9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Periklanan Sebagai Proses Komunikasi Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi pemasaran. Seperti dinyatakan oleh Burleigh Gardner dalam buku A Conceptual Framework for Advertising, “Iklan adalah proses komunikasi, tujuannya membentuk kesan dalam benak khalayak karena benak adalah target komunikasi.”8 Ada banyak definisi mengenai komunikasi, salah satu definisi komunikasi menurut Berelson & Steiner adalah tindakan atau proses penyampaian informasi, ide-ide, emosi, keterampilan atau sebagainya.9 Sebagai proses komunikasi maka, Harold Lasswell merumuskan sebagai: “Cara seseorang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan perantara suatu media dengan tujuan mendapatkan suatu dampak tertentu.” 8 9 Burleigh Gardner. A Conceptual Framework for Advertising, Chicago: Cram Communication Inc., 1984, hal 4 Onong Uchjana M.A., Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004, hal 21 10 Gambar 2.1. Teori Lasswell Who (Speaker) What (Message) Channel (Media) Whom (Audience) Effect Dari model komunikasi Lasswell di atas, diterapkan kegiatan periklanan sebagai berikut: Who yang dimaksud disini adalah pengiklan dan biro iklan. Say What dalam model ini adalah pesan yang disampaikan oleh iklan itu. Pesan dalam iklan ini secara langsung dapat berupa kata-kata yang menarik perhatian khalayak yang mendengarnya. Yang dimaksud dengan to whom disini adalah audience atau khalayak kepada pesan ditujukan. Channel atau media yang dipilih adalah media cetak atau elektronik. Effect (dampak) adalah suatu hasil yang diharapkan dapat dicapai dalam proses komunikasi. Dalam komunikasi, dampak yang diinginkan oleh pengiklan dapat pada tahap kognitif, afektif, maupun konatif. Setelah memahami proses komunikasi, diperlukan pemahaman tentang periklanan agar tidak tercampur aduk dengan komunikasi pemasaran lainnya. 11 Iklan atau Advertising berasal dari kata latin adverte yang berarti mengarahkan.10 Ada pula yang mendefinisikan periklanan sebagai: segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang, atau jasa secara non personal untuk suatu sponsor tertentu yang memerlukan suatu pembayaran. Secara umum iklan bisa disebut sebagai suatu bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk menginterprestasikan kualitas produk, jasa, dan ide-ide berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen. Iklan juga dapat menjadi pendorong yang cukup persuasif bagi calon pembeli untuk langsung membeli produk-produk yang ditawarkan tanpa melihat atau mencobanya terlebih dahulu. Iklan juga mempengaruhi afeksi dan kognisi konsumen terhadap kepercayaan, sikap, dan citra yang berkaitan dengan produk dan merek.11 Dilihat maksud dan tujuannya yaitu untuk membujuk atau mempengaruhi khalayak, menurut Defleur dan Dennis: “Tugas utama iklan adalah memberikan informasi tentang suatu produk kepada khalayak luas dan mempengaruhi seseorang untuk mempercayai suatu hal.”12 2.2. Teori S-O-R Teori yang relevan dalam penelitian ini adalah S-O-R yang menjadi pusat perhatian penulis adalah studi komunikasi massa yang berkaitan dengan persoalan efek komunikasi massa, yang membutuhkan saluran atau media yang efektif untuk dapat mempengaruhi khalayak. 10 11 12 Frank Jefkins, Periklanan, Jakarta: Erlangga, 1996, hal 4 J. Paul Peter and Jerry C. Olson, Consumer Behavior Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran, Jakarta: Erlangga, 1996, hal 181 Melvin L. Defleur and Everett E. Dennis, Understanding Mass Communication, 2nd Edition, Boston: Houghton Mifflin Company, 1985, hal 56 12 Efek atau pengaruh ini menjadi pusat perhatian bagi berbagai pihak dalam masyarakat yang melalui pesan-pesan yang hendak disampaikan berusaha untuk menjangkau khalayak yang diinginkan. Untuk melihat bagaimana hubungan antara media massa dengan khalayak, maka Melvin De Fleur mengemukakan dalam teori S-O-R. Unsur-unsur dalam teori ini adalah: 1. S (Pesan/ Stimulus) 2. O (Organisme/ Komunikan) 3. R (Response/ Efek)13 Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan dan kemudian diteruskan pada proses berikutnya dimana komunikan menjadi mengerti. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Proses tersebut menggambarkan “perubahan sikap” dan bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Pada penelitian ini stimulus berupa iklan On Clinic yang dilihat oleh komunikan melalui tahap perhatian terlebih dahulu. Setelah memperhatikan iklan tersebut, pengertian yang didapat oleh komunikan bersumber pada kredibilitas yang dimiliki oleh seorang endorser sewaktu ia menyampaikan pesan iklan. Kredibilitas seorang endorser dilihat dari ucapannya yang konsisten mengenai produk tersebut. Setelah dicerna melalui tahap perhatian dan pengertian maka kemudian menuju tahap penerimaan pesan iklan apakah 13 Onong Uchjana Effendy, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000, hal 254 13 pesan iklan itu diterima atau ditolak oleh komunikan. Setelah melalui ketiga tahap tersebut ini maka akan merespon pesan iklan tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut: Stimulus Organisme (Penerimaan/ Receiver) Response (Perubahan Sikap) Stimulus akan diberikan kepada komunikan apabila ditolak maka, proses selanjutnya terhenti. Ini berarti stimulus tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi komunikan maka, tidak ada perhatian (attention) dari komunikan. Akan tetapi jika stimulus diterima oleh komunikan berarti adanya komunikasi dan adanya perhatian dari komunikan. Dalam hal ini stimulus adalah efektif dan ada reaksi. Langkah berikutnya adalah jika stimulus telah mendapat perhatian maka, proses selanjutnya adalah mengerti terhadap stimulus kemampuan dari komunikan inilah yang dapat melakukan proses berikutnya. Langkah terakhir yaitu komunikan dapat menerima secara baik apa yang telah diolah sehingga dapat terjadi kesediaan untuk perubahan sikap. Dari penjelasan di atas proses perubahan sikap ini dapat terjadi atau dapat berubah, tidak hanya oleh stimulus yang diberikan benar-benar baik, akan tetapi adanya kredibilitas yang meyakinkan dari seorang endorser selebriti. Ada tiga variabel yang dapat mempengaruhi sikap, yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan. 14 2.3. Televisi Sebagai Media Periklanan Salah satu media massa yang sangat popular di masyarakat ialah televisi. Menurut Ferbey, televisi adalah media yang paling banyak disukai pengiklan nasional karena akibat yang ditimbulkan yaitu, mudah dilihat, kemampuannya mendemonstrasikan sesuatu dan kemampuannya menceritakan sesuatu.14 George D. Belch dan Michael A. Belch mengatakan bahwa televisi merupakan kombinasi antara pengelihatan dan pendengaran sehingga dapat dijadikan strategi kreatif karena televisi lebih efektif untuk membangkitkan emosi dibandingkan dengan media lain.15 Pernyataan tersebut juga didukung oleh Astrid S. Susanto. Ia mengatakan bahwa media televisi yang berkemampuan audio visual, akan memerlukan waktu lebih sedikit lagi mengingat kemampuan penyampaian pesan sebagaimana diterima oleh khalayak melalui gambar dengan suara yang berbedabeda.16 Definisi televisi yaitu panduan radio (broadcast) dan film (moving picture). Para penonton di rumah tak mungkin menangkap siaran televisi, kalau tidak ada unsur-unsur radio. Dan tak mungkin dapat melihat gambar-gambar yang bergerak pada layar televisi jika tidak ada unsur-unsur film. Suatu program televisi dapat dilihat dan didengar penonton karena dipancarkan oleh pemancar. Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “visi” (vision) yang berarti pengelihatan. Segi jauhnya diusahakan oleh prinsip radio dan segi 14 15 16 Ferbey, A.D., How to Produce Successful Advertising (Kiat Sukses Membuat Iklan), Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997, hal 52 George E. Belch & Michael A. Belch, Introduction to Advertising and Promotion and Integrated Marketing Communications Perspective, 3rd Edition, 1995, hal 318 Susanto, Astrid-Sunario, Globalisasi dan Komunikasi, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993, hal 222-223 15 pengelihatannya oleh gambar. Para penonton dapat menikmati siaran televisi kalau pemancar televisi tadi memancarkan gambar. Sedangkan, definisi penyiaran televisi menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2002, BAB I, Pasal 1 Ayat 3 adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.17 Media televisi memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat dijadikan dasar pertimbangan bagi para pemasang iklan. Tabel 2.1. Kekuatan dan Kelemahan Televisi Kekuatan Televisi Kelemahan Televisi 1. Televisi dapat didengar sekaligus 1. Pada televisi harus ada kesesuaian dapat dilihat (audiovisual). Dengan harmonis antara fungsi audio dan televisi visual. Betapa menjengkelkan bila dapat bergerak melihat karena audiovisual, kombinasi memiliki memainkan gambar sifatnya dan yang ada acara televisi hanya terlihat merupakan gambarnya tanpa suara, atau suara warna-warna kemampuan warna, suara, atau tanpa gambar dalam dan gerakan maka, televisi nampak begitu hidup dan nyata 17 Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2002, BAB I, Pasal 1 Ayat 3 16 2. Televisi mampu mengatasi jarak 2. Hal-hal kecil bisa dan biasa dan waktu, sehingga penonton dikerjakan banyak orang sambil yang nonton televisi, sama seperti ketika tinggal di daerah-daerah terpencil dapat menikmati siaran mereka televisi radio. mendengarkan Akibatnya siaran konsentrasi mereka seringkali terpecah 3. Televisi menjadikan segalanya 3. Pengoperasian televisi siaran lebih dapat dinikmati di rumah dengan kompleks dan lebih aman dan nyaman selain itu televisi melibatkan dapat disiarkan di rumah dalam peralatan yang digunakan lebih suasana yang serba santai banyak sehingga pengoperasiannya orang. Dan banyak juga lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih 4. Televisi dapat menyajikan film serta program-program menarik lainnya, sehingga pemirsa dapat menyaksikan program-program televisi sesukanya 4. Media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah, dan radio siaran 17 5. Televisi dapat menjangkau semua kalangan, baik itu kalangan 5. Televisi cenderung menjangkau pemirsa secara massal, sehingga menengah keatas maupun kalangan pemilahan (untuk kepentingan menengah kebawah pembidikan pangsa pasar tertentu) sering sulit dilakukan. Selain itu pemirsa televisi sulit dipilah-pilah Sumber: Ardianto & Erdinaya (1997); Cangara (2002); Jefkins (1997) 2.4. Persepsi 2.4.1. Pengertian Persepsi Para psikolog menyebut mata sebagai kamera dan retina sebagai film yang merekam pola-pola cahaya yang jatuh di atasnya. Para ilmuawan modern, menentang asumsi itu: kebanyakan orang percaya bahwa apa yang kita amati dipengaruhi sebagian oleh citra retina mata dan terutama oleh kondisi pikiran pengamat. Oleh karena itu kita biasanya mempunyai kesan yang berlainan mengenai lingkungan kita: benda, situasi, orang ataupun peristiwa di sekitar kita, mungkin kita memiliki informasi mengenai hal-hal itu. Sebabnnya tidak mengetahui dunia di sekeliling kita sederhana yang kita duga. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli.18 18 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: CV. Remaja Karya, 1985, hal 51 18 Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan di lingkungan kita dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi adalah makna yang kita perhatikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimulus (rangsangan) yang kita terima melalui lima indera. Jadi persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi. Persepsi merupakan proses menggantikan stimulasi di dalam diri kita, maka kita mengerti sesuatu. Persepsi berdasarkan pengalaman, yang bersifat selektif, evaluative, dugaan dan kontekstrual, dimana kontekstual menjadi pengaruh paling kuat dalam persepsi yang ada. Persepsi konsumen adalah proses dimana seorang menyeleksi, mengatur, dan menafsirkan masukan-masukan informasi untuk menciptakan suatu gambar yang berarti.19 Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini jelas tampak pada definisi John R. Winberg dan William W. Wilmot: “Persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna.” Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita tidak berkomunikasi dengan efektif. Pengertian persepsi didalam aktivitas individu ketika menjalin hubungan dengan lingkungan memiliki dimensi yang cukup luar. Meskipun kata “persepsi” sering digunakan sebagai sinonim untuk kata “see” (melihat atau memandang), pengertian mempersepsi tidak sama dengan melihat. Tim O’ Sullivan menyebut 19 Philip Kotler, Analisis Perencanaan Implementasi & Pengendalian, Jilid 1, Jakarta: Prenhalindo, 1993, hal 219 19 persepsi sebagai: “Initial consciousness of sensory activity; a process implying awareness of surrounding stimuli or events.” Jadi persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi. Dalam perkembangan ilmiah persepsi bukan lagi semata-mata persepsi terhadap objek/ benda mati, melainkan juga persepsi terhadap objek dalam lingkungan sosial. Pada persepsi sosial ini kita mencoba memahami apa yang tidak tampak pada alat indera. Tidak hanya melihat perilaku seseorang, tetapi juga mengambil kesimpulan terhadap karakteristiknya dan memahami perilakunya.20 2.4.2. Proses Persepsi Dalam proses persepsi banyak rangsangan sampai kepada kita melalui panca indera kita, namun kita tidak mempersepsi semua itu secara acak. Alih-alih, kita mengenali objek-objek tersebut sebagai spesifikasi dari kejadian tertentu. Alasannya sederhana saja, karena persepsi kita adalah suatu proses aktif yang menuntut suatu tatanan dan makna atas berbagai rangsangan yang kita terima. Umumnya hanya dapat memperhatikan suatu rangsangan saja secara penuh. Kalau kita memperhatikan dua atau lebih rangsangan pada saat yang sama, kualitas perhatian kita akan berkurang terhadap rangsangan tersebut. Menggunakan kata-kata R. D. Laing, “manusia selalu memikirkan orang lain dan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya, dan apa yang orang lain pikirkan mengenai apa yang ia pikirkan mengenai orang lain itu, dan seterusnya.” 20 Jalaluddin Rakhmat, op.cit., hal 102 20 Dalam buku Psikologi Komunikasi, Jalaluddin Rakhmat menjelaskan bahwa proses persepsi terdapat tiga (3) tahap yaitu:21 1. Atensi adalah tahap yang mengawali proses persepsi terjadi saat memperhatikan stimuli. Atensi terjadi karena setiap individu tidak dapat menghindari stimuli yang menerpanya. Perhatian yang merupakan proses muncul ketika stimuli atau rangkaian menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. 2. Interpretasi adalah suatu perhatian dalam tahap ini yang mengundang makna dan persepsi, terjadi proses penyederhanaan, pengolahan, serta penyusunan. Beberapa faktor yang mempengaruhi interpretasi antara lain: a. Pengalaman Awal Terdapat stimuli atau objek yang diperoleh dengan cara belajar dari lingkungannya, merupakan masukan bagi otak untuk membuat keputusan. b. Pengharapan Persepsi Otak memiliki kebebasan untuk menginterpretasikan segala sesuatu berdasarkan harapannya. c. Faktor Budaya Interpretasi setiap orang dapat berbeda berdasarkan latar belakang sosial atau budayanya. 