, goreng, -0.03 -0.21 Transportasi -1.50 -4.88 -6 Andil -5 -4 -3 -2 -1 0 1 Inflasi (mtm) April 2011 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah setelah mengalami gangguan pada triwulan I 2011 yang berdampak pada tingginya harga komoditas bahan pangan di awal tahun 2011. 34  MEI 2011 Laju deflasi Kota Manado pada Mei 2011 tercatat sebesar 0.07% (mtm) atau mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Deflasi pada Mei 2011 masih didominasi oleh deflasi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,41% (mtm). Beberapa komoditas makanan yang mengalami penurunan harga adalah daun bawang, bawang putih, daging babi, cakalang, bawang merah, anggur, lemon cina, cumi-cumi, dan jahe. Sementara itu laju deflasi tertahan oleh meningkatnya harga pada kelompok lainnya. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama bulan Mei 2011 antara lain beras, emas perhiasan, kangkung, asuransi, kue kering, cabe rawit, pasta gigi, angkutan udara, apel, dan sabun cair/cuci piring. Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Mei 2011 0.13 0.13 Transportasi -0.03 -0.03 Pendidikan 0.44 0.44 Kesehatan 0.10 0.10 0.04 0.04 0.03 0.03 Sandang Perumahan Makanan jadi Bahan Makanan -0.41 -0.41 -1 Andil 0 0 0 0 0 Inflasi (mtm) Mei 2011 1 Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.  JUNI 2011 Pada akhir triwulan II 2011, laju perkembangan Grafik 2.7. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Maret 2011 harga barang dan jasa secara umum terus menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan Transportasi sebelumnya. Inflasi Kota Manado pada Juni 2011 Pendidikan tercatat sebesar 0,07% (mtm). Tekanan inflasi Kesehatan pada Juni 2011 terutama disebabkan oleh mulai merangkak naiknya harga beberapa komoditas pangan akibat tekanan permintaan setelah mengalami penurunan harga pada awal triwulan 0.02 -0.01 0.00 0.14 0.04 0.03 Sandang 1.16 0.42 0.05 0.20 0.00 0.03 Perumahan Makanan jadi -0.07 -0.25 Bahan Makanan -1 0 II 2011. Beberapa komoditas yang mengalami Andil kenaikan harga selama bulan Juni 2011 antara Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah. 1 2 Inflasi (mtm) Juni 2011 35 lain daging ayam ras, beras, bawang merah, daging babi, mie, emas perhiasan, daun bawang, semen, pepaya, dan parfum. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah cabe rawit, gula pasir, bawang putih, minuman ringan, sandal kulit, telur ayam ras, cakalang asap, kentang, jeruk nipis/limau, dan cabe merah. 2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan II-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) mengalami tekanan relatif minimal. Grafik 2.8. Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya Volatile Administered CORE Grafik 2.9. Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya IHK IHK 12.00 8.00 10.00 6.00 Volatile Administered Core 8.00 4.00 6.00 2.00 4.00 0.00 2.00 1 -2.00 0.00 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2010 2 3 4 5 6 2011 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 -2.00 2009 2010 2011 -4.00 -4.00 -6.00 Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah. Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah. 2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL Inflasi Inti (core inflation) pada Juni 2011 tercatat 2,11% (yoy) dengan sumbangan 1,14% terhadap total inflasi tahunan pada triwulan II-2011. Tekanan inflasi inti meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,46% (yoy) dengan sumbangan 0,79% terhadap total inflasi triwulan I 2011, namun lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama periode sebelumnya yang tercatat sebesar 3,47% (yoy) dengan sumbangan 1,89% terhadap total inflasi triwulan II 2010. Dari sisi domestik, sumber inflasi diprakirakan antara lain berasal dari faktor musiman dan hari raya di tengah terus meningkatnya permintaan sejalan dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Selain itu, faktor ekspektasi masyarakat yang dipengaruhi oleh tingginya harga komoditas internasional dan belum menentunya kebijakan pemerintah mengenai bahan bakar bersubsidi diprakirakan juga turut andil dalam menambah tekanan inflasi. Dari sisi eksternal, 36 tekanan inflasi terutama bersumber dari harga komoditas internasional yang masih cenderung meningkat.  Interaksi Permintaan dan Penawaran Permintaan konsumen Kota Manado pada triwulan II 2011 cenderung meningkat dipicu oleh (i) kenaikan daya beli masyarakat sebagai dampak kenaikan pendapatan sebagian besar masyarakat Sulawesi Utara terutama bagi kalangan PNS/TNI/Polri dan petani perkebunan (ii) pola musiman perayaan Hari Raya Pengucapan Syukur serta persiapan menjelang Bulan Suci Ramadhan. Hal ini tercermin dari tren kenaikan indeks penjualan eceran hasil Survei Pedagang eceran (SPE) Kota Manado yang tercatat sebesar 248,98 pada akhir triwulan II 2011 atau lebih tinggi dari akhir triwulan lalu yang tercatat hanya sebesar 194,62. Sementara dari sisi penawaran, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado persentase kapasitas produksi dari dunia usaha menujukkan peningkatan dari 88,27% pada triwulan I-2011 menjadi 96,91% pada triwulan laporan. Peningkatan permintaan yang diikuti oleh peningkatan penggunaan kapasitas produksi menahan tekanan inflasi yang bersumber dari tekanan permintaan dan penawaran. Grafik 2.10. Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran dan Kapasitas Produksi 120 600 100 500 80 400 60 300 40 200 20 100 - 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2007 2008 2009 2010 2011 Kapasitas Produksi (left axis) Indeks Penjualan Riil (right axis) Ket: Kapasitas produksi (%) berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado Indeks Penjualan Riil hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado 37  Ekspektasi Inflasi Selanjutnya di sisi domestik, ekspektasi para pelaku ekonomi di Sulawesi Utara terhadap laju inflasi cenderung meningkat. Hal ini terutama tercermin dari sisi pengusaha (grafik 2.11) dan pedagang eceran (grafik 2.12) di Sulawesi Utara. Peningkatan ekspektasi tersebut terutama dipengaruhi oleh (i) belum adanya kepastian mengenai rencana kebijakan pemerintah terkait BBM bersubsidi dan kelangkaan BBM bersubsidi yang masih berlanjut di Provinsi Sulut (ii) rencana konversi minyak tanah ke LPG (iii) rencana kenaikan harga LPG ukuran 50 kg dan 12 kg secara bertahap dan (iv) masih berlanjutnya tren kenaikan harga komoditas internasional Grafik 2.11. Perkiraan Harga Barang & Jasa Menurut Pengusaha di Sulawesi Utara Grafik 2.12. Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado 50.00 250 40.00 200 30.00 150 20.00 100 10.00 50 - 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3* 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 (10.00) 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 (20.00) Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado  Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado Eksternal Sementara itu, dari sisi eksternal, tekanan inflasi terutama bersumber dari harga komoditas internasional yang masih cenderung meningkat, terutama harga minyak dan harga emas dunia yang berpengaruh pada harga bahan bakar non subsidi dan harga emas perhiasan domestik. Walaupun sempat menunjukkan penurunan, harga minyak diprakirakan masih cenderung meningkat dan diikuti oleh kenaikan harga komoditaskomoditas lainnya terkait masih tingginya permintaan akan komoditas internasional, baik yang berasal dari negara-negara emerging markets maupun negara-negara maju. Tekanan inflasi dari sisi eksternal tersebut diprakirakan dapat diredam dengan nilai tukar rupiah yang bergerak stabil. Penguatan rupiah ini merupakan bagian dari respon kebijakan Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi, khususnya yang berasal dari kenaikan harga komoditi internasional (imported inflation) 38 Grafik 2.14. Perkembangan Harga World Texas Intermediate (WTI) dan Harga Emas di Pasar Internasional Grafik 2.13. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah USD/Barrel 120 Rp/USD 12,500 12,000 11,500 11,000 $/Oz 1700 100 1500 80 1300 60 1100 40 900 10,500 10,000 9,500 9,000 8,500 20 8,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2008 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 Q3 2010 Q4 Q1 Q2 700 1 3 5 7 9 11 1 2009 2011 3 5 7 9 11 1 2010 3 5 2011 Kurs WTI (left axis) Sumber: Bloomberg Emas (right axis) Sumber: http://blogs.worldbank.org/ 2.2.2 Non Fundamental  Volatile foods Kelompok volatile foods Kota Manado pada Juni 2011 tercatat mengalami inflasi 14,95% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang mencatat inflasi sebesar 22,06% (yoy). Penurunan laju inflasi volatie foods terutama disebabkan oleh membaiknya kondisi pasokan sehingga harga komoditas kelompok tersebut berangsur kembali kearah normal setelah mengalami lonjakan harga pada awal tahun 2011. Grafik 2.18. Perkembangan Harga Komoditas Beras dan Minyak Goreng Kota Manado Triwulan I-2011 14,000 Grafik 2.19. Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit dan Bawang Merah di Kota Manado 80,000 12,000 70,000 10,000 60,000 8,000 50,000 6,000 40,000 30,000 4,000 20,000 2,000 10,000 Jan Feb Mar Apr Beras Superwin Minyak Goreng Sumber : Disperindag Prov. Sulut Mei Juni Jan Feb Cabe Rawit Mar Apr Mei Juni Bawang Merah Sumber : Disperindag Prov. Sulut 39  Administered Price Laju inflasi administered price Kota Manado pada triwulan II-2011 cenderung menurun. Pada Juni 2011 inflasi kelompok administered price tercatat 0,47% (yoy) dengan sumbangan 0.09% terhadap total inflasi, lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu sebesar 3,47% (yoy) maupun triwulan sebelumnya sebesar 1,58% (yoy). Hal ini merupakan dampak dari belum adanya kebijakan pemerintah yang berpengaruh pada inflasi kelompok ini. Namun demikian, rencana pencabutan subsidi minyak tanah dan kelangkaan BBM bersubsidi di Sulawesi Utara dapat menjadi risiko meningkatnya tekanan inflasi pada kelompok administered price. Rencana pencabutan subsidi minyak tanah menyebabkan sejumlah aksi borong oleh masyarakat yang berpotensi menyebabkan peningkatan harga minyak tanah. Selain itu, kelangkaan BBM subsidi masih berlanjut hingga akhir Juni 2011 di sejumlah daerah di Sulawesi Utara. Kebijakan pembatasan pembelian Premium oleh pemerintah dapat sedikit meredam antrian di sejumlah SPBU di Sulut namun masih belum dapat mengatasi perilaku penimbunan dan menjamurnya pedagang bensin eceran. 40 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian, perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan II-2011 menunjukkan pertumbuhan positif. Aset, dana pihak ketiga, dan outstanding kredit mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi penghimpunan dana, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga terutama terjadi pada tabungan. Sementara itu, kredit tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama kredit investasi. Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara mengalami peningkatan dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, stabilitas sistem perbankan yang meliputi aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Aspek penyerapan dana masyarakat yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level sedikit di atas 100%, sebagai akibat laju pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan DPK. Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara Komponen Total Aset Tumbuh Y.o.Y (%) DPK (Rp Miliar) Tumbuh Y.o.Y (%) Kredit outstanding (Rp Miliar) Plafond Kredit (Rp Miliar) Tumbuh Y.o.Y (%) LDR (%) NPL (%) kredit UMKM Share UMKM NPL UMKM (%) Q1 13,635 26.33 8,907 23.90 9,095 10,187 33.30 102.11 3.86 5,841 64.22 4.91 2009 Q2 Q3 14,235 14,860 21.76 20.24 9,448 9,725 21.67 22.64 9,627 10,004 10,647 11,031 22.60 18.34 101.90 102.88 3.72 3.58 6,185 6,270 64.25 62.67 4.96 5.18 Q4 14,769 9.17 9,987 12.72 10,485 11,731 17.36 104.98 2.83 6,414 61.17 4.32 Q1 15,114 10.85 10,220 14.74 10,846 13,133 19.25 106.12 3.57 8,767 80.83 3.49 2010 Q2 Q3 15,925 16,695 11.87 12.35 10,604 11,114 12.24 14.28 11,457 11,904 13,620 14,079 19.00 18.98 108.04 107.11 3.51 3.54 9,408 9,926 82.12 83.38 3.49 3.37 Q4 17,504 18.52 11,428 14.42 12,681 14,986 20.95 110.97 3.18 10,533 83.06 2.94 2011 Q1 Q2 17,984 19,202 18.99 20.58 11,797 12,601 15.43 18.83 12,955 13,958 15,436 16,375 19.44 21.83 109.81 110.76 3.83 3.74 11,158 11,757 86.13 84.23 3.44 3.47 Sumber : Bank Indonesia Manado 3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA Aset perbankan Sulawesi Utara, baik bank umum konvensional, bank umum syariah maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan II-2011 tumbuh positif seiring 41 membaiknya kondisi perekonomian secara makro. Struktur aset perbankan Sulawesi Utara masih didominasi oleh aset bank umum konvensional dengan pangsa mencapai 95,87% dari total aset perbankan. Sementara itu, pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masing-masing sebesar 1,65% dan 2,48%. Apabila dilihat pertumbuhan pangsa asetnya, bank umum syariah dan BPR mengalami pertumbuhan positif pada dua tahun terakhir, meskipun tidak signifikan. Lebih lanjut, dari keseluruhan aset bank, sebesar 67,10% merupakan aset bank pemerintah dan sisanya sebesar 28,77% merupakan aset bank swasta. Grafik 3.1. Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. II-2011 Bank Umum Konvensional Pemerintah 67.10% Bank Umum Syariah 1.65% Bank Umum Konvensional 95.87% Bank Umum Konvensional Swasta 28.77% BPR Konvensional 2.48% BPR Konvensional Bank Umum Syariah Bank Umum Konvensional Pemerintah Bank Umum Konvensional Swasta Sumber: Bank Indonesia Manado Grafik 3.2. Pertumbuhan Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. II-2010 Total Asset BPR Konvensional (left axis) Total Asset BU Syariah (left axis) Bank Umum Konvensional (right axis) 3.00 98.00 2.50 97.50 2.00 97.00 1.50 96.50 1.00 96.00 0.50 95.50 - 95.00 Q1 Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 2010 Q4 Q1 Q2 2011 Sumber: Bank Indonesia Manado 42 3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 25 Bank Umum Konvensional, 3 Bank Umum Syariah, dan 16 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Berdasarkan jaringan kantornya, Bank Umum konvensional maupun syariah memiliki 247 kantor (termasuk kantor unit), sedangkan BPR terdiri dari 46 kantor. Jumlah Bank Umum dan BPR Konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan triwulan lalu. Pertambahan jumlah bank menggambarkan semakin besarnya aktivitas perekonomian di Sulawesi Utara seiring dengan pertumbuhan perekonomian di wilayah ini. 3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL 3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter Dewan Gubernur memandang kondisi perekonomian terus meningkat yang disertai dengan berlanjutnya aliran masuk modal asing dan tren penguatan nilai tukar Rupiah meskipun pada tingkat yang lebih rendah. Tekanan inflasi cenderung menurun, khususnya dengan berlanjutnya koreksi harga pangan. Ke depan, Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah risiko yang berpotensi memberikan tekanan pada stabilitas makroekonomi, khususnya masih akan berlanjutnya arus modal asing, semakin kuatnya permintaan domestik, dan meningkatnya tekanan inflasi khususnya pada tahun 2012. Sebagai langkah antisipatif untuk mengendalikan ekspektasi inflasi kedepan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 9 Juni 2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara terus berlanjut. Sektor perbankan merupakan sektor yang secara langsung akan bereaksi terhadap kenaikan BI Rate. Kenaikan BI Rate pada tanggal 4 Februari lalu sebesar 0,25 basis point menjadi 6,75% berimbas terhadap kenaikan suku bunga pinjaman perbankan pada bulan Maret dan April 2011. Namun demikian, penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman di Sulawesi Utara masih dalam kisaran yang relatif terbatas, ditandai oleh kembali menurunnya suku bunga perbankan pada Mei 2011 dan terus berlanjut hingga akhir triwulan II 2011. Selain itu, penentuan suku bunga pinjaman perbankan juga dipengaruhi oleh struktur Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mampu terserap oleh pihak perbankan. Sebagaimana diketahui, di Sulawesi Utara, komposisi DPK masih didominasi oleh dana murah yaitu tabungan dengan pangsa sebesar 47,25% dari total DPK, biaya yang dikeluarkan oleh perbankan (suku bunga tabungan) masih relatif lebih kecil dibandingkan 43 suku bunga deposito, sehingga kenaikan BI Rate tidak berdampak signifikan terhadap kenaikan suku bunga pinjaman. Berdasarkan data yang bersumber dari Bank Indonesia Manado, sampai dengan akhir Juni 2011, rata-rata tingkat suku bunga kredit tercatat sebesar 14,01%. Menurut jenis penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 13,56% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar 13,95% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 14,37% per tahun. Sementara itu, pergerakan tingkat suku bunga deposito menunjukkan perkembangan yang tidak jauh berbeda. Sampai dengan Juni 2011, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan tercatat sebesar 6,76%, mengalami peningkatan terbatas sepanjang Januari-Juni 2011. Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%) Grafik 3.4. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan (%) Jun Apr Mei Mar Jan Feb Dec Oct Nov Sep Jul Aug Jun May Mar April Jan Jun Apr Mei Mar Jan Feb 2011 BI Rate (Right Axis) 17.5 17.0 16.5 16.0 15.5 15.0 14.5 14.0 13.5 13.0 Feb 2010 Sk. Bunga Kredit (Left Axis) Des Okt Nov 5.50 Sep 13.0 Jul 6.00 Aug 14.0 Jun 6.50 Apr 15.0 May 7.00 Mar 16.0 Jan 7.50 Feb 17.0 Sk. Bunga Deposito (Right Axis) 2010 Modal Kerja Sumber: Bank Indonesia Manado 2011 Investasi Konsumsi Sumber: Bank Indonesia Manado 3.3.2. Penyerapan Dana Masyarakat Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada triwulan II-2011 menunjukan pertumbuhan positif sebesar 18,83% (yoy) menjadi Rp12.601 miliar. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada tabungan yang tumbuh 27,39% (yoy) kemudian disusul oleh deposito sebesar 14,68% (yoy) dan giro sebesar 6,94% (yoy). Terjadinya pertumbuhan penghimpunan DPK mengindikasikan terdapatnya kelebihan likuiditas di masyarakat yang mampu diserap oleh bank. Selain itu, mulai meningkatnya budaya menabung masyarakat Sulut sebagai dampak dicanangkannya program TabunganKu dan Gerakan Siswa Menabung (GSM) diperkirakan turut andil dalam 44 pertumbuhan DPK. Sampai dengan Juni 2011, jumlah DPK yang berhasil dihimpun melalui program TabunganKu tercatat Rp.85,03 miliar dengan jumlah rekening 37.418 Grafik 3.6. Share Dana Pihak Ketiga (DPK) Grafik 3.5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar) 7,000 Giro Deposito Tabungan 18.16% 6,000 5,000 48.24% 4,000 3,000 2,000 33.60% 1,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 Giro Deposito Tabungan 2011 Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh jenis simpanan tabungan sebesar 48,24% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK), disusul kemudian deposito (33,60%) dan giro (18,16%). Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap 65,01% dari total DPK sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (34,99%). Berdasarkan laju pertumbuhannya, dana di bank pemerintah berhasil tumbuh 17,18% (yoy) sedangkan dana di bank swasta tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 22,03% (yoy). Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar) 9,000 Bank Pemerintah 8,000 Bank Swasta 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 Q2 Q3 2010 Q4 Q1 Q2 2011 Sumber: Bank Indonesia Manado 45 Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga yang dihimpun, sebesar 70,55% atau Rp8.890 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa (8,47%), Kabupaten Bolaang Mongondow (8,31%), Kota Bitung (6,62%), dan Kabupaten Sangihe Talaud (6,05%). Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar) Sebaran DPK 2009 Q2 Q3 827 794 669 697 473 575 6,835 6,989 642 669 9,448 9,725 Q1 833 553 440 6,443 639 8,907 Minahasa Bolmong Sangihe Talaud Manado Bitung Total Q4 686 632 488 7,509 673 9,987 2010 Q2 Q3 905 923 885 948 594 680 7,520 7,830 701 734 10,604 11,114 Q1 841 795 559 7,320 705 10,220 2011 Q1 Q2 1,000 1,067 1,011 1,047 736 763 9,000 8,275 8,890 8,000 775 834 7,000 11,797 12,601 Q4 800 891 614 8,375 748 11,428 6,000 5,000 Sumber: Bank Indonesia Manado 4,000 Grafik 3.8. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar) 3,000 Grafik 3.9. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kab/Kota (%) 2,000 1,000 Bitung 14,000 12,000 Manado 10,000 8,000 6,000 Sangihe Talaud 4,000 2,000 - Bolmong Q1 Q2 Bitung 639 642 Manado 6,4 Q3 Q4 Q1 Q2 Q4 Q1 669 673 705 701 734 748 775 6,8 6,9 7,5 7,3 834 7,5 7,8 8,3 8,2 8,8 Sangihe Talaud 440 473 575 488 Bolmong 553 669 697 632 559 594 680 614 736 763 795 885 948 891 1,0 1,0 833 827 794 686 841 905 923 800 1,0 1,0 2009 Minahasa Bitung Manado Q3 2010 Sangihe Talaud Sumber: Bank Indonesia Manado Bolmong Q2 2011 Minahasa 0 10 Q2-10 20 Q4-10 30 40 50 Q2-11 Minahasa Sumber: Bank Indonesia Manado Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi dialami oleh Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud sebesar 28,36% (yoy). Selanjutnya Kota Bitung, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Manado, dan Kabupaten Minahasa tumbuh masing-masing sebesar 19,10% (yoy), 18,39% (yoy), 18,22% (yoy) dan 17,86% (yoy). 46 3.3.3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor Pada triwulan II-2011 pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara lebih didorong oleh kredit investasi dan konsumsi. Kredit secara umum tercatat Rp.13.958 miliar atau tumbuh 21,83% (yoy), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat mengalami pertumbuhan 19% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan dialami oleh kredit investasi yang mencapai jumlah Rp2.015 miliar atau tumbuh 82,88% (yoy). Sementara itu, untuk jenis kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing sebesar Rp4.580 miliar dan Rp7.363 miliar atau tumbuh 24,64% (yoy) dan 10,22% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja pada periode laporan diperkirakan didorong oleh pembangunan infrastruktur penunjang serta sarana dan prasarana daerah yang terus ditingkatkan telah mendorong minat pelaku usaha untuk melakukan investasi di Sulawesi Utara. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit secara umum. Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%) gModal Kerja (%) gKonsumsi (%) 80 gInvestasi (%) gTotal Kredit (%) 2011 90 Grafik 3.11. Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (Rp. Miliar) Q2 Q1 70 Q4 60 2010 50 40 30 Q3 Q2 Q1 20 Investasi Q4 0 -10 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 Q2 Q3 2010 Q4 Q1 Q2 2011 2009 10 Q3 Modal Kerja Q2 Konsumsi Q1 - Sumber: Bank Indonesia Manado 2,000 4,000 6,000 8,000 Sumber: Bank Indonesia Manado Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar 52,75% dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar 32,81%, kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 14,44%. Mendominasinya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya searah dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama didorong oleh aktivitas konsumsi. Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 29,47% dari total kredit. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan, bank umum pemerintah mendominasi penyaluran kredit dibandingkan 47 dengan bank umum swasta nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan Rp10.596 miliar atau mencapai pangsa pasar 75,91% sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar Rp3.362 miliar dengan pangsa pasar 24,09% dari total kredit. Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi Grafik 3.13. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 16,000 14,000 3.08% 2.95% 6.65% 12,000 10,000 8,000 29.47% 6,000 57.85% 4,000 2,000 - Lainnya (Konsumsi) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Perdagangan, Hotel & Restoran 2009 Konstruksi Jasa Dunia Usaha 2010 Bank Swasta Sektor Lainnya Sumber: Bank Indonesia Manado 2011 Bank Pemerintah Sumber: Bank Indonesia Manado Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp13.958 miliar, tercatat 64,34% atau sebesar Rp8.980 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 13,05% (Rp1.822 miliar), Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 10,11% (Rp1.411 miliar), Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 6,2% (Rp.865 miliar) dan Kota Bitung sebesar 6,3% (Rp.879 miliar). Grafik 3.14. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar) Grafik 3.15. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%) 16,000 14,000 Bitung Q2 2010 12,000 10,000 Manado Q4 2010 8,000 6,000 Sangihe Talaud 4,000 2,000 Q2 2011 Bolmong Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Minahasa 2009 Sangihe Talaud 2010 Bitung Bolmong Sumber: Bank Indonesia Manado Minahasa 2011 Manado - 10 20 30 40 Sumber: Bank Indonesia Manado 48 Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi dialami Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 24,22% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Bolmong 19,21% (yoy). Sementara itu Kabupaten Minahasa, Kota Manado dan Kota Bitung masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 23,36% (yoy), 21,9% (yoy) dan 21,83% (yoy). 3.3.4. Kredit MKM Pertumbuhan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) yang disalurkan oleh bank umum konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan. Hal ini mencerminkan keberpihakan perbankan terhadap UMKM. Sampai dengan triwulan II-2011, posisi kredit MKM tercatat Rp11.757 miliar atau tumbuh 24,97% (yoy). Jika dilihat berdasarkan skalanya, kredit kecil (di atas Rp50 juta namun di bawah Rp500 juta) memiliki pangsa terbesar yakni 63,14%, kredit menengah (di atas Rp500 juta namun di bawah Rp5 miliar) pangsanya mencapai 26,19%, dan sisanya 10,66% merupakan kredit mikro (di bawah Rp50 juta). Sementara itu, jika dilihat tren pertumbuhan laju kredit MKM pada grafik 3.16, nampak bahwa pada triwulan laporan, persentase pertumbuhan kredit MKM mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi 24,97% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu (52,10%). Penurunan pertumbuhan kredit MKM disebabkan oleh perubahan definisi kredit MKM dari Bank Indonesia yang mulai diimplementasikan oleh bank pelapor melalui Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) pada pertengahan tahun 2009. Sebelum adanya perubahan definisi kredit ini, bank pelapor masih memasukkan data kredit konsumsi kedalam komponen kredit MKM. Dalam masa transisi, beberapa bank pelapor telah menghilangkan kredit konsumsi dari komponen kredit MKM sehingga jika dilakukan perbandingan dengan data sebelumnya akan menghasilkan penurunan laju pertumbuhan. Grafik 3.16. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%) 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 Kredit Umum Q2 Q3 Q4 2010 Kredit UMKM Q1 Q2 2011 Sumber: Bank Indonesia Manado 49 Jika melihat pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan pada triwulan II-2011, pangsa kredit MKM tercatat 84.23%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 82,12% (yoy). Kenaikan pangsa kredit MKM ditopang oleh semakin membaiknya kualitas kredit yang disalurkan tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) sebesar 3,47% pada akhir triwulan II tahun 2011. Grafik 3.17. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar) Grafik 3.18. Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar) 8,000 2011 7,000 6,000 5,000 Q2 Q1 Q4 2010 4,000 3,000 2,000 Menengah Q3 Q2 Kecil Q1 1,000 - Mikro Q4 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 Mikro Q3 Q4 Q1 2010 Kecil Q2 2011 Menengah 2009 Q1 Q3 Q2 Q1 - Sumber: Bank Indonesia Manado 50 100 150 200 Sumber: Bank Indonesia Manado 3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan BOPO) menunjukkan perkembangan yang positif. 3.4.1 Risiko Kredit Pada triwulan II-2011 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPLs) dan konsentrasi kredit secara keseluruhan. Ratio NPLs (bruto) tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%) tercatat sebesar 3.47%. Dengan nilai NPLs yang relatif terjaga maka terdapat peluang untuk terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit, terutama pada sektor-sektor yang produktif. Lebih lanjut, terdapat penurunan NPLs pada hampir semua sektor ekonomi terutama pada sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya 50 perbankan dalam perbaikan kualitas kredit. Selain itu, perbaikan kualitas kredit pertanian pada triwulan laporan diperkirakan merupakan dampak membaiknya kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjamannya seiring dengan naiknya harga beberapa komoditi perkebunan seperti cengkih, kopra dan pala. Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat terlihat bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang relatif rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi) dengan pangsa mencapai 57,85% dari total kredit memiliki tingkat NPL sebesar 2,2%. Grafik 3.19. Kredit & NPLs Sektoral Tw. II-2011 8,000 12.00 Kredit (Rp miliar) 7,000 NPL (%) 6,000 8.00 5,000 4,000 3,000 4.00 2,000 Keterangan : 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri 4 = Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 = Konstruksi 6 = PHR 7 = Transportasi&Komunikasi 8 = Jasa-jasa 9 = Lainnya (Konsumsi) 1,000 - 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sumber: Bank Indonesia Manado 3.4.2 Risiko Likuiditas Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada triwulan laporan cukup terkendali, walaupun perlu terus mendapat perhatian. Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu sumber pembiayaannya, Dana Pihak Ketiga (DPK) di Sulawesi Utara cenderung didominasi oleh dana-dana jangka pendek (tabungan) yang berpotensi menciptakan maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan jangka waktunya relatif lebih panjang daripada penempatan dana masyarakat. Kondisi ini perlu dikelola dengan baik oleh perbankan, dimana perbankan dituntut untuk mampu memproyeksikan profil DPK-nya. Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat 110,76%, meningkat dari posisinya di periode yang sama tahun lalu sebesar 108,04%. Perlu digaris 51 bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya rasio LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun bank. Berdasarkan terendah wilayah dialami administratifnya, oleh Kota rasio Manado Grafik 3.20. Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota LDR sebesar 101,02%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabu Bitung Q2 2010 paten Minahasa sebesar 170,77%, disusul kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Manado sebesar 134,68%, Kabupaten Sangihe Talaud sebesar Sangihe Talaud 113,46%, dan Kota Bitung sebesar 105,40%. Q4 2010 Q2 2011 Bolmong Tingginya rasio LDR di wilayah-wilayah tersebut Minahasa mengindikasikan bahwa wilayah tersebut merupakan kawasan yang sedang berkembang dan - 50 100 150 200 250 Sumber: Bank Indonesia Manado membutuhkan banyak kucuran dana, yang diantaranya diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah tersebut. 3.4.3 Risiko Pasar Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga, meskipun ada sedikit peningkatan suku bunga akibat kenaikan BI Rate, namun dampak dari kenaikan ini relatif kecil. Sementara itu, volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya transaksi valuta asing di perbankan Sulawesi Utara. 3.4.4 Indikator perbankan lainnya  Rasio Kelonggaran Tarik Kredit Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan II-2011 memperlihatkan adanya kecenderungan peningkatan. Tercatat rasio kelonggaran tarik pada Juni 2011 sebesar 2,43%, mengalami kenaikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 2,15%. Hal ini mencerminkan bertambahnya jumlah kredit yang tidak dicairkan oleh nasabah, sehingga risiko idle money pada perbankan Sulawesi Utara lebih besar. 52  Net Interest Margin (NIM) Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai salah satu indikator penilaian terkait kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum, saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut Net Interest Margin (NIM) pada triwulan laporan menunjukkan angka yang positif sebesar Rp827 miliar, mengalami peningkatan bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp730 miliar. Grafik 3.22. Net Interest Margin Bank Umum (Rp Miliar) Grafik 3.21. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum Rp Miliar 18,000 7 16,000 6 2,000 14,000 5 1,500 12,000 4 10,000 3 8,000 2 6,000 1 4,000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 Plafond Q2 Q3 Q4 2010 Q1 Q2 1,000 500 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 2010 10,1 10,6 11,0 11,7 13,1 13,6 14,0 14,9 15,4 16,3 Pend.Bunga 363 748 9,62 10,0 10,4 10,8 11,4 11,9 12,6 12,9 13,9 Biaya Bunga 78 Rasio UL (%) 6.20 5.50 5.38 6.31 2.32 2.15 2.62 2.50 2.62 2.43 NIM 285 513 805 1,1 1,1 Q2 Q3 Q4 2010 Outstanding 9,09 Sumber: Bank Indonesia Manado  2,500 % 1,5 490 1,0 2,0 Q1 Q2 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 - 2011 2,0 576 1,1 235 348 456 134 276 426 589 162 332 356 730 1,5 1,5 414 827 Sumber: Bank Indonesia Manado Rasio BOPO Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan meningkat yang tercermin dari penurunan rasio BOPO bank umum dari 77,08% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi 72,06% pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa bank sudah lebih efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Kondisi ini patut dipertahankan secara berkesinambungan terutama dalam menjaga daya saing perbankan nasional dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi Asia (MEA).  Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan II-2011, rasio ROA bank umum tercatat sebesar 2,2%, mengalami peningkatan bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,96%. Peningkatan rasio ROA ini didorong oleh tingginya presentase kenaikan total aset yang mampu dikelola dengan baik oleh bank untuk menghasilkan laba. 53 Grafik 3.23. Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum % Rp Miliar 2,500 80 78 76 74 72 70 68 66 64 62 60 2,000 1,500 1,000 500 - Q1 Grafik 3.24. Return On Asset Bank Umum Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - 2011 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 Q2 Q3 Q4 2010 Q1 Q2 2011 BO 322 683 997 1,3 377 847 1,2 1,6 421 921 PO 423 880 1,3 1,8 538 1,0 1,6 2,2 632 1,2 Aset (Rp Juta) - Left Axis 13,635 14,235 14,860 14,769 15,114 15,928 16,695 17,504 17,984 19,202 Rasio 76. 77. 73. 71. 70. 77. 71. 70. 66. 72. L/R (Rp Juta) - Right Axis 134 253 459 428 167 313 600 550 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 - 534 527 212 423 Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado 3.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif. Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai dengan posisi Juni 2011 meningkat signifikan sebesar 65,87% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 53,33%. Sementara itu DPK yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 47,34% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit Ratio (FDR) meningkat dari 205,91% pada triwulan II-2010 menjadi sebesar 214,20% pada triwulan II-2011. Kedepan, diperlukan upaya penguatan inovasi produk dan infrastruktur industri serta penguatan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kinerja perbankan syariah. Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar) 2009 2010 2011 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Asset 129.31 142.58 149.30 161.37 165.76 199.25 288.12 304.69 331.31 330.49 DPK 155.29 167.43 164.40 94.68 83.20 90.29 104.37 125.46 128.38 133.03 Giro 11.94 13.78 14.80 13.71 7.89 9.10 11.85 13.81 13.12 12.14 Tabungan 91.70 101.52 98.27 61.22 50.51 59.52 67.33 79.98 76.95 34.87 Deposito 51.65 52.12 51.33 19.76 24.80 21.68 25.20 31.67 38.30 86.02 120.94 134.27 139.50 145.25 150.07 185.92 217.44 240.06 246.04 285.07 243.62 Kredit Modal Kerja Q2 114.90 127.07 129.54 133.15 135.83 170.57 199.82 215.85 217.87 Investasi 2.41 2.74 2.73 2.84 2.99 3.33 3.55 3.60 3.62 3.96 Konsumsi 3.63 4.45 7.23 9.26 11.25 12.02 14.07 20.61 24.55 37.49 77.88 80.19 84.85 153.41 180.37 205.91 208.33 191.35 191.65 214.29 FDR (%) Sumber: Bank Indonesia Manado 54 3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar) Komponen 2009 Q1 Q2 2010 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 Q3 Q4 Q1 Q2 Y.o.Y Aset 207.9 220.4 237.8 241.1 272.0 301.9 334.3 402.0 430.6 496.2 64.35% DPK 153.0 160.3 171.5 170.9 192.8 221.8 255.0 281.8 308.4 348.5 57.10% Deposito 108.8 113.1 120.3 119.7 135.7 155.2 189.7 207.0 236.5 267.9 72.70% Tabungan 44.2 47.2 51.2 51.3 57.0 66.7 65.4 74.8 71.9 80.6 20.82% 163.7 181.5 195.6 202.7 212.3 230.3 246.8 288.3 322.5 383.6 66.58% Modal Kerja 39.6 45.7 51.0 54.4 56.4 63.3 74.1 81.9 104.4 92.4 45.85% Investasi 14.5 13.5 13.4 13.5 13.1 14.1 12.3 10.9 15.7 14.1 0.61% Konsumsi 109.5 122.3 131.2 134.8 142.8 152.9 160.5 195.5 202.4 277.1 81.24% Pertanian 3.1 3.2 3.9 4.4 4.8 4.5 4.8 4.4 4.5 4.7 2.59% Perindustrian 0.5 0.6 0.5 0.6 0.6 0.7 0.9 3.9 5.4 3.6 398.32% PHR 28.1 28.2 31.6 31.7 34.1 37.8 41.4 43.8 41.8 46.2 22.23% Jasa-jasa 14.3 15.1 18.1 16.2 18.6 18.5 20.5 18.7 53.6 33.6 81.54% Lain-lain 117.7 134.4 141.5 149.8 154.2 168.6 179.2 217.5 217.2 295.4 75.18% LDR (Persen) 107.0 113.2 114.0 118.6 110.1 103.8 96.8 102.3 104.6 110.1 NPL (Persen) 3.5 3.2 3.3 2.9 3.4 3.8 4.4 4.2 4.7 3.8 Kredit Jenis Penggunaan Sektoral Sumber: Bank Indonesia Manado Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II-2011 menunjukkan pertumbuhan positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Namun demikian, hal ini tidak diikuti dengan perbaikan kualitas kredit dan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Aset BPR pada Juni 2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 64,35% (yoy), menjadi Rp496,2 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit tercatat 66,58% atau mencapai Rp383,6 miliar. Secara sektoral, kredit terutama disalurkan pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan pangsa 77,02% dan sektor jasa-jasa dengan pangsa 8,77%. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 72,23% dari total kredit. Hal ini diperkirakan tidak lepas dari kegiatan konsumsi masih menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi daerah disamping meningkatnya aktivitas ekonomi khususnya di sektor konsumsi yang didorong oleh kenaikan pendapatan sebagian besar masyarakat di Sulawesi Utara. Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 57,10%(yoy), menjadi Rp348,50 miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya, deposito masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 76,88%. Pertumbuhan DPK BPR jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK bank umum. Hal ini diduga terkait dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga simpanan di BPR dibandingkan suku bunga perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan perhatian lebih pada penataan ulang efisiensi BPR, terutama bagaimana dapat menekan suku bunga pinjaman yang saat ini 55 berada pada tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya suku bunga sumber dana pembiayaan BPR. Rasio LDR mengalami peningkatan dari 103,80% pada triwulan II-2010 menjadi 110.1% pada triwulan laporan. Kualitas kredit BPR membaik seperti yang ditunjukkan oleh tren penurunan persentase kredit bermasalah (NPL gross) menjadi 3,8% pada triwulan II-2011. 56 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan output, mencapai pertumbuhan dan stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum. Selain itu, APBD merupakan kebijakan operasional yang menjadi turunan dari strategi pembangunan pemerintah daerah yang telah ditetapkan, sehingga dapat terlihat arah keberpihakan pemerintah daerah. APBD seharusnya menggambarkan angka-angka ekonomis yang mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk memecahkan masalah dan meningkatkan kesejahteraannya. Pada hakikatnya anggaran daerah merupakan alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Pembahasan dan analisa kinerja APBD dalam laporan ini meliputi perkembangan kinerja anggaran pemerintah daerah di tingkat Provinsi, sedangkan kinerja anggaran untuk 15 Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Utara belum dapat tersajikan dalam laporan karena terkendala oleh keterbatasan data yang diperoleh. Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2011 khususnya Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU) mencapai Rp5,67 Triliun atau naik 12,05% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari DAU yang naik 10,72% (yoy), mencapai Rp4,96 triliun. Sejalan dengan itu, DAK juga mengalami peningkatan 1,33% (yoy) atau mencapai Rp709,18 miliar pada periode laporan. Tabel 4.1. Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara Dana Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Khusus (DAK) TOTAL 2007 3,071,594 501,621 3,573,215 2008 3,427,845 673,556 4,101,401 2009 4,059,322 887,196 4,946,518 2010 4,431,419 699,748 5,131,167 2011 4,963,779 709,185 5,672,964 Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu 57 4.1. Dana Perimbangan di Sulawesi Utara Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat bagi Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara Tahun 2011 meningkat sebesar 12,05% dibandingkan dengan Tahun 2010. Secara agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp5,67 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi di Tahun 2011 mengalami peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu. Tabel 4.2. Dana Perimbangan ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara Daerah Sulawesi Utara Bolaang Mongondow Minahasa Sangihe Bitung Manado Kepualuan Talaud Minahasa Selatan Tomohon Minahasa Utara Kotamobagu Bolaang Mongondow Utara Kepualuan Sitaro Minahasa Tenggara Bolmong Timur Bolmong Selatan TOTAL DAK 2010 2011 17,439 29,288 42,412 52,681 41,869 50,652 56,607 60,702 25,800 28,000 28,014 42,959 45,112 45,301 44,944 43,241 20,799 34,560 39,959 47,726 45,704 27,514 43,760 45,454 40,859 46,520 35,234 44,095 53,204 56,185 46,889 54,309 628,605 709,185 DAU 2010 2011 558,635 619,711 295,800 320,510 374,744 409,491 286,315 322,079 274,296 304,672 420,481 482,454 256,908 278,873 289,949 331,072 219,721 247,394 266,587 307,575 201,553 223,190 208,127 228,525 222,678 256,258 220,929 254,096 161,164 182,376 176,192 195,503 4,434,079 4,963,779 Sumber : BAPPEDA Sulut, diolah Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun 2011, Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp648,99 miliar dengan pangsa 11,44%. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar Rp525,41 miliar dengan pangsa 9,26% dari total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar Rp.460,14 miliar dengan pangsa 8,11% dan Kabupaten Sangihe sebesar Rp382,78 miliar dengan pangsa 6,75%. Alokasi dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa 4,21% dari total dana perimbangan atau sebesar Rp238,56 milliar. 58 Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011 Grafik 4.1. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010 4.23% 4.41% 5.06% 4.21% 11.38% 6.68% 5.21% 4.98% 8.23% 4.88% 6.77% 6.06% Bolmong Minahasa Sangihe Bitung Manado Kep. Talaud 6.61% Minsel Tomohon Minut Kotamobagu Bolmut Kep. Sitaro 5.93% 4.75% Provinsi Boltim Minteng 11.44% 5.26% 6.58% 5.34% 4.83% 8.11% 4.42% 6.75% 6.26% 5.86% Bolsel 4.97% 8.86% 4.40% 6.60% Provinsi Bolmong Minahasa Sangihe Bitung Manado Kep. Talaud Minsel Tomohon Minut Kotamobagu Bolmut Kep. Sitaro Minteng Boltim Bolsel 9.26% 5.71% 5.97% Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah Grafik 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011 700,000 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 DAU 100,000 DAK Dana Perimbangan - Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah Berdasarkan komponennya, alokasi dana perimbangan di masing – masing kabupaten/kota di Sulawesi Utara pada APBD Tahun 2011 sebagian besar berasal dari Dana Alokasi Umum dengan pangsa mencapai 87,50%. 4.2. APBD di Tingkat Provinsi Kapasitas fiskal Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan terutama berasal dari pendanaan transfer pemerintah pusat ke daerah (dana perimbangan). Total realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II-2011 telah mencapai Rp642,97 miliar. Jika melihat persentase realisasinya, realisasi pendapatan pada triwulan laporan hanya tercatat sebesar 51% dari total target pendapatan tahun 2011, lebih rendah dibandingkan realisasi pendapatan pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 53%. 59 Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,29 triliun atau meningkat 8,27% dari tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Pada triwulan II-2011 realisasi belanja pemerintah tercatat hanya mencapai 35,3%, sama dengan realisasi pada triwulan II-2010. Tabel 4.3. Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2011 (dlm jutaan rupiah) No I II III Uraian Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Transfer Lain-lain PAD yang Sah Belanja Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) Pembiayaan Penerimaan Daerah - SILPA Pengeluaran Daerah APBD-P 2010 (Rp Juta) 1,112,727 389,762 631,074 91,890 1,198,753 869,647 189,039 2,500 137,566 86,026 388,026 88,026 302,000 Realisasi APBD Tw. II-2010 Nominal % 589,394 53.0 199,718 51.2 356,875 56.6 32,801 35.7 423,568 35.3 349,867 40.2 32,634 17.3 405 16.2 40,662 29.6 (215,000) 39,000 10.1 254,000 84.1 APBD 2011 (Rp Juta) 1,259,702 451,755 807,647 300 1,297,908 892,324 223,584 10,000 172,000 38,207 40,207 40,207 2,000 Realisasi APBD Tw. II-2011 Nominal % 642,986 51.0 244,235 54.1 398,621 49.4 129 43.1 457,810 35.3 331,306 37.1 60,777 27.2 300 3.0 65,427 38.0 185,176 0 0.0 0 0.0 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah 4.2.1. Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi Secara umum, target pendapatan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mengalami peningkatan dari Rp1,11 triliun pada triwulan II-2010 menjadi Rp1,26 triliun pada triwulan II-2011. Berdasarkan 3 (tiga) komponen pembentuknya yakni Pendapatan Asli Daerah (PAD), pendapatan transfer dan pendapatan lainnya (hibah), pendapatan transfer merupakan komponen terbesar sumber pendapatan daerah (64,1%). Hal ini menandakan kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat Sulawesi Utara sebagian besar masih digerakkan oleh dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat. Sementara itu jika melihat sisi PAD, kontribusi PAD terhadap total pendapatan 2011 hanya tercatat sebesar 35,9%. Sumber utama PAD masih berasal dari penerimaan pajak (90,75%) sedangkan sisanya dalam bentuk retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain. Pemulihan perekonomian dan meningkatnya kepercayaan konsumen atas kondisi perekonomian yang ditunjukkan oleh tingginya penjualan kendaraan bermotor, maraknya pembangunan pusat perbelanjaan turut menyumbang pendapatan melalui komponen pajak 60 dan retribusi daerah. Realisasi PAD pada triwulan laporan juga tercatat lebih baik (54,1%) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (51,2%). Tabel 4.4. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2011 (dlm jutaan rupiah) Uraian PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah - Pajak Daerah - Retribusi Daerah - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah - Lain-lain Pendapatan Transfer - Dana Bagi Hasil Pajak - Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) - Dana Alokasi Umum - Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan yang Sah APBD-P 2010 (Rp Juta) Realisasi APBD Tw. II-2010 Nominal % 1,112,727 389,762 349,132 11,195 13,554 15,882 722,965 54,035 965 558,635 17,439 91,890 589,394 199,718 172,510 4,880 13,484 8,845 356,875 25,032 534 325,956 5,353 32,801 53.0 51.2 49.4 43.6 99.5 55.7 49.4 46.3 55.3 58.3 30.7 35.7 APBD 2011 (Rp Juta) 1,259,702 451,755 409,963 6,591 20,000 15,200 807,647 54,035 965 619,711 29,288 103,947 Realisasi APBD Proporsi Tw. II-2011 APBD 2011 (%) Nominal % 100.0 35.9 90.7 1.5 4.4 3.4 64.1 6.7 0.1 76.7 3.6 8.3 642,986 244,235 232,150 3,125 8,960 398,621 79,773 206 309,856 8,786 129 51.0 54.1 56.6 47.4 58.9 49.4 147.6 21.3 50.0 30.0 0.1 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah 4.2.2. Belanja Daerah di Tingkat Provinsi Total belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD 2011 adalah sebesar Rp1,29 triliun, mengalami peningkatan dibandingkan total belanja pada APBD-P 2010 sebesar Rp1,12 triliun. Namun, peningkatan pada alokasi anggaran belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Sampai dengan triwulan II-2011 realisasi belanja tercatat sebesar 35,3% dari total anggaran atau tidak terdapat perubahan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Menurut komponen pembentuknya, belanja Provinsi didominasi oleh belanja operasional dengan pangsa 68,8% atau mencapai Rp892,32 miliar, sisanya bersumber dari belanja modal (17,2%), transfer (13,3%) dan belanja tidak terduga (0,8%). Sampai dengan triwulan II-2011 realisasi belanja operasional hanya mencapai 37,1% atau sebesar Rp331,31 miliar, lebih rendah dibandingkan triwulan II-2010 yang tercatat sebesar 40,2% (Rp349,87 miliar). 61 Tabel 4.5. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2011 (dlm jutaan rupiah) Uraian BELANJA Belanja Operasi - Belanja Pegawai - Belanja Barang - Belanja Hibah - Belanja Bantuan Sosial - Belanja Bantuan Keuangan Belanja Modal - Belanja Tanah - Belanja Peralatan dan Mesin - Belanja Bangunan dan Gedung - Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan - Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Tak Terduga Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) APBD-P 2010 (Rp Juta) Proporsi APBD 2010 (%) 1,198,753 869,647 386,877 305,342 125,929 47,500 4,000 189,039 13,800 39,830 33,402 98,888 3,119 2,500 137,566 Realisasi APBD Tw. II-2010 Nominal 100.0 72.5 44.5 35.1 14.5 5.5 0.5 15.8 7.3 21.1 17.7 52.3 1.6 0.2 11.5 423,568 349,867 184,591 93,019 49,020 19,236 4,000 32,634 3,000 5,600 4,876 19,035 122 405 40,662 % 35.3 40.2 47.7 30.5 38.9 40.5 100 17.3 21.7 14.1 14.6 19.2 3.9 16.2 29.6 Realisasi APBD Proporsi Tw. II-2011 APBD 2011 (%) Nominal % APBD 2011 (Rp Juta) 1,297,908 892,324 476,316 329,125 35,383 45,720 5,780 223,584 24,000 37,383 30,273 128,305 3,623 10,000 172,000 100.0 68.8 53.4 36.9 4.0 5.1 0.6 17.2 10.7 16.7 13.5 57.4 1.6 0.8 13.3 457,810 331,306 192,621 115,478 12,586 10,496 125 60,777 160 18,361 11,624 28,693 1,939 300 65,427 35.3 37.1 40.4 35.1 35.6 23.0 2.16 27.2 0.7 49.1 38.4 22.4 53.5 3.0 38.0 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah Berbeda dengan realisasi belanja operasional yang mengalami penurunan, realisasi belanja modal pada triwulan laporan mengalami peningkatan dari 17,3% pada triwulan II-2010 menjadi 27,2% pada triwulan laporan. Peningkatan belanja modal ini sejalan dengan realisasi proyek fisik pemerintah seperti pembangunan/perbaikan jalan, irigasi dan lainnya yang telah berjalan. Tabel 4.6. Proyek Penataan Kawasan Sulut 2011 No Kegiatan Anggaran (Rp) 1 Dukungan PSD Tradisional Minahasa (Kampung Jawa) 735.636.000 2 Revitalisasi Kawasan Pantai Malalayang 680.000.000 3 Revitalisasi Kawasan Jalan Lembong 996.667.000 4 Revitalisasi Kawasan Tenda Biru Bitung 924.000.000 5 Revitalisasi Kawasan Kantor Bupati Minut 915.582.000 6 Revitalisasi Kawasan Ranapayo Minsel 937.440.000 7 Revitalisasi Kawasan Kelurahan Tidore, Tahuna 914.885.000 8 Penataan RTH Lap. Boki Hotinimbang, Kotamobagu 730.162.000 9 Penataan RTH Lap. Manguni Sasaran, Tondano 10 Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RIK) Manado 1.310.000.000 11 Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RIK) Bitung 1.285.540.000 720.129.000 Sumber : Satker Penataan Bangunan Lingkungan Sulut Jika dilihat lebih jauh lagi, dibandingkan dengan tahun 2010 proposi antara belanja operasional dan belanja modal mengalami sedikit pergeseran. Pada APBD 2011, proporsi belanja operasional tercatat 68,75%, lebih rendah dari proporsi pada APBD-P 2010 yang 62 tercatat 72,55%. Sedangkan untuk belanja modal, pada APBD-P 2011 proporsinya tercatat sebesar 17,23%, lebih tinggi dibandingkan APBD-P 2010 (15,77%). Hal ini menunjukkan bahwa belanja daerah sudah mulai dialokasikan untuk kegiatan produktif. Komponen belanja pemerintah lainnya dalam APBD Provinsi adalah transfer (dana bagi hasil ke Kab/Kota). Realisasi transfer dana bagi hasil pada triwulan laporan tercatat sebesar 38% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 29,6%. Peningkatan ini dapat dikonfirmasi melalui realisasi total dana bagi hasil pajak yang telah diserahkan kepada Kab/Kota di Sulut sampai bulan Juni 2011 adalah sebesar Rp14.28 miliar. Dari 15 Kab/Kota, Kota Manado memperoleh nilai tertinggi sebesar Rp4 miliar dan Kab. Bolaang Mongondow Selatan memperoleh nilai terendah sebesar Rp484.7 juta Tabel 4.7. Komposisi Dana Bagi Hasil Pajak Ke Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara No Kabupaten Jumlah Dana (Rp) 1 Kota Manado 4.016.810.079 2 Kabupaten Minahasa 1.084.317.589 3 Kota Bitung 1.288.738.836 4 Kab. Kepulauan Sangihe 631.523.673 5 Kab. Kepulauan Talaud 518.395.674 6 Kab. Bolaang Mongondow 665.865.479 7 Kab. Minahasa Selatan 903.113.645 8 Kab. Minahasa Utara 1.303.170.065 9 Kota Tomohon 753.907.533 10 Kep. Sitaro 455.335.629 11 Kab. Minahasa Tenggara 692.573.133 12 Kab. Bolaang Mongondow Utara 479.789.167 13 Kota Kotamobagu 798.641.690 14 Bolaang Mongondow Timur 488.287.942 15 Bolaang Mongondow Selatan 484.705.857 TOTAL 14.283.401.066 Sumber : Biro Keuangan Setdaprov. Sulut 4.2.3. Pangsa APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar Peran keuangan daerah terhadap perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II-2011 tercatat mengalami peningkatan. Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos belanja dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 3,96% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara di triwulan II-2011, sedangkan realisasi belanja modal hanya memiliki pangsa sebesar 0,61%. Kontribusi di tingkat kabupaten dan kota relatif sulit untuk diperoleh 63 sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki. Secara total, realisasi anggaran belanja dan modal dalam APBD provinsi memiliki pangsa sebesar 4,56% terhadap PDRB harga berlaku Sulawesi Utara triwulan II-2011. Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai dengan posisi 30 Juni 2011 berada pada kondisi kontraksi yang berarti jumlah pendapatan pemerintah lebih besar dibandingkan jumlah pengeluaran (belanja pemerintah). Tabel 4.8. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil s.d. 30 Juni 2011 (dlm jutaan rupiah) Realisasi APBD Uraian Tw.II-2011 % thd PDRB (Rp Juta) PENDAPATAN 642,986 6.41 244,235 Pendapatan Asli Daerah 2.43 232,150 - Pajak Daerah 2.31 3,125 - Retribusi Daerah 0.03 - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 0.00 - Lain-lain 8,960 0.09 Transfer 398,621 3.97 - Dana Bagi Hasil Pajak 79,773 0.80 - Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 206 0.00 - Dana Alokasi Umum 309,856 3.09 - Dana Alokasi Khusus 8,786 0.09 Lain-lain Pendapatan yang Sah 129 0.00 BELANJA 457,810 4.56 Konsumsi Pemerintah 397,033 3.96 - Belanja Pegawai 192,621 1.92 - Belanja Barang 115,478 1.15 - Belanja Hibah 12,586 0.13 - Belanja Bantuan Sosial 10,496 0.10 - Belanja Bantuan Keuangan 125 0.00 - Belanja Tak Terduga 300 0.00 - Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 65,427 0.65 Pembentukan Modal Tetap Bruto (Blnj Modal) 60,777 0.61 Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah 64 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari satu pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun Real Time Gross Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional baik tunai maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai representasi Bank Indonesia di daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Manado. Pada triwulan II-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), untuk wilayah Sulawesi Utara, baik secara nominal maupun nominal meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai transaksi dan volume pembayaran melalui kliring di wilayah Sulawesi juga mengalami peningkatan. Sementara itu, jumlah aliran uang masuk (inflow) ke KBI Manado, baik secara triwulanan maupun tahunan mengalami peningkatan, namun aliran uang keluar (outflow) mengalami penurunan. 5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow) Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan II-2011 di wilayah kerja KBI Manado menunjukkan terjadinya net outflow. KBI Manado mengalami net outflow sebesar Rp183 miliar, setelah mengalami net inflow pada triwulan sebelumnya. 65 Aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan II-2011 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini tercermin pada penurunan jumlah uang kartal yang dikeluarkan Kantor Bank Indonesia Manado (outflow), yakni dari Rp524 miliar pada triwulan II-2010 menjadi Rp510 miliar pada triwulan laporan. Sementara itu, aliran uang kartal yang masuk dari masyarakat dan perbankan ke Kantor Bank Indonesia Manado (inflow) pada triwulan II2011 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan triwulan lalu dan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Secara nominal, jumlah uang kartal yang masuk ke KBI Manado adalah sebesar Rp327 miliar, mengalami peningkatan 8,03% (yoy). Namun demikian, secara total aliran uang kartal di KBI Manado masih menunjukkan adanya net outflow Rp183 miliar dimana secara nominal uang kartal yang keluar (Rp510 miliar) lebih besar dari uang kartal yang masuk (Rp327 miliar). Secara bulanan, KBI Manado mengalami net outflow selama triwulan II-2011. Net outflow tertinggi terjadi pada Mei 2011 sebesar Rp79,22 miliar. Selanjutnya pada April dan Juni 2011 aliran kas mengalami net outflow yang masing-masing tercatat secara berturut-turut sebesar Rp65,49 miliar dan Rp38,83 miliar. Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado miliar 1,000 800 600 400 200 (200) (400) (600) (800) (1,000) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 Q2 Q3 Q4 2010 Q1 Q2 2011 Inflow (+) 613 160 122 235 617 303 482 383 750 327 Outflow (-) -18 -355 -235 -687 -0.77 -525 -799 -896 -155 -510 Net Flow 595 -195 -113 -453 616 -222 -317 -513 595 -183 Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah 5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Bank Indonesia Manado melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah lusuh/rusak. Proses 66 pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan. Selama triwulan II-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 100,59%, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 97,86%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan adalah sebesar Rp329 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan mencorat-coret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas. Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow Miliar 800 % 440 400 700 360 600 320 500 280 240 400 200 300 160 120 200 80 100 40 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 613 160 122 235 617 PTTB 53 78 490 209 261 Rasio 8.57 2009 Inflow Q3 Q4 Q1 303 482 383 750 327 297 309 474 326 329 2010 Q2 2011 49.00 402.9 89.15 42.35 97.86 64.11 123.6 43.53 100.5 Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah 5.1.3. Perkembangan Kas Titipan Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia. Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna. 67 Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo (Rp. Miliar) 800 600 400 200 0 -200 -400 -600 . -800 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 2011 Inflow 621 542 645 629 672 547 726 649 779 739 Outflow -443 -611 -566 -673 -537 -586 -652 -716 -638 -773 Netflow 178 -69 80 -44 135 -39 74 -67 141 -34 Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah Seperti halnya aliran uang kartal di KBI Manado, kondisi aliran kas titipan di Gorontalo menunjukkan posisi net outflow. Sepanjang triwulan II-2011 posisi aliran kas titipan Gorontalo menunjukkan nilai net outflow sebesar Rp33,89 miliar. Net outflow yang terjadi selama triwulan laporan lebih disebabkan oleh pola musiman setelah pada triwulan sebelumnya terjadi inflow yang cukup tinggi. Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna (Rp. Miliar) 150 100 50 0 -50 -100 -150 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 2011 Inflow 57 27 40 108 40 39 24 20 77 29 Outflow -39 -78 -63 -111 -50 -97 -105 -131 -63 -71 Netflow 18 -51 -23 -3.49 -11 -58 -81 -110 14 -42 Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pada triwulan II-2011, kas titipan di Tahuna mengalami net outflow sebesar Rp42 miliar, setelah mengalami net inflow sebesar Rp14 miliar pada triwulan sebelumnya. 68 5.1.4. Penemuan Uang Palsu Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan II2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan II2011 tercatat sebanyak 75 lembar atau secara nominal tercatat sebesar Rp3,98 juta atau tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (3 lembar) maupun triwulan sebelumnya (26 lembar). Secara historis , pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan Rp100,000 dan Rp50,000 dengan pangsa masing-masing sebesar 63,35% dan 27,75% dari total lembar uang palsu yang ditemukan. Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi KBI Manado terus berupaya menekan perkembangan peredaran uang palsu, diantaranya melalui sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di Kantor Bank Indonesia, kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah, akademisi dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan dan sentra perekonomian di kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, secara represif pihak Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara Tabel 5.2. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado Pecahan 2009 Q1 Q2 2010 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 Q3 Q4 Q1 Q2 - Rp100.000,- 14 5 4 18 14 - 94 35 12 21 - Rp50.000,- 23 12 6 15 19 3 10 8 8 32 - Rp20.000,- 3 - 4 10 - - 2 6 5 6 - Rp10.000,- - - - 2 1 - - - 1 16 - Rp5.000,- 1 1 - 2 3 - - - - - - Rp1.000,- - - - - - - - - - - 41 18 14 47 37 3 106 49 26 75 Total Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah 69 5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan kebutuhan masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi. Berdasarkan latar belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). 5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai) Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan II-2011 mengalami peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 86.867 lembar dengan nilai Rp2.093 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 7,67% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak 1.418 lembar dengan nilai sebesar Rp34,31 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 9,16% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif yang berkelanjutan. Tabel 5.3. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara KETERANGAN 2010 2009 Q1 Q2 Perputaran Kliring a. Lembar 72,982 79,557 b. Nominal (Rp miliar) 1,497 1,626 Rata-rata perputaran kliring per hari a. Lembar 1,236 1,282 b. Nominal (Rp miliar) 25.40 26.17 Persentase rata-rata penolakan a. Lembar (%) 0.99 0.96 b. Nominal (%) 0.91 1.08 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 Q3 Q4 Q1 Q2 82,114 1,722 84,032 1,860 75,799 1,658 80,399 1,674 82,862 1,914 89,523 2,083 80,909 1,915 86,567 2,093 1,369 28.72 1,384 30.71 1,221 26.73 1,299 27.08 1,315 30.39 1,400 32.52 1,310 31.01 1,418 34.31 1.06 1.27 1.33 1.45 1.02 1.01 2.16 2.44 1.72 1.54 1.33 1.82 1.78 1.99 1.71 2.23 Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan tercatat 1,71% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sejalan dengan itu, dilihat dari segi jumlah nominalnya, juga terdapat penurunan dari 2,44% pada triwulan II-2010 menjadi 2,23% pada triwulan laporan dari rata-rata nominal cek dan BG yang dikliringkan per hari. 70 5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement) Implementasi sistem BI-RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian akhir transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian nominal transaksi RTGS selama triwulan II-2011 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai Rp2.531 miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 5,60% (yoy). Sejalan dengan jumlah nilainya yang mengalami peningkatan, volume RTGS pada triwulan laporan juga mengalami kenaikan 10,55% (yoy) dari 5.193 transaksi di triwulan II-2010 menjadi 5.741 transaksi pada triwulan II-2011. Peningkatan transaksi RTGS pada triwulan laporan diperkirakan merupakan salah satu dampak dari pembangunan perekonomian Sulawesi Utara yang terus mengalami pertumbuhan. Tabel 5.4. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement TO FROM + TO FROM Nilai Nilai Nilai Volume Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) Jan 183 694 709 1,102 892 1,796 Feb 192 638 553 1,339 746 1,977 Mar 239 833 727 1,120 966 1,953 Tw I-2010 615 2,165 1,989 3,561 2,604 5,726 Apr 214 740 582 968 796 1,708 Mei 195 676 523 932 718 1,608 Jun 244 800 639 1,077 884 1,877 Tw II-2010 653 2,216 1,744 2,977 2,397 5,193 Jul 240 832 767 1,120 1,007 1,952 Agust 244 795 684 1,324 928 2,119 Sep 186 666 606 1,121 792 1,787 Tw III-2010 670 2,293 2,056 3,565 2,727 5,858 Oct 234 885 590 1,115 824 2,000 Nov 242 933 667 1,226 909 2,159 Dec 284 1,018 825 1,338 1,110 2,356 Tw IV-2010 761 2,836 2,082 3,679 2,843 6,515 Jan 226 887 673 1,085 899 1,972 Feb 220 826 583 1,063 803 1,889 Mar 251 981 760 1,366 1,011 2,347 Tw I-2011 697 2,694 2,016 3,514 2,712 6,208 Apr 241 745 456 1,012 698 1,757 Mei 229 870 639 1,034 868 1,904 Jun 257 861 709 1,219 966 2,080 Tw II-2011 727 2,476 1,804 3,265 2,531 5,741 Pertumbuhan (YoY %) 11.36 11.73 3.44 9.67 5.60 10.55 Sumber : www.bi.go.id, diol Periode 71 Halaman ini sengaja dikosongkan 72 BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Seiring dengan semakin bergeraknya perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan laporan, kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan perbaikan. Hal ini ditunjukkan melalui Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang secara konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Selain itu, penurunan tingkat pengangguran juga terindikasi dari angka penggunaan tenaga kerja oleh dunia usaha Sulawesi Utara yang mencatat angka positif (peningkatan). Angka yang diperoleh dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Manado ini menunjukkan bahwa masih terdapat peningkatan jumlah tenaga kerja pada beberapa sektor usaha. Hal yang sama juga tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) triwulan II-2011, dimana masyarakat Sulawesi Utara masih merasa optimis terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan melalui indeks ketersediaan lapangan kerja yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan jumlah tenaga kerja baru juga didorong oleh pembukaan formasi Pegawai Negeri Sipil di awal tahun 2011 yang dilakukan di beberapa kabupaten/kota di wilayah Sulawesi Utara. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi tersebut didasarkan atas beberapa indikator, seperti tren kenaikan indeks penghasilan dan Nilai Tukar Petani (NTP). Naiknya indeks penghasilan masyarakat pada triwulan laporan juga terdorong oleh adanya penyesuaian Upah Minimum Provinsi di tahun 2011. 6.1 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH Berbagai indikator ketenagakerjaan pada triwulan I-2011 di Sulawesi Utara mengindikasikan adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami peningkatan dari 62,79% pada Februari 2010 menjadi 64,71% pada Februari 2011. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan sejak Februari 2008. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan jumlah lapangan kerja di Sulawesi Utara. Namun demikian, TPT Sulawesi Utara masih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan TPT nasional. TPT nasional pada Februari 2011 tercatat 6,80%, sedangkan TPT Sulawesi Utara tercatat sebesar 9,19%. 73 Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara Feb-09 Ags-09 Feb-10 Aug-10 Feb-11 Penduduk 15 Thn ke atas 1,685,502 1,694,125 1,710,924 1,637,366 1,650,972 Angkatan Kerja 1,077,155 1,051,130 1,074,256 1,036,574 1,068,417 Bekerja 962,627 940,173 961,648 936,939 970,185 Mencari Kerja 114,528 110,957 112,608 99,635 98,232 608,347 642,995 636,668 600,792 582,555 TPAK 63.91 62.05 62.79 63.31 64.71 TPT 10.63 10.56 10.48 9.61 9.19 Bukan Angkatan Kerja Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan tingkat pendidikannya, dari total tenaga kerja pada Februari 2011 sebesar 1.064.417 orang, presentase terbesar terdapat pada tenaga kerja dengan tingkat pendidikan setingkat universitas yaitu sebesar 18,43%. Grafik 6.1. Angkatan Kerja di Sulawesi Utara Menurut Pendidikan Februari 2011 20% 16% 12.61% 14% 12% 9.82% 8.52% 10% Terjadi pergeseran pola lulusan angkatan kerja 18.43% 18.10% 18% 8% 6% dibandingkan periode sebelumnya, pada 3.05% 4% 2% Agustus 2010 presentase lulusan diploma lebih 0% ≤ SD SMP SMA SMK besar dibandingkan lulusan universitas. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi Diploma I/II/III Universitas Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia di Sulawesi Utara. Berdasarkan sektornya, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja yaitu sebanyak 338.873 orang (34,93%). Selanjutnya sektor perdagangan (perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi) menempati urutan kedua dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 186.708 orang (19,24%). Tabel 6.2. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha Grafik 6.2. Share Penduduk Yang Bekerja Di Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha Pertanian 4.40% 2.03% Industri 18.77% 34.93% 7.18% Konstruksi Perdagangan 19.24% 7.14% 6.31% Transportasi Lembaga Keuangan Jasa Kemasyarakatan Pertambangan dan LGA Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara 74 Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan indentifikasi ini, pada Februari 2011 sebesar 382.896 orang (39,47%) bekerja pada kegiatan formal dan 634.317 orang (60.53%) bekerja pada kegiatan informal. Dari 970.185 orang yang bekerja pada Februari 2011, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan sebesar 335.868 orang (34,62%), diikuti oleh berusaha sendiri sebesar 250.160 orang (25,78%), dan berusaha dibantu buruh tidak tetap sejumlah 131.884 orang (13,59%), sedangkan yang terkecil adalah pekerjaan bebas pertanian sebesar 43.271 orang (4,46%). Tabel 6.3. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan Status Pekerjaan Feb-09 Ags-09 Feb-10 Aug-10 Feb-11 Berusaha Sendiri 287,238 286,716 259,553 242,853 250,160 Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Buruh Tidak Dibayar Berusaha Dibantu Buruh Tetap- 130,426 129,345 127,986 102,364 131,884 41,175 42,900 40,962 45,854 47,028 Buruh Dibayar Buruh/Karyawan 279,163 284,798 322,315 332,660 335,868 Pekerja Bebas Pertanian 64,141 48,003 52,028 74,258 43,271 Pekerja Bebas Non Pertanian 39,899 55,056 58,541 40,377 52,326 120,585 93,355 100,263 98,573 109,648 962,633 940,173 961,648 936,939 970,185 Pekerja Tak Dibayar Total Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Optimisme membaiknya kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan juga sejalan dengan beberapa hasil survei yang dilakukan oleh KBI Manado. Berdasarkan survei yang dilakukan, jumlah pelaku usaha yang menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih meningkat. Hal ini tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) indikator jumlah karyawan pada triwulan I-2011, yang masih bernilai positif, yaitu 0,56. Tumbuh positifnya tenaga kerja juga didorong oleh formasi kebutuhan CPNS di beberapa Kab/Kota di Sulawesi Utara. Grafik 6.3. Perkembangan Indikator Jumlah Karyawan dalam Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Tabel 6.4. Usulan CPNS 2011 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 (2.00) (4.00) Q1 Q2 Q3 2008 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 Q2 Q3 Q4 2010 Realisasi Penggunaan Tenaga Kerja Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado Q1 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Provinsi/Kab/Kota Provinsi Sulawesi Utara Kab. Minahasa Selatan Kab. Bolaang Mongondow Timur Kota Tomohon Kab. Bolaang Mongondow Utara Kab. Minahasa Utara Kota Bitung Kab. Minahasa Kab. Bolaang Mongondow Kota Kotamobagu Kab. Bolaang Mongondow Selatan Kab. Kepulauan Sangihe Kab. Kepulauan Sitaro Kab. Kepulauan Talaud Jumlah Sumber: Media cetak Jumlah PNS 287 798 1,250 580 650 800 279 25 400 200 639 222 200 223 6,553 75 Perkembangan ketenagakerjaan juga dapat dikonfirmasi melalui sikap optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja yang tercermin dari peningkatan indeks ketersediaan lapangan kerja hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado. Pada akhir triwulan I2011, angka indeks ketersediaan lapangan kerja adalah sebesar 167,50 lebih tinggi dibandingkan Triwulan IV-2010 (141,00) dan triwulan yang sama tahun sebelumnya (123,50). Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Ketersediaan Lap. Kerja Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja 180 160 Titik optimis =100 180 160 140 140 120 120 100 100 80 80 60 60 40 40 20 20 0 0 J F M A M J J A S O N D J F M A M J 2009 J A S O N D J 2010 F M 2011 Sumber: Survei Konsumen KBI Manado 6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara diperkirakan meningkat di awal tahun Penghasilan Saat Ini Ekspektasi Penghasilan 160 Titik optimis =100 200 180 tingkat 140 Utara 100 120 80 100 memiliki kecenderungan untuk meningkat. 60 80 2011. Hal penghasilan ini terjadi masyarakat karena Sualwesi 160 120 140 60 40 Walaupun sempat menurun pada Februari 40 20 20 0 2011, indeks penghasilan saat ini mulai 0 J F M A M J J 2009 meningkat kembali pada Maret A S O N D J F M A M J J A S O N D J 2010 F M 2011 2011 mencapai 122 atau berada diatas level Sumber: Survei Konsumen KBI Manado optimis (Grafik 6.5.) Salah satu yang menjadi faktor pendorong optimisme masyarakat adalah adanya peningkatan UMP di tahun 2011 serta dampak tidak langsung dari terpilihnya kembali Sulawesi Utara sebagai tempat penyelenggaraan berbagai event internasional di tahun 2011. 76 Apabila ditinjau kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi dominan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar dapat dilihat pada grafik 6.6. bahwa tren kesejahteraan petani mulai mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan NTP yang merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi. Grafik 6.6. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (indeks) 103.00 batas minimum sejahtera 3% Nilai Tukar Petani (growth yoy) 102.50 2% 102.00 101.50 1% 101.00 0% 100.50 100.00 -1% 99.50 -2% 99.00 -3% Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar 98.50 2009 2010 2011 Sumber: Survei Konsumen KBI Manado Grafik 6.7. Perkembangan Indeks Yang Diterima dan Dibayar Petani Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera Indeks Diterima Petani Indeks Dibayar Petani 100 90 2010 Jan Mar Nov Sep Jul May Jan Mar Nov Jul 2009 Sep Mei Mar Jan 80 2011 Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan I-2011 sebesar 135 101,63, lebih tinggi dibandingkan triwulan 130 sebelumnya 125 dibandingkan dengan triwulan yang sama 120 tahun lalu (101,20). Kedua komponen, baik 115 Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun 110 Indeks yang Dibayar Petani (IB) mengalami (100,85) maupun bila peningkatan, namun karena kenaikan IT lebih besar dibandingkan kenaikan IB, maka Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara terjadi kenaikan NTP pada triwulan I-2011. Adapun kenaikan IB terutama datang dari naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi (untuk kelompok konsumsi rumah tangga), serta harga penambahan barang modal dan obat-obatan serta pupuk (untuk kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal). 77 Tabel 6.5. Komponen Indeks Dibayar Petani (IB) Sumber: BPS Provinsi Sulut, diolah 78 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN 7.1. Prospek Ekonomi Makro Kinerja perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu, yaitu pada kisaran 7,34% - 7,54% (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan lebih banyak didorong oleh pelaksanaan beberapa event lokal, nasional dan internasional, pencairan gaji ke-13 serta faktor musiman perayaan hari raya Idul Fitri yang secara keseluruhan akan berdampak terhadap kinerja konsumsi swasta dan sektor PHR. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara yang dilakukan secara triwulanan oleh Bank Indonesia Manado menunjukkan adanya 60.00 Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha 50.00 optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi 40.00 dan peningkatan ekspektasi pelaku usaha 30.00 terhadap ditandai 20.00 ekspektasi 10.00 dengan dunia kenaikan usaha yang indikator kegiatan usaha pada triwulan III-2011 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3* (10.00) dengan persentase Saldo Bersih Tertimbang (20.00) (SBT) sebesar 28,99%, lebih tinggi dari (30.00) 2008 2009 2010 2011 (40.00) realisasi kegiatan kegiatan usaha pada triwulan III-2010 dengan SBT Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Manado Triwulan I-1010 sebesar 25,32%. Pertumbuhan kegiatan usaha diperkirakan terutama terjadi pada sektor PHR, Pengangkutan dan komunikasi serta sektor pertanian. Dari sisi permintaan, konsumsi swasta khususnya konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tumbuh positif seiring dengan peningkatan sumber pendapatan masyarakat yang bersumber dari pencairan gaji ke-13 untuk pemerintah provinsi dan pemerintah Kabupaten/Kota se-Sulut dengan estimasi total anggaran mencapai Rp193 Miliar. Selain pembayaran gaji ke-13, juga terdapat beberapa pencairan dana di bulan Juli ini diantaranya, pencairan tunjangan sertifikasi guru, dana Tunjangan Penghasilan Aparatur Pemerintahan Desa (TPAPD) dan tunjangan guru bersertifikasi. Selain faktor peningkatan pendapatan, beberapa faktor musiman seperti tahun ajaran baru, perayaan pengucapan syukur yang 79 jatuh pada bulan Juli 2011 dan hari raya Idul Fitri pada Agustus 2011 serta beberapa pelaksanaan event diantaranya: (i) Perayaan HUT Kota Manado ke-388 yang jatuh pada 14 Juli 2011 yang ditandai dengan pelaksanaan Manado Expo 2011 seperti pameran, bazaar, perlombaan dan pemilihan puteri Madex 2011; (ii) Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA) XV yang dilaksanakan pada tanggal 12-14 Juli 2011 dengan peserta berjumlah 2.835 orang; (iii) Pertemuan ASEAN Economics Ministers and Related Meetings (AEM) pada tanggal 9-13 Agustus 2011 diperkirakan akan turut mempengaruhi pergerakan konsumsi masyarakat. Optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian daerah dapat dikonfirmasi melalui hasil Survei Konsumen (SK) di Kota Manado oleh Bank Indonesia, yang menunjukkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang. Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Konsumen Sumber: Survei Konsumen KBI Manado Sementara itu, konsumsi Pemerintah diperkirakan tetap tumbuh positif meskipun masih mengalami perlambatan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Kinerja konsumsi pemerintah pada bulan Juli, lebih banyak didorong oleh realisasi belanja pegawai yang tercermin dari realisasi pencairan gaji ke-13. Tingginya belanja pegawai dalam komponen APBD juga tercermin dari insentif yang diberikan oleh pemerintah provinsi kepada PNS berupa Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) yang pada tahun 2011 mencapai ± Rp108 miliar. 80 Tabel 7.1. Estimasi Jumlah Pembayaran Gaji 13 se-Kab/Kota di Sulawesi Utara No Prov/Kab/Kota 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Provinsi Sulut Kota Manado Kota Bitung Kab. Minahasa Kota Tomohon Kab. Minahasa Utara Kab. Minahasa Selatan Kab. Minahasa Tenggara Kab. Bolaang Mongondow Kota Kotamobagu Kab. Bolaang Mongondow Utara Kab. Bolaang Mongondow Selatan Kab. Bolaang Mongondow Timur Kab. Kep. Sangihe Kab. Kep. Sitaro Kab. Kep. Talaud TOTAL Jumlah (Rp miliar) 19 29 12 28 11.3 15 15 7.8 9.03 7 2.1 2.4 2.2 14.8 7.7 11.6 193.93 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulut Tabel 7.2. Rincian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) APBD Provinsi Sulawesi Utara Uraian Jumlah TKD (Rp) personel Jumlah/Th (Rp) Pejabat Struktural Sekda Asisten 1 17.750.000 213.000.000 3 12.750.000 459.000.000 40 7.750.000 3.720.000.000 Karo (Kepala Biro) 9 7.750.000 837.000.000 Kasat dll 3 6.750.000 243.000.000 Ka. Kantor/UPT/Balai 57 3.250.000 2.223.000.000 Sekdis/Kabid/Kabag Kaban/Kadis/Staf ahli 198 2.750.000 6.534.000.000 Ess. III/b 13 2.250.000 351.000.000 Ess. IV/a 708 1.750.000 14.868.000.000 Ess. IV/b 8 1.500.000 144.000.000 Pejabat Fungsional IV/d IV/e 15 3.750.000 675.000.000 IV/b IV/c 85 2.250.000 2.295.000.000 IV/a 449 1.500.000 8.082.000.000 199 1.250.000 2.985.000.000 2.642 1.250.000 39.630.000.000 1.682 1.250.000 25.230.000.000 III/c I/a III/b Staf Gol III IV Gol I - II JUMLAH TKD 108.489.000.000 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulut 81 Kinerja investasi pada triwulan III-2011 juga diperkirakan terus membaik sejalan dengan realisasi proyek fisik baik pemerintah maupun swasta. Hal ini tercermin dari penjualan semen di Sulawesi Utara yang mengalami peningkatan sebesar 5% (yoy) pada bulan Juni 2011. Indikator lainnya yang menunjukkan peningkatan kinerja investasi adalah hasil Survei Penjualan Eceran yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 21.45% dari 112.35 pada Juli 2010 menjadi 136.47 pada Juli 2011. Grafik 7.3. Perkembangan Penjualan Semen Prov. Sulawesi Utara 2010 Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI) 2011 2009 Jul -200 Jun 0 Apr F M A M J Mei J Mar O N D Jan A S Feb J -100 Des F M A M J 100 Okt J 0 200 Nov 0 100 300 Sep 10,000 200 400 Jul 20,000 300 500 Ags 30,000 400 600 Jun 40,000 500 Indeks Bahan konstruksi (left axis) growth (% - yoy) - right axis 700 Apr 50,000 800 Mei 60,000 160 140 120 100 80 60 40 20 0 -20 -40 -60 Mar g_semen (% yoy) - right axis Jan Volume (ton) - left axis 70,000 Feb 80,000 Grafik 7.4. Indeks Penjualan Bahan Konstruksi 2010 Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado Belanja modal pemerintah juga diperkirakan turut andil dalam menggairahkan kegiatan investasi pada triwulan III-2011. Hal ini ditandai dengan mulai terealisasinya beberapa proyek pembangunan infrastruktur pemerintah pada triwulan III-2011 (Tabel 7.3). 82 Tabel 7.3. Rekapitulasi Paket Proyek di Pemerintah Propinsi Sulawesi Utara No A. B. Instansi Pemerintah Provinsi Sulut 1. Badan Perpustakaan 2. Dinas PU 3. Dinas Pertanian & Peternakan 4. Dinas Kelautan & Perikanan 5. Dinas Kesejahteraan Sosial 6. DPRD 7. Dinas Perhubungan 8. Inspektorat 9. Dinas Perkebunan 10. Dinas Kesehatan 11. Perbatasan Kabupaten/Kota 1. Kota Bitung 2. Kab. Minahasa 3. Kab. Sitaro 4. Kab. Kep. Sangihe 5. Kab. Bolmong 6. Kota Manado 7. Kab. Kep. Talaud 8. Kab. Bolsel 9. Kab. Boltim 10. Kab. Mitra 11. Kab. Minsel Jumlah Paket 67 1 26 6 11 6 2 5 1 4 4 1 387 39 3 128 20 17 16 1 54 66 33 10 Nilai Paket (Rp) 940.000.000 4.241.000.000 3.763.500.000 8.702.829.000 3.219.110.000 1.557.598.000 1.555.000.000 300.000.000 4.088.986.060 1.696.405.400 231.750.200 28.190.710.000 6.105.000.000 84.501.683.965 13.142.349.700 9.477.745.260 12.920.760.810 20.582.566.500 67.367.024.000 89.679.324.657 21.000.000.000 4.111.899.998 Nilai Total Paket (Rp) 30.316.178.660 357.079.064.890 Sumber: Biro Pembangunan Setdaprop Sulut Perkembangan ekspor pada triwulan III-2011 diprediksi tumbuh positif meskipun tidak setinggi periode yang sama tahun lalu. Sebagai komoditi unggulan ekspor, komoditi pertanian perkebunan (kelapa dan turunannya, cengkih, biji pala dan fuli) masih mendominasi volume ekspor Sulut. Namun demikian, saat ini komoditi rumput laut juga menjadi komoditi ekspor dengan target pasar Eropa dan Asia khususnya China. Sementara itu untuk kinerja ekspor produk perikanan diperkirakan akan melambat akibat krisis bahan baku. Hal ini disebabkan oleh migrasi ikan akibat cuaca yang berubah-ubah serta adanya kelangkaan BBM yang menurunkan minat nelayan untuk melaut. Berdasarkan informasi dari beberapa perusahaan ikan, saat ini hanya beroperasi 10-20% dari total kapasitas produksi yang dimiliki. Dari sisi penawaran, sektor PHR serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprediksi akan mengalami pertumbuhan positif yang didorong oleh penyelenggaraan beberapa event berskala nasional maupun internasional di Sulawesi Utara. Sektor bangunan juga diperkirakan akan tetap tumbuh positif sejalan dengan maraknya pembangunan proyek fisik pemerintah dan swasta yang sedang berjalan. 