kajian ekonomi regional

advertisement
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Sulawesi Utara
Triwulan II
2011
Kantor Bank Indonesia Manado
0
Kata Pengantar
Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah
terakhir dengan UU No. 6 Tahun 2009 , dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai tujuan tersebut, Bank
Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan
mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah,
setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut
berperan sebagai
yang diharapkan mampu
memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini
sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan
kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah
tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara
secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro ekonomi regional, tingkat
harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan
kemiskinan serta prospeknya di triwulan mendatang.
Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui
penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder
maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti
pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di
daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas
dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Manado, 30 Juni 2011
BANK INDONESIA MANADO
Ramlan Ginting
Pemimpin
1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
halaman 1
DAFTAR ISI
halaman 2
RINGKASAN EKSEKUTIF
halaman 5
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
halaman 13
Sisi Permintaan
halaman 13
Sisi Penawaran
halaman 21
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
halaman 31
Inflasi Tahunan (yoy)
halaman 32
Inflasi Triwulanan (qtq)
halaman 33
Inflasi Bulanan (mtm)
halaman 34
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi
halaman 36
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
halaman 41
Struktur Aset Perbankan
halaman 41
Perkembangan Kantor Bank
halaman 43
Perkembangan Bank Umum Konvensional
halaman 43
Stabilitas Sistem Perbankan
halaman 50
Perkembangan Perbankan Syariah
halaman 54
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
halaman 55
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
halaman 57
Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
halaman 58
APBD di Tingkat Provinsi
halaman 59
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
halaman 65
Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
halaman 65
Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai
halaman 67
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
halaman 73
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
halaman 73
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
halaman 76
PROSPEK PEREKONOMIAN
halaman 79
2
Prospek Ekonomi Makro
halaman 79
Prakiraan Inflasi
halaman 84
Prospek Perbankan
Halaman 87
Daftar Istilah dan Singkatan
halaman 89
3
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi :
Kantor Bank Indonesia Manado
Jl. 17 Agustus No. 56
Ph. 0431-868102, 868103, 868108
Fax. 0431 - 866933
Email : [email protected]; [email protected]; [email protected]
website : www.bi.go.id
Publikasi ini dapat diunduh dalam bentuk softfile pada:
http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Publik/Ekonomi_Regional/
4
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro Ekonomi Regional
Perkembangan kinerja ekonomi
Indonesia yang terus membaik juga
tercermin pada perkembangan
ekonomi daerah yang tumbuh
positif...
Perkembangan kinerja ekonomi Indonesia yang terus membaik
juga tercermin pada perkembangan ekonomi di daerah yang
tumbuh positif, termasuk di Provinsi Sulawesi Utara. Secara
tahunan, pada triwulan II-2011 perekonomian tumbuh sebesar
7,14% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya tercatat tumbuh 6,80% (yoy).
Dari sisi permintaan, kegiatan
perekonomian selama triwulan II2011 terutama ditopang oleh
membaiknya kinerja investasi...
Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan II2011 terutama ditopang oleh membaiknya kinerja investasi.
Peningkatan kinerja investasi pada triwulan laporan didorong oleh
realisasi ekspor proyek fisik swasta maupun pemerintah. Kegiatan
konsumsi, baik konsumsi swasta maupun pemerintah masih
mengalami pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Konsumsi
Rumah Tangga tumbuh positif seiring dengan peningkatan
pendapatan masyarakat yang didorong oleh pencairan tunjangan
PNS serta realisasi tunjangan sertifikasi guru dan pengaruh
musiman (liburan sekolah dan tahun ajaran baru). Sementara itu,
kinerja ekspor di triwulan II-2011 tercatat mengalami pertumbuhan
negatif, salah satu faktor penyebabnya adalah penurunan volume
ekspor khususnya produk perikanan yang menjadi salah satu
sektor unggulan ekspor Sulut.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Utara pada
triwulan II-2011 disumbangkan oleh
seluruh sektor yang ada
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2011
disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan tingkat
pertumbuhan total sebesar 7,14% (yoy), sedikit lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
6,80% (yoy). Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier
effect penyelenggaraan event berskala internasional dan nasional
pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan
mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi
Sulut. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada
5
triwulan II-2011 adalah Sektor Bangunan yang tercatat tumbuh
13,59% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,97% terhadap total
pertumbuhan.
Selanjutnya,
sektor
pertanian
dan
sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga masih menjadi
kontributor pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan masingmasing sebesar 1,42% dan 1% terhadap total pertumbuhan.
Perkembangan Inflasi Daerah
Tekanan inflasi di Manado selama
triwulan II 2011 secara umum masih
lebih rendah apabila dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya.
Tekanan inflasi di Manado selama triwulan II 2011 secara umum
masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan II2011 tercatat 5,15% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,90% (yoy) dan masih lebih
rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 5,45% (yoy).
Sejalan dengan pergerakan inflasi tahunan, inflasi bulanan juga
mengalami penurunan menjadi 0,07% (mtm) pada Juni 2011 dari
0,14% (mtm) pada Maret 2011 serta masih lebih rendah
dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,55% (mtm).
Akumulasi laju inflasi (ytd) Kota Manado sampai dengan Juni 2011
tercatat lebih rendah (-0,14%) dibandingkan akumulasi inflasi
nasional (1,06%). Sementara itu, inflasi triwulanan Kota Manado
pada periode laporan tercatat -1,43% (qtq), lebih rendah
dibandingkan triwulan I-2011 yang tercatat sebesar 1,31% (qtq).
Berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, tekanan Inflasi
secara tahunan pada triwulan II-2011
terutama didorong oleh
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi
secara tahunan pada triwulan II-2011 terutama didorong oleh
kelompok inti (core inflation), sementara kelompok bahan
makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok
komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered
prices) mengalami tekanan relatif minimal.
Perkembangan Perbankan Daerah
Sejalan dengan semakin membaiknya
kondisi perekonomian,
perkembangan berbagai indikator
perbankan di Sulawesi Utara pada
triwulan II-2011 menunjukkan
pertumbuhan positif
Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian,
perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara
pada triwulan II-2011 menunjukkan pertumbuhan positif. Aset,
6
Dana Pihak Ketiga (DPK), dan outstanding kredit mengalami
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Pada akhir triwulan II 2011 aset tercatat
mengalami
pertumbuhan
20,58%
(yoy)
atau
lebih
tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat
sebesar 11,87% (yoy). Di sisi penghimpunan dana, DPK bertumbuh
18,83% (yoy) yang terutama didorong oleh pertumbuhan
tabungan sebesar 27,39% (yoy). Sementara itu, kredit bertumbuh
21,83% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya yang hanya sebesar 19% (yoy). Sementara itu,
stabilitas sistem perbankan yang meliputi aspek risiko kredit, risiko
likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non
Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah
batas ketentuan BI yang tercatat sebesar 3,47% pada Juni 2011.
Aspek penyerapan dana masyarakat yang tercermin dari Loan to
Deposit Ratio (LDR) tercatat sebesar 110,76%, sebagai dampak
laju pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan
laju pertumbuhan DPK.
Secara umum, indikator kinerja bank
umum syariah di Sulawesi Utara pada
triwulan laporan
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi
Utara pada triwulan laporan mengalami
pertumbuhan positif.
Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai dengan
posisi Juni 2011 meningkat signifikan sebesar 65,87% (yoy),
sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 53,33%. Sementara
itu DPK yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 47,34%
(yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to
Deposit Ratio (FDR)
meningkat dari 205,91% pada triwulan II-
2010 menjadi sebesar 214,20% pada triwulan II-2011..
Sementara itu kinerja BPR Provinsi
Sulawesi Utara pada triwulan II-2011
menunjukkan pertumbuhan positif
Sementara itu kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II2011 menunjukkan pertumbuhan positif yang tercermin dari
pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Namun demikian, hal ini tidak
diikuti dengan perbaikan kualitas kredit dan rasio Loan to Deposit
Ratio (LDR). Aset BPR pada Juni 2011 mengalami pertumbuhan
positif
sebesar
64,35%
(yoy),
menjadi
Rp496,2
miliar.
Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong
7
oleh pertumbuhan kredit tercatat 66,58% atau mencapai Rp383,6
miliar. Secara sektoral, kredit terutama disalurkan pada sektor lainlain (konsumsi) dengan pangsa 77,02% dan sektor jasa-jasa
dengan pangsa 8,77%. Berdasarkan jenis penggunaannya,
sebagian besar kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit
konsumsi dengan pangsa mencapai 72,23% dari total kredit.
Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)
Alokasi dana perimbangan yang
terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Dana Alokasi Khusus (DAK) ...
Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat bagi
Provinsi/Kab/Kota
di
wilayah
Sulawesi
Utara
Tahun
2011
meningkat sebesar 12,05% dibandingkan dengan Tahun 2010.
Secara agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah
pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai
Rp5,67 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi
di
Tahun
2011
mengalami
peningkatan
alokasi
anggaran
dibandingkan tahun lalu.
Kinerja keuangan pemerintah pada
triwulan II-2011 menunjukan
pencapaian yang lebih baik...
Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan II-2011 menunjukan
pencapaian yang lebih baik, hal ini tercermin dari realisasi
pendapatan dan belanja daerah yang mengalami peningkatan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi
pendapatan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II
2011 telah mencapai Rp642,98 miliar, lebih tinggi dibanding
triwulan yang sama tahun sebelumnya tercatat Rp589,39 miliar.
Sementara itu, realisasi belanja pemerintah telah mencapai 27,2%,
lebih tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan II-2010 sebesar
17,3%.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Pada triwulan II-2011, nilai transaksi
sistem pembayaran non tunai di
Sulawesi Utara menunjukkan
peningkatan ...
Pada triwulan II-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai
di
Sulawesi
Utara
menunjukkan
peningkatan.
Transaksi
pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement
(BI-RTGS), untuk wilayah Sulawesi Utara, baik secara nominal
maupun nominal meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
8
Nilai transaksi dan volume pembayaran melalui kliring di wilayah
Sulawesi juga mengalami peningkatan. Sementara itu, jumlah
aliran uang masuk (inflow) ke KBI Manado, baik secara triwulanan
maupun tahunan mengalami peningkatan, namun aliran uang
keluar (outflow) mengalami penurunan.
Selama triwulan II-2011, rasio PTTB
terhadap uang kartal masuk tercatat
sebesar 100,59%
Selama triwulan II-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk
tercatat sebesar 100,59%, lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 97,86%. Secara
nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama
triwulan laporan adalah sebesar Rp329 miliar. Budaya dan perilaku
masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang kertas
seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan mencoratcoret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena
faktor iklim tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat
kelusuhan uang kertas.
Sementara itu, rata-rata penolakan
lembar cek/bilyet giro kosong selama
triwulan laporan tercatat 1,71% dari
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong
selama triwulan laporan tercatat 1,71% dari rata-rata lembar
warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami penurunan
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sejalan dengan itu, dilihat dari segi jumlah nominalnya, juga
terdapat penurunan dari 2,44% pada triwulan II-2010 menjadi
2,23% pada triwulan laporan dari rata-rata nominal cek dan BG
yang dikliringkan per hari.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Masyarakat
Seiring dengan semakin bergeraknya
perekonomian daerah pada triwulan
laporan, kondisi ketenagakerjaan di
Sulawesi Utara juga terus
menunjukkan perbaikan...
Seiring dengan semakin bergeraknya perekonomian Sulawesi Utara
pada triwulan laporan, kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara
juga terus menunjukkan perbaikan. Hal ini ditunjukkan melalui
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang secara konstan
mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Selain itu,
penurunan tingkat pengangguran juga terindikasi dari angka
penggunaan tenaga kerja oleh dunia usaha Sulawesi Utara yang
mencatat angka positif (peningkatan). Angka yang diperoleh dari
9
hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha BI Manado ini menunjukkan
bahwa masih terdapat peningkatan jumlah tenaga kerja pada
beberapa sektor usaha. Hal yang sama juga tercermin dari hasil
Survei Konsumen (SK) BI Manado triwulan II-2011, dimana
masyarakat Sulawesi Utara masih merasa optimis terhadap
ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan melalui indeks
ketersediaan lapangan kerja yang lebih tinggi dibandingkan
periode sebelumnya. Peningkatan jumlah tenaga kerja baru juga
didorong oleh pembukaan formasi Pegawai Negeri Sipil di awal
tahun 2011 yang dilakukan di beberapa kabupaten/kota di wilayah
Sulawesi Utara.
Sejalan dengan kondisi
ketenagakerjaan, tingkat
kesejahteraan masyarakat di Sulawesi
Utara juga diperkirakan terus
meningkat...
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan
masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat.
Kondisi tersebut didasarkan atas beberapa indikator, seperti tren
kenaikan indeks penghasilan dan Nilai Tukar Petani (NTP). Naiknya
indeks penghasilan masyarakat pada triwulan laporan juga
terdorong oleh adanya penyesuaian Upah Minimum Provinsi di
tahun 2011.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi
Kinerja perekonomian Sulawesi Utara
pada triwulan III-2011 diperkirakan
tumbuh lebih tinggi dibandingkan
periode sebelumnya maupun periode
yang sama tahun lalu, yaitu pada
kisaran 7,34% - 7,54% (yoy)
Kinerja perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-2011
diperkirakan
tumbuh
lebih
tinggi
dibandingkan
periode
sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu, yaitu pada
kisaran 7,34%-7,54% (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan
laporan lebih banyak didorong oleh pelaksanaan beberapa even
lokal, nasional dan internasional, pencairan gaji ke-13 serta faktor
musiman perayaan hari raya Idul Fitri yang secara keseluruhan akan
berdampak terhadap kinerja konsumsi swasta dan sektor PHR.
Outlook Inflasi Regional
Risiko tekanan harga Kota Manado
pada triwulan III-2011 diperkirakan
akan relatif stabil.
Risiko tekanan harga Kota Manado pada triwulan III-2011
diperkirakan akan relatif stabil. Laju inflasi diperkirakan berada
pada kisaran 2,25%-2,40%±1% (yoy). Dari sisi fundamental,
faktor pendorong laju inflasi tahunan Kota Manado diantaranya
10
bersumber dari harga komoditas internasional terutama harga
emas dunia yang masih cenderung meningkat dan peningkatan
permintaan domestik seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru
serta perayaan hari keagamaan. Peningkatan harga komoditas
serta permintaan masyarakat menjelang hari raya selanjutnya
berdampak terhadap pembentukan ekspektasi masyarakat akan
tingginya laju inflasi pada triwulan III-2011. Sementara itu, dari sisi
non fundamental pasokan bahan pangan pada triwulan III-2011
diperkirakan masih cukup terjaga. Bencana alam meletusnya
Gunung Soputan dan Lokon pada Juli 2011 memberikan dampak
yang relatif minimal terhadap kenaikan harga volatile foods karena
masih tercukupinya persediaan dan lancarnya distribusi pasokan
dari
luar
daerah.
Rencana
kebijakan
pemerintah
seperti
pencabutan subsidi minyak tanah, konversi minyak tanah menjadi
LPG diperkirakan dapat berpotensi memberikan tekanan pada laju
inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011.
Prospek Perbankan
Kebijakan Bank Indonesia untuk
menaikkan suku bunga acuannya (BI
rate) sebesar 0,25 basis poin dari
6,5% menjadi 6,75%
Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuannya
(BI rate) sebesar 0,25 basis poin dari 6,5% menjadi 6,75% pada
triwulan I-2011 akan direspon oleh perbankan dengan melakukan
penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman perbankan
walaupun masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Hal ini
terkonfirmasi dari Survei Konsumen Bank Indonesia Manado yang
menunjukkan mulai adanya peningkatan ekspektasi konsumen
terhadap peningkatan tingkat suku bunga.
Di sisi lain, Bank Indonesia juga
menerapkan kebijakan Prime Lending
Rate, dengan harapan dapat
mendorong penurunan suku bunga
perbankan .
Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime
Lending Rate, dengan harapan dapat mendorong penurunan suku
bunga perbankan. Dengan adanya kebijakan ini, setiap bulan bank
harus mengumumkan suku bunga kreditnya berdasarkan masingmasing sektor baik bunga kredit korporasi, retail, kredit pemilikan
rumah (KPR), dan kredit lainnya. Kebijakan ini dikeluarkan agar
tercipta transparansi bunga kredit dan persaingan yang sehat pada
industri perbankan. Di sisi lain, kebijakan ini akan menjadi petunjuk
11
(guideliness) dari bank sentral untuk menyeragamkan suku bunga
utama kepada nasabah perbankan.
12
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan II-2011. Setelah
tumbuh 6,99% (yoy) pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara
kembali tumbuh pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya, yaitu sebesar 7,14% (yoy). Optimisme semakin membaiknya perekonomian
serta prospek kedepan mendorong meningkatnya kinerja konsumsi dan investasi.
Sementara itu, kinerja perdagangan luar negeri Sulawesi Utara menunjukkan adanya
pertumbuhan negatif. Penurunan kinerja ekspor khususnya terjadi pada komoditi perikanan.
Disamping merosotnya hasil produksi tangkapan, juga terkendala faktor cuaca. Selain itu,
nilai tukar Rupiah yang terapresiasi diperkirakan sedikit berdampak terhadap penurunan
nilai ekspor serta mengurangi daya saing produk ekspor Sulut. Sementara itu, dari sisi
penawaran, peningkatan kinerja sektor pertanian, bangunan dan PHR merupakan faktor
utama pendorong terjadinya akselerasi perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II-2011.
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Sulawesi Utara (yoy)
9.00 %
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
2011
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1.1 SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan II-2011 terutama ditopang
oleh membaiknya kinerja investasi. Peningkatan kinerja investasi pada triwulan laporan
didorong oleh realisasi ekspor proyek fisik swasta maupun pemerintah. Kegiatan konsumsi,
baik konsumsi swasta maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif,
meskipun melambat apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Konsumsi Rumah Tangga tumbuh positif seiring dengan peningkatan pendapatan
masyarakat yang didorong oleh pencairan tunjangan PNS serta realisasi tunjangan sertifikasi
guru. Tumbuhnya konsumsi swasta yang diindikasikan oleh pengeluaran sehubungan masa
13
liburan sekolah dan memasuki tahun ajaran baru diperkirakan turut memberikan
sumbangan pertumbuhan ekonomi daerah. Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan II-2011
tercatat mengalami pertumbuhan negatif, salah satu faktor penyebabnya adalah
penurunan volume ekspor khususnya produk perikanan yang menjadi salah satu sektor
unggulan ekspor Sulut.
Tabel 1.1.
Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)
Jenis Penggunaan
Konsumsi
Konsumsi Swasta
Konsumsi Pemerintah
PMTB
Stok
Ekspor
Impor
PDRB
Q1
6.43
5.24
8.77
12.35
9.16
7.05
9.56
6.75
Sumb.
4.45
2.40
2.04
2.54
0.09
3.40
3.72
6.75
Q2
7.26
6.20
9.35
2.94
15.18
13.61
15.25
6.80
2010
Sumb.
Q3
4.61
8.98
2.62
7.28
1.99
12.39
0.61
-0.19
0.22
17.94
6.58
26.29
5.23
32.32
6.80
7.04
Sumb
5.55
3.01
2.54
-0.05
0.27
10.66
9.39
7.04
Q4
10.03
7.96
13.74
1.14
13.43
9.87
10.45
7.77
Sumb
6.22
3.16
3.06
0.27
0.21
4.61
3.54
7.77
2011
Sumb
Q2
3.78
6.92
2.09
6.06
1.69
8.58
2.51
13.90
0.10
1.48
4.36
-1.46
3.77
-1.75
6.99
7.14
Q1
5.48
4.62
7.12
11.64
10.16
9.02
9.42
6.99
Sumb.
4.42
2.54
1.87
2.80
0.02
-0.75
-0.65
7.14
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
1.1.1 Konsumsi
Kegiatan konsumsi selama triwulan II-2011 mengalami pertumbuhan positif 6,92% (yoy)
dengan kontribusi sebesar 4,42% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan
pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya, maka kinerja kegiatan konsumsi selama
triwulan laporan tercatat mengalami sedikit perlambatan. Namun demikian, kinerja
konsumsi masih tercatat sebagai kontributor utama pertumbuhan ekonomi Sulut pada
triwulan II-2011. Terdapat beberapa faktor pendorong yang menyebabkan kegiatan
konsumsi masih tumbuh positif, diantaranya peningkatan sumber pendapatan masyarakat
yang diperoleh dari pencairan tunjangan PNS dan realisasi tunjangan sertifikasi guru. Selain
itu, kegiatan musiman seperti pengeluaran sehubungan masa liburan sekolah dan
memasuki tahun ajaran baru juga telah memberikan dampak pada peningkatan kegiatan
konsumsi.
Grafik 1.2.
Indeks Ekonomi Saat Ini
Kinerja konsumsi swasta pada triwulan
200
laporan mengalami pertumbuhan positif
160
sebesar 6,06% (yoy) yang salah satunya
120
terindikasi melalui Indeks Ekonomi Saat Ini
80
(IEK) berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK)
40
BI
-
Manado
pada
triwulan
II-2011.