21 Jalaluddin Rakhmat, op.cit., hal 65 21 d. Motivasi dan Kerangka Referensi Persepsi seseorang dipengaruhi oleh apa dan bagaimana stimuli atau objek yang diamati, serta kemampuan stimuli tersebut dalam memberikan kepuasan. 3. Kognisi adalah aspek penting yang harus diketahui untuk membangun program komunikasi yang efektif. Proses kognisi merupakan proses dimana stimuli-stimuli yang masuk dan ditransformasikan, dikurangi, diperinci, disimpan, diselubungi, maupun digunakan. Dalam proses kognitif berfungsi sebagai pengatur dalam menentukan arah dan langkah yang akan diambil untuk mencapai kepuasan dari kebutuhan- kebutuhannya. Persepsi sebagai proses stimulus yang diterima oleh panca indera diinterpretasikan untuk kemudian menjadi dasar bagi individu dalam memberikan tanggapan terhadap karakteristik, slogan, gambar, isi pesan endorser dan bahasa yang digunakan dalam iklan yang ditayangkan melalui media televisi. Menurut Edward Sapir, menyatakan bahwa “Bahasa adalah metode manusia yang murni dan bukan instingtif untuk mengkomunikasikan ide-ide, perasaan, keinginan, dengan alat sistem lambang-lambang yang dihasilkan secara suka-suka.”22 Pada hakekatnya bahasa berhubungan langsung dengan persepsi manusia dan menggambarkan bagaimana ia menciptakan dunia dan mewarnainya dengan simbol-simbol yang digunakannya. Bahasa atau dialek merupakan salah satu 22 Riyono Pratikto, Lingkaran-Lingkaran Komunikasi, Bandung: Alumni, 1982, hal 172 22 bentuk kebudayaan yang termasuk faktor fungsional dan dapat mempengaruhi persepsi. 2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Menurut David Krech dan Richard S. Crutchfield, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah: 1. Faktor Fungsional Faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, pendidikan, dan kebudayaan. 2. Faktor Struktural Faktor yang berasal dari stimuli fisik yang ditimbulkan pada saraf individu. Menurut Kenneth E. Anderson, atensi adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.23 Dengan kata lain perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita dan mengesampingkan masukan-masukan alat indera lainnya. Menurut Jalaluddin Rakhmat, perhatian dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: a. Faktor Ekternal Pada faktor ini stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol antara lain: gerakan, intensitas stimuli, kebaruan dan perulangan. 23 Jalaluddin R., Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, Bandung: PT. Remaja Karya, 2001, hal 52 23 b. Faktor Internal Pada faktor ini stimuli diperhatikan karena adanya faktor-faktor biologis dan faktor-faktor sosipsikologis. Bila telah belajar mengharapkan sesuatu untuk terjadi, mereka akan mempersepsi informasi yang menunjukan kepada mereka bahwa apa yang mereka harapkan telah terjadi. Mereka tidak akan memperhatikan informasi yang menunjukan pada mereka bahwa pengharapan mereka tidak terpenuhi. 2.5. Khalayak Khalayak bisa disebut dengan istilah Penerima, Sasaran, Pembaca, Pendengar, Audience, Decoder, atau Komunikan. Khalayak adalah salah satu actor dari proses komunikasi, karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Suatu kegiatan komunikasi yang diboikot oleh khalayak sudah pasti itu akan gagal dalam mencapai tujuannya. Dalam komunikasi massa, ukuran khalayak tidak memungkinkan komunikator untuk bertatap muka dengan anggota-anggota khalayaknya. Selain merupakan kelompok yang beraneka ragam, kebanyakan penerima pesan (khalayak) dalam komunikasi