ANALISIS EFEKTIVITAS MANAJEMEN PIUTANG PADA PERUSAHAAN X Oleh NENNY PEBRIANI H24061801 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN Nenny Pebriani. H24061801. Analisis Efektivitas Manajemen Piutang pada Perusahaan X. Di bawah bimbingan Abdul Kohar Irwanto. Penjualan dan piutang usaha perusahaan terus meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 2008, akan tetapi pos laba operasi bersih yang semula mengalami peningkatan ternyata mengalami penurunan di tahun 2008. Mengingat sistem penjualan yang digunakan oleh perusahaan adalah sistem penjualan secara kredit, maka peningkatan volume penjualan akan berdampak langsung bagi peningkatan jumlah piutang. Apabila peningkatan jumlah piutang tidak diikuti dengan pengelolaan yang baik maka piutang yang diharapkan berakhir dengan penerimaan kas dikhawatirkan akan berubah menjadi piutang tak tertagih dan menyebabkan laba yang diterima menjadi berkurang. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengidentifikasi gambaran mengenai praktek manajemen piutang, (2) untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan tingkat efektivitas manajemen piutang dan (3) untuk mengidentifikasi kinerja dan mengetahui keefektifan pengelolaan manajemen piutang. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Juni 2010. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer (wawancara dengan pihak manajemen perusahaan) dan data sekunder (laporan keuangan perusahaan dari tahun 2007 hingga tahun 2009, skripsi, buku-buku dan artikel yang terkait dengan penelitian). Data tersebut kemudian di analisis dengan menggunakan beberapa metode, yaitu analisis 5C, analisi rasio keuangan, analisis investasi piutang, analisi horizontal, analisis vertical dan analisis umur piutang. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pengelolaan manajemen piutang pada Perusahaan X belum efektif. Angka rasio likuiditas yang terlalu tinggi menimbulkan kecurigaan bahwa perusahaan memiliki piutang yang telah lama terjadi dan sulit untuk di tagih. Rendahnya angka rasio perputaran piutang serta tingginya angka rasio penagihan rata-rata menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu melakukan penagihan piutang dengan baik. Dari analisis umur piutang pelanggan diketahui bahwa masalah yang sering terjadi adalah masalah keterlambatan pembayaran serta ketidaksesuaian jumlah piutang dengan jumlah yang terjadi. ANALISIS EFEKTIVITAS MANAJEMEN PIUTANG PADA PERUSAHAAN X SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh NENNY PEBRIANI H24061801 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 Judul Skripsi : Analisis Efektivitas Manajemen Piutang pada Perusahaan X Nama : Nenny Pebriani Nim : H24061801 Menyetujui Dosen Pembimbing, ( Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc) NIP : 194912101978031002 Mengetahui : Ketua Departemen, ( Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP : 196101231986011002 Tanggal Lulus : RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Nenny Pebriani dilahirkan di Bogor pada tanggal 01 Februari 1988. Penulis merupakan anak ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Sumarno dan Srimami. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di TK Al-Musyarofah pada tahun 1994, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Kawung Luwuk 2 pada tahun yang sama. Pada tahun 2000, penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTPN 8 Bogor kemudian melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMAN 3 Bogor. Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Tingkat Persiapan Bersama dan pada tahun 2007 penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan ridho-Nya lah, sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Efektivitas Manajemen Piutang pada Perusahaan X” ini dapat diselesaikan dengan baik. Judul skripsi ini dipilih karena adanya ketertarikan penulis terhadap manajemen piutang pada Perusahaan X. Disamping hal tersebut, skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Tidak ada gading yang tak retak. Skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT. Amien. Bogor, Agustus 2010 Penulis UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini baik secara moril maupun materiil. Ucapan terimakasih ini penulis ucapkan kepada: 1. Bapak, Ibu, serta kakak-kakakku (Mbak Susi, Mbak Naniek dan Alm. Mas Dian) yang dengan penuh kasih sayang, kesabaran dan pengorbanannya selalu memberikan curahan kasih sayang, inspirasi hidup, motivasi dan do’a yang tulus. 2. Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis. 3. Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec dan Ir. Budi Purwanto, ME selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan pengarahannya. 4. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen, FEM IPB. 5. Direksi, staf dan karyawan di Perusahaan X Jakarta yang telah memberikan informasi berharga sehingga penulis mendapatkan kesempatan untuk melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 6. Seluruf staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB. 7. Teman-teman satu tempat penelitian yaitu Yani dan Emil yang telah membantu dan berjuang bersama penulis. 8. Teman-teman satu bimbingan yaitu Maulisa, Ega, Lintang, Yunita, Lisma, Hari, Wiwid dan Rofiq yang telah bersama-sama berkonsultasi dan saling memberikan semangat. 9. Sahabat-sahabat ku di Manajemen 43 Yani, Nurul, Heni, Irma, Iis, Alin, Santi, Windry dan Irwan yang telah memberikan semangat dan dukungan pada penulis. 10. Sahabat-sahabatku Nanda, Apri, Icha, Thea dan Nur yang telah memberikan semangat dan dukungan pada penulis. 11. Temanku Adit Ilkom 43 yang telah membantu penulis dalam pengembangan aplikasi program Visual basic 2008. 12. Rekan-rekan di Departemen Manajemen Angkatan ’43 yang selalu bersamasama membuat kenangan indah selama kuliah. 13. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT memberikan pahala atas semua kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis. Amien. Bogor, Agustus 2010 Penulis DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN* RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... v KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................ vii DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xiii I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 3 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 5 2.1 Piutang ................................................................................................... 5 2.2 Kebijakan Kredit dan Penagihan ........................................................... 7 2.3 Penilaian Resiko Kredit dan Penyaringan Para Pelanggan .................... 9 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Piutang ............................. 10 2.5 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 12 III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 14 3.1 Kerangka Penelitian ............................................................................... 14 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 17 3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 17 3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 17 IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .................................................. 23 4.1 Sejarah Perusahaan ................................................................................ 23 4.2 Visi dan Misi .......................................................................................... 24 4.3 Struktur Organisasi ................................................................................ 25 4.4 Sumber Daya Manusia ........................................................................... 27 4.5 Prosedur Kegiatan .................................................................................. 28 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................31 5.1 Pengelolaan Manajemen Piutang .......................................................... 31 5.2 Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Piutang ................................... 31 5.2.1 Kebijakan Pemberian Piutang ....................................................... 32 5.5.2 Kebijakan Penagihan Piutang ....................................................... 33 5.5.3 Pemantauan Posisi Piutang Perusahaan ........................................ 34 5.3 Analisis Kinerja Piutang ....................................................................... 34 5.3.1 Analisis Kinerja Kebijakan Pemberian Kredit ............................. 34 5.3.1.1 Analisis 5C ...................................................................... 34 5.3.1.2 Analisis Rasio Investasi Piutang ..................................... 36 5.3.1.3 Analisis Rasio Solvabilitas ............................................. 36 5.3.2 Analisis Kinerja Kebijakan Penagihan Piutang ........................... 37 5.3.2.1 Analisis Rasio Likuiditas ................................................. 37 5.3.2.2 Analisis Rasio Aktivitas ................................................... 39 5.3.3 Analisis Kinerja Pemantauan Posisi Piutang ............................... 41 5.3.3.1 Analisis Rasio Penagihan Rata-Rata ............................... 41 5.3.3.2 Analisis Horisontal ......................................................... 41 5.3.3.3 Analisis Vertikal ............................................................. 44 5.3.3.4 Analisis Umur Piutang .................................................... 46 5.4 Keefektifan Pengelolaan Manajemen Piutang ...................................... 50 5.5 Implikasi Manajerial .............................................................................. 52 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 54 1. Kesimpulan ............................................................................................ 54 2. Saran ....................................................................................................... 54 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 56 LAMPIRAN ..................................................................................................... 57 x DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Keadaan Penjualan, kas, piutang dan laba operasi Perusahaan X ............... 2 2. Analisis Investasi Piutang Tahun 2006-2008 ................................................ 36 3. Rasio Solvabilitas Tahun 2006-2008 ............................................................ 37 4. Rasio Likuiditas Tahun 2006-2008 .............................................................. 38 5. Rasio Perputaran Piutang Tahun 2006-2008 ................................................ 39 6. Rasio Penagihan Rata-rata tahun 2006-2008 ................................................ 40 7. Analisis Horisontal Laba Rugi Tahun 2006-2008 ........................................ 42 8. Analisis Horisontal Neraca Tahun 2006-2008 ............................................. 43 9. Analisis Vertikal Laba Rugi Tahun 2006-2008 ............................................ 44 10. Analisis Vertikal Neraca Tahun 2006-2008 ................................................. 46 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Kerangka Penelitian ...................................................................................... 16 2. Denah kebun dan luas tiap blok .................................................................... 24 3. Struktur Organisasi Perusahaan X ................................................................ 27 4. Rasio Investasi Piutang Tahun 2007-2009 ................................................... 36 5. Rasio Solvabilitas Tahun 2007-2009 ............................................................ 37 6. Rasio Likuiditas Tahun 2007-2009 .............................................................. 38 7. Rasio Perputaran Piutang Tahun 2007-2009 ................................................ 39 8. Rasio Penagihan Rata-rata tahun 2007-2009 ................................................ 40 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Alur Pikir ...................................................................................................... 57 2. Batasan Permasalahan .................................................................................. 58 3. Laporan Neraca Perusahaan X tahun 2006-2008 ......................................... 59 4. Laporan Laba Rugi Perusahaan X tahun 2006-2008 .................................... 60 5. Analisis Trend (Horisontal) Laporan Laba Rugi Perusahaan X ................... 61 6. Analisis Trend (Horisontal) Laporan Neraca Perusahaan X ........................ 62 7. Analisis Persentase Perkomponen (Vertikal) Laporan Laba Rugi Perusahaan X ................................................................................................ 63 8. Analisis Persentase Perkomponen (Vertikal) Laporan Neraca Perusahaan X ................................................................................................ 64 9. Analisis Umur Piutang Perusahaan A ........................................................... 65 10. Analisis Umur Piutang Hotel B .................................................................... 67 11. Analisis Umur Piutang Hotel C .................................................................... 69 12. Analisis Umur Piutang Hotel D .................................................................... 71 13. Analisis Umur Piutang Perusahaan E ........................................................... 73 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat maka perusahaan harus memiliki sebuah strategi yang tepat pula. Salah satu strategi yang digunakan perusahaan untuk memperluas pasar dan meningkatkan volume penjualannya adalah dengan memberikan fasilitas atau keringanan-keringanan tertentu kepada pembeli. Suatu bentuk keringanan yang diberikan oleh penjual adalah penundaan pembayaran. Walaupun pada dasarnya semua perusahaan dagang atau industri menginginkan penjualan cash, tetapi karena adanya keterbatasan daya beli masyarakat, atau alasan lainnya dilakukan penjualan secara kredit. Bagi pihak pembeli transaksi tersebut menimbulkan utang sedangkan bagi penjual menimbulkan piutang. Piutang adalah tagihan kepada pihak lain di masa yang akan datang karena terjadinya transaksi di masa lalu. Piutang juga dapat diartikan sebagai tagihan kepada perorangan atau badan yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Penjualan kedit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan dan barulah kemudian pada hari jatuhnya terjadi aliran kas masuk (cash inflows) yang berasal dari pengumpulan piutang itu. Penjualan secara kredit akan dapat meningkatkan omset penjualan, akan tetapi memiliki resiko tertundanya penerimaan kas, sehingga membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan kerugian karena menunggak atau bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang tertunggak akan semakin besar investasi yang dibutuhkan. Menurut metode cash conversion cycle, piutang yang tidak diikuti dengan kegiatan penagihan yang baik akan menghambat cash flow perusahaan untuk membeli persediaan dan mempertahankan kegiatan operasional yang berakibat pada likuiditas. Jika peningkatan piutang tidak diikuti dengan usaha penagihan maka akan memperbesar jumlah piutang ragu-ragu pada perusahaan dan semakin besarnya piutang ragu-ragu maka likuiditas yang dimiliki perusahaan cenderung kecil. 