Sebagaimana terlihat pada grafik 1.2, pada
akhir triwulan laporan (Juni 2011) IEK
180
Kondisi Ekonomi Saat Ini
Penghasilan Saat Ini
Pembelian Barang Tahan Lama
Ketersediaan Lap. Kerja
140
100
60
20
J
F
M
A
M
J
J
A
S
O
N
D
J
F
M
2010
A
M
J
2011
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado.
mencapai 119,33. Jika dilihat berdasarkan komponennya, optimisme konsumen terhadap
kondisi perekonomian saat ini tercermin dari positifnya nilai indeks seluruh komponen
14
penyusun IEK yang meliputi Indeks Penghasilan Saat Ini (125) , Indeks Pembelian Barang
Tahan Lama/Durable Goods (100,5) serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (132,5). Hal
ini menunjukkan perkiraan adanya kondisi usaha yang semakin membaik akan berdampak
terhadap penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, yang selanjutnya mendorong kenaikan
penghasilan masyarakat, dan naiknya konsumsi rumah tangga.
Grafik 1.3.
Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor
Disamping itu, pertumbuhan konsumsi
selama triwulan laporan tidak lepas dari
115
membaiknya daya beli petani seiring
110
dengan meningkatnya harga komoditas
105
dunia. Hal ini tercermin dari peningkatan
100
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II-
95
2011 mencapai 103,44 atau tumbuh
90
2,17%
(yoy).
Peningkatan
terutama
terjadi
pada
subsektor
pangan,
NTP
batas
minimum
sejahtera
Pangan
Holtikultura
Perkebunan
Peternakan
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
Q4
2010
Q1
Q2
2011
Perikanan
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
peternakan dan perkebunan rakyat. Peningkatan subsektor perkebunan rakyat merupakan
imbas kenaikan harga komoditas unggulan Sulut (Pala, Cengkih, dan Kopra). Sementara itu,
sub sektor yang masih berada dibawah batas minimum sejahtera adalah perikanan sebagai
dampak turunnya produksi perikanan karena faktor cuaca buruk. Dalam Indeks NTP yang
ditunjukan pada grafik 1.3.,
sepanjang tahun 2010 sampai akhir triwulan I 2011 NTP
Sulawesi Utara selalu berada dalam kategori sejahtera (indeks > 100). Sebagaimana
diketahui, berdasarkan komposisinya hampir 40% masyarakat di Sulawesi Utara bermata
pencaharian bertani, sehingga tingkat kesejahteraan petani mampu memberikan dampak
yang cukup signifikan terhadap aktivitas konsumsi rumah tangga.
Selanjutnya, pertumbuhan positif kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat
dikonfirmasi melalui penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado dan
sekitarnya yang mengalami kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu
dealer utama penjualan kendaraan roda empat di Kota Manado. Selama triwulan II-2011
penjualan kendaraan roda empat mengalami terus mengalami pertumbuhan hingga
mencapai 37,13% (yoy) pada triwulan laporan. Adanya peningkatan penghasilan pada
triwulan laporan direspon oleh masyarakat dengan melakukan pembelian barang dan jasa
khususnya pembelian barang tahan lama.
Sementara itu, data pernyaluran kredit konsumsi oleh perbankan Sulut tetap menunjukkan
pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama
15
tahun sebelumnya. Pada Juni 2011, kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank umum
mencapai Rp7.363 miliar, atau tumbuh sebesar 10,21% (yoy), melambat apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat mengalami
pertumbuhan 32,34% (yoy).
Grafik 1.5.
Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum
Grafik 1.4.
Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat
Total Sales (Unit) - left axis
1000
gSales (% yoy) - right axis
70
900
60
800
50
8,000
gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis
40
600
30
5,000
500
20
4,000
400
10
300
0
200
-10
2,000
100
-20
1,000
45
40
35
6,000
700
0
Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis
7,000
30
25
20
3,000
15
10
5
-30
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
2011
Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat
-
0
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2010
Q1
Q2
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Sejalan dengan pertumbuhan positif konsumsi swasta, kegiatan konsumsi pemerintah
selama triwulan II-2011 juga tumbuh positif sebesar 8,58% (yoy), namun tercatat
mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
9,35% (yoy). Perlambatan ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan realisasi anggaran
belanja di triwulan II-2011 yang baru mencapai 35.3% dari target belanja APBD 2011
sebesar Rp1.297 miliar, atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang
menghasilkan pencapaian yang sama (35,3%) dengan target yang lebih rendah yakni
Rp1.198 miliar.
1.1.2 Investasi
Pada triwulan II-2011, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar
13,90% (yoy). Faktor pendorong pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan II 2011
diantaranya pembangunan berbagai infrastruktur pendukung terkait persiapan perhelatan
internasional Asean Economic Ministers and Related Meetings (AEM), pembangunan jalan
ringroad II yang masih berjalan, pembangunan PLTS di Miangas dan realisasi pembangunan
jaringan internet di Minahasa Selatan serta kegiatan investasi swasta di bidang properti.
Pertumbuhan kinerja investasi antara lain dapat dikonfirmasi melalui data volume impor
barang modal pada triwulan II-2011 yang mengalami peningkatan dari 427,62 ribu ton
pada triwulan II-2010 menjadi 491,78 ribu ton pada triwulan II-2011 atau tumbuh sebesar
15% (yoy).
16
Selain itu, peran perbankan dalam penyaluran pembiayaan untuk kegiatan investasi juga
terus mengalami peningkatan. Sampai akhir triwulan II-2011, jumlah kredit investasi tercatat
sebesar Rp2.015 miliar atau tumbuh 82,88% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan
II-2010 yang hanya tumbuh 24,83% (yoy). Pencapaian pertumbuhan kredit investasi ini
diharapkan dapat mendorong kinerja investasi pada tahap selanjutnya.
Grafik 1.6.
Perkembangan Volume Impor Barang Modal Sulut (ribu ton)
Capital (ton) - left axis
5,000
4,500
4,000
3,500
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
500
0
gCapital ytd (%) - right axis
Grafik 1.7.
Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum
Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis
5,000 2,500
gKredit_Investasi (% yoy) - right axis
90
80
4,000 2,000
70
3,000
60
1,500
50
2,000
40
1,000 1,000
0
30
20
500
10
-1,000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
-
0
Q1
2009
2010
2011
Ekspor
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
1.1.3
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Impor
Kinerja perdagangan Sulawesi Utara yang tercermin dari laju pertumbuhan ekspor dan
impor pada triwulan II-2011 tercatat mengalami kontraksi. Laju pertumbuhan ekspor pada
triwulan laporan tercatat tumbuh negatif 1,46% (yoy). Indikasi penurunan kinerja ekspor
terutama disumbang oleh perdagangan antar daerah/provinsi. Sementara itu, untuk pasar
luar negeri masih menunjukkan adanya pertumbuhan yang positif.
Kegiatan
ekspor
antar
Grafik 1.8.
Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung
daerah/provinsi
mengalami kontraksi pada triwulan laporan.
Muat (Ribu ton) - left axis
gMuat (% yoy) - right axis
900
280
Hal ini dapat dikonfirmasi dengan kegiatan
800
230
700
180
muat barang melalui pelabuhan Bitung.
600
130
500
Kegiatan muat didefinisikan sebagai kegiatan
pengiriman barang dari Sulawesi Utara ke
luar provinsi. Selama triwulan II-2011, volume
barang asal Sulawesi Utara yang dikirim
(muat) ke pasar domestik sebesar 200,88 ribu
80
400
30
300
-20
200
-70
100
0
-120
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2010
Q1
Q2
2011
Sumber : PT. PELINDO IV (Persero) Bitung
ton atau turun 26,39% (yoy) dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Kondisi cuaca
yang tidak menentu dalam 4 bulan terakhir diperkirakan menjadi salah satu faktor yang
17
berdampak terhadap penurunan kinerja ekspor antar daerah yang sangat tergantung pada
transportasi laut sebagai sarana pengiriman barang.
Sementara itu, sejalan dengan ekspor antar
daerah, kegiatan ekspor luar negeri selama
triwulan II-2011 mengalami pertumbuhan
negatif,
tercermin
dari
perkembangan
volume ekspor yang turun 61,23% (yoy)
dari 105.319 ton pada triwulan II-2010
menjadi hanya 63.616 ton pada triwulan
laporan.
Penurunan
volume
ekspor
Grafik 1.9.
Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Sulut
Ekspor (Ton) - left axis
gEkspor (% yoy) - right axis
180,000
230
160,000
180
140,000
130
120,000
80
100,000
80,000
30
60,000
-20
40,000
-70
20,000
0
-120
Q1
Q2
terutama terjadi pada komoditi perikanan
Q3
Q4
2009
yang terkendala oleh permasalahan cuaca
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
2011
Sumber : Pelindo IV (Persero) Bitung, diolah
buruk. Selain itu, apresiasi nilai tukar rupiah yang terjadi beberapa bulan terakhir telah
berdampak terhadap penurunan nilai ekspor dan mengurangi daya saing produk ekspor
Sulut.
Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor
Grafik 1.10.
Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut
luar negeri pada triwulan II-2011 terutama
4%
didominasi dalam bentuk Lemak dan Minyak
Hewani
dengan pangsa mencapai 76%
3%
Lemak & minyak
hewan/nabati
6%
Daging & Ikan olahan
11%
Ikan & Udang
kemudian daging olahan dan ikan olahan
76%
dengan pangsa mencapai 11%, sisanya
Berbagai produk kimia
dalam bentuk ikan&udang (6%), berbagai
Lainnya
produk kimia (4%) dan produk lainnya (3%).
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Komposisi negara tujuan ekspor Sulut pada triwulan II-2011 tidak jauh berbeda bila
dibandingkan pada tahun 2010. Negara tujuan utama ekspor Sulut sampai dengan pada
triwulan laporan adalah Amerika Serikat (25%), Belanda (21%), Korea Selatan (19%), China
(18%), Jerman (4%), Meksiko (3%) dan Jepang (3%).
18
Grafik 1.11.
Negara Tujuan Ekspor Tahun 2010
5%
1%
Grafik 1.12.
Negara Tujuan Ekspor s.d. Juni 2011
3%
3%
3%
4%
Amerika Serikat
21%
Belanda
7%
Amerika Serikat
25%
Belanda
Korea Selatan
Korea Selatan
Cina
11%
38%
18%
Cina
Jerman
Jerman
Meksiko
21%
Jepang
21%
Negara Lainnya
Jepang
Negara Lainnya
19%
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sama halnya dengan kinerja ekspor, kegiatan impor Sulawesi Utara pada triwulan II-2011
juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar 1,75% (yoy). Pertumbuhan negatif ini
terutama disebabkan oleh penurunan kinerja impor antar pulau/provinsi. Hal ini sejalan
dengan pangsa impor Sulawesi Utara yang lebih didominasi oleh impor antar pulau/provinsi
(±99%) dibandingkan impor yang didatangkan dari luar negeri (±1%).
Penurunan ini dapat dikonfirmasi dengan
kegiatan bongkar barang melalui pelabuhan
Bitung.
Kegiatan
bongkar
didefinisikan
Grafik 1.13.
Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung
Bongkar (Ribu ton) - left axis
gBongkar (% yoy) - right axis
3,500
25
20
3,000
sebagai masuknya barang dari luar provinsi
ke Sulawesi Utara. Selama triwulan II-2011,
volume barang yang masuk ke Sulawesi
10
2,000
5
1,500
-5
1,000
-10
0
Utara (bongkar) hanya mencapai 530,70 ribu
500
ton dibandingkan triwulan II-2010 yang
0
tercatat sebesar 850,35 ribu ton atau turun
15
2,500
-15
-20
-25
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
2011
sebesar 37,59% (yoy). Tren penurunan
impor yang ditunjukkan dari penurunan
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung
kegiatan bongkar mengindikasikan bahwa
tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap barang dari daerah/provinsi lainnya di luar
Sulawesi Utara sudah semakin kecil.
Sementara itu, kinerja impor luar negeri Sulut masih tetap menunjukkan adanya
pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan kinerja impor luar negeri antara lain dapat
dikonfirmasi dengan data nilai impor selama triwulan II-2011 yang tercatat mencapai
19
USD76,66 juta meningkat dibanding triwulan II-2010 dengan nilai sebesar USD28,3 juta
atau tumbuh mengalami pertumbuhan sebesar 170,9%.
Tabel 1.2.
Impor Sulut (Juta USD)
Nilai CIF ( Ribu USD)
Uraian
Jan'11
Total Impor
Mar'11
Apr'11
Mei'11
Jun'11
% Growth
(yoy)
Jan-Jun
2011
Jan-Jun
2010
28,300
22,093
5,588
37,074
5,500
3,800
2,600
76,655
-
-
-
-
-
-
-
22,093
5,588
37,074
5,500
3,800
2,600
76,655
Migas
Non Migas
Feb'11
170.9
28,300
170.9
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.14.
Pangsa Komoditi Utama Impor Sulut
Berdasarkan komoditasnya, kegiatan impor
luar negeri pada triwulan laporan didominasi
oleh impor komoditas gandum-ganduman
dengan pangsa 30% dari total nilai impor.
18%
30%
9%
Gandum-ganduman
Mesin-mesin
Kapal Laut
18%
25%
Beberapa komoditas impor Sulut lainnya
diantaranya mesin-mesin, kapal laut dan besi
Besi & Baja
Lainnya
baja dengan pangsa berturut-turut 25%,
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
18% dan 9% .
Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sepanjang sampai dengan Juni 2011
lebih dominan didatangkan dari negara Vietnam (30%), Jepang (24%), China (9%) dan
Australia (10%). Terdapat perbedaan urutan negara asal impor di tahun 2010 dan 2011,
jika pada tahun 2010, negara Jepang merupakan negara asal impor barang utama Sulut
dengan komoditi impor berupa mesin-mesin, maka pada tahun 2011, negara asal impor
utama adalah negara Vietnam dengan komoditi impor berupa beras.
Grafik 1.15.
Negara Asal Impor Tahun 2010
Grafik 1.16.
Negara Asal Impor s.d. Juni 2011
2%
3%
11%
17%
Australia
Vietnam
13%
Jepang
30%
6%
Australia
8%
Cina
Cina
Malaysia
Jepang
Malaysia
9%
Taiwan
67%
Filipina
Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah
10%
24%
Lainnya
Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah
20
1.2 SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2011 disumbangkan oleh
seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,14% (yoy), sedikit
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,80% (yoy).
Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier effect penyelenggaraan event berskala
internasional dan nasional pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan
mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi Sulut. Sektor yang
mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan II-2011 adalah Sektor Bangunan yang
tercatat tumbuh 13,59% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,97% terhadap total
pertumbuhan. Selanjutnya, sektor pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
(PHR) juga masih menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan masingmasing sebesar 1,42% dan 1% terhadap total pertumbuhan.
Tabel 1.3.
Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)
Lapangan Usaha
Q1
5.40
8.17
5.17
4.03
11.42
7.29
5.46
6.07
5.00
6.75
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan
PHR
Pengangkutan & Komunikasi
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa
PDRB
Sumb.
1.07
0.43
0.41
0.04
1.83
1.08
0.68
0.41
0.80
6.75
Q2
12.54
2.65
6.37
3.86
2.61
6.77
6.38
6.09
5.82
6.80
2010
Sumb.
Q3
2.55
17.40
0.14
0.44
0.48
6.63
0.03
4.77
0.39
-4.87
1.07
8.92
0.84
7.08
0.40
6.77
0.89
7.21
6.80
7.04
Sumb
3.40
0.02
0.51
0.04
-0.79
1.35
0.97
0.45
1.08
7.04
Q4
10.31
2.10
7.48
7.35
0.86
11.11
12.41
8.26
6.54
7.77
Sumb
1.84
0.11
0.58
0.05
0.15
2.00
1.57
0.52
0.94
7.77
Q1
6.58
5.89
6.03
4.81
8.31
8.79
7.24
5.31
5.89
6.99
2011
Sumb
Q2
1.29
6.65
0.31
5.88
0.47
6.93
0.04
5.33
1.39
13.59
1.31
6.36
0.89
3.27
0.36
7.13
0.93
6.46
6.99
7.14
Sumb.
1.42
0.30
0.52
0.04
1.97
1.00
0.43
0.47
0.98
7.14
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1.2.1 Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan II-2011 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar
6,65% (yoy) walaupun tercatat melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
sebelumnya (12,54% yoy). Perlambatan ini antara lain disebabkan oleh bencana hujan yang
disertai angin kencang yang melanda sebagian besar wilayah Sulawesi Utara pada awal april
dan adanya bencana banjir dan longsor yang terjadi di sentra tanaman padi di Bolaang
Mongondow. Selain merusak areal persawahan sekitar 52 hektar, banjir dan tanah longsor
juga telah merusak tanaman perkebunan seperti kelapa dan cokelat serta tanaman
holtikultura.
Tabel 1.4.
Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Beras
KOMPONEN
2009
Q1
2010
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2011
Q3
Q4
Q1
Q2
Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Beras
Luas Panen (Ha)
31,873
36,150
20,339
27,642
37,150
23,776
34,831
23,869
37,130
34,786
Produksi Gabah (Ton)
142,923
169,105
98,691
138,341
175,194
113,905
171,264
123,017
171,322
168,564
Produksi Beras (Ton)
90,041
106,536
62,175
87,155
110,372
71,760
107,897
77,501
107,933
106,195
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara
21
Perkembangan kinerja sektor pertanian antara lain dapat dikonfirmasi dengan data dari
Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara, dimana pada triwulan II-2011 untuk produksi beras
diperkirakan mencapai 106.195 ton atau naik 47,97% (yoy) dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Namun demikian, jika dibandingkan triwulan sebelumnya, maka
jumlah produksi beras tercatat mengalami perlambatan sebesar -1,61% (qtq). Perlambatan
juga terjadi pada komoditi jagung dan kelapa sebagai komoditi unggulan Sulut. Data dari
Dinas Pertanian menunjukkan bahwa pada triwulan II-2011 produksi jagung mengalami
penurunan sebesar 3,66% (yoy) dari 11 8.352 ton pada triwulan II-2010 menjadi hanya
114.025 ton pada triwulan laporan. Sementara itu, data dari Dinas Perkebunan juga
menunjukkan adanya penurunan produksi kelapa, sampai dengan Mei 2011 jumlah
produksi kelapa Sulut tercatat sebesar 269.077 ton atau turun sebesar 1,52 %
dibandingkan Mei 2010.
Grafik 1.17.
Perkembangan Produksi Jagung di Prov. Sulawesi Utara
200,000
Produksi Jagung (Ton) - left axis
180,000
Growth Produksi (% yoy) - right axis
Grafik 1.18.
Perkembangan Produksi Kelapa di Prov. Sulawesi Utara
80
60
160,000
400,000
Produksi Kelapa (Ton) - left axis
350,000
Growth Produksi (% yoy) - right axis
60
50
300,000
40
40
140,000
250,000
120,000
30
20
200,000
100,000
0
80,000
60,000
-20
20
150,000
10
100,000
40,000
0
-40 50,000
20,000
-
-60
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
-
-10
Q1
Q2
2011
tercatat
Q1
Q2
Q3
Q4
2010
Q1
Q2*)
2011
Ket: *) Data Mei 2011
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Berdasarkan subsektornya, kinerja sub sektor
juga
Q4
2009
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara, diolah
perikanan
Q3
Grafik 1.19.
Perkembangan Hasil Tangkapan Ikan 2009-2011
mengalami
penurunan, hal ini disebabkan oleh beberapa
Jan
faktor diantaranya: (i) kondisi cuaca yang
Feb
tidak menentu, (ii) reklamasi pesisir pantai,
Mar
serta (iii) kelangkaan BBM yang menyebabkan
Apr
2009
2010
hasil
tangkapan
penurunan.
ikan
Produksi
terus
ikan
di
mengalami
May
Manado
Jun
mengalami penurunan mencapai 20% dari
kondisi normalnya. Hal ini dapat dikonfirmasi
2011
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
Sumber: Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung
22
melalui data hasil tangkapan ikan melalui pelabuhan Samudera Bitung, sampai dengan Juni
2011 hasil tangkapan ikan tercatat hanya sebesar 6.947 ton atau turun 30,74%
dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 10.031 ton.
Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran
perbankan
pertanian
untuk
membiayai
menunjukkan
adanya
sektor
tren
Grafik 1.20.
Pertumbuhan Kredit Pertanian
Pertanian (Rp miliar) - left axis
450
150
gPertanian (% yoy) - right axis
400
100
350
peningkatan. Sampai dengan Juni 2011,
300
50
250
jumlah kredit yang disalurkan pada sektor
pertanian mencapai Rp300 milliar atau
tumbuh
121,88%
(yoy)
dibandingkan
200
0
150
100
-50
50
-
periode yang sama tahun lalu. Namun
demikian, jika dibandingkan dengan total
-100
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2010
Q1
Q2
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
kredit yang disalurkan bank, jumlah kredit
pertanian hanya mencapai 2,15% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu
optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif
tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL (Non Performing
Loan) di sektor pertanian yang mencapai 6,61% pada triwulan laporan.
1.2.2 Sektor Bangunan
Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan II-2011 mencatat pertumbuhan
sebesar 13,59% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,97% terhadap total pertumbuhan.
Pertumbuhan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar
2,61% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan di sektor bangunan
diantaranya adalah penyelesaian beberapa proyek pemerintah dan swasta seperti
pembangunan properti ruko, apartemen dan pembangunan beberapa hotel
serta
perbaikan beberapa infrastruktur dalam menunjang penyelenggaraan event ASEAN
Economic Ministers and Related Meetings (AEM).
Pertumbuhan sektor bangunan dapat tercermin pada meningkatnya data penjualan semen
di Provinsi Sulawesi Utara. Selama triwulan laporan, penjualan semen tercatat mencapai
157,78 ribu ton atau naik 28,74% (yoy) apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama
tahun sebelumnya. Indikator lainnya yang menunjukkan peningkatan pada sektor ini adalah
hasil Survei Penjualan Eceran yang dilakukan oleh KBI Manado, menunjukkan adanya
kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 457% dari 63.62 pada Juni 2010
menjadi 354.92 pada Juni 2011.