massa juga tidak dikenal sumber pesan. Ini tidak berarti bahwa anggota-anggota khalayak dalam komunikasi massa terisolasi dari manusia-manusia lainnya. Sebenarnya kita sangat mungkin mengalami 24 komunikasi massa sebagai anggota suatu pasangan orang, kelompok kecil atau organisasi. Suatu khalayak sangat aktif mencari apa yang mereka inginkan, menolak lebih banyak isi media daripada menerimanya, berinteraksi dengan anggotaanggota kelompok yang mereka masuki dan isi media yang mereka terima, dan sering menguji media massa dengan membicarakannya dengan orang-orang lain atau membandingkannya dengan isi media lainnya.24 Khalayak dalam komunikasi berupa individu, kelompok, dan masyarakat menjadi tugas seorang komunikator untuk mengetahui siapa yang akan menjadi khalayaknya sebelum proses komunikasi berlangsung. Ada tiga aspek yang perlu diketahui seorang komunikator menyangkut tentang khalayak, yaitu:25 1. Aspek Sosiodemografik Khalayak dapat dilihat dari bentuk demografi melalui jenis kelamin, usia, populasi, tingkat pendidikan, agama, pekerjaan, ideologi dan kepemilikan media. 2. Aspek Psikologi Aspek ini memahami dari segi kejiwaan khalayak melalui proses emosi, pendapat-pendapat mereka selama ini bisa menyimpan rasa kecewa atau frustasi. 3. Aspek Karakteristik Aspek ini menyangkut bentuk perilaku khalayak yang perlu diketahui melalui hobi, nilai dan norma, mobilitas sosial dan perilaku komunikasi. 24 25 Stewart L. Tubbs and Sylvia Moss, Human Communication “Konteks-Konteks Komunikasi”, Terjemahan Deddy Mulyana, Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 1998, hal 209 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2000, hal 151 25 2.6. Endorser Definisi yang paling mendasar dari endorser adalah: Endorser is source of the information in the ad, contributing to the acceptability of the content of (argument in) the message because of the source’s creadibility or attractivess.26 (Endorser adalah sumber dari informasi yang terdapat dalam sebuah iklan, yang mempengaruhi penerimaan dari isi (argument) dalam pesan yang disampaikan karena kredibilitas dan daya tarik yang dimiliki. Keberadaan seorang sumber dalam iklan sangat memperhitungkan keberhasilan proses penyampaian pesan dalam iklan. Source dalam iklan salah satunya yang paling umum adalah endorser. John M. Echols dan Hasan Salidily dalam Kamus Inggris Indonesia, mendefinisikan endorser sebagai, “penyokong atau pendukung”.27 Berdasarkan pengertian di atas maka, penulis memahami bahwa endorser itu adalah sebagai pendukung. Apabila dikaitkan dengan masalah pokok penelitian maka, munculnya para selebritis pada sebuah iklan dapat dikatakan sebagai pendukung dalam kampanye periklanan dengan tujuan untuk menarik perhatian masyarakat dan khalayak sasarannya sehingga mereka memahami maksud dan tujuan iklan tersebut. Melekatnya karakter produk pada endorser dalam sebuah iklan tentunya bisa menguntungkan, karena pada umumnya bisa saling mengingatkan. Tetapi dalam usahanya menentukan seorang endorser, produsen hendaknya memahami betul karakteristik seorang endorser tersebut. 26 27 Rajeev Batra, John G. Myers, David A. Aaker, Advertising Management, Stadt New Jersey: Prentice Hall Inc., 1996, hal 44 John M. Echols dan Hasan Salidily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT Gramedia, 1992, hal 213 26 Karena apabila keliru dalam memilih endorser, akibatnya citra perusahaan maupun citra produk akan membias. Alexis S. Tan mengatakan, bahwa endorser itu memiliki karakteristik antara lain: memiliki kredibilitas, yang terdiri dari dua komponen yaitu keahlian dan kepercayaan. Memiliki daya tarik, dalam hal yang sifatnya physically dan karisma. Memiliki kesamaan, secara umum biasanya kita akan