2 Perusahaan X merupakan salah satu perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit pada seluruh pelanggannya sehingga pengelolaan manajemen piutang merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perusahaan. Tabel 1. Keadaan Penjualan, Kas, Piutang dan Laba Operasi Perusahaan (Dalam Rupiah). Keterangan Penjualan Kas kantor Jakarta Kas kantor jakarta (Giro) Kas kantor jakarta (Deposito) Piutang Usaha Laba Operasi Bersih 2006 Tahun 2007 3,586,067,859 3,799,142,588 2008 4,465,267,873 3,341,461 3,723,110 34,476,292 125,069,966 165,765,714 378,402,636 20,000,000 20,000,000 20,000,000 865,337,012 1,234,003,576 1,341,335,637 246,826,760 488,643,813 466,173,334 Sumber: Laporan keuangan perusahaan tahun (2006-2008) Data tersebut menunjukkan bahwa penjualan dan piutang usaha perusahaan terus meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 2008, akan tetapi pos laba operasi bersih yang semula mengalami peningkatan ternyata mengalami penurunan di tahun 2008. Mengingat sistem penjualan yang digunakan oleh perusahaan adalah sistem penjualan secara kredit, maka peningkatan volume penjualan akan berdampak langsung bagi peningkatan jumlah piutang. Apabila peningkatan jumlah piutang tidak diikuti dengan pengelolaan yang baik maka piutang yang diharapkan berakhir dengan penerimaan kas dikhawatirkan akan berubah menjadi piutang tak tertagih dan menyebabkan laba yang diterima menjadi berkurang. Dengan memperhatikan bahwa sangat penting piutang bagi kelangsungan hidup perusahaan maka penulis tertarik untuk membahas topik ini. Objek penelitian ini adalah Perusahaan X yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertanian. 3 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka permasalahan penelitian adalah: 1. Bagaimana gambaran mengenai praktek manajemen piutang pada Perusahaan X? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang menentukan tingkat efektivitas dari manajemen piutang pada Perusahaan X? 3. Bagaimana kinerja dan keefektifan pengelolaan piutang di Perusahaan X? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi gambaran mengenai praktek manajemen piutang. 2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mentukan tingkat efektivitas manajemen piutang. 3. Untuk mengidentifikasi kinerja dan mengetahui keefektifan pengelolaan manajemen piutang. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan dalam penetapan kebijakan dan strategi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan manajemen atau pengelolaan piutang. 2. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan dan referensi yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan topik yang sama. 4 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini diarahkan pada bagaimana perusahaan melakukan pengelolaan piutang perusahaan yang dapat mempengaruhi keefektifan kinerja perusahaan. Penelitian ini difokuskan pada praktek manajemen piutang perusahaan, faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang Perusahaan X, kinerja dan keefektifan manajemen piutang Perusahaan X. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piutang Banyak perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa. Piutang yang timbul dari penjualan semacam itu biasanya diklasifikasikan sebagai piutang usaha atau wesel tagih. Menurut Warren (2006), istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya. Piutang biasanya memiliki bagian signifikan dari total aktiva lancar perusahaan. Secara umum piutang diklasifikasikan sebagai berikut: a. Piutang usaha Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Piutang dicatat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang usaha (account receivable) semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30 atau 60 hari. b. Wesel tagih Wesel tagih (notes receivable) adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun, maka diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari enam puluh hari. c. Piutang lain-lain Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun, maka aktiva ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dengan judul investasi. Piutang lain-lain meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan. Menurut Kieso, et al (2002), Piutang adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya. Untuk tujuan pelaporan keuangan, 6 piutang diklasifikasikan sebagai piutang lancar (jangka pendek) atau piutang tidak lancar (jangka panjang). Piutang lancar (current receivables) diharapkan akan tertagih dalam satu tahun atau selama satu siklus operasi berjalan. Semua piutang lain diklasifikasikan sebagai piutang tidak lancar (non-current receivables). Piutang selanjutnya diklasifikasikan dalam neraca baik sebagai piutang dagang ataupun piutang nondagang. Piutang dagang (trade receivables) adalah jumlah yang terhutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Piutang dagang, biasanya yang paling signifikan yang dimiliki perusahaan, bisa disubklasifikasikan menjadi piutang usaha dan wesel tagih. Piutang usaha (accounts receivable) adalah janji lisan dari pembeli untuk membayar barang atau jasa yang dijual. Piutang usaha biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 hari sampai 60 hari dan merupakan akun terbuka yang berasal dari perluasan kredit jangka pendek. Wesel tagih (notes receivable) adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa depan. Wesel tagih dapat berasal dari penjualan, pembiayaan, atau transaksi lainnya. Wesel tagih dapat bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Piutang non-dagang (nontrade receivables) berasal dari berbagai transaksi dan dapat berupa janji tertulis untuk membayar atau mengirimkan sesuatu. Sejumlah contoh piutang nondagang adalah: 1. Uang muka kepada karyawan dan staff. 2. Uang muka kepada anak perusahaan. 3. Deposito untuk menutup kemungkinan kerugian dan kerusakan. 4. Deposito sebagai jaminan penyediaan jasa atau pembayaran. 5. Piutang dividen dan bunga. 6. Klaim terhadap: a) Perusahaan asuransi untuk kerugian yang dipertanggungkan. b) Terdakwa dalam suatu perkara hukum. c) Badan-badan pemerintah untuk pengembalian pajak. d) Perusahaan pengangkutan untuk barang yang dikembalikan, rusak atau hilang. e) Kreditor untuk barang yang dikembalikan, rusak, atau hilang. 7 f) Pelanggan untuk barang-barang yang dapat dikembalikan (krat, kontainer, dan sebagainya) 2.2 Kebijakan Kredit dan Penagihan Horne dan Wachowicz (2005) menyatakan bahwa kondisi ekonomi, penetapan harga produk, kualitas produk dan kebijakan kredit perusahaan adalah berbagai pengaruh utama dalam tingkat piutang perusahaan. Semua pengaruh tersebut, kecuali yang terakhir, umumnya di luar pengendalian manajer keuangan. Akan tetapi, seperti juga dengan aktiva lancar lainnya, manajer tersebut dapat mengubah tingkat piutang dalam menyeimbangkan keuntungan dan kerugian antara profitabilitas dan risiko. Menurunkan standar kredit dapat menstimulasi permintaan yang akhirnya akan mengarah pada penjualan dan laba yang lebih tinggi. Akan tetapi, terdapat biaya untuk membuat piutang tambahan, seperti juga risiko yang lebih besar untuk adanya kerugian akibat piutang tak tertagih. Ada berbagai variabel kebijakan yang sangat menentukan periode rata-rata penagihan dan proporsi penjualan kredit yang menjadi kerugian akibat piutang tak tertagih. Berbagai variabel kebijakan tersebut diantaranya adalah: 1. Kualitas kredit yang diterima. Kebijakan kredit dapat memiliki pengaruh yang signifikan atas penjualan. Jika para pesaing dapat memperpanjang kredit secara bebas dan perusahaan kita tidak, maka kebijakan kita mungkin akan memukul usaha pemasaran perusahaan kita. Kredit adalah salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi permintaan atas produk perusahaan. Akibatnya, tingkat kredit yang dapat mendorong permintaan, bergantung pada berbagai faktor lainnya yang diterapkan. Secara teoritis, perusahaan harus mengurangi standar kualitasnya untuk berbagai kredit yang diterimanya selama profitabilitas penjualan yang dihasilkan melebihi biaya tambahan piutang. Agar dapat menilai profitabilitas pemberian kredit yang lebih liberal, harus diketahui profitabilitas tambahan penjualan, permintaan tambahan atas produk yang timbul dari standar kredit yang diperlunak, peningkatan lamanya periode rata-rata penagihan, serta tingkat pengembalian yang diminta atas investasi 8 2. Lamanya periode kredit. Periode kredit adalah total lamanya waktu kredit diberikan ke seorang pelanggan untuk membayar sebuah tagihan. Walaupun kebiasaan industri sering kali menentukan syarat kredit yang seharusnya diberikan, periode kredit adalah cara lain yang dapat memungkinkan perusahaan meningkatkan permintaan atas produk. Seperti juga sebelumnya, keuntungan dan kerugian adalah antara profitabilitas penjualan tambahan dan permintaan pengembalian atas investasi tambahan dalam piutang. 3. Jumlah diskon tunai yang diberikan. Periode diskon tunai merupakan periode berlakunya diskon tunai yang dapat dimanfaatkan untuk pembayaran dini. Walaupun secara teknis kebijakan kredit berbeda-beda, seperti juga untuk periode kredit, biasanya ada beberapa standar waktu. Bagi banyak perusahaan, 10 hari adalah minimum hari yang diperkirakan antara pengiriman faktur ke pelanggan dan saat pelanggan dapat memasukkan cek ke surat tagihan tersebut. Diskon tunai adalah persentase (%) pengurangan dari penjualan atau harga penjualan yang diizinkan untuk pembayaran dini faktur. Merupakan insentif bagi para pembeli kredit untuk membayar faktur secara tepat waktu. Perbedaan diskon tunai melibatkan usaha untuk mempercepat pembayaran piutang. Dalam kondisi ini harus ditentukan apakah mempercepat penagihan akan lebih dari hanya sekedar mengimbangi biaya akibat kenaikan dalam diskon. Jika memang demikian, kebijakan diskon saat ini harus diubah. Sebaliknya, jika percepatan penagihan tidak menghasilkan penghematan peluang yang cukup untuk melebihi biaya dari diskon tunai maka kebijakan diskon tidak akan diubah. 4. Syarat khusus lainnya, seperti perjanjian secara musiman. Selama periode penurunan penjualan, perusahaan kadang akan melakukan penjualan ke para pelanggan tanpa mensyaratkan pembayaran hingga beberapa waktu lamanya. Perjanjian secara musiman (seasonal dating) ini dapat disesuaikan dengan arus kas para pelanggan, dan dapat menstimulasi permintaan dari para pelanggan yang tidak dapat membayar hingga setelah musim terkait. Perjanjian secara musiman juga dapat digunakan untuk 9 menghindari biaya penggudangan persediaan. Jika penjualan bersifat musiman dan produksi tetap sepanjang tahun, akan terjadi penumpukan persediaan barang jadi selama beberapa waktu dalam setahun. Jika biaya gudang ditambah pengembalian yang diminta atas investasi dalam persediaan, melebihi pengembalian yang diminta atas tambahan piutang, maka perjanjian tersebut layak dilaksanakan. 5. Tingkat Pengeluaran untuk penagihan Perusahaan menentukan kebijakan penagihan keseluruhannya dengan menggabungkan berbagai prosedur penagihan yang diterapkannya. Prosedurprosedur ini meliputi berbagai hal seperti surat, faks, panggilan telepon, kunjungan pribadi dan tindakan hukum. Salah satu variabel kebijakan utama adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk prosedur penagihan. Dengan kata lain, semakin besar jumlah relatif yang dikeluarkan, semakin rendah proporsi kerugian akibat piutang tak tertagih dan semakin pendek periode rata-rata penagihan, jika semua hal lainnya tetap. Akan tetapi, hubungan-hubungan tersebut tidaklah linear. 2.3 Penilaian Resiko Kredit dan Penyaringan Para Langganan Riyanto (2001) menyatakan bahwa risiko kredit adalah risiko tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para pelanggan. Sebelum perusahaan memutuskan untuk menyetujui permintaan atau penambahan kredit oleh para pelanggan maka perusahaan perlu mengadakan evaluasi risiko kredit dari para pelanggannya. Untuk menilai risiko kredit, credit manager harus mempertimbangkan berbagai faktor yang menentukan besar kecilnya kredit tersebut. Pada umumnya bank atau perusahaan dalam mengadakan penilaian resiko kredit adalah dengan memperhatikan lima “C”. Lima “C” tersebut adalah Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Conditions. Character, menunjukkan kemungkinan atau probabilitas dari pelanggan untuk secara jujur berusaha untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya. Faktor ini adalah sangat penting, karena setiap transaksi kredit mengandung kesanggupan untuk membayar. Capacity, ialah pendapat subjektif mengenai kemampuan dari pelanggan. Ini diukur dengan record di waktu yang lalu, dilengkapi dengan 10 observasi fisik pada pabrik atau toko dari pelanggan. Capital, diukur oleh posisi financial perusahaan secara umum, dimana hal ini ditunjukkan oleh analisa rasio finansial, yang khususnya ditekankan pada “tangible net worth” dari perusahaan. Collateral, dicerminkan oleh aktiva dari langganan yang diikatkan, atau dijadikan jaminan bagi keamanan kredit yang diberikan kepada langganan tersebut. Conditions, menunjukkan impact (pengaruh langsung) dari trend ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan yang bersangkutan atau perkembangan khusus dalam suatu bidang ekonomi tertentu yang mungkin mempunyai efek terhadap kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajibannya. Adapun langkah-langkah yang perlu untuk penyaringan para pelanggan dalam rangka usaha preventif untuk memperkecil risiko tertunda atau tidak terkumpulnya piutang yang tidak diharapkan adalah sebagai berikut: 1) Penentuan besarnya risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan. Pertama-tama dalam hubungan ini haruslah ditentukan lebih dahulu “batas risiko” yang ditanggung perusahaan, yang akan disediakan sebagai cadangan piutang. 