23
Grafik 1.21.
Perkembangan Data Penjualan Semen
Volume (ton) - left axis
180,000
Grafik 1.22.
Indeks Penjualan Bahan Konstruksi
g_semen (%) - right axis
160,000
800
40
Indeks Bahan konstruksi (left axis)
growth (% - yoy) - right axis
700
30
400
600
20
100,000
10
400
80,000
0
300
-10
200
Jun
Apr
Jul
2009
Sumber : Data Asosiasi Semen Indonesia
Mei
Q4
Mar
Q3
2010
Jan
Q2
Feb
Q1
Des
Q4
Okt
Q3
2009
Nov
Q2
-200
Sep
Q1
0
Ags
-30
-100
Jun
-20
0
0
100
Apr
20,000
100
Mei
40,000
200
Jan
60,000
300
500
Mar
120,000
Feb
140,000
500
2010
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan terhadap sektor bangunan (konstruksi) masih belum
belum maksimal. Hal ini tercermin dari jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan
sampai dengan Juni 2011 tercatat sebesar Rp430 miliar atau mengalami pertumbuhan
negatif sebesar 3,59% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Grafik 1.23.
Perkembangan Kredit Konstruksi
600
Konstruksi (Rp miliar) - left axis
70
gKonstruksi (% yoy) - right axis
60
500
50
40
400
30
300
20
10
200
0
-10
100
-20
-
-30
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
1.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan II-2011 menunjukan
pertumbuhan positif sebesar 6,36% (yoy) dengan kontribusi sebesar 1% terhadap total
pertumbuhan. Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi pada sub sektor hotel yang
didorong oleh penyelenggaraan beberapa event diantaranya :
a) Manado kembali dipercaya menjadi tuan rumah penyelenggaraan Indonesia MICE &
Corporate Travel Mart (IMCTM) 2011 pada tanggal 17-21 Mei 2011.
IMCTM
merupakan corporate travel mart terbesar di kawasan Asia Tenggara yang menjadi
forum bisnis yang memfasilitasi pertemuan antara pihak korporasi dan agensi perjalanan
dengan pihak resort tempat penyelenggaran MICE. Adanya perhelatan ini diharapkan
dapat mempromosikan sekaligus mendatangkan banyak wisatawan lokal dan
mancanegara.
24
b) Pada tanggal 24-28 Mei 2011, Kota Manado akan menyelenggarakan acara Manado
Ocean Festival yang akan menampilkan berbagai kompetisi diantaranya: Jetski Nasional
Championship, International Underwater Photography Competition, Exibition, Miss
Ocean Manado Contest, Katinting Festival, Volley Beach Tournament, Clean and Refresh
The Ocean dan Seafood Cooking Festival. Penyelenggaraan acara ini diharapkan dapat
mendatangkan wisatawan lokal maupun mancanegara.
c) Pelaksanaan 4th Australia Federal Police (AFP)
Indonesia Police (INP) Senior Officer
Meeting (SOM) di Manado yang dibuka oleh Gubernur Sulawesi Utara pada tanggal 11
Mei 2011. Acara ini merupakan bagian dari program Polri dan AFP.
d) Rapat Kerja Nasional Staf Ahli Kepala Daerah Provinsi dan Kab/Kota pada tanggal 13
Juni 2011 yang akan diikuti 400-an peserta dari seluruh Indonesia.
e) Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia pada
tanggal 22-25 Juni 2011 yang diperkirakan mendatangkan 1.500 dokter spesialis kulit
dan kelamin se-Indonesia.
Maraknya berbagai perhelatan yang diselenggarakan di Kota Manado selama triwulan
laporan antara lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara
umum memperlihatkan tren peningkatan diantaranya adalah data wisatawan domestik
maupun mancanegara, data jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian
Kamar (TPK), dan jumlah kamar terjual.
Grafik 1.24.
Data Wisatawan Mancanegara
Grafik 1.25.
Data Lama Tamu Menginap
Wisman (org) - left axis
gWisman (% yoy) - right axis
10,000
80.00
Menginap (org) - left axis
60,000
60.00
gMenginap (% yoy) - right axis
60.00
8,000
50.00
50,000
40.00
6,000
20.00
(20.00)
2,000
(40.00)
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
20.00
20,000
10.00
10,000
-
-
(60.00)
Q1
30.00
30,000
-
4,000
40.00
40,000
(10.00)
Q1
Q2
Q2
2009
2011
Grafik 1.26.
TPK dan Lama Menginap
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
Ratas Menginap (hari) - right axis
40
30
20
10
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2010
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
2011
Grafik 1.27.
Jumlah Kamar Terjual
TPK (%) - left axis
50
Q4
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
60
Q3
Q1
Q2
2011
Kmr Terjual (unit) - left axis
gKmr Terjual (% yoy) - right axis
80,000
70,000
60.00
50.00
60,000
40.00
50,000
30.00
40,000
20.00
30,000
10.00
20,000
-
10,000
(10.00)
-
(20.00)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009
2010
2011
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
25
Pertumbuhan kinerja sektor PHR tidak terlepas dari peningkatan kinerja sub sektor
pedagangan besar dan eceran yang didorong oleh dampak lanjutan dari membaiknya daya
beli masyarkat akibat peningkatan pendapatan masyarakat yang diperoleh dari pencairan
tunjangan PNS dan realisasi tunjangan sertifikasi guru. Pertumbuhan seb sektor
perdagangan besar dan eceran dapat dikonfirmasi dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE)
oleh KBI Manado pada triwulan II-2011 yang menunjukkan adanya peningkatan indeks
pada bahan konstruksi, kerajinan,seni dan mainan serta bahan bakar.
Grafik 1.29.
Perkembangan Kredit Sektor PHR
Grafik 1.28.
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran per KLUI
1000
Indeks Bahan konstruksi
Kredit_PHR (Rp miliar) - left axis
Kerajinan, seni & mainan
4,500
Bahan bakar
800
600
400
200
70
gKredit_PHR (% yoy) - right axis
4,000
60
3,500
50
3,000
40
2,500
30
2,000
20
1,500
10
1,000
0
500
2010
Jun
Apr
Mei
Mar
Jan
Feb
Des
Okt
Nop
Sep
Jul
-200
Agust
Jun
Apr
Mei
Mar
Jan
Feb
0
-10
-
-20
Q1
Q2
2011
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado
Q3
Q4
2010
Q1
Q2
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor ekonomi terbesar yang mendapatkan
alokasi pembiayaan dari perbankan. Sampai dengan bulan Juni 2011 kredit sektor PHR yang
telah disalurkan bank umum mencapai Rp4.114 miliar atau tumbuh 57,65% dibandingkan
periode yang sama tahun lalu.
1.2.4. Sektor lainnya
A. Sektor Jasa-jasa
Kinerja sektor jasa pada triwulan II-2011
Grafik 1.30.
Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa
tumbuh positif sebesar 6,46% (yoy). Kinerja
Kredit_Jasa (Rp miliar) - left axis
700
sektor jasa yang cukup stabil ditopang oleh
aktivitas sub sektor pemerintahan umum.
Namun
demikian,
apabila
dibandingkan
dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya
gJasa (% yoy) - right axis
35
30
600
25
20
500
15
400
10
300
5
200
-5
0
-10
100
kinerja
sektor
jasa-jasa
mengalami
-15
-
-20
Q1
perlambatan yang tercermin dari melambatnya
penyaluran kredit perbankan di sektor ini.
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
26
Sampai dengan bulan Juni 2011 kredit sektor jasa-jasa tercatat sebesar Rp564 miliar atau
tumbuh negatif 7,58% (yoy).
B. Sektor Industri Pengolahan
Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan II-2011 relatif stabil dengan tingkat
pertumbuhan mencapai 6,93% (yoy) atau tumbuh lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan triwulan II-2010 sebesar 6,37% (yoy). Industri pengolahan di Sulawesi Utara yang
didominasi oleh pengolahan produk kelapa dan turunannya serta pengolahan produk
perikanan tersebar di Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten
Minahasa Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Kotamobagu dan Kota Tomohon.
Mayoritas industri pengolahan berlokasi di Kota Bitung dan Kota Manado.
Membaiknya
perekonomian
dunia
yang
tumbuh lebih cepat dibandingkan perkiraan
sebelumnya
seiring
pemulihan
ekonomi
negara-negara maju dan emerging makets
diperkirakan turut berdampak pada kembali
bergairahnya sektor industri di Sulawesi
Utara. Hal ini salah satunya ditandai oleh
pertumbuhan jumlah pelanggan listrik di
sektor bisnis dan industri. Berdasarkan data
Grafik 1.31.
Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok
Bisnis dan Industri
Pelanggan Bisnis&Industri - left axis
15,000
6.00
gPelanggan Bisnis&Industri (% yoy) - right axis
14,500
5.00
14,000
4.00
13,500
3.00
13,000
2.00
12,500
1.00
12,000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
2011
Sumber : PLN Kanwil Suluttenggo
PLN, jumlah pelanggan listrik di sektor bisnis
dan industri pada triwulan II-2011 mencapai
14.542 pelanggan atau tumbuh 4,36% (yoy).
Grafik 1.32.
Perkembangan Kredit Sektor Industri
Dukungan
perbankan
terhadap
industri
pengolahan merupakan salah satu faktor
400
350
Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis
50
gKredit_Industri (%yoy) - right axis
45
40
300
35
pendorong pertumbuhan sektor ini. Sampai
250
30
200
25
dengan akhir triwulan II-2011 jumlah kredit
150
20
yang disalurkan tumbuh sebesar 16,62% (yoy)
50
dari Rp281 miliar pada triwulan II-2010
15
100
10
5
-
0
Q1
Q2
Q3
2009
menjadi Rp328 miliar pada triwulan II-2011.
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
27
C. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan
Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada
triwulan II-2011 tumbuh 7,13% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa
antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan
antara lain: pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai
Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan
kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh meningkatnya
laju konsumsi dan aktivitas sistem pembayaran di wilayah Sulawesi Utara juga turut
berkontribusi pada pertumbuhan sektor ini.
Tabel 1.5.
Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara
2009
Data Bank
2010
2011
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Jumlah Bank umum
23
23
24
24
24
25
25
25
25
Q2
25
Jumlah kantor bank umum*)
195
197
199
206
206
215
219
225
227
234
Jumlah BPR
17
17
17
13
13
14
14
16
16
16
Jumlah kantor BPR
39
39
39
39
39
39
41
43
43
46
Ket: *) termasuk kantor unit
Sumber : Bank Indonesia Manado
D. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan berbagai event berskala nasional
maupun internasional di Tahun 2011 adalah semakin dikenalnya Kota Manado sebagai
salah satu kota tujuan wisata baik secara internasional maupun nasional. Hal ini
berpengaruh pada meningkatnya minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara
hingga pada tahap lanjut mampu mendorong kinerja sektor pengangkutan dan
telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II-2011 mengalami
pertumbuhan signifikan 3,27% (yoy), dengan sumbangan sebesar 0,43% terhadap total
pertumbuhan.
Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tercermin
dari tingginya arus penumpang dan kargo yang keluar dari Bandar Udara Sam Ratulangi
Manado. Sampai dengan Mei 2011, arus penumpang dan kargo yang berangkat (keluar)
dari wilayah Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar
5,48% (yoy) dan 4,28% (yoy). Sejalan dengan itu, arus penumpang yang masuk ke wilayah
Sulawesi Utara
masuk
mengalami pertumbuhan sebesar 2,65% (yoy). Peningkatan pada arus
bertepatan
dengan
maraknya
event
domestik
dan
internasional
yang
diselenggarakan di Sulawesi utara pada triwulan laporan.
28
Tabel 1.6.
Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi
Jenis
Kedatangan/
Pengangkutan Keberangkatan
Penumpang
Q2*)
Q3
Q4
Q1
Growth
(YoY)
Q2**)
Datang
174,013
136,627
218,514
229,908
203,160
140,242
Berangkat
183,275
134,677
219,567
216,486
213,108
142,055
1,378,294 1,092,856 1,844,427 1,957,143 1,783,877
994,184
Datang
Kargo
2011
2010
Q1
Berangkat
941,772
724,447 1,400,768 1,011,539 1,208,615
2.65%
5.48%
-9.03%
4.28%
755,448
Ket: *) Data s.d. Mei 2010
**) Data s.d. Mei 2011
Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara
Sementara itu, relatif stabilnya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan
antara lain didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan, disamping pesatnya
pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada
daerah yang sebelumnya terisolir sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan
dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan kecanggihan telepon selular dengan
berbagai macam jenis merk, harga, dan fasilitas/fitur baru yang ditawarkan serta gencarnya
promosi yang dilakukan semakin mendorong masing-masing provider untuk lebih bersaing
mendapatkan konsumen, hal ini pada tahap selanjutnya akan berdampak terhadap
peningkatan kinerja sub sektor komunikasi.
Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor
ini,
keberpihakan
perbankan
yang
Grafik 1.33.
Perkembangan Kredit Sektor Transportasi dan Komunikasi
Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis
diwujudkan dalam penyaluran kredit di
100
90
50
sektor pengangkutan dan komunikasi juga
80
40
70
30
60
20
memperlihatkan
adanya
peningkatan.
Sampai dengan bulan Juni 2011 jumlah
kredit yang disalurkan mencap ai
miliar,
atau
tumbuh
14,36%
Rp89
(yoy)
60
gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis
50
10
40
0
30
-10
20
-20
10
-30
-
-40
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
2011
dibandingkan periode yang sama tahun
lalu
E. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Grafik 1.43.
Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan
Sektor pertambangan dan penggalian
Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis
45
pada triwulan II-2011 tumbuh 5,88%
200
gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis
40
150
35
(yoy) dengan sumbangan sebesar 0,30%
30
100
25
terhadap total pertumbuhan. Berdasarkan
20
pelaku usahanya, sub sektor penggalian
10
ini
lebih
banyak
penambangan
dilakukan
oleh
50
15
0
5
-
-50
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
2011
Sumber : Bank Indonesia Manado
29
tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar. Hal inilah yang mendorong rendahnya
penyaluran kredit pada sektor pertambangan selain karena faktor risiko yang tinggi dari
kegiatan pertambangan. Jika dilihat berdasarkan trennya, pembiayaan yang diberikan oleh
pihak perbankan terhadap sektor pertambangan pengalami penurunan yang cukup
signifikan pada awal tahun 2009, dan selanjutnya relatif tidak mengalami perubahan. Pada
triwulan laporan, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertambangan tercatat sebesar
Rp42 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 25,293% (yoy).
F. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sementara itu, sektor listrik, gas dan air
bersih pada triwulan II-2011 tumbuh
positif 5,33% (yoy). Jika dilihat dari jumlah
penjualan listrik serta jumlah pelanggan di
triwulan II-2011, terdapat pertumbuhan
positif
dalam
jumlah
pelanggan
dan
pemakaian listrik pada triwulan laporan.
Jumlah pelanggan listrik pada triwulan II-
Grafik 1.35.
Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Supply Listrik di
Sulawesi Utara
250
Jumlah Pemakaian (MW) - left axis
Jumlah listrik yang tersedia (MW) - left axis
200
150
100
50
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2010
Q1
Q2
2011
Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah
2011 sebesar 431.634 pelanggan atau tumbuh 10,83% (yoy) dengan jumlah pemakaian
191 MW atau tumbuh 6,11% dibandingkan periode yang sama tahun 2010. Sementara itu,
pada triwulan II-2011, kapasitas listrik yang tersedia adalah sebesar 234MW atau tumbuh
15,84% dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010. Tingkat pertumbuhan kapasitas
listrik tersedia didukung oleh pembangunan sejumlah pembangkit listrik di wilayah Sulawesi
Utara.
30
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tekanan inflasi di Kota Manado selama triwulan II 2011 secara umum masih lebih rendah
apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi Kota Manado
pada triwulan II-2011 tercatat 5,15% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya sebesar 6,90% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi
nasional sebesar 5,45% (yoy). Sejalan dengan pergerakan inflasi tahunan, inflasi bulanan
juga mengalami penurunan menjadi 0,07% (mtm) pada Juni 2011 dari 0,14% (mtm) pada
Maret 2011 serta masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar
0,55% (mtm). Akumulasi laju inflasi (ytd) Kota Manado sampai dengan Juni 2011 tercatat
lebih rendah (-0,14%) dibandingkan akumulasi inflasi nasional (1,06%). Sementara itu,
inflasi triwulanan Kota Manado pada periode laporan tercatat -1,43% (qtq), lebih rendah
dibandingkan triwulan I-2011 yang tercatat sebesar 1,31% (qtq).
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada
triwulan II-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara kelompok
bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok komoditas yang
harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) mengalami tekanan relatif minimal.
Grafik 2.1.
Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy)
Grafik 2.2.
Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq)
16
5
14
12
10
3
8
2
6
4
1
2
0
0
-2
%
4
Q1
Q2
Q3
Q4
2008
yoy Manado
Q1
Q2
Q3
Q4
2009
Q1
Q2
Q3
2010
yoy Nasional
Q4
Q1
Q2
2011
-1
-2
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2008
2009
2011
-3
qtq Manado
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
2010
qtq Nasional
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
31
2.1. PERKEMBANGAN INFLASI
2.1.1
INFLASI TAHUNAN (yoy)
Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan II-2011 tercatat 5,15% (yoy),
mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,90% (yoy) dan
masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 5,45% (yoy). Penurunan laju
inflasi tahunan pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh berkurangnya tekanan
inflasi pada kelompok pangan. Hal ini ditandai oleh mulai menurunnya harga beberapa
komoditas pangan bergejolak (volatile foods) setelah mengalami kenaikan harga yang
cukup tinggi di awal tahun 2011. Namun demikian, laju inflasi tahunan pada triwulan II
2011 masih lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya
tercatat sebesar 4,21% (yoy). Hal ini terutama disebabkan masih berlanjutnya kenaikan
harga emas dunia yang berimbas pada kenaikan harga emas perhiasan domestik. Selain itu,
peningkatan daya beli pada triwulan laporan yang disebabkan oleh peningkatan
pendapatan masyarakat seperti kenaikan gaji PNS/TNI/Polri serta naiknya harga komoditas
unggulan Sulawesi Utara seperti cengkih, kopra dan pala pada tahap selanjutnya
memberikan tekanan inflasi inti melalui jalur ekspektasi konsumen terhadap harga barang
dan jasa.
Berdasarkan kelompoknya, kelompok bahan makanan dan kelompok sandang mencatat
inflasi tertinggi dibandingkan kelompok lainnya. Angka inflasi kelompok bahan makanan
tercatat 14,72% (yoy) pada triwulan laporan yang disebabkan oleh meningkatnya harga
bumbu-bumbuan, ikan segar, daging dan hasil-hasilnya, ikan diawetkan, padi-padian, umbiumbian dan hasilnya. Sementara itu, kelompok sandang tercatat mengalami inflasi sebesar
4,28% (yoy) yang terutama dipicu oleh peningkatan harga emas perhiasan domestik.
Tabel 2.1.
Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
No
1
2
3
4
5
6
7
Kelompok
Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
Umum
Q1
21.82
8.03
3.54
6.05
9.16
2.58
1.05
8.85
2009
Q2
Q3
4.75
-0.82
7.5
6.15
2.07
-0.15
4.94
4.67
5.43
4.84
2.03
2.63
-8.66
-8.76
2.25
-0.01
Q4
5.82
4.88
0.44
6.37
4.12
1.81
-5.33
2.31
Q1
-2.19
8.13
1.45
2.83
4.98
1.97
1.63
1.84
2010
Q2
Q3
6.39
18.14
5.96
4.83
1.83
2.58
6.84
7.02
2.56
1.87
1.75
1.19
2.60
3.26
4.21
7.38
Q4
15.23
5.36
2.35
5.15
0.96
1.62
0.59
6.28
2011
Q1
Q2
21.69
14.72
0.43
1.50
1.85
2.14
5.03
4.28
0.61
2.62
0.91
0.86
0.80
-0.38
6.90
5.15
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
32
2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)
Searah dengan inflasi tahunan, tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan II-2011
cenderung lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, inflasi Kota
Manado pada triwulan II-2011 tercatat -1,43% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan I2011 yang tercatat sebesar 1,31% (qtq) dan masih lebih rendah dibandingkan triwulan
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,2% (qtq).
Tabel 2.2.
Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
No
1
2
3
4
5
6
7
Kelompok
Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
Umum
Q1
6.58
1.54
-0.26
3.97
1.18
0.57
-7.03
1.18
2009
Q2
Q3
-7.86
0.84
1.07
1.85
-0.29
0.23
-1.93
0.92
2.32
0.99
0.22
0.91
0.28
-0.02
-2.08
0.74
Q4
6.86
0.34
0.77
3.36
-0.42
0.10
1.57
2.50
Q1
-1.50
4.68
0.74
0.52
2.02
0.72
-0.20
0.72
2010
Q2
Q3
0.23
11.98
-0.95
0.77
0.09
0.96
1.89
1.09
-0.04
0.32
0.01
0.36
1.23
0.62
0.20
3.81
Q4
4.23
0.84
0.55
1.56
-1.32
0.52
-1.06
1.44
2011
Q1
Q2
4.03
-5.51
-0.22
0.10
0.24
0.38
0.40
1.17
1.66
1.96
0.02
-0.04
0.02
0.05
1.31
-1.43
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Berdasarkan kelompoknya, deflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu
sebesar 5,51% (qtq). Deflasi pada sub kelompok bahan makanan didorong oleh penurunan
tekanan inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan, padi-padian, umbi-umbian dan
hasilnya, ikan segar dan ikan diawetkan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Penurunan tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh
membaiknya kondisi pasokan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Grafik 2.3.