83 Kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan diperkirakan akan mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sebagai dampak dari letusan gunung Soputan dan Lokon yang terjadi selama bulan Juli 2011. Selain karena letusan gunung berapi, prediksi penurunan produksi pertanian juga disebabkan oleh beberapa faktor lain diantaranya: (i) kelangkaan pupuk yang terjadi bertepatan dengan waktu musim tanam di Minahasa Selatan; (ii) keterbatasan mesin pengering padi; serta (iii) keterlambatan penyaluran benih akibat terlambatnya pengiriman dari Jakarta. Sektor PHR diperkirakan masih menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Sulut. Pertumbuhan sektor PHR pada tiwulan III-2011 diperkirakan masih akan cenderung meningkat, yang didorong oleh faktor musiman perayaan Idul Fitri serta penyelenggaraan beberapa event lokal, nasional dan internasional, antara lain: a. Perayaan HUT Kota Manado ke-388 yang jatuh pada 14 Juli 2011 yang ditandai dengan pelaksanaan Manado Expo 2011 seperti pameran, bazaar, perlombaan, Tour de Bunaken, Manado carnaval dan pemilihan puteri Madex 2011; b. Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA) XV yang dilaksanakan pada tanggal 12-14 Juli 2011 dengan peserta berjumlah 2.835 orang; c. Pertemuan perwakilan 152 Kab/Kota dari 8 provinsi di Indonesia pada tanggal 25-27 Juli 2011 guna membahas masterplan percepatan pemberdayaan koperasi dan UMKM. d. Pertemuan ASEAN Economics Ministers and Related Meetings (AEM) pada tanggal 9-13 Agustus 2011 yang akan dihadiri oleh 8 negara anggota ASEAN dan 10 negara mitra wicara. Maraknya event yang dilaksanakan di Manado serta musim liburan sekolah di bulan Juli telah meningkatkan frekuensi tamu undangan maupun wisatawan yang berkunjung ke Manado, hal ini selanjutnya berdampak terhadap tingginya permintaan terhadap sektor pengangkutan khususnya pengangkutan udara. 7.2. Prakiraan Inflasi Risiko tekanan harga Kota Manado pada triwulan III-2011 diperkirakan akan relatif stabil. Laju inflasi diperkirakan berada pada kisaran 2,25%-2,4%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, faktor pendorong laju inflasi tahunan Kota Manado diantaranya bersumber dari harga komoditas internasional terutama harga emas dunia yang masih cenderung meningkat dan peningkatan permintaan seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru serta perayaan hari keagamaan. Peningkatan harga komoditas serta permintaan masyarakat menjelang hari 84 raya selanjutnya berdampak terhadap pembentukan ekspektasi masyarakat akan tingginya laju inflasi pada triwulan III-2011. Grafik 7.5. Perkembangan dan Perkiraan Inflasi Kota Manado (% yoy) 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 -1.00 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2010 Q3*) 2011 Ket: *Proyeksi Inflasi Bank Indonesia Manado Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara Sementara itu, dari sisi non fundamental pasokan bahan pangan pada triwulan III-2011 diperkirakan masih cukup terjaga. Bencana alam meletusnya gunung Soputan dan Lokon pada Juli 2011 memberikan dampak yang relatif minimal terhadap kenaikan harga volatile foods karena masih tercukupinya persediaan dan lancarnya distribusi pasokan dari luar daerah. Rencana kebijakan pemerintah seperti pencabutan subsidi minyak tanah, konversi minyak tanah menjadi LPG diperkirakan dapat berpotensi memberikan tekanan pada laju inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011. Faktor Fundamental Dari sisi eksternal, berlanjutnya peningkatan harga komoditas internasional terutama harga emas dunia akibat tekanan permintaan telah mendorong perhiasan tren peningkatan domestik. harga Sementara dari emas sisi Grafik 7.6. Perkembangan Harga Komoditas Internasional $/Oz 1800 Emas (right axis) 1600 1400 1200 1000 800 domestik, tekanan inflasi disebabkan oleh (i) 600 peningkatan permintaan seiring pola perayaan 200 400 0 Hari Raya Pengucapan Syukur, dimulainya tahun ajaran baru serta Hari Raya Idul Fitri (ii) meningkatnya aktivitas perekonomian yang 1 3 5 7 9 11 2009 1 3 5 7 2010 9 11 1 3 5 2011 Sumber : Bloomberg, diolah didorong oleh maraknya perhelatan internasional 85 7 dan domestik di Sulut, dan (iii) meningkatnya permintaan bahan bangunan yang ditandai oleh pembangunan berbagai proyek swasta dan pemerintah pada periode laporan. Ekspektasi konsumen terhadap harga barang dan Grafik 7.7. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado Dalam Saldo Bersih Tertimbang (SBT) jasa mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh pola musiman yang terjadi sepanjang triwulan III-2011, yaitu terdapat hari pengucapan syukur dan tahun ajaran baru (Juli 2011) dan bulan ramadhan serta hari raya Idul Fitri (Agustus 2011). Peningkatan ekspektasi harga tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) Kota Manado yang dilakukan oleh BI Manado yang 210 Ekspektasi harga 3 bulan yad Ekspektasi harga 6 bulan yad 190 170 150 130 110 90 70 50 J F M A M J menunjukkan adanya peningkatan SBT pada J A S O N D J 2010 F M A M J J A S 2011 ekspektasi harga pada bulan Juli dan Agustus, selanjutnya ekspektasi harga tersebut akan Sumber : Survei Konsumen Kota Manado menurun pada akhir triwulan laporan atau pada bulan September 2011 (Grafik 7.5). Faktor Non Fundamental Dari sisi non fundamental, beberapa kebijakan pemerintah seperti rencana kebijakan pemerintah terkait BBM bersubsidi, kebijakan konversi minyak tanah menjadi LPG dan rencana kenaikan bertahap harga LPG 50 kg dan 12 kg dapat berpotensi menekan laju inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011. Sementara itu, tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan relatif stabil. Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota Manado melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Manado, beberapa harga komoditas volatile foods masih relatif stabil dikarenakan pasokan yang masih tercukupi. Adanya bencana alam meletusnya Gunung Soputan dan Gunung Lokon pada Juli 2011 memberikan pengaruh yang relatif kecil terhadap kenaikan harga komoditas volatile foods karena masih tercukupinya persediaan dan lancarnya distribusi pasokan dari luar daerah. 86 Tabel 7.4. Daya Tahan Kebutuhan Pokok No. J E N I S STOK ( TON ) DAYA TAHAN s/d bulan 1 Beras 32.7 2 Gula 4.15 2 bulan 1 bulan 3 Minyak Goreng 750/hari 4 Terigu 2.8 Produksi setiap hari 1 bulan 5 Mentega 700 2 bulan 6 Susu 1500 2 bulan 7 Telur 2 Minggu 8 Daging Ayam 5.100.000 butir 750ton 9 Daging Sapi 800 ton 1 bulan 1 bulan Sumber : Disperindag Sulut Menghadapi tekanan risiko tekanan inflasi menjelang perayaan Bulan Suci Ramadhan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri, TPID Prov. Sulut melaksanakan rapat ke-III di Ruang Rapat Asisten II, Kantor Gubernur Sulawesi Utara. Berdasarkan pemantauan hingga bulan Juni 2011 dan data historis tahun-tahun sebelumnya, tekanan inflasi yang berasal dari kelompok bahan makanan akan meningkat. Hal tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan menjelang Bulan Suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Beberapa komoditi yang perlu mendapat perhatian adalah beras, minyak goreng, gula, tepung terigu, cabe dan bawang merah. Selain itu, dalam pertemuan juga dibahas mengenai issue kelangkaan BBM di Sulawesi Utara. Dalam pertemuan tersebut anggota TPID menitikberatkan rekomendasi pada (i) pelaksanaan operasi pasar, (ii) penambahan kuota BBM dan penertiban pelaku penimbunan BBM (iii) pengoptimalan peran TFPED dalam menopang pertumbuhan perekonomian daerah. Tabel 7.5. Prognosa Kebutuhan Pokok Menjelang Idul Fitri No Jenis Kebutuhan/ bulan Kebutuhan/ bulan Prediksi Kenaikan Idul Fitri 1432 H PASOKAN Keterangan (Ton) (Ton) (%) Luar Daerah 22.000 ton 24.200 ton 10% 30% Produksi Lokal 70% 4.000 ton 2.500 ton 6.000 ton 3.000 ton 50% 20% 100% - 100% Jawa, Lampung, 2.000 ton 400 ton 900 ton 5.000.000 btr 50% 150% 33% 200% 100% 100% 100% 30% 70% P. Jawa, Sulsel P. Jawa P. Jawa 200% - 100% 200% - 100% 1 Beras 2 3 4 5 6 7 Gula Minyak Goreng Terigu Mentega Susu Telur 8 Daging Ayam 400 ton 3.000 ton 1.000 ton 1.200 ton 15.000.000 btr 1200 ton 9 Daging Sapi 350 ton 700 ton Jatim, Sulsel, Gorontalo, Sulteng, P. Jawa, Sulsel Sumber : Disperindag Sulut 87 7.3. Prospek Perbankan Grafik 7.8. Indeks Ekspektasi Tingkat Suku Bunga (SBT) Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan suku 160 bunga acuannya (BI rate) sebesar 0,25 basis poin 155 150 dari 6,5% menjadi 6,75% pada triwulan I-2011 145 140 diperkirakan akan direspon oleh perbankan dengan 135 130 melakukan penyesuaian terhadap kenaikan suku 125 bunga pinjaman perbankan walaupun masih dalam 115 dari Survei Indonesia Konsumen yang yang menunjukkan dilakukan mulai Tingkat Suku Bunga 110 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 kisaran yang relatif terbatas. Hal ini terkonfirmasi 120 2009 2010 2011 Bank adanya Sumber : Survei Konsumen Kota Manado peningkatan ekspektasi konsumen terhadap peningkatan tingkat suku bunga. Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime Lending Rate, dengan harapan dapat mendorong penurunan suku bunga perbankan. Dengan adanya kebijakan ini, setiap bulan bank harus mengumumkan suku bunga kreditnya berdasarkan masing-masing sektor baik bunga kredit korporasi, retail, kredit pemilikan rumah (KPR), dan kredit lainnya. Kebijakan ini dikeluarkan agar tercipta transparansi bunga kredit dan persaingan yang sehat pada industri perbankan. Di sisi lain, kebijakan ini akan menjadi petunjuk (guideliness) dari bank sentral untuk menyeragamkan suku bunga utama kepada nasabah perbankan. 88 DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN PDRB mtm qtq yoy Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Inflasi Volatile Foods Administered Price M1 M2 Mo Uang Kartal Uang Giral NIM NPLs Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya. year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100 Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100 Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100 Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi. Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli. Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan. Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu. Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah. Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing). Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank sentral. Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum. Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter. Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar. Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI. 89 Restrukturisasi kredit UMKM UYD Inflow Outflow Netflow PTTB Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan. Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar. Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank. Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum. Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI. Selisih antara outflow dan inflow. Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi. 90