2) Penyelidikan tentang kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. 3) Mengadakan klasifikasi dari para pelanggan berdasarkan risiko pembayarannya. 4) Mengadakan seleksi dari para pelanggan. Kredit hanya diberikan kepada pelanggan yang berada pada golongan yang kurang dari batas risiko. 2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Piutang Menurut Riyanto (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang adalah: 1. Volume Penjualan Kredit Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin 11 besarnya jumlah piutang berarti makin besarnya resiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar “profitability”nya. 2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas. Syarat yang ketat misalnya dalam bentuk batas waktu pembayarannya yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat. Semakin panjang batas waktu pembayarannya berarti makin besar jumlah investasinya dalam piutang. 3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafond bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggannya. Semakin tinggi plafond yang ditetapkan bagi masing-masing langganan maka semakin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Demikian pula dengan ketentuan mengenai siapa yang dapat diberi kredit. Makin selektif para pelanggan yang dapat diberi kredit akan memperkecil jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian maka pembatasan kredit ini bersifat kuantitatif maupun kualitatif. 4. Kebijakan dalam Mengumpulkan Piutang. Perusahaan dapat menjalankan kebijakan dalam mengumpulkan piutang secara aktif maupun pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini secara aktif mempunyai pengeluaran yang lebih besar untuk membiayai kegiatan pengumpulan piutang tersebut dibandingkan perusahaan yang menjalankan secara pasif. Perusahaan yang menjalankan pengumpulan secara aktif kemungkinan akan memiliki investasi dalam piutang yang lebih kecil daripada perusahaan yang menjalankan pengumpulan secara pasif. Tetapi biasanya perusahaan hanya akan mengadakan usaha tambahan dalam pengumpulan piutang apabila biaya tersebut tidak melampaui besarnya tambahan revenue yang diperoleh karena adanya usaha tersebut. 12 5. Kebiasaan Membayar dari Para Pelanggan Ada sebagian pelanggan yang mempunyai kebiasaan untuk membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount dan ada sebagian pelanggan yang tidak menggunakan kesempatan ini. Perbedaan cara pembayaran ini tergantung kepada cara penilaian mereka terhadap mana yang lebih menguntungkan antara kedua alternative itu. Kebiasaan para pelanggan untuk membayar dalam cash discount periode atau sesudahnya akan mempunyai efek terhadap besarnya investasi dalam piutang. Apabila sebagian besar para langganan membayar dalam waktu selama discount period, maka dana yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas, yang berarti semakin kecilnya investasi dalam piutang. 2.5 Penelitian Terdahulu Maya (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Piutang dan faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang PT. Biro klasifikasi Indonesia (persero)”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktek manajemen piutang pada PT. Biro Klasifikasi Indonesia, mengidentifikasi dan menganalisis keefektifan manajemen piutang terhadap profitabilitas. Pengolahan data yang dilakukan secara manual dan komputerisasi adalah analisis horizontal, analisis vertical, analisis rasio dan analisis profitabilitas. Dari hasil penelitian menyatakan pengelolaan piutang PT. Biro Klasifikasi Indonesia kurang baik, hasil yang diperoleh dari setiap analisis yang ada hasilnya dibawah standar umum yang ditetapkan dan adapun beberapa saran yaitu membentuk kelompok khusus dari staf-staf untuk mengikuti pelatihan agar dapat memantau piutang dan melakukan penagihan dan pemberian insentif karyawan yang berhasil menagih piutang. Agustina (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Efektifitas Manajemen Piutang (Studi Kasus PT.UNITEX Tbk, Bogor)”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai praktek manajemen piutang khususnya pada PT. UNITEX, menganalisis kinerja manajemen piutang, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang dan mengetahui keefektifan pengelolaan manajemen piutang PT.UNITEX. Pengolahan data penelitian ini bersumber dari laporan keuangan perusahaan yang kemudian 13 digunakan untuk: (1) Analisis 5C, Analisis Rasio keuangan, Analisis Horizontal dan Analisis Vertikal, Analisis Investasi Piutang yaitu untuk menganalisis kinerja piutang PT. Unitex Tbk, Bogor, (2) Analisis Deskripsi Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang, (3) Analisis Umur Piutang. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa pengelolaan piutang pada PT. Unitex kurang baik, hasil ini tergambarkan pada hasil analisis rasio keuangan, dimana rasio likuiditas yang dihasilkan tidak likuid. Adapun saran yang diberikan peneliti adalah untuk membentuk kelompok Khusus dari staf officer, sebaiknya perusahaan meminta kepada pelanggan untuk segera mengirimkan surat klaim pada PT. Unitex dan perusahaan sebaiknya menerapkan analisis 5C. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui perkembangan pengelolaan piutang pada perusahaan X yaitu dengan menggunakan informasi melalui data tertulis dari perusahaan berupa data laporan keuangan perusahaan serta informasi lisan mengenai praktek manajemen piutang perusahaan. Kondisi piutang perusahaan digunakan untuk menentukan atau menilai pengelolaan piutang perusahaan. Untuk menganalisa pengelolaan piutang perusahaan maka digunakan: 1. Analisis Standar Kredit Standar Kredit merupakan kualitas minimum untuk menentukan apakah pemohon kredit layak atau tidak oleh suatu perusahaan. Analisa ini meliputi: Karakter (Character) Kemampuan (Capacity) Kapital (Capital) Kolateral (Collateral) Kondisi (Condition) 2. Analisis Investasi Piutang Analisis yang digunakan untuk menganalisis apakah dengan memberikan piutang dapat diperoleh manfaat yang lebih tinggi daripada biaya investasi yang dikeluarkan perusahaan. 3. Analisis Rasio Keuangan Analisa Rasio keuangan merupakan suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Analisis rasio keuangan ini terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio solvabilitas. 4. Analisis Horizontal. Analisis persentase yang membandingkan suatu pos dalam laporan keuangan dengan pos yang sama dalam laporan keuangan sebelumnya. 15 5. Analisis Vertikal Analisis laporan keuangan yang membandingkan pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan dengan pos yang dijadikan sebagai dasar dalam laporan keuangan tersebut. 6. Analisis Umur Piutang Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa lama sebuah piutang beredar. Hasil dari keenam analisis tersebut menjadi indikator untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kinerja dan efektivitas dari faktor-faktor yang menentukan efektivitas pengelolaan manajemen piutang pada Perusahaan X. Kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. 16 Gambar 1. Kerangka Penelitian 17 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan X yang berlokasi di Jakarta Pusat, Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yaitu dari bulan Maret sampai Juni 2010. 3.3 Jenis dan Sumber data Metode yang digunakan dalam penelitian untuk menyusun karya akhir ini adalah berasal penelitian lapangan (data primer) dan penelitian kepustakaan (data sekunder). 1. Penelitian Lapangan ( Data Pimer) Penelitian ini dilakukan pada kantor Perusahaan X, dengan tujuan memperoleh gambaran mengenai kondisi perusahaan dan praktik manajemen piutang perusahaan. Untuk itu dilakukan wawancara dengan pihak perusahaan, yaitu suatu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada pihak yang terkait sesuai dengan topik yang dibahas. 2. Penelitian Kepustakaan (Data Sekunder) Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman yang memadai mengenai konsep-konsep dan teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian. Untuk tujuan tersebut diatas penulis membaca dan mempelajari laporan keuangan perusahaan selama periode 2007-2009 serta beberapa literatur atau sumber-sumber bacaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti sebagai landasan teoritis untuk penelitian yang diperoleh dari penelitian lapangan, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan dan saran-saran yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang ada. 3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.4.1 Analisis Penilaian Kinerja Piutang A. Standar Kredit Standar Kredit merupakan kualitas minimum untuk menentukan apakah pemohon kredit layak atau tidak oleh suatu perusahaan. Penilaian kualitas pemohon kredit dapat dilakukan dengan melakukan penilaian 5-K. 18 1) Karakter Meneliti dan memperhatikan sifat pribadi, cara hidup, status sosial dan lain-lain. Hal ini penting karena berkaitan dengan kemauan membayar. 2) Kemampuan Meneliti kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya dalam meraih penjualan ataupun pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dapat dicapai pada masa lalu dan juga keahlian yang dimiliki dalam bidang usahanya. 3) Kapital Mengukur posisi keuangan secara umum dengan memperhatikan kapital/modal yang dimiliki perusahaan dan juga perbandingan hutang dan kapital. 4) Kolateral Mengukur besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai kolateral atas kredit. 5) Kondisi Memperhatikan kondisi perekonomian pada umumnya serta kecenderungan (trend) perekonomian yang akan mempengaruhi terhadap jalannya usaha perusahaan. B. Analisis Kebijakan Investasi Besarnya investasi pada piutang dagang dapat dihitung dengan mencari biaya pengadaan piutang dari jumlah dana yang diinvestasikan pada piutang dan menambahkannya dengan biaya dari penghematan atau penambahan yang disebabkan karena adanya perbedaan antara biaya tanpa adanya piutang dan biaya dengan adanya piutang. Rata-rata investasi pada piutang dagang dapat dihitung sebagai berikut: ........(1) ......................................(2) 19 C. Analisis Rasio 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. Ada dua ukuran dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu: a) Rasio lancar, merupakan alat ukur likuiditas yang diperoleh dengan membagi aktiva lancar dengan pasiva lancar. .............................................(3) b) Rasio cepat, adalah sama dengan rasio lancar kecuali tanpa memperhitungkan persediaan yang dianggap sebagai aktiva lancar yang kurang likuid. ........................(4) Untuk kedua alat ukur likuiditas, rasio lancar dan rasio cepat semakin tinggi nilainya maka likuiditas perusahaan semakin baik. 2. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas digunakan untuk mengetahui kecepatan berapa perkiraan menjadi penjualan atau kas. Dengan melihat pada perkiraan rasio lancar saja, pengukuran likuiditas pada umumnya tidak memadai. Perbedaan komposisi dari aktiva lancar dan hutang lancar dapat berpengaruh secara berarti pada likuiditas yang sebenarnya. Rasio-rasio aktivitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: a) Rasio Perputaran Piutang Rasio ini mengukur perbandingan penjualan perusahaan dan besarnya piutang yang belum ditagih. Jika perusahaan mempunyai kesulitan dalam penagihan, maka perusahaan mempunyai saldo piutang yang besar dan rasionya rendah. Sebaliknya jika perusahaan mempunyai kebijakan kredit dan prosedur penagihan yang baik maka saldo piutang rendah sehingga rasionya tinggi. 20 ........................................ (5) b) Rata-rata Periode tagih. Rata-rata periode tagih adalah jumlah rata-rata waktu yang diperlukan untuk menagih piutang. Rasio tersebut bermanfaat untuk mengevaluasi kebijakan pinjaman dan kebijakan penagihan. ......(6) Atau ..................(7) 3. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas ini mengukur kemampuan perusahaan melunasi seluruh kewajibannya. Analisis ini sering disebut juga analisis pengungkit (Leverage analysis). Analisis solvabilitas mengukur perbandingan dana yang disediakan pemilik dengan pembelanjaan dari kreditur. Analisis ini mempunyai sejumlah implikasi. Pertama, makin besar dana yang disediakan pemilik, makin besar batas pengaman bagi kreditur. Bila pemilik hanya menyediakan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka resiko perusahaan sebagian besar akan ditanggung kreditur. Bagi perusahaan, hal ini akan mempersulit pelunasan pinjaman, oleh karena tidak seimbangnya beban bunga dengan laba yang diperoleh. Kedua, dengan pinjaman, pemilik akan memperoleh manfaat. Yaitu, dapat dipertahankannya kontrol terhadap perusahaan dengan investasi yang tetap. Sementara itu, bila hasil yang diperoleh dari pinjaman lebih besar daripada bunga yang harus dibayar, maka pengembalian kepada pemilik akan berlipat. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a) Rasio Kewajiban. Rasio ini mengukur persentase dana yang disediakan kreditur. Kewajiban meliputi kewajiban lancar dan semua utang jangka panjang makin rendah rasio ini maka makin besar penyangga kerugian yang mungkin timbul pada waktu likuidasi. Dengan 21 demikian, kemampuan melunasi seluruh kewajibannya juga makin besar. ............................................(8) b) Rasio Modal Sendiri dengan Total Aktiva Rasio ini menunjukkan pentingnya dari sumber modal pinjaman dan tingkat keamanan yang dimiliki kreditor. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin kecil jumlah modal yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Rasio Modal dengan Aktiva ..................................(9) C.Analisis Vertikal dan Horisontal. Analisis Vertikal Analisis Vertikal dapat menunjukkan proporsi suatu pos terhadap angka dasar tertentu dalam laporan keuangan yang sama. Analisis vertikal dapat memperlihatkan komposisi laporan keuangan yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi usaha perusahaan. Sebagai angka dasar dapat digunakan total aktiva untuk pos-pos aktiva, total kewajiban dan modal untuk pos-pos kewajiban dan modal serta total penjualan bersih untuk pospos laporan laba rugi. Rumus analisis Vertikal adalah: .............................................................(10) Ket : Ryi = nilai % pos yang dibandingkan Pyi = pos x dalam laporan keuangan tahun ke-i Pyo = pos dasar sebagai pembanding Analisis Horisontal Analisis Horisontal adalah analisis persentase yang membandingkan suatu pos laporan keuangan dengan pos sama laporan keuangan sebelumnya. Pada umumnya analisis horisontal menunjukkan arah 22 perubahan (trend) dari suatu pos laporan keuangan. Rumus analisis horisontal adalah: ..................................................................(11) Ket : Rxt = nilai % untuk tahun ke-t Pxt = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis Pxo= pos x dalam laporan keuangan sebagai dasar D. Analisis Umur Piutang. Analisis umur piutang merupakan sebuah teknik pemantauan kredit yang menggunakan jadwal yang menunjukkan persentase terhadap total sisa accounts receivable yang masih belum dibayarkan untuk periode waktu tertentu. Tujuan teknik ini adalah untuk dapat mengetahui masalah penagihan secara tepat. IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Perusahaan X merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertanian khususnya sayuran segar. Selain menggunakan sistem pertanian secara tradisional, perusahaan ini juga menggunakan sistem pertanian modern untuk menghasilkan beberapa produk unggulannya yaitu dengan menggunakan teknik hidroponik dan aeroponik. 4.1 Sejarah Perusahaan Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia pada tahun 1997 telah berdampak pada hampir semua sektor bidang usaha termasuk bidang pertanian. Namun sektor ini masih dinilai cukup memberikan harapan dikarenakan mampu menyerap tenaga kerja yang besar. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap makanan sehat, maka peluang usaha sektor pertanian masih terbuka lebar. Dengan kondisi yang demikian, maka pada tahun 1998 perusahaan secara resmi didirikan dengan fokus usaha pada produksi sayuran segar dengan komitmen yang tinggi pada kualitas produksi, pelayanan terbaik dan manajemen yang profesional. Perusahaan memiliki kantor pusat di Jakarta dan sebuah kebun produksi seluas 12 Hektar yang terletak di daerah Cipanas Jawa Barat yang dikelola oleh lebih dari 40 karyawan kebun. Dari lahan seluas 12 hektar tersebut, perusahaan hanya memanfaatkan lahan seluas 7 hektar yang kemudian dibagi menjadi blok outdoor dan blok indoor. Blok outdoor terdiri dari tiga blok dan tiap blok terdiri dari beberapa patok yang jumlahnya berbeda tiap blok yaitu 45 patok untuk blok A, 65 patok untuk blok B dan 35 patok untuk blok C. Tiap patok luasnya 400 M2. Blok indoor atau yang disebut juga blok green house, memiliki luas areal sebesar 12.000 M2. Denah kebun perusahaan dapat dilihat pada gambar 2. 24 Gambar 2. Denah kebun dan luas tiap blok Saat ini perusahaan masih melayani pengguna akhir, yaitu beberapa hotel berbintang, restoran dan cafe eksklusif di Jakarta serta jasa katering untuk penerbangan domestik dan luar negeri. Untuk memenuhi permintaan pelanggan maka perusahaan melakukan kerja sama dengan beberapa pemasok yang berasal dari satu daerah maupun dari luar daerah seperti Bali, Bandung dan Lombok. Perusahaan harus melakukan kerja sama dengan beberapa pemasok karena sayuran yang ditanam di kebun produksi hanyalah jenis sayuran yang jumlah permintaannya tinggi atau jenis sayuran yang sulit ditemukan di pasaran. 4.2 Visi dan Misi Visi dan misi merupakan jiwa yang akan menggerakkan arah bisnis perusahaan secara efektif sehingga perusahaan dapat meraih target secara lebih cepat, terukur dan terarah. Dalam usahanya untuk mencapai target atau cita-cita yang diinginkan, perusahaan memiliki visi dan misi sebagai berikut: Visi : Menjadikan produk pertanian unggul di negeri sendiri dan bangga menjadi petani. Misi : Menciptakan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat Indonesia pada bidang pertanian dengan menerapkan sistim pertanian modern. Perusahaan X merupakan sebuah perusahaan yang bersifat unik, meskipun perusahaan ini adalah perusahaan berbadan hukum, akan tetapi pemilik 25 menjalankan perusahaan dengan cara yang kekeluargaan. Hal ini tercermin dari tujuan awal pendirian perusahaan yaitu: 1. Menyatukan Keluarga. 2. Mencari Keuntungan. 3. Menyerap Tenaga Kerja yang masih ada hubungan kekerabatan. 4.3 Struktur Organisasi Struktur organisasi perusahaan memiliki susunan sebagai berikut : 1. Komisaris Komisaris bertugas mewakili pemilik dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan memberi persetujuan terhadap arah kebijakan jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk menjalankan tugas dan wewenangnya, komisaris mengangkat seorang direktur. 2. Direktur Direktur memiliki kewajiban untuk memimpin dan menjalankan perusahaan, mengangkat dan memberhentikan karyawan, melakukan negosiasi dengan institusi pembiayaan serta mewakili perusahaan secara hukum dalam tiap kegiatan perusahaan. Dari struktur dapat diketahui bahwa direktur langsung membawahi manajer dan kepala kebun. 3. Manajer Keuangan Dalam struktur organisasi perusahaan kedudukan manajer adalah lebih tinggi dibandingkan kepala kebun, namun manajer tidak memiliki wewenang untuk memberikan instruksi kepada kepala kebun. Manajer bertugas untuk mewakili direktur di kantor pusat yang berkedudukan di Jakarta. Staf administrasi dan delivery merupakan karyawan yang berada di bawah pimpinan manajer keuangan. 4. Kepala Kebun Kepala kebun bertugas mewakili direktur di kebun produksi yang terletak di Cipanas. Tugas kepala kebun adalah mengatur seluruh kegiatan yang dilaksanakan di kebun, termasuk masalah keamanan kebun dan keserasian karyawan. 26 5. Supervisor Secara umum tugas supervisor adalah memimpin area kebun masingmasing, mengatur karyawan kebun, membuat perencanaan tanam dan produksi serta bertanggung jawab dalam perawatan tanam. Untuk supervisor sarana dan prasarana, tugasnya adalah bertanggung jawab terhadap perawatan seluruh green house serta membuat jalur traktor, irigasi dan drainase sementara supervisor panen bertanggung jawab atas kualitas dan kuantitas sayuran yang dipesan pelanggan. 6. Staf Administrasi Staf administrasi bertugas untuk melakukan pencatatan keuangan dan administrasi. 7. Staf Delivery Staf delivery bertugas untuk menyortir sayuran, mengirimkan produk ke tangan pelanggan dan melakukan penagihan piutang. 27 Gambar 3. Struktur Organisasi Perusahaan 4.4 Sumber Daya Manusia Saat ini jumlah pegawai di perusahaan mencapai 93 orang, 24 orang ditempatkan sebagai staff kantor sedangkan 69 lainnya sebagai staff lapangan. Jumlah pegawai laki-laki di perusahaan lebih banyak dibandingkan pegawai perempuan yaitu 64 orang pegawai laki-laki dan 29 orang pegawai perempuan. Para pegawai memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, yaitu mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Strata dua (S2). Para pegawai yang memiliki tingkat pendidikan sekolah dasar biasanya ditempatkan sebagai pegawai kebun sedangkan para pegawai yang bekerja sebagai staff administrasi disyaratkan memiliki pendidikan minimal setingkat SMA. Untuk meningkatkan kualitas sayuran yang diproduksi maka perusahaan sering mengirim kepala kebun untuk mengikuti berbagai pelatihan. Setelah mengikuti berbagai pelatihan, kepala kebun kemudian membagikan ilmu yang didapatnya kepada para supervisor dan pegawai kebun. 28 Perusahaan memiliki seragam berwarna hijau yang hanya khusus dikenakan oleh para staf delivery, sementara pegawai lainnya bebas mengenakan jenis pakaian apapun dengan syarat masih dalam batas kesopanan dan kerapihan. Keputusan ini dibuat berdasarkan tuntutan dari pelanggan yang meminta kerapihan dari petugas yang mengantarkan pesanan mereka. Hari kerja efektif pegawai dimulai dari hari senin hingga hari sabtu, namun jika ada pemesanan diluar hari kerja maka perusahaan akan tetap memenuhi pesanan pelanggan dengan cara memberlakukan jam lembur bagi pegawainya. Perusahaan menerapkan jam kerja yang berbeda-beda dalam kegiatannya. Jam kerja bagi staf delivery dimulai dari pukul 06.00 -17.00 WIB, pada pukul 06.00 -13.00 WIB staf delivery bertugas menyortir dan mengirimkan sayuran kemudian baru melakukan penagihan piutang pada pukul 16.00 -17.00 WIB. Untuk staf administrasi/keuangan jam kerja efektif dimulai pada pukul 09.00-17.00 WIB sedangkan pegawai kebun jam kerja dimulai pada pukul 07.00-16.00 WIB. Perusahaan sadar bahwa pegawai merupakan aset penting dalam menjalankan kegiatan usahanya, sehingga perusahaan selalu berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan para pegawainya. Beberapa fasilitas yang disediakan oleh perusahaan diantaranya adalah rumah tinggal bagi pegawai yang berasal dari luar daerah, sebuah sekolah gratis dan jaminan kesehatan. Perusahaan bahkan tidak segan-segan untuk memberikan pinjaman tanpa bunga kepada para pegawai meskipun pembayarannya dilakukan dengan cara diangsur. 4.5 Prosedur Kegiatan Kegiatan yang dilakukan di kantor pusat adalah sebagai berikut: 1. Penerimaan sayur Para pegawai menerima barang atau sayuran yang datang dari Bandung atau dari kebun dan pasar untuk kemudian ditimbang ulang, disesuaikan dengan bon dan disesuaikan dengan angka dan timbangan. 2. Penyortiran Setiap pekerja harus menyortir dulu sayuran yang akan dikemas ke dalam plastik. Sayuran yang bagus di tempatkan terlebih dahulu ke dalam keranjang dan sayuran yang rusak dikembalikan ke plastik asal. Sayuran 29 tidak boleh langsung diisikan ke plastik berlabel ketika sedang menyortir, sayuran baru dimasukkan ke dalam plastik yang sudah diberi label jika telah disortir. 3. Penimbangan Berikut adalah ketentuan ketika menimbang sayuran: a. Jarum harus menunjukkan tepat menempel di garis nol. Posisi kepala penimbang harus lurus dengan bulatan timbangan. b. Menimbang harus dalam posisi duduk. Posisi kepala penimbang sama tingginya dengan bulatan timbangan. c. - Sayuran yang belum ditimbang, diletakkan di sebelah kiri pekerja. - Sayuran yang sudah ditimbang, plastik diikat dan diletakkan di sebelah kanan pekerja. - Siapkan satu keranjang kosong untuk meletakkan sayuran yang lebih dari timbangan. 4. Memuat sayuran ke mobil. Ketika memuat sayuran ke dalam mobil, petugas harus betul-betul yakin bahwa sayuran yang tertera dalam invoice hotel betul-betul sudah dinaikkan ke mobil dan tidak boleh ada sayur yang ketinggalan. Jika ada kemasan sayuran yang tertinggal, maka petugas yang bersangkutan akan diberi sanksi. Selain itu pengantar harus menyampaikan secepatnya jenis sayuran dan berat kilogram yang tidak dikirim agar dapat dipenuhi pada hari yang sama. 5. Pengantaran sayuran Petugas yang mengirimkan sayuran harus berpakaian rapi, bersepatu dan memakai baju dinas perusahaan. Invoice yang sudah diterima harus kembali pada hari yang sama. Invoice hanya boleh tertunda sampai hari terakhir pengiriman, sabtu atau minggu dan terdapat sanksi bagi petugas yang tidak mematuhi ketentuan ini. Petugas yang sayurannya tidak lengkap harus disusulkan segera pada hari yang sama sebelum jam 16.00. Sayuran yang dikembalikan dari pelanggan harus segera dilaporkan dan dimasukkan ke ruang AC. 30 Pada tahun 2006, perusahaan mendapatkan konsultasi manajemen dari pemerintah Belanda melalui proyek PUM dengan mengirim seorang ahli senior management yang bekerja selama dua minggu untuk memberikan konsultasi baik di kebun maupun di bidang pemasaran dalam rangka peningkatan sumber daya manusia dan mutu pelayanan kepada pelanggan. Pada tahun 2009, perusahaan menerapkan SNI dalam memproduksi sayurannya, standar tersebut menerapkan GAP (Good Agriculture Practice) yang terdiri dari tata ruang kebun, manajemen usaha tani, dan standar produksi. Selain itu meskipun perusahaan tidak memiliki sertifikasi sistem manajemen mutu sebagai tanda bahwa proses manajemen mutu yang ada telah sesuai dengan standar mutu internasional, pada kenyataannya semua produk yang dipasarkan oleh perusahaan memenuhi persyaratan ISO 9001 dan ISO 22000. Partisipasi perusahaan terhadap masyarakat antara lain adalah memberikan sumbangan air bersih untuk perumahan yang ada disekitar kebun produksi, membangun mesjid untuk keperluan ibadah, memperbaiki infrastrukur berupa pengaspalan jalan dengan jarak tempuh sekitar 4-5 km serta membangun sekolah Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah yang penyelenggaraannya dilakukan secara gratis tanpa memungut bayaran sedikitpun. V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Manajemen Piutang Pada Perusahaan X piutang muncul ketika perusahaan melakukan penjualan secara kredit kepada pelanggan. Piutang dagang merupakan klaim dari penjual kepada pembeli sebesar jumlah transaksi yang terjadi dimana piutang tersebut baru diakui setelah invoice diterima dan disetujui oleh pelanggan. Apabila terjadi kerusakan pada sayuran yang dikirim maka invoice akan diperbaharui terlebih dahulu kemudian invoice baru ini akan dikirim kembali pada pelanggan dan setelah itu piutang baru dapat diakui. Invoice diterbitkan setiap kali melakukan transaksi, invoice tersebut kemudian dikumpulkan di akhir bulan. Dalam satu kali transaksi dapat diterbitkan beberapa invoice. Untuk melakukan penilaian terhadap piutangnya, perusahaan menerapkan metode langsung yaitu perusahaan tidak melakukan estimasi atas jumlah piutang yang diperkirakan tidak dapat tertagih. Piutang yang tak tertagih akan diakui sebagai kerugian pada tahun dimana piutang pelanggan diputuskan sudah tidak dapat ditagih. 5.2 Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Manajemen Piutang Manajemen piutang merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian melalui klaim yg diharapkan akan diselesaikan melalui penerimaan kas dalam upaya anggota organisasi dengan menggunakan semua sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Suatu pengelolaan manajemen piutang dapat dikatakan efektif jika ketiga fungsi (perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian) dapat dikoordinasikan dengan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam penelitian ini fungsi perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian untuk manajemen piutang diwakili oleh penetapan kebijakan pemberian piutang, kebijakan penagihan piutang dan pemantauan terhadap posisi piutang. 32 5.2.1 Kebijakan Pemberian Piutang Piutang dagang memiliki kontribusi terbesar bagi aktiva lancar. Persentase piutang dagang terhadap aktiva lancar mencapai 85 persen pada tahun 2006, 87 persen pada tahun 2007 dan 76 persen pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa piutang dagang merupakan sebuah pos keuangan yang memerlukan perhatian penting dari perusahaan. Menurut Sundjaja dan Barlian (2003), bagi perusahaan yang melakukan kebijaksanaan penjualan secara kredit selalu terdapat resiko adanya piutang tidak tertagih akibat pelanggan yang terlambat membayar atau pun yang bangkrut. Dengan membiarkan uang perusahaan terikat pada piutang dagang, perusahaan kehilangan nilai waktu dari uang (kerugian atas bunga) dan mempunyai resiko tidak dibayar oleh pelanggan. Oleh karena itu, pemberian kredit kepada pelanggan umumnya merupakan biaya dalam menjalankan usaha. Pada umumnya, manajer keuangan langsung mengawasi piutang dagang melalui keterlibatannya dalam pengelolaan kebijakan kredit dan kebijakan penagihan. Perusahaan tidak menetapkan batas kredit bagi pelanggannya karena perusahaan menerima pesanan sesuai dengan permintaan dan perjanjian yang ada. Untuk pelanggan baru, perusahaan memberikan piutang yang lebih sedikit dibandingkan pelanggan lama dan apabila pelanggan baru tersebut menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka dapat bekerja sama dengan baik, maka perusahaan akan mempertimbangkan untuk memberikan kuota barang yang lebih banyak. Seperti halnya batas kredit, periode kredit untuk tiap pelanggan pun berbeda dan tergantung pada masing-masing kontrak. Biasanya perusahaan menetapkan periode kredit selama 30 hingga 90 hari. Perusahaan tidak memberikan potongan khusus sebagai salah satu cara agar pelanggan melakukan pembayaran tepat waktu. Namun dalam usahanya untuk tetap menjaga hubungan baik dengan pelanggan, perusahaan selalu menjalin sponsorship dengan pelanggan apabila pelanggan melakukan social gathering untuk para karyawannya. 33 5.2.2 Kebijakan Penagihan Piutang Penagihan piutang merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh Staf delivery yang juga bertugas untuk menyortir dan mengantar sayuran, bagian keuangan hanya akan melakukan penagihan apabila staf delivery tidak dapat menagih piutang dari debitur yang sulit untuk di tagih. Perusahaan tidak terlalu khawatir akan terjadi kecurangan jika menyerahkan tugas penagihan pada staf delivery karena pembayaran piutang dilakukan dengan cara yang relative aman yaitu melalui pemindah bukuan (transfer rekening antar bank) ke nomor rekening yang telah ditunjuk. Selain itu keuntungan lain jika menggunakan giro adalah pada saat pelanggan sulit untuk ditagih maka perusahaan dapat melaporkan giro yang tidak terbayar pada Bank Indonesia, dengan adanya pelaporan giro tersebut perusahaan berharap agar kesadaran pelanggan semakin meningkat sehingga para pelanggan yang sulit ditagih akan membayar tepat waktu di transaksi berikutnya. Teknik serta usaha penagihan yang dilakukan oleh perusahaan adalah melalui telepon, email dan penagihan dengan pendatangan langsung ke perusahaan debitur. Perusahaan tidak menggunakan jasa debt collector untuk mengumpulkan piutangnya yang sulit ditagih, satu-satunya sanksi yang diberikan adalah peringatan berupa ancaman tidak akan mengirimkan barang jika pelanggan tidak membayar piutangnya lebih dari dua bulan secara berturut-turut. Perusahaan tidak akan berhenti melakukan penagihan sampai pelanggan tersebut bersedia memenuhi kewajibannya atau hingga ditemukan bukti bahwa pelanggan tersebut memang tidak mampu membayar kewajibannya, misalnya pelanggan tersebut mengalami pailit atau bangkrut. Perusahaan yang menjalankan kebijakan pengumpulan secara pasif mungkin memiliki biaya penagihan yang lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan yang menjalankan kebijakan pengumpulan secara aktif, akan tetapi jika perusahaan tidak melakukan tindakan yang lebih tegas maka dikhawatirkan pelanggan akan menggunakan kesempatan ini 34 untuk menunda pembayaran hutangnya sehingga piutang perusahaan akan semakin menumpuk. 5.2.3 Pemantauan Posisi Piutang Perusahaan Pemantauan terhadap piutang merupakan hal yang sangat penting untuk menghindari atau paling tidak memperkecil resiko-resiko yang mungkin terjadi seperti kemungkinan terjadinya keterlambatan dalam penerimaan piutang, kemungkinan piutang tidak dapat dibayar sekaligus ataupun kemungkinan piutang tidak dapat dibayar seluruhnya. Meskipun pemantauan posisi piutang sangat penting untuk dilakukan, nyatanya perusahaan tidak melakukan pemantauan khusus terhadap jumlah piutang pelanggannya. Kegiatan pemantauan yang tidak memadai dikhawatirkan akan membuat piutang perusahaan akan menumpuk dan berakibat pada kerugian yang ditimbulkan akibat piutang yang tidak dapat tertagih. 5.3 Analisis Kinerja Piutang Analisis kinerja piutang digunakan untuk mengetahui dan menilai tingkat kinerja dari faktor-faktor yang menentukan tingkat efektivitas manajemen piutang. Dari hasil analisa ini akan diperoleh informasi mengenai seberapa efektif kondisi pengelolaan piutang dan bagaimana perkembangannya selama periode analisa, yaitu tahun 2007-2009. Analisis kinerja piutang ini terdiri dari analisis 5C, analisis investasi piutang, analisis rasio keuangan, analisis vertikal (struktural), analisis horisontal (perkembangan) dan analisis umur piutang. 5.3.1 Analisis Kinerja Kebijakan Pemberian Kredit. Analisis yang digunakan untuk mengetahui kinerja dari kebijakan pemberian kredit adalah: 5.3.1.1 Analisis 5C Ada dua kriteria utama yang menjadi bahan pertimbangan oleh perusahaan dalam memilih pelanggannya, yaitu lokasi dan citra yang dimiliki oleh calon pelanggan. Lokasi merupakan faktor yang paling penting dalam memilih pelanggan, jika lokasi calon pelanggan terletak di jalur distribusi perusahaan maka selanjutnya akan dilakukan penilaian 35 terhadap image atau citra yang dimiliki calon pelanggan. Untuk mengetahui karakter calon pelanggan, perusahaan hanya melakukan pengamatan langsung terhadap kebiasaan sehari-hari dari yang bersangkutan melalui rekan bisnis yang dimiliki calon pelanggan. Perusahaan tidak melakukan penelitian terhadap kondisi politik yang memiliki pengaruh langsung terhadap kemampuan membayar dari calon pelanggannya namun berdasarkan pengalaman perusahaan, kerusuhan dan pemilu adalah dua kondisi yang menyebabkan penurunan penjualan sayur dan peristiwa penurunan penjualan ini dapat dijadikan indikasi bahwa kemampuan membayar dari pelanggan tengah menurun. Setelah melakukan tahap penilaian seperti di atas barulah perusahaan memutuskan apakah akan melakukan kerja sama atau tidak. Dalam prakteknya perusahaan tidak melakukan analisis 5C secara mendetail, hal ini disebabkan karena: 1. Perusahaan adalah perusahaan yang melakukan penjualan barang dan bukanlah perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal sehingga pada dasarnya perjanjian dilakukan atas dasar kepercayaan. Bagi perusahaan, semakin banyak pelanggan artinya semakin banyak pembelian yang akan terjadi dan hal ini dapat berakibat pada peningkatan volume penjualan. 2. Perusahaan hanya memiliki jumlah karyawan kantor sebanyak 24 orang, sehingga tidak ada tim khusus yang di bentuk oleh perusahaan untuk melakukan analisis mendalam terhadap calon pelanggan. Penilaian melalui analisis 5C dapat membantu perusahaan dalam menyaring dan menyeleksi pelanggannya, akan tetapi karena perusahaan tidak melakukan analisis ini secara mendetail maka dikhawatirkan bahwa pelanggan yang ada adalah pelanggan yang berada di atas batas resiko yang dapat diterima perusahaan. 36 5.3.1.2 Analisis Investasi Piutang Analisis investasi piutang digunakan untuk menunjukkan besarnya dana yang tertanam dalam satu kali perputaran dan besar kecilnya tergantung jumlah penjualan yang dilakukan dan lamanya periode kredit. Semakin lama periode kredit berlangsung, semakin besar dana yang tertanam dalam piutang untuk setiap kali perputaran. Tabel di bawah ini menyajikan hasil perhitungan analisis investasi piutang sebagai berikut: Tabel 2 . Analisis Investasi Piutang (Dalam Milyar Rupiah ) Analisis Investasi Piutang 1. Rasio Investasi Piutang Tahun 2006 2007 2008 0,86 1,23 1,34 Rasio Investasi Piutang 1.5 Rupiah (dalam milyar) 1 Rasio Investasi Piutang 0.5 0 2006 2007 2008 Tahun Gambar 4. Rasio Investasi Piutang Tahun 2006-2008. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa biaya investasi piutang mencapai angka milyaran rupiah, angka investasi ini terus meningkat tiap tahunnya dan ini menandakan bahwa piutang baru dapat dikumpulkan dalam waktu yang lama. 5.3.1.3 Analisis Rasio Solvabilitas Analisis solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh kewajibannya. Analisis ini disebut juga analisis pengungkit, yang dapat mengukur kemampuan perusahaan menggunakan utang untuk meningkatkan pengembalian kepada pemegang saham. Tabel di bawah ini menyajikan hasil perhitungan analisis rasio sebagai berikut: 37 Tabel 3. Rasio Solvabilitas Tahun 2006-2008 (Dalam Persentase) Rasio Solvabilitas Tahun 2006 2007 2008 1. Rasio Kewajiban 4,69 3.25 5.35 2. Rasio Modal Sendiri 95,31 96.75 94.65 Rasio Solvabilitas 100 80 60 Persentase 40 20 0 Rasio Kewajian Rasio Modal Sendiri 2006 2007 2008 Tahun Gambar 5. Rasio Solvabilitas Tahun 2006-2008. Rasio kewajiban adalah rasio yang mengukur besarnya total aktiva yang dibiayai oleh kreditur perusahaan. Dari standar maksimal sebesar 100 persen, perusahaan hanya memiliki nilai dengan kisaran tiga hingga enam persen. Hal ini berarti aktiva perusahaan telah dibiayai sebesar tiga hingga enam persen oleh hutang sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan memiliki kemampun yang besar untuk melunasi seluruh kewajibannya. Angka rasio modal sendiri dari tahun 2006 hingga 2008 selalu berada diatas angka 90 persen artinya jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva hanya sedikit dan angka ini juga mencerminkan margin of safety yang tinggi bagi perusahaan yaitu 9:1. 5.3.2 Analisis Kinerja Kebijakan Penagihan Piutang Analisis yang digunakan untuk mengetahui kinerja dari kebijakan penagihan piutang adalah: 5.3.2.1 Analisis Rasio Likuiditas Rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. Rasio likuiditas yang digunakan untuk mengukur kinerja 38 perusahaan adalah rasio lancar dan rasio cepat. Tabel di bawah ini menyajikan hasil perhitungan rasio likuiditas perusahaan sebagai berikut: Tabel 4. Rasio Likuiditas Tahun 2006-2008 (Dalam persentase) Rasio Likuiditas Tahun 2006 2007 2008 1. Rasio Lancar 695,37 1275,65 850,26 2. Rasio Cepat 695,37 1275,65 850,26 Rasio Likuiditas 1400 1200 1000 persentase 800 600 400 200 0 Rasio Lancar Rasio Cepat 2006 2007 2008 tahun Gambar 6. Rasio Likuiditas Tahun 2006-2008. Hasil analisis likuiditas yang terdiri dari rasio lancar dan rasio cepat menunjukkan bahwa perusahaan sangat likuid karena untuk tiap tahunnya perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva yang dimiliki perusahaan. Angka rasio lancar perusahaan untuk tiap tahunnya berada diatas 200 persen. Pada tahun 2007 angka rasio lancar dan rasio cepat meningkat sebanyak 580,28 persen, hal ini disebabkan karena total aktiva lancar mengalami peningkatan sebesar 40,42 persen sementara total kewajiban mengalami penurunan sebesar 23,46 persen. Pada tahun 2008 angka rasio lancar dan rasio cepat kembali menurun sebesar 425,38 persen karena jumlah kewajiban di tahun 2008 meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan jumlah kewajiban pada tahun 2007. Angka rasio cepat memiliki nilai yang sama dengan angka rasio lancarnya, hal ini terjadi karena perusahaan tidak memiliki persediaan bahan olahan. Semakin tinggi nilai rasio lancar dan rasio cepat maka 39 likuiditas perusahaan semakin baik, akan tetapi perusahaan perlu memperhatikan bahwa rasio lancar yang terlalu tinggi mungkin menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang. Perusahaan harus mewaspadai kemungkinan bahwa saldo piutang yang besar merupakan piutang yang sudah lama terjadi dan sulit ditagih sehingga nilai realisasinya mungkin lebih kecil dibandingkan dengan yang dilaporkan. 5.3.2.2 Analisis Rasio Aktivitas Analisis aktivitas mengukur efisien tidaknya pengelolaan piutang yang dimiliki oleh perusahaan. Analisis ini menganggap perlunya suatu keseimbangan yang tepat antara investasi dalam pos aktiva (piutang) dengan hasil yang diperoleh dari investasi tersebut. Analisis aktivitas yang digunakan adalah : 1. Analisis Perputaran Piutang Analisis perputaran piutang menunjukkan berapa kali suatu perusahaan menagih piutangnya dalam suatu periode. Angka ini menunjukkan efisiensi perusahaan dalam mengelola piutangnya. Tabel di bawah ini menyajikan hasil perhitungan analisis perputaran piutang sebagai berikut: Tabel 5. Rasio Perputaran Piutang Tahun 2006-2008 (Dalam Kali) Rasio Aktivitas Tahun 1. Rasio Perputaran Piutang 2006 2007 2008 4,14 3.08 3.33 Rasio Aktivitas kali 6 4 2 0 Rasio Perputaran Piutang 2006 2007 2008 t ahun Gambar 7. Rasio Perputaran Piutang Tahun 2006-2008. 40 Angka rasio perputaran tahun 2007 menurun sebesar 1,06 kali bila dibandingkan tahun 2006, sedangkan dari tahun 2007 ke tahun 2008 perputaran piutang mengalami peningkatan sebesar 0,15 kali. Rasio yang rendah dan saldo piutang yang besar menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kesulitan dalam penagihan. Putaran piutang tahun 2007 merupakan angka rasio terkecil jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa efisiensi penagihan makin buruk selama periode itu, karena makin lamanya penagihan dapat dilakukan. 2. Analisis Periode Penagihan Rata-Rata. Angka yang dihasilkan dari analisis periode penagihan rata-rata merupakan petunjuk lain untuk mengetahui efisiensi pengelolaan piutang. Ia menunjukkan berapa lama, secara rata-rata, perusahaan memerlukan waktu untuk menagih piutangnya. Tabel di bawah ini menyajikan hasil perhitungan rasio penagihan rata-rata sebagai berikut: Tabel 6. Rasio Penagihan Rata-Rata Tahun 2007-2009 (Dalam Hari) Rasio Aktivitas Tahun 1. Rasio Penagihan Rata-Rata 2006 2007 2008 87 117 109 Rasio Penagihan Rata-Rata 120 100 80 Hari 60 Rasio Penagihan rata-rta 40 20 0 2006 2007 2008 Tahun Gambar 8 . Rasio Penagihan Rata-Rata Tahun 2006-2008. Angka rasio penagihan pada tahun 2006 menunjukkan bahwa perusahaan memerlukan waktu selama 87 hari, kemudian pada tahun 2007 angka rasio ini meningkat sebanyak 20 hari dan artinya pada tahun 2007 perusahaan memerlukan waktu yang lebih lama dalam mengumpulkan 41 piutangnya. Pada tahun 2008 angka rasio kembali menurun selama 6 hari. Perusahaan menetapkan kredit dengan batas waktu 30 hingga 90 hari setelah invoice diterima. Jika angka rasio penagihan rata-rata dibandingkan dengan batas bawah yaitu 30 hari maka angka ini membuktikan bahwa pembayaran piutang pelanggan pada perusahaan sangat lambat. Jika angka rasio penagihan rata-rata dibandingkan dengan batas atas yaitu 90 hari maka dari tiga tahun terbukti hanya tahun 2006 saja yang masih di bawah batas atas waktu kredit meskipun angka rasio pada tahun tersebut hanya memiliki selisih selama 3 hari. Dengan keadaan yang telah disebutkan di atas maka angka rasio dari tahun 2006 hingga 2008 menunjukkan pengelolaan kredit perusahaan yang buruk atau penagihan yang kurang baik. 5.3.3 Analisis Kinerja Pemantauan Posisi Piutang Analisis yang digunakan untuk mengetahui kinerja dari pemantauan posisi piutang oleh perusahaan adalah: 5.3.3.1 Analisis Rasio Penagihan Rata-rata Analisis yang sering digunakan untuk melakukan pemantauan adalah analisis rasio penagihan rata-rata. Analisis penagihan rata-rata memberikan informasi bahwa piutang perusahaan memerlukan berapa secara rata-rata perusahaan membutuhkan waktu untuk menagih piutangnya. Semakin lama waktu yang dibutuhkan agar suatu piutang dapat tertagih maka semakin tinggi resiko kemungkinan piutang tersebut berubah menjadi piutang tak tertagih. 5.3.3.2 Analisis Horisontal Arah perubahan pos-pos dalam laba rugi disajikan dalam tabel berikut : 42 Tabel 7. Analisis Horisontal Laba Rugi Tahun 2006-2008 (Dalam Persen) Tahun Keterangan 2006 2007 2008 Rata-Rata Penjualan 100 105.94 124.52 110.15 Harga Pokok Penjualan 100 97.26 118.89 105.38 Laba Usaha 100 126.12 137.59 121.24 Beban Penyusutan 100 107.68 128.99 112.22 Laba Setelah Penyusutan 100 140.03 144.08 128.04 Biaya Umum 100 101.15 114.03 105.06 Laba Operasi Bersih 100 197.97 188.87 162.28 Dari Tabel diketahui bahwa penjualan perusahaan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun dasar 2006. Penjualan perusahaan meningkat dari tahun 2006 ke tahun 2007 sebesar 5,94 persen dan begitu pula pada tahun 2008 yang mengalami peningkatan sebesar 24,52 persen dari tahun dasar. Laba operasi mencapai puncaknya pada tahun 2007 dan menurun kembali sebesar 9.10 persen menjadi 188.87 persen, hal ini disebabkan karena harga pokok penjualan menurun sebesar 2.74 persen. Meskipun penjualan mencapai puncaknya pada tahun 2008 akan tetapi laba operasi justru menurun di tahun tersebut, hal ini disebabkan karena semua pos beban sebagai pengurang laba juga ikut meningkat di tahun 2008. Untuk mengetahui arah perubahan pos-pos dalam neraca keuangan maka digunakanlah analisis horisontal neraca yang disajikan pada tabel berikut: 43 Tabel 8.Analisis Horisontal Neraca Tahun 2006-2008 (Dalam Persen) Tahun Keterangan 2006 2007 2008 Kas kantor Jakarta 100 111.42 1031.77 414.39 Kas kantor Jakarta (Giro) 100 132.54 302.55 178.36 Kas kantor (Deposito) 100 100 100 100 Piutang Usaha 100 142.60 155.00 132.53 Aktiva Lancar 100 140.42 175.02 138.48 Aktiva Tetap 100 Akumulasi Penyusutan 100 119.53 139.18 119.57 Aktiva Tetap (Nilai Buku) 100 95.96 101.55 99.17 Aktiva Lain-lain 100 101.54 101.54 101.03 Total Aktiva 100 110.48 125.49 111.99 Kewajiban 100 76.54 143.13 106.56 Modal 100 112.15 124.63 112.26 Passiva 100 110.48 125.49 111.99 Jakarta 108.96 122.30 Rata-Rata 110.42 Hasil analisis horisontal pada tahun 2007 menunjukkan bahwa pos piutang mengalami peningkatan yang paling signifikan diantara pos lainnya. Pada tahun 2007 tampaknya penjualan yang dilakukan oleh perusahaan mengakibatkan saldo pos piutang semakin besar. Hal ini ditunjukkan pada hasil analisis horisontal laba rugi dan neraca, dimana hasil analisis horisontal laba rugi menunjukkan bahwa peningkatan penjualan pada tahun 2007 hanya sebesar 5 persen namun pada tahun yang sama pos piutang menunjukkan peningkatan sebesar 42.60 persen di tahun tersebut. Pada tahun 2007 pos kewajiban mengalami penurunan sebesar 23.46 persen, artinya pembiayaan yang menggunakan modal pinjaman pun semakin kecil. Hasil analisis horisontal pada tahun 2008 menunjukkan keadaan yang meningkat untuk semua pos. Pos piutang pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 155 persen, akan tetapi pos yang 44 mengalami peningkatan paling signifikan pada tahun tersebut adalah pos kas kantor yang melunjak hingga 920.35 persen. Peningkatan pos kas kantor Jakarta mungkin disebabkan karena pos kewajiban yang juga mengalami peningkatan pada tahun tersebut. Pos kewajiban yang meningkat mungkin menyebabkan perusahaan memutuskan untuk menyimpan kas lebih banyak untuk mengantisipasi kewajiban jatuh temponya yang lebih besar dibandingkan tahun lalu. 5.3.3.3 Analisis Vertikal Untuk mengetahui kontribusi tiap pos terhadap pos dasar (pos penjualan) maka digunakanlah analisis vertikal laba rugi yang ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 9. Analisis Vertikal Laba Rugi Tahun 2006-2008 (Dalam Persen) Tahun Keterangan 2006 Penjualan 100 100 100 100 Harga Pokok Penjualan 69.93 64.19 66.77 66.96 Laba Usaha 30.07 35.80 33.23 33.03 Beban Penyusutan 12.93 13.15 Laba Setelah Penyusutan 17.14 22.66 19.83 19.88 Biaya Umum 10.26 9.79 9.39 9.81 Laba Operasi Bersih 6.88 12.86 10.44 10.06 2007 2008 13.39 Rata-Rata 13.16 Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa selama tiga tahun berturutturut pos yang paling memiliki kontribusi terbesar terhadap penjualan adalah harga pokok penjualan. Harga pokok sebesar 69.93 persen di tahun 2006 menyatakan bahwa sebesar 69.93 persen dari penjualan tahun 2006 akan terserap dalam harga pokok penjualan, hal yang sama berlaku untuk tahun 2008 dan 2009. Dari laporan laba rugi diketahui bahwa perusahaan pada tahun 2007 lebih banyak memproduksi sayuran dibandingkan membeli dari pemasok dan hal ini menyebabkan kenaikan pada biaya langsung dan tak langsung yang akhirnya ikut meningkatkan harga pokok 45 produksi akan tetapi peningkatan ini menyebabkan tingkat pembelian sayuran dari pemasok menjadi berkurang dan hasilnya harga pokok penjualan pada tahun 2007 memiliki nilai yang terkecil bila dibandingkan tahun 2006 dan 2008. Pos beban penyusutan semakin meningkat tiap tahunnya hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan ekspansi atas aktiva tetapnya sehingga akumulasi penyusutan untuk tiap tahunnya pun mengalami peningkatan. Pos biaya umum mengalami penurunan tiap tahunnya, ini artinya perusahaan mampu melakukan penghematan dalam membiayai kegiatan administrasi di kantor pusat. Untuk mengetahui kontribusi tiap pos dalam neraca terhadap pos dasar (pos total aktiva, total kewajiban dan modal) maka digunakanlah analisis vertikal neraca. Analisis vertikal neraca tahun 2006 hingga 2008 menunjukkan bahwa aktiva tetap memiliki kontribusi terbesar atas total aktiva. Sementara itu aktiva lancar memiliki kontribusi kedua terbesar atas total aktiva. Hal ini menunjukkan bahwa aktiva perusahaan banyak diinvestasikan dalam bentuk expansi. Selain itu, komponen piutang usaha memiliki kontribusi terbesar pada aktiva lancar pada tahun 2006 hingga 2008. Ini artinya perusahaan mengalokasikan dananya sebesar 27.82 persen untuk membiayai piutang di tahun 2006, 35.91 di tahun 2007 persen dan 34.37 persen di tahun 2008. Dari segi total kewajiban, pos yang memiliki kontribusi terbesar pada tahun 2006 dan 2007 adalah pos hutang mobil sementara untuk tahun 2009 adalah pos hutang pajak. Dari segi total modal, pos modal saham disetor merupakan pos yang memiliki kontribusi terbesar selama 3 tahun berturut-turut. Berikut ini adalah Tabel 10 yang menyajikan perhitungan analisis vertikal Neraca. 46 Tabel 10. Analisis Vertikal Neraca Tahun 2006-2008 (Dalam Persen) Tahun Keterangan 2006 2007 2008 Rata-Rata Kas kantor Jakarta 0.11 0.11 0.88 0.37 Kas kantor Jakarta (Giro) 4.02 4.82 9.69 6.18 Kas kantor Jakarta (Deposito) 0.64 0.58 0.51 0.58 Piutang Usaha 27.82 35.91 34.37 32.7 Aktiva Lancar 32.59 41.43 45.46 39.83 149.13 147.06 145.32 147.17 82.24 88.98 91.21 87.48 66.89 58.09 54.12 59.7 0.52 0.48 0.422 0.47 100 100 100 100 8.20 3.39 27.64 13.08 45.05 62.81 10.41 39.42 46.74 26.55 60.98 44.76 - 7.24 0.97 2.74 100 100 100 100 92.77 82.72 74.44 83.31 0.84 6.45 15.55 7.61 6.39 10.83 10.02 9.08 100 100 100 100 piutang dapat Aktiva Tetap Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap (Nilai Buku) Aktiva Lain-lain Total Aktiva Hutang Usaha Hutang Pajak Hutang Mobil Hutang Motor Jumlah Hutang Modal saham disetor Laba/Rugi ditahan Laba/Rugi di tahun berjalan Jumlah Modal 5.3.3.4 Analisis Umur Piutang Pemantauan terhadap dilakukan dengan menggunakan analisis umur piutang pelanggan. Skedul umur piutang merupakan laporan yang menunjukkan berapa lama sebuah piutang usaha beredar dan analisis ini digunakan untuk mengetahui jumlah piutang yang akan jatuh tempo, sudah jatuh tempo dan yang sudah lewat jatuh tempo serta harus segera dihapus. 47 Untuk mengetahui kondisi piutang perusahaan maka akan dianalisis beberapa pelanggan yang sering melakukan transaksi dengan perusahaan. Pemilihan sampel ini berdasarkan beberapa pertimbangan seperti seberapa sering pelanggan melakukan transaksi dengan perusahaan dan juga berapa besarnya jumlah piutang yang terjadi. Dari pertimbangan tersebut maka dipilihlah lima pelanggan yang selalu melakukan pemesanan sayuran secara rutin dengan jumlah transaksi yang cukup besar. Berikut adalah lima pelanggan yang akan dianalisis ketepatan dalam melakukan pembayaran sesuai dengan jatuh tempo yang ditetapkan. 1) Perusahaan A Perusahaan A merupakan salah satu pelanggan tetap yang tiap tahunnya selalu melakukan transaksi rutin dengan perusahaan. Jangka waktu pembayaran piutang yang ditetapkan berdasarkan perjanjian adalah selama 60 hari. Dari analisis umur piutang per tanggal 31 atau per akhir bulan selama tiga tahun mulai dari 2006-2008, dapat diketahui bahwa Perusahaan A selalu membayar hutangnya sebelum waktu jatuh tempo kecuali pada bulan November 2007. Keterlambatan pembayaran ini terjadi karena adanya keterlambatan pengiriman invoice kepada Perusahaan A yang mengakibatkan pembayaran piutang tertunda hingga bulan berikutnya. Menyadari bahwa Perusahaan A memiliki kesadaran membayar yang baik, perusahaan pun berusaha agar invoice yang dikirim sampai di tangan Perusahaan A dengan tepat waktu sehingga tidak ada lagi penundaan pembayaran sehingga perusahaan dapat menerima kas lebih cepat. Analisis daftar umur piutang dari Perusahaan A dapat dilihat pada Lampiran 9. 2) Hotel B Hotel B merupakan salah satu pelanggan tetap yang tiap tahunnya selalu melakukan transaksi rutin dengan perusahaan. Dalam satu kali transaksi terdapat beberapa invoice yang diterbitkan perusahaan sedangkan pembayaran piutang yang ditetapkan berdasarkan perjanjian adalah selama 45 hari. Dari analisis umur piutang per tanggal 31 atau per akhir bulan 48 selama tiga tahun mulai dari 2006-2008, diketahui bahwa pada tahun 2006 Hotel B selalu mengalami keterlambatan pembayaran. Masalah keterlambatan pembayaran tampaknya telah berhasil diselesaikan oleh perusahaan karena sejak bulan April tahun 2007 Hotel B mulai memiliki ketepatan dalam membayar hutangnya. Sejak April 2007, Hotel B hanya terlambat satu kali yaitu pada bulan Januari tahun 2008 dan keterlambatan yang terjadi pun tidak melebihi 2 bulan sejak jatuh tempo, sehingga perusahaan tidak melakukan penghentian pengiriman barang untuk sementara. Meskipun Hotel B telah memiliki kesadaran membayar yang cukup baik, dari hasil analisis diketahui bahwa Hotel B sering melakukan pembayaran piutang dengan jumlah yang tidak sesuai dengan jumlah piutang yang terjadi. Meskipun hingga akhir Desember tahun 2008 perusahaan tercatat telah menyimpan kelebihan pembayaran sebesar Rp 765.120, perusahaan harus memberikan perhatian lebih pada jumlah pembayaran yang diberikan Hotel B sebelum masalah ketidaksesuaian ini dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar. Analisis daftar umur piutang dari Hotel B dapat dilihat pada Lampiran 10. 3) Hotel C Hotel C merupakan salah satu pelanggan tetap yang tiap tahunnya selalu melakukan transaksi rutin dengan perusahaan. Dalam 1 kali transaksi terdapat beberapa invoice yang diterbitkan perusahaan sedangkan pembayaran piutang yang ditetapkan berdasarkan perjanjian adalah selama 45 hari. Dari analisis umur piutang per tanggal 31 atau per akhir bulan selama tiga tahun mulai dari 2006-2008, Hotel C mengalami penurunan dalam hal ketepatan waktu pembayaran piutang. Pada tahun 2006 Hotel C selalu membayar hutangnya sebelum jatuh tempo namun sejak November 2007 pembayaran piutang mulai melambat. Selain masalah keterlambatan, perusahaan juga harus menaruh perhatian lebih pada jumlah pembayaran yang diberikan oleh Hotel C. Hingga akhir Desember tahun 2008, tercatat bahwa Hotel C masih memiliki kekurangan pembayaran sebesar Rp 2.008.180. Perusahaan harus segera melakukan penagihan secara rutin kepada Hotel C agar kekurangan pembayaran tersebut segera dilunasi 49 karena apabila perusahaan tidak secepatnya melakukan penagihan, selisih pembayaran tersebut dikhawatirkan akan menjadi piutang yang tidak dapat tertagih. Analisis daftar umur piutang dari Hotel C dapat dilihat pada lampiran 11. 4) Hotel D Hotel D merupakan salah satu pelanggan tetap yang tiap tahunnya selalu melakukan transaksi rutin dengan perusahaan. Dalam 1 kali transaksi terdapat beberapa invoice yang diterbitkan perusahaan sedangkan pembayaran piutang yang ditetapkan berdasarkan perjanjian adalah selama 45 hari. Dari analisis umur piutang per tanggal 31 atau per akhir bulan selama tiga tahun mulai dari 2006-2008, pembayaran piutang yang dilakukan Hotel D dapat dinilai tepat waktu dengan waktu pembayaran yang ditetapkan selama 45 hari. Meskipun demikian, pembayaran sempat mengalami keterlambatan di tahun 2006 yaitu pada bulan Mei, Juni, Juli dan Agustus kemudian pada tahun 2007 yaitu pada bulan April, Mei, Agustus, November dan Desember. Keterlambatan yang terjadi tidak lebih dari 2 bulan sehingga perusahaan tidak perlu menghentikan pengiriman barang untuk sementara. Sejak bulan Januari tahun 2008 nampaknya masalah keterlambatan pembayaran telah berhasil diatasi oleh perusahaan karena sejak saat itu pembayaran piutang kembali tepat waktu. Akan tetapi perusahaan harus segera mengatasi masalah ketidaksesuaian antara jumlah yang dibayar dengan jumlah piutang yang ada agar tidak timbul kerugian yang dapat mengurangi pendapatan perusahaan. Hingga akhir Desember tahun 2008, perusahaan tercatat telah menyimpan kelebihan pembayaran sebesar Rp. 1.936.800. Analisis daftar umur piutang dari Hotel D dapat dilihat pada Lampiran 12. 5) Perusahaan E Perusahaan E merupakan salah satu pelanggan tetap yang tiap tahunnya selalu melakukan transaksi rutin dengan perusahaan. Dalam 1 kali transaksi terdapat beberapa invoice yang diterbitkan perusahaan sedangkan pembayaran piutang yang ditetapkan berdasarkan perjanjian adalah selama 50 60 hari. Dari analisis umur piutang per tanggal 31 atau per akhir bulan selama tiga tahun mulai dari 2006-2008, diketahui bahwa Perusahaan E belum memiliki kesadaran membayar hutangnya dengan baik karena pembayaran hutangnya selalu melebihi waktu jatuh temponya. Dari analisis umur piutang diketahui bahwa Perusahaan E hanya membayar tepat waktu sebanyak 3 kali yaitu di bulan Desember 2006, Januari 2007 dan April 2007. Meskipun keterlambatan yang terjadi tidak melebihi 2 bulan sejak jatuh tempo, perusahaan harus memberi perhatian yang lebih pada Perusahaan E karena diantara keempat pelanggan lainya Perusahaan E tercatat masih memiliki hutang sebesar Rp. 11.597.960 yang timbul akibat ketidaksesuaian antara jumlah pembayaran dengan jumlah piutang yang tercatat. Analisis daftar umur piutang dari Perusahaan E dapat dilihat pada Lampiran 13. Jika dilihat dari kondisi piutang kelima pelanggan perusahaan X, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pelanggan yang ada memiliki masalah dalam pembayaran piutangnya. Masalah yang dimiliki dalam pembayaran piutang adalah masalah keterlambatan pembayaran yang melebihi waktu jatuh tempo dan ketidaksesuaian jumlah yang dibayar dengan jumlah piutang yang ada. Keterlambatan piutang dapat terjadi karena perusahaan telat mengirimkan invoice pada pelanggan dan juga karena masalah keuangan yang sedang dihadapi oleh masing-masing pelanggan. Dengan adanya kedua masalah tersebut maka cashflow perusahaan pun menjadi terganggu sehingga akan berakibat pada kemampuan perusahaan dalam membayar para pemasok atau suppliernya. 5.4 Keefektifan Pengelolaan Manajemen Piutang Berikut adalah penilaian tingkat efektivitas dari kebijakan pemberian kredit, kebijakan penagihan dan kegiatan pemantauan piutang berdasarkan masing-masing indikatornya: 1. Kebijakan Pemerian Kredit Perusahaan tidak menerapkan analisis 5C secara mendetail dan hal ini menunjukkan bahwa perusahaan kurang selektif dalam melakukan 51 evaluasi kredit sebelum memutuskan untuk menyetujui permintaan atau penambahan kredit oleh pelanggan. Penilaian yang kurang selektif terhadap pelanggan dikhawatirkan membuat perusahaan tidak sadar bahwa perusahaan telah menerima pelanggan yang memilki resiko tidak sanggup bayar yang tinggi yang akhirnya dapat menimbulkan kesulitan ketika terjadi proses penagihan piutang. Analisis Solvabilitas menunjukkan bahwa perusahaan memiliki jumlah modal yang tinggi sehingga perusahaan tidak memiliki ketergantungan atas modal pinjaman dan hal ini dapat menyebabkan perusahaan menetapkan syarat pembayaran piutang yang lunak. Syarat pembayaran penjualan yang bersifat lunak menyebabkan jumlah piutang semakin meningkat tiap tahunnya. Perusahaan memberikan batas waktu pembayaran selama 30-90 hari kepada pelanggannya namun kenyataannya piutang terkadang baru terkumpul setelah beberapa bulan dari batas waktu yang ditetapkan sehingga batas waktu pembayaran pun menjadi semakin panjang dan hal ini akan menyebabkan investasi dalam piutang menjadi semakin besar. Dari indikator diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan pemberian kredit perusahaan adalah kurang baik. 2. Kebijakan Penagihan Analisis Likuiditas yang terlalu tinggi memberikan sinyal bahwa saldo piutang harus mendapatkan perhatian dari perusahaan karena angka rasio yang terlalu tinggi bisa saja muncul akibat adanya saldo piutang yang sudah lama terjadi dan sulit untuk ditagih. Apabila saldo piutang yang dilaporkan ternyata melebihi nilai realisasi yang sesungguhnya maka perusahaan dapat melakukan kesalahan interpretasi akibat angka rasio likuiditas yang semu. Analisis rasio aktivitas menunjukkan bahwa penagihan merupakan kegiatan yang sulit untuk dilakukan. Kesulitan dalam pengumpulan piutang menyebabkan piutang menjadi semakin menumpuk dan berakibat negatif pada laba perusahaan. Salah satu penyebab kesulitan penagihan adalah kurang selektifnya perusahaan terhadap para pelanggannya dan 52 juga syarat pembayaran yang terlalu lunak, misalnya perusahaan tidak pernah memberikan sanksi berupa pembebanan bunga piutang bagi pelanggan yang telat membayar lebih dari jatuh tempo yang telah ditetapkan. Dari indikator diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan penagihan perusahaan adalah kurang baik. 3. Pemantauan Posisi Piutang Permasalahan dalam penagihan piutang juga ditunjukkan oleh hasil analisis kondisi piutang dari lima pelanggan perusahaan. Dari analisis tersebut diketahui bahwa pelanggan perusahaan memiliki masalah dalam membayar hutangnya. Waktu pembayaran yang melebihi ketentuan menunjukkan bahwa syarat pembayaran piutang yang diterapkan perusahaan terlalu lunak sehingga para pelanggan tersebut terkadang sengaja menunda melakukan pembayaran. Dari analisis umur piutang juga diketahui bahwa jumlah yang dibayar oleh pelanggan terkadang tidak sesuai dengan jumlah piutang yang terjadi. Hal ini dapat menimbulkan kerugian yang mungkin tidak disadari oleh perusahaan. Dari indikator diatas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemantauan posisi piutang perusahaan adalah kurang baik. Dari hasil penilaian diatas maka dapat dismpulkan bahwa pengelolaan piutang perusahaan belum efektif. Pengelolaan manajemen piutang yang belum efektif dapat mempengaruhi cashflow dan profitabilitas perusahaan. Peningkatan jumlah piutang yang tidak diikuti dengan penagihan yang baik akan mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan dalam mengubah piutangnya menjadi kas sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat terganggu dan terhambat. Apabila piutang terus mengalami penumpukan maka resiko yang harus ditanggung perusahaan juga akan semakin besar. 5.5 Implikasi Manajerial Dengan adanya penelitian ini maka perusahaan akan mendapatkan informasi mengenai keefektifan pengelolaan piutangnya sehingga perusahaan dapat mengetahui kelemahan-kelemahan kebijakan piutang yang saat ini tengah diterapkan. Dengan demikian informasi yang diperoleh dari hasil penelitian akan 53 membantu perusahaan dalam mengevaluasi kebijakan piutang sehingga perusahaan dapat memformulasikan kebijakan piutang yang lebih baik. Salah satu cara untuk memperbaiki kebijakan perusahaan adalah dengan cara mengaplikasikan saran yang penulis usulkan. Untuk mempermudah melakukan perhitungan, penulis telah mengembangkan sebuah program aplikasi bernama Visual Basic 2008 yang memuat rumus-rumus analisis laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian. Program visual basic ini dapat digunakan untuk mengetahui nilai rasio untuk tahun-tahun berikutnya. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Dalam pengelolaan Manajemen piutangnya perusahaan menetapkan kebijakan pemberian kredit yang longgar dan kebijakan penagihan yang pasif. Perusahaan juga memiliki kegiatan pemantauan posisi piutang yang lemah. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas perusahaan adalah kebijakan dalam pemberian piutang, kebijakan penagihan dan kegiatan pemantaun terhadap posisi piutang. c. Berdasarkan analisis yang digunakan, pengelolaan manajemen piutang pada perusahaan adalah belum efektif. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa rasio (rasio aktivitas ) yang berada di bawah standar yang ditetapkan. Selain itu terdapat pula beberapa rasio yang nilainya terlalu tinggi (rasio likuiditas) dan menimbulkan interpretasi yang dapat menyesatkan perusahaan. Dua masalah umum pada pembayaran piutang Perusahaan X adalah masalah keterlambatan pembayaran yang melebihi batas waktu jatuh tempo dan masalah ketidaksesuaian jumlah pembayaran dengan jumlah piutang yang terjadi. 2. Saran a. Perusahaan sebaiknya menambahkan satu lagi komponen penilaian dalam analisis 5C, yaitu melakukan penilaian terhadap Capital dengan cara menghitung rasio keuangan calon pelanggan yang akan diajak kerja sama. b. Perusahaan sebaiknya melakukan pemantauan terhadap jumlah piutang masing-masing pelanggan. Pemantauan ini dapat dilakukan dengan cara membuat daftar umur piutang agar perusahaan dapat mengetahui pelanggan mana saja yang bermasalah dan memerlukan perhatian ekstra dari perusahaan. Daftar umur piutang ini juga bermanfaat untuk memantau kesesuaian jumlah yang 55 dibayar dengan jumlah piutang yang terjadi sehingga perusahaan dapat mengetahui secara pasti jumlah piutang yang belum terbayar. c. Perusahaan sebaiknya menerapkan kebijakan penagihan yang lebih ketat dibandingkan kebijakan penagihan yang ada saat ini, misalnya dengan menetapkan bunga atau denda pada pelanggan yang telat membayar. Daftar Pustaka Agustina, Ria. 2009. Analisis Efektivitas Manajemen Piutang (Studi Kasus PT. Unitex Tbk Bogor). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Brigham,Eugene F, Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta. Gill, James O. 2004. Dasar-dasar Analisis Keuangan. PPM.2004 Kieso,Donald E, Jerry J.Weygandt, Terry D warfield. 2002. Akuntansi Intermediete. Edisi kesepuluh. Erlangga. Jakarta. Maya, Siska.2005. Efektivitas Piutang dan faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang PT. Biro klasifikasi Indonesia (persero). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Munawir,S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Edisi empat. Liberty. Yogyakarta. Perusahaan X. 2007. Laporan Keuangan Perusahaan X, Jakarta. . 2008. Laporan Keuangan Perusahaan X, Jakarta. . 2009. Laporan Keuangan Perusahaan X, Jakarta. R, Soediyono. 1991. Analisis Laporan Keuangan: Analisis Rasio. Edisi Pertama. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi empat. BPFE –YOGYAKARTA, Yogyakarta. S.R, Soemarso. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Lima. Salemba Empat. Jakarta. Sundjaja, Ridwan S, Inge Barlian.2003. Manajemen Keuangan Satu. Edisi Lima. Literata Lintas Media. Jakarta. Susilo, D.2004. Kajian Piutang PT Sucofindo (Persero),Jakarta. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Van Horne, James C, John M. Wachowicz,JR.2005. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Edisi Dua Belas. Salemba Empat. Jakarta. Warren, Carl S, James M Reeves, Philip E. Fess.2006. Pengantar Akuntansi. Edisi Dua Puluh Satu. Salemba Empat. Jakarta. 1 Lampiran 1. Alur Pikir FAKTOR EKSTERNAL 1. Kemampuan Membayar Pelanggan Wawancara PROSES INPUT Peningkatan Piutang yang dibarengi dengan penurunan laba Perusahaan 1. Neraca keuangan perusahaan selama 3 thn 2. Lap. laba rugi selama 3 thn 3. Buku besar piutang 1. Analisis 5C 2. Analisis Investasi Piutang 3. Analisis Rasio Keuangan 4. Analisis Horisontal 5. Analisis Vertikal 6. Analisis Umur piutang Literatur FAKTOR INTERNAL 1.Kebijakan Kredt 2.Kebijakan penagihan 3. Pemantauan posisi piutang PARAMETER KONTROL 1. Rasio Lancar > 2 2. rasio cepat > 1,5 3. Rata-rata periode tagih < persyaratan kredit 4. rasio hutang <1 Feedback OUTPUT Tingkat efektivitas piutang perusahaan OUTCOME Perusahaan dapat mengetahui keefektivan piutangnya sehingga mampu membuat kebijakan kredit yang lebih baik yang dapat meningkatkan laba perusahaan. Lampiran 2. Batasan Permasalahan 1 Lampiran 3. Laporan Neraca Perusahaan X Tahun 2006-2008 (Dalam Rupiah) Keterangan 2006 A. AKTIVA LANCAR Kas kantor Jakarta Kas kantor jakarta (Giro) Kas kantor jakarta (Deposito) Piutang Usaha Persediaan bahan olahan JUMLAH AKTIVA LANCAR B. AKTIVA TETAP Rumah Kaca Pembibitan/ Nurserxy Bak Air / Bangunan Precut Sistem Irigasi Hydroponic Sistim Aeroponik Alat-alat Kantor dan Gudang Sarana dan Prasarana Alat Transport-Mobil Jumlah Aktiva Tetap Akumulasi Penyusutan Nilai Buku C. AKTIVA LAIN-LAIN Aktiva Tak Berwujud TOTAL AKTIVA PASSIVA A. HUTANG Hutang Usaha Hutang Pajak Hutang Gaji Hutang Mobil Hutang Motor Jumlah Hutang B. MODAL Modal Saham disetor Laba/Rugi ditahan Laba/Rugi di tahun berjalan Jumlah Modal Deviden TOTAL PASSIVA Tahun 2007 2008 3,341,461 3,723,110 34,476,292 125,069,966 165,765,714 378,402,636 20,000,000 20,000,000 20,000,000 865,337,012 1,234,003,576 1,341,335,637 1,013,748,439 1423492400 1,774,214,565 2,296,598,466 9,144,023 541,209,324 163,249,100 189,764,950 151,774,037 64,531,898 467,085,720 754,623,150 4,637,980,668 2,557,863,000 2,080,117,668 2,540,364,666 9,144,023 693,643,324 163,249,100 189,764,950 156,423,537 64,531,898 467,085,720 769,138,150 5,053,345,368 3,057,357,000 1,995,988,368 2,639,016,966 9,144,023 731,377,824 196,355,600 190,014,950 332,853,780 110,204,898 545,812,044 917,644,250 5,672,424,335 3,560,010,000 2,112,414,335 16,231,200 16,481,200 16,481,200 3,110,097,307 3,435,961,968 3,903,110,100 11,958,414 65,679,739 68,147,000 145,785,153 3,788,004 70,093,873 29,628,000 8,080,000 111,589,877 57,670,754 21,723,477 127,252,444 2,020,000 208,666,675 2,750,000,000 2,750,000,000 2,750,000,000 24,809,110 214,312,154 574,372,091 189,503,044 360,059,937 370,071,334 2,964,312,154 3,324,372,091 3,694,443,425 3,110,097,307 3,435,961,968 3,903,110,100 2 Lampiran 4. Laporan Laba Rugi Perusahaan X Tahun 2007-2009 (Dalam Rupiah) Keterangan 2006 PENJUALAN PERHITUNGAN HARGA POKOK A. Biaya Langsung 1. Biaya Benih 2. Biaya Pupuk/ Nutrisi 3. Biaya Bahan Kimia 4. Biaya Gaji/ Upah 5. Biaya Media Tanam/Packing Jumlah Biaya Langsung B. Biaya Tidak Langsung 1. Perawatan Asset/ Mobil 2. Kantor dan Gudang 3. Listrik Kebun 4. Telepon Kebun 5. Transportasi Jumlah Biaya Tidak Langsung Harga Pokok Produksi C. Pembelian 1.Pembelian Sayuran Harga Pokok Penjualan Laba Rugi Operasi Biaya Penyusutan Laba Rugi Setelah Penyusutan Biaya Umum ( Kantor Jakarta) Laba Operasi Bersih Penghasilan Luar Usaha Laba Rugi Sesudah Pajak Tahun 2007 2008 3,586,067,859 3,799,142,588 4,465,267,873 88,315,042 93,220,550 73,863,270 354,990,000 11,053,500 621,442,362 119,342,916 84,585,417 81,445,500 360,222,667 22,026,866 667,623,366 55,623,883 108,000,500 39,103,000 392,867,667 15,919,428 611,514,478 64,208,350 60,007,498 19,066,337 8,730,784 121,632,049 273,645,018 895,087,380 67,158,952 52,313,000 28,401,599 8,717,877 110,992,400 267,583,828 935,207,194 65,245,000 71,929,548 28,160,088 3,625,027 224,693,786 393,653,449 1,005,167,927 1,612,477,890 1,503,745,500 2,507,565,270 2,438,952,694 1,078,502,589 1,360,189,894 -463,854,000 499,494,000 614,648,589 860,695,894 -367,821,829 372,052,081 246,826,760 488,643,813 2,463,284 727,526 189,503,044 360,059,937 1,976,168,200 2,981,336,127 1,483,931,746 598,333,400 885,598,346 419,425,012 466,173,334 37,500,000 370,071,334 3 Lampiran 5. Analisis Trend (Horisontal) Laporan Laba Rugi Perusahaan X (Dalam Persen) Keterangan 2006 100 Tahun 2007 105.94 2008 124.52 100 100 100 100 100 100 135.13 90.74 110.27 101.47 199.28 107.43 62.98 115.85 52.94 110.67 144.02 98.40 100 100 100 100 100 100 100 104.59 87.18 148.96 99.85 91.25 97.78 104.48 101.61 119.87 147.69 41.52 184.73 143.86 112.29 C. Pembelian 1.Pembelian Sayuran 100 93.26 122.55 Harga Pokok Penjualan Laba Rugi Operasi Biaya Penyusutan Laba Rugi Setelah Penyusutan Biaya Umum ( Kantor Jakarta) Laba Operasi Bersih Penghasilan Luar Usaha Laba Rugi Sesudah Pajak 100 100 100 100 100 100 100 100 97.26 126.12 107.68 140.03 101.15 197.97 29.53 190.00 118.89 137.59 128.99 144.08 114.03 188.87 1522.36 195.28 PENJUALAN PERHITUNGAN HARGA POKOK A. Biaya Langsung 1. Biaya Benih 2. Biaya Pupuk/ Nutrisi 3. Biaya Bahan Kimia 4. Biaya Gaji/ Upah 5. Biaya Media Tanam/Packing Jumlah Biaya Langsung B. Biaya Tidak Langsung 1. Perawatan Asset/ Mobil 2. Kantor dan Gudang 3. Listrik Kebun 4. Telepon Kebun 5. Transportasi Jumlah Biaya Tidak Langsung Harga Pokok Produksi Sumber: Laporan Keuangan Tahun 2007-2009 (Diolah) 4 Lampiran 6. Analisis Trend (Horisontal) Laporan Neraca Perusahaan X (Dalam Persen) Keterangan 2006 A. AKTIVA LANCAR Kas kantor Jakarta Kas kantor jakarta (Giro) Kas kantor jakarta (Deposito) Piutang Usaha JUMLAH AKTIVA LANCAR B. AKTIVA TETAP Rumah Kaca Pembibitan/ Nurserxy Bak Air / Bangunan Precut Sistem Irigasi Hydroponic Sistim Aeroponik Alat-alat Kantor dan Gudang Sarana dan Prasarana Alat Transport-Mobil Jumlah Aktiva Tetap Akumulasi Penyusutan Nilai Buku C. AKTIVA LAIN-LAIN Aktiva Tak Berwujud TOTAL AKTIVA PASSIVA A. HUTANG Hutang Usaha Hutang Pajak Hutang Mobil Jumlah Hutang B. MODAL Modal Saham disetor Laba/Rugi ditahan Laba/Rugi di tahun berjalan Jumlah Modal TOTAL PASSIVA Tahun 2007 2008 100 100 100 111.42 132.54 100 1031.77 302.55 100 100 100 142.60 140.42 155.00 175.02 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 110.61 100 128.17 100 100 103.06 100 100 101.92 108.96 119.53 95.96 114.91 100 135.14 120.28 100.13 219.31 170.78 116.85 121.60 122.30 139.18 101.55 100 100 101.54 110.48 101.54 125.49 100 100 100 100 31.68 106.72 43.48 76.54 482.26 33.07 186.73 143.13 100 100 100 100 100 100 863.84 190.00 112.15 110.48 100 2315.17 195.29 124.63 125.49 Sumber: Laporan Keuangan Tahun 2007-2009 ( Diolah) 5 Lampiran 7. Analisis Persentase Perkomponen (Vertikal) Laporan Laba Rugi Perusahaan X (Dalam Persen) Keterangan PENJUALAN PERHITUNGAN HARGA POKOK A. Biaya Langsung 1. Biaya Benih 2. Biaya Pupuk/ Nutrisi 3. Biaya Bahan Kimia 4. Biaya Gaji/ Upah 5. Biaya Media Tanam/Packing Jumlah Biaya Langsung B. Biaya Tidak Langsung 1. Perawatan Asset/ Mobil 2. Kantor dan Gudang 3. Listrik Kebun 4. Telepon Kebun 5. Transportasi Jumlah Biaya Tidak Langsung Harga Pokok Produksi 2006 100 Tahun 2007 100 2008 100 2.46 2.59 2.06 9.89 0.31 17.33 3.14 2.23 2.14 9.48 0.58 17.57 1.25 2.42 0.88 8.79 0.36 13.69 1.79 1.67 0.53 0.24 3.39 7.63 24.96 1.77 1.37 0.75 0.23 2.92 7.04 24.62 1.46 1.61 0.63 0.08 5.03 8.82 22.51 C. Pembelian 1.Pembelian Sayuran 44.97 Harga Pokok Penjualan Laba Rugi Operasi Biaya Penyusutan Laba Rugi Setelah Penyusutan Biaya Umum ( Kantor Jakarta) Laba Operasi Bersih Penghasilan Luar Usaha Laba Rugi Sesudah Pajak 69.93 30.07 12.93 17.14 10.26 6.88 0.07 5.28 39.58 64.19 35.80 13.15 22.66 9.79 12.86 0.02 9.48 44.26 66.76 33.23 13.39 19.83 9.39 10.44 0.84 8.29 Sumber: Laporan Keuangan Tahun 2007-2009 (Diolah) 6 Lampiran 8. Analisis Persentase Perkomponen (Vertikal) Laporan Neraca Perusahaan X (Dalam Persen) Keterangan 2006 A. AKTIVA LANCAR Kas kantor Jakarta Kas kantor jakarta (Giro) Kas kantor jakarta (Deposito) Piutang Usaha JUMLAH AKTIVA LANCAR B. AKTIVA TETAP Rumah Kaca Pembibitan/ Nurserxy Bak Air / Bangunan Precut Sistem Irigasi Hydroponic Sistim Aeroponik Alat-alat Kantor dan Gudang Sarana dan Prasarana Alat Transport-Mobil Jumlah Aktiva Tetap Akumulasi Penyusutan Nilai Buku C. AKTIVA LAIN-LAIN Aktiva Tak Berwujud TOTAL AKTIVA PASSIVA A. HUTANG Hutang Usaha Hutang Pajak Hutang Mobil Hutang Motor Jumlah Hutang B. MODAL Modal Saham disetor Laba/Rugi ditahan Laba/Rugi di tahun berjalan Jumlah Modal Tahun 2007 2008 0.11 4.02 0.64 27.82 32.59 0.11 4.82 0.58 35.91 41.42 0.88 9.69 0.51 34.37 45.45 73.84 0.29 17.40 5.249 6.10 4.88 2.08 15.02 24.27 149.13 82.24 66.89 73.93 0.27 20.19 4.75 5.52 4.55 1.88 13.59 22.38 147.06 88.98 58.09 67.61 0.23 18.74 5.03 4.87 8.53 2.82 13.98 23.51 145.32 91.21 54.12 0.52 100 0.48 100 0.42 100 8.20 45.05 46.74 100 3.39 62.81 26.55 7.24 100 27.64 10.41 60.98 0.97 100 92.77 0.84 6.39 100 82.72 6.45 10.83 100 74.44 15.55 10.02 100 Sumber: Laporan Keuangan Tahun 2007-2009 (Diolah) Waktu Transaksi Tgl Bulan Saldo Belum Jatuh tempo Thn Setelah jatuh tempo 1-30 31-60 hari hari Kesesuaian Pembayaran 61-90 Lebih (+) Akumulasi hari Kurang (-) ketidaksesuaian 31 Januari 2007 41.911.100 41.911.100 0 0 28 Februari 2007 23.551.250 23.551.250 0 0 31 Maret 2007 22.910.250 22.910.250 0 0 30 April 2007 23.885.500 23.885.500 0 0 31 Mei 2007 27.268.500 27.268.500 0 0 30 Juni 2007 27.053.500 27.053.500 0 0 31 Juli 2007 28.945.500 28.945.500 0 0 31 Agustus 2007 30.038.000 30.038.000 0 0 30 September 2007 27.725.500 27.725.500 0 0 31 Oktober 2007 29.557.500 29.557.500 0 0 30 November 2007 33.905.600 0 0 31 Desember 2007 44.460.600 44.460.600 0 0 31 Januari 2008 34.987.600 34.987.600 0 0 28 Februari 2008 24.236.500 24.236.500 0 0 31 Maret 2008 33.875.950 33.875.950 0 0 30 April 2008 38.657.800 38.657.800 0 0 33.905.600 Lampiran 9. Analisis Umur Piutang Perusahaan A Pelanggan A Mei 2008 42.566.375 42.566.375 0 0 30 Juni 2008 37.627.500 37.627.500 0 0 31 Juli 2008 45.871.150 45.871.150 0 0 31 Agustus 2008 40.270.700 40.270.700 0 0 30 September 2008 42.251.764 42.251.764 0 0 31 Oktober 2008 25.858.000 25.858.000 0 0 30 November 2008 35.327.000 35.327.000 0 0 31 Desember 2008 36.375.100 36.375.100 0 0 Sumber: Buku Besar Piutang Perusahaan X (diolah). Lanjutan Lampiran 9. 31 Waktu Transaksi Tgl Bulan Saldo Belum Jatuh tempo Thn Setelah jatuh tempo 1-30 hari 31-60 hari Kesesuaian Pembayaran 61-90 Lebih (+) Akumulasi hari Kurang (-) ketidaksesuaian 31 Januari 2006 18.047.400 17.897.170 -150.230 -150.230 28 Februari 2006 14.129.000 14.099.000 -30.000 -180.230 31 Maret 2006 7.025.900 7.021.900 0 -180.230 30 April 2006 12.470.500 12.471.800 13.231.300 13.051.070 31 Mei 2006 16.254.590 16.264.140 9.550 13.060.620 30 Juni 2006 18.577.600 18.577.600 0 13.060.620 31 Juli 2006 14.802.700 14.803.700 1.000 13.061.620 31 Agustus 2006 12.727.710 12.725.110 -2.600 13.059.020 30 September 2006 16.032.350 16.032.300 -50 13.058.970 31 Oktober 2006 9.832.500 9.830.650 -1.850 13.057.120 30 November 2006 20.390.950 20.300.950 -90.000 12.967.120 31 Desember 2006 21.133.100 20.881.100 -231.900 12.735.220 31 Januari 2007 24.307.800 24.307.800 0 12.735.220 28 Februari 2007 18.827.200 18.747.000 -80.200 12.655.020 31 Maret 2007 26.380.600 26.380.600 0 12.655.020 30 April 2007 22.287.600 36.480.000 14.192.400 26.847.420 31 Mei 2007 24.483.200 24.091.950 -391.250 26.456.170 30 Juni 2007 23.597.000 8.655.800 -14.941.200 11.514.970 Lampiran 10. Analisis Umur Piutang Hotel B Pelanggan B Juli 2007 25.040.650 22.309.550 -2.731.100 8.783.870 31 Agustus 2007 21.424.600 22.675.550 1.250.950 10.034.820 30 September 2007 19.209.475 19.824.500 615.025 10.649.845 31 Oktober 2007 16.048.800 15.589.825 -458.975 10.190.870 30 November 2007 15.688.650 6.144.650 -9.544.000 646.870 31 Desember 2007 18.844.450 18.844.450 0 646.870 31 Januari 2008 30.436.050 13.667.350 -1.536.750 -889.880 28 Februari 2008 23.594.300 23.084.400 -509.900 -1.399.780 31 Maret 2008 27.655.000 30.277.450 2.622.450 1.222.670 30 April 2008 20.387.100 18.440.900 -1.946.200 -723.530 31 Mei 2008 25.329.350 23.239.850 -2.089.500 -2.813.030 30 Juni 2008 22.382.250 22.382.250 0 -2.813.030 31 Juli 2008 19.662.150 24.152.650 4.490.500 1.677.470 31 Agustus 2008 22.131.150 20.883.850 -1.247.300 430.170 30 September 2008 20.910.830 21.087.430 176.600 606.770 31 Oktober 2008 20.958.650 20.265.800 -692.850 -86.080 30 November 2008 22.472.750 22.472.750 0 -86.080 31 Desember 2008 16.875.200 17.726.400 851.200 765.120 15.231.950 Lanjutan Lampiran 10. 31 Sumber: Buku Besar Piutang Perusahaan X (diolah). Lampiran 11. Analisi Pelanggan C Waktu Transaksi Tgl Bulan Saldo Tahun Belum Jatuh Setelah jatuh tempo tempo 1-30 hari 31-60 hari Kesesuaian Pembayaran 61-90 hari Lebih (+) Akumulasi Kurang (-) ketidaksesuaian 31 Januari 2006 17.587.220 17.559.500 -27.720 -27.720 28 Februari 2006 12.417.525 12.417.525 0 -27.720 31 Maret 2006 10.164.050 10.153.950 10.100 -17.620 30 April 2006 11.262.770 11.289.870 27.100 9480 31 Mei 2006 10.409.100 10.351.100 -58.000 -48.520 30 Juni 2006 10.208.840 10.013.440 -195.400 -243920 31 Juli 2006 14.247.200 14.247.400 -200 -244.120 31 Agustus 2006 16.271.560 16.513.850 242.290 -1830 30 September 2006 17.187.670 17.187.670 0 -1830 31 Oktober 2006 10.833.570 10.833.570 0 -1830 30 November 2006 13.251.200 13.251.200 0 -1830 31 Desember 2006 22.219.100 22.218.600 -500 -2330 31 Januari 2007 15.978.450 15.978.450 0 -2330 28 Februari 2007 14.032.950 14.033.050 1000 -1330 31 Maret 2007 22.680.700 22.680.700 0 -1330 30 April 2007 27.388.200 27.388.200 0 -1330 31 Mei 2007 26.973.700 25.164.300 - -1810730 1.809.400 Juni 2007 19.291.300 19.291.300 0 -1810730 Lanjutan Lampiran 11 30 Juli 2007 13.817.800 13.817.800 0 -1810730 31 Agustus 2007 13.138.950 13.138.950 0 -1810730 30 September 2007 8.004.200 8.003.200 -1000 -1.811.730 31 Oktober 2007 12.654.300 12.654.300 0 -1.811.730 30 November 2007 18.999.750 18.999.750 0 -1.811.730 31 Desember 2007 26.100.550 2.100.000 24.000.550 0 -1.811.730 31 Januari 2008 18.061.100 1.202.000 16.814.100 -45.000 -1.856.730 28 Februari 2008 18.778.800 18.769.850 -8.950 -1.865.680 31 Maret 2008 21.206.000 21.206.600 0 -1.865.680 30 April 2008 16.200.050 16.200.050 0 -1.865.680 31 Mei 2008 21.036.650 21.036.650 0 -1.865.680 30 Juni 2008 20.630.750 20.630.750 0 -1.865.680 31 Juli 2008 24.469.800 23.037.300 1.432500 0 -1.865.680 31 Agustus 2008 19.525.450 19.525.450 0 -1.865.680 30 September 2008 12.118.600 12.118.600 0 -1.865.680 31 Oktober 2008 13.711.850 13.711.850 0 -1.865.680 30 November 2008 23.488.700 23.488.700 0 -1.865.680 31 Desember 2008 28.686.100 28.543.600 -142.500 -2.008.180 Lampiran 9. Analisis Umur Piutang Perusahaan A 31 Sumber: Buku Besar Piutang Perusahaan X (diolah). Lampiran 12. Analisis Pelanggan D Waktu Transaksi Tanggal Bulan Saldo Tahun Belum Jatuh Setelah jatuh tempo tempo 1-30 hari 3160 Kesesuaian Pembayaran 61-90 Hari Lebih (+) Akumulasi Kurang (-) ketidaksesuaian hari Januari 2006 25.575.425 25.939.850 364.425 364.425 28 Februari 2006 27.617.795 31.887.770 4.269.975 4.634.400 31 Maret 2006 30.242.225 33.068.100 2.825.875 7.460.275 30 April 2006 25.329.650 37.292.850 11.963.675 19.423.950 31 Mei 2006 26.329.175 15.659.375 10.622.250 -47.550 19.376.400 30 Juni 2006 27.625.900 30.736.275 3.110.375 22.486.775 31 Juli 2006 28.341.975 14.275.100 -14.066.875 8.419.900 31 Agustus 2006 32.662.200 14.288.450 16.306.750 -2.067.000 6.352.900 30 September 2006 35.140.270 36.099.170 958.900 7.311.800 31 Oktober 2006 23.357.485 23.133.285 -224.200 7.087.600 30 November 2006 38.559.225 38.453.625 105.600 7.193.200 31 Desember 2006 36.988.250 36.688.400 299850 7.493.050 31 Januari 2007 36.774.700 36.772.525 -2.175 7.490.875 28 Februari 2007 43.220.275 42.815.325 -404.950 7.085.925 31 Maret 2007 43.449.150 44.047.850 598.700 7.684.625 30 April 2007 32.855.975 14.585.325 16.269.850 -2.000.800 5.683.825 31 Mei 2007 42.374.475 39.003.500 -3.370.975 2.312.850 30 Juni 2007 28.864.625 2.638.100 4.950.950 31.502.725 Lanjutan Lampiran 12 31 31 Juli 2007 39.180.500 38.959.800 -220.700 4.730.250 31 Agustus 2007 36.489.375 17.105.150 16.870.825 -2.513.400 2.216.850 30 September 2007 53.385.650 27.863.175 28.013.975 2.491.500 4.708.350 31 Oktober 2007 46.201.175 46.201.175 0 4.708.350 30 November 2007 58.101.650 31.703.725 26.397.925 0 4.708.350 31 Desember 2007 72.787.800 28.854.600 43.933.200 0 4.708.350 31 Januari 2008 53.238.975 53.905.475 666.500 5.374.850 28 Februari 2008 46.351.450 46.551.350 199.900 5.574.750 31 Maret 2008 48.064.050 47.312.300 -751.750 4.823.000 30 April 2008 49.861.100 50.431.250 570.150 5.393.150 31 Mei 2008 53.957.300 51.321.800 -2.635.500 2.757.650 30 Juni 2008 51.000.825 53.530.575 2.529.750 5.287.400 31 Juli 2008 37.179.625 37.137.125 -42.500 5.244.900 31 Agustus 2008 40.441.850 38.170.600 -2.271.250 2.973.650 30 September 2008 48.785.100 48.770.700 -14.400 2.959.250 31 Oktober 2008 36.991.395 36.117.345 -874.050 2.085.200 30 November 2008 67.386.363 63.914.913 -3.471.450 -1.386.250 31 Desember 2008 43.482.250 46.805.300 3.323.050 1.936.800 Sumber: Buku Besar Piutang Perusahaan X (diolah). Lampiran 13. Analisis Pelanggan E Waktu Transaksi Tgl Bulan Saldo Belum Jatuh tempo Tahun Setelah jatuh tempo 1-30 hari 31-60 hari Kesesuaian Pembayaran 61-90hari Lebih (+) Akumulasi Kurang (-) ketidaksesuaian Januari 2006 20.497.200 10.088.500 -10.408.700 -10.408.700 28 Februari 2006 17.064.625 17.251.425 186.800 -10.221.900 31 Maret 2006 24.330.590 6.192.740 -9.978.200 -20.200.100 30 April 2006 28.405.700 38.292.000 9.886.300 -10.313.800 31 Mei 2006 31.542.325 15.136.850 16.405.475 0 -10.313.800 30 Juni 2006 31.802.550 31.802.550 0 -10.313.800 31 Juli 2006 26.870.850 26.701.850 -169.000 -10.482.800 31 Agustus 2006 23.376.450 22.841.450 -535.000 -11.017.800 30 September 2006 26.484.600 26.404.600 -80.000 -11.097.800 31 Oktober 2006 27.621.600 27.336.100 -285.500 -11.383.300 30 November 2006 19.801.300 19.646.360 -154.940 -11.538.240 31 Desember 2006 24.135.480 24.134.200 1.280 -11.536.960 31 Januari 2007 28.727.910 28.727.910 0 -11.536.960 28 Februari 2007 26.065.800 26.065.800 0 -11.536.960 31 Maret 2007 20.738.050 20.738.050 0 -11.536.960 30 April 2007 27.654.500 -24.000 -11.560.960 31 Mei 2007 25.534.650 25.497.650 -37.000 -11.597.960 30 Juni 2007 13.132.675 13.132.675 0 -11.597.960 31 Juli 2007 17.090.975 17.090.975 0 -11.597.960 27.630.500 8.159.650 Lanjutan Lampiran 13 31 31 Agustus 2007 22.801.850 22.801.850 0 -11.597.960 30 September 2007 19.236.250 19.236.250 0 -11.597.960 31 Oktober 2007 15.313.375 15.313.375 0 -11.597.960 30 November 2007 16.454.350 16.454.350 0 -11.597.960 31 Desember 2007 15.879.150 14.679.750 0 -11.597.960 31 Januari 2008 23.257.490 23.257.490 0 -11.597.960 28 Februari 2008 23.807.400 23.807.400 0 -11.597.960 31 Maret 2008 26.147.900 26.147.900 0 -11.597.960 30 April 2008 22.405.600 22.405.600 0 -11.597.960 31 Mei 2008 17.316.750 17.316.750 0 -11.597.960 30 Juni 2008 20.531.500 0 -11.597.960 31 Juli 2008 17.565.050 17.565.050 0 -11.597.960 31 Agustus 2008 21.168.800 21.168.800 0 -11.597.960 30 September 2008 24.586.900 24.586.900 0 -11.597.960 31 Oktober 2008 26.731.700 26.731.700 0 -11.597.960 30 November 2008 17.346.150 17.346.150 0 -11.597.960 31 Desember 2008 28.629.550 28.629.550 0 -11.597.960 1.199.400 20.531.500 Sumber: Buku Besar Piutang Perusahaan X (diolah).