Inflasi Triwulanan Sub Kelompok Bahan Makanan
TriwulanI II-2011
(0.95)
Lainnya
(0.38)
Lemak & Minyak
Bumbu - bumbuan
(26.02)
1.11
0.36
Buah - buahan
Kacang - kacangan
1.76
Sayur-sayuran
1.52
Telur, Susu & Hasil-hasilnya
(0.68)
Ikan Diawetkan
(1.14)
Ikan Segar
1.33
Daging & Hasil-hasilnya
(0.54)
Padi-padian, Umbi-umbian & Hasilnya
-30
-25
-20
-15
Sub Kelompok
-10
-5
0
5
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
33
2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)
Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan II-2011 menunjukkan tren
peningkatan. Pada April 2011 Kota Manado tercatat mengalami deflasi 1,43% (mtm),
kemudian kembali mengalami deflasi pada Mei 2011 sebesar 0,07% (mtm) dan pada Juni
2011 mengalami inflasi menjadi 0,07% (mtm).
Grafik 2.4.
Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (mtm)
%
4
3
2
1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
1
2
3
4
5
6
-1
2010
-2
-3
2011
mtm Manado
mtm Nasional
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
 APRIL 2011
Memasuki triwulan II tahun 2011, Kota Manado
tercatat mengalami deflasi sebesar -1,43% (mtm).
Deflasi terutama terjadi pada kelompok bahan
Grafik 2.5.
Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado
Menurut Kelompok Barang & Jasa April 2011
makanan tercatat -4,88% (mtm) dengan sumbangan
Pendidikan
sebesar -1,55% terhadap total inflasi bulanan.
Kesehatan
Beberapa komoditi yang mengalami penurunan harga
cabe merah, daging ayam ras, daging babi, minyak
Bahan Makanan
dan
nike.
Penurunan
harga
disebabkan oleh kembali normalnya kondisi pasokan
0.01
0.34
0.04
0.64
0.03
0.13
0.01
0.05
Perumahan
Makanan jadi
bayam,
0.00
0.00
Sandang
diantaranya cabe rawit, bawang merah, beras, mujair,
goreng,
-0.03
-0.21
Transportasi
-1.50
-4.88
-6
Andil
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
Inflasi (mtm) April 2011
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
setelah mengalami gangguan pada triwulan I 2011 yang berdampak pada tingginya harga
komoditas bahan pangan di awal tahun 2011.
34
 MEI 2011
Laju deflasi Kota Manado pada Mei 2011 tercatat sebesar 0.07% (mtm) atau mengalami
penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Deflasi pada Mei 2011 masih didominasi oleh
deflasi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,41% (mtm).
Beberapa komoditas
makanan yang mengalami penurunan harga adalah daun bawang, bawang putih, daging
babi, cakalang, bawang merah, anggur, lemon cina, cumi-cumi, dan jahe. Sementara itu
laju deflasi tertahan oleh meningkatnya harga pada kelompok lainnya. Beberapa komoditas
yang mengalami kenaikan harga selama bulan Mei 2011 antara lain beras, emas perhiasan,
kangkung, asuransi, kue kering, cabe rawit, pasta gigi, angkutan udara, apel, dan sabun
cair/cuci piring.
Grafik 2.6.
Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa Mei 2011
0.13
0.13
Transportasi
-0.03
-0.03
Pendidikan
0.44
0.44
Kesehatan
0.10
0.10
0.04
0.04
0.03
0.03
Sandang
Perumahan
Makanan jadi
Bahan Makanan
-0.41
-0.41
-1
Andil
0
0
0
0
0
Inflasi (mtm) Mei 2011
1
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
 JUNI 2011
Pada akhir triwulan II 2011, laju perkembangan
Grafik 2.7.
Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut
Kelompok Barang dan Jasa Maret 2011
harga barang dan jasa secara umum terus
menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan
Transportasi
sebelumnya. Inflasi Kota Manado pada Juni 2011
Pendidikan
tercatat sebesar 0,07% (mtm). Tekanan inflasi
Kesehatan
pada Juni 2011 terutama disebabkan oleh mulai
merangkak naiknya harga beberapa komoditas
pangan akibat
tekanan permintaan
setelah
mengalami penurunan harga pada awal triwulan
0.02
-0.01
0.00
0.14
0.04
0.03
Sandang
1.16
0.42
0.05
0.20
0.00
0.03
Perumahan
Makanan jadi
-0.07
-0.25
Bahan Makanan
-1
0
II 2011. Beberapa komoditas yang mengalami
Andil
kenaikan harga selama bulan Juni 2011 antara
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
1
2
Inflasi (mtm) Juni 2011
35
lain daging ayam ras, beras, bawang merah, daging babi, mie, emas perhiasan, daun
bawang, semen, pepaya, dan parfum. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan
harga adalah cabe rawit, gula pasir, bawang putih, minuman ringan, sandal kulit, telur
ayam ras, cakalang asap, kentang, jeruk nipis/limau, dan cabe merah.
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada
triwulan II-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara kelompok
bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok komoditas yang
harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) mengalami tekanan relatif minimal.
Grafik 2.8.
Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
Volatile
Administered
CORE
Grafik 2.9.
Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
IHK
IHK
12.00
8.00
10.00
6.00
Volatile
Administered
Core
8.00
4.00
6.00
2.00
4.00
0.00
2.00
1
-2.00
0.00
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
1
2010
2
3
4
5
6
2011
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
-2.00
2009
2010
2011
-4.00
-4.00
-6.00
Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.
Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.
2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL
Inflasi Inti (core inflation) pada Juni 2011 tercatat 2,11% (yoy) dengan sumbangan 1,14%
terhadap total inflasi tahunan pada triwulan II-2011. Tekanan inflasi inti meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,46% (yoy) dengan sumbangan
0,79% terhadap total inflasi triwulan I 2011, namun lebih rendah dibandingkan triwulan
yang sama periode sebelumnya yang tercatat sebesar 3,47% (yoy) dengan sumbangan
1,89% terhadap total inflasi triwulan II 2010. Dari sisi domestik, sumber inflasi diprakirakan
antara lain berasal dari faktor musiman dan hari raya di tengah terus meningkatnya
permintaan sejalan dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Selain itu,
faktor ekspektasi masyarakat yang dipengaruhi oleh tingginya harga komoditas
internasional dan belum menentunya kebijakan pemerintah mengenai bahan bakar
bersubsidi diprakirakan juga turut andil dalam menambah tekanan inflasi. Dari sisi eksternal,
36
tekanan inflasi terutama bersumber dari harga komoditas internasional yang masih
cenderung meningkat.

Interaksi Permintaan dan Penawaran
Permintaan konsumen Kota Manado pada triwulan II 2011 cenderung meningkat dipicu
oleh (i) kenaikan daya beli masyarakat sebagai dampak kenaikan pendapatan sebagian
besar masyarakat Sulawesi Utara terutama bagi kalangan PNS/TNI/Polri dan petani
perkebunan (ii) pola musiman perayaan Hari
Raya Pengucapan Syukur serta persiapan
menjelang Bulan Suci Ramadhan. Hal ini tercermin dari tren kenaikan indeks penjualan
eceran hasil Survei Pedagang eceran (SPE) Kota Manado yang tercatat sebesar 248,98 pada
akhir triwulan II 2011 atau lebih tinggi dari akhir triwulan lalu yang tercatat hanya sebesar
194,62. Sementara dari sisi penawaran, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU) KBI Manado persentase kapasitas produksi dari dunia usaha menujukkan
peningkatan dari 88,27% pada triwulan I-2011 menjadi 96,91% pada triwulan laporan.
Peningkatan permintaan yang diikuti oleh peningkatan penggunaan kapasitas produksi
menahan tekanan inflasi yang bersumber dari tekanan permintaan dan penawaran.
Grafik 2.10.
Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran dan
Kapasitas Produksi
120
600
100
500
80
400
60
300
40
200
20
100
-
0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2007
2008
2009
2010
2011
Kapasitas Produksi (left axis)
Indeks Penjualan Riil (right axis)
Ket:
Kapasitas produksi (%) berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado
Indeks Penjualan Riil hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado
37

Ekspektasi Inflasi
Selanjutnya di sisi domestik, ekspektasi para pelaku ekonomi di Sulawesi Utara terhadap laju
inflasi cenderung meningkat. Hal ini terutama tercermin dari sisi pengusaha (grafik 2.11)
dan pedagang eceran (grafik 2.12) di Sulawesi Utara. Peningkatan ekspektasi tersebut
terutama dipengaruhi oleh (i) belum adanya kepastian mengenai rencana kebijakan
pemerintah terkait BBM bersubsidi dan kelangkaan BBM bersubsidi yang masih berlanjut di
Provinsi Sulut (ii) rencana konversi minyak tanah ke LPG (iii) rencana kenaikan harga LPG
ukuran 50 kg dan 12 kg secara bertahap dan (iv) masih berlanjutnya tren kenaikan harga
komoditas internasional
Grafik 2.11.
Perkiraan Harga Barang & Jasa Menurut Pengusaha di
Sulawesi Utara
Grafik 2.12.
Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang
dan Jasa di Kota Manado
50.00
250
40.00
200
30.00
150
20.00
100
10.00
50
-
0
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2 Q3*
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
(10.00)
2008
2009
2010
2011
2007
2008
2009
2010
2011
(20.00)
Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad
Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado

Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado
Eksternal
Sementara itu, dari sisi eksternal, tekanan inflasi terutama bersumber dari harga
komoditas internasional yang masih cenderung meningkat, terutama harga minyak dan
harga emas dunia yang berpengaruh pada harga bahan bakar non subsidi dan harga
emas perhiasan domestik. Walaupun sempat menunjukkan penurunan, harga minyak
diprakirakan masih cenderung meningkat dan diikuti oleh kenaikan harga komoditaskomoditas lainnya terkait masih tingginya permintaan akan komoditas internasional,
baik yang berasal dari negara-negara emerging markets maupun negara-negara maju.
Tekanan inflasi dari sisi eksternal tersebut diprakirakan dapat diredam dengan nilai tukar
rupiah yang bergerak stabil. Penguatan rupiah ini merupakan bagian dari respon
kebijakan Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi, khususnya yang berasal
dari kenaikan harga komoditi internasional (imported inflation)
38
Grafik 2.14.
Perkembangan Harga World Texas Intermediate (WTI)
dan Harga Emas di Pasar Internasional
Grafik 2.13.
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
USD/Barrel
120
Rp/USD
12,500
12,000
11,500
11,000
$/Oz
1700
100
1500
80
1300
60
1100
40
900
10,500
10,000
9,500
9,000
8,500
20
8,000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2008
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
700
1
3
5
7
9
11
1
2009
2011
3
5
7
9
11
1
2010
3
5
2011
Kurs
WTI (left axis)
Sumber: Bloomberg
Emas (right axis)
Sumber: http://blogs.worldbank.org/
2.2.2 Non Fundamental

Volatile foods
Kelompok volatile foods Kota Manado pada Juni 2011 tercatat mengalami inflasi 14,95%
(yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang mencatat inflasi sebesar 22,06%
(yoy). Penurunan laju inflasi volatie foods terutama disebabkan oleh membaiknya kondisi
pasokan sehingga harga komoditas kelompok tersebut berangsur kembali kearah normal
setelah mengalami lonjakan harga pada awal tahun 2011.
Grafik 2.18.
Perkembangan Harga Komoditas Beras dan Minyak
Goreng Kota Manado Triwulan I-2011
14,000
Grafik 2.19.
Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit dan
Bawang Merah di Kota Manado
80,000
12,000
70,000
10,000
60,000
8,000
50,000
6,000
40,000
30,000
4,000
20,000
2,000
10,000
Jan
Feb
Mar
Apr
Beras Superwin
Minyak Goreng
Sumber : Disperindag Prov. Sulut
Mei
Juni
Jan
Feb
Cabe Rawit
Mar
Apr
Mei
Juni
Bawang Merah
Sumber : Disperindag Prov. Sulut
39

Administered Price
Laju inflasi administered price Kota Manado pada triwulan II-2011 cenderung menurun.
Pada Juni 2011 inflasi kelompok administered price tercatat 0,47% (yoy) dengan
sumbangan 0.09% terhadap total inflasi, lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama
tahun lalu sebesar 3,47% (yoy) maupun triwulan sebelumnya sebesar 1,58% (yoy). Hal ini
merupakan dampak dari belum adanya kebijakan pemerintah yang berpengaruh pada
inflasi kelompok ini.
Namun demikian, rencana pencabutan subsidi minyak tanah dan kelangkaan BBM
bersubsidi di Sulawesi Utara dapat menjadi risiko meningkatnya tekanan inflasi pada
kelompok administered price. Rencana pencabutan subsidi minyak tanah menyebabkan
sejumlah aksi borong oleh masyarakat yang berpotensi menyebabkan peningkatan harga
minyak tanah. Selain itu, kelangkaan BBM subsidi masih berlanjut hingga akhir Juni 2011 di
sejumlah daerah di Sulawesi Utara. Kebijakan pembatasan pembelian Premium oleh
pemerintah dapat sedikit meredam antrian di sejumlah SPBU di Sulut namun masih belum
dapat mengatasi perilaku penimbunan dan menjamurnya pedagang bensin eceran.
40
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian, perkembangan berbagai
indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan II-2011 menunjukkan pertumbuhan
positif. Aset, dana pihak ketiga, dan outstanding kredit mengalami pertumbuhan yang lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi penghimpunan dana,
pertumbuhan Dana Pihak Ketiga terutama terjadi pada tabungan. Sementara itu, kredit
tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama kredit
investasi. Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan
Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara mengalami peningkatan
dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, stabilitas sistem perbankan yang meliputi aspek risiko kredit, risiko likuiditas,
risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif
terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Aspek penyerapan
dana masyarakat yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level sedikit
di atas 100%, sebagai akibat laju pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan
dengan laju pertumbuhan DPK.
Tabel 3.1
Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
Komponen
Total Aset
Tumbuh Y.o.Y (%)
DPK (Rp Miliar)
Tumbuh Y.o.Y (%)
Kredit outstanding (Rp Miliar)
Plafond Kredit (Rp Miliar)
Tumbuh Y.o.Y (%)
LDR (%)
NPL (%)
kredit UMKM
Share UMKM
NPL UMKM (%)
Q1
13,635
26.33
8,907
23.90
9,095
10,187
33.30
102.11
3.86
5,841
64.22
4.91
2009
Q2
Q3
14,235 14,860
21.76
20.24
9,448
9,725
21.67
22.64
9,627 10,004
10,647 11,031
22.60
18.34
101.90 102.88
3.72
3.58
6,185
6,270
64.25
62.67
4.96
5.18
Q4
14,769
9.17
9,987
12.72
10,485
11,731
17.36
104.98
2.83
6,414
61.17
4.32
Q1
15,114
10.85
10,220
14.74
10,846
13,133
19.25
106.12
3.57
8,767
80.83
3.49
2010
Q2
Q3
15,925 16,695
11.87
12.35
10,604 11,114
12.24
14.28
11,457 11,904
13,620 14,079
19.00
18.98
108.04 107.11
3.51
3.54
9,408
9,926
82.12
83.38
3.49
3.37
Q4
17,504
18.52
11,428
14.42
12,681
14,986
20.95
110.97
3.18
10,533
83.06
2.94
2011
Q1
Q2
17,984 19,202
18.99
20.58
11,797 12,601
15.43
18.83
12,955 13,958
15,436 16,375
19.44
21.83
109.81 110.76
3.83
3.74
11,158 11,757
86.13
84.23
3.44
3.47
Sumber : Bank Indonesia Manado
3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA
Aset perbankan Sulawesi Utara, baik bank umum konvensional, bank umum syariah
maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan II-2011 tumbuh positif seiring
41
membaiknya kondisi perekonomian secara makro. Struktur aset perbankan Sulawesi Utara
masih didominasi oleh aset bank umum konvensional dengan pangsa mencapai 95,87%
dari total aset perbankan. Sementara itu, pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional
masing-masing sebesar 1,65% dan 2,48%. Apabila dilihat pertumbuhan pangsa asetnya,
bank umum syariah dan BPR mengalami pertumbuhan positif pada dua tahun terakhir,
meskipun tidak signifikan.
Lebih lanjut, dari keseluruhan aset bank, sebesar 67,10% merupakan aset bank pemerintah
dan sisanya sebesar 28,77% merupakan aset bank swasta.
Grafik 3.1.
Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. II-2011
Bank Umum
Konvensional
Pemerintah
67.10%
Bank
Umum
Syariah
1.65%
Bank Umum
Konvensional
95.87%
Bank Umum
Konvensional Swasta
28.77%
BPR
Konvensional
2.48%
BPR Konvensional
Bank Umum Syariah
Bank Umum Konvensional Pemerintah
Bank Umum Konvensional Swasta
Sumber: Bank Indonesia Manado
Grafik 3.2.
Pertumbuhan Pangsa Aset Perbankan
Sulawesi Utara Tw. II-2010
Total Asset BPR Konvensional (left axis)
Total Asset BU Syariah (left axis)
Bank Umum Konvensional (right axis)
3.00
98.00
2.50
97.50
2.00
97.00
1.50
96.50
1.00
96.00
0.50
95.50
-
95.00
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
2011
Sumber: Bank Indonesia Manado
42
3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK
Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 25 Bank
Umum Konvensional, 3 Bank Umum Syariah, dan 16 Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Berdasarkan jaringan kantornya, Bank Umum konvensional maupun syariah memiliki 247
kantor (termasuk kantor unit), sedangkan BPR terdiri dari 46 kantor. Jumlah Bank Umum
dan BPR Konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan apabila dibandingkan
dengan triwulan lalu. Pertambahan jumlah bank menggambarkan semakin besarnya
aktivitas perekonomian di Sulawesi Utara seiring dengan pertumbuhan perekonomian di
wilayah ini.
3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL
3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter
Dewan Gubernur memandang kondisi perekonomian terus meningkat yang disertai dengan
berlanjutnya aliran masuk modal asing dan tren penguatan nilai tukar Rupiah meskipun
pada tingkat yang lebih rendah. Tekanan inflasi cenderung menurun, khususnya dengan
berlanjutnya koreksi harga pangan. Ke depan, Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah
risiko yang berpotensi memberikan tekanan pada stabilitas makroekonomi, khususnya
masih akan berlanjutnya arus modal asing, semakin kuatnya permintaan domestik, dan
meningkatnya tekanan inflasi khususnya pada tahun 2012. Sebagai langkah antisipatif
untuk mengendalikan ekspektasi inflasi kedepan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank
Indonesia pada 9 Juni 2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%.
Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara terus
berlanjut. Sektor perbankan merupakan sektor yang secara langsung akan bereaksi
terhadap kenaikan BI Rate. Kenaikan BI Rate pada tanggal 4 Februari lalu sebesar 0,25 basis
point menjadi 6,75% berimbas terhadap kenaikan suku bunga pinjaman perbankan pada
bulan Maret dan April 2011. Namun demikian, penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga
pinjaman di Sulawesi Utara masih dalam kisaran yang relatif terbatas, ditandai oleh kembali
menurunnya suku bunga perbankan pada Mei 2011 dan terus berlanjut hingga akhir
triwulan II 2011. Selain itu, penentuan suku bunga pinjaman perbankan juga dipengaruhi
oleh struktur Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mampu terserap oleh pihak perbankan.
Sebagaimana diketahui, di Sulawesi Utara, komposisi DPK masih didominasi oleh dana
murah yaitu tabungan dengan pangsa sebesar 47,25% dari total DPK, biaya yang
dikeluarkan oleh perbankan (suku bunga tabungan) masih relatif lebih kecil dibandingkan
43
suku bunga deposito, sehingga kenaikan BI Rate tidak berdampak signifikan terhadap
kenaikan suku bunga pinjaman.
Berdasarkan data yang bersumber dari Bank Indonesia Manado, sampai dengan akhir Juni
2011, rata-rata tingkat suku bunga kredit tercatat sebesar 14,01%. Menurut jenis
penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 13,56% per
tahun, rata-rata kredit investasi sebesar 13,95% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi
sebesar 14,37% per tahun.
Sementara itu, pergerakan tingkat suku bunga deposito menunjukkan perkembangan yang
tidak jauh berbeda. Sampai dengan Juni 2011, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1
bulan tercatat sebesar 6,76%, mengalami peningkatan terbatas sepanjang Januari-Juni
2011.
Grafik 3.3.
Perkembangan Rata-Rata
Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)
Grafik 3.4.
Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit
Menurut Jenis Penggunaan (%)
Jun
Apr
Mei
Mar
Jan
Feb
Dec
Oct
Nov
Sep
Jul
Aug
Jun
May
Mar
April
Jan
Jun
Apr
Mei
Mar
Jan
Feb
2011
BI Rate (Right Axis)
17.5
17.0
16.5
16.0
15.5
15.0
14.5
14.0
13.5
13.0
Feb
2010
Sk. Bunga Kredit (Left Axis)
Des
Okt
Nov
5.50
Sep
13.0
Jul
6.00
Aug
14.0
Jun
6.50
Apr
15.0
May
7.00
Mar
16.0
Jan
7.50
Feb
17.0
Sk. Bunga Deposito (Right Axis)
2010
Modal Kerja
Sumber: Bank Indonesia Manado
2011
Investasi
Konsumsi
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.3.2. Penyerapan Dana Masyarakat
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada
triwulan II-2011 menunjukan pertumbuhan positif sebesar 18,83% (yoy) menjadi Rp12.601
miliar. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada tabungan yang
tumbuh 27,39% (yoy) kemudian disusul oleh deposito sebesar 14,68% (yoy) dan giro
sebesar 6,94% (yoy). Terjadinya pertumbuhan penghimpunan DPK mengindikasikan
terdapatnya kelebihan likuiditas di masyarakat yang mampu diserap oleh bank. Selain itu,
mulai meningkatnya budaya menabung masyarakat Sulut sebagai dampak dicanangkannya
program TabunganKu dan Gerakan Siswa Menabung (GSM) diperkirakan turut andil dalam
44
pertumbuhan DPK. Sampai dengan Juni 2011, jumlah DPK yang berhasil dihimpun melalui
program TabunganKu tercatat Rp.85,03 miliar dengan jumlah rekening 37.418
Grafik 3.6.
Share Dana Pihak Ketiga (DPK)
Grafik 3.5.
Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar)
7,000
Giro
Deposito
Tabungan
18.16%
6,000
5,000
48.24%
4,000
3,000
2,000
33.60%
1,000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Giro
Deposito
Tabungan
2011
Sumber: Bank Indonesia Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh
jenis simpanan tabungan sebesar 48,24% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK),
disusul kemudian deposito (33,60%) dan giro (18,16%).
Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap 65,01% dari total DPK
sedangkan
sisanya
dihimpun
oleh
bank
swasta
(34,99%).
Berdasarkan
laju
pertumbuhannya, dana di bank pemerintah berhasil tumbuh 17,18% (yoy) sedangkan dana
di bank swasta tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 22,03% (yoy).
Grafik 3.7.
Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)
9,000
Bank Pemerintah
8,000
Bank Swasta
7,000
6,000
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
2011
Sumber: Bank Indonesia Manado
45
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga
yang dihimpun, sebesar 70,55% atau Rp8.890 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi
di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa (8,47%), Kabupaten Bolaang
Mongondow (8,31%), Kota Bitung (6,62%), dan Kabupaten Sangihe Talaud (6,05%).
Tabel 3.2.
Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sebaran DPK
2009
Q2
Q3
827
794
669
697
473
575
6,835
6,989
642
669
9,448
9,725
Q1
833
553
440
6,443
639
8,907
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
Bitung
Total
Q4
686
632
488
7,509
673
9,987
2010
Q2
Q3
905
923
885
948
594
680
7,520
7,830
701
734
10,604
11,114
Q1
841
795
559
7,320
705
10,220
2011
Q1
Q2
1,000
1,067
1,011
1,047
736
763 9,000
8,275
8,890 8,000
775
834
7,000
11,797
12,601
Q4
800
891
614
8,375
748
11,428
6,000
5,000
Sumber: Bank Indonesia Manado
4,000
Grafik 3.8.
Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
3,000
Grafik 3.9.
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kab/Kota (%)
2,000
1,000
Bitung
14,000
12,000
Manado
10,000
8,000
6,000
Sangihe Talaud
4,000
2,000
-
Bolmong
Q1
Q2
Bitung
639
642
Manado
6,4
Q3
Q4
Q1
Q2
Q4
Q1
669
673
705
701
734
748
775
6,8
6,9
7,5
7,3
834
7,5
7,8
8,3
8,2
8,8
Sangihe Talaud 440
473
575
488
Bolmong
553
669
697
632
559
594
680
614
736
763
795
885
948
891
1,0
1,0
833
827
794
686
841
905
923
800
1,0
1,0
2009
Minahasa
Bitung
Manado
Q3
2010
Sangihe Talaud
Sumber: Bank Indonesia Manado
Bolmong
Q2
2011
Minahasa
0
10
Q2-10
20
Q4-10
30
40
50
Q2-11
Minahasa
Sumber: Bank Indonesia Manado
Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan
seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi dialami
oleh Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud sebesar 28,36% (yoy). Selanjutnya Kota Bitung,
Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Manado, dan Kabupaten Minahasa tumbuh
masing-masing sebesar 19,10% (yoy), 18,39% (yoy), 18,22% (yoy) dan 17,86% (yoy).
46
3.3.3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor
Pada triwulan II-2011 pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara lebih
didorong oleh kredit investasi dan konsumsi. Kredit secara umum tercatat Rp.13.958 miliar
atau tumbuh 21,83% (yoy), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya yang tercatat mengalami pertumbuhan 19% (yoy).
Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan dialami oleh kredit
investasi yang mencapai jumlah Rp2.015 miliar atau tumbuh 82,88% (yoy). Sementara itu,
untuk jenis kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing sebesar Rp4.580 miliar
dan Rp7.363 miliar atau tumbuh 24,64% (yoy) dan 10,22% (yoy). Tingginya pertumbuhan
kredit investasi dan modal kerja pada periode laporan diperkirakan didorong oleh
pembangunan infrastruktur penunjang serta sarana dan prasarana daerah yang terus
ditingkatkan telah mendorong minat pelaku usaha untuk melakukan investasi di Sulawesi
Utara. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja yang lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan kredit secara umum.
Grafik 3.10.
Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%)
gModal Kerja (%)
gKonsumsi (%)
80
gInvestasi (%)
gTotal Kredit (%)
2011
90
Grafik 3.11.
Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
(Rp. Miliar)
Q2
Q1
70
Q4
60
2010
50
40
30
Q3
Q2
Q1
20
Investasi
Q4
0
-10
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
2011
2009
10
Q3
Modal Kerja
Q2
Konsumsi
Q1
-
Sumber: Bank Indonesia Manado
2,000
4,000
6,000
8,000
Sumber: Bank Indonesia Manado
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar
52,75% dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat
sebesar 32,81%, kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 14,44%.
Mendominasinya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya searah dengan
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama didorong oleh aktivitas konsumsi.
Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian
besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar
29,47% dari total kredit. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, sampai dengan
triwulan laporan, bank umum pemerintah mendominasi penyaluran kredit dibandingkan
47
dengan bank umum swasta nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan
Rp10.596 miliar atau mencapai pangsa pasar 75,91% sedangkan sisanya disalurkan oleh
kelompok bank swasta sebesar Rp3.362 miliar dengan pangsa pasar 24,09% dari total
kredit.
Grafik 3.12.
Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
Grafik 3.13.
Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
16,000
14,000
3.08%
2.95% 6.65%
12,000
10,000
8,000
29.47%
6,000
57.85%
4,000
2,000
-
Lainnya (Konsumsi)
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Perdagangan, Hotel & Restoran
2009
Konstruksi
Jasa Dunia Usaha
2010
Bank Swasta
Sektor Lainnya
Sumber: Bank Indonesia Manado
2011
Bank Pemerintah
Sumber: Bank Indonesia Manado
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp13.958 miliar, tercatat
64,34% atau sebesar Rp8.980 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti
oleh Kabupaten Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 13,05% (Rp1.822 miliar),
Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 10,11% (Rp1.411 miliar), Kabupaten Sangihe
Talaud sebesar 6,2% (Rp.865 miliar) dan Kota Bitung sebesar 6,3% (Rp.879 miliar).
Grafik 3.14.
Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Grafik 3.15.
Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
16,000
14,000
Bitung
Q2 2010
12,000
10,000
Manado
Q4 2010
8,000
6,000
Sangihe
Talaud
4,000
2,000
Q2 2011
Bolmong
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Minahasa
2009
Sangihe Talaud
2010
Bitung
Bolmong
Sumber: Bank Indonesia Manado
Minahasa
2011
Manado
-
10
20
30
40
Sumber: Bank Indonesia Manado
48
Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi
dialami Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 24,22% (yoy) sedangkan yang terendah adalah
Kabupaten Bolmong 19,21% (yoy). Sementara itu Kabupaten Minahasa, Kota Manado dan
Kota Bitung masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 23,36% (yoy), 21,9% (yoy)
dan 21,83% (yoy).
3.3.4. Kredit MKM
Pertumbuhan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) yang disalurkan oleh bank umum
konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan.
Hal ini mencerminkan
keberpihakan perbankan terhadap UMKM. Sampai dengan triwulan II-2011, posisi kredit
MKM tercatat Rp11.757 miliar atau tumbuh 24,97% (yoy). Jika dilihat berdasarkan
skalanya, kredit kecil (di atas Rp50 juta namun di bawah Rp500 juta) memiliki pangsa
terbesar yakni 63,14%, kredit menengah (di atas Rp500 juta namun di bawah Rp5 miliar)
pangsanya mencapai 26,19%, dan sisanya 10,66% merupakan kredit mikro (di bawah
Rp50 juta).
Sementara itu, jika dilihat tren pertumbuhan laju kredit MKM pada grafik 3.16, nampak
bahwa pada triwulan laporan, persentase pertumbuhan kredit MKM mengalami penurunan
yang cukup signifikan menjadi 24,97% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu
(52,10%). Penurunan pertumbuhan kredit MKM disebabkan oleh perubahan definisi kredit
MKM dari Bank Indonesia yang mulai diimplementasikan oleh bank pelapor melalui Laporan
Bulanan Bank Umum (LBU) pada pertengahan tahun 2009. Sebelum adanya perubahan
definisi kredit ini, bank pelapor masih memasukkan data kredit konsumsi kedalam
komponen kredit MKM. Dalam masa transisi, beberapa bank pelapor telah menghilangkan
kredit konsumsi dari komponen kredit MKM sehingga jika dilakukan perbandingan dengan
data sebelumnya akan menghasilkan penurunan laju pertumbuhan.
Grafik 3.16.
Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%)
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Kredit Umum
Q2
Q3
Q4
2010
Kredit UMKM
Q1
Q2
2011
Sumber: Bank Indonesia Manado
49
Jika melihat pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan
pada triwulan II-2011, pangsa kredit MKM tercatat 84.23%, lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 82,12% (yoy). Kenaikan pangsa kredit MKM
ditopang oleh semakin membaiknya kualitas kredit yang disalurkan tercermin dari rasio Non
Performing Loan (NPL) sebesar 3,47% pada akhir triwulan II tahun 2011.
Grafik 3.17.
Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)
Grafik 3.18.
Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)
8,000
2011
7,000
6,000
5,000
Q2
Q1
Q4
2010
4,000
3,000
2,000
Menengah
Q3
Q2
Kecil
Q1
1,000
-
Mikro
Q4
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Mikro
Q3
Q4
Q1
2010
Kecil
Q2
2011
Menengah
2009
Q1
Q3
Q2
Q1
-
Sumber: Bank Indonesia Manado
50
100
150
200
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs)
relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu,
aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level
sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar
terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.
Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan BOPO)
menunjukkan perkembangan yang positif.
3.4.1
Risiko Kredit
Pada triwulan II-2011 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang
tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPLs) dan konsentrasi kredit secara
keseluruhan. Ratio NPLs (bruto) tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia (5%) tercatat sebesar 3.47%. Dengan nilai NPLs yang relatif terjaga maka
terdapat peluang untuk terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit, terutama pada
sektor-sektor yang produktif. Lebih lanjut, terdapat penurunan NPLs pada hampir semua
sektor ekonomi terutama pada sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya
50
perbankan dalam perbaikan kualitas kredit. Selain itu, perbaikan kualitas kredit pertanian
pada triwulan laporan diperkirakan merupakan dampak membaiknya kemampuan debitur
dalam mengembalikan pinjamannya seiring dengan naiknya harga beberapa komoditi
perkebunan seperti cengkih, kopra dan pala.
Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat
terlihat bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang
relatif rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi) dengan pangsa mencapai 57,85% dari total
kredit memiliki tingkat NPL sebesar 2,2%.
Grafik 3.19.
Kredit & NPLs Sektoral Tw. II-2011
8,000
12.00
Kredit (Rp miliar)
7,000
NPL (%)
6,000
8.00
5,000
4,000
3,000
4.00
2,000
Keterangan :
1 = Pertanian
2 = Pertambangan
3 = Industri
4 = Listrik, Gas, dan Air Bersih
5 = Konstruksi
6 = PHR
7 = Transportasi&Komunikasi
8 = Jasa-jasa
9 = Lainnya (Konsumsi)
1,000
-
0.00
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.4.2
Risiko Likuiditas
Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber
dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada
triwulan laporan cukup terkendali, walaupun perlu terus mendapat perhatian.
Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu sumber pembiayaannya, Dana Pihak Ketiga
(DPK) di Sulawesi Utara cenderung didominasi oleh dana-dana jangka pendek (tabungan)
yang berpotensi menciptakan maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan
jangka waktunya relatif lebih panjang daripada penempatan dana masyarakat. Kondisi ini
perlu dikelola dengan baik oleh perbankan, dimana perbankan dituntut untuk mampu
memproyeksikan profil DPK-nya.
Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat 110,76%,
meningkat dari posisinya di periode yang sama tahun lalu sebesar 108,04%. Perlu digaris
51
bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan
dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya
rasio LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun bank.
Berdasarkan
terendah
wilayah
dialami
administratifnya,
oleh
Kota
rasio
Manado
Grafik 3.20.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan
Kabupaten/Kota
LDR
sebesar
101,02%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabu
Bitung
Q2 2010
paten Minahasa sebesar 170,77%, disusul kemudian
berturut-turut oleh Kabupaten Bolaang Mongondow
Manado
sebesar 134,68%, Kabupaten Sangihe Talaud sebesar
Sangihe
Talaud
113,46%,
dan
Kota
Bitung
sebesar
105,40%.
Q4 2010
Q2 2011
Bolmong
Tingginya rasio LDR di wilayah-wilayah tersebut
Minahasa
mengindikasikan bahwa wilayah tersebut merupakan
kawasan
yang
sedang
berkembang
dan
-
50
100
150
200
250
Sumber: Bank Indonesia Manado
membutuhkan banyak kucuran dana, yang diantaranya
diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah tersebut.
3.4.3 Risiko Pasar
Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin
dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga, meskipun ada sedikit peningkatan suku bunga
akibat kenaikan BI Rate, namun dampak dari kenaikan ini relatif kecil. Sementara itu,
volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan
Sulawesi Utara, karena minimnya transaksi valuta asing di perbankan Sulawesi Utara.
3.4.4 Indikator perbankan lainnya

Rasio Kelonggaran Tarik Kredit
Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan II-2011
memperlihatkan adanya kecenderungan peningkatan. Tercatat rasio kelonggaran tarik pada
Juni 2011 sebesar 2,43%, mengalami kenaikan dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat 2,15%. Hal ini mencerminkan bertambahnya jumlah kredit yang
tidak dicairkan oleh nasabah, sehingga risiko idle money pada perbankan Sulawesi Utara
lebih besar.
52

Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai salah satu indikator penilaian terkait
kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum,
saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut Net
Interest Margin (NIM) pada triwulan laporan menunjukkan angka yang positif sebesar
Rp827 miliar, mengalami peningkatan bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang
tercatat Rp730 miliar.
Grafik 3.22.
Net Interest Margin Bank Umum
(Rp Miliar)
Grafik 3.21.
Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
Rp Miliar
18,000
7
16,000
6
2,000
14,000
5
1,500
12,000
4
10,000
3
8,000
2
6,000
1
4,000
-
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Plafond
Q2
Q3
Q4
2010
Q1
Q2
1,000
500
-
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
2010
10,1
10,6
11,0
11,7
13,1
13,6
14,0
14,9
15,4
16,3
Pend.Bunga 363 748
9,62
10,0
10,4
10,8
11,4
11,9
12,6
12,9
13,9
Biaya Bunga
78
Rasio UL (%) 6.20
5.50
5.38
6.31
2.32
2.15
2.62
2.50
2.62
2.43
NIM
285 513 805 1,1
1,1
Q2
Q3
Q4
2010
Outstanding 9,09
Sumber: Bank Indonesia Manado

2,500
%
1,5
490
1,0
2,0
Q1
Q2
1,800
1,600
1,400
1,200
1,000
800
600
400
200
-
2011
2,0
576
1,1
235 348 456 134 276 426 589 162 332
356 730 1,5
1,5
414 827
Sumber: Bank Indonesia Manado
Rasio BOPO
Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan
triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan meningkat yang tercermin dari
penurunan rasio BOPO bank umum dari 77,08% pada triwulan yang sama tahun
sebelumnya menjadi 72,06% pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa bank
sudah lebih efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Kondisi ini patut
dipertahankan secara berkesinambungan terutama dalam menjaga daya saing perbankan
nasional dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi Asia (MEA).

Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan II-2011, rasio
ROA bank umum tercatat sebesar 2,2%, mengalami peningkatan bila dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,96%. Peningkatan rasio ROA ini
didorong oleh tingginya presentase kenaikan total aset yang mampu dikelola dengan baik
oleh bank untuk menghasilkan laba.
53
Grafik 3.23.
Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum
%
Rp Miliar
2,500
80
78
76
74
72
70
68
66
64
62
60
2,000
1,500
1,000
500
-
Q1
Grafik 3.24.
Return On Asset Bank Umum
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
-
2011
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
Q4
2010
Q1
Q2
2011
BO
322
683
997
1,3
377
847
1,2
1,6
421
921
PO
423
880
1,3
1,8
538
1,0
1,6
2,2
632
1,2
Aset (Rp Juta) - Left Axis 13,635 14,235 14,860 14,769 15,114 15,928 16,695 17,504 17,984 19,202
Rasio
76.
77.
73.
71.
70.
77.
71.
70.
66.
72.
L/R (Rp Juta) - Right Axis
134
253
459
428
167
313
600
550
500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
-
534
527
212
423
Sumber: Bank Indonesia Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan
mengalami pertumbuhan positif. Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai
dengan posisi Juni 2011 meningkat signifikan sebesar 65,87% (yoy), sejalan dengan
pertumbuhan kredit sebesar 53,33%. Sementara itu DPK yang tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 47,34% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut,
Financing to Deposit Ratio (FDR) meningkat dari 205,91% pada triwulan II-2010 menjadi
sebesar 214,20% pada triwulan II-2011. Kedepan, diperlukan upaya penguatan inovasi
produk dan infrastruktur industri serta penguatan sumber daya manusia dalam rangka
meningkatkan kinerja perbankan syariah.
Tabel 3.3.
Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)
2009
2010
2011
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Asset
129.31
142.58
149.30
161.37
165.76
199.25
288.12
304.69
331.31
330.49
DPK
155.29
167.43
164.40
94.68
83.20
90.29
104.37
125.46
128.38
133.03
Giro
11.94
13.78
14.80
13.71
7.89
9.10
11.85
13.81
13.12
12.14
Tabungan
91.70
101.52
98.27
61.22
50.51
59.52
67.33
79.98
76.95
34.87
Deposito
51.65
52.12
51.33
19.76
24.80
21.68
25.20
31.67
38.30
86.02
120.94
134.27
139.50
145.25
150.07
185.92
217.44
240.06
246.04
285.07
243.62
Kredit
Modal Kerja
Q2
114.90
127.07
129.54
133.15
135.83
170.57
199.82
215.85
217.87
Investasi
2.41
2.74
2.73
2.84
2.99
3.33
3.55
3.60
3.62
3.96
Konsumsi
3.63
4.45
7.23
9.26
11.25
12.02
14.07
20.61
24.55
37.49
77.88
80.19
84.85
153.41
180.37
205.91
208.33
191.35
191.65
214.29
FDR (%)
Sumber: Bank Indonesia Manado
54
3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Tabel 3.4.
Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)
Komponen
2009
Q1
Q2
2010
Q3
Q4
Q1
Q2
2011
Q3
Q4
Q1
Q2
Y.o.Y
Aset
207.9
220.4
237.8
241.1
272.0
301.9
334.3
402.0
430.6
496.2
64.35%
DPK
153.0
160.3
171.5
170.9
192.8
221.8
255.0
281.8
308.4
348.5
57.10%
Deposito
108.8
113.1
120.3
119.7
135.7
155.2
189.7
207.0
236.5
267.9
72.70%
Tabungan
44.2
47.2
51.2
51.3
57.0
66.7
65.4
74.8
71.9
80.6
20.82%
163.7
181.5
195.6
202.7
212.3
230.3
246.8
288.3
322.5
383.6
66.58%
Modal Kerja
39.6
45.7
51.0
54.4
56.4
63.3
74.1
81.9
104.4
92.4
45.85%
Investasi
14.5
13.5
13.4
13.5
13.1
14.1
12.3
10.9
15.7
14.1
0.61%
Konsumsi
109.5
122.3
131.2
134.8
142.8
152.9
160.5
195.5
202.4
277.1
81.24%
Pertanian
3.1
3.2
3.9
4.4
4.8
4.5
4.8
4.4
4.5
4.7
2.59%
Perindustrian
0.5
0.6
0.5
0.6
0.6
0.7
0.9
3.9
5.4
3.6
398.32%
PHR
28.1
28.2
31.6
31.7
34.1
37.8
41.4
43.8
41.8
46.2
22.23%
Jasa-jasa
14.3
15.1
18.1
16.2
18.6
18.5
20.5
18.7
53.6
33.6
81.54%
Lain-lain
117.7
134.4
141.5
149.8
154.2
168.6
179.2
217.5
217.2
295.4
75.18%
LDR (Persen)
107.0
113.2
114.0
118.6
110.1
103.8
96.8
102.3
104.6
110.1
NPL (Persen)
3.5
3.2
3.3
2.9
3.4
3.8
4.4
4.2
4.7
3.8
Kredit
Jenis Penggunaan
Sektoral
Sumber: Bank Indonesia Manado
Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II-2011 menunjukkan pertumbuhan
positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Namun demikian, hal ini
tidak diikuti dengan perbaikan kualitas kredit dan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR).