tertarik pada seseorang yang memiliki banyak kesamaan dengan diri kita. Misalnya dalam hal prinsip, ideologi, maupun pandangan hidup. Adanya kesamaan dalam hal demografi pun cukup mempengaruhi, yaitu mencakup usia, gender ukuran keluarga, family life cycle, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, agama, bahkan suku dan kebangsaan, dikenal atau familiar merupakan sebuah teori fungsi yang meramalkan bahwa kita akan lebih suka mengikatkan diri kepada hubungan kekeluargaan dengan orang yang taka sing lagi dengan kita. Menarik, dalam berkomunikasi biasanya kita akan mudah terpengaruh kepada seorang komunikator yang kita sukai. Sebuah riset membuktikan keakraban akan mendorong kita untuk tertarik kepada seseorang yang bisa meyakinkan kita. Memiliki kekuatan, kekuatan itu memiliki tiga karakteristik, antara lain control pengamatan, kepedulian atau ketertarikan pada suatu sumber, pengamatan penyelidikan. Kekuatan sumber dapat merubah sikap dan tingkah laku karena mereka mempunyai kemampuan untuk merubahnya.28 28 Alexis S. Tan, Mass Communication Theories and Research, Columbia: Ohio Publishing Inc., 1981, hal 140 27 Dari keterangan di atas maka, penulis dapat menyuimpulkan bahwa ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh seorang endorser sebagai sumber dalam iklan, yaitu: 1. Endorser itu harus memiliki kredibilitas, yang terdiri dari dua komponen, yaitu: memiliki keahlian dalam bidangnya dan kepercayaan dari masyarakat. 2. Endorser itu harus memiliki daya tarik, baik itu secara fisik maupun kharisma. 3. Endorser itu harus memiliki kesamaan, misalnya dalam hal prinsip, ideology, maupun pandangan hidup. 4. Endorser itu umumnya harus dikenal oleh masyarakat. 5. Endorser itu harus memiliki ketertarikan dari khalayak sasaran atau masyarakat luas. 6. Endorser itu harus memiliki kekuatan, antara lain kekuatan dalam hal konter pengamatan, kepedulian atau ketertarikan pada sumber, pada suatu hal, pengamatan penyelidikan. 28 2.7. Produk Klinik Kesehatan Produk klinik kesehatan makin membanjiri pasar obat Indonesia. Semua produk klinik kesehatan itu menawarkan khasiat yang beragam. Mulai dari melancarkan peredaran darah, menjaga stamina, memperbaiki fungsi organ tubuh dan lainnya. Para pemasar suplemen optimis bahwa produknya dapat diterima oleh pasar Indonesia. Karena mendapat ijin dari Kemenkes dan BPOM Indonesia. Asal mulanya kata “klinik” berasal dari seorang ahli kesehatan/ dokter jaman dahulu di Yunani tahun 1628 yakni L. Cliniccus, dan berkembang menjadi istilah popular akhir-akhir ini. Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/ atau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis yakni dokter umum, spesialis…29 Seiring berjalannya waktu, bisnis kesehatan menunjukkan pertumbuhan yang cukup pesat seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan tubuhnya. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan, berdasarkan jenis pelayanannya, klinik dibagi menjadi dua, yaitu: 30 1. Klinik Pratama, merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar yang dilayani oleh dokter umum dan dipimpin oleh seorang dokter umum. Berdasarkan perijinannya klinik ini dapat dimiliki oleh badan usaha ataupun perorangan. 29 30 Permenkes Pasal 1 No. 028 Tahun 2011 tentang Klinik Permenkes No. 512/ Menkes/Per/X/2007 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran 29 2. Klinik Utama, merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik. Spesialistik berarti mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, atau jenis penyakit tertentu. Klinik ini dipimpin oleh seorang dokter spesialis ataupun dokter gigi spesialis. Berdasarkan perijinannya klinik ini hanya dapat dimiliki oleh badan usaha berupa CV, ataupun PT.