Aset BPR pada Juni 2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 64,35% (yoy), menjadi
Rp496,2 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh
pertumbuhan kredit
tercatat 66,58% atau mencapai Rp383,6 miliar.
Secara sektoral,
kredit terutama disalurkan pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan pangsa 77,02% dan
sektor jasa-jasa dengan pangsa 8,77%. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar
kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 72,23%
dari total kredit. Hal ini diperkirakan tidak lepas dari kegiatan konsumsi masih menjadi
lokomotif pertumbuhan ekonomi daerah disamping meningkatnya aktivitas ekonomi
khususnya di sektor konsumsi yang didorong oleh kenaikan pendapatan sebagian besar
masyarakat di Sulawesi Utara.
Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar
57,10%(yoy), menjadi Rp348,50 miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya, deposito
masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 76,88%. Pertumbuhan DPK BPR jauh lebih
tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK bank umum. Hal ini diduga terkait
dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga simpanan di BPR dibandingkan suku
bunga perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan perhatian lebih pada penataan
ulang efisiensi BPR, terutama bagaimana dapat menekan suku bunga pinjaman yang saat ini
55
berada pada tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya suku bunga sumber dana
pembiayaan BPR.
Rasio LDR mengalami peningkatan dari 103,80% pada triwulan II-2010 menjadi 110.1%
pada triwulan laporan. Kualitas kredit BPR membaik seperti yang ditunjukkan oleh tren
penurunan persentase kredit bermasalah (NPL gross) menjadi 3,8% pada triwulan II-2011.
56
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen untuk mengatur
pengeluaran dan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan
kegiatan pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan output, mencapai pertumbuhan
dan stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara
umum. Selain itu, APBD merupakan kebijakan operasional yang menjadi turunan dari
strategi pembangunan pemerintah daerah yang telah ditetapkan, sehingga dapat terlihat
arah keberpihakan pemerintah daerah. APBD seharusnya menggambarkan angka-angka
ekonomis yang mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk memecahkan masalah dan
meningkatkan kesejahteraannya. Pada hakikatnya anggaran daerah merupakan alat untuk
meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.
Pembahasan dan analisa kinerja APBD dalam laporan ini meliputi perkembangan kinerja
anggaran pemerintah daerah di tingkat Provinsi, sedangkan kinerja anggaran untuk 15
Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Utara belum dapat tersajikan dalam laporan karena
terkendala oleh keterbatasan data yang diperoleh.
Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2011 khususnya
Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU) mencapai Rp5,67 Triliun atau
naik 12,05% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen penyusunnya,
kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari DAU yang naik 10,72%
(yoy), mencapai
Rp4,96 triliun. Sejalan dengan itu, DAK juga mengalami peningkatan
1,33% (yoy) atau mencapai Rp709,18 miliar pada periode laporan.
Tabel 4.1.
Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara
Dana
Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Khusus (DAK)
TOTAL
2007
3,071,594
501,621
3,573,215
2008
3,427,845
673,556
4,101,401
2009
4,059,322
887,196
4,946,518
2010
4,431,419
699,748
5,131,167
2011
4,963,779
709,185
5,672,964
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
57
4.1.
Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) dari pemerintah pusat bagi Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara Tahun
2011 meningkat sebesar 12,05% dibandingkan dengan Tahun 2010. Secara agregat,
jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di
Sulawesi Utara mencapai Rp5,67 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi
di Tahun 2011 mengalami peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu.
Tabel 4.2.
Dana Perimbangan ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara
Daerah
Sulawesi Utara
Bolaang Mongondow
Minahasa
Sangihe
Bitung
Manado
Kepualuan Talaud
Minahasa Selatan
Tomohon
Minahasa Utara
Kotamobagu
Bolaang Mongondow Utara
Kepualuan Sitaro
Minahasa Tenggara
Bolmong Timur
Bolmong Selatan
TOTAL
DAK
2010
2011
17,439
29,288
42,412
52,681
41,869
50,652
56,607
60,702
25,800
28,000
28,014
42,959
45,112
45,301
44,944
43,241
20,799
34,560
39,959
47,726
45,704
27,514
43,760
45,454
40,859
46,520
35,234
44,095
53,204
56,185
46,889
54,309
628,605
709,185
DAU
2010
2011
558,635
619,711
295,800
320,510
374,744
409,491
286,315
322,079
274,296
304,672
420,481
482,454
256,908
278,873
289,949
331,072
219,721
247,394
266,587
307,575
201,553
223,190
208,127
228,525
222,678
256,258
220,929
254,096
161,164
182,376
176,192
195,503
4,434,079
4,963,779
Sumber : BAPPEDA Sulut, diolah
Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun
2011, Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp648,99 miliar dengan
pangsa 11,44%. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar Rp525,41 miliar dengan pangsa
9,26% dari total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar Rp.460,14 miliar dengan pangsa
8,11% dan Kabupaten Sangihe sebesar Rp382,78 miliar dengan pangsa 6,75%. Alokasi
dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa
4,21% dari total dana perimbangan atau sebesar Rp238,56 milliar.
58
Grafik 4.2.
Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011
Grafik 4.1.
Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010
4.23%
4.41%
5.06%
4.21%
11.38%
6.68%
5.21%
4.98%
8.23%
4.88%
6.77%
6.06%
Bolmong
Minahasa
Sangihe
Bitung
Manado
Kep. Talaud
6.61%
Minsel
Tomohon
Minut
Kotamobagu
Bolmut
Kep. Sitaro
5.93%
4.75%
Provinsi
Boltim
Minteng
11.44%
5.26%
6.58%
5.34%
4.83%
8.11%
4.42%
6.75%
6.26%
5.86%
Bolsel
4.97%
8.86%
4.40%
6.60%
Provinsi
Bolmong
Minahasa
Sangihe
Bitung
Manado
Kep. Talaud
Minsel
Tomohon
Minut
Kotamobagu
Bolmut
Kep. Sitaro
Minteng
Boltim
Bolsel
9.26%
5.71%
5.97%
Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah
Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah
Grafik 4.3.
Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011
700,000
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
DAU
100,000
DAK
Dana Perimbangan
-
Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah
Berdasarkan komponennya, alokasi dana perimbangan di masing – masing kabupaten/kota
di Sulawesi Utara pada APBD Tahun 2011 sebagian besar berasal dari Dana Alokasi Umum
dengan pangsa mencapai 87,50%.
4.2.
APBD di Tingkat Provinsi
Kapasitas fiskal Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya. Peningkatan terutama berasal dari pendanaan transfer pemerintah pusat ke
daerah (dana perimbangan). Total realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
pada triwulan II-2011 telah mencapai Rp642,97 miliar. Jika melihat persentase realisasinya,
realisasi pendapatan pada triwulan laporan hanya tercatat sebesar 51% dari total target
pendapatan tahun 2011, lebih rendah dibandingkan realisasi pendapatan pada periode
yang sama tahun lalu yang mencapai 53%.
59
Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi
belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,29 triliun atau meningkat 8,27% dari
tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan
peningkatan realisasinya. Pada triwulan II-2011 realisasi belanja pemerintah tercatat hanya
mencapai 35,3%, sama dengan realisasi pada triwulan II-2010.
Tabel 4.3.
Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2011
(dlm jutaan rupiah)
No
I
II
III
Uraian
Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Transfer
Lain-lain PAD yang Sah
Belanja
Belanja Operasi
Belanja Modal
Belanja Tidak Terduga
Transfer (Ke Kab/Kota/Desa)
Pembiayaan
Penerimaan Daerah
- SILPA
Pengeluaran Daerah
APBD-P 2010
(Rp Juta)
1,112,727
389,762
631,074
91,890
1,198,753
869,647
189,039
2,500
137,566
86,026
388,026
88,026
302,000
Realisasi APBD
Tw. II-2010
Nominal
%
589,394
53.0
199,718
51.2
356,875
56.6
32,801
35.7
423,568
35.3
349,867
40.2
32,634
17.3
405
16.2
40,662
29.6
(215,000)
39,000
10.1
254,000
84.1
APBD 2011
(Rp Juta)
1,259,702
451,755
807,647
300
1,297,908
892,324
223,584
10,000
172,000
38,207
40,207
40,207
2,000
Realisasi APBD
Tw. II-2011
Nominal
%
642,986
51.0
244,235
54.1
398,621
49.4
129
43.1
457,810
35.3
331,306
37.1
60,777
27.2
300
3.0
65,427
38.0
185,176
0
0.0
0
0.0
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
4.2.1. Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi
Secara umum, target pendapatan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mengalami
peningkatan dari Rp1,11 triliun pada triwulan II-2010 menjadi Rp1,26 triliun pada triwulan
II-2011. Berdasarkan 3 (tiga) komponen pembentuknya yakni Pendapatan Asli Daerah
(PAD), pendapatan transfer dan pendapatan lainnya (hibah), pendapatan transfer
merupakan komponen terbesar sumber pendapatan daerah (64,1%). Hal ini menandakan
kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat Sulawesi Utara sebagian besar masih digerakkan
oleh dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat.
Sementara itu jika melihat sisi PAD, kontribusi PAD terhadap total pendapatan 2011 hanya
tercatat sebesar 35,9%. Sumber utama PAD masih berasal dari penerimaan pajak (90,75%)
sedangkan sisanya dalam bentuk retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain.
Pemulihan perekonomian dan meningkatnya kepercayaan konsumen atas kondisi
perekonomian yang ditunjukkan oleh tingginya penjualan kendaraan bermotor, maraknya
pembangunan pusat perbelanjaan turut menyumbang pendapatan melalui komponen pajak
60
dan retribusi daerah. Realisasi PAD pada triwulan laporan juga tercatat lebih baik (54,1%)
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (51,2%).
Tabel 4.4.
Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2011
(dlm jutaan rupiah)
Uraian
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
- Pajak Daerah
- Retribusi Daerah
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
- Lain-lain
Pendapatan Transfer
- Dana Bagi Hasil Pajak
- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA)
- Dana Alokasi Umum
- Dana Alokasi Khusus
Lain-lain Pendapatan yang Sah
APBD-P 2010
(Rp Juta)
Realisasi APBD
Tw. II-2010
Nominal
%
1,112,727
389,762
349,132
11,195
13,554
15,882
722,965
54,035
965
558,635
17,439
91,890
589,394
199,718
172,510
4,880
13,484
8,845
356,875
25,032
534
325,956
5,353
32,801
53.0
51.2
49.4
43.6
99.5
55.7
49.4
46.3
55.3
58.3
30.7
35.7
APBD 2011
(Rp Juta)
1,259,702
451,755
409,963
6,591
20,000
15,200
807,647
54,035
965
619,711
29,288
103,947
Realisasi APBD
Proporsi
Tw. II-2011
APBD 2011
(%)
Nominal
%
100.0
35.9
90.7
1.5
4.4
3.4
64.1
6.7
0.1
76.7
3.6
8.3
642,986
244,235
232,150
3,125
8,960
398,621
79,773
206
309,856
8,786
129
51.0
54.1
56.6
47.4
58.9
49.4
147.6
21.3
50.0
30.0
0.1
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
4.2.2. Belanja Daerah di Tingkat Provinsi
Total belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD 2011 adalah sebesar Rp1,29 triliun,
mengalami peningkatan dibandingkan total belanja pada APBD-P 2010 sebesar Rp1,12
triliun. Namun, peningkatan pada alokasi anggaran belanja ini tidak diikuti dengan
peningkatan realisasinya. Sampai dengan triwulan II-2011 realisasi belanja tercatat sebesar
35,3% dari total anggaran atau tidak terdapat perubahan dibandingkan dengan triwulan
yang sama tahun sebelumnya.
Menurut komponen pembentuknya, belanja Provinsi didominasi oleh belanja operasional
dengan pangsa 68,8% atau mencapai Rp892,32 miliar, sisanya bersumber dari belanja
modal (17,2%), transfer (13,3%) dan belanja tidak terduga (0,8%). Sampai dengan
triwulan II-2011 realisasi belanja operasional hanya mencapai 37,1% atau sebesar Rp331,31
miliar, lebih rendah dibandingkan triwulan II-2010 yang tercatat sebesar 40,2% (Rp349,87
miliar).
61
Tabel 4.5.
Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2011
(dlm jutaan rupiah)
Uraian
BELANJA
Belanja Operasi
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang
- Belanja Hibah
- Belanja Bantuan Sosial
- Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Modal
- Belanja Tanah
- Belanja Peralatan dan Mesin
- Belanja Bangunan dan Gedung
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
- Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Tak Terduga
Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa)
APBD-P 2010
(Rp Juta)
Proporsi
APBD 2010
(%)
1,198,753
869,647
386,877
305,342
125,929
47,500
4,000
189,039
13,800
39,830
33,402
98,888
3,119
2,500
137,566
Realisasi APBD
Tw. II-2010
Nominal
100.0
72.5
44.5
35.1
14.5
5.5
0.5
15.8
7.3
21.1
17.7
52.3
1.6
0.2
11.5
423,568
349,867
184,591
93,019
49,020
19,236
4,000
32,634
3,000
5,600
4,876
19,035
122
405
40,662
%
35.3
40.2
47.7
30.5
38.9
40.5
100
17.3
21.7
14.1
14.6
19.2
3.9
16.2
29.6
Realisasi APBD
Proporsi
Tw. II-2011
APBD 2011
(%)
Nominal
%
APBD 2011
(Rp Juta)
1,297,908
892,324
476,316
329,125
35,383
45,720
5,780
223,584
24,000
37,383
30,273
128,305
3,623
10,000
172,000
100.0
68.8
53.4
36.9
4.0
5.1
0.6
17.2
10.7
16.7
13.5
57.4
1.6
0.8
13.3
457,810
331,306
192,621
115,478
12,586
10,496
125
60,777
160
18,361
11,624
28,693
1,939
300
65,427
35.3
37.1
40.4
35.1
35.6
23.0
2.16
27.2
0.7
49.1
38.4
22.4
53.5
3.0
38.0
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Berbeda dengan realisasi belanja operasional yang mengalami penurunan, realisasi belanja
modal pada triwulan laporan mengalami peningkatan dari 17,3% pada triwulan II-2010
menjadi 27,2% pada triwulan laporan. Peningkatan belanja modal ini sejalan dengan
realisasi proyek fisik pemerintah seperti pembangunan/perbaikan jalan, irigasi dan lainnya
yang telah berjalan.
Tabel 4.6.
Proyek Penataan Kawasan Sulut 2011
No
Kegiatan
Anggaran (Rp)
1
Dukungan PSD Tradisional Minahasa (Kampung Jawa)
735.636.000
2
Revitalisasi Kawasan Pantai Malalayang
680.000.000
3
Revitalisasi Kawasan Jalan Lembong
996.667.000
4
Revitalisasi Kawasan Tenda Biru Bitung
924.000.000
5
Revitalisasi Kawasan Kantor Bupati Minut
915.582.000
6
Revitalisasi Kawasan Ranapayo Minsel
937.440.000
7
Revitalisasi Kawasan Kelurahan Tidore, Tahuna
914.885.000
8
Penataan RTH Lap. Boki Hotinimbang, Kotamobagu
730.162.000
9
Penataan RTH Lap. Manguni Sasaran, Tondano
10
Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RIK) Manado
1.310.000.000
11
Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RIK) Bitung
1.285.540.000
720.129.000
Sumber : Satker Penataan Bangunan Lingkungan Sulut
Jika dilihat lebih jauh lagi, dibandingkan dengan tahun 2010 proposi antara belanja
operasional dan belanja modal mengalami sedikit pergeseran. Pada APBD 2011, proporsi
belanja operasional tercatat 68,75%, lebih rendah dari proporsi pada APBD-P 2010 yang
62
tercatat 72,55%. Sedangkan untuk belanja modal, pada APBD-P 2011 proporsinya tercatat
sebesar 17,23%, lebih tinggi dibandingkan APBD-P 2010 (15,77%). Hal ini menunjukkan
bahwa belanja daerah sudah mulai dialokasikan untuk kegiatan produktif.
Komponen belanja pemerintah lainnya dalam APBD Provinsi adalah transfer (dana bagi hasil
ke Kab/Kota). Realisasi transfer dana bagi hasil pada triwulan laporan tercatat sebesar 38%
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 29,6%. Peningkatan ini
dapat dikonfirmasi melalui realisasi total dana bagi hasil pajak yang telah diserahkan kepada
Kab/Kota di Sulut sampai bulan Juni 2011 adalah sebesar Rp14.28 miliar. Dari 15 Kab/Kota,
Kota Manado memperoleh nilai tertinggi sebesar Rp4 miliar dan Kab. Bolaang Mongondow
Selatan memperoleh nilai terendah sebesar Rp484.7 juta
Tabel 4.7.
Komposisi Dana Bagi Hasil Pajak Ke Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara
No
Kabupaten
Jumlah Dana (Rp)
1
Kota Manado
4.016.810.079
2
Kabupaten Minahasa
1.084.317.589
3
Kota Bitung
1.288.738.836
4
Kab. Kepulauan Sangihe
631.523.673
5
Kab. Kepulauan Talaud
518.395.674
6
Kab. Bolaang Mongondow
665.865.479
7
Kab. Minahasa Selatan
903.113.645
8
Kab. Minahasa Utara
1.303.170.065
9
Kota Tomohon
753.907.533
10
Kep. Sitaro
455.335.629
11
Kab. Minahasa Tenggara
692.573.133
12
Kab. Bolaang Mongondow Utara
479.789.167
13
Kota Kotamobagu
798.641.690
14
Bolaang Mongondow Timur
488.287.942
15
Bolaang Mongondow Selatan
484.705.857
TOTAL
14.283.401.066
Sumber : Biro Keuangan Setdaprov. Sulut
4.2.3. Pangsa APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar
Peran keuangan daerah terhadap perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II-2011
tercatat mengalami peningkatan. Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos belanja
dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi
permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi
konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 3,96% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi
Sulawesi Utara di triwulan II-2011, sedangkan realisasi belanja modal hanya memiliki pangsa
sebesar 0,61%. Kontribusi di tingkat kabupaten dan kota relatif sulit untuk diperoleh
63
sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki. Secara total, realisasi anggaran
belanja dan modal dalam APBD provinsi memiliki pangsa sebesar 4,56% terhadap PDRB
harga berlaku Sulawesi Utara triwulan II-2011.
Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar
sampai dengan posisi 30 Juni 2011 berada pada kondisi kontraksi yang berarti jumlah
pendapatan pemerintah
lebih besar dibandingkan jumlah pengeluaran (belanja
pemerintah).
Tabel 4.8.
Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil s.d. 30 Juni 2011
(dlm jutaan rupiah)
Realisasi APBD
Uraian
Tw.II-2011 % thd PDRB
(Rp Juta)
PENDAPATAN
642,986
6.41
244,235
Pendapatan Asli Daerah
2.43
232,150
- Pajak Daerah
2.31
3,125
- Retribusi Daerah
0.03
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
0.00
- Lain-lain
8,960
0.09
Transfer
398,621
3.97
- Dana Bagi Hasil Pajak
79,773
0.80
- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA)
206
0.00
- Dana Alokasi Umum
309,856
3.09
- Dana Alokasi Khusus
8,786
0.09
Lain-lain Pendapatan yang Sah
129
0.00
BELANJA
457,810
4.56
Konsumsi Pemerintah
397,033
3.96
- Belanja Pegawai
192,621
1.92
- Belanja Barang
115,478
1.15
- Belanja Hibah
12,586
0.13
- Belanja Bantuan Sosial
10,496
0.10
- Belanja Bantuan Keuangan
125
0.00
- Belanja Tak Terduga
300
0.00
- Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa)
65,427
0.65
Pembentukan Modal Tetap Bruto (Blnj Modal)
60,777
0.61
Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah
64
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari
satu pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun
Real Time Gross Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
nasional baik tunai maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang
Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang
Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat
memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis
pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy).
Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk
menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap
memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai representasi Bank Indonesia di
daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di
Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Manado.
Pada triwulan II-2011, nilai transaksi sistem pembayaran
non tunai di Sulawesi Utara
menunjukkan peningkatan. Transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS), untuk wilayah Sulawesi Utara, baik secara nominal maupun nominal
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai transaksi dan volume pembayaran
melalui kliring di wilayah Sulawesi juga mengalami peningkatan. Sementara itu, jumlah
aliran uang masuk (inflow) ke KBI Manado, baik secara triwulanan maupun tahunan
mengalami peningkatan, namun aliran uang keluar (outflow) mengalami penurunan.
5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)
Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan II-2011 di wilayah kerja KBI Manado
menunjukkan terjadinya net outflow. KBI Manado mengalami net outflow sebesar Rp183
miliar, setelah mengalami net inflow pada triwulan sebelumnya.
65
Aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia
Manado pada triwulan II-2011 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Hal ini tercermin pada penurunan jumlah uang kartal yang dikeluarkan
Kantor Bank Indonesia Manado (outflow), yakni dari Rp524 miliar pada triwulan II-2010
menjadi Rp510 miliar pada triwulan laporan. Sementara itu, aliran uang kartal yang masuk
dari masyarakat dan perbankan ke Kantor Bank Indonesia Manado (inflow) pada triwulan II2011 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan triwulan lalu dan triwulan yang
sama tahun sebelumnya. Secara nominal, jumlah uang kartal yang masuk ke KBI Manado
adalah sebesar Rp327 miliar, mengalami peningkatan 8,03% (yoy).
Namun demikian,
secara total aliran uang kartal di KBI Manado masih menunjukkan adanya net outflow
Rp183 miliar dimana secara nominal uang kartal yang keluar (Rp510 miliar) lebih besar dari
uang kartal yang masuk (Rp327 miliar).
Secara bulanan, KBI Manado mengalami net outflow selama triwulan II-2011. Net outflow
tertinggi terjadi pada Mei 2011 sebesar Rp79,22 miliar. Selanjutnya pada April dan Juni
2011 aliran kas mengalami net outflow yang masing-masing tercatat secara berturut-turut
sebesar Rp65,49 miliar dan Rp38,83 miliar.
Grafik 5.1.
Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado
miliar
1,000
800
600
400
200
(200)
(400)
(600)
(800)
(1,000)
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
Q4
2010
Q1
Q2
2011
Inflow (+)
613
160
122
235
617
303
482
383
750
327
Outflow (-)
-18
-355
-235
-687
-0.77
-525
-799
-896
-155
-510
Net Flow
595
-195
-113
-453
616
-222
-317
-513
595
-183
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar
Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Bank Indonesia Manado melaksanakan
kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan melakukan Pemberian
Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah lusuh/rusak. Proses
66
pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat
terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan.
Selama triwulan II-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 100,59%,
lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 97,86%.
Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan
adalah sebesar Rp329 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik dalam
memperlakukan uang kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan
mencorat-coret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim
tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas.
Grafik 5.2.
Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow
Miliar
800
%
440
400
700
360
600
320
500
280
240
400
200
300
160
120
200
80
100
40
-
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
613
160
122
235
617
PTTB
53
78
490
209
261
Rasio
8.57
2009
Inflow
Q3
Q4
Q1
303
482
383
750
327
297
309
474
326
329
2010
Q2
2011
49.00 402.9 89.15 42.35 97.86 64.11 123.6 43.53 100.5
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
5.1.3. Perkembangan Kas Titipan
Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank
Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan
khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia.
Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado
bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.
67
Grafik 5.3.
Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo
(Rp. Miliar)
800
600
400
200
0
-200
-400
-600
.
-800
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
2011
Inflow
621
542
645
629
672
547
726
649
779
739
Outflow
-443
-611
-566
-673
-537
-586
-652
-716
-638
-773
Netflow
178
-69
80
-44
135
-39
74
-67
141
-34
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Seperti halnya aliran uang kartal di KBI Manado, kondisi aliran kas titipan di Gorontalo
menunjukkan posisi net outflow. Sepanjang triwulan II-2011 posisi aliran kas titipan
Gorontalo menunjukkan nilai net outflow sebesar Rp33,89 miliar. Net outflow yang terjadi
selama triwulan laporan lebih disebabkan oleh pola musiman setelah pada triwulan
sebelumnya terjadi inflow yang cukup tinggi.
Grafik 5.4.
Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna (Rp. Miliar)
150
100
50
0
-50
-100
-150
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
2011
Inflow
57
27
40
108
40
39
24
20
77
29
Outflow
-39
-78
-63
-111
-50
-97
-105
-131
-63
-71
Netflow
18
-51
-23
-3.49
-11
-58
-81
-110
14
-42
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten
Kepulauan Sangihe. Pada triwulan II-2011, kas titipan di Tahuna mengalami net outflow
sebesar Rp42 miliar, setelah mengalami net inflow sebesar Rp14 miliar pada triwulan
sebelumnya.
68
5.1.4. Penemuan Uang Palsu
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan II2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total
uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan II2011 tercatat sebanyak 75 lembar atau secara nominal tercatat sebesar Rp3,98 juta atau
tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (3 lembar) maupun
triwulan sebelumnya (26 lembar). Secara historis , pecahan uang palsu yang paling banyak
ditemukan selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan Rp100,000 dan
Rp50,000 dengan pangsa masing-masing sebesar 63,35% dan 27,75% dari total lembar
uang palsu yang ditemukan.
Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi KBI Manado terus
berupaya menekan perkembangan peredaran uang palsu, diantaranya melalui sosialisasi
ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak
hanya dilakukan di Kantor Bank Indonesia, kalangan perbankan, di instansi-instansi
pemerintah daerah, akademisi dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat
perbelanjaan dan sentra perekonomian di kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat
pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena
tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu,
secara represif pihak Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian
Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses hukum. Peran serta aktif
masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk dapat membongkar
sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara
Tabel 5.2.
Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado
Pecahan
2009
Q1
Q2
2010
Q3
Q4
Q1
Q2
2011
Q3
Q4
Q1
Q2
- Rp100.000,-
14
5
4
18
14
-
94
35
12
21
- Rp50.000,-
23
12
6
15
19
3
10
8
8
32
- Rp20.000,-
3
-
4
10
-
-
2
6
5
6
- Rp10.000,-
-
-
-
2
1
-
-
-
1
16
- Rp5.000,-
1
1
-
2
3
-
-
-
-
-
- Rp1.000,-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
41
18
14
47
37
3
106
49
26
75
Total
Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah
69
5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai
Berkembangnya
perekonomian
domestik
telah
berdampak
terhadap
peningkatan
kebutuhan masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan
penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya
melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai)
Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan II-2011 mengalami
peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 86.867 lembar dengan nilai
Rp2.093 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 7,67% (yoy) dibandingkan triwulan yang
sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang
dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak 1.418 lembar dengan nilai sebesar
Rp34,31 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 9,16% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah
nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara
mengalami pertumbuhan positif yang berkelanjutan.
Tabel 5.3.
Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara
KETERANGAN
2010
2009
Q1
Q2
Perputaran Kliring
a. Lembar
72,982
79,557
b. Nominal (Rp miliar)
1,497
1,626
Rata-rata perputaran kliring per hari
a. Lembar
1,236
1,282
b. Nominal (Rp miliar)
25.40
26.17
Persentase rata-rata penolakan
a. Lembar (%)
0.99
0.96
b. Nominal (%)
0.91
1.08
Q3
Q4
Q1
Q2
2011
Q3
Q4
Q1
Q2
82,114
1,722
84,032
1,860
75,799
1,658
80,399
1,674
82,862
1,914
89,523
2,083
80,909
1,915
86,567
2,093
1,369
28.72
1,384
30.71
1,221
26.73
1,299
27.08
1,315
30.39
1,400
32.52
1,310
31.01
1,418
34.31
1.06
1.27
1.33
1.45
1.02
1.01
2.16
2.44
1.72
1.54
1.33
1.82
1.78
1.99
1.71
2.23
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan
tercatat 1,71% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami
penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sejalan dengan
itu, dilihat dari segi jumlah nominalnya, juga terdapat penurunan dari 2,44% pada triwulan
II-2010 menjadi 2,23% pada triwulan laporan dari rata-rata nominal cek dan BG yang
dikliringkan per hari.
70
5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement)
Implementasi sistem BI-RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian
akhir transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal
ini dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi
(seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian nominal
transaksi RTGS selama triwulan II-2011 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai
Rp2.531 miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 5,60% (yoy). Sejalan dengan
jumlah nilainya yang mengalami peningkatan, volume RTGS pada triwulan laporan juga
mengalami kenaikan 10,55% (yoy) dari 5.193 transaksi di triwulan II-2010 menjadi 5.741
transaksi pada triwulan II-2011. Peningkatan transaksi RTGS pada triwulan laporan
diperkirakan merupakan salah satu dampak dari pembangunan perekonomian Sulawesi
Utara yang terus mengalami pertumbuhan.
Tabel 5.4.
Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement
TO
FROM + TO
FROM
Nilai
Nilai
Nilai
Volume
Volume
Volume
(Miliar Rp)
(Miliar Rp)
(Miliar Rp)
Jan
183
694
709
1,102
892
1,796
Feb
192
638
553
1,339
746
1,977
Mar
239
833
727
1,120
966
1,953
Tw I-2010
615
2,165
1,989
3,561
2,604
5,726
Apr
214
740
582
968
796
1,708
Mei
195
676
523
932
718
1,608
Jun
244
800
639
1,077
884
1,877
Tw II-2010
653
2,216
1,744
2,977
2,397
5,193
Jul
240
832
767
1,120
1,007
1,952
Agust
244
795
684
1,324
928
2,119
Sep
186
666
606
1,121
792
1,787
Tw III-2010
670
2,293
2,056
3,565
2,727
5,858
Oct
234
885
590
1,115
824
2,000
Nov
242
933
667
1,226
909
2,159
Dec
284
1,018
825
1,338
1,110
2,356
Tw IV-2010
761
2,836
2,082
3,679
2,843
6,515
Jan
226
887
673
1,085
899
1,972
Feb
220
826
583
1,063
803
1,889
Mar
251
981
760
1,366
1,011
2,347
Tw I-2011
697
2,694
2,016
3,514
2,712
6,208
Apr
241
745
456
1,012
698
1,757
Mei
229
870
639
1,034
868
1,904
Jun
257
861
709
1,219
966
2,080
Tw II-2011
727
2,476
1,804
3,265
2,531
5,741
Pertumbuhan (YoY %)
11.36
11.73
3.44
9.67
5.60
10.55
Sumber : www.bi.go.id, diol
Periode
71
Halaman ini sengaja dikosongkan
72
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH &
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Seiring dengan semakin bergeraknya perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan laporan,
kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan perbaikan. Hal ini
ditunjukkan melalui Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang secara konstan mengalami
penurunan selama beberapa tahun terakhir. Selain itu, penurunan tingkat pengangguran
juga terindikasi dari angka penggunaan tenaga kerja oleh dunia usaha Sulawesi Utara yang
mencatat angka positif (peningkatan). Angka yang diperoleh dari hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha KBI Manado ini menunjukkan bahwa masih terdapat peningkatan jumlah
tenaga kerja pada beberapa sektor usaha. Hal yang sama juga tercermin dari hasil Survei
Konsumen (SK) triwulan II-2011, dimana masyarakat Sulawesi Utara masih merasa optimis
terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan melalui indeks ketersediaan
lapangan kerja yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan jumlah
tenaga kerja baru juga didorong oleh pembukaan formasi Pegawai Negeri Sipil di awal
tahun 2011 yang dilakukan di beberapa kabupaten/kota di wilayah Sulawesi Utara.
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi
Utara juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi tersebut didasarkan atas beberapa
indikator, seperti tren kenaikan indeks penghasilan dan Nilai Tukar Petani (NTP). Naiknya
indeks penghasilan masyarakat pada triwulan laporan juga terdorong oleh adanya
penyesuaian Upah Minimum Provinsi di tahun 2011.
6.1 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
Berbagai indikator ketenagakerjaan pada triwulan I-2011 di Sulawesi Utara mengindikasikan
adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) mengalami peningkatan dari 62,79% pada Februari 2010 menjadi 64,71% pada
Februari 2011. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan
sejak Februari 2008. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan jumlah lapangan kerja di
Sulawesi Utara. Namun demikian, TPT Sulawesi Utara masih lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan TPT nasional. TPT nasional pada Februari 2011 tercatat 6,80%,
sedangkan TPT Sulawesi Utara tercatat sebesar 9,19%.
73
Tabel 6.1.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara
Feb-09
Ags-09
Feb-10
Aug-10
Feb-11
Penduduk 15 Thn ke atas
1,685,502
1,694,125
1,710,924
1,637,366
1,650,972
Angkatan Kerja
1,077,155
1,051,130
1,074,256
1,036,574
1,068,417
Bekerja
962,627
940,173
961,648
936,939
970,185
Mencari Kerja
114,528
110,957
112,608
99,635
98,232
608,347
642,995
636,668
600,792
582,555
TPAK
63.91
62.05
62.79
63.31
64.71
TPT
10.63
10.56
10.48
9.61
9.19
Bukan Angkatan Kerja
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan tingkat pendidikannya, dari total
tenaga kerja pada Februari 2011 sebesar
1.064.417 orang, presentase terbesar terdapat
pada tenaga kerja dengan tingkat pendidikan
setingkat universitas yaitu sebesar 18,43%.
Grafik 6.1.
Angkatan Kerja di Sulawesi Utara Menurut Pendidikan
Februari 2011
20%
16%
12.61%
14%
12%
9.82%
8.52%
10%
Terjadi pergeseran pola lulusan angkatan kerja
18.43%
18.10%
18%
8%
6%
dibandingkan
periode
sebelumnya,
pada
3.05%
4%
2%
Agustus 2010 presentase lulusan diploma lebih
0%
≤ SD
SMP
SMA
SMK
besar dibandingkan lulusan universitas. Hal ini
mengindikasikan
bahwa
telah
terjadi
Diploma
I/II/III
Universitas
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia di Sulawesi Utara.
Berdasarkan sektornya, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan
perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang
bekerja yaitu sebanyak 338.873 orang (34,93%). Selanjutnya sektor perdagangan
(perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi) menempati urutan kedua dengan
jumlah tenaga kerja sebanyak 186.708 orang (19,24%).
Tabel 6.2.
Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut
Lapangan Usaha
Grafik 6.2.
Share Penduduk Yang Bekerja Di Sulawesi Utara
Menurut Lapangan Usaha
Pertanian
4.40%
2.03%
Industri
18.77%
34.93%
7.18%
Konstruksi
Perdagangan
19.24%
7.14%
6.31%
Transportasi
Lembaga Keuangan
Jasa Kemasyarakatan
Pertambangan dan LGA
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
74
Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan
pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori
buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan indentifikasi ini, pada
Februari 2011 sebesar 382.896 orang (39,47%) bekerja pada kegiatan formal dan 634.317
orang (60.53%) bekerja pada kegiatan informal. Dari 970.185 orang yang bekerja pada
Februari 2011, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan sebesar
335.868 orang (34,62%), diikuti oleh berusaha sendiri sebesar 250.160 orang (25,78%),
dan berusaha dibantu buruh tidak tetap sejumlah 131.884 orang (13,59%), sedangkan
yang terkecil adalah pekerjaan bebas pertanian sebesar 43.271 orang (4,46%).
Tabel 6.3.
Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan
Status Pekerjaan
Feb-09
Ags-09
Feb-10
Aug-10
Feb-11
Berusaha Sendiri
287,238
286,716
259,553
242,853
250,160
Berusaha Dibantu Buruh Tidak
Tetap
- Buruh
Tidak
Dibayar
Berusaha
Dibantu
Buruh
Tetap-
130,426
129,345
127,986
102,364
131,884
41,175
42,900
40,962
45,854
47,028
Buruh
Dibayar
Buruh/Karyawan
279,163
284,798
322,315
332,660
335,868
Pekerja Bebas Pertanian
64,141
48,003
52,028
74,258
43,271
Pekerja Bebas Non Pertanian
39,899
55,056
58,541
40,377
52,326
120,585
93,355
100,263
98,573
109,648
962,633
940,173
961,648
936,939
970,185
Pekerja Tak Dibayar
Total
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Optimisme membaiknya kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan juga sejalan dengan
beberapa hasil survei yang dilakukan oleh KBI Manado. Berdasarkan survei yang dilakukan,
jumlah pelaku usaha yang menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih
meningkat. Hal ini tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) indikator jumlah
karyawan pada triwulan I-2011, yang masih bernilai positif, yaitu 0,56. Tumbuh positifnya
tenaga kerja juga didorong oleh formasi kebutuhan CPNS di beberapa Kab/Kota di Sulawesi
Utara.
Grafik 6.3.
Perkembangan Indikator Jumlah Karyawan
dalam Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
Tabel 6.4.
Usulan CPNS 2011
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
(2.00)
(4.00)
Q1
Q2
Q3
2008
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
Q4
2010
Realisasi Penggunaan Tenaga Kerja
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado
Q1
2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Provinsi/Kab/Kota
Provinsi Sulawesi Utara
Kab. Minahasa Selatan
Kab. Bolaang Mongondow Timur
Kota Tomohon
Kab. Bolaang Mongondow Utara
Kab. Minahasa Utara
Kota Bitung
Kab. Minahasa
Kab. Bolaang Mongondow
Kota Kotamobagu
Kab. Bolaang Mongondow Selatan
Kab. Kepulauan Sangihe
Kab. Kepulauan Sitaro
Kab. Kepulauan Talaud
Jumlah
Sumber: Media cetak
Jumlah PNS
287
798
1,250
580
650
800
279
25
400
200
639
222
200
223
6,553
75
Perkembangan ketenagakerjaan juga dapat dikonfirmasi melalui sikap optimisme
masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja yang tercermin dari peningkatan indeks
ketersediaan lapangan kerja hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado. Pada akhir triwulan I2011, angka indeks ketersediaan lapangan kerja adalah sebesar 167,50 lebih tinggi
dibandingkan Triwulan IV-2010 (141,00) dan triwulan yang sama tahun sebelumnya
(123,50).
Grafik 6.4.
Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Ketersediaan Lap. Kerja
Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
180
160
Titik optimis =100
180
160
140
140
120
120
100
100
80
80
60
60
40
40
20
20
0
0
J
F M A M J J
A S O N D J
F M A M J
2009
J A S O N D J
2010
F M
2011
Sumber: Survei Konsumen KBI Manado
6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
Sejalan
dengan
kondisi
ketenagakerjaan,
Grafik 6.5.
Perkembangan Indeks Penghasilan dan Indeks
Ekspektasi Penghasilan
tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi
Utara diperkirakan meningkat di awal tahun
Penghasilan Saat Ini
Ekspektasi Penghasilan
160
Titik optimis =100
200
180
tingkat
140
Utara
100
120
80
100
memiliki kecenderungan untuk meningkat.
60
80
2011.
Hal
penghasilan
ini
terjadi
masyarakat
karena
Sualwesi
160
120
140
60
40
Walaupun sempat menurun pada Februari
40
20
20
0
2011, indeks penghasilan saat ini mulai
0
J
F M A M J J
2009
meningkat
kembali
pada
Maret
A S O N D J
F M A M J
J A S O N D J
2010
F M
2011
2011
mencapai 122 atau berada diatas level
Sumber: Survei Konsumen KBI Manado
optimis (Grafik 6.5.) Salah satu yang menjadi faktor pendorong optimisme masyarakat
adalah adanya peningkatan UMP di tahun 2011 serta dampak tidak langsung dari
terpilihnya kembali Sulawesi Utara sebagai tempat penyelenggaraan berbagai event
internasional di tahun 2011.
76
Apabila ditinjau kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi
dominan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar dapat
dilihat pada grafik 6.6. bahwa tren kesejahteraan petani mulai mengalami peningkatan. Hal
ini tercermin dari pertumbuhan NTP yang merupakan perbandingan antara indeks harga
yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani untuk keperluan
konsumsi rumah tangga dan biaya produksi.
Grafik 6.6.
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
Nilai Tukar Petani (indeks)
103.00
batas minimum sejahtera
3%
Nilai Tukar Petani (growth yoy)
102.50
2%
102.00
101.50
1%
101.00
0%
100.50
100.00
-1%
99.50
-2%
99.00
-3%
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
98.50
2009
2010
2011
Sumber: Survei Konsumen KBI Manado
Grafik 6.7.
Perkembangan Indeks Yang Diterima dan Dibayar Petani
Nilai Tukar Petani (indeks)
batas minimum sejahtera
Indeks Diterima Petani
Indeks Dibayar Petani
100
90
2010
Jan
Mar
Nov
Sep
Jul
May
Jan
Mar
Nov
Jul
2009
Sep
Mei
Mar
Jan
80
2011
Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi
Utara
selama
triwulan
I-2011
sebesar
135
101,63, lebih tinggi dibandingkan triwulan
130
sebelumnya
125
dibandingkan dengan triwulan yang sama
120
tahun lalu (101,20). Kedua komponen, baik
115
Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun
110
Indeks yang Dibayar Petani (IB) mengalami
(100,85)
maupun
bila
peningkatan, namun karena kenaikan IT
lebih besar dibandingkan kenaikan IB, maka
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
terjadi kenaikan NTP pada triwulan I-2011.
Adapun kenaikan IB terutama datang dari naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi
(untuk kelompok konsumsi rumah tangga), serta harga penambahan barang modal dan
obat-obatan serta pupuk (untuk kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal).
77
Tabel 6.5.
Komponen Indeks Dibayar Petani (IB)
Sumber: BPS Provinsi Sulut, diolah
78
BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN
7.1.
Prospek Ekonomi Makro
Kinerja perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 diperkirakan tumbuh lebih
tinggi dibandingkan periode sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu, yaitu pada
kisaran 7,34% - 7,54% (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan lebih banyak
didorong oleh pelaksanaan beberapa event lokal, nasional dan internasional, pencairan gaji
ke-13 serta faktor musiman perayaan hari raya Idul Fitri yang secara keseluruhan akan
berdampak terhadap kinerja konsumsi swasta dan sektor PHR.
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
Grafik 7.1.
Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi
Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara
yang dilakukan secara triwulanan oleh Bank
Indonesia Manado menunjukkan adanya
60.00
Realisasi Kegiatan Usaha
Perkiraan Kegiatan Usaha
50.00
optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi
40.00
dan peningkatan ekspektasi pelaku usaha
30.00
terhadap
ditandai
20.00
ekspektasi
10.00
dengan
dunia
kenaikan
usaha
yang
indikator
kegiatan usaha pada triwulan III-2011
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2 Q3*
(10.00)
dengan persentase Saldo Bersih Tertimbang
(20.00)
(SBT) sebesar 28,99%, lebih tinggi dari
(30.00)
2008
2009
2010
2011
(40.00)
realisasi kegiatan kegiatan usaha pada
triwulan
III-2010
dengan
SBT
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Manado Triwulan I-1010
sebesar
25,32%. Pertumbuhan kegiatan usaha diperkirakan terutama terjadi pada sektor PHR,
Pengangkutan dan komunikasi serta sektor pertanian.
Dari sisi permintaan, konsumsi swasta khususnya konsumsi rumah tangga diperkirakan akan
tumbuh positif seiring dengan peningkatan sumber pendapatan masyarakat yang
bersumber dari pencairan gaji ke-13 untuk pemerintah provinsi dan pemerintah
Kabupaten/Kota se-Sulut dengan estimasi total anggaran mencapai Rp193 Miliar. Selain
pembayaran gaji ke-13, juga terdapat beberapa pencairan dana di bulan Juli ini diantaranya,
pencairan tunjangan sertifikasi guru, dana Tunjangan Penghasilan Aparatur Pemerintahan
Desa (TPAPD) dan tunjangan guru bersertifikasi. Selain faktor peningkatan pendapatan,
beberapa faktor musiman seperti tahun ajaran baru, perayaan pengucapan syukur yang
79
jatuh pada bulan Juli 2011 dan hari raya Idul Fitri pada Agustus 2011 serta beberapa
pelaksanaan event diantaranya: (i) Perayaan HUT Kota Manado ke-388 yang jatuh pada 14
Juli 2011 yang ditandai dengan pelaksanaan Manado Expo 2011 seperti pameran, bazaar,
perlombaan dan pemilihan puteri Madex 2011; (ii) Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak
(KONIKA) XV yang dilaksanakan pada tanggal 12-14 Juli 2011 dengan peserta berjumlah
2.835 orang; (iii) Pertemuan ASEAN Economics Ministers and Related Meetings (AEM) pada
tanggal 9-13 Agustus 2011 diperkirakan akan turut mempengaruhi pergerakan konsumsi
masyarakat. Optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian daerah dapat
dikonfirmasi melalui hasil Survei Konsumen (SK) di Kota Manado oleh Bank Indonesia, yang
menunjukkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang.
Grafik 7.2.
Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber: Survei Konsumen KBI Manado
Sementara itu, konsumsi Pemerintah diperkirakan tetap tumbuh positif meskipun masih
mengalami perlambatan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Kinerja konsumsi
pemerintah pada bulan Juli, lebih banyak didorong oleh realisasi belanja pegawai yang
tercermin dari realisasi pencairan gaji ke-13. Tingginya belanja pegawai dalam komponen
APBD juga tercermin dari insentif yang diberikan oleh pemerintah provinsi kepada PNS
berupa Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) yang pada tahun 2011 mencapai ± Rp108 miliar.
80
Tabel 7.1.
Estimasi Jumlah Pembayaran Gaji 13 se-Kab/Kota di Sulawesi Utara
No
Prov/Kab/Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Provinsi Sulut
Kota Manado
Kota Bitung
Kab. Minahasa
Kota Tomohon
Kab. Minahasa Utara
Kab. Minahasa Selatan
Kab. Minahasa Tenggara
Kab. Bolaang Mongondow
Kota Kotamobagu
Kab. Bolaang Mongondow Utara
Kab. Bolaang Mongondow Selatan
Kab. Bolaang Mongondow Timur
Kab. Kep. Sangihe
Kab. Kep. Sitaro
Kab. Kep. Talaud
TOTAL
Jumlah
(Rp miliar)
19
29
12
28
11.3
15
15
7.8
9.03
7
2.1
2.4
2.2
14.8
7.7
11.6
193.93
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulut
Tabel 7.2.
Rincian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) APBD Provinsi Sulawesi Utara
Uraian
Jumlah
TKD (Rp)
personel
Jumlah/Th (Rp)
Pejabat Struktural
Sekda
Asisten
1
17.750.000
213.000.000
3
12.750.000
459.000.000
40
7.750.000
3.720.000.000
Karo (Kepala Biro)
9
7.750.000
837.000.000
Kasat dll
3
6.750.000
243.000.000
Ka. Kantor/UPT/Balai
57
3.250.000
2.223.000.000
Sekdis/Kabid/Kabag
Kaban/Kadis/Staf ahli
198
2.750.000
6.534.000.000
Ess. III/b
13
2.250.000
351.000.000
Ess. IV/a
708
1.750.000
14.868.000.000
Ess. IV/b
8
1.500.000
144.000.000
Pejabat Fungsional
IV/d
IV/e
15
3.750.000
675.000.000
IV/b
IV/c
85
2.250.000
2.295.000.000
IV/a
449
1.500.000
8.082.000.000
199
1.250.000
2.985.000.000
2.642
1.250.000
39.630.000.000
1.682
1.250.000
25.230.000.000
III/c
I/a
III/b
Staf
Gol III
IV
Gol I - II
JUMLAH TKD
108.489.000.000
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulut
81
Kinerja investasi pada triwulan III-2011 juga diperkirakan terus membaik sejalan dengan
realisasi proyek fisik baik pemerintah maupun swasta. Hal ini tercermin dari penjualan
semen di Sulawesi Utara yang mengalami peningkatan sebesar 5% (yoy) pada bulan Juni
2011. Indikator lainnya yang menunjukkan peningkatan kinerja investasi adalah hasil Survei
Penjualan Eceran yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar
21.45% dari 112.35 pada Juli 2010 menjadi 136.47 pada Juli 2011.
Grafik 7.3.
Perkembangan Penjualan Semen
Prov. Sulawesi Utara
2010
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
2011
2009
Jul
-200
Jun
0
Apr
F M A M J
Mei
J
Mar
O N D
Jan
A S
Feb
J
-100
Des
F M A M J
100
Okt
J
0
200
Nov
0
100
300
Sep
10,000
200
400
Jul
20,000
300
500
Ags
30,000
400
600
Jun
40,000
500
Indeks Bahan konstruksi (left axis)
growth (% - yoy) - right axis
700
Apr
50,000
800
Mei
60,000
160
140
120
100
80
60
40
20
0
-20
-40
-60
Mar
g_semen (% yoy) - right axis
Jan
Volume (ton) - left axis
70,000
Feb
80,000
Grafik 7.4.
Indeks Penjualan Bahan Konstruksi
2010
Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado
Belanja modal pemerintah juga diperkirakan turut andil dalam menggairahkan kegiatan
investasi pada triwulan III-2011. Hal ini ditandai dengan mulai terealisasinya beberapa
proyek pembangunan infrastruktur pemerintah pada triwulan III-2011 (Tabel 7.3).
82
Tabel 7.3.
Rekapitulasi Paket Proyek di Pemerintah Propinsi Sulawesi Utara
No
A.
B.
Instansi
Pemerintah Provinsi Sulut
1. Badan Perpustakaan
2. Dinas PU
3. Dinas Pertanian & Peternakan
4. Dinas Kelautan & Perikanan
5. Dinas Kesejahteraan Sosial
6. DPRD
7. Dinas Perhubungan
8. Inspektorat
9. Dinas Perkebunan
10. Dinas Kesehatan
11. Perbatasan
Kabupaten/Kota
1. Kota Bitung
2. Kab. Minahasa
3. Kab. Sitaro
4. Kab. Kep. Sangihe
5. Kab. Bolmong
6. Kota Manado
7. Kab. Kep. Talaud
8. Kab. Bolsel
9. Kab. Boltim
10. Kab. Mitra
11. Kab. Minsel
Jumlah
Paket
67
1
26
6
11
6
2
5
1
4
4
1
387
39
3
128
20
17
16
1
54
66
33
10
Nilai Paket (Rp)
940.000.000
4.241.000.000
3.763.500.000
8.702.829.000
3.219.110.000
1.557.598.000
1.555.000.000
300.000.000
4.088.986.060
1.696.405.400
231.750.200
28.190.710.000
6.105.000.000
84.501.683.965
13.142.349.700
9.477.745.260
12.920.760.810
20.582.566.500
67.367.024.000
89.679.324.657
21.000.000.000
4.111.899.998
Nilai Total Paket
(Rp)
30.316.178.660
357.079.064.890
Sumber: Biro Pembangunan Setdaprop Sulut
Perkembangan ekspor pada triwulan III-2011 diprediksi tumbuh positif meskipun tidak
setinggi periode yang sama tahun lalu. Sebagai komoditi unggulan ekspor, komoditi
pertanian perkebunan (kelapa dan turunannya, cengkih, biji pala dan fuli) masih
mendominasi volume ekspor Sulut. Namun demikian, saat ini komoditi rumput laut juga
menjadi komoditi ekspor dengan target pasar Eropa dan Asia khususnya China.
Sementara itu untuk kinerja ekspor produk perikanan diperkirakan akan melambat akibat
krisis bahan baku. Hal ini disebabkan oleh migrasi ikan akibat cuaca yang berubah-ubah
serta adanya kelangkaan BBM yang menurunkan minat nelayan untuk melaut. Berdasarkan
informasi dari beberapa perusahaan ikan, saat ini hanya beroperasi 10-20% dari total
kapasitas produksi yang dimiliki.
Dari sisi penawaran, sektor PHR serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprediksi akan
mengalami pertumbuhan positif yang didorong oleh penyelenggaraan beberapa event
berskala nasional maupun internasional di Sulawesi Utara. Sektor bangunan juga
diperkirakan akan tetap tumbuh positif sejalan dengan maraknya pembangunan proyek fisik
pemerintah dan swasta yang sedang berjalan.
83
Kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan diperkirakan akan mengalami penurunan
dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sebagai dampak dari letusan gunung Soputan
dan Lokon yang terjadi selama bulan Juli 2011. Selain karena letusan gunung berapi,
prediksi penurunan produksi pertanian juga disebabkan oleh beberapa faktor lain
diantaranya: (i) kelangkaan pupuk yang terjadi bertepatan dengan waktu musim tanam di
Minahasa Selatan; (ii) keterbatasan mesin pengering padi; serta (iii) keterlambatan
penyaluran benih akibat terlambatnya pengiriman dari Jakarta.
Sektor PHR diperkirakan masih menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Sulut.
Pertumbuhan sektor PHR pada tiwulan III-2011 diperkirakan masih akan cenderung
meningkat, yang didorong oleh faktor musiman perayaan Idul Fitri serta penyelenggaraan
beberapa event lokal, nasional dan internasional, antara lain:
a. Perayaan HUT Kota Manado ke-388 yang jatuh pada 14 Juli 2011 yang ditandai
dengan pelaksanaan Manado Expo 2011 seperti pameran, bazaar, perlombaan,
Tour de Bunaken, Manado carnaval dan pemilihan puteri Madex 2011;
b. Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA) XV yang dilaksanakan pada
tanggal 12-14 Juli 2011 dengan peserta berjumlah 2.835 orang;
c. Pertemuan perwakilan 152 Kab/Kota dari 8 provinsi di Indonesia pada tanggal 25-27
Juli 2011 guna membahas masterplan percepatan pemberdayaan koperasi dan
UMKM.
d. Pertemuan ASEAN Economics Ministers and Related Meetings (AEM) pada tanggal
9-13 Agustus 2011 yang akan dihadiri oleh 8 negara anggota ASEAN dan 10 negara
mitra wicara.
Maraknya event yang dilaksanakan di Manado serta musim liburan sekolah di bulan Juli
telah meningkatkan frekuensi tamu undangan maupun wisatawan yang berkunjung ke
Manado, hal ini selanjutnya berdampak terhadap tingginya permintaan terhadap sektor
pengangkutan khususnya pengangkutan udara.
7.2.
Prakiraan Inflasi
Risiko tekanan harga Kota Manado pada triwulan III-2011 diperkirakan akan relatif stabil.
Laju inflasi diperkirakan berada pada kisaran 2,25%-2,4%±1% (yoy). Dari sisi fundamental,
faktor pendorong laju inflasi tahunan Kota Manado diantaranya bersumber dari harga
komoditas internasional terutama harga emas dunia yang masih cenderung meningkat dan
peningkatan permintaan seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru serta perayaan hari
keagamaan. Peningkatan harga komoditas serta permintaan masyarakat menjelang hari
84
raya selanjutnya berdampak terhadap pembentukan ekspektasi masyarakat akan tingginya
laju inflasi pada triwulan III-2011.
Grafik 7.5.
Perkembangan dan Perkiraan Inflasi Kota Manado (% yoy)
10.00
9.00
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
-1.00
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2010
Q3*)
2011
Ket: *Proyeksi Inflasi Bank Indonesia Manado
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara
Sementara itu, dari sisi non fundamental pasokan bahan pangan pada triwulan III-2011
diperkirakan masih cukup terjaga. Bencana alam meletusnya gunung Soputan dan Lokon
pada Juli 2011 memberikan dampak yang relatif minimal terhadap kenaikan harga volatile
foods karena masih tercukupinya persediaan dan lancarnya distribusi pasokan dari luar
daerah. Rencana kebijakan pemerintah seperti pencabutan subsidi minyak tanah, konversi
minyak tanah menjadi LPG diperkirakan dapat berpotensi memberikan tekanan pada laju
inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011.
Faktor Fundamental
Dari sisi eksternal, berlanjutnya peningkatan
harga komoditas internasional terutama harga
emas dunia akibat tekanan permintaan telah
mendorong
perhiasan
tren
peningkatan
domestik.
harga
Sementara
dari
emas
sisi
Grafik 7.6.
Perkembangan Harga Komoditas Internasional
$/Oz
1800
Emas (right axis)
1600
1400
1200
1000
800
domestik, tekanan inflasi disebabkan oleh (i)
600
peningkatan permintaan seiring pola perayaan
200
400
0
Hari Raya Pengucapan Syukur, dimulainya tahun
ajaran baru serta Hari Raya Idul Fitri (ii)
meningkatnya
aktivitas
perekonomian
yang
1
3
5
7
9
11
2009
1
3
5
7
2010
9
11
1
3
5
2011
Sumber : Bloomberg, diolah
didorong oleh maraknya perhelatan internasional
85
7
dan domestik di Sulut, dan (iii) meningkatnya permintaan bahan bangunan yang ditandai
oleh pembangunan berbagai proyek swasta dan pemerintah pada periode laporan.
Ekspektasi konsumen terhadap harga barang dan
Grafik 7.7.
Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa
di Kota Manado Dalam Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
jasa mengalami peningkatan, hal ini disebabkan
oleh pola musiman yang terjadi sepanjang
triwulan III-2011, yaitu terdapat hari pengucapan
syukur dan tahun ajaran baru (Juli 2011) dan
bulan ramadhan serta hari raya Idul Fitri (Agustus
2011). Peningkatan ekspektasi harga tercermin
dari hasil Survei Konsumen (SK) Kota Manado
yang
dilakukan
oleh
BI
Manado
yang
210
Ekspektasi harga 3 bulan yad
Ekspektasi harga 6 bulan yad
190
170
150
130
110
90
70
50
J
F M A M J
menunjukkan adanya peningkatan SBT pada
J
A S O N D J
2010
F M A M J
J
A S
2011
ekspektasi harga pada bulan Juli dan Agustus,
selanjutnya
ekspektasi harga
tersebut
akan
Sumber : Survei Konsumen Kota Manado
menurun pada akhir triwulan laporan atau pada
bulan September 2011 (Grafik 7.5).
Faktor Non Fundamental
Dari sisi non fundamental, beberapa kebijakan pemerintah seperti rencana kebijakan
pemerintah terkait BBM bersubsidi, kebijakan konversi minyak tanah menjadi LPG dan
rencana kenaikan bertahap harga LPG 50 kg dan 12 kg dapat berpotensi menekan laju
inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011.
Sementara itu, tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan relatif stabil. Berdasarkan
pantauan di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota Manado melalui Survei
Pemantauan Harga (SPH) KBI Manado, beberapa harga komoditas volatile foods masih
relatif stabil dikarenakan pasokan yang masih tercukupi. Adanya bencana alam meletusnya
Gunung Soputan dan Gunung Lokon pada Juli 2011 memberikan pengaruh yang relatif
kecil terhadap kenaikan harga komoditas volatile foods karena masih tercukupinya
persediaan dan lancarnya distribusi pasokan dari luar daerah.
86
Tabel 7.4.
Daya Tahan Kebutuhan Pokok
No.
J E N I S
STOK
( TON )
DAYA TAHAN
s/d bulan
1
Beras
32.7
2
Gula
4.15
2 bulan
1 bulan
3
Minyak Goreng
750/hari
4
Terigu
2.8
Produksi
setiap
hari
1 bulan
5
Mentega
700
2 bulan
6
Susu
1500
2 bulan
7
Telur
2 Minggu
8
Daging Ayam
5.100.000
butir
750ton
9
Daging Sapi
800 ton
1 bulan
1 bulan
Sumber : Disperindag Sulut
Menghadapi tekanan risiko tekanan inflasi menjelang perayaan Bulan Suci Ramadhan dan
perayaan Hari Raya Idul Fitri, TPID Prov. Sulut melaksanakan rapat ke-III di Ruang Rapat
Asisten II, Kantor Gubernur Sulawesi Utara. Berdasarkan pemantauan hingga bulan Juni
2011 dan data historis tahun-tahun sebelumnya, tekanan inflasi yang berasal dari kelompok
bahan makanan akan meningkat. Hal tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan
menjelang Bulan Suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Beberapa komoditi yang perlu
mendapat perhatian adalah beras, minyak goreng, gula, tepung terigu, cabe dan bawang
merah. Selain itu, dalam pertemuan juga dibahas mengenai issue kelangkaan BBM di
Sulawesi Utara. Dalam pertemuan tersebut anggota TPID menitikberatkan rekomendasi
pada (i) pelaksanaan operasi pasar, (ii) penambahan kuota BBM dan penertiban pelaku
penimbunan BBM (iii) pengoptimalan peran TFPED dalam menopang pertumbuhan
perekonomian daerah.
Tabel 7.5.
Prognosa Kebutuhan Pokok Menjelang Idul Fitri
No
Jenis
Kebutuhan/
bulan
Kebutuhan/
bulan
Prediksi
Kenaikan Idul
Fitri 1432 H
PASOKAN
Keterangan
(Ton)
(Ton)
(%)
Luar Daerah
22.000 ton
24.200 ton
10%
30%
Produksi
Lokal
70%
4.000 ton
2.500 ton
6.000 ton
3.000 ton
50%
20%
100%
-
100%
Jawa, Lampung,
2.000 ton
400 ton
900 ton
5.000.000 btr
50%
150%
33%
200%
100%
100%
100%
30%
70%
P. Jawa, Sulsel
P. Jawa
P. Jawa
200%
-
100%
200%
-
100%
1
Beras
2
3
4
5
6
7
Gula
Minyak
Goreng
Terigu
Mentega
Susu
Telur
8
Daging Ayam
400 ton
3.000 ton
1.000 ton
1.200 ton
15.000.000
btr
1200 ton
9
Daging Sapi
350 ton
700 ton
Jatim, Sulsel,
Gorontalo, Sulteng,
P. Jawa, Sulsel
Sumber : Disperindag Sulut
87
7.3.
Prospek Perbankan
Grafik 7.8.
Indeks Ekspektasi Tingkat Suku Bunga (SBT)
Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan suku
160
bunga acuannya (BI rate) sebesar 0,25 basis poin
155
150
dari 6,5% menjadi 6,75% pada triwulan I-2011
145
140
diperkirakan akan direspon oleh perbankan dengan
135
130
melakukan penyesuaian terhadap kenaikan suku
125
bunga pinjaman perbankan walaupun masih dalam
115
dari
Survei
Indonesia
Konsumen
yang
yang
menunjukkan
dilakukan
mulai
Tingkat Suku Bunga
110
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
kisaran yang relatif terbatas. Hal ini terkonfirmasi
120
2009
2010
2011
Bank
adanya
Sumber : Survei Konsumen Kota Manado
peningkatan ekspektasi konsumen terhadap peningkatan tingkat suku bunga.
Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime Lending Rate, dengan harapan
dapat mendorong penurunan suku bunga perbankan. Dengan adanya kebijakan ini, setiap
bulan bank harus mengumumkan suku bunga kreditnya berdasarkan masing-masing sektor
baik bunga kredit korporasi, retail, kredit pemilikan rumah (KPR), dan kredit lainnya.
Kebijakan ini dikeluarkan agar tercipta transparansi bunga kredit dan persaingan yang sehat
pada industri perbankan. Di sisi lain, kebijakan ini akan menjadi petunjuk (guideliness) dari
bank sentral untuk menyeragamkan suku bunga utama kepada nasabah perbankan.
88
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB
mtm
qtq
yoy
Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK)
Indeks
Harga
Konsumen (IHK)
Indeks
Kondisi
Ekonomi
Indeks Ekspektasi
Konsumen
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Dana
Perimbangan
Indeks
Pembangunan
Manusia (IPM)
Inflasi
Volatile Foods
Administered
Price
M1
M2
Mo
Uang Kartal
Uang Giral
NIM
NPLs
Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu
month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya.
quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya.
year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi
saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala
1-100
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan
jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil
pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah.
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung
pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian
otonomi.
Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata
3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat
persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan
harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti
tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor
penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari
permintaan.
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan
harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan
harganya diatur pemerintah.
Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari
uang kartal dan uang giral
Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator
tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang
kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di
dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan
masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank
sentral.
Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas
negara (KPKN) dan bank umum.
Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka
dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann
penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang
diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan
kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
89
Restrukturisasi
kredit
UMKM
UYD
Inflow
Outflow
Netflow
PTTB
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur
dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui :
restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala
pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada
dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh
bank umum.
Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum
dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Selisih antara outflow dan inflow.
Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik
uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI
tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk
bertransaksi